Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM BIOKIMIA

Percobaan I
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KARBOHIDRAT

Nama : Shaffanisa Noor Haqqani


NIM : 1900023017
Kelas/Golongan/Kelompok : III A / I / 4
Hari/ Tanggal Praktikum : Kamis, 27 November 2020
Dosen : Mustofa Ahda S.Si., M.Sc.

Pernyataan keaslian:
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan yang saya buat
adalah hasil karya sendiri dan tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada bagian
yang merupakan hasil meniru karya orang lain dan atau memanipulasi data.
Saya siap menerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan,

Shaffanisa Noor Haqqani

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
PERCOBAAN I

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


KARBOHIDRAT

I. Tujuan Percobaan Analisis Kualitatif Karbohidrat

a. Mengidentifikasi adanya senyawa karbohidrat dalam suatu bahan

b. Mengetahui sifat-sifat senyawa karbohidrat

c. Mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi senyawa


karbohidrat

Tujuan Percobaan Analisis Kuntitatif Karbohidrat

Memahami prinsip dasar penetapan kadar glukosa darah dengan metode


enzymatic photometric test GOD-PAP

II. Dasar Teori


a. Definisi Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia,


yang menyediakan 4 kalori (kJ) energi pangan pergram. Sedangkan
dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois,
pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Dalam tubuh
manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan
sebagian lemak. (Winarno, 2004).

b. Penggolongan Karbohidrat

1. Monosakarida (gula sederhana), yaitu senyawa yang mengandung


enam atau lima atom karbon. Monosakarida tidak terhidroilisis
menjadi lebih sederhana lagi, tetapi hasil dari hidrolisis dari tiga
golongan yang lain (Hamidjojo, 2005).
2. Oligosakarida, yaitu senyawa yang berisi dua atau lebih gula
sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus
aldehid atau keton dengan gugus hidroksil (Hamidjojo, 2005).

3. Polisakarida, yaitu senyawa yang terdirir atas banyak ikatan gula


sederhana yang dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida
meliputi : pati, selulosa dan dekstrin, merupakan substansi yang
amorph yang sebagian tidak larut dalam air dan tidak berasa
(Hamidjojo, 2005).

c. Struktur Karbohidrat

Gambar 1. Struktur molekul Monosakarida (Ana Poedjiadi, 2005)

Gambar 2. Struktur molekul Disakarida (Ana Poedjiadi, 2005)

Gambar 3. Struktur molekul Polisakarida (Nafiun, 2013)


d. Fungsi Karbohidrat
Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi (glukosa, pati,
glikogen), membentuk struktur sel (glikoprotein), struktur penunjang
tanaman (selulosa), penyusun cangkang crustacea (kitin), komponen
asam nukleat. Fungsi glukosa untuk mikroorganisme dalam hal ini
sebagai sumber energi dan cadangan energi, bahan pembentuk zat lain
yang diperlukan mikroorganisme misalnya pembentuk gula pentosa
penyusun RNA/DNA, pembentuk asam glukoronat, asam askorbat dan
gliserol fosfat (Murary, 2003).

e. Analisis Kualitatif Karbohidrat

1. Uji Molisch
Pereaksi Molisch adalah α-naftol dalam alcohol 95%. Reaksi ini
sangat efektif untuk uji senyawa-senyawa yang dapat di dehidrasi
oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau furfural yang
tersubtitusi. Seperti hidroksimetilfurfural. Warna merah ungu yang
terasa disebabkan oleh kondensasi furfural atatu turunannya dengan
α-naftol. Selain dari furfural dapat terkondensasi dengan
bermacam-macam senyawa fenol atu amin memberikan turunan
yang berwarna (Almatsier. S. 2010).

Gambar 4. Reaksi Uji Molish (Jeanne, 2014)


2. Uji Benedict
Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu+2 menjadi Cu+
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau ketom bebas.
Pereaksi Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitrat. Pada
proses reduksi dalam dalam suasana basa biasanya di tambah zat
pengompleks, seperti sitrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium bikarbonat.
Larutan tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid bebas atau monoketo bebas. Disakarida
seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi larutan Benedict karena
mempunyai gugus keto bebas (Sirajuddin, 2011).

Gambar 5. Reaksi Uji Benedict (Jeanne, 2014)


3. Uji Barfoed
Pereaksi Barfoed merupakan larutan tembaga asetat dalam air
yang ditambahkan asam asetat atau asam laktat. Pereaksi ini
digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
cara mengontrol kondisi percobaan, seperti pH dan waktu
pemanasan. Senyawa Cu2+ tidak membentuk Cu(OH)2 dalam
suasana asam. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida
dari pada oleh disakarida (Indarti, 2011).

Gambar 6. Reaksi Uji Barfoed (Jeanne, 2014)

4. Uji Osazon

Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton


bebas akan membentuk hidrazon atau osazon bila di panaskan
bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai
bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida
laru dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila di dinginkan.
Namun, sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida
atau keton yang terikat pada monomernnya sudah tidak bebas.
Sebaliknya, osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih
(Saifuddin, 2009).

Gambar 7. Reaksi Uji Osazon

5. Uji Seliwanoff

Uji Seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat


golongan ketosa. Uji ini didasrkan atas terjadinya perubahan
fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam levulenat dan
4-hidroksimetil furfural, yang selanjutnya terjadi kondensasi
4-hidroksimetil furfural dengan resorsonol (1,3-dihydroksibenzen)
yang dihidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa memberi reaksi
positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohidrat lain dalam
jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama (Almatsier. S.
2010).

Gambar 8. Reaksi Uji Seliwanoff (Jeanne, 2014)

f. Analisis Kuantitatif Karbohidrat (Analisis Glukosa Darah Metode


Enzymatic Photometric Test dengan Glucose Oxidase - Phenol
Aminoantipyrin = GOD - PAP)

Prinsip: Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidase


glukosa menjadi glukonolaktan dan hydrogen peroksida. 23 Enzim
glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan
sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak
spesifik karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan
glutation menghambat reaksi karena zat - zat ini akan berkompetisi
dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil
pemeriksaan akan lebih rendah. Kelebihan pemeriksaan ini yaitu harga
reagen yang murah dan hasilnya yang cukup memadai (Nabyl, 2009).

Gambar 9. Reaksi GOD-PAP

III. Metode Kerja

a. Uji Molisch
Alat : Tabung reaksi dan pipet tetes
Bahan : Serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, pereaksi
Molisch, asam sulfat pekat.

Pembuatan reagen Molisch : 10 g α naftol dilarutkan dalam100 mL


etilalkohol 95%

Prosedur:

5 tetes larutan uji tambah 3 tetes pereaksi Molisch alirkan 1 mL H2SO4

gunakan glukosa, fruktosa, sukrosa 1% amati hasil (+) cincin ungu


u/ pembanding
b. Uji Benedict
Alat : Tabung reaksi, pemanas/pengangas dan pipet tetes
Bahan : Serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, pereaksi
Benedict

Prosedur:

5 tetes larutan uji tambah 15 tetes pereaksi Benedict didihkan

gunakan glukosa, fruktosa, sukrosa 1% amati hasil (+) endapan merah bata
u/ pembanding

c. Uji Barfoed

Alat : Tabung reaksi, pemanas/pengangas dan pipet tetes


Bahan : Serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, maltosa
1%, laktosa 1%, pereaksi Barfoed

Prosedur:

5 tetes larutan uji tambah 10 tetes pereaksi Barfoed didihkan

gunakan glukosa, fruktosa, sukrosa 1% amati hasil (+) endapan merah bata
u/ pembanding
d. Uji Osazon

Alat : Tabung reaksi, pemanas/pengangas, mikroskop dan pipet ukur


Bahan : Serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa 1%, sukrosa
1%, maltosa 1%, laktosa 1%, fenilhidrazin-hidroklorida dan
natrium asetat

Prosedur:

5 tetes larutan uji tambah seujung stapel fenilhidrazin didihkan, dinginkan


-hidroklorida + kristal natrium asetat

gunakan glukosa, fruktosa, sukrosa 1% ambil kristal, letakan di Deckglaser


u/ pembanding identifikasi kristal (mikroskop)
e. Uji Seliwanoff

Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pemanas/pengangas,


mikroskop dan penangas air.

Bahan : Serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, maltosa
1%, reagen Seliwanoff, HCl.

Prosedur:

3 mL reagen seliwanoff tambah 3 tetes sampel didihkan

gunakan glukosa, fruktosa, sukrosa 1% amati hasil (+) merah


IV. Data Referensi Klinik

1. Kadar glukosa normal (Rudi, 2013)


Gula darah sewaktu : <110 mg/dL
Gula darah puasa : 70 - 110 mg/dL
Waktu tidur : 110 - 150 mg/dL
1 jam setelah makan : <160 mg/dL
2 jam setelah makan : <140 mg/dL
Wanita hamil : <140 mg/dL
2. Hiperglikemia, Ketoasidosis Diabetik (KAD) = kadar glukosa darah 300 -
600 mg/dL ; Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) = kadar glukosa darag
600 - 1200 mg/dL (Konsesus Pengolahan dan Pencegahan DM Tipe 2
Indonesia 2015).

3. Hipoglikemia, kadar glukosa darah <70 mg/dL (Konsesus Pengolahan


dan Pencegahan DM Tipe 2 Indonesia 2015).

4. Diabetes, HbAIc (%) >6,5 ; glukosa darah pasa (GDP) >126 mg/mL ;
glukosa plasma 2 jam setelah TTOG >200 mg/dL (Konsesus Pengolahan
dan Pencegahan DM Tipe 2 Indonesia 2015).

5. Prediabetes, HbAIc (%) 5,7 - 6,4 ; glukosa darah pasa (GDP) 100 - 125
mg/mL ; glukosa plasma 2 jam setelah TTOG 140 - 199 mg/dL
(Konsesus Pengolahan dan Pencegahan DM Tipe 2 Indonesia 2015).

6. Normal, HbAIc (%) <5,7 ; glukosa darah pasa (GDP) <100 mg/mL ;
glukosa plasma 2 jam setelah TTOG <140 mg/dL (Konsesus Pengolahan
dan Pencegahan DM Tipe 2 Indonesia 2015).

V. Rancangan Analisis

Analisis Kuantitatif

Perhitungan kadar glukosa darah ( C ) = As / Ast X 100 mg/dL


C : Kadar glukosa dalam darah
As : Absorbansi sampel
Ast : Absorbansi gula standar
VI. Hasil Percobaan

Analisis Kualitatif

Jenis Uji Sampel Uji Hasil Teoritis Hasil Praktikum


Serum Darah Cincin Ungu Cincin Ungu
Molisch Glukosa 1 % Cincin Ungu Cincin Ungu
Fruktosa 1 % Cincin Ungu Cincin Ungu
Sukrosa 1 % Cincin Ungu Cincin Ungu
Serum Darah Merah Bata Merah Bata
Benedict Glukosa 1 % Merah Bata Merah Bata
Fruktosa 1 % Merah Bata Merah Bata
Sukrosa 1 % Tidak berubah (biru) Merah Bata
Serum Darah Merah Merah
Glukosa 1 % Merah Merah
Seliwanoff Fruktosa 1 % Merah Merah
Sukrosa 1 % Merah Merah
Serum Darah Endapan Merah Bata Biru, sedikit endapan
Barfoed merah bata
Glukosa 1 % Endapan Merah Bata Endapan Merah Bata
Fruktosa 1 % Endapan Merah Bata Endapan Merah Bata
Sukrosa 1 % Tidak berubah (biru) Endapan Merah Hitam

Analisis Kuantitatif

Panjang gelombang serapan maksimum berdasarkan pengamatan video didapat,


standar glukosa=536 nm
Hasil penentuan serapan glukosa darah dan standar seperti pada tabel berikut:

Sampel Absorbansi
Replikasi 1 0,485
Replikasi 2 0,479
Replikasi 3 0,475
Standard Glukosa rata2 0,368

Kadar glukosa darah (darah manusia puasa) hasil percobaan


Replikasi 1= 0,485/0,368 X 100%= 131,79%
Replikasi 2= 0,479/0,368 X 100%= 130,16%
Replikasi 3= 0,475/0,368 X 100%= 129,07%
Data yang dicurigai yaitu saat replikasi 1= 131,79%

x x d( x-x ) d2
130,16 129,61 0,55 0,3025
129,07 0,54 0,2916
1,09 0,5941
Bukti bahwa sampel pada replikasi 1 tertolak:
d = 1,09 / 2 = 0,545
sd = 0,738
(x - x ) / d = 131,79-129,61 / 0,725 = 3 > 2,5
Terbukti bahwa data 1 tertolak, karena menunjukkan angka diatas 2,5
dan memiliki nilai yang paling jauh dari rata-rata. Diperoleh rata-rata kadar
pada sampel 2 dan 3 hasil percobaan sebesar 129,61%
Kadar glukosa darah normal (puasa) = 70-110 mg/dL, didapatkan kadar
hasil percobaan sebesar 129,61 +/- 0,738 mg/dL , dapat disimpulkan bahwa
kadar glukosa darah hasil percobaan tinggi, karena melebihi range
normalnya.

