Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEKNOLOGI GEOSPASIAL
PENGGUNAAN METODE PEMETAAN TERESTRIS DALAM DUNIA
PERTAMBANGAN BATUBARA

DOSEN PENGAMPU : Een Isnaini S.T,M.Eng.

Disusun Oleh:

Gilang Ariyanto

120370042

TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Penggunaan Metode Pemetaan Teresteris dalam
Dunia Pertambangan Batubara" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Geospasial. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang metode pemetaan terestris dalam dunia pertambangan
batubara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Een selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Teknik
Geospasial. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung Selatan,29 September 2021


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B) Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4
C) Tujuan .................................................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
A.PENENTUAN TITIK LOKASI PENGEBORAN ................................................................................ 5
B. PENGUKURAN TOPOGRAFI ORIGINAL ATAU TOPOGRAFI PROGRES TAMBANG ........ 6
C. Menunjuk Atau Menentukan Arah dan Batas Batas Yang Akan Di Tambang ................................. 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .................................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertambangan batubara di Indonesia merupakan tambang terbuka yang proses
penambangan akan mengalami kemajuan setiap hari. Untuk memantau perubahan
tersebut, salah satu kegiatan survey yang dilakukan adalah pemetaan situasi. Pemetaan
kemajuan situasi tambang berkaitan erat dengan perencanaan tambang yang akan
dilakukan selanjutnya. Pemetaan kemajuan situasi tambang akan menjadi faktor dalam
perhitungan volume cadangan sehingga dapat merencanakan proses penambangan yang
akan berlangsung. Tujuan yang akan dicapai dalam pemetaan adalah menentukan batas-
batas penambangan serta mengetahui keadaan aktual yang ada di lapangan. Pemetaan
kemajuan situasi tambang akan menggambarkan keadaan yang sesuai dengan di lapangan
pada suatu peta. Dengan metode tersebut, pekerjaan pengukuran topografi yang
dilaksanakan di lapangan bertujuan untuk mendapatkan data setiap titik detil. Pengukuran
kemajuan situasi tambang dilakukan dengan menggunakan alat total station untuk
mendapatkan posisi planimetris berupa easthing, northing, dan elevasi. Materi pekerjaan
yang dilakukan secara garis besar meliputi persiapan, orientasi lapangan, pengukuran
kerangka kontrol (monitoring), pengukuran detil situasi, pengolahan data, dan
penggambaran peta secara digital. Pengukuran yang dilakukan menghasilkan peta situasi
dengan skala 1:13.000. Interval kontur mayor yang digunakan yaitu 6,5 meter.
Pemantauan titik kontrol utama maupun ikat didapat pergeseran kurang dari ketentuan
yang sudah ditetapkan yaitu 2 centimeter, sehingga dapat disimpulkan bahwa titik-titik
kontrol dapat digunakan untuk pemetaan detil situasi.

B) Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara membaca titik pengeboran melalui metode terestris ?
2) Bagaimana cara mengukur Topografi Original Atau Topografi Progres Tambang ?
3) Bagaimana cara menunjuk Atau menentukan Arah dan Batas Batas Yang Akan Di
Tambang?

C) Tujuan
1) Memudahkan pemetaan dengan metode Terestris
2) Memperkenalkan metode Terestris beserta caranya
3) Dapat mengukur titik pengeboran melalui metode terestris
4) Dapat menentukan arah dan batas kegiatan tambang
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENENTUAN TITIK LOKASI PENGEBORAN

Area yang akan diledakkan pada suatu tambang terbuka sudah ditentukan oleh Supervisor
atau Pengelola Peledakan demikian pula dengan spasi, burden dan jumlah baris (raw). Juru
Ledak harus memperhatikan bentuk profil bidang bebas sepanjang area yang akan diledakkan
karena bentuk ini akan mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan dan ada kemungkinan
berpotensi terjadinya batu terbang (fly rock). Bentuk profil bidang bebas yang dikehendaki, yaitu
yang mempunyai profil relatif rata dari bagian atas (crest) sampai ke bawah (toe). Ketika
dijumpai suatu kondisi bidang bebas yang ekstrim tidak rata, misalnya melengkung ke dalam
atau menjorok ke arah luar, maka profiling harus dilaksanakan. Dengan demikian kunci dari
profiling adalah mendapatkan kemiringan relatif bidang bebas atau garis kemiringan semu
bidang bebas yang ekstrim tidak rata tersebut. Arah pengeboran selanjutnya dibuat dengan sudut
kemiringan sesuai atau sejajar dengan kemiringan relatif bidang bebas.titik kemiringan di
dapatkan dari hasil titik pemetaan terestris.
B. PENGUKURAN TOPOGRAFI ORIGINAL ATAU TOPOGRAFI PROGRES
TAMBANG

