Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN ION EXCHANGE

Nama Mahasiswa : Nicolas Syahputra

NIM : 1932402017

Prodi/Kelas : Teknologi Pengolahan Minyak dan Gas Bumi/2 A

Anggota Kelompok : 1 (Satu)

Dosen Pengampu : Abdul Haris Salam, S.Si., M.T.

I. Tujuan / capain praktikum

1.1 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa dapat dan berkemampuan :
1. Menjelaskan prinsip pertukaran ion.
2. Menjelaskan prinsip kerja alat penukar ion (Ion Exchange Apparatus).
3. Menghitung kapasitas pertukaran ion, pH, dan konduktivitas.
4. Melakukan pencucian dan regenerasi resin.

II. Dasar Teori


Penyerapan ion–ion oleh resin dengan cara ion–ion dalam fasa cair diserap melalui ikatan kimia
karena bereaksi dengan padatan resin. Resin melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap.
Ion Exchange

Ion exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu larutan
ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin), padatan, gel. Tipe-tipe penukar ion adalah resin
penukar ion, zeolite, montmorillonite, tanah liat dan humus. Penukar ion adalah suatu penukar
kation untuk anion bermuatan positf dan penukar anion untuk ion bermuatan negatif. Pertukaran
ion adalah suatu proses reversible dimana penukar ionnya dapat diregenerasi mealui suatu
pencucian dengan suatu kelebihan ion yang dapat ditukar.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu gugus aktif yang
terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu
pembentukan gugus aktif. Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked
polystirene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari proses
tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan kedap air. Butiran-butiran
ini belum memiliki sifat penukar ion.

1
Dalam pengolahan air minum, media ion exchange harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Memiliki ion dalam media ion exchange itu sendiri;
b. Tidak larut dalam air;
c. Memiliki luas permukaan yang cukup pada struktur pori-pori sehingga mudah bagi ion
untuk melewatinya;
d. Memiliki kapasitas ion exchange dan dapat diregenerasi dengan bahan kimia yang
sesuai;
e. Bersifat tahan lama dan stabil secara kimia;
f. Tidak beracun dan dalam penggunaannya tidak mewarnai air.

Kegunaan Ion Exchange pada dunia Industri :


a. Pada industri pemurnian air digunakan untuk menghasilkan air lunak.hal ini terpenuhi
dengan pertukaran ion antara Mg dan Ca terhadap Na dan H.
b. Pada Indutri Biokimia untuk memisahkan molekul seperti protein. Proses ini
diterapkan juga pada pelunak air.
c. Pada industri makanan, hydronetallurgi, finishing metal, bahan kimia dan petrokimia,
farmasi, gyla dan lain lain.
d. Untuk pembuatan denim dan air lunak sebagai air umpan dan make up water pada
boiler.

Pertukaran kation akan menukar ion bermuatan positif, penukaran anion akan menukar
ion negatif. Keduanya merupakan zat yang bermolekul tinggi dengan gugus aktif yang dapat
dilakukan, yang terkompensasi dengan ion lawan sesuai yang dapat bergerak. Penukar kation
terdiri dari matrik polianion tiga dimensi dengan kation yang bebas bergerak, penukar anion sesuai
dengan itu terdiri dari matriks polikation dengan anion yang bebas bergerak. Semua pertukaran
ion yang bernilai dalam analisis (proses penentuan adanya unsur atau kuantitas tiap unsur),
memiliki beberapa kesamaan sifat, yaitu hampir tidak larut dalam air atau dalam pelarut organik
dan mengandung ion-ion aktif atau ion-ion lawan yang bertukar secara reversible (mampu
bergerak ke arah yang berlawanan) dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya, tanpa
disertai terjadinya perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut. Pertukaran ion
ini bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimetrik. Polimer ini membawa suatu muatan
listrik yang dapat dinetralkan oleh muatanmuatan pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif
ini berupa kation-kation dalam suatu penukar kation dan berupa anion-anion dalam penukar anion
(Khopkar, 1990).

2
A. RESIN
Resin adalah suatu polimer yang secara elektris memiliki muatan yang satu ionnya dapat
digantikan oleh ion lainnya. Berbentuk matriks yang tidak dapat larut yang berdiameter ± 1 −
2 𝑚𝑚 .
Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam
humus, lignin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium
hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam.Dalam regenerasi
itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi.
Adapun Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
• Mempunyai kapasitas ikatan silang yang kuat yang dapat menghilangkan sejumlah ion
tertentu
• Resin dengan ukuran partikel kecil akan semakin baik, sebab dibutuhkan luas kontak yang
besar
• Resin mempunyai stabilitas yang dapat digunakan dalam waktu yang lama, tidak mudah
aus/rusak dalam regenerasi
• Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.
• Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang- ulang. Resin akan
beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena yaitu resin harus tahan
terhadap air
• Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH yang luas serta
tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan radiasi.
• Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.

Kebanyakan pemisahan resin penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi
dari air. Resin penukar ion dengan fasa gerak media air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar
garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikan kadar garam dalam fasa gerak
menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion
cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resin. Resin didalam kolom
akan rusak jika tidak terendam larutan atau air. Perlu diketahui bahwa air murni yang digunakan
dalam laboratorium ini bukan aquades (air suling) melainkan aqua demineralisasi (aqua-dm) ialah
air yang bebas dari anion. Air ini diperoleh dengan cara mengalirkan air kran melalui resin penukar
ion, jadi bebas ion-ion (Sutrisno, 2009).

B. Proses Pertukaran Ion


Proses pertukaran ion dalam resin dibagi menjadi 2 macam proses, yaitu:
1. Proses Softening (Pelunakan)
Proses pelunakan termasuk dalam proses pertukaran ion untuk menghilangkan ion-ion
terlarut yang tidak dapat dihilangkan melalui proses klarifikasi dan flokulasi. Proses softening
air dapat digunakan untuk menghilangkan zat-zat kimia pengeras air, yakni ion kalsium dan
magnesium. Pertukaran Kation Pada Proses Softening Air Jika R adalah senyawa resin, maka
reaksi pertukaran ion kalsium yang terjadi pada proses softening air adalah sebagai berikut:
2 RNa + Ca2+ → R2Ca + 2 Na+

3
Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion
kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul
resin mengikat lemah ion sodium (Na+) dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-
menarik yang lebih kuat dengan ion kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses
pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion
kalsium dan magnesium ke molekul resin. Tujuan pelunakan air adalah untuk menurunkan dan
menghilangkan kesadahan air. Dengan kandungan air saadah yang rendah dapat
meminimalisasikan terbentuknya kerak jika digunakan air umpan boiler dan air pendingin.

C. Tahapan Deionizer
• Tahap kation exchange
Pada tahap ini kandungan garam mineral