Anda di halaman 1dari 4

JOURNAL RINGKASAN TENTANG MATERI ETIKA PUBLIK

Oleh : Karmila, S.Ak / 199505052020122028

A. Latar Belakang

Ketika seseorang memilih karir hidupnya sebagai Aparatur Sipil Negara, maka
sejatinya ia telah menjadi bagian dari “kekuasaan” yang tindak tanduknya berimplikasi
terhadap kepentingan masyarakat luas. Masyarakat memiliki tuntutan dan harapan
yang tinggi kepada aparat pemerintah. Saking tingginya harapan masyarakat, tidak
mengherankan kalau perilaku yang kurang terpuji yang dilakukan aparat pemerintah
akan menjadi sorotan tajam, menjadi bahan sindiran, bulan bulanan, hinaan,
cemoohan, bahkan cacian. Hal demikian tidak hanya berlaku di negara-negara yang
memiliki budaya ketimuran, bahkan di negara-negara liberal yang menjunjung tinggi
kebebasan individu pun, standar etika bagi orang-orang yang mengatur urusan publik
jauh lebih tinggi dibanding standar etika yang berlaku pada masyarakat umum.

Ekspektasi yang tinggi terhadap penyelenggara pemerintahan termasuk Aparatur


Sipil Negara, jika berbanding terbalik dengan perilaku yang ditunjukkan oleh mereka,
akan melahirkan sinisme dan sarkasme publik, lebih jauh publik akan kehilangan
kepercayaan terhadap pemerintah, aparat pemerintah dianggap sebagai bagian dari
“beban” kehidupan mereka bukan dianggap sebagai solusi atas permasalahan mereka.
Oleh karena itu, melalui modul ini diingatkan kembali tentang pentingnya aparat
pemerintah untuk tunduk pada etika yang melingkupi dirinya, yakni etika kekuasaan,
etika publik.

B. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah: Setelah mengikuti
pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menanamkan nilai dan membentuk sikap
dan perilaku patuh kepada standar etika publik yang tinggi. Untuk menilai ketercapaian
kompetensi dasar tersebut dapat diukur melalui indikator keberhasilan yang dirumuskan
sebagai berikut: • Memiliki pemahaman tentang kode etik dan perilaku pejabat publik; •
Mengenali berbagai bentuk sikap dan perilaku yang bertentangan dengan kode etik dan
perilaku dan implikasi dari pelanggaran kode etik dan perilaku bagi dirinya; dan •
Menunjukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kode etik dan perilaku selama
Diklat.

C. Defenisi Etika, Kode Etik, Nilai Nilai Dasar Etika Publik

a. Defenisi Etika

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan
moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik
adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik
menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral
dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan,
dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik. Adapun
pengertian kode etik adalah Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur
tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan - ketentuan tertulis.

b. Kode Etik Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN


yakni sebagai berikut :

1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan


berintegritas tinggi.

2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.

3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.

4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang


berlaku.

5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat


yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.

6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan


negara.Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.

7. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan


tugasnya.

8. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada


pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

9. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,


kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.

10. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.

11. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai


disiplin pegawai ASN.
c. Nilai-Nilai Dasar Etika Publik

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-


Undang ASN, yakni sebagai berikut:

1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.

2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan


Republik Indonesia 1945.

3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.

5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.

6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.

7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.

8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan.

9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,


akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.

11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.

12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis


sebagai perangkat sistem karir.

D. Dimensi Etika Publik

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:

1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik

Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral,
sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik. Etika Publik
menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus mampu mengidentifikasi
masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam pelayanan publik. Oleh
karena itu, etika publik mengarahkan analisa politik sosial budaya (polsosbud)
dalam perspektif pencarian sistematik bentuk pelayanan publik dengan
memperhitungkan interaksi antara nilai - nilai masyarakat dan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga publik.
2. Dimensi Modalitas

Membangun integritas publik pejabat dan politisi harus disertai perbaikan


sistem akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika publik.
Akuntabilitas berarti pemerintah harus mempertanggung jawabkan secara moral,
hukum dan politik atas kebijakan dan tindakan-tindakannya kepada rakyat. Pada
prinsipnya ada tiga aspek dalam akuntabilitas:

a. Tekanan akuntabilitas pada pertanggungjawaban kekuasaan melalui


keterbukaan pemerintah atau adanya akses informasi bagi pihak luar
organisasi pemerintah.

b. Memahami akuntabilitas sekaligus sebagai tanggung jawab dan


liabilitas sehingga tekanan lebih pada sisi hukum, ganti rugi dan
organisasi.

c. Tekanan lebih banyak pada hak warga negara untuk bisa mengoreksi
dan ambil bagian dalam kebijakan publik sehingga akuntabilitas
disamakan dengan transparansi. Transparansi dipahami bahwa
organisasi pemerintah bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah
dilakukan dengan memberikan informasi yang relevan atau laporan
terbuka terhadap pihak luar atau organisasi mandiri (legislator, auditor,
publik) dan dipublikasikan.

3. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau
kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan
nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin
dalam kesederhanaan hidup. Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari
pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat.
Integritas publik juga merupakan niat baik seorang pejabat publik yang didukung
oleh institusi sosial seperti hukum, Etika Publik aturan, kebiasaan, dan sistem
pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai