Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

AKUNTANSI SEBAGAI SISTEM INFORMASI

Perkembangan ekonomi dan perdagangan yang semakin cepat menuntut disajikannya informasi yang
akurat. Akuntansi sangat dibutuhkan dalam dunia usaha sebagai salah satu sumber informasi yang menyajikan hasil
kegiatan dan posisi keuangan suatu organisasi. Para pemakai informasi akuntansi membutuhkannya untuk
mengambil keputusan yang bersifat ekonomis. Oleh karena itu, peranan akuntansi makin dibutuhkan di dalam dunia
usaha yang terus mengalami perkembangan. Akuntansi berkembang dari system tata buku berpasangan ( double
entry system) yang pertama kali diperkenalkan di Italia pada tahun 1494. Seorang ahli ilmu pasti berkebangsaan
Italia, Lucas Paciolo yang menerbitkan buku berjudul Summa de Aritmatica, Geometria, Proportioni et
Proportionalita. Pada bagian buku tersebut berisi tentang pengetahuan akuntansi dengan judul Tractatus de
Computis et Sriptorio.

A. Pengertian Akuntansi
Akuntan mengambil informasi tentang transaksi dan kejadian dalam bisnis dan meringkas aktivitas
tersebut ke dalam laporan yang digunakan oleh pihak- pihak yang tertarik dan berkepentingan dalam dunia
usaha (business entity). Akuntansi sering disebut sebagai “ Bahasa Bisnis” atau “ Bahasa Pengambil
Keputusan”, karena semakin kita memahami dan menguasai ilmu akuntansi, maka akan semakin baik pula
dalam menangani dunia usaha terutama aspek keuangan perusahaan.
1. Difinisi dari Sudut Pemakai
Akuntansi dapat didifinisikan sebagi suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu
organisasi. Adapun manfaat informasi akuntansi antara lain untuk :
a. Membuat perencanaan yang efektif, pengawasan, dan pengambilan keputusan oleh manajemen;
b. Pertanggungjawaban organisasi kepada para investor, kreditur, pemerintah dan lain sebagainya.
2. Difinisi dari Sudut Kegiatan
Ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didifinisikan sebagai suatu proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuanagn organisasi. Pada dasarnya
akuntansi meliputi kegiatan berikut ini.
a. Mengidentifikasi data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, baik data yang berasal dari intern
perusahaan maupun data yang berasal dari ekstern perusahaan.
b. Memproses atau menagnalisis data yang relevan
c. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, misalnya untuk
pengembangan usaha atau perluasan usaha, penambahan investasi, dan sebaginya.
Menurut American Accounting Associatin (AAA) lembaga yang paling bertanggung jawab atas
pengembangan akuntansi di Amerika, Accounting is the process of identiftying, measuring, and
communicating economic information. (Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan
pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkanadanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas
dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut).
Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Acounting is the art of
recoeding, classiflying and summarizing in a significant manner and terms of money, transaction and
events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the result there of. (Akuntansi
sebagai suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu yang dinyatakan
dalam uang, transaksi dan peristiwa paling tidak mengenai karakter keuangan dan penafsiran hasilnya)
Akuntansi sebagai aktivitas yang berfungsi untuk menghasilkan informasi yang bersifat angka, terutama
tentang finansial, dari suatu unit entitas ekonomi, yang dimaksudkan untuk dapat berguna sebelum
pengambilan keputusan ekonomi, dalam menentukan pilihan yang dianggap memiliki dasar yang kuat
dibandingkan jika mengambil pilihan yang lain.
Menurut Weygan, Kimmel dan Kieso, Accounting is an information system that identifies, records,
and communicates the economic events of an organization to interested users. (Akuntansi adalah sebuah
system informasi yang meliputi identifikasi, pencatatan dan pengomunikasian transaksi ekonomi dari
sebuah organisasi yang berguna untuk pemakai).

B. Pemakai Informasi Akuntansi


Informasi akuntansi yang dihasilkan dalam bentuk laporan keuangan memiliki kegunaan bagi berbagai
pihak. Kegunaan tersebut diantaranya yaitu :
1. Sebagai alat perencanaan, pengendalian kegiatan perusahaan, dan dasar pembuatan keputusan bagi
pemimpin;
2. Sebagi laporan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak di luar perusahaan
Adapun pihak-pihak yang memerlukan informasi akuntansi diantaranya dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pihak Intern atau Pimpinan Perusahaan (Manajer)
Bagi manajer perusahan, informasi akuntansi digunakan untuk menyusun perencanaan dan
pengawasan terhadap operasional perusahaan atau jalannya perusahaan, mengevaluasi kemajuan yang
dicapai dalam usaha mencapai tujuan, dan melakukan Tindakan koreksi yang diperlukan.

