Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau batuan
sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat. Sedimen adalah hasil proses erosi,
baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen
umunya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di
saluran air, sungai dan waduk. Sedangkan hasil sedimen (sedimen yield) adalah
besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air
yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak, 2004; Chow, 1997).

Proses pengangkutan sedimen dan pengendapannya tidak hanya tergantung dari


sifat-sifat aliran tetapi juga tergantung pada sifat-sifat aliran tetapi juga tergantung
pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Pada alur sungai yang curam, daerah mana
merupakan obyek dari pekerjaan bangunan pengendali sedimen ada dua fenomena
dari gerak sedimen. Sedimentasi terjadi apabila banyaknya sedimen yang
terangkut lebih besar daripada kapasitas sedimen yang ada. Banyak pegunungan
besar di bumi pada masa lalu yang telah hilang, tapi bukti keberadaannya
dipertahankan dalam batuan sedimen yang berasal dari uraiannya. Terkena
hidrosfer, atmosfer, dan biosfer selama jutaan tahun, batuan di pegunungan kuno
yang melapuk dan perlahan dipecah untuk membentuk puing-puing yang disebut
sedimen bersama dengan ion terlarut. Bahan ini diangkut ke daerah yang lebih
rendah oleh gravitasi dan sungai kuno, gletser, dan angin. Sedimen, bersama
dengan sisa-sisa dari setiap tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah,
terakumulasi perlahan, lapis demi lapis. Perubahan fisik dan kimia mengubah
sedimen menjadi batuan sedimen.
2

Batuan sedimen memiilki keunikan dalam berbagai hal. Tidak seperti batuan
metamorf dan banyak batuan-batuan beku, mereka terbentuk secara alami dekat
permukaan bumi. Lapisan batuan sedimen memberikan gambaran rinci tentang
kondisi permukaan bumi di masa lalu. Situasi kehidupan secara umum cocok
dengan kondisi saat ini dalam pembentukan batuan-batuan metamorf dan sebagian
besar jenis batuan beku. Namun, tanaman dan binatang hidup di wilayah yang
banyak terjadi penumpukan sedimen, dan tetap mereka biasanya dimasukkan ke
dalam batuan sedimen.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagi berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sedimentasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan batuan sedimen?
3. Apa saja jenis-jenis batuan sedimen?
4. Apa saja faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan batuan
sedimen?
5. Bagaimana ciri-ciri batuan sedimen?
6. Apa saja contoh-contoh batuan sedimen?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi sedimentasi?
2. Mengetahui definisi batuan sedimen?
3. mengetahui jenis-jenis batuan sedimen?
4. Mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan
batuan sedimen?
5. Mengetahui ciri-ciri batuan sedimen?
6. Mengetahui contoh-contoh batuan sedimen?
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengkikisan dan pelapukan
hasil dari pengkikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah
yang kemudian diendapkan. Proses sedimentasi adalah proses pengendapan
material. Karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang
dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang
berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian
material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk
proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada
kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan
energy yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus
dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi
semakin kecil, material yang diendapkan pun semakin halus. Semua batuan hasil
pelapukan dan pengkikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan
sedimen. Hasil proses sedimentasi disuatu tempat dengan tempat lain akan
berbeda.

Menurut Wiroseodarmo (2011), Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa
erosi permukaan, erosi parit atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya
mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air,
sungai dan waduk. Sedangkan hasil sedimen (sedimen yield) adalah besarnya
sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur
pada periode waktu dan tempat tertentu.
4

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), dan telah mengalami proses angkutan dari satu kawasan
ke kawasan yang lain. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama.
Sedimen ini apabila mengeras akan menjadi batuan sedimen. Kajian berkenaan
dengan sedimen dan batu sedimen ini disebut dengan sedimentologi. Di antara
sedimen yang ada ialah lumpur, pasir, kelikir dan sebagainya. Sedimen ini akan
menjadi batu sedimen apabila mengalami proses pengerasan.

2.2 Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terjadi karena proses pengendapan
materi hasil erosi atau pelarutan. Dari proses tersebut, endapan batuan akan
menjadi keras karena adanya zat-zat yang melekat pada bagian-bagian endapan
atau karena proses tekanan. Dengan kata lain, pada awalnya jenis batuan ini
memiliki bentuk yang lunak namun pada akhirnya berubah menjadi keras karena
alami berupa bantuan.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi material-
material yang telah mengalami perombakan terlebih dahulu atau hasil
pengendapan akibat proses kimia dan biologi dan kemudian mengalami proses
pembatuan (lithifikasi). Batuan sedimen diendapkan lapisan demi lapisan
dipermukaan litosfer, dalam temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
Sebaliknya, kebanyakan batuan beku dan metamorf terjadi di bawah permukaan
bumi, dalam temperatur dan tekanan tinggi.

Lapisan demi lapisan batuan sedimen terendapkan secara kontinu sepanjang


waktu geologi dan berasal dari batuan yang telah ada lebih dulu, seperti batuan
beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen yang lain. Oleh proses pelapukan,
gaya-gaya air dan pengikisan oleh angin, batuan-batuan tersebut dihancurkan,
diangkut dan kemudian diendapkan ditempat-tempat yang rendah letaknya,
misalnya di laut, di samudra-samudra dan di danau-danau, rawa-rawa. Mula-mula
sedimen-sedimen ini adalah batuan yang lunak, tetapi karena makin bertambah
tebalnya lapisan-lapisan sedimen itu, temperatur dan tekanannya makin
bertambah, dan oleh proses diagenesis maka sedimen-sedimen yang lunak akan
5

menjadi keras, sehingga sifat-sifat fisika kimia dari batuan itu berada dari ketika
batuan itu mulai diendapkan.
Menurut K.P. Koesoemandiinata (1981), batuan sedimen berdasarkan
komposisinya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. Batuan sediment detritus
Dapat dibedakan menjadi :
A. Detritus kasar
Contohnya yaitu breksi, konglomerat dan kokuina
B. Detritus sedang
Contohnya yaitu batu pasir, arkosa, dan grewak
C. Detritus halus
Contohnya yaitu batu lanau, batu lempung, batu lumpur dan serpih

2. Batuan sedimen evaporit


Batuan sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan
(evaporation) air laut. Proses ini mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia.
Akhirnya, bahan kimia tersebut akan menghablur apabila hampir semua
kandungan air manjadi uap. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari
yang cukup lama. Misalnya batugaram (rock salt) yang berupa Halite (NaCl),
batu gipsum, anhidrit dan travetrin.

Gambar di bawah adalah halit di Devil’s Golf Course yang merupakan bagian
dari Death Valley National Park, California. Di taman nasional ini terdapat
bekas danau air asin yang merupakan daerah terendah di Amerika Serikat,
yaitu Badwater Basin dengan kedalaman 282 kaki (86 m) di bawah
permukaan laut.
6

Sisa dari cekungan tersebut saat ini banyak terdapat Halit yang terbentuk
karena penguapan. Contoh lain batu Halit dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Pada gambar di atas, Halit berwarna putih, orange, dan biru. Biasanya, Halit
berwarna putih. Percampuran warna di atas sebagai akibat adanya radiasi dari
mineral kalium. Contoh Halit di atas ditemukan di New Mexico.

3. Batuan sedimen organik


Batuan sedimen organik terjadi karena selama proses pengendapannya
mendapat bantuan dari organisme. Organisme tersebut dapat berupa sisa,
rumah atau bangkai binatang laut yang tertimbun di dasar laut seperti kerang,
terumbu karang, tulang belulang, lapisan humus di hutan, dan sebagainya.
Contoh yang paling baik adalah batubara seperti pada gambar di bawah ini,
yaitu antrasit (batubara dengan kualitas terbaik):

Batubara terbentuk dari serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam
suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan). Material
7

endapan ini mengalami tekanan yang tinggi dan termampatkan. Akhirnya,


endapan ini berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara. Ilustrasi
pembentukan batubara sampai dengan antrasit dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar di atas menjelaskan pembentukan batubara. Batubara terbentuk dari


tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, pemampatan, dan
perubahan sebagai akibat pengaruh kimia dan fisika. Proses pembentukan
dari sisa-sisa tumbuhan menjadi gambut kemudian menjadi batubara muda
sampai batubara tua.

4. Batuan sedimen silika


Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO 2). Batuan ini hasil
dari proses kimiawi dan atau biokimia yang berasal dari kumpulan organisme
berkomposisi silika seperti: diatomae, radiolaria dan sponges. Contoh batuan
silika adalah batu api (flint), jasper, fosforit, dan rijang. Rijang seperti pada
gambar di bawah ini.
8

Batu rijang (chert), yang ditemukan di Kali Muncar merupakan batuan yang
sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan, masif, atau berlapis. Batu
rijang terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap.
Sebenarnya, batu rijang termasuk batuan sedimen laut dalam yang tersingkap,
sehingga dapat dikatakan inilah batuan tertua yang menjadi pondasi Pulau
Jawa.

5. Batuan sedimen karbonat


Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi, organik. Contoh dari
batuan ini adalah batu gamping, dolomit, kapur (chalk), kalkarenit dan
travertin. Travertin seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar di atas dapat mendeskripsikan bagaimana terbentuknya Travertin


yang ada di Yellostone National Park. Teras Travertin merupakan kolam air
di daerah karts yang mengalir dari satu lantai tinggi ke lantai yang lebih
rendah. Selanjutnya, air akan menguap dan kalsium karbonat diendapkan
seperti tampak pada gambar. Contoh Travertin yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
9

Gambar di atas adalah contoh Travertin yang ada di Kecamatan Wetar, Maluku
Barat Daya. Travertin terbentuk dari hasil endapan kalsium karbonat melalui air
panas. Dengan demikian, air panas yang mengalir menunjukkan adanya
penerobosan di dalam tanah melalui formasi batugamping. Travertin yang
terbentuk di Sungai Desa Lurang ini muncul pada satuan tuf riolitik pada batuan
vulkanik sakir.

Pada umumnya, batuan sedimen memiliki warna yang terang atau cerah, putih,
kuning maupun abu-abu terang. Namun sebenarnya ada juga batuan sedimen yang
berwarna gelap, abu-abu gelap, merah, cokelat, hingga hitam sekalipun.
Sedemikian sehingga dapat disimpulkan bahwa warna batuan sedimen sebenarnya
bervariasi, di mana sangat tergantung dari komposisi bahan yang membentuknya.

Selain itu, sekitar 80% permukaan benua memang tertutup oleh batuan sedimen.
Yang mana, materi yang merupakan hasil erosi tanah atau pelarutan terdiri dari
berbagai jenis partikel, mulai dari yang halus, kasar, berat, dan juga ringan. Cara
pengangkutannya pun bermacam-macam, mulai terdorong (traction), terbawa
secara melompat-lompat (saltion), terbawa dalam bentuk suspensi, da nada pula
yang larut (salution).

1. Proses Pembentukkan Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk dari material endapan. Mula-mula, material endapan
mengalami proses pengangkutan dari satu tempat (kawasan) sampai di lokasi di
mana material tersebut berhenti berpindah. Selama proses pemberhentian ini,
lokasi di mana material diendapkan secara terus-menerus akan mendapatkan
suplai dari material endapan lainnya. Selanjutnya, material yang diendapkan
akan mengalami pengerasan yang kemudian menjadi batu. Mula-mula
sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karena proses diagnesi
sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras. Ilmu yang mempelajari
batuan sedimen disebut dengan sedimentologi.

Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh
kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengkikisan, angin-angin
serta proses liftifikasi, diagnesis dan transportasi, maka batuan ini terendapkan
10

di tempat-tempat yang reltif lebih rendah letaknya, misalnya dilaut, samudram


ataupun danau-danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan lunak,
akan tetapi karena proses diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadik akan
menjadi keras.
A. Proses liftifikasi
Liftifikasi berasal dari kata kerja to lifthy yang bearti menjadi batu, adalah
proses dimana sedimen urai (unconsolidated) perlahan-lahan berubah
menjadi batuan sedimen atau dengan kata lain yaitu proses perubahan
material sedimen manjadi batuan sedimen yang kompak. Selama liftifikasi
terjadi perubahan keseluruhan secara kimia, biologi dan fisika yang
mempengaruhi sedimen sejak diendapkan. Selama dan proses liftifikasi
disebut diagnesis.
B. Proses diagnesis
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen
selama terpendamkan dan terliftifikasikan. Proses diagnesis ini dapat
merupakan kompaksi yaitu pemadatan, karena tekanan lapisan di atas atau
proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan
keras oleh larutan-larutan kimia, misalnya larutan kapur dan silisium.
Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Beberapa zat ini
mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam
(CaSO4.nH2O). Adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad
baik tumbuhan maupun hewan.

Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik


mempunyai satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan.
Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan
endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut,
misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai
hasil penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan,
penyinaran matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut
eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan
sedimen adalah berlapis-lapis dan pada awalnya diendapkan secara me
11

ndatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda-beda dari beberapa centimeter


sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai endapan-endapan itu pada
umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-endapan ini
akan menjadi tipis (membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai,
endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke
arah laut kita temukan butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan
dalam sedimen itu disebabkan oleh beda butir batuan yang diendapkan.
Biasanya di dekat pantai akan ditemukan batu pasir, lebih ke arah laut batu
pasir ini berganti dengan batu lempung, dan lebih dalam lagi terjadi
pembentukkan batu gamping (Katili dan Marks).

C. Proses transportasi dan deposisi


a) Transportasi dan deposisi partikel oleh fluida
Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan bergerak
secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama adalah
densitas dan viskositas air lebih besar daripada angin sehingga air lebih
mampu mengangkut partikel yang lebih besar daripada yang dapat
diangkut angin. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir.
Jika viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan
sebaliknya. Viskositas yang kecepatan mengalirnya besar merupakan
viskositas yang tinggi.

b) Transportasi dan deposisi partikel oleh sedimen gravity flow


Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh
pengaruh gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru
kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa bantuan fluida,
partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi
potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam
sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow dan
arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan
produk yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena
pada gravity flow transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali
akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses
12

ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan


struktur deformasi. Berbagai penggolongan dan penamaan batuan
sedimen dan penamaan batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli,
baik berdasarkan genetic maupun deskrritif. Secara genetic dapat
disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan W.T.Huang,1962).

2. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara


Batuan sedimen terbentuk dari endapan yang dapat diangkut dengan tiga cara,
yaitu: suspension, bed load, dan saltation. Ketiga jenis transportasi, sedimen
dapat diangkut menjadi 3 (tiga) cara:
A. Suspension
Gerak butir endapan yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau
saluran disebut suspension. Butir endapan bergerak dengan lompatan yang
jauh dan tetap di dalam aliran. Suspension umumnya terjadi pada butir
endapan yang berukuran relatif kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga
mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.

B. Bed Load
Terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal,
bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi
memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran
pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia
butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut
bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen
yang satu dengan lainnya.

C. Saltation
Dalam Bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan
mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada
mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar. Pada saat kekuatan
untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa sedimen-
sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan
13

akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat
berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi
suatu batuan sedimen.

2.3 Jenis-jenis Batuan Sedimen


Batuan sedimen dapat dikategorikan menjadi batuan sekunder karena tidak
terbentuk secara langsung. Selain itu, material pembentuk batuan sedimen berasal
dari hasil pengikisan dan pelapukan, secara kimia atau mekanik, yang terjadi
sebelumnya.
1. Bedasarkan proses terbentuknya dan pengendapannya
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen klastik adalah batuan yang terbentuk karena pelapukan atau
erosi pada pecahan batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau
pecah dan kemudian mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras.
Susunan kimia dan warna batuan ini biasanya sama dengan batuan
asalnya. Batuan sedimen klastik merupakan jenis batuan yang proses
terbentuknya berasal dari pengendapan pecahan batuan asal atau organisme
pengurai. Dengan kata lain, pecahan-pecahan batu yang diangkut oleh media
angin, es, dan air kembali bertemu di suatu tempat dan diendapkan hingga
terbentuklah batuan sedimen. Contoh batuan sedimen klastik diantaranya
adalah batu lempung (claystone), batu konglomerat, batu breksi, dan batu
pasir (sandstone).
14

B. Batuan Sedimen Non-klastik


Untuk jenis batuan sedimen kategori non klastik, adalah semua jenis batuan
yang proses terbentuknya tidak berasal dari pengendapan kembali batuan
asal. Batu sedimen non klastik dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a. Batuan sedimen organik
Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa aktivitas
organisme. Adapun organisme yang berperan dalam membentuk batuan
sedimen adalah alga dan organisme kecil lain yang melakukan proses
skeleton dan pencangkangan sehingga membentuk batuan.

Pada umumnya, batuan jenis ini sering kali dijumpai di perairan pulau
beriklim tropis yang menjadi tempat ideal tumbuhnya alga dan organisme-
organisme pembentuk sedimen yang lainnya. Contoh dari batuan sedimen
organik adalah batu gamping, terumbu karang, dan batubara.

b. Batuan sedimen kimiawi


Batuan jenis ini terbentuk dari proses pengendapan mineral-mineral
tertentu. Adapun media yang paling banyak membawa mineral dalam
pembentukan batuan sedimen kimiawi adalah air. Contohnya, batu kapur
15

yang larut di dalam air kemudian mengalami pengendapan dan


membentuk stalagmit dan stalaktit di gua-gua kapur. Begitupula batu
dolomit yang kaya akan karbonat dan magnesium.

Batuan sedimen klastik bisa terbentuk secara kimiawi seperti halite yang
merupakan hasil dari proses evavorasi air laut. Batuan sedimen non-klastik
juga bisa terbentuk secara organic seperti batugamping terumbu yang
terbentuk dari akumulasi organisme-organisme laut yang mati kemudian
terendapkan. Dalam keadaan tertentu, batuan sedimen kimiawi dan organic
tidak bisa dibedakan antara bahan yang terbentuk dari hasil kimiawi dan hasil
biologi. Oleh karena itu kedua jenis batuan sedimen ini dimasukan kedalam
jenis yang sama yaitu sedimen kimia / biokimia. Yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah sedimen evavorite, karbonat, batugamping, dan dolomit
serta batuan silica (siliceous rocks), rijang (chert).

2. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut:


1) Batuan sedimen aerik/aeris (Angin)

Sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. Angin membawa materi-


materi endapan dan menjatuhkannya ke darat saat kekuatan dari angin itu
melemah. Materi yang dibawa oleh angin biasanya adalah endapan pasir
yang terus tertumpuk, makin lama makin jadi gundukan. Gundukan ini
disebut bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut Sand dune atau gumuk
pasir.
16

Gambar. Sand Dunes

2) Batuan sedimen aquatic/aquatis (air)

Sedimen aquatic/aquatis adalah sedimen yang diendapkan oleh tenaga air.


Sedimen oleh air ini membawa materi melalui aliran air. Proses ini
mengandalkan kekuatan aliran air. Disaat aliran air kuat, maka materi akan
terbawa, disaat aliran air melemah, maka materi akan mengendap di dasar.
sedimen aquatic dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
A. Sedimen fluvial
Sedimen fluvial adalah proses sedimen yang dilakukan olah air sungai
dan berlokasi di sungai. Sedimen oleh air sungai, biasanya terjadi di
dataran rendah, akibat dari sifat air yang mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya juga
menghasilkan pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah
muara sungai lebih berpotensi banjir. Sedimen fluvial, memiliki peran
besar dalam memberi bentuk kepada sungai-sungai. Sedimen fluvial
dibagai ke dalam 5 (lima) kelompok. Pembagian ini terjadi karena
perbedaan lokasi pengendapan:
17

a. Alluvial
Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang
mengalami perubahan kekuatan arus secara cepat.
Akibatnya, materi yang terbawa, terendap secara
tiba- tiba di dasar. Endapan ini biasanya berbentuk
kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial
biasanya terjadi di sekitar lereng pegunungan
maupun dasar lembah.
b. Meander
Meander adalah sungai yang berkelok- kelok.
Kelokan-kelokan ini terjadi akibat pengendapan
yang terjadi di tikungan-tikungan sungai. Aliran
sungai di sekitar tikungan sungai memiliki arus
yang lebih lemah dari pada aliran yang berada di
luar tikungan. Akibatnya, pengendapan terjadi
di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar
tikungan, sehingga membentuk lekukan-
lekukan sungai yang cantik
c. Dataran banjir
Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di sebelah
kanan dan kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapan materi yang
dibawa oleh air secara terus menerus. Akibatnya, sekitar bagian kanan dan kiri
sungan lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Dataran ini disebut dataran banjir,
karena saat volume air sedang tinggi, dataran ini akan mengalami kebanjiran,
dengan menyisakan sedikit sisa dataran yang lebih tinggi. Tapi saat air mulai
surut, dataran ini akan muncul kembali. Saat air surut itulah, materi menjadi
terendap di kanan dan kiri sungai
d. Danau tapal kuda
Danau tapal kuda atau oxbow adalah
sungai yang terputus, akibat adanya
pengendapan terus menerus. Sungai
ini, biasanya berbentuk seperti tapal
18

kuda. Pengendapan ini, menyebabkan salah satu dari tikungan yang ada di
sungai terputus, dan menyebabkan sungai baru yang tersendiri.
e. Delta
Delta adalah tanah luas yang
berada disekitar muara. Delta
terbentuk dari hasil endapan
material yang berlangsung
secara terus menerus.
Terjadinya delta, akibat dari
terendapnya pasir di dasar
sungai, sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke laut. Untuk
menjadi delta, dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh air, muara
memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.

B. Sedimen Marine
Sedimen yang terjadi oleh air laut
dan terjadi dilaut. Sedimen ini terjadi
akibat dari perubahan arus laut, yang
mengendapkan materi ke dalam
dasar laut. Sedimen ini terjadi akibat
adanya air pasang dan air surut. Air
pasang membawa material, lalu saat surut material itu mengendap.
Pengendapan yang terus bertumpuk menyebabkan endapan ini naik
kepermukaan laut sehingga membentuk pulau-pulau atau dataran kecil yang
indah. Contohnya yaitu pasir gosong.

3) Batuan sedimen glastik (gletser)


19

Sedimen yang diangkut oleh tenaga gletser atau es. Sedimen ini terjadi karena
adanya moraine. Moraine adalah batu kerikil, batu pasir dan material lainnya
yang terbawa oleh es dan mengendap. Sedimen oleh gletser juga mengalir
dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.

Gambar. Gletser

3. Berdasarkan tempat pendapannya:


1. Batuan sedimen limnik (rawa)
Batuan sedimen yang diendapkan di danau atau rawa yang banyak
mengandung unsur-unsur organik.
2. Batuan sedimen fluvial (air sungai)
Batuan sedimen yang diendapkan di sekitar sungai.
3. Batuan sedimen marine (laut)
Batuan sedimen yang diendapkan dilaut yang dipengaruhi oleh tenaga
gelombang laut.
4. Batuan sedimen teistrik (darat)
Batuan sedimen yangg diendapkan didaratan yangg dipengaruhi oleh tenaga
air, angin, dan es.
5. Batuan sedimen glassial
Batuan sedimen yang diendapkan di ujung pengerjaan es
20

2.4 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendeskripsi batuan


sedimen
1. Warna
Secara umum, warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Warna mineral pembentukan batuan sedimen. Contohnya jika mineral
pembentukan batuan sedimen di dominasi oleh kwarsa, maka batuan
batuan sedimen akan berwarna putih.
b. Warna material yang menyelubungi (Coating material). Contohnya
yaitu batu pasir kwarsa yang diselubungi oleh glukonit akan berwarna
hijau
c. Derajat kehalusan butir penyusunnya.
Pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus ukuran butir
maka warnanya cenderung akan lebih gelap.
d. Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan,
jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih
gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang
banyak kandungan material organic (organic matter) mempunyai warna
yang lebih gelap.
2. Tekstur
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berkaitan dengan
butir sedimen mulai dari ukuran butir, bentuk butir hingga orientasi.
Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan
proses yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi
dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi
lingkungan pengendapan batuan sedimen. Tekstur batuan sedimen
diantaranya yaitu besar butir (grain size), bentuk butir (grain shape),
pemilahan (sorting), kemas (fabric), sementasi, kesarangan (porosity) dan
kelulusan (permeability).
21

A. Besar/ukuran butir
Klasifikasi berdasarkan besar/ukuran butir di lihat dari diameter butirannya.
Butiran tersebut bisa berukuran sangat halus sampai kasar/ sangat kasar mulai
dari lempeng, pasir, kerikil, kerakal, berangkal, dan bongkah. Perbedaan besar
butir ini dipengaruhi oleh lamanya sedimen tersebut tertransportasi dan mulai
jauh dari sumber pembentukan batuan asalnya.

Untuk penamaan batuan sedimen berdasarkan besar butir ini bisa mengacu
pada skala Wenworth yang dibuat oleh W.C Krumbein.

B. Bentuk butir (grain shape),


Bentuk butir batuan sedimen yang utama terdiri atas 2 (dua) macam. Pertama,
membulat (konglomerat). Kedua, meruncing (breksi). Tingkat kebundaran butir
(roundness) batuan sedimen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
22

a. Komposisi butir
b. Ukuran butir
c. Jenis proses transportasi
d. Jarak transport

Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk
kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral yang kurang resisten seperti
feldspar dan pyroxene. Butiran yang ukurannya diatas 64 mm akan lebih bundar
dibandingkan yang berukuran lebih kecil. Butiran berukuran lebih besar
daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat
kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran
akan makin bundar. Pembagian kebundaran :

a) Well rounded (membundar baik)


Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal.
b) Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran
bundar.
c) Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
d) Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
e) Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam. (Endarto : 2005)

C. Kemas (fabric),
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di
antara semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka”
23

digunakan untuk butiran yang tidak saling bersentuhan, dan “kemas tertutup”
untuk butiran yang saling bersentuhan.
• Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang
dalam matrik).
• Kemas tertutup : jika butiran saling bersentuhan satu sama lain

D. Sementasi,
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat
pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral
lempung.

