NIM : 1932402017
Ion exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu larutan
ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin), padatan, gel. Tipe-tipe penukar ion adalah resin
penukar ion, zeolite, montmorillonite, tanah liat dan humus. Penukar ion adalah suatu penukar
kation untuk anion bermuatan positf dan penukar anion untuk ion bermuatan negatif. Pertukaran
ion adalah suatu proses reversible dimana penukar ionnya dapat diregenerasi mealui suatu
pencucian dengan suatu kelebihan ion yang dapat ditukar.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu gugus aktif yang
terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu
pembentukan gugus aktif. Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked
polystirene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari proses
tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan kedap air. Butiran-butiran
ini belum memiliki sifat penukar ion.
1
Dalam pengolahan air minum, media ion exchange harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Memiliki ion dalam media ion exchange itu sendiri;
b. Tidak larut dalam air;
c. Memiliki luas permukaan yang cukup pada struktur pori-pori sehingga mudah bagi ion
untuk melewatinya;
d. Memiliki kapasitas ion exchange dan dapat diregenerasi dengan bahan kimia yang
sesuai;
e. Bersifat tahan lama dan stabil secara kimia;
f. Tidak beracun dan dalam penggunaannya tidak mewarnai air.
Pertukaran kation akan menukar ion bermuatan positif, penukaran anion akan menukar
ion negatif. Keduanya merupakan zat yang bermolekul tinggi dengan gugus aktif yang dapat
dilakukan, yang terkompensasi dengan ion lawan sesuai yang dapat bergerak. Penukar kation
terdiri dari matrik polianion tiga dimensi dengan kation yang bebas bergerak, penukar anion sesuai
dengan itu terdiri dari matriks polikation dengan anion yang bebas bergerak. Semua pertukaran
ion yang bernilai dalam analisis (proses penentuan adanya unsur atau kuantitas tiap unsur),
memiliki beberapa kesamaan sifat, yaitu hampir tidak larut dalam air atau dalam pelarut organik
dan mengandung ion-ion aktif atau ion-ion lawan yang bertukar secara reversible (mampu
bergerak ke arah yang berlawanan) dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya, tanpa
disertai terjadinya perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut. Pertukaran ion
ini bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimetrik. Polimer ini membawa suatu muatan
listrik yang dapat dinetralkan oleh muatanmuatan pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif
ini berupa kation-kation dalam suatu penukar kation dan berupa anion-anion dalam penukar anion
(Khopkar, 1990).
2
A. RESIN
Resin adalah suatu polimer yang secara elektris memiliki muatan yang satu ionnya dapat
digantikan oleh ion lainnya. Berbentuk matriks yang tidak dapat larut yang berdiameter ± 1 −
2 𝑚𝑚 .
Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam
humus, lignin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium
hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam.Dalam regenerasi
itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi.
Adapun Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
• Mempunyai kapasitas ikatan silang yang kuat yang dapat menghilangkan sejumlah ion
tertentu
• Resin dengan ukuran partikel kecil akan semakin baik, sebab dibutuhkan luas kontak yang
besar
• Resin mempunyai stabilitas yang dapat digunakan dalam waktu yang lama, tidak mudah
aus/rusak dalam regenerasi
• Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.
• Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang- ulang. Resin akan
beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena yaitu resin harus tahan
terhadap air
• Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH yang luas serta
tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan radiasi.
• Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Kebanyakan pemisahan resin penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi
dari air. Resin penukar ion dengan fasa gerak media air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar
garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikan kadar garam dalam fasa gerak
menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion
cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resin. Resin didalam kolom
akan rusak jika tidak terendam larutan atau air. Perlu diketahui bahwa air murni yang digunakan
dalam laboratorium ini bukan aquades (air suling) melainkan aqua demineralisasi (aqua-dm) ialah
air yang bebas dari anion. Air ini diperoleh dengan cara mengalirkan air kran melalui resin penukar
ion, jadi bebas ion-ion (Sutrisno, 2009).
3
Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion
kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul
resin mengikat lemah ion sodium (Na+) dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-
menarik yang lebih kuat dengan ion kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses
pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion
kalsium dan magnesium ke molekul resin. Tujuan pelunakan air adalah untuk menurunkan dan
menghilangkan kesadahan air. Dengan kandungan air saadah yang rendah dapat
meminimalisasikan terbentuknya kerak jika digunakan air umpan boiler dan air pendingin.
C. Tahapan Deionizer
• Tahap kation exchange
Pada tahap ini kandungan garam mineral dikurangi. Kation dan garam-garam mineral
adalah Ca, Mg, Na, K. Mineral tersebut memiliki afinitas yang lebih tinggi dari H2 sehinga pada
proses kation exchange, kation-kation tersebut dapat menggeser ion dalam persenyawaan
resin. Reaksi yang terjadi adalah:
2R-SO3 + CaSO4 → (R-SO3)2 C
• Tahap Anion Exchange
Merupakan tahap lanjutan dari kation exchange. Prinsip kerjanya sama dengan kation
exchange hanya saja resin yang digunakan berbeda, yaitu:
➢ Weakly basic anion exchange, hanya dapat menghilangkan klor dan nitrat, Reaksinya
RNH3 + HCl → RNH3Cl + H2O
➢ Strong basic anion exchange, dapat menghilangkan anion-anion kuat, asam silica, sulfat
dan karbonat.Reaksi yang terjadi
R4NaOH + HIO3 → R4NHSIO3 + H2O
Air yang dihasilkan dari proses diatas, ditampung dalam tangki air murni (pure water tank)
4
3. Regenerasi (pengaktifan kembali)
Regenerasi merupakan proses dimana resin-resin sudah mengalami kejenuhan akan ion-ion
yang diikatnya baik anion dan kation. Maka ion-ion tersebut akan dihilangkan atau dibuang dari
resin-resin tersebut. Pada anion dengan cara menghilangkan dengan NaOH, kemudian pada kation
dengan cara menambahkan dengan HCL. Aliran mengalir dari atas ke bawah
4. Rinse (pengambilan regenerant)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan regenerant yang masih tersisa pada kolom.
5
Gambar Proses pelunakan air Gambar Proses Demineralisasi
No Alat No Bahan
1 Seperangkat alat 1 CaCo3
ion exchange 2 Hcl
apparatus 3 Naoh
2 Beaker glass 4 Aquades
3 Kertas Ph 5 Air suling
4 Penggaris
6
IV. Keselamatan Kerja
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja saat melakukan praktikum, seluruh mahasiswa
yang sedang melakukan praktikum maupun penelitian wajib menjunjung tinggi dan mentaati
peraturan terkait masalah keamanan dan keselamatan kerja sebagai berikut:
1. Praktikan harus mengisi assesment form for laboratory work dan memahami segala hal yang
terkait aspek keselamatan kerja.
2. Bacalah material safety data shett (MSDS) bahan kimia yang akan digunakan dan lakukan
indentifikasi hazard bahan kimia tersebut
3. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
4. Gunakan personal protective equipment (PPE) seperti masker, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
5. Reagen dan sampel disimpan dalam tempat tertutup untuk menghindari interferensi.
6. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
7. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
8. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
9. Hindari menghisap langsung uap kimia, namun kipaslah uap tersebut dengan tangan kemuka
anda.
10. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah kusus.
11. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
12. Pindahkan bahan kimia sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan
kimia secara berlebihan.
13. Jangan mengembalikan bahan kimia kedalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
14. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan setelah melakukan
praktikum.
15. Apa bila kulit terkena bahan kimia, segera bilas dengan air bersih sampai beberapa menit dan
jangan digaruk agar tidak menyebar.
16. Dilarang makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium.
17. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera keringkan dengan
lap.
7
18. Jagalah kebersihan lantai laboratorium, apabila basah segera dipel agar tidak menimbulkan
kecelakaan.
19. Hindarkan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti eter, kloroform, dll
20. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang bersifat korosif dan dapat menimbulkan luka
bakar seperti asam-asam pekat (H2SO4,HCl,HNO3) basa-basa kuat (NaOH,KOH,NHOH) dan
oksidtor kuat (air brom, iod, senyawa klor, dikromat, dan permanganat)
21. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas- gas
beracun misalnya pada analisis nitrat dilakukan di dalam alamari asam.
22. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur atau labu takar.
23. Jangan membuang limbah di wastafel atau saluran air.
24. Perhatikan dan ingatlah posisi/letak komponen-komponen alat pelindung diri (PPE), alat
pemadam kebakaran (APAR), kotak first aid kit, dan pintu darurat.
25. Buanglah limbah berdasarkan golongan limbah pada gtempat penampungan
sementara.
26. Buanglah sampah pada tempatnya.
27. Jangan membuka api di daerah yang dilarang seperti di dekat flammable gas, dll
28. Jangan melihat langsung kearah sinar yang memiliki radiasi tinggi dan berbahaya pada alat-
alat instrumen.