2. Pihak Ekstern Perusahaan


a. Investor atau calon investor (Investors)
Para investor melakukan penanaman modal dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk
mendapatkan bagian laba. Investor atau calon investor memerlukan informasi akuntansi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli atau menjual investasi tersebut.
b. Karyawan (Employees)
Karyawan dan kelompok yang mewakili mereka membutuhkan informasi akuntansi untuk
mengetahui stabilitas dan protabilitas perusahaan. Selain itu, informasi akuntansi tersebut juga
diperlukan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa (gaji), manfaat pension, dan
pembukaan lapangan pekerjaan atau kebutuhan tenaga kerja.
c. Pemberi Pinjaman (Lenders)
Pemberi pinjaman atau bank hanya bersedia memberikan kreditnya kepada suatu perusahaan
yang dipandang mampu mengembalikan atau mengangsur pinjaman beserta bunganya pada saat jatuh
tempo atau tepat pada waktunya.
d. Pemasok atau Kreditur Usaha lainnya (Suppliers and Other Trade Creditors)
Pemasok atau kreditur usaha lain tertarik dengan informasi akuntansi yang memungkinkan
mereka memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman, kecuali jika sebagi pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup
perusahaan.
e. Pelanggan (Costumers)
Pelanggan membutuhkan informasi akuntansi untuk kelangsungan hidup perusahaan, terutama
jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka Panjang dengan perusahaan.
f. Pemerintah (Governments)
Pemerintah dan berbagai Lembaga yang berada dibawah kekuasaaanya berkepentingan dengan
alokasi sumber daya dan informasi akuntansi untuk menetapkan pajak, dan sebagai dasar untuk
Menyusun statistic pendapatan nasional dan statistic lainnya.
g. Masyarakat (Public)
Perusahaan mempengaruhi masyarakat dengan berbagai cara, diantaranya perusahaan dapat
memberikan kontribusi yang berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
diperkerjaan dan perlindungan kepada penanam modal domestic.

C. Karakteritik Kualitas Informasi Akuntansi


Karakteristik kualitas informasi akuntansi merupakan ciri khas yang membuat informasi akuntansi
berguna bagi pengguna atau pemakai informasi tersebut. Informasi akuntansi yang berkualitas harus
memenuhi syarat-syarat berikut ini.
1. Dapat dipahami (undertandability), artinya laporan keuangan dapat dengan mudah untuk dipahami oleh
pemakai.
2. Relevan (relevance), artinya laporan keuangan harus sesuai dengan tujuan operasi perusahaan dan
memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
3. Materialitas (materiality), artinya suatu laporanatau fakta dipandang material kalua kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan analisis keadaan lain sebagai bahan pertimbangan pelengkat.
4. Keandalan (reliability), artinya informasi laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material yang dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan
jujur (faithful representation).
5. Penyajian Jujur (faithful representation), artinya informasi akuntansi harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
6. Substansi mengungguli bentuk (substance over form), artinya jika informasi yang dimaksudkan untuk
menyajikan dengan jujur, maka transaksi perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
7. Netralitas (neutrality), artinya informasi akuntansi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
8. Pertimbangan sehat (prudence), artinya informasi yang disajikan mengandung unsur kehati-hatian pada
saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian.
9. Kelengkapan (completeness), artinya informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam Batasan
materialitas dan biaya.
10.Dapat dibandingkan (comparability), artinya informasi akuntansi harus dapat dibandingkan dengan
laporan periode sebelumnya dan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

