Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEAMANAN PABRIK

ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA KASUS KECELAKAAN


さ Pekerja Proyek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh dari
Lantai 20, Rabu 23 Maret 2011ざ

Di Susun Oleh:
Nurul Aulia 09220180041
Asyraf Amanullah 09220180053
Nur Qolbi Khazanatul Husna 09220180072
Muh. Farhan Yahya 09220190130

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Program pembangunan telah membawa Indonesia pada kemajuan yang


sigfnifikan di segala sektor kehidupan, seperti sektor industri, properti,
transportasi, pertambangan dan lainnya. Dapat kita lihat dan rasakan gedung
tinggi menjulang, pabrik-pabrik beroperasi tanpa henti, berbagai macam barang
telah diproduksi, dan berbagai kemudahan sebagai manifestasi dari
pembangunan yang pesat. Namun pernahkah kita berpilir sejenak mengenai hal
ini. Setiap hal memiliki dua sisi logam yang saling bertentangan. Begitu pula
dengan program pembangunan. Ada sisi positif ada pula sisi negatif. Banyak
keuntungan yang didapat namun tidak sedikit kerugian yang ditanggung.

Kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, perubahan ilim, polusi udara,


global warming, penyakit akibat kerja, dan kenegasian lain dari dampak
pembangunan ini telah kita rasakan. Kondisi ini dapat terjadi karena kurangnya
kepedulian mengenai lingkungan dan terlebih sistem keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di tengah masyarakat. Proses pembangunan di Indonesia belum
menunjukkan keseimbangan antara kemajuan program pembangunan dengan
peningkatan kesadaran akan pentingnya manajemen K3. Hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi dan meningkatnya penyakit
akibat kerja serta prevalensi morbiditas dan mortalitas akibat kerja yang
meningkat.

Menurut Dirut PT. Jamsostek Hotbonar Sinaga yang dilansir dari


poskota.co.id menyatakan bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja dalam lima
tahun terakhir terus meningkat. Kasus kecelakaan kerja tertinggi terjadi tahun
lalu, yakni mencapai 98.711 kasus, jumlah ini lebih besar dibandingkan jumlah ini

1
lebih besar jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya. Menurutnya,
rata-rata kasus kecelakaan kerja setiap tahun sekitar 93.000 kasus.

Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan melakukan analisis
mengenai salah satu kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia yaitu kasus
kecelakaan pekerja proyek pembangunan Hotel Panghegar yang tewas terjatuh
dari lantai 20, Rabu 23 Maret 2011.
1.2 RUMUSAN MALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut.

1. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan


pada kasus Proyek Pembangunan Hotel Panghegar tersebut ?

2. Bagaimana melakukan penangan dan pencegahan agar tidak terjadi


kecelakaan lagi ?
1.3 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan


terjadinya kecelakaan pada kasus tersebut

2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dan pencegahan agar


tidak terjadi kecelakaan yang sama

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kecelakaan
Me urut Fra k Bird, an accident is undesired event that result in physical
harm to a person or damage to property. It is usually the result of a contact with
a source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc) “oehat a ,
Me urut Hei ri h, Peterse da Roos, Ke elakaa kerja atau

kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak
terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau
radiasi ya g e gaki atka idera atau ke u gki a aki at lai ya .
(Mayendra, 2009).

Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang


menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan,
atau kerugian lainnya. (Standar AS/NZS 4801:2001). Sementara itu, menurut
OHSAS 18001:2007 Kecelakaan Kerja didefinisikan sebagai kejadian yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan
(tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat
menyebabkan kematian. Pengertian ini digunakan juga untuk kejadian yang
dapat menyebabkan merusak lingkungan (Sumber : OHSAS 18001:2007).

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 adalah


suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang adapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa


kecelakaan akibat kerja adalah suatu peristiwa yang tidak terduga, tidak
terencana tidak dikehendaki dan menimbulkan kerugian baik jiwa maupun harta
yang disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan yaitu
ketika pulang dan pergi ke tempat kerja melalui rute yang biasa dilewati.

3
2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Pengertian kejadian menurut standar Australian AS 1885 1 (1990) adalah


suatu proses atau kejadian cidera atau penyakit akibat kerja. ( Mayendra,2009)

Banyak tujuan yang dicapai dengan melakukan pengklasifikasian kejadian


kecelakaan akibat kerja. Salah satu diantaranya adalah untuk mengidentifikasi
proses alami suatu kejadian seperti dimana terjadinya kecelakaan, apa yang
dilakukan oleh karyawan dan alat apa yang digunakan oleh karyawan sehingga
menyebabkan kecelakaan.

Dengan menerapkan kode-kode kecelakaan kerja maka akan sangat


membantu proses investigasi dalam menginterpretasikan informasi-informasi
yang di dapat. ada banyak refrensi yang menjelaskan mengnai kode-kode dari
kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australian 1885 1 (1990).
Berdasarkan standar tersebut, kode yang diguakan untuk mekanisme terjadinya
cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagi berikut :
1. Jatuh dari atas ketinggian
2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara yang tiba-tiba
7. Terpajan oleh suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
11. Kontak dengan listrik
12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13. Terpajan radiasi

4
14. Kontak tunggal dengan bahan kimia
15. Kontak jangka panjang dengan bahan kimia
16. Kontak lainnya dengan bahan kimia
17. Kontak dengan atau terpajan dengan faktor biologi
18. Terpajan faktor stress mental
19. Longsor atau runtuh
20. Kecelakaan kendaraan/mobil
21. Lain-lain mekanisme cidera berganda atau banyak

2.3 Teori Penyebab dan Model Kecelakaan


2.3.1 Model Kecelakaan

Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait 4 unsur produksi yaitu People,


Equipment, Material, dan Environment (PEME) yang saling berinteraksi dan
bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. (Soehatman, 2010)

Kecelakaan dapat terjadi karena konsdisi alat atau material yang


digunakan dalam bekerja. Alat dan material ada kemungkinan besar memiliki
kondisi yang berbahaya. Selain itu kecelakan juga dapat disebabkan oleh
lingkungan tempat bekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan tempat
bekerja yang tidak aman seperti, kebisingan, pencahayaan yang kurang,
banyaknya asap atau debu, dan bahan-bahan kimia yang bersifat toksik.
Kemudian faktor terakhir yang dapt menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah
orang/pekerja itu sendiri. Adanya human error pada perkerja yang
mengakibatkan kecelakaan semakin sering terjadi. Berdasarkan teori Heinrich
dikatakan bahwa manusia memiliki kecendrungan untuk melakukan kesalahan
yang akan berasosiasi dengan faktor penyebab kecelakaan lainnya sehingga
menimbulkan an accident.

Menurut Mayendra, 2009 dalam makalahnya pentingnya mempelajari


model kecelakaan adalah sebagai berikut

5
1. Memahami klasifikasi sistem yang logis, objektif dan dapat diterima
secara universal. Dengan mengklasifikasikan sistem maka beberapa
fenomena, kejadian yang melatarbelakangi kecelakaan dapat
dikelompok-kelompokkan sehingga mudah dianalisa.

2. Model kecelakaan dapat mempermudah identifikasi bahaya karena


kerangka logiknya jelas.

3. Model kecelakaan dapat membantu investigasi kecelakaan dan


membantu cara-cara pengendaliannya.
2.3.2 Teori Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai faktor penyebab,


berikut teori-teori mengenai terjadinya suatu kecelakaan :
1. Pure Chance Theory (Teori Kebetulan Murni)

Teori yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak


Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya,
karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja.
2. Accident Prone Theory (Teori Kecenderungan Kecelakaan)

Teori ini berpendapat bahwa pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa
kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Three Main Factor (Teori Tiga Faktor)

Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan


faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Two main Factor (Teori Dua Faktor)

Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan


tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Human Factor Theory (Teori Faktor Manusia)

Menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak


langsung disebabkan karena kesalahan manusia.

6
2.4 Teknik Identifikasi Bahaya

Pemilihan teknik/metode identifikasi bahaya yang sesuai dengan sebuah


perusahaan sangat menentukan efektifitas identifikasi bahaya yang dilakukan.
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya
antara lain:
1. Sistematis dan tersetruktur,

2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang


belum pernah dikenal sebelumnya,
3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan,
4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.

