Nama Kelompok :
1. Andhini Putri Kinanti (NRP: 2043211001)
2. Annisa Lintang Maulidina (NRP : 2043211035)
3. Amru Rasyid Hammami (NRP : 2043211052)
4. Amalia Arinal Haq (NRP : 2043211061)
5. Anggi Saputra (NRP 2043211071)
Alhamdulillah, puji syukur hanya untuk Allah SWT dan shalawat serta salam
semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai manusia rahmatan li
al-‘alamin. Kami selaku kelompok 2 dari kelas Agama Islam A,bersukur telah
merampungkan penyusunan makalah ini yang berjudul “Fitrah Manusia Bertuhan”.
Kami selaku penulis, menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh
dari kata sempurna. Sehingga, kami memohon maaf atas segela kesalahan yang
terdapat didalam makalah ini dan dengan senang hati menerima kritik maupun saran
yang bersifat membangun. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang......................................................................................................iii
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................iv
1.3. Tujuan....................................................................................................................iv
BAB II.....................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.................................................................................................................1
2.1. Trilogi Metafisika...............................................................................................1
2.2. Tuhan sebagai kesatuan wujud.........................................................................3
2.3. Eksistensi Tuhan dalam Kehidupan Manusia..................................................4
2.4. Menjawab Kaum Materialis..............................................................................6
2.5. Manusia Sebagai Tujuan Akhir Penciptaan....................................................8
BAB III.................................................................................................................................13
KESIMPULAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Fitrah manusia bertuhan sering diartikan dimana, sampai kapan pun, dan
saat kondisi apapun manusia adalah makhluk yang berketuhanan, makhluk yang
mengakui adanya tuhan. Manusia dalam fitrahnya, “tidak mungkin tidak
mengakui adanya Tuhan”
Jika tidak ada fitrah manusia maka kehidupan di dunia akan rusak dan
hancur karena manusia tidak memikirkan tuhan, tidak berfikir akan ada balasan
untuk semua yang dilakukan, maka dengan itu manusia bisa seenaknya
melakukan apapun, melakukan semua yang mereka suka walaupun itu hal yang
kejam, manusia akan saling membicarakan satu sama lain, saling menjahati satu
sama lain, saling menfitnah, bahkan saling membunuh.
Di kesempatan kegiatan yang baik kita juga akan mendapatkan ilmu serta
pahala yaitu mempelajari ilmu dimana di dunia ini kita hidup selamanya dan
ketika kita meninggal, hanya ada tiga amal yang tidak terputus pahalanya meski
seseorang telah meninggal, yakni sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan doa
iii
anak sholeh. Dengan begitu kita berharap agar ilmu yang kita sampaikan saat
ini aka bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita semua.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui mengenai konsep trilogi metafisika dalam Islam
2. Mengetahui konsep tuhan sebagai kesatuan wujud
3. Mengetahui eksistensi tuhan dalam kehidupan manusia
4. Mengetahui manusia sebagai tujuan akhir penciptaan
5. Mengetahui tradisi intelektual
6. Mengetahui sekularisasi ilmu dalam Islam
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Tuhan
Tuhan adalah prinsip fundamental dari segala yang ada. Bukti adanya tuhan
adalah faktanya alam ini ada. Alam tidak mungkin mendirikan dirinya sendiri oleh
karna itu tuhan ada yang menciptaka ala ini. Tuhan memiliki sifat yang paling
esensial yaitu keesan-Nya, yang mana keesaan merupakan cerminah bahwa tuhan
menegndalikan alam semesta yang sudah terbukti, baik secara ilmiah maupun
filosofis . oleh karena keesaanya maka tidak satu pun yang sama atau setara
dengan-Nya. Tuhan tidak memikirkan dirinya sendiri tetapi tuhan mendengarkan
keluhan dan doa hamba-hamba-Nya. Tuhan itu maha besar, kebesarannya tercermin