D. Prinsip Dasar Akuntansi


1. Prinsip-Prinsip Akuntansi
Informasi akuntansi harus disusun dan dilaporkan secara objektif agar bermanfaat bagi para
pemakai informasi akuntansi tersebut. Oleh karena itu, dalam mengerjakan akuntansi keuangan perlu
didasakan suatu pedoman yang telah diuji dan diterima oleh umum. Pedoman ini dikenal dengan nama
Prinsip Akuntansi. Prinsip-prinsip akuntansi dirumuskan oleh suatu badan yang kompeten, yakni Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) yang merupakan badan yang berwenang untuk membuat peraturan-peraturan di
bidang akuntansi. Olei IAI prinsip tersebut dituangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
merupakan himpunan prinsip, prosedur, metode dan Teknik akuntansi yang mengatur penyususnan laporan
keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak di luar perusahaan. Dengan adanya prinsip akuntansi
ini dapat diketahui bagaimana cara mencatat dan menyajikan aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan biaya
dalam laporan keuangan. Prinsip-prinsip akuntansi tersebut, diantaranya sebagai berikut.
a. Prinsip Konservatif (Conservatism)
Prinsif konservatif ini memungkinkan perusahaan dapat memilih salah satu metoda dan prosedur
akuntansi misalnya untuk aktiva akan dipilih suatu nilai yang paling rendah dan sebaliknya untuk nilai
utang yang mempunyai alternatif dalam menentukannya akan diambil nilai yang paling besar.
Penggunaan asal konservatif di dalam praktik tampak tercemin dalam :
1) Membuat perhitungan penyusutan
2) Penilaian berdasarkan harga yang paling rendah diantara harga perolehan dan harga pasar
b. Prinsip Konsistensi (Consistence)
Prinsip konsistensi berarti setiap perusahaan diharuskan untuk menetapkan prinsip, konsep, dan
metode akuntansi yang sama dari suatu periode ke periode berikutnya. Akan tetapi, tidak berarti
perusahaan tidak boleh mengubah prinsip, konsep atau metoda akuntansinya. Perubahan dapat
dilakukan dengan alasan yang secara jelas dapat diutarakan dalam laporan keuangan serta pengaruh
kuantitatif akibat perubahan tersebut. Prinsip ini dimaksudkan untuk mencegah manipulasi informasi
yang akibatnya cukup material terhadap hasil usaha maupun posisi keuangan perusahaan.
c. Prinsip Cukup Berarti (Materiality)
Suatu laporan, fakta atau elemen dapat dianggap cukup berarti (materiality) jika adanya atau
sifatnya akan mempengaruhi atau menimbulkan perbedaan dalam pengambilan keputusan, dengan
analisis keadaan-keadaan lain sebagai bahan pertimbangan pelengkap. Sedangkan jika tidak
mempengaruhi atau menimbulkan perbedaan dalam pengambilan keputusan, maka jumlah itu
dinyatakan tidak cukup berarti (tidak cukup berarti)
d. Prinsip Lengkap (Completeness)
Prinsip ini menuntut bahwa laporan keuangan, catatan-catatan atau bahan-bahan keterangan
yang ada hubungan dengan laporan keuangan, dan yang penting bagi para pemakai laporan keuangan,
harus diinformasikan secara lengkap, tidak ada yang disembunyikan.
e. Prinsip Dapat Dimengerti (Understandability)
Semua data dan informasi yang penting yang tercantum dalam laporan keuangan harus
diungkapkan sejelas-jelasnya agar para pemakai laporan keuangan dapat mengerti dengan jelas.
f. Prinsip Objektif (Objectivity)
Kemanfaata suatu laporan keuangan ditentukan oleh objektivitas dengan dibuktikan kebenaran
data tersebut. Prinsip ini diharapkan guna menghindari terjadinya penilaian yang salah membawa
konsekuensi salahnya interprestasi dan kesimpulan.

2. Konsep Dasar Akuntansi


Penyelenggaraan pembukuan di Indonesia yang merupakan kewajiban suatu perusahaan harus
berpedoman pada suatu dasar hukum atau kerangka dasar, yang disebut Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para pemakai eksternal.

