Anda di halaman 1dari 17

TUTORIAL KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN

GONOCOCCAL URETHRITIS

Disusun untuk Memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RS Bethesda
pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh:
Angela 42190300
Ngesti Chintia Dewi 42190301

Dokter Pembimbing:
dr. Fajar Waskito, M.Kes, Sp.KK(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021
BAB I

STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN


 Nama : Bp. DT
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Nomor RM : 01-79-xx-xx
 Tanggal Lahir : 27 Desember 1992
 Usia : 28 tahun 8 bulan
 Agama : Islam
 Status : Belum Menikah
 Alamat : Purbasakti RT 01/07
 Pekerjaan : Karyawan
 HMRS : Senin, 20 September 2021

1.2 ANAMNESIS (SUBJECTIVE)


a. Keluhan Utama
BAK perih dan keluar nanah

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 3 hari pasien mengeluhkan saat BAK lubang kemaluan terasa perih dan
keluar cairan putih kental seperti nanah, dan kadang-kadang disertai darah.
Nyeri kemaluan juga dirasakan saat ereksi. Selain itu pasien juga mengaku
lebih sering BAK dari pada biasanya namun yang keluar sedikit-sedikit,
padahal jumlah air yang diminum biasa saja menurut pasien. Pasien juga
mengeluhkan ujung penisnya agak membengkak dan merah. Tidak ada
keluhan di selangkangan atau buah zakar, demam (-). Kontak seksual postif
terakhir 5 hari yg lalu tanpa pengaman dengan teman wanita. Pasien mengaku
tidak punya pasangan tetap dan mengaku memiliki partner seksual dengan
lebih dari satu. Pasien mengatakan tidak tahu apakah teman wanitanya
mengalami gejala serupa. Pasien belum periksa ke dokter dan belum minum
obat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Keluhan serupa : (+) 5 tahun yang lalu
2. Riwayat alergi : disangkal
3. Riwayat asma : disangkal
4. Riwayat Hipertensi : disangkal
5. Riwayat DM : disangkal
6. Riwayat penyakit jantung : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Keluhan serupa : (-)
2. Riwayat alergi : disangkal
3. Riwayat asma : disangkal
4. Riwayat Hipertensi : disangkal
5. Riwayat DM : disangkal
6. Riwayat penyakit jantung : disangkal

e. Riwayat Penggunaan Obat


Pasien belum minum obat

f. Gaya Hidup
1. Living condition
Pasien belum menikah dan tinggal di rumah sendiri. Tidak ada orang
sekitar yang mengalami keluhan serupa. Rumah pasien bersih dan
memiliki sirkulasi yang baik.
2. Daily Activity
Pasien adalah seorang karyawan, dan bekerja di kantor dari pukul 7 pagi
hingga 3 sore. Selama pandemi ini pasien selalu menggunakan masker
untuk menghidari penularan Covid-19.
3. Personal Hygiene
Paisen selalu mengganti baju, celana, dan pakaian dalam 2x/hari. Pasien
mandi 2x sehari, serta setelah pasien beraktivitas keluar rumah.
4. Social economy
Keadaan ekonomi pasien baik, segala kebutuhan sehari-hari dapat
terpenuhi.
5. Diet
Pola makan bergizi dan seimbang 3x sehari dengan menu yang cukup
bervariasi. Tidak ada pantangan makanan bagi pasien. Pasien merokok dan
minum minuman berakohol.
6. Relationship
Pasien belum menikah, tidak punya pasangan tetap, partner seksual lebih
dari 1.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK (OBJECTIVE)


a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : E4 V5 M6
d. Tanda vital
i.Tekanan Darah : 120/80 mmHg
ii.Nadi : 90x/menit
iii.Frekuensi napas : 16x/menit
iv.Suhu : 36,40C
v.Skala nyeri :6

e. Status Lokalis
i.Kepala : Tidak terdapat lesi
ii.Thoraks : Tidak terdapat lesi
iii.Abdomen : Tidak terdapat lesi
iv.Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
v.Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2 detik, tidak terdapat lesi

1.4 DIAGNOSIS BANDING


1. Urethritis gonococcal
2. Urethritis non gonococcal

1.5 PLAN
1. Diperlukan pemeriksaan penunjang pengecatan gram dari sekret OUE
Hasil:
Diplococcus gram negative: (+) intraseluler dan ekstraseluler.
Leukosit: >5 dalam lapang pandang besar

2. Tatalaksana dan edukasi sesuai diagnosis

1.6 PENEGAKAN DIAGNOSIS


Diagnosis kerja : Urethritis Gonococcal

1.7 TATALAKSANA
1. Antibiotik oral
R/tab Cefixim 400 mg No.I
S. Haust tab 1 (hari ke-1)

R/tab Ofloxacin 100 mg No.XIV


S 2 d.d tab 1 (mulai hari ke-2)

2. Analgesik
R/tab Asam Mefenamat 500 mg No.X
S 2 d.d. tab 1

1.8 EDUKASI
1. Penjelasan tentang penyakit, gejala, dan penyebab serta penularannya.
2. Menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur dan sampai selesai
3. Disarankan untuk memberitahu semua pasangan seksual pasien untuk
diperiksa dan diobati.
4. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari hubungan seksual sebelum
pengobatan selesai atau ketika pasien dan pasangannya masih memiliki gejala.

1.9 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Fungtionam : bonam
Quo ad Sanationam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Uretritis akut gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra
yangdisebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae , suatu diplokokus Gram negatif yang reservoir
alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra
eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas seksual. (The CDC. 2002)

2.2 Etiologi
Penyebab uretritis gonore akut adalah Neisseria Gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram
negatif. Gonokok ini ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada
tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria , sebagai Neisseria
gonorrhoeae . Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N.meningitidis, dan 2 lainnya
yang bersifat komensal N.catarrhalis serta N.pharyngi sicca. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.( FKUI. 2013).

Gambar 3.1 Neisseria gonorrhoeae


Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk bji kopi berukuran lebar 0,8 u dan
panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarna gram bersifat gram
negatif , terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering , tidak tahan suhu di atas 39°C dan tidak tahan zat disinfektan. Secara
marfalogi gonogok terdiri atas 4 tipe ,yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang yang
bersifat virulen dan bersifat nonvirulen pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan
mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang. Organisme ini menyerang
membran mukosa yang terdapat pada uretra, serviks uteri dan konjungtiva (FKUI. 2013).

Gambar 3.2 Pili pada Neisseria gonorrhoeae

2.3 Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Pada
umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15
sampai 19 tahun. Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,
dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria.
Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15 sampai 35 tahun (Barakah,
2005).
Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi
gonore. Di Hong Kong 36 persen, Filipina 54 persen. Tahun 2002, QRNG di California
mencapai 10% dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 30 persen. Di Sumatera Selatan Balai
Besar Laboratorium Kesehatan Palembang bekerjasama dengan Klinik Khusus Infeksi
Menular Seksual (IMS) Lembaga Graha Sriwijaya Palembang melakukan survey Kultur dan
Resistensi N. gonorrhoeae terhadap 1000 wanita pekerja seks (WPS) di wilayah Sumatera
Selatan (Palembang, Prabumulih, Lubuk Linggau dan Sungai Lilin MUBA) pada tahun 2006.
Dari 1000 WPS yang dilakukan kultur swab endoserviks 20,3 persen positif N. Gonorrhoeae.
Persentase resistensi penisilin adalah 94,1 persen, tetracycline 98 persen, ciprofloxacine 68,5
persen, ofloxacine 61,6 persen, ceftriaxone 52,7 persen, kanamycine 33,5 persen (Daili, S.F.,
2009).
2.4 Faktor resiko
 Adanya sumber penularan penyakit
 Bergonta – ganti pasangan seksual
 Penularan melalui Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual,
penggunaan kondom hanya sebagai pencegah kehamilan bukan sebagai pencegah
penularan penyakit gonore, prostitusi, kebebasan individu dan ketidaktahuan serta
keterbatasan sarana penunjang.
 Penularan umumnya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitor-genital,
orogenital, dan anogenital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual
melalui alat-alat, pakaian, handuk, thermometer, dan sebagainya. (FKUI, 2013).

2.5 Patogenesis
Gonococci telah mengembangkan mekanisme perpindahan yang dimulai dari satu
bentuk antigen ( pilin, Opa atau lipopolisakarida ) ke bentuk antigen yang lain dari molekul
yang sama. Perpindahan tersebut membutuhkan satu tempat untuk setiap 10²- 10³ gonococci,
sebuah perubahan yang sangat cepat bagi bakteri. Karena pilin, Opa dan lipopolisakarida
adalah antigen yang terdapat pada permukaan gonococci, mereka berperan penting dalam
respon kekebalan terhadap infeksi. Molekul-molekul yang cepat berpindah dari satu bentuk
antigen ke bentuk yang lain membantu gonococci untuk mampu menghindar dari sistem
kekebalan inang (Larry dan Lutwick, 2009).
Gambar 3.3 Patogenesis gonore
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata,
rectum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mengarah ke invaginasi
jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi
peradangan uretra ( uretritis ), nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika
kencing (Larry dan Lutwick, 2009).

2.6 Gejala klinis


Masa inkubasi gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2 – 5 hari
biasanya bisa lebih lama berkisar 1 – 14 hari. Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan
karena pada umumnya asimtomatis.
Gejala klinis yang didapatkan pada laki – laki :
 Keluhan (sakit) waktu kencing
 Orifisium yang uretra yang edema dan eritematus
 Sekret uretra yang purulen
Sedangkan pada wanita, sebagian besar wanita yang menderita gonore asimtomatik.
Gonore pada wanita sering mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala
keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan disuria yang ringan. Mungkin juga disertai
keradangan kandung seni dengan gejala polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal
hematuri (Barakbah, 2005).

2.7 Pemeriksaan penunjang


a. Sediaan langsung
Sediaan diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat adanya kuman diplokokus
gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstra seluler. Bahan
pemeriksaan di ambil dari pus d uretra yang keluar spontan maupun melalui
pemijitan, sedimen urin, sekret dari masase prostat (pada pria), muara uretra, muara
kelenjar bartholin, serviks, rektum (pada wanita) dan sekret mata (FKUI, 2013).

Gambar 3.4 Sediaan langsung Neisseria gonorrhoeae


b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan yaitu media transpor (media stuart, media transgrow) dan media
pertumbuhan (mcleod’s chocolate agar, media thayer martin, modified thayer martin
agar).
Media Transpor
 Media Stuart : Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu di tanam kembali
pada media pertumbuhan.
 Media Transgrow: Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan
N.meningitidis, dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan
merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak
perlu di tanam pada media pertumbuhan.
Media Pertumbuhan
 Mc Leod’s chocolate agar : Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel.
Selain kuman gonokok, kuman – kuman yang lain juga dapat tumbuh.
 Media Thayer Martin : Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif,
kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan kuman gram negatif, dan nistatin
untuk menekan pertumbuhan jamur.
 Modified Thayer Martin agar : Isinya di tambah dengan trimetoprim untuk
mencegah pertumbuhan kuman proteus spp (FKUI, 2013).
c. Tes Definitif
Ada 2 macam yaitu tes oksidase dan tes fermentasi
 Tes oksidasi : Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada kolono gonokok tersangka.
Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
 Tes fermentasi : Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi
memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa (FKUI, 2013).
d. Tes Beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192
yang mengandung chorogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna
dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung beta-laktamase (FKUI, 2013).
e. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengatahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Pada
tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
 Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
 Urin di bagi dalam dua gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II (FKUI, 2013).
Hasil:
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui:
a. Anamnesis
b. Gejala klinis
c. Pemeriksaan laboratorium yang positif

2.9 Komplikasi
 Pada pria
a. Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, ascenden, dan
diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagian distal uretra di
sekitar orifisuum uretra eskternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar
duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai
perasaan nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra
eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang
mukoporulen dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah
bening inguinal unilateral atau bilateral. (FKUI, 2008).
b. Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma, infeksi biasanya
terjadi pada penderita dengan prepuitium yang sangat panjang dan kebersihan
yang kurang baik. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber
infeksi laten (FKUI, 2013).
c. Parauretritis
Pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi
pada duktus ditandai dengn butir pus pada kedua muara parauretra (FKUI, 2013).
d. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing, sampai hematuri, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal nyeri
kalau ditekan, bila prostatistik menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermittrn ,
tetapi kadang-kadang menetap (FKUI, 2013).
e. Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala
subjektif menyerupai gejala protstatitis akut berupa demam, polakisuria,
hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme
mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula
seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat
(FKUI, 2013).
f. Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang
sama (FKUI, 2013).
g. Epididimitis
Epididirmis akut biasanya unilateral dan setiap epididirmitis biasanya disertai
deferentitis. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu
sering dilakukan, cairan irrigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi
yang kasar, pengurutan prostate yang berlebihan, dan aktivitas seksual yang
berlebihan. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididirmis
dapat mengakibatkan sterilitas (FKUI, 2013).
h. Trigononitis.
Infeksi asendens dari uretra posterioe mengenai trigonom vesika urinaria,
menimbulkan gejala polluria, disuroa terminal, dan hematuria (FKUI, 2013).
i. Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang – benang atau butir –
butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Di diagnosis
dengan uretroskopi (FKUI, 2013).
j. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Jika infeksi terjadi pada
kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan
pada daerah perineum dan disertai rasa nyeri serta panas, nyeri pada waktu
defekasi dan disuria (FKUI, 2013).
 Pada wanita
a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria, kadang – kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifisium
uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen (FKUI,
2013).
b. Parauretritis/Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi (FKUI, 2013).
c. Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang – kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut
atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis (FKUI, 2013).
d. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan.
Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penerita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan
dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren
atau menjadi kista (FKUI, 2013).
e. Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut, atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu: masa puerperium (nifas), dilatasi setelah kuretase, pemakaian
IUD dan tindakan AKDR (FKUI, 2013).
 Selain mengenai alat – alat genital, gonore juga menyebabkan infeksi nongenital yang
akan diuraikan berikut ini:
a. Proktitis
Pada pria dan wanita umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena
kontaminasi dari vagina dan kadang – kadang karena hubungan genitoanal seperti
pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pada pria, terasa
seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa
edematosa, eritematatosa dan tertutup pus mukopurulen (FKUI, 2013).
b. Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore
lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan sering bersifat
asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen yang ringan atau sedang (FKUI, 2013).
c. Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita servisitis
gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva
melalui tangan atau alat – alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak
dan keluar eksudat mukopurulen (FKUI, 2013).
d. Gonore diseminata
Kira – kira 1% gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini
banyak di dapat pada penderita dengan gonore asimtomatik sebelumnya, terutama
pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa artritis (terutama monoartritis),
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis (FKUI, 2013).

2.10 Diagnosis banding


 Uretritis non Gonore
 Trikomoniasis

2.11 Penatalaksanaan
a. Gonore tanpa komplikasi (cervks, uretra, rectum, dan faring)
1. Ciprofloxacin 500mg PO dosis tunggal
2. Ofloxacine 400 mg PO dosis tunggal
3. Cefixime 400 mg PO dosis tunggal
4. Ceftriakson 250 im dosis tunggal
Bila kecurigaan infeksi campuran dengan chlamidia bisa diberi eritromicin
500 mg 4 dd 1 selama 7 hari, Doksisiklin 100mg/sehari 2 kali 1 selama 7 hari

b. Gonore dengan komplikasi sistemik


1. Meningitis dan endocarditis : cefriakson 1-2 g iv setiap 12 jam, untuk
meningitis dilanjutkan 10-14 haru dan untuk endocarditis diteruskan paling
sedikit 4 minggu
2. Arthritis, tenosynovitis dan dermatitis
 Ciprofloksasin 500mg iv tiap 12 jam
 Ofloksasin 400 mg tiap 12 jam
 Cefotaxim 1 g iv tiap 8 jam
 Cefriakson 1 g im/iv tiap 24 jam
c. Gonore pada bayi dan anak
1. Sepsis, arthritis, meningitis atau absen kulit kepaka pada bayi
 Cefriakson 25-50 mg/kg/hari/im 1 kali sehari selama 7 hari
 Cefotaxime 25 mg/kg/iv/im tiap 12 jam selama 7 hari
2. Vulvovaginitis, cervisitis, uretritis, faringitis atau proctitis
 Cefriakson 125 mg im single dose
3. Bakteremia atau arthritis pada anak
 Cefriakson 50 mg/kg im/iv 1 kali sehari selama 7 hari

d. Gonore pada wanita hamil


1. Cefriakson 250 mg dosis tunggal
2. Amoksisilin 3 g + probenesid 1 g
3. Cefixime 400 mg dosis tunggal (FKUI, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Barakbah J, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. 2005.
Daili, S.F., 2013. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed. Jakarta:
Balai Penerbitan FKUI, 369-379.
Fitzpatrick. 2008. The Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Dermatology in
General Medicine, 7th ed., edited by IM Freedberg et al. The McGraw-Hill
Companies.
Malik SR, dkk. Dalam Jawas FA, Dwi M. 2008 Penderita Gonore di Divisi PMS Unit Rawat
Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU dr. Soetomo Surabaya Tahun 2002 –
2006. FK UNAIR. Surabaya
The CDC. 2002. Guidelines For The Treatment Of Sexually Tramsmitted Diseases:
Implication For Women’s Health Care. J of Midwifery and Women’s Health.
2003;48:96-104
Wong B. 2011. Gonococcal Infections. Di akses 2 mei 2015 dari
http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview
World Health Organization, 2001. Global Prevalence and Incidence of Selected Curable
Sexually Transmitted Infections Overview and Estimates. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization, 2007. Sexually Transmitted Infections. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/

Anda mungkin juga menyukai