Anda di halaman 1dari 20

Komunikasi Keperawatan II

“Komunikasi Terapeutik Dalam Tingkat Kegawatdaruratan”

Dosen Pembimbing

Mizam Ari Kurniyanti, S.Kep. Ners., M.Kep

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Ari Endah Oktafiana (191114201679)


2. Christin Grace Bolhuy (191114201681)
3. Muhammad Faturohman A (191114201707)
4. Nisrina Noor Sahda J (191114201709)

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

S1 KEPERAWATAN B

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab kami sebagai mahasiswa yang telah
diberikan oleh ibu Mizam Ari Kurniyanti, S.Kep. Ners., M.Kep pada mata
kuliah “Komunikasi dalam Keperawatan II” yang berkaitan mengenai
“Kegawatdaruratan”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga kami sebagai penulis makalah ini.

Kami kelompok 1 mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing


mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan II, yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi kami dan bias bermanfaat untuk kedepannya. Kami
menyadari makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik
dan saran dari semua teman-teman sangat kami harapkan untuk membangun
lagi untuk masa mendatang demi kesempurnaan makalah ini. Kami dari
kelompok 1 mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.2.1 Bagaimana komunikasi terapeutik dalam kondisi kegawatdaruratan? 5
1.2.2 Bagaimana keefektifan komunikasi terapeutik dalam tingkat
kepuasan pasien?.......................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana teknik komunikasi yang dilakukan
pada kondisin kegawatdaruratan..............................................................5
1.3.2. Untuk mengetahui keefektifan komunikasi terapeutik dalam tingkat
kepuasan pasien.........................................................................................5
BAB II................................................................................................................................6
TINJAUAN KONSEP......................................................................................................6
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik..................................................................6
2.2 Definisi Kegawatdaruratan................................................................................6
2.3 Gambaran Kondisi Kegawatdaruratan RS......................................................6
2.4 Konsep Triage Dalam Kegawatdaruratan.......................................................7
2.5 Aspek Komunikasi Dalam Keadaan Darurat...................................................7
a. Tantangan Komunikasi Darurat.....................................................................7
b. Menciptakan Komunikasi Darurat..................................................................8
2.6 Teknik Komunikasi Teraupetik..........................................................................8
BAB III.............................................................................................................................10
PEMBAHASAN..............................................................................................................10
BAB IV............................................................................................................................17
PENUTUP......................................................................................................................17
4.1. Kesimpulan........................................................................................................17
4.2. Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien,
perawat dan professional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas.
Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi verbal dan nonverbal,
tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat
efektif dalam berinteraksi, mereka harus memiliki keterampilan
komunikasi yang baik. Mereka harus menyadari kata-kata dan bahasa
tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat
mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif, baik
dalam keterampilan komunikasi verbal maupun komunikasi tertulis
(Kathleen,2007). Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk
memberikan asuhan keperawatan yang efektif.
Pelayanan gawat darurat merupakan tolak ukur kualitas
pelayanan kesehatan, karena merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat
darurat secara terus-menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus diupayakan seoptimal
mungkin. Menyampaikan komunikasi darurat yang efektif adalah bagian
penting dari manajemen darurat. Keadaan darurat, komunikasi mungkin
termasuk tanda dan peringatan arahan tentang evakuasi, jam malam, dan
tindakan perlindungan diri lainnya dan informasi tentang status
tanggapan, anggota keluarga, tersedia bantuan, dan hal-hal lain yang
memengaruhi respons dan pemulihan. Pesan darurat yang disusun
dengan baik dan disampaikan secara efektif dapat membantu
memastikan keamanan publik, melindungi properti, memfasilitasi upaya
respons, memperoleh kerjasama, menanamkan kepercayaan publik, dan
bantuan keluarga bersatu kembali. Alat komunikasi efektif yang
digunakan dalam mengatasi kondisi kegawat daruratan yaitu komunikasi
teraupetik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana komunikasi terapeutik dalam kondisi kegawatdaruratan?
1.2.2 Bagaimana keefektifan komunikasi terapeutik dalam tingkat
kepuasan pasien?
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana teknik komunikasi yang dilakukan
pada kondisin kegawatdaruratan
1.3.2. Untuk mengetahui keefektifan komunikasi terapeutik dalam tingkat
kepuasan pasien
BAB II

TINJAUAN KONSEP

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi Terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan
yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran
perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain,
komunikasi ini direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau ketrampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain (Suryani,2006).

2.2 Definisi Kegawatdaruratan


Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlunya
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban. Gawat darurat adalah keadaan yang mengancam
nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan
bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016).

2.3 Gambaran Kondisi Kegawatdaruratan RS


Dalam pelayanan kegawatdaruratan memerlukan penanganan yang
harus cepat dan tanggap untuk mencegah adanya kecacatan dan
kehilangan nyawa, pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan
sangat penting (time saving is life saving) yang berarti waktu adalah nyawa
(Haryatun dan Sudaryanto 2008)
Pelayanan kegawatdaruratan tentunya pada kondisi gawat darurat
yang mengancam kondisi juga nyawa pasien. Dalam menangani pasien
dalam kondisi kegawatdaruratan perawat akan segera dengan cepat
mengambil tindakan pertolongan dengan cepat dan cermat guna membantu
pasien dalam melewati masa kritisnya.
Prinsip utama dalam penangan di kondisi gawat darurat yaitu adanya
response time atau waktu tanggap. Hal ini sebagai indikator dalam mutu
pelayanan untuk mencapai hasil yaitu kelangsungan hidup.
Response time sendiri memiliki arti yaitu kecepatan dalam waktu
penanganan pasien yang datang dengan kondisi yang gawat darurat sampai
pasien mendapatkan tindakan awal akibat masalah kesehatan yang dialami.

2.4 Konsep Triage Dalam Kegawatdaruratan


Triage adalah proses pemilahan pasien menurut tingkat
keparahannya. Prinsip triage diartikan sebagai suatu tindakan
pengelompokan penderita berdasarkan beratnya kondisi cidera pada pasien
yang membutuhkan penanganan medis secara cepat dan tepat.
Pengelompokan tingkat keparahan pasien berdasarkan warna triage
tersebut diantaranya :
a. Hijau
Warna hijau diperuntukkan kepada pasien yang memiliki tingkat
kegawatdaruratan paling rendah atau pasien yang kondisinya
dalam keadaan sadar. Contohnya : pasien dengan keluhan batuk,
pilek, demam, dsb
b. Kuning
Warna triage kuning diperuntukkan kepada pasien yang memiliki
tingkat kegawatdaruratan menengah. Contohnya : pasien dengan
keluhan asma akut, fraktur, kejang-kejang.
c. Merah
Warna triage merah yang biasa disebut dengan area resuitasi
diperuntukkan bagi pasien yang memiliki tingkat kegawatdaruratan
paling tinggi. Contohnya : pasien dengan gangguan airway,
breathing, circulation disability dan exposure.
d. Hitam
Warna triage hitam diperuntukkan pada pasien yang sudah dalam
keadaan meninggal

2.5 Aspek Komunikasi Dalam Keadaan Darurat

a. Tantangan Komunikasi Darurat


 Menyelamatkan nyawa
 Mendidik, menginformasikan, dan mengubah perilaku dan
sikap. 
 Menanamkan kepercayaan publik
b. Menciptakan Komunikasi Darurat
Dalam berkomunikasi pada situasi keadaan kegawatdaruratan
para komunikan harus menyampaikan informasi secara jelas dan tepat.
Tindakan medis pada pasien gawat darurat harus dilakukan secara cepat
dan tepat untuk menangani keselamatn pasien. Dalam komunikasi gawat
darurat komunikan harus tanggap dalam menerima informasi yang
disampaikan.