Beberapa teknik identifikasi bahaya adalah sistem


monitoring/checklist, safety review, preleminary hazard analysis (pha),
hazard operability studies (hazops), fault tree analysis (fta), inspeksi,
human error analysis, what if, brainstorming, failure models and effects
analysis, dan lain-lain. Pada kasus ini penulis menggunakan teori domino
Heinrich sebagai teknik analisis kecelakaan sekaligus teknik identifikasi
bahaya pada kasus kecelakaan tersebut.
2.5 Karakteristik bidang konstruksi

Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukan


kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang sering
ditimbulkan umumnya dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas dan terbentur
yang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari atas atau
barang roboh.

1. Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan yang


ditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian umumnya
adalah : pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki kepercayaan
dirinya berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai bekerja tanpa
mengenakan alat pelindung apapun atau baju pelindung, sehingga begitu
terjatuh tidak ada sabuk pengaman atau jaring pengaman bisa

7
mengakibatkan kematian. Selain kurangnya pemahaman pekerja tentang
keamanan, perlindungan tenaga kerja yang dilakukan pemilik usaha
sering tidak mencukupi, sebagai contoh bila bekerja di kerangka yang
tinggi, harus dipasang balok menyilang, disamping untuk menjaga
kestabilan, selain itu untuk memberikan topangan yang kuat bagi tenaga
kerja; pada saat pekerja tidak hati-hati terjatuh, ada satu lapisan
pengaman, untuk mengurangi dampak yang terjadi. Pemilik usaha tidak
seharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya demi untuk mengejar
keuntungan.

2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan


pekerja; seperti pada saat mengoperasikan mesin penderek, mesin
penggali lubang atau mesin pendorong, semestinya ada pagar pembatas
di sekelilingnya, guna mencegah masuknya pekerja, apabila tetap
diperlukan pekerja lain untuk memberikan bantuan operasional, maka di
sampingnya perlu ada seorang mandor yang memberikan komando dan
pengawasan; selain pagar pembatas pekerja di area tersebut harus
memakai secara benar perlengkapan pelindung seperti helm, sarung
tangan dan sepatu pengaman dan lain-lain. Selain itu pada saat
memindahkan barang berat, sebaiknya menggunakan kekuatan mesin
sebagai pengganti tenaga manusia, demi menghindari terjadinya
kecelakaan pada saat pemindahan.

3. Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya pagar
pembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu biasanya
terjadi dalam waktu sekejap tanpa peringatan terlebih dahulu, oleh karena
itu dibuatkan demi mengurangi resiko kecelakan terhadap pekerja yang
memasuki area tersebut. Benturan atau tabrakan biasanya terjadi
dikarenakan kecerobohan pekerja, mesin penggerak dan kendaraan yang
digunakan berukuran sangat besar, pandangan petugas operator tidak
mudah mencapai luasnya batas area kerjanya sehingga terjadi benturan.

8
Cara pencegahan benturan adalah dengan memperdalam pengetahuan
keselamatan pekerja, di sekeliling area penempatan mesin dibuatkan
pagar pembatas, pekerja tidak diperkenankan berada di sekitar area
tersebut; selain itu jumlah mandor lapangan ditambah, dan membantu
mengawasi pengoperasian mesin bermotor atau kendaraan, sehingga
bisa mengurangi resiko benturan.

2.6 Kebijakan dan Undang-Undang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan


perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua
pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak yang terkait lainnya. Ada
beberapa peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, beberapa
diantaranya :

 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatn kerja



 Undang-unang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

 Undang-undang No. 8 tahun 1998 tentang perlindungan
konsumen

 Undang-undang No. 19 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

 Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung

 Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang keteknikan memuat
aspek keselamatan

Kebijakan merupakan persyaratan utama dalam semua sistem


manajemen seperti Manajemen Lingkungan, Mutu dan lain-lain.
kebijakan merupakan roh dari sebuah sistem. Oleh karena itu, OHSAS
18001 mensyaratkan ditetapkannya kebijakan K3 dalam organisasi oleh
manajemen puncak. Kriteria kebijaka K3 adalah sebagai berikut.
1. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 organisasi
2. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan

9
3. Termasuk adanya komitmen untuk sekuarngnya memenuhi
perundangan K3 yang berlaku
4. Didokumentasikan, diimplimentasikan, dan dipelihara
5. Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja
6. Tersedia bagi pihak lain yang terkait

7. Ditinjau ulang secara berkalauntuk memastikan bahwa masih relevan


dan sesuai dengan organisasi

10
BAB III
ANALISIS KASUS KECELAKAAN

3.1 Deskripsi Kasus


Terjun dari Lantai 20, Pekerja Proyek Tewas (Seputar Indonesia)
Thursday, 24 March 2011
Sumber : www.seputarindonesia.com

BANDUNG– Seorang pekerja, Agus Iding, 35, tewas seketika setelah


terjatuh dari lantai 20 proyek pengerjaan Apartemen Panghegar di Jalan
Merdeka, Kota Bandung, kemarin pukul 14.15 WIB.

Namun disayangkan, pihak proyek tidak melaporkan ke kepolisian.


Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, korban yang bekerja sebagai
mekanik leader konstruksi lift saat itu hendak mengecek lift di lantai 20. Saat
pintu terbuka, seketika itu korban terdorong dan pintu tertutup otomatis dengan
cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai dasar.Korban pun langsung terjatuh
hingga lantai GF. Salah seorang rekan kerja korban, Leman Nugraha, 20,
e gataka ahwa kor a terdoro g sa gat epat. Biasa ya lift passe ger itu
selalu erada di la tai ,ii alah di la tai GF; jadi pas di uka, koso g, jelas
Leman. Saudara korban, Dadang, mengaku mendapat kabar kecelakaan tersebut
sekitar pukul . WIB. Kalau keluarga dapat ka ar ya pukul tigaa , kata ya
ke elakaa , u gkap Dada g di Ru ah “akit Bu gsu, Jala Vetera , Kota
Bandung, tadi malam.

KorbantewaswargaJalanCikuda RT 02/11,Cibiru,Kota Bandung, itu


mengalami luka patah kaki dan mengeluarkan darah segar dari bibir, serta
beberapa bagian tubuhnya mengalami pembengkakan. Korban langsung
dilarikan ke RS Bungsu.Sementara itu,pihak pengembang hotel bungkam ketika
ditanya wartawan mengenai kejadia terse ut. No o e t, saya ggak tahu, ungkap
beberapa pekerja dan pihak keamanan. Pihak kepolisian pun baru
mengetahuinya sekitar pukul 17.30 dari pihak rumah sakit.

11
Tim identifikasi langsung meluncur ke lokasi kejadian,tetapi pihak
pengembang terlihat menutupnutupi. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP
Tu agus Ade Hidayat e e arka terkait kejadia terse ut. Iya,kita aru tahu sekitar
pukul . , u gkap Tu agus ketika dihu u gi wartawa . Pihak ya pu

saat ini memeriksa beberapa orang saksi yang mengetahui kejadian tersebut.
yugi prasetyo

Pekerja Projek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh dari Lantai 20


Rabu, 23/03/2011 - 21:11
Sumber : www.pikiran-rakyat.com

BANDUNG, (PRLM).- Agus Iding (35) tewas setelah terjatuh dari lantai 20
tempat ia bekerja, di projek pembangunan Hotel dan Apartemen Panghegar, Jln.
Merdeka, Rabu (23/3) siang. Agus adalah pekerja bangunan di projek tersebut.
sebagai mekanik leader konstruksi lift. Meskipun peristiwa terjadi pukul 14.15
WIB, tapi kepolisian baru mengetahui kejadian itu selepas pukul 17.30 WIB.
Pasalnya, manajemen hotel tidak memberitahukannya ke kepolisian terdekat
dan terkesan menutup-nutupi peristiwa itu. Polisi mendapat informasi dari RS
Bungsu di Jln. Bungsu, yang sempat merawat korban.

Berdasarkan sejumlah saksi mata yang dimintai keterangan polisi,


menuturkan, saat itu korban hendak mengecek lift di lantai 20. Lift baru
terpasang pintunya saja. Sementara lift passenger berada di lantai dasar. Saat
Agus memencet tombol, pintu lift terbuka dengan cepat. Agus kaget sehingga
terdorong ke dalam lift yang belum ada passenger lift-nya. Tubuh Agus melayang
dan terhempas dengan keras di lantai GF (ground floor). Leman Nugraha (20),
rekan kerja korban, mengatakan, peristiwa itu terjadi sangat cepat. "Biasanya,
passenger lift, selalu ada di lantai 20. Tidak tahu kenapa, hari itu kok ada di
bawah. Jadi pas pintu terbuka, liftnya tidak ada sehingga korban kaget dan
jatuh," katanya kepada polisi.

12
Sementara itu, saudara korban, Dadang, ditemui di RS Bungsu,
mengatakan, dia mendapat informasi tersebut sekitar pukul 16.00 WIB.
Sementara keluarga lainnya mendapatkan informasi itu pukul 15.00 WIB.
Berdasarkan identifikasi rumah sakit dan kepolisian, korban yang merupakan
warga Jln. Cikuda, Cibiru Kota Bandung itu, mengalami luka patah kaki,
mengeluarkan darah segar dari bibir, dan sejumlah memar dan bengkak di
tubuhnya. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Tubagus Ade
Hidayat menuturkan, kepolisian baru mengetahui sekitar pukul 17.30 WIB. Polisi
pun telah memeriksa sejumlah saksi. Namun kepolisian menyayangkan dengan
sikap manajemen hotel yang terkesan berusaha menutup-nutupi peristiwa itu
dengan tidak segera melaporkan ke kepolisian. (A-128/das)***

Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas Seketika


Sumber : www.bandung.detik.com
Baban Gandapurnama - detikBandung

Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai 20
proyek pembangunan Grand Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul 14.15
WIB, Rabu (23/3/2011). Jenazah pekerja proyek itu langsung dibawa ke RS
Bungsu, Jalan Veteran. Sebelum kejadian, Agus dan rekan kerjanya, Leman
Nugraha (25), sedang mengecek lift ke lantai 20 bangunan tersebut. Agus ini
bekerja sebagai mekanik leader konstruksi lift.

"Saat itu pintu lift dalam keadaan tertutup. Almarhum membuka pintu itu
menggunakan tangan, dia masuk dan pintu tiba-tiba pintu menutup. Ternyata
pas dibuka melompong, enggak ada boks liftnya," kata Leman ditemui di RS
Bungsu. Diketahui, kata dia, boks lift berada di lantai bawah. "Biasanya juga lift
passenger itu setiap hari ada di lantai 20. Tapi tadi di bawah," ujarnya.

Leman menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian. Lalu


jenazahnya diboyong ke RS Bungsu, "Kondisinya mulut berdarah, tubuh bengkak
dan kaki patah," ungkapnya. Korban merupakan warga Jalan Cikuda, RT 2 RW 11,

13
Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Dia sudah bekerja di proyek Apartemen
Panghegar sejak Maret 2010 lalu. Sementara itu, pihak keluarga korban mengaku
diberitahu pihak perusahaan dua jam setelah peristiwa tersebut. "Tadi dikasih
tahu jam empat. Kalau kejadiannya enggak tahu. Tapi dibilang jatuh," ujar
Dadang dari pihak keluarga korban saat ditemui di RS Bungsu.
Pantauan detikbandung, sejumlah polisi yang diberi tahu oleh RS Bungsu
sekitar pukul 17.30 WIB, langsung mengidentifikasi data diri korban. Usai
meminta keterangan keluarga korban dan rekan kerja, polisi meninggalkan RS
Bungsu sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara jasad korban dibawa keluarga sekitar
pukul 20.00 WIB. Pihak proyek yang ditemui di lokasi kejasian enggan
berkomentar soal kasus ini. Enggak tahu. No comment," ujar seorang petugas
proyek saat wartawan meminta
konnfirmasi.

Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Ade Hidayat


membenarkan kejadian tersebut. "Kami masih menyelidikinya. Sejumlah saksi
kami minta keterangan," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan via ponsel.
Sementara itu dihubungi secara terpisah PR Panghegar Restina Setiawan
mengaku belum mendapat konfirmasi soal peristiwa itu. "Belum ada konfirmasi
apa-apa, saya tadi pulang duluan. Jadi belum bisa ngomong apa-apa. Mungkin
besok saya bisa kasih keterangan," ujarnya.

3.2 Analisis Kasus

Pada kasus kecelakaan ini penulis menggunakan model analisis kasus


Teori Domino yang berasal dari Heinrich (1930). Hal ini disebabkan karena
kondisi kasus kecelakaan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Heinrich
ini. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan yaitu, kondisi kerja (environment), kelalaian manusia (person),
tindakan tidak aman (hazard), kecelakaan (accident) dan cedera/kematian
(injury).

14
1. Identitas korban kecelakaan

Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma Agus
Iding. Ia adalah seorang Pemimpin Konstruksi Lift dari proyek
pembangunan Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung.
Dari artikel tersebut dpat kita kategorikan bahwa korban berkerja pada
bidang konstruksi bangunan dan sudah cukup berpengalaman karena ia
diposisikan sebagai leader dalam proyek pembangunan lift apartemen ini.
2. Identifikasi sumber bahaya

Dalam kasus ini korban melakukan tindakan yang tidak aman yaitu
tidak menggunakan body harness/full body harness (Hazard yang berupa
unsafe act). Sedangkan Menurut undang-undang keselamatan kerja,
bekerja di ketinggian ini memerlukan fix platform atau memakai alat
pelindung diri berupa full body harness. Selain itu, bila pekerjaan
dilakukan pada tempat yang memiliki ketinggian lebih dari lima meter,
diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana ijin ini diperlukan untuk
menganalisa bahaya apa saja yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat
pengaman yang cocok untuk meminimalisir resiko yang akan dihadapi bila
bekerja pada ketingian tersebut.

Working at High atau sering disingkat WaH, memiliki arti dalam


bahasa Indonesia adalah bekerja pada ketinggian. Kategori bekerja pada

15
ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang memiliki ketinggian sama
dengan atau lebih dari 1,8 meter dari permukaan tanah.

Kemudian dapat kita ketahui pula bahwa kondisi kerja


(environment) pada saat itu mendukung terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan berita tersebut lift passanger biasanya berada di lantai 20
tempat korban berada, namun entah mengapa pada hari tersebut box
liftnya berada di GS (Ground Floor). Dari deskripsi berita yang diberikan
dapat kita analisa bahwa korban melakukan kesalahan (fault of person),
selain tidak memakai alat pelindung diri, korban tidak berlaku hati-hati
terhadap segala kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman
karena seperti biasanya box lift berada di lantai 20, namun kenyataannya
tidak.
3. Kronologis kecelakaan kerja

Dalam kasus kecelakaan yang terjadi pada Agus Icing ini


merupakan sebuah kasus yang komplikatif. Artinya banyak penyebab
yang dpat kita analisis didalamnya dan membentuk sebuah kemungkinan
terjadinya kecelakaan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian baik
secara langsung (direct cost) maupun tidak langsung (Indirect cost).

Pada kasus ini penulis akan menjelaskan kejadian berdasarkan


teori yang dikemukaan oleh Heinrich pada tahun 1930 yaitu teori
Domino. Teori domino merupakan visualitas yang menggambarkan
berbagai peluang dan sumber bahaya yang pada akhirnya mengakibatkan

16
terjadinya kecelakaan. Tahap-tahap kejadian pada kasus ini berdasarkan
analisa berita yaitu sebagai berikut.

1. Environment atau keadaan/kondisi kerja. Pada kasus ini


digambarkan kondisi kerja yang menimbulkan resiko terjadinya
kecelakaan yaitu Working at High atau WaH. Korban berada pada
ketinggian yang ditaksir lebih dari 40 meter karena berada pada lantai
20 (estimasi 1 lantai = 2 meter).

2. Kemudian pada kartu yang kedua sesuai dengan teori Domino


Heinrich terdapat Fault of person (kelalaian manusia) yang
bergerak/jatuh akibat dari kondisi kerja yang memungkinkan (kartu
pertama). Pada kasus ini kesalahan yang dilakukan korban adalah
tidak berhati-hati pada setiap kondisi lingkungan yang ada, sehingga
korban merasa jika dirinya sudah aman. Di sumber berita disebutkan
ahwa “aat pi tu ter uka, seketika itu korban terdorong dan pintu
tertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai
dasar atau “aat Agus e e et to ol, pi tu lift ter uka de ga

cepat. Agus kaget sehingga terdorong ke dalam lift yang belum ada
passenger lift- ya . Disini dapat kita pahami bahwa korban terkejut
dengan kondisi lift tidak berisi box-nya sehingga ia terdorong dan
jatuh ke lantai dasar. Penulis berpendapat bahwa korban setelah
membuka pintu, korban telah bersiap dan segera memasuki box-lift
tanpa melihat ada atau tidaknya box-lift tersebut.

3. Kartu yang ketiga adalah Hazard. Hazard dalam model Heinrich ini
dapat diartikan sebagai unsafe condition atau unsafe act. Berdasarkan
berita selain kondisi yang tidak aman karena berada pada ketinggian
yang berisiko menimbulkan kecelakaan, korban juga tidak
menggunakan APD seperti yang telah diatur dalam undang-undang
keselamatan kerja, apabila melebihi ketinggian 1,8 meter maka harus

17
menggunakan alat pelindung diri yang berupa body harness/full body
harness.

4. Dari ketiga sumber bahaya tersebut yang saling berkolerasi dan e


jatuhka kartu erdasarka uruta ya aka ti ulah se uah

Accident (kecelakaan) yang terjadi di Bandung pada tanggal 23 Maret


2011 di Hotel Panghegar pada pukul 14.15 WIB.

5. Dampak dari semua runtutan kartu di atas berdasarkan model


Domino Heinrich menimbulkan sebuah kerugian (injury), dalam hal ini
nyawa korban. Kerugian ini dapat berupa biaya kompensasi untuk
korban. Selain kerugian langsung tersebut banyak lagi kerugian yang
di dapatkan pihak hotel Panghegar yaitu kerugian tidak langsung
seperti, kerugian jam kerja, kerugian sosial, serta citra dan
kepercayaan pelanggan berkurang. Hal ini lebih berdampak karena
korban adalah mekanik leader dalam proyek pembangunan hotel
tersebut.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya kecelakan merupakan proses interaksi dari faktor-faktor


penyebab yang menimbulkan peluang terjadinya hal tersebut. Kecelakaan bukan
merupakan sebuah kejadian tunggal yang spontanitas terjadi, tetapi ia telah
didahului oleh insiden-insiden kecil sehingga pada tahap akhirnya akan
menyebabkan accident atau kecelakaan tersebut (FTA). Kecelakaan bukan
kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Kecelakaan dapat dicegah
dengan menerapkan prinsip sistem K3 dan pendekatanpencegahan kecelakaan.
Pada kasus Agus icing ini, seharusnya kecelakaan dapat dihindarkan dengan
melakukan tindakan preventif seperti berhati-hati dan menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai ketentuan. Jika saja hal tersebut dilakukan oleh
korban maka kecelakaan dapat dihindari.
4.2 Saran

Pada kesempatan ini penulis hanya berpesan bahwa pada prinsipnya


kecelakaan dapat kita cegah. Angka kecelakaan yang semakin memuncak dapat
kita landai dengan melakukan tindakan preventif dan berpedoman pada prinsip
kehati-hatian. Mematuhi segala peraturan undanng-undang dan kebijakan sistem
K3 bukan merupakan hal yang berat jika menyangkut dengan nyawa. Tumbuhkan
kesadaran dalam diri kita akan pentingnya K3. Maka kecelakaan dapat kita
hindari dan angka mortalitas dapat dieliminir seminimal mungkin. MARI
CIPTAKAN MASYARAKAT INDONESIA, SADAR K3 !!!

19

Anda mungkin juga menyukai