E. Kesarangan (porosity)
Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume
keseluruhan dari satu batuan atau dalam arti lain, porositas suatu batuan adalah
perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari batuan. Dalam hal
ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif yang merupakan fungsi daya serap
batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat diuji dengan meneteskan cairan.
Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas dangat baik” (very good), “baik”
(good) “sedang” (fair) “buruk” (poor).

F. Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan
sedimen klastik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan
batuan, yaitu :
• Sortasi baik : jika ukuran butir merata atau sama besar.
• Sortasi buruk : jika ukuran butir tidak merata, terdapat matrik
dan fragmen.
24

Pemilahan buruk Pemilahan baik


3. Stuktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera
setelah proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata ,
1981).
A. Struktur Sedimen Berdasarkan Asal
a. Struktur Sedimen Primer
Struktur sedimen yang terbentuk pada saat batuan sedimen tersebut
terbentuk atau pada saat sedimentasi, sehingga dapat diketahui
mekanisme pengendapannya. Contohnya seperti pelapisan, gelembur,
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan tersusun, dan
lain-lain. Struktur sedimen primer adalah struktur yang terbentuk ketika
proses pegendapan dan primer ini penting sebagai penentu kedudukan
atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan
sedimen. Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang
berlangsung termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang,
laminasi dan laminasi silang yang mikro (micro-croslaminating), yaitu
adanya kesan riak.
25

Gambar di atas adalah contoh-contoh struktur batuan sedimen primer. Struktur


batuan sedimen primer ditandai dengan adanya arah aliran dan perlapisan.
Keterangan struktur batuan sedimen primer lebih jelasnya seperti di bawah ini:
• Laminasi sejajar, yaitu laminasi batuan yang tersusun secara horisontal
dan saling sejajar satu dengan yang lainnya.
• Riak gelombang sejajar, yaitu bentuk permukaan perlapisan bergelombang
karena adanya arus sedimentasi.
26

• Hearing bone atau tulang ikan silang siur, yaitu bentuk lapisan yang
terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya dengan sudut yang
berlainan dalam satu satuan perlapisan.

b. Struktur Sedimen sekunder


Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu
diagnesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan, misalnya
keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisasinya. Antara lain: beban, rekah
kerut, jejak bintang.

Gambar di atas adalah contoh-contoh struktur batuan sedimen sekunder yang


dapat ditemukan di lapangan. Keterangan mengenai contoh gambar di atas
sebagai berikut:
• Flute cast adalah struktur batuan sedimen berbentuk seruling dan terdapat
pada dasar suatu lapisan, dapat dipakai untuk menentukan arus purba.
• Load cast adalah struktur batuan sedimen yang terbentuk pada permukaan
lapisan akibat pengaruh beban endapan di atasnya.

c. Struktur Sedimen Organik


Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau
binatang lain. Antara lain: kerangka dan laminasi pertumbuhan.
27

Keterangan:
• Tracks (jejak berupa tapak organisme)
• Burrows (lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme)
• Grazing Traces Dwelling

B. Struktur sedimen berdasarkan waktu/saat terjadinya


A. Struktur syngenetik
Terbentuknya bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen. Disebut juga
sebagai struktur primer.
B. Struktur Epigenetik
Terbentuknya setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar dan
lipatan.

4. Komposisi
Batuan sedimen dibentuk dari material batuan lain yang telah mengalami
pelapukan dan stabil dalam kondisi temperatur dan tekanan permukaan. Batuan
sedimen dibentuk oleh 4 material utama yaitu :
a. Kwarsa
Kwarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen
yang berasal dari batuan granit kerak kontinental, bersifat keras, stabil dan
tahan terhadap pelapukan. Kwarsa tidak mudah lapuk walaupun telah
mengalami transportasi oleh air, malahan sering terakumulasi seperti endapan
pasir fluvial pada lingkungan pantai.
b. Kalsit
Kalsit adalah mineral utama pembentuk batugamping (limestones) yang juga
dapat berfungsi sebagai semen pada batupasir dan batulempung. Kalsium (Ca)
berasal dari batuan-batuan beku, sedangkan karbonat berasal dari air dan
karbon dioksida. Kalsium diendapkan sebagai CaCO3 atau diambil dari air
laut oleh organisme-organisme dan dihimpun sebagai material cangkang.
Ketika organisme tersebut mati, fragmen-fragmen cangkangnya biasanya
terkumpul sebagai partikel klastik yang paling kaya membentuk macam-
macam batugamping.
28

c. Lempung
Mineral-mineral lempung berasal dari pelapukan silikat, khususnya feldspar.
Mereka sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih. Kelimpahan
feldspar dalam kerak bumi dan bukti bahwa pelapukan secara cepat dibawah
kondisi atmosfer, terlihat dari mineral-mineral lempung pada batuan-batuan
sedimen dalam jumlah yang besar.
d. Fragmen Batuan
Batuan sumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-
fragmen berbutir kasar dan endapan klastik seperti kerikil. Fragmen-fragmen
batuan adalah juga hadir sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran
halus.

2.5 Ciri-Ciri Batuan Sedimen


Batuan sedimen memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan batuan lainnya. Ciri-
ciri tersebut dapat dikenali dengan mudah di lapangan. Ciri-ciri batuan
sedimen antara lain, yaitu:
29

1. Berlapis (stratification),
Kebanyakan batuan sedimen mengalami perlapisan. Perlapisan pada batuan
sedimen klastik disebabkan oleh:
a. perbedaan besar butir, seperti misalnya antara batupasir dan batulempung;
b. Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang berwarna abu-abu terang
dengan batulempung yang berwarna abu-abu kehitaman.
2. Umumnya mengandung fosil,
Ciri yang mudah mengetahui batuan sedimen adalah kandungan fosil.
Sungguhpun demikian, fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang
terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.
3. Memiliki struktur sedimen, dan
Struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan sedimen, seperti struktur
silang siur atau struktur riak gelombang.
4. Tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.
Sifat yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan yang
kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik.

2.6 Contoh batuan sedimen


1. Breksi
Breksi memiliki butiran-butiran yang
bersifat coarse yang terbentuk dari
sementasi fragmen-fragmen yang
bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga
256 milimeter. Fragmen-fragmen ini
bersifat runcing dan menyudut.
Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya
merupakan fragmen yang terkumpul
pada bagian dasar lereng yang
mengalami sedimentasi, selain itu
fragmen juga dapat berasal dari hasil
longsoran yang mengalami litifikasi.
30

Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa,
granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.
2. Konglomerat
Konglomerat hampir sama dengan breksi,
yaitu memiliki ukuran butir 2-256
milimeter dan terdiri atas sejenis atau
campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-
lain, hanya saja fragmen yang menyusun
batuan ini umumnya bulat atau agak
membulat. Pada konglomerat, terjadi
proses transport pada material-material
penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk
yang membulat.
3. Sandstone
Sandstone atau batu pasir
terbentuk dari sementasi dari
butiran-butiran pasir yang
terbawa oleh aliran sungai,
angin, dan ombak dan akhirnya
terakumulasi pada suatu tempat.
Ukuran butiran dari batu pasir
ini 1/16 hingga 2 milimeter.
Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau
pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan
bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu
Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.
A. Quartz Stanstone
Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari
kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik
dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh.
Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
31

B. Arkose
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan
feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya
mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki
sedikit butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan
yang relatif pendek.
C. Graywacke
Graywacke adalah salah satu tipe
dari batu pasir yang 15% atau lebih
komposisinya adalah matrix yang
terbuat dari lempung, sehingga
menghasilkan sortasi yang jelek
dan batuan menjadi berwarna abu-
abu gelap atau kehijauan.
4. Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan
ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan
bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu
lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu
pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah
membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.
5. Limestone
Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki
komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara
rapat, afanitis, berbutir kasar,
kristalin atau oolit. Batu gamping
dapat terbentuk baik karena hasil
dari proses organisme atau karena
proses anorganik. Batu gamping
dapat dibedakan menjadi batu
gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
32

6. Calcarenite
Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2
milimeter, batuan ini terdiri dari 50% atau lebih
material carbonate detritus, yaitu material yang
tersusun terutama atas fosil dan oolit.
7. Calcilute
Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari
calcarenite berubah menjadi lebih kecil hingga
kurang dari 1/16 milimeter yang kemudiaan
mengalami litifikasi.

8. Gamping Terumbu
Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu
pada perairan yang hangat dan dangkal.
9. Salstone
Saltstone terdiri dari mineral halite
(NaCl) yang terbentuk karena adanya
penguapan yang biasanya terjadi pada
air laut. Tekstur dari batuan ini
berbentuk kristalin.
10. Gipsum
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan
Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap.
Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.
11. Coal
Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari kompaksi material yang berasal dari
tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun.
Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya
berupa humus dan karbon. Warna biasanya coklat
kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.

Anda mungkin juga menyukai