2.6 Teknik Komunikasi Teraupetik


Perawat melaksanakan komunikasi terapeutik dalam memberikan
asuhan keperawatan terdapat beberapa teknik-teknik komunikasi
teraupeutik. Teknik yang sering diterapkan yaitu :
a. Mendengarkan Aktif 
Perawat harus memperhatikan apa yang dikatakan
klien secara verbal dan non-verbal. Dengan mendengar
perawat mengetahui perasaan pasien. Perawat harus menjadi
pendengar yang aktif.,
b. Berbagi Harapan
Mengkomunikasikan “rasa kemungkinan” kepada
pasien untuk sembuh. Memberi dorongan yang sesuai dan
umpan balik positif. 
c. Berbagi Perasaan 
Perawat dapat membantu klien mengekspresikan
emosi dengan melakukan observasi, mengakui perasaan, dan
member semangat komunikasi, memberikan izin untuk
mengungkapkan perasaan "negatif" dan mencontohkan
kemarahan yang sehat.
d. Using Touch 
Bentuk komunikasi non verbal yaitu sentuhan yang
nyaman seperti berpegangan tangan, sangat penting untuk
klien yang rentan mengalami penyakit parah.
e. Memberikan Informasi 
Informasi yang relevan penting untuk dibuat keputusan,
mengalami lebih sedikit kecemasan, dan merasa aman dan
terjamin.
f. Klarifikasi 
Klarifikasi terjadi untuk memeriksa apakah pemahaman
itu akurat saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam
kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh
pasien. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat
perlu memberikan contoh yang kongkret dan mudah
dimengerti pasien.
g. Mengajukan Pertanyaan yang Relevan 
Tujuan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh
klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan
Mengulangi ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata
sendiri. Melalui pengulangan kembali kata-kata pasien,
perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti
pesan pasien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
BAB III

PEMBAHASAN

Komunikasi terapeutik memiliki tujuan yaitu untuk membantu memberi


dorongan atau motivasi kepada pasien, menciptakakan hubungan kerjasama
yang baik antara pasien dengan perawat. Dengan terciptanya hubungan
yang baik antara perawat dengan pasien maka sikap saling terbuka dapat
terjalin. Dengan demikian, tindakan penyembuhan pada pasien dapat
terlaksana dengan baik.
Dalam komunikasi terapeutik perawat dapat menerapkan beberapa
teknik komunikasi kepada pasien yaitu dengan setia mendengarkan
informasi yang disampaikan oleh pasien dengan menempatkan rasa
perhatian juga empati, menunjukkan penerimaan bersedia dalam
mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien tanpa sikap ragu atau
penolakan, mengulang pernyataan klien dengan memberikan umpan balik
yang dapat memberikan pemahaman lebih terhadap informasi yang telah
disampaikan, klarifikasi dengan cara perawat memberikan penjelasan
dengan menyamakan konsep kesamaan ide, perasaan dan persepsi dan
teknik yang terakhir yaitu menyampaikan hasil pengamatan.
Komunikasi pada pasien dalam kondisi gawatdaruratan juga harus
mempertimbangkan kondisi bagaimana cara berkomunikasi yang baik pada
pasien. Pasien dalam kondisi kegawatdaruratan yang terbagi dalam
beberapa cluster berdasarkan triage memiliki tingkat kewaspadaan
tersendiri. Pasien yang termasuk golongan penyakit yang parah dan tidak
sadarkan diri tentunya dalam melakukan komunikasi terapeutik tidak terjalan
secara maksimal dikarenakan komunikasi ini hanya dapat berjalan oleh satu
pihak saja. Komunikasi pada pasien yang tidak sadar dapat dilakukan
dengan komunikasi sentuhan dan memberikan kata-kata semangat untuk
memberikan motivasi pada pasien. Komunikasi terapeutik juga membantu
dalam proses menurunkan tingkat kecemasan pada pasien. Contohnya,
pada pasien pre operatif kecemasan pada pasien dapat berkurang
dikarenakan pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat yang
memiliki cara berkomunikasi yang ramah, dapat memberikan kenyamanan
kepada pasien. Melalui komunikasi terapeutik pasien bisa memahami dan
menerima kondisi yang sedang dialaminya.
Dalam kondisi kegawatdaruratan pastinya perawat akan lebih
mendahulukan dengan memberikan tindakan pertama pada pasien secara
cepat dikarenakan pasien dengan kondisi kegawatdaruratan memiliki
ancaman yang begitu besar terkait kondisi yang mengancam nyawanya.
Perawat akan memberikan layanan berupa penyelamatan kondisi atau life
saving kepada pasien sesuai apa yang dibutuhkan oleh pasien, dan tentunya
dalam melakukan perawatan seorang perawat juga harus menjaga privasi
klien, menghormati, dan memberikan motivasi. Pada pasien tidak sadar
perawat dapat mengaplikasikan sikapnya dengan komunikasi atau tindakan
nonverbal berupa sentuhan dsb, yang tentunya tetap mempertahankan
privasi klien.
Adapun prinsip komunikasi gawat darurat:
Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan perilaku dan sikap.
 Caring (sikap pengasuhan yang ditunjukan dengan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
 Acceptance (menerima pasien apa adanya)
 Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
 Empaty (merasakan perasaan pasien)
 Trust (memberi kepercayaan)
 Integrity (berpegang pada prinsip professional yang kokoh)
 Identifikasikan bantuan yang diperlukan
 Terapkan teknik komuniasi: terfokus, bertanya, dan validasi
 Bahasa yang mudah dimengerti
 Pastikan hubungan professional dimengerti oleh pasien/keluarga
 Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
 Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
1. Tahap Orientasi
Dalam tahap ini perawat memperkenalkan diri,
menanyakan identitas klien, dan menjelaskan tujuan dan juga
waktu yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan. Perawat
harus mampu untuk membangun dan memelihara hubungan
saling percaya sehingga akan menimbulkan dampak baik bagi
seorang klien. Dimana klien tersebut memiliki rasa percaya diri,
merasa yakin terhadap perawat.
2. Tahap Kerja
Dalam tahap ini perawat melaksanakan prosedur kerja,
sebelum melakukan tahap kerja perawat memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya terkait hal-hal yang belum dipahami
dan juga masalah-masalah yang dialami, agar nantinya tidak
menghambat pekerjaan perawat dalam menyelesaikan masalah
klien.
3. Tahap Terminasi
Tahap terminasi adalah saat untuk mengubah perasaan
dan memori serta mengevaluasi kemajuan klien dan tujuan yang
telah dicapai.Tingkat kepercayaan dan keintiman menjadi lebih
tinggi, menggambarkan kualitas hubungan perawat dan
klien.Dalam tahap ini perawat menyimpulkan hasil dari tahapan
kerja, perawat memberikan reinforcemen positif kepada klien dan
juga merencanakan tindak lanjut dengan klien.

Contoh Dialog
Pada tanggal 09 November 2020 pukul 09.00 WIB datanglah seorang
ibu dan anaknya usia 16 tahun ke IGD Rumah Sakit Pelita dengan keluhan
sakit perut pada bagian kanan bawah, perut terlihat membengkak, demam
tinggi, dan mual.
 Fase Orientasi
Ibu : “Permisi ners, tolong anak saya ners dia demam dan juga
mengeluh kesakitan pada bagian perutnya, tolong ya ners segera
ditangani”. (menghampiri perawat dengan tampak cemas)
Anak : “Aduh ma.. perut kakak sakit banget, kakak udah gakuat”
(mengeluh kesakitan)
Ners : “Anak ibu akan saya bawa ke ruangan IGD, agar segera
mendapatkan penanganan yang serius. Ibu urus terlebih dahulu
pendaftarannya ke resepsionis. Tidak usah khawatir bu anak ibu
akan segera ditangani oleh tenaga medis”.
Ibu : “Baik sus, mohon bantuannya demi anak saya”
Resepsionis
Ibu : “Permisi mbak...”
Petugas : “Ada yang bisa saya bantu bu?”
Ibu : “Saya mau mendaftarkan anak saya mbak”
Petugas : “Atas nama siapa bu dan umur berapa?”
Ibu : “Nama anak saya Dea mbak perempuan umur 16 tahun”
Petugas : “Anak ibu ada keluhan apa bu?”
Ibu : “Anak saya mengeluh kesakitan pada perut bagian kanan bawah,
demam juga disertai mual.”
Petugas : “Baik bu, ibu yang tenang ya bu. Anak ibu sudah ditangani oleh
tenaga medis. Ibu silahkan menunggu terlebih dahulu di ruang
tunggu ya bu”
Ibu : “Baik mbak, terimakaih ya mbak”
 Fase Kerja
Ners : “Selamat pagi, perkenalkan saya perawat Meri yang akan
membantu dokter untuk memeriksa kondisi mbak. Bagian sebelah
mana yang sakit mbak, boleh saya lihat dan periksa dulu?”
Pasien : “Iya ners, silahkan”
Ners : “Permisi ya mbak saya periksa bagian perut mbak mungkin akan
sedikit saya tekan pada bagian perut mbak untuk mengetahui
bagian yang mbak rasakan sakit.”
Pasien : “Iya ners, saya merasakan adanya rasa sakit di bagian perut saya
bagian kanan bawah ners”
Ners : “Sudah sejak kapan mbak merasa sakit dibagian perutnya?”
Pasien : “Tadi malam saya merasakan sakit sekali pada perut saya dan
disertai demam, paginya saya juga merasa mual ners.”
Ners : “Setelah saya periksa pada perut bagian kanan bawah mbak
terasa keras dan sedikit terlihat membengkak. Nanti saya akan
konfirmasikan dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan
penunjang dan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.”
Pasien : “Baik sus”
Setelah perawat menyampaikan hasil pemeriksaan Nn D kepada
dokter, dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG dan CT
scan kepada pasien. Setelah hasil pemeriksaan penunjang yang telah
didapatkan dokter menyarankan untuk pasien segera melakukan operasi
demi kesembuhan pasien Nn. Dea.
Ruangan IGD
Ners : “Permisi, dengan keluarga dari Nn.Dea”
Ibu : “Iya ners, saya ibunya. Bagaimana kondisi anak saya ners”
Ners : “Begini bu, dari hasil pemeriksaan bahwa anak ibu mengalami
Apendisitis kronis atau yang disebut dengan usus buntu. Penyakit
ini disebabkan oleh adanya penyumbatan pada usus anak ibu.
Apendisitis ini dapat diatasi dengan prosedur operasi
pengangkatan usus buntu yang meradang. Apakah ibu bersedia
agar anak ibu dilakukan operasi pengangkatan usus buntu?”
Ibu : “Astaghfirullah, saya ingin yang terbaik pada anak saya tapi saya
khawatir dan takut terjadi sesuatu pada anak saya ners”
Ners : “Ibu tidak usah cemas, semua akan berjalan dengan baik dan
anak ibu segera pulih kembali, mohon bantuan doanya juga bu
untuk kesembuhan anak ibu”
Ibu : “Tolong yakinkan anak saya ya sus”
Ners : “Baik bu akan saya bantu untuk meyakinkan anak ibu dan
memberikan motivasi demi kesembuhan anak ibu. Kalau begitu
saya akan segera menyiapkan segala sesuatunya untuk proses
tindakan operasi. Nanti saya akan kembali lagi untuk membantu
anak ibu dalam mempersiapkan diri.”
Beberapa jam kemudian menjelang tindakan operasi
Ners : “Permisi selamat siang bagaimana apakah mbak sudah siap?”
Pasien : “Saya siap ners, hanya saja saya masih merasa takut dan cemas
saya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ners”
Ners : “Mbak gausah cemas dan takut, ada banyak orang yang
mendoakan kesembuhan pada mbak, minta untuk dipermudah ya
mbak kepada Allah. Yakin ya mbak kalau semua pasti berjalan
lancar, tarik nafas dalam mbak dan yakinkan kembali bahwa mbak
pasti bisa menghadapi”
Pasien : “Baik sus, saya sudah siap”
Setelah 2 jam operasi berlangsung, operasi pada Nn Dea berjalan
dengan lancar. 2 hari pasca operasi Nn. Dea sudah mulai merasa membaik.
 Fase Terminasi
Perawat : “Permisi selamat pagi, bagaimana keadaan mbak Dea setelah
dilakukan operasi pengangkatan usus buntu, apakah sudah
merasa lebih baik?”
Pasien : “Sudah lumayan mendingan ners, sudah agak bisa gerak sedikit”
Perawat : “Alhamdulillah sudah bagus perkembangannya ya mbak, kalau
kondisi mbak sudah berangsur membaik mbak akan segera
diperbolehkan pulang.”
Pasien : “Baik ners, terimakasih atas bantuannya ya ners”
Perawat : “Iya terimakasih kembali juga ya mbak, sudah semangat untuk
melawan penyakitnya. Apakah ada yang ingin ditanyakan kembali
mbak atau ibu mungkin?”
Ibu : “Tidak ada ners”
Pasien : “Sepertinya tidak ada ners”
Perawat : “Kalau tidak ada yang ditanyakan kembali, saya akan kembali ke
ruang perawat dulu ya mbak... bu..., nanti sore kakak kesini
kembali untuk melakukan pemeriksaan kepada mbak Dea.
Terimakasih atas kerja samanya, selamat beristirahat dan semoga
lekas membaik dan bisa beraktivitas kembali ya mbak Dea.”
Pasien : “Terimakasih ners”

Berdasarkan kasus yang tertera dalam contoh dialog diatas dapat dilihat
bahwa sikap atau teknik perawat dalam menghadapi pasien dalam kondisi
kegawatdaruratan yaitu dengan melihat tingkat kondisi gawat darurat pada
pasien untuk menentukan tindakan awal apa yang akan dilakukan kepada
pasien. Pasien akan dikelompokkan berdasarkan konsep triage yang telah
ada di ruang gawat darurat tersebut. Setelah itu, perawat akan melakukan
pertolongan atau tindakan pertama dalam kegawatdaruratan untuk
menolong nyawa pasien. Dalam mempraktikkan komunikasi terapeutiknya
perawat akan menggunakan konsep-konsep dalam berkomunikasi, di dalam
contoh kasus dialog diatas dalam mengimplesentasikan teknik komunikasi
terapeutik kepada pasien perawat akan memberikan sikap yang ramah
kepada pasien dan keluarganya, menyesuaikan dirinya untuk memberikan
rasa nyaman kepada pasien, berbagi harapan dengan memberikan motivasi
kesembuhan kepada pasien, mendengarkan secara aktif apa yang
disampaikan oleh pasien, dengan demikian penerapan komunikasi perawat
yang dilakukan dengan sikap yang positif memberikan dampak yang baik
dalam berlangsungnya komunikasi antar perawat dengan pasien sehingga
pasien merasa nyaman.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik memiliki tujuan yaitu untuk membantu memberi
dorongan atau motivasi kepada pasien, menciptakakan hubungan kerjasama
yang baik antara pasien dengan perawat. Dalam komunikasi terapeutik di
kondisi kegawatdaruratan pada pasien dapat dilakukan kepada keluarga
atau orang yang pada saat itu mendampingi pasien. Keadaan gawat darurat
pada pasien yang pertama yaitu dengan memberikan pertolongan pertama
dengan cepat dan tanggap untuk menyelamatkan kondisi pasien.
Komunikasi terapeutik kepada pasien untuk membantu dalam
memberikan semangat kepada pasien untuk melawan rasa sakitnya agar
segela pulih dari kondisi sakit yang dialami. Komunikasi terapeutik pada
kegawatdaruratan tentunya berdasarkan teknik-teknik dan prinsip-prinsip
dalam komunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

4.2. Saran
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari sisi referensi maupun cara penulisan dan penyusunan,
maka dari itu kami harap masukan (saran) untuk perbaikan pada makalah-
makalah selanjutnya baik dari dosen pengampu mata kuliah ataupun dari
rekan-rekan pembaca. Kami akan terima dengan lapang dada setiap kritikan
dan saran yang sifatnya membangun untuk perubahan kearah yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Andreas Hadi. Persepsi PasienTentang Pelaksanaan Komunikasi


Teraputik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien di
Unit Gawat Darurat RS. Mardi Rahayu Kudus November 2009.
Diss. Universitas Diponegoro, 2010.
Darmawan, I. (2009). Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan
Kepuasan Klien Dalam Mendapatkan Pelayanan Keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Soedarso Pontianak Kalimantan
Barat (Doctoral disserastion, Universitas Diponegoro).
Buku Panduan Siswa Komunikasi Efektif (Is-242.b), February 2014.
Communication in Emergency
Istizhada, A. E. N. (2019). Gambaran Response Time dan Laman Triage di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember

Anda mungkin juga menyukai