Kerangka dasar SAK yang mendasari laporan keuangan antara lain membahas tentang :
a. Tujuan laporan keuangan;
b. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan;
c. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan;
d. Konsep modal serta pemeliharaan modal
Adapun tujuan penyusunan kerangka dasar adalah dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak
berikut ini.
a. Komite penyususn Standar Akuntansi Keuangan, dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam
Standar Akuntansi Keuangan.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan.
d. Para pengguna, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. SAK juga merupakan pedoman dalam Menyusun dan
menyajikan laporan keuangan suatu perusahaan dan unit-unit ekonominya.
Secara umum konsep dasar akuntansi yang digunakan sebagai acuan dalam Menyusun laporan
keuangan yang ditujukan bagi para pemakai informasi akuntansi diantaranya sebagai berikut.
a. Konsep Kesatuan Usaha (Bussines Entity)
Konsep entitas atau kesatuan usaha mempunyai pengertian bahwa laporan keuangan
digunakan baik, oleh suatu organisasi atau bagian dari organisasi yeng berdiri sendiri maupun
terpisah dari organisasi lain atau individu lain.
b. Konsep Pengukuran Uang atau Uang sebagai Alat Ukur (Money Measurement Concept)
Konsep ini mengandung pengertian bahwa uang merupakan alat ukur umum dan paling tepat
pula bagi pengukuran analisis akuntansi. Dalam pencatatan, unit moneter yang diwakili oleh uang
sangat relevan, sederhana, tersedia secara universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum,
dengan adanya uang sebagai alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan unit moneter lebih
dapat terkomunikasikan atas informasi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan tersaji dalam
bentuk informasi kuantitatif. Hal inilah yang membuat pengguna laporan keuangan lebih dapat
melihat objektivitas informasi sumber daya ekonomi bagi perusahaan untuk dapat membuat
keputusan ekonomi yang rasional.
c. Konsep Kelangsungan Usaha (Ging Concerm)
Konsep kesinambungan mempunyai maksud bahwa laporan keuangan dibuat oleh suatu unit
ekonomi yang diasumsikan akan terus-menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan.
Oleh karena itu, penyajian asset dalam laporan keuangan harus berdasarkan harga historis atau
harga perolehannya.
d. Konsep Dua Aspek Akuntansi (Berpasangan)
Dua aspe dalam konsep ini, yaitu aspek berhubungan dengan penerimaan atas suatu manfaat
tertentu dan aspek yang berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut.. Misalnya, ketika
mesin yang telah dibeli oleh perusahaan, mesin memberikan manfaat untuk dapat memproduksi
barang atau jasa. Untuk memiliki mesin tersebut perusahan harus membayar sejumlah uang kepada
supplier mesin. Dengan demikian, setiap transaksi bisnis berkaitan dengan dua aspek yang tidak
terpisahkan dan dua aspek tersebut dicatat tanpa terkecuali. Konsep dua aspek akuntansi ini
mendasarkan pada kaidah bahwa setiap bagian bisnis selalu memiliki persamaan dan reaksi
sebaliknya. Menurut konsep ini perusahaan akan sama dengan liabilitas ditambah akuitas. Konsep
dua aspek akuntansi (system berpasangan) merupakan turunan dari konsep kesatuan usaha.
Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik mengakibatkan menajemen harus
mempertanggungjawabkan asset yang telah dan sedang dikelolanya serta menyajikan sumber asset
tersebut.
e. Konsep Harga Perolehen (Cost)
Konsep harga perolehan ini menetapkan bahwa harta atau jasa yang dibeli atau diperoleh
harus dicatat atas dasar biaya yang sesungguhnya. Meskipun pembeli mengetahui bahwa harga
mungkin masih bisa ditawar, tetapi barang atau jasa yang dibeli akan dicatat berdasarkan harga
yang disepakati dalam transaksi tersebut. Contohnya terjadi apabila suatu perusahaan membeli
asset tetap (mesin) seharga Rp100.000.000,00; biaya angkut Rp5.000.000,00; serta biaya
pemasangan dan percobaan Rp5.000.000,00. Dengan demikian mesin tersebut memiliki harga
perolehan (cost) sebesar Rp10.000.000,00.
f. Konsep Periode Akuntansi
Kegiatan suatu perusahaan akan tetap ada selama jangka waktu yang lama dan tidak ditentukan.
Untuk mengetahui hasil operasi atau laba-rugi dan penyajian psisi keuangan untuk periode satu
tahun sesuai dengan kalende tahunan sebagai tahun laporan keuangan. Konsep periode akuntansi
menyatakan bahwa akuntansi memperhitungkan laba dengan periode waktu sebagai ketentuan.
Sebagai implikasi dan konsep periode akuntansi ini adlah akuntansi menentukan laba dengan
membandingkan antara pendapatan pada suatu periode dengan beban yang dianggap dapat
menciptakan pendapatan untuk periode tersebut.
g. Konsep Perbandingan Pengeluaran Beban dengan Penghasilan (Matching Concept)
Dalam laporan keuangan, pengeluaran beban yang diakui dalam laporan laba rugi berlandasklan
atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh. Suatu laporan keuangan yang disajikan harus mempertemukan secara layak antara
biaya-biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi
yang sama.
h. Konsep Upaya dan Hasil (Effort and Accomplishment)
Konsep pembandingan pengeluaran beban dengan penghasilan (matching concept) yang
berimplikasi pula pada konsep upaya dan hasil (pendapatan). Secara koseptuan, pendapatan timbul
karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya, artinya pendapatn sudah dapat
diakui meskipun belum terealisasi karena adanya pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan
kegiatan produktifnya.

E. Bidang-Bidang Akuntansi
1. Akuntansi Keuangan atau Akuntansi Umum (Financial Accounting), akuntansi yang kegiatannya sejak
dari pencatatan transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan pihak di luar
perusahaan.
2. Akuntansi Managemen (Management Accounting), akuntansi yang meliputi segala kegiatan dalam
perusahaan untuk pertimbangan pengambilan keputusan
3. Akuntansi Anggaran (Budgeting), akuntansi yang menyajikan kegiatan keuangan untuk jangka waktu
tertentu dilengkapi system penganalisisan dan pengawasan
4. Akuntansi Pemeriksaan (Auditing), akuntansi yang berhubungan dengan pemeriksaan bebas dari
akuntansi umum, yang biasanya dikerjakan oleh akuntan public
5. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting), akuntansi yang berkaitan dengan masalah perpajakan, seperti
pengisian SPT, perhitungan PPh, PPN dll.
6. Akuntansi Biaya (Cost Accounting), akuntansi yang kegiatan utamanya ditunjukan untuk menghitung
biaya-biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.
7. Sistem Akuntansi (Accounting System), akuntansi yang berhubungan dengan prosedur akuntansi dan
peralatanya serta penentuan Langkah dalam pengumpulan dan pelaporan data keuangan.
8. Akuntansi Pemerintahan (Government Accounting), akuntansi kegiatanya diarahkan pada transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh Lembaga pemerintahan.

F. Profesi Akuntan
Jabatan-jabatan dalam lapangan akuntansi atau profesi akuntansi dapat dikelompokan dalam berbagai bidang.
Berdasarkan lingkup kegiatan dan bidang garapannya, profesi akuntansi adalah sebagi berikut :
1. Akuntan Publik
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011, merupakan suatu profesi yang
jasa utamanya adalah jasa dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan (Akuntan Ekstern)
2. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya
melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam
pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah
3. Akuntan Pendidik
Menurut pendapat Soemarso pengertian akuntan pendidik merupakan akuntan yang bekerja di bidang
pendidikan akuntansi untuk mengajar, menyusun kurikulum pendidikan, dan melakukan penelitian pada
bidang akuntansi

Syarat, seorang akuntan pendidik juga harus memiliki hal yang dikuasai untuk menjadi pendidik,
diantaranya :
 Mampu melakukan alih pengetahuan (transfer of knowledge) perihal akuntansi kepada murid
ataupun mahasiswanya.
 Menguasai tingkat pendidikan tinggi dan juga menguasai pengetahuan tentang bisnis dan
akuntansi, dan juga teknologi informasi
 Mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan melakukan penelitian

4. Akuntan Intern atau Akuntan Perusahaan


Akuntan intern merupakan akuntan yang bertugas pada organisasi atau perusahaan, bisa di bilang akuntan
intern sebagai akuntan perusahaan maupun akuntan manajemen. Kedudukannya bisa dari staf biasa sampai
kepala bagian akuntansi maupun direktur keuangan.
Tugas Akuntan Intern
1. Membentuk sistem biaya akuntansi pada suatu perusahaan, yang mana semua akuntan wajib
menjalankan aktivitas dalam sistem tersebut dan standar akuntansi keuangan.
2. Merancang laporan keuangan yang berguna untuk pihak-pihak intern serta eksternal perusahaan.
3. Membentuk anggaran perusahaan setiap tahun.
4. Membenahi masalah daripada perpajakan serta pemeriksaan (audit) intern.

G. Etika Profesi Akuntansi


Etika profesi seorang akuntan diperlukan untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik
profesinya di masyarakat.
Adapun etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia pada prinsipnya sebagi berikut :
1. Tanggung Jawab Profesi
Untuk menjalankan tanggung jawabnya secara professional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Etika ini mewajibkan setiap anggota senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada public,
menghormati kepercayaan public dan menunjukkan komitmen atau profesionalismenya.
3. Intergritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dangan integritas setinggi mungkin. Integritas mempunyai pengertian sebagi suatu elemen
karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional, kualitas yang mendasari kepercayaan
public,dan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
4. Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Jadi setiap
anggota harus bersif objektif dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Yang dimaksud dengan kompetensi dan kehati-hatian professional adalah setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan prinsip kehati-hatian, kompeten, dan kerukunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya pada tingkat
yang diperlukan. Hal ini guna memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi, dan Teknik yang paling
mutakhir.
6. Kerahasiaan
Yaitu setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesioanl dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan kecuali
bila ada haka tau kewajiban prfesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi Tindakan yang
dapat mendeskreditkan profesi. Kewajiban tersebut harus dipenuhi setiap anggota sebagai perwujudan
tanggung jawabnya kepada penerima jasa pihak ketiga, anggota lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat
umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota wajib melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis atau standar
professional yang relevan. Anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa dengan keahlian dan kehati-hatian, selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
objektivitas.

Anda mungkin juga menyukai