29. Apa bila terjadi kecelakaan kerja laboratorium segera laporkan kepada petugas jaga.
V. Cara kerja
5.1 Prosedur awal
1. Isi kolom kation dengan resin penukar kation (butiran berwarna emas) dalam bentuk ion
hidrogen dengan tinggi 300 mm.
2. Isi kolom anion dengan resin penukar anion (butiran berwarna putih) dalam bentuk dihidroksil
dengan tinggi 300 mm.
3. Isi tangki A dengan 500 ml larutan HCl 10%.
4. Isi tangki B dengan 500 ml larutan NaOH 5%.
5. Isi tangki C dengan 10 L air uji yang mengandung 800 mg untuk 1000 mg/L padatan terlarut.
8
6. Isi tangki D dengan air suling/demineralisasi (Jika air kran yang digunakan kosentrasi kation dan
anion serta total padatan terlarut harus ditentukan, jika belum diketahui).
• Buka kontrol valve pada tangki D, kemudian diatur laju alir sesuai dengan
lembar tugas.
• Buka aliran valve 3, aliran akan masuk ke kolom anion melalui bagian bawah.
Skema diagram Backwash pada kolom kation dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:
9
Prosedur Backwash Kolom Kation.
• Buka control valve pada tangki D, kemudian diatur laju alir sesui dengan tugas.
• Buka aliran valve 3, aliran akan masuk ke kolom kation melaui bagian bawah.
• Buka aliran valve 9, dan aliran akan keluar dari valve 9.
• Ukur kedalaman kolom kation setelah melakukan Backwash.
10
Prosedur Regenerasi kolom kation.
11
1.2 Rangkain Alat
Skema diagram alat penukar ion (Gambar 7) menunjukkan posisi valve yang dilekatkan pada
backboard, dan tangki untuk menyimpan cairan. Pertukaran ion berlangsung di dalam dua kolom
vertikal transparan yang mempunyai diameter dalam 16 mm. Kolom sebelah kanan diisi resin
penukar kation (granular berwarna emas) dan kolom sebelah kiri diisi resin penukar anion
(granular berwarna putih). Cairan yang keluar dari kolom-kolom penukar ion masuk ke dalam
sump tank. Pompa dioperasikan menggunakan saklar listrik di belakang backboard. Tube fleksibel
dari keluaran pompa ke selector berfungsi mengembalikan cairan berlebih ke tangki umpan untuk
digunakan kembali. Pinch valve pada bypass tube disesuaikan untuk mendapatkan kondisi aliran
yang benar. Valve ini tidak boleh ditutup sepenuhnya untuk menghindari tekanan berlebih di
dalam sistem.
12
VI. Data pengamatan
Tinggi akhir
Waktu
Ph resign
(menit)
(cm)
0 6 300
5 5 310
10 5 300
15 5 305
20 5 310
25 5,5 305
30 5,5 305
VII. Perhitungan
• Menit ke – 0
2
3,14×(16×10−3 )
x 30 = 0,00192
4
• Menit ke – 5
2
3,14×(16×10−3 )
x 31 = 0,001984
4
• Menit ke – 10
2
3,14×(16×10−3 )
x 30 = 0,00192
4
• Menit ke – 15
2
3,14×(16×10−3 )
x 30,5 = 0,001952
4
• Menit ke – 20
2
3,14×(16×10−3 )
x 31 = 0,001984
4
• Menit ke – 25
2
3,14×(16×10−3 )
x 30,5 = 0,001952
4
13
• Menit ke – 30
2
3,14×(16×10−3 )
x 30,5 = 0,001952
4
• Menit ke-0
• Menit ke-5
• Menit ke-10
• Menit ke-15
• Menit ke-20
• Menit ke-25
• Menit ke-30
14
VIII. Pembahasan
Ion Exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu
larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin), padatan, gel. Tipe-tipe penukar
ion adalah resin penukar ion, zeolite, montmorillonite, tanah liat dan humus. Proses
pertukaran ion dibagi menjadi 2 proses yaitu proses softening dan demineralisasi. Proses
Sotening adalah proses penghilangan ion ion dalam larutan yang tidak dapat hiang dengan
menggunakan metode klarifikasi dan flokulasi. Sedangkan demineralisasi adalah proses
penggantian Kation dengan gugus hidrogen dan Anion dengan gugus Hidroksil.
Tapi pada praktikum kali ini kami hanya mencatat nilai Ph pada proses pertukaran.
IX. Kesimpulan
Ion Exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu
larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin), padatan, gel.
15