Pada umumnya, pertambangan batubara di Indonesia merupakan tambang terbuka yang proses
penambangan batubaranya akan mengalami kemajuan setiap hari. Oleh karenanya, menyebabkan
adanya perubahan bentang alam dari daerah penambangan tersebut. Untuk memantau perubahan
tersebut, salah satu kegiatan survey yang dilakukan adalah pemetaan situasi. Pemetaan kemajuan
situasi tambang berkaitan erat dengan perencanaan tambang yang akan dilakukan selanjutnya.
Pemetaan kemajuan situasi tambang akan menjadi faktor dalam perhitungan volume cadangan
sehingga dapat merencanakan proses penambangan yang akan berlangsung. Tujuan yang akan
dicapai dalam pemetaan adalah menentukan batas-batas penambangan serta mengetahui keadaan
aktual yang ada di lapangan. Pemetaan kemajuan situasi tambang akan menggambarkan keadaan
yang sesuai dengan di lapangan pada suatu peta situasi. Pemetaan situasi pada PT. Jhonlin
Baratama menggunakan metode pengukuran terestris dengan joint survey. Dengan metode
tersebut, pekerjaan pengukuran topografi yang dilaksanakan di lapangan bertujuan untuk
mendapatkan data setiap titik detil. Pengukuran kemajuan situasi tambang dilakukan dengan
menggunakan alat total station untuk mendapatkan posisi planimetris berupa easthing, northing,
dan elevasi. Materi pekerjaan yang dilakukan secara garis besar meliputi persiapan, orientasi
lapangan, pengukuran kerangka kontrol (monitoring), pengukuran detil situasi, pengolahan data,
dan penggambaran peta secara digital. Pengukuran yang dilakukan menghasilkan peta situasi
dengan skala 1:13.000. Interval kontur mayor yang digunakan yaitu 6,5 meter. Pemantauan titik
kontrol utama maupun ikat didapat pergeseran kurang dari ketentuan yang sudah ditetapkan yaitu
2 centimeter, sehingga dapat disimpulkan bahwa titik-titik kontrol dapat digunakan untuk
pemetaan detil situasi.
C. Menunjuk Atau Menentukan Arah dan Batas Batas Yang Akan Di Tambang

Gambar. Visualisasi Range Selisih Elevasi KetigaBlok (Permukaan Topografi di Atas

Permukaan Original)

Original topography tersebut bisa berupa topografi lahan yang belum diganggu manusia seperti
hutan atau topografi lahan yang telah diganggu seperti pada daerah timbunan atau galian
dimana pada lahan tersebut akan dilakukan kegiatan penggalian atau penimbunan.

Data pada peta topografi yang masih hutan dan data original tambang seharusnya
merupakan permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya terdapat
perbedaan atau penyimpangan antara data topografi awal (yang masih berupa hutan) dengan
data situasi original tambang, ada yang lebih tinggi ada juga yang lebih rendah. Maka, untuk
menentukan kedalaman titik bor di lapangan akan terjadi perbedaan dengan data pada model
topografi awal, sedangkan evaluasi model geologi aktual di lapangan menggunakan data
situasi original. Selain itu, jika digunakan untuk perhitungan volume juga akan mengalami
perbedaan.

Hal yang dilakukan untuk mengkaji penyimpangan peta topografi areal tambang yang masih
berupa hutan dengan data situasi original tambang batubara adalah menampalkan keadaan
permukaan tanah (terrain) yang dibuat dari kedua data tersebut untuk satu wilayah yang sama
dan menghitung selisih elevasi yang terjadi pada wilayah tersebut untuk titik‐titik yang sama
posisi planimetriknya (koordinat x dan y sama). Dengan melakukan pekerjaan ini, diharapkan
akan dapat dilakukan suatu kesimpulan terhadap penyimpangan koordinat z (elevasi) pada
peta topografi areal tambang dengan data situasi original tambang batubara tersebut
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemetaan area yang akan menjadi lokasi pertambangan sangat diperlukan untuk
mempermudah alokasi serta kelancaran proses penambangan, pemetaan dilakukan ketika dalam
tahapan pasca prospeksi. Survey terestris dapat menunjuk dan menentukkan arah serta batas-
batas yang akan digali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan menentukan titik lokasi
pengeboran, pengukuran topografi original atau topografi progress tambang.
DAFTAR PUSTAKA

Aris Rahman, R. D. (2019). Pemetaan Topografi Teristris Berbasis Sistem Informasi. Ge-STRAM: Jurnal
Perencanaan dan Rekayasa Sipil Vol. 02, Nomor 01.

David P. Paine, J. W. (2012). AERIAL PHOTOGRAPHY AND IMAGE INTERPRETATION. Aerial Photography
and Image Interpretation, Third Edition.

Dedi Setyawan, A. L. (2018). ANALISIS POTENSI DESA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Jurnal
Geodesi Undip.

Iqbal Yukha Nur Afani, B. D. (2019). OPTIMALISASI PEMBUATAN PETA KONTUR SKALA BESAR
MENGGUNAKAN KOMBINASI DATA PENGUKURAN TERESTRIS DAN FOTO UDARA FORMAT KECIL.
Jurnal Geodesi Undip.

Muliadi*, A. N. (2018). PEMETAAN KEMAJUAN PENAMBANGAN PADA PIT X DAERAH. Jurnal Geomine,
Vol. 6, No. 1: April 2018.

Silvia Rostianingsih, K. G. (2004). PEMODELAN PETA TOPOGRAFI KE OBJEK TIGA DIMENSI. JURNAL
INFORMATIKA Vol. 5, No. 1.

Yoszi Mingsi Anaperta, S. M. (2016). GEOLOGI PERTAMBANGAN. MEDAN: KEMENTERIAN PENDIDIKAN


DAN KEBUDAYAAN DIROKTERAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN .

Anda mungkin juga menyukai