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan diminta untuk mengamati video


praktikum terkait analisis kualitatif dan kuantitatif karbohidrat, lalu
menganalisisnya. Analisis kualitatif yang dilakukan yaitu uji molisch,
benedict, barfoed dan seliwanoff. Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya senyawa karbohidrat dalam sampel, mengetahui sifat-sifatnya, serta
mengetahui prinsip reaksi yang terjadi. Penjabaran mengenai prinsip reaksi
sudah disertakan dalam dasar teori.
Pada uji molisch, hasil percobaan menunjukkan hasil positif semua pada
sarum darah, glukosa 1%, fruktosa 1% dan sukrosa 1% yaitu terbentuknya
cincin ungu, dengan terbentuknya kompleks hidroksimetilfurfural-a-naftol.
Pada saat proses penambahan asam sulfat pekat, dilakukan dengan
memiringkan tabung reaksi, karena sifat dasar dari karbohidrat yang sangat
mudah rusak, selain itu asam sulfat pekat memiliki sifat sebagai
penghidrolisis yang kuat sehingga jika proses penambahannya tidak
dilakukan secara hati-hati dan karbohidrat rusak maka cincin ungu yang
dijadikan sebagai penanda tidak akan terbentuk karena proses hidrolisis yang
berjalan sangat cepat akibat terjadinya guncangan, juga untuk menghindari
adanya letupan karena sifat asam sulfat yang pekat tersebut. Hasil percobaan
menunjukkan warna ungu yang lebih pekat pada sampel sukrosa 1% dan
fruktosa 1% dibanding dengan sampel darah dan glukosa 1%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa atom karbon yang terdapat pada sukrosa 1% dan fruktosa
1% lebih pendek dibanding serum darah dan glukosa1%, karena semakin
pekat warna ungunya maka atom karbonnya makin pendek. Namun,
seharusnya hasil pada glukosa lebih pekat, karena rantai karbon pada glukosa
sama dengan fruktosa dan lebih pendek dibanding sukrosa, jadi kemungkinan
adanya ketelitian yang kurang, serta waktu pencampuran yang kurang karena
sampel glukosa direaksikan pada tabung terakhir saat percobaan sehingga
menyebabkan kurang sesuainya hasil warna pada sampel glukosa. Dapat
disimpulkan semua sampel mengandung karbohidrat.

Pada uji benedict hasil percobaan juga menunjukkan hasil yang positif
semua pada sampel serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1% dan sukrosa 1%
yaitu terbentuknya warna merah bata, karena hasil reduksi ion Cu2+ menjadi
ion Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam
gula reduksi yang berlangsung dalam suasana alkalis. Pada percobaan,
sampel fruktosa dan glukosa lebih cepat membentuk warna merah bata dan
lebih pekat dibanding dengan sukrosa dan serum darah, hal ini dikarenakan
glukosa dan fruktosa memiliki lebih banyak gula pereduksi dibanding serum
darah, serta glukosa dan fruktosa memiliki gugus pereduksi bebas sehingga
dapat bereaksi positif dalam uji benedict, sedangkan sukrosa tidak memiliki
gugus pereduksi bebas karena sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa yang
berikatan sehingga tidak lagi memiliki gugus pereduksi bebas yang bermutasi
menjadi rantai terbuka. Fruktosa merupakan gugus keton, sedangkan glukosa
merupakan gugus aldehid. Gugus keton akan lebih mudah bereaksi daripada
gugus aldehid karena gugus keton langsung bisa didehidrasi menjadi furfural.
Sedangkan aldehid harus diubah menjadi keton dulu baru kemudian
didehidrasi menjadi furfural, dan terlihat pada video praktikum, fruktosa
lebih cepat membentuk warna merah bata dibanding glukosa, sedangkan
pada sukrosa seharusnya menunjukkan hasil negatif, karena tidak memiliki
gula pereduksi, kemungkinan sukrosa saat percobaan sudah mengalami
oksidasi karena penyimpanan yang lama. Dapat disimpulkan serum darah
mengandung gula pereduksi yang sedikit karena lumayan lama bereaksi dan
warna merah bata yang dihasilkan tidak sepekat fruktosa.

Pada uji seliwanoff, hasil percobaan juga menunjukkan hasil yang positif
semua pada sampel serum darah, glukosa 1%, fruktosa 1% dan sukrosa 1%
yaitu terbentuknya warna merah, sebab hidroksimetilfurfural berkondensasi
dengan resorsinol. Pada hasil reaksi percobaan, sampel fruktosa
menghasilkan warna merah yang paling pekat dan paling cepat bereaksi
menjadi kompleks merah dibanding dengan lainnya, dikarenakan fruktosa
merupakan ketosa yang memiliki gugus keton, gugus keton akan lebih
mudah bereaksi daripada gugus aldehid yang dipunyai glukosa, karena gugus
keton langsung bisa didehidrasi menjadi furfural, sedangkan aldehid harus
diubah menjadi keton dulu oleh asam klorida baru kemudian didehidrasi
menjadi furfural. Lalu pada sukrosa juga menghasilkan reaksi positif karena
pada pemanasan yang lebih, sukrosa akan mengalami hidrolisis menjadi
fruktosa dan glukosa dan masing-masing akan didehidrasi menjadi furfural.
Dapat disimpulkan, serum darah mengandung karbohidrat (aldosa), karena
proses reaksi yang lumayan lama untuk berubah menjadi kompleks merah,
karena terlebih dahulu diubah menjasi ketosa oleh asam klorida sehingga
warna yang dihasilkan tidak terlalu pekat.

Pada uji barfoed, hasil percobaan juga menunjukkan hasil yang positif
pada sampel serum darah, glukosa 1% dan fruktosa 1% yaitu terbentuknya
endapan merah bata, karena hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ oleh
suatu gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam gula reduksi
yang berlangsung dalam suasana asam. Hasil percobaan pada sampel glukosa
dan fruktosa menghasilkan endapan merah bata yang lumayan pekat, hal ini
sudah sesuai literatur, karena glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida
yang mempunyai gugus gula pereduksi, monosakarida sendiri akan lebih
cepat bereaksi karena proses reduksinya yang lebih cepat dibanding
disakarida yang harus diubah ke monosakarida terlebih dahulu, sehingga
glukosa dan fruktosa dapat mereduksi reagen barfoed menjadi endapan
merah bata, sedangkan hasil percobaan pada sukrosa sebenarnya kurang
terlihat jelas, namun menurut penglihatan praktikan, hasil reaksi pada
sukrosa menunjukkan endapan merah kehitaman, sehingga menunjukkan
reaksi negatif, karena sukrosa tidak memiliki gula pereduksi, sehingga tidak
bisa bereaksi dengan reagen barfoed. Dan pada sampel serum darah,
terbentuk endapan merah bata, namun tidak sepekat fruktosa dan glukosa,
dan masih terdapat larutan biru diatasnya, ini dikarenakan butuhnya waktu
yang lebih lama untuk pemanasan dan proses reaksinya, sehingga dapat
disimpulan serum darah mengandung gula disakarida, yang membutuhkan
waktu lebih lama untuk berubah menjadi monosakarida terlebih dahulu baru
bereaksi.

Lalu pada uji kuantitatif karbohidrat menggunakan GOD PAP,


prinsipnya β-D-glukosa oleh glukosa oksidase diubah menjadi asam glukonat
dan hidrogen peroksida (H2O2), H2O2 oleh peroksidase & akseptor oksigen
(4-aminoantipirin & fenol) akan diubah menjadi quinonimin (berwarna
merah) dan prinsip penentuan kadar yaitu 10 μL larutan standar glukosa +
1000 μL reagen GOD-PAP diinkubasi 20 menit T 20-25°C, ukur absorbansi
dengan spektrofotometer UV-Vis pada λ 500-600 nm, dan menunjukkan
hasil serapan maksimum pada standar glukosa sebesar 536 nm, yang diukur
menggunakan spektrofotometer Uv Vis double bim, digunakan double bim,
karena agar bisa dimasukkan dua kuvet yang diukur bersamaan. Langkah
untuk menentukan serapan maksimum pada spektrofotometer Uv Vis yaitu
dengan klik connect, pilih menu spectrum, setting metode terlebih dahulu
dengan klik pada icon”m”, masukan rentang panjang gelombang dari 600 nm
hingga 500 nm, masuk sub menu istrument parameter pilih “absorbansi” lalu
klik ok, masukkan blanko pada 2 kuvet dan klik baseline, ganti kuvet depan
dengan sample, klik read kemudian lihat puncaknya pada lambda. Dan untuk
menetapkan kadar menggunakan langkah klik fotometrik, setting metode
dengan klik pada icon”m”,isikan nilai panjang gelombang serapan maksimal
yang telah diperoleh, klik add, lalu klik next, pada WL 1 klik panjang
gelombang yang telah dimasukkan, masukkan lagi larutan blanko ke dalam 2
kuvet dan masukkan ke kompartemen spektrofotometeri dalam 2 cell holder
pada sisi reference dan sisi sampel, klik auto zero, dan hasil menunjukkan
angka 0,0, ganti isi kuvet pada sisi sampel dengan larutan standar glukosa,
pada standar table isikan nama dan konsentrasi, lalu klik read std maka akan
muncul nilai absorbansinya, ganti isi kuvet pada sisi sampel dengan larutan
serum darah, pada "sample table" isikan nama, klik "read unk" maka akan
muncul nilai absorbansinya.

Kadar yang diperoleh dari hasil percobaan yaitu pada replikasi 1 sebesar
131,79%, replikasi 2 130,16% dan pada replikasi 3 129,07%. Kadar tersebut
diperoleh dari rumus kadar gluklosa dalam darah yaitu membagi absorbansi
sampel yang terukur dengan absorbansi glukosa standar lalu dikalikan 100%.
Dapat dilihat bahwa replikasi 1 menunjukkan kadar yang jauh dari rata-rata,
dibanding replikasi 2 dan 3, dan dapat dipastikan bahwa data 1 dicurigai, lalu
dilakukan pembuktian dengan menghitung nilai stastika analisa, dan terbukti
bahwa data 1 menghasilkan nilai yang lebih dari 2,5. Sehingga data 1 tertolak
dari perhitungan, dan dapat disimpulkan kadar rata-rata hasil percobaan,
sebesar 129,61% yang didapat dari rata-rata data2 dan 3, lalu dapat dituliskan
129,61 +/- 0,738 mg/dL, 0,738 disini merupakan standar deviasi yang
dihitung dari data. Sedangkan kadar glukosa darah normal (puasa) sebesar
70-110 mg/dL, dan dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa darah hasil
percobaan terlalu tinggi, dimungkinkan mengalami
hiperglikemia/prediabetes/diabetes.

Perlunya ketelitian, penguasan ilmu, dan etos kerja yang tinggi dalam
melakukan percobaan kali ini, karena akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan hasil percobaan.
VIII. Kesimpulan

1. Serum darah menunjukkan hasil positif pada semua uji, yaitu uji
molisch yang menunjukkan bahwa serum darah mengandung senyawa
gula, lalu uji benedict yang menunjukkan bahwa serum darah
mengandung gula pereduksi yang sedikit, lalu uji seliwanoff yang
menunjukkan serum darah mengandung aldosa, dan uji barfoed yang
menunjukkan bahwa serum darah mengandung gula disakarida.

2. Sifat-sifat senyawa karbohidrat tergantung pada jenisnya, pada


monosakarida, ketosa akan lebih cepat bereaksi dibanding disakarida,
dan aldosa.

3. Uji molisch menunjukkan reaksi dehidrasi, uji benedict dan uji


barfoed menunjukkan reaksi reduksi, dan uji seliwanoff menunjukkan
reaksi hidrolisis.

4. Diperoleh kadar glukosa darah hasil percobaan sebesar 129,61 +/-


0,738 mg/dL, menunjukkan kadar glukosa darah yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hasan, H. 2019. Uji Efektivitas Herbal Sereh (Cymbopogon citratus) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi
Streptozotocin. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/. Yogyakarta
Hamidjojo, H.S. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Indarti D, Asnawati. 2011. Karakterisasi Film Nata De Coco-Benedict Secara
Adsorpsi Untuk Sensor Glukosa Dalam Urin. Jurnal Ilmu Dasar 12:
200-209
Isbeanny, J. 2014. Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Karbohidrat. Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
journal.uinjkt.ac.id
Mjudrawan, F.2016. Identifikasi Senyawa Karbohidrat. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Medan
Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Melitus.
Yogyakarta : Aula Publisher.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia.
Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

PB PERKENI. 2015.Konsesus Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 Indonesia 2011. academia.edu.

Putri, D.A. 2015. Pengenalan Karbohidrat. Biologi, Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Surabaya
Poedjiadi, Ana dan Titin Supriyanti.2005. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: UIP.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Wulandari, E.2012. Limbah Molas : Pemanfaatan sebagai Sumber Karbohidrat


untuk Perkembangbiakan Mikroorganisme. Biokimia PSPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. journal.uinjkt.ac.id :566. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai