Kel-3 Kejang Demam Fixs
Kel-3 Kejang Demam Fixs
Kel-3 Kejang Demam Fixs
KEJANG DEMAM
Dosen Pengampu :
Ari Damayanti W, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Oleh Kelompok 3 :
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah
ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Saraf Kejang Demam” Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Anak 1. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada ibu Ari Damayanti W,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut
membantu dalam menyusun makalah ini.
Usaha serta kerja keras telah kami upayakan untuk menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh
dari kata kesempurnaan sebagai manusia biasa kita tidak jauh dari kesalahan serta
kekhilafan, oleh karena itu apabila ada kesalahan-kesalahan baik dari segi kata-kata
atau penulisan yang tidak sesuai dengan pedoman penulisan makalah yang kami
sengaja maupun tidak kami sengaja, kami mohon maaf.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
2.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Tujuan......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................5
2.2 Etiologi........................................................................................................5
2.3 Klasifikasi...................................................................................................6
2.4 Tanda gejala...............................................................................................6
2.5 Patofisiologi & pathway.............................................................................6
2.6 Penatalaksanaan........................................................................................7
2.7 Asuhan keperawatan.................................................................................9
2.7.1 Pengkajian...........................................................................................9
2.7.2 Pemeriksaan Fisik.............................................................................10
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.7.4 Diagnosa............................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................19
3.1 Pengobatan Farmakologi........................................................................20
3.1.1 Antipiretik..........................................................................................20
3.2.2 Antikonvulsan...................................................................................21
3.2 Pengobatan Non Farmakologi................................................................22
BAB IV PENUTUP...................................................................................................23
4.1 Kesimpulan..............................................................................................23
4.2 Saran.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kejang Demam
2. Untuk mengetahui tanda gejala dari Kejang Demam
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap pasien Anak
Dengan Gangguan Sistem Saraf Kejang Demam.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis dari pasien
Anak Dengan Gangguan Sistem Saraf Kejang Demam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah
usia 1 bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan
infeksi system saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonates dan tidak
berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya. Kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih
dari 38°C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya terjadi antara umur 3
bulan dan 5 tahun. Setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsy
dan trauma pada otak, sehingga mencemaskan orang tua.
2.2 Etiologi
Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana
kejang selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang
sulit diatasi atau kejang berulang.
Kejang Demam Sederhana Gangguan Metabolik
Infeksi : Hipoglikemia
- Infeksi intakranial meningitis, - Hyponatremia
ensefalitis - Hipoksemia
- Shigellosis - Hipokalsemia
Keracunan : - Gangguan elektrolit atau
- Alcohol dehidrasi
- Teofilin - Defisiensi piridoksin
- Kokain - Gagal ginjal
Lain – lain : - Gagal hati
- Ensefalopati hipertensi - Kelainan metabolic bawaan
- Tumor otak
- Perdarahan intakranial Penghentian obat anti epilepsy
- Idiopatik Trauma kepala
2.3 Klasifikasi
Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2017:
a. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy.
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit
apapun.
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6
bulan – 6 tahun.
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit.
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik.
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang.
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi
atau abnormalitas perkembangan.
8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.
b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan
sebagai kejang demam kompleks (Ridha, 2017).
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Livingston (2001) penatalaksanaan medis ada :
a. Menghentikan kejang secepat mungkin. Diberikan antikonvulsan
secara intravena jika klien masih kejang.
b. Pemberian oksigen.
c. Penghisapan lendir kalau perlu.
d. Mencari dan mengobati penyebab. Pengobatan rumah profilaksis
intermiten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen.
d. Monitor suhu tubuh.
e. Obat untuk penurun panas.
f. Berikan kompres hangat.
g. Menaikkan asupan cairan anak.
h. Istirahatkan anak saat demam.
2.7 Asuhan keperawatan
2.7.1 Pengkajian
a. Biodata/ Identitas pasien : Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis
kelamin. Sedangkan biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui
status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama : Meliputi Keluhan paling utama yang dialami oleh pasien,
biasanya keluhan yang dialami pasien kejang demam adalah anak
mengalami kejang pada saat panas diatas > 37,5.- 39,5 C.
c. Riwayat penyakit sekarang
1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan,
apakah betul ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar
mengetahui kejang yang dialami oleh anak.
2. Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi penting dalam
terjadinya bangkitan kejang pada anak.
3. Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita ketahui respon
terhadap prognosa dan pengobatan.
4. Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang
teljadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang pertama kali pada
umur muda dan bangkitan kejang sering terjadi.
5. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu
yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalamya.
Sesudahnya kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar,
tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pemah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang
teljadi untuk pertama kalinya. Apakah ada riwayat trauma kepala, radang
selaput otak, OMA dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam seperti pasien ( 25
% penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota
keluarga yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota
keluarga yang mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi
menular yang dapat mencetuskan texjadinya kejang demam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan
pervagina sewaktu hamil, penggunakan obat-obatan maupun jamu selama
hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan
tindakan (forcep/ vakum), perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain.
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau
netek dan kejang kejang
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat
menimbulkan kejang.
Penanganan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran orang
tua, terutama ibu. Ibu adalah bagian integral dari 4 penyelenggaraan rumah tangga
yang dengan kelembutannya dibutuhkan untuk merawat anak secara terampil
agar tumbuh dengan sehat. Ibu yang tahu tentang kejang demam dan memiliki
sikap yang baik dalam memberikan perawatan, dapat menentukan penanganan
kejang demam yang terbaik bagi anaknya. Kemampuan orang tua dalam pemberian
pertolongan pertama pada anak dengan kejang demam dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti umur, pendidikan, dan pekerjaan.
Dilihat dari umur terkait dengan masa produktif dan semakin dewasa seseorang
maka pengalaman hidup juga semakin bertambah serta dimungkinkan kemampuan
analisis dari seseorang akan bertambah sehingga pengetahuan juga semakin
bertambah. Faktor lain yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan tindakan seperti minat, pengalaman, kebudayaan, informasi, dari media
massa seperti TV, Radio dan penyuluhan dari petugas kesehatan tentang
penatalaksanaan kejang demam pada anak.
Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama
untuk mencegah terjadinya kejang pada saat anak demam adalah segera memberi
obat penurun panas, kompres air biasa atau air hangat yang diletakkan di dahi,
ketiak, dan lipatan paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah
atau buah-buahan yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh dan
minuman lainnya.
Kejang demam dibagi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan lamanya lebih
dari 15 menit, kejang fokal / parsial atau fokal / persial menjadi umum dan berulang
dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan kejang demam yang
berlangsung singkat, kurang dari 15 menit,umumnya berhenti sendiri. Adapun
beberapa faktor risiko dari kejang demam yakni
Faktor Risiko Kejang Demam Pertama
Riwayat kejang demam pada keluarga, problem disaat neonatus,
perkembangan terlambat, anak dalam perawatan khusus, kadar natrium
serum yang rendah, dan temperatur tubuh yang tinggi merupakan faktor
risiko terjadinya kejang demam.
Faktor Risiko Kejang Demam Berulang
Kemungkinan berulangnya kejang demam tergantung faktor risiko :
adanya riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan,
temperatur yang rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam.
Faktor Risiko Menjadi Epilepsi
Risiko epilepsi lebih tinggi dilaporkan pada anak – anak dengan
kelainan perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, adanya
riwayat orang tua atau saudara kandung dengan epelepsi, dan kejang
demam kompleks.
Ciri khas kejang demam adalah demamnya mendahului kejang. Pada saat
kejang, anak masih demam dan setelah kejang, anak langsung sadar kembali (IDAI,
2014). Penanganan demam terbagi menjadi dua, yaitu penanganan tanpa obat
(terapi non-farmakologis) dan dengan obat (terapi farmakologis). Penanganan tanpa
obat dilakukan dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat membantu
menurunkan suhu tubuh meliputi pemberian cairan, penggunaan kompres, dan
menghindari penggunaan pakaian terlalu tebal (Kristiyaningsih et al., 2019).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari materi yang kami bahas dapat disimpulkan bahwa kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 38°C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Kejang demam di klasifikasikan
menjadi 2 bagian yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam diawali dengan anak yang mengalami demam.
Saat kejang, anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran,
tangan dan kaki kaku, tersentak-sentak atau kelojotan, dan mata berputar-
putar sehingga hanya putih mata yang terlihat. Kejang demam dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, faktor resiko kejang demam
pertama, faktor resiko kejang demam berulang dan faktor resiko epilepsi.
4.2 Saran
Kejang demam yang masih sering terjadi pada anak-anak atau
bahkan balita seringkali membuat cemas orang tua. Langkah awal yang
dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama untuk mencegah
terjadinya kejang pada saat anak demam adalah segera memberi obat
penurun panas, kompres air biasa atau air hangat yang diletakkan di dahi,
ketiak, dan lipatan paha. Biasanya dokter menyarankan untuk diberikan obat
antipiretik, antikonvulsan dan melakukan kompres untuk menurunkan suhu
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Pebrisundari, P. D. (2019). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
DENGAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN IBU
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA KEJANG DEMAM (Doctoral
dissertation, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan
Keperawatan).
Deliana, M. (2016). Tata laksana kejang demam pada anak. Sari Pediatri,
4(2), 59-62
Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia
Kedokteran, 42(9), 658-661.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indicator Diagnostic, Edisi 1 Cetakan III . Jakarta: DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II, Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II, Jakarta: DPP
PPNI.
Sutisna, Nathania S. Kejang Demam.
https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-
anak/kejangdemam/penatalaksanaan
H K Nurhayati, Susilawati fepi, Amatiria Gustop. 2017. FAKTOR-FAKTOR
YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KEJANG DEMAM
PADA PASIEN ANAK DI RUMAH SAKIT DALAM WILAYAH
PROPINSI LAMPUNG. Jurnal keperawatan. Vol(1)
Putra Ageng Abdi, Rosuliana Novi Etnis, Irawan M Andri. 2018.
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA PEMBERIAN TEPID
SPONGE BATHDAN KOMPRES PLESTER TERHADAP
PERUBAHAN SUHU TUBUH ANAK BATITA YANG MENGALAMI
DEMAM DI RUANG ANAK RSUD dr. R. SOEDJONO SELONG
LOMBOK TIMUR. Jurnal ilmiah ilmu kesehatan. Vol 4(2)
Ismet. 2017. Kejang Demam. Jurnal kesehatan Melayu. Vol 1(1), 41-44
Faradilla Fera, Abdullah Rusli. 2020. The Effectiveness of the Water Tepid
Sponge to Decrease the Body Temperature in Children with Febrile
Seizure. Jurnal kesehatan pasak bumi Kalimantan. Vol 3(2)
Istiqomah, Niswah Afifah.(2016). Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada An. R dengan Kejang Demam diPaviliun
Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
12 Akibat Step Pada Pertumbuhan Anak. Diakses pada 13 April 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/hamil.co.id/anak/makanan-
anak/akibat-step-pada-pertumbuhan-anak/amp