dari kebesaran alam semesta tetapi tuhsn tidak identik dengan kebesran alam yang
bersifat ekstensif (tuhan berbeda dari apapun). Tuhan juga bersifat maha kuasa
tetapi tuhan tidak sewenang-wenang atas kekuasaannya melainkan sangat kasih
terhadap makhluk-makhluk-Nya, terutama manusia. Tuhan memberikan kasing
saying dan kenikmatan pada makluknya yang tidak bisa dihitung seperti nikmat
hidup, didalam nikmat hidup terdapat berbagai nikmat-nikmat lainnnya yang luar
biasa. Menurut penulis tuhan bisa transnden dan imanen. Tuhan transenden karena
mengatasi dan tibak bisa disamakan dengan alam. Tuhan juga imanen karena
kehadiran-Nya dapat dirasakan dimanapun, tanpa harus berwujud. Tetapi kitab isa
merasakan keberadaan itu pasti adanya. Kasih sayang tuhan melebihi dari
kermurkaan dan demdam-Nya kepada hamba-hamba-Nya
1
2.1.2. Alam Semesta
Alam semesta merupkan wujud yang patut disebut realitas terakhir, karena
mempelajari alam semesta dan isinya sama halnya dengan mempelajari kebesaran
dan kebijakan tuhan. Alam diciptakan melalui kehendak bebas, bukan melalui
keniscayaan dan bukan juga secara kebetulan, alam diatur melalui Al-Qur’an
disebut sunnahtullah. Tetapi sunnahtullah tidak sama dengan hukum alam, karena
hukum alam tidak mengizinkan tentang kreativitas atau kebaruan dalam pengertian
apapun pada alam, sementara sunnatullah memberikan apa yang hukum alam tidak
berikan. Banyak ilmuan yang mencerminkan alam sebagai pantulan dari sifat-sifat
tuhan. Diantara makhluk tuhan yang ada dialam ini, manusia lah yang memiliki
kedudukan tertinggi.
2.1.3. Manusia
Seperti yang sudah dijelaskan diatas tentang alam semesta, manusia memiliki
kedudukan tertinggi dianatara makhluk-makhluk yang ada pada alam ini. Manusia
merupakan hasil akhir panjang yang disebut dengan evolusi. Manusia tergolong
menjadi makhluk fisik dan spiritual. Diakatan maksluk fisk karena manusia terbuat
dari tanah, sedangkan dikatakan makhluk spiritual karena dalam Al-Qur’an
dijelaskan bahwa manusia ditiupi ruh kedalam dirinya. Manusia memiliki jiwa yang
rasional dimana manusia bisa berpikir dan menentukan mana yang baik dan salah,
selain itu juga manusia dengan jiwa rasionalnya itu bisa mengendalikan nafsunya.
Manusia merupakan mahkluk yang unik, oleh karena keunikannya itu tuhan
menjadika manusia sebagai tujuan akhir, menurut para sufi manusia adalah tujuan
akhir dari penciptaan alam. Sebagai khalifah tuhan dibumi ini, manusia diharapkan
mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil tuhan dan instrument bagi kehendak
hamba-Nya. Oleh karena itu manusia diberikan hadiah yang luar biasa dan
istimewa yaitu ilmu pengetahuan dan kebebasan memilih. Manusia memiliki
imajinasi untuk menangkap objek-objek imajinal untuk membayangkan suatu
kejadian seperti mimpi.
Manusia juga meiliki akal yang mampu menembus batas-batas indrawi yang
digunakan menangkap objek-objek non material melalui metode silogistik secara
tidak langsung. Selain itu manusia dikaruniai tuhan yaitu hati(intuisi), sama seperti
2
akal, hati menangkap objek dengan immaterial yaitu dimana manusia secara
langsung menangkap objek melalui kehadiran objek-objek tersebut ke dalam jiwa
manusia. Selain pengetahuan manusia dikaruniai kebebasan, kebebasan tersebut
berawal pada kenyataannya bahwa manusia adalah makhluk dua dimensional, yang
bukan saja memiliki unsur fisik tetapi juga rohani yang ditiupkan tuhan. Kebebasan
manusia yang diberikan tuhan terbatas karena manusia harus tunduk pada hukum
fisik alam yang mana manusia harus memilih apa yang sebaiknya dipilih.
Kebebasan memilih menurt Runi dalam Al-Qur’an disebut dengan amanat yang
ditawarkan pada langit dan bumi. Dengan adanya kebebasan tersebut manusia
merupakan makhluk moral yang bisa menjadi baik atau jahat tergantung bagaimana
manusia berperilaku. Jika manusia tidak diberikan kebebasan itu berarti menusia
sudah diatur dalam melakukan ini atau itu. Tetapi pada hakikatnya manusia tidak
memiliki kekuatan apapun terhadap apa yang dilakukan dengan kata lain manusia
tidak bisa mengubah apapun denga kehendak atau inisiatifnya sendiri, melainkan
atas kehendak tuhan. Kebebasan manusia telah diatur dalam Al-Qur’an dan kitab-
kitab suci lainnya tentang perintah atau larangan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh manusia.
Syaikh Akbar (Ibn ‘Arabi) membagi Tuhan pada dua level (wajah), antara lain :
2.2.1. Dzat
Dzat ketika kita merujuk Tuhan pada diri-Nya. Tuhan pada level ini tidak bisa
kita kenal, karena pada level ini Tuhan bukanlah “sesuatu” dan manusia hanya bisa
memahami “sesuatu”. Cara menggambarkan Tuhan pada level ini adalah bahwa Dia
bukanlah seperti apapun, ini disebut via negativa atau juga teologi negatif.
Mengenai hal ini, tidak ada kata apapun yang mampu mendeskripsikan-Nya. Pada
3
level ini, Tuhan tidak bisa dikatakan memiliki sifat apapun, tidak ada sifat apapun
yang dinyatakan secara positif.
2.2.2. Sifat
Pada level ini, Tuhan telah bisa kita kenal secara positif, karena Tuhan telah
menjadi sesuatu (ta’ayyum). Nama dan sifat Tuhan muncul hanya pada konteks
dengan alam. Diperkenalkannya sifat dan nama Tuhan dalam kitab suci adalah
untuk memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk-Nya, terutama manusia.
Selain teori teolog, terdapat teori filosof. Para teolog. Perbedaan antara
keduanya yaitu terletak pada cara pandangnya. Para teolog memandang bahwa
Tuhan lebih pada level kedua, yaitu sifat. Sedangkan pada filosof memandang
bahwa Tuhan pada level Dzat-Nya.
Dunia yang kita kenal ini, meskipun sangat luas, namun juga terbatas. Segala
sesuatu yang terbatas tidak mungkin mempunyai awal tidak terbatas, dengan kata
lain mestilah mempunyai titik awal dalam waktu. Seberapapun jauhnya dirunut ke
belakang, tidak mungkin surut secara tak terhingga atau tasalsul. Sehingga, jika
alam ini terbatas maka materi alam juga terbatas. Dengan materi yang terbatas,
maka terbatas pula gerak dan waktu. Hal tersebut bisa berlaku karena waktu
merupakan efek dari gerak.
4
Dengan dibuktikannya bahwa materi, gerak, dan waktu pada alam semesta
ini terbatas, berarti alam semesta ini baru (huduts), sedangkan apapun yang baru
mestilah dicipta (muhdats). Oleh karena itu, sesuatu yang baru seperti alam ini,
pastilah ada sebab yang memunculkannya. Itulah Tuhan, atau dalam bahasa
filosofis disebut Sebab Pertama.
Cara menangkap Tuhan dengan akal, yang dikemukakan oleh Ibn Sina
melalui dalil al-jawaz yaitu dibagi menjadi 3 kategori, antara lain :
Dari pendapat Ibn Sina diatas, dapat dikatakan bahwa alam semesta ini
boleh ada atau tiada. Kata “mungkin” disini bermakna potensial. Dengan
mengatakan bahwa alam itu mungkin, itu berarti sifat dasar alam adalah potensial.
Dengan memahami sifat dasar alam sebagai potensi yang tidak akan
berubah menjadi aktualis tanpa adanya sebab, kita dapat menyimpulkan bahwa
sebagaimana yang kita saksikan, bahwa alam ini kenyataannya ada, sehingga secara
logis pasti ada sesuatu yang mengubah potensi alam ini ke dalam aktualis. Itulah
yang kita sebut dengan Tuhan.
Berbeda dengan kedua argumen diatas, argumen desain ini lebih berdasar
pada argumen logis spekulatif, dan bersifat rasional, serta sebagian religius karena
berdasar pada Al-Quran. Menurut Ibn Rusyd, segala sesuatu yang ditemui di dunia
ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Dan ini adalah bukti adanya Tuhan yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penciptaan dari segala sesuatu di alam ini
5
juga merupakan bukti bahwa adanya Tuhan melalui penciptaan yang menakjubkan
atau keserasian.
Karl max lebih percaya pada ilmu pengetahuan (sains) dari pada agama. Dia ingin
membangun ilmu manusia dan masyrakat dalam mempelajari fenomena fenomena alam
dibandingkan donegng tentang agama. Untuk bisa melihat realitas fisik dan social, menurut
nya kita harus dibersihkan dari takhayul yang telah diciptakan agama. Namun perlu diingat
bahwa perhatian utama Marx bukan pada dunia fisik melainkan pada kehidupan manusia
sebagai makhluk ekonomi dan politik. Menurut marx agama tidak lain dari pikiran manusia
unutk merefleksikan realitas realitas social manusa. Agama menurut marx telah
mengelabui kita dan menyembunyikan kenyataan-kenyataan pahit berupa penderitaan dan
kesengrasaraan dari mata kita sehingga orang kebanyakan tidak dapat melihat kenyataan
pahit pada diri mereka. Oleh karena hal tersebut untuk melakukan perbaikan-perbaikan
marx menganjurkan kita untuk menghancurkan agama, alasannya selama agama berhasil
6
mengelabui kita tentang realtas pahit kehidupan selama itu pula kita tidak akan tahu
penyakit apa yang diderita, dan hanya ketika penyakit tersebut kita telah mengetahuinya
dengan baik kita bisa mengharapkan perbaikan tersebut dari kedaan kita.
Kaum materialis selanjutnya yaitu Sigmund freud yang memiliki pandangan bahwa
agama berasal dari ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi daya-daya diluar sana
dan daya imanjinatif dalam dirinya. Agama menurutnya padangannya sebagai ilusi karena
hal tersebut muncul dan memperoleh kekuatannya dari keinginan-keinginan manusia.
Menurut Freud agama sebagai ilusi yang menurut ramalannya akan segera ditinggalkan
orang-orang modern. Tetapi tentu saja kita mengetahui bahwa sekarang ramalannya itu
tidak benar karena faktanya manusia yang hidup dimasa modern saat ini justru semakin
membuthkan agama dan spiritualitas.
Kaum materialis yang lain yakni Emile Durkhiem, dalam penelitinnya terhadap tarin
religious suku Aborigin mengatakan bahwa suku ketika melakukan ritual tarian
kegamamaan, mereka merasakan kekuatan gaib yang menurut padangan mereka erasal
dari dunia spiritual atau tuhan. Tetapi Durkhiem tidak percaya dan bernaggapan bahwa hal
tersebut dipandang tidak lebih dari kekuatan-kekuatan listrik yang terkonsentrasi. Dia tidak
percaya pada sesuatu yang transensen yang metafisik. Oleh karena hal tersebut dia tidak
percaya adanya tuhan. Menurutnya tuhan bukanlah Dzat transenden yang menciptakan
dunia dengan segala isinya termasul manusia dan lainnya, melainkan tercipta oleh apa yang
disebut dengan kesadaran kolektif.
7
revisi radikal terhadap kepercayaan umum untuk menjelaskannya. Setelah ditemukannya
prinsip ketidakpastian maka muncul pertanyaan yang sulit dijawab oleh kaum naturalis,
bagaimana alam bisa berjalan sendiri dengan sempurna tanpa ada yang mengendalikan?
Pertanyaan tersebut sekarang sulit dijawab karena bagaimana bisa bahwa alam yang diatur
oleh prinsip ketidakpastian pada komponennya yang paling dasar bisa berjalan dengan
begitu teratur, harmonis, tanpa campur tangan sebuah agen yang mengaturnya.
Jadi kaum naturalis dan materialism tidak mau harus merevisi pandangan atau
asumsi dasarnya yang lama dan Menyusun pandangannya yang baru yang sesuai dengan
penemuan mutakhir dalam bidang ilmiah agar mereka menemukan dasar pijakan yang
kukuh dari sudut keilmuan, bagi pandangan materialistik mereka.
8
manusia. Al-Quran sendiri mengatakan, “Dialah (tuhan) yang menjadikan segala apa yang
ada di bumi untukmu”
Gagasan ini pun juga menimbulkan pertanyaan, apabila benar manusia merupakan
tujuan utama penciptaan alam, mengapa manusia tidak diciptakan terlebih dahulu sebelum
yang lain? Menurut Jalal Al-Din – Rumi, manusia diibaratkan sebagai buah yang tumbuh
dari sebatang pohon, dan merupakan tujuan akhir dari pohon tersebut, yang setelahnya
pohon itu akan mati. Sehingga, sudah jelas ini merupakan kebijaksanaan Tuhan bahwa
buah muncul dibagian akhir, begitu juga manusia sebagai “buah” alam
Tuhan meciptakan manusia diujung proses evolusi dengan tujuan agar manusia bisa
mencapai tingkat kesempurnaan penuh, sebagai makhluk yang muncul paling akhir,
memungkinkan manusia untuk memiliki segala sumber daya dan kecakapan yang dimiliki
makhluk-makhluk lainnya yang telah mendahului, membuat manusia menjadi yang
tercanggih dan terunggul dari pada seluruh makhluk lainnya. Makhluk lainnya justru
diciptakan untuk melayani kepentingan manusia, dan ini kemudian memperkuan konsep
bahwa manusia adalah tujuan akhir dari penciptaan ini.
9
hewan, dan bahkan usur malaikat dan ilahi. Hal ini berkaitan erat dengan fakta
bahwa manusia merupakan puncak evolusi alam.
11
kini telah ditemukan hokum seleksi alamiah dank arena itu kita tidak perlu
mengatakan bahwa kerang yang indah ini adalah ciptaan Tuhan, kerang
tersebut harus mengubah dan menciptakan engselnya kembali hingga kokoh,
itu semua merupakan faktor dari dalam kerang itu sendiri, tidak ada faktor
dariluar ataupun Tuhan.
3. Tokoh ketiga adalah Sigmen Freud. Freud dikenal sebagai bapak psikoanalisis
juga menolak keberadaan Tuhan dan memiliki pandangan negative tentan
tuhan dan agama. Dalam bukunya yang berjudul “The Future Of An Ilussion”,
ia menyebut bahwa agama hanya sebagai ilusi yang ia definisikan sebagai tidak
mesti bertentangan dengan kenyataan, namun kemingkinan benarnya hanyalah
amatlah tipis. Menurut pemikirannya, agama dikembangkan oleh manusia
primitif yang tidak berdaya dalam mengikuti tantangan alam, sebagai bentuk
perlindungannya dari keterbatasan-keterbatasan mereka sendiri dengan cara
memohon kepada kepada Dzat yang maha kuasa.
12
BAB III
KESIMPULAN
Dalam kehidupan manusia terdapat trilogi metafisika, yang terdiri dari Tuhan, alam
semesta, dan manusia. Ketiga hal itu memiliki ikatan yang jelas, bahwa Tuhan menciptakan alam
semesta, dan menciptakan manusia sebagai tujuan akhir dari penciptaan alam semesta. Tuhan
merupakan suatu zat yang mengendalikan segala hal, mulai dari yang terlihat hingga yang tidak
terliha, alam sendiri bukanlah wujud yang sama sekali berbeda dan terpisah tanpa hubungan
apapun dengan Tuhan, melainkan menifestasi dari Tuhan.
Manusia merupakan tujuan akhir dari penciptaan alam semesta ini. Tuhan menciptakan
alam beserta makhluk-makhluk lain terlebih dahulu, sebagai bahan untuk manusia manfaatkan
sebagai makhluk dari puncak evolusi alam. Manusia sendiri merupakan khalifah dari Tuhan,
diciptakan untuk menjalankan perintah-perintahnya di bumi. Manusia juga merupakan cerminan
dari tuhan, akan tetapi hanya insan kamil yang merupakan cerminan yang sebenarnya dari tuhan,
yang memiliki hati yang bersih.
Manusia hanyalah makhluk yang cerdas yang sangat kecil dibandingkan dengan seluruh
ciptaan Tuhan, sudah seharusnya akal tersebut digunakan untuk menyembah Tuhan sebagai
penciptanya. Akan tetapi, banyak juga terdapat manusia-manusia yang sangat pintar (ilmuwan)
yang justru memiliki teori-teori tersendiri, yang beranggapan bahwa manusia sepenuhnya
tercipta dari proses alam, dan Tuhan hanyalah sebuah ilusi manusia.
Marilah kita sebagai manusia yang memiliki akal yang sehat serta menyadari akan adanya
Tuhan yaitu Allah SWT melalui ciptaannya yang ada di langit dan di bumi, serta seluruh alam
semesta, untuk selalu beriman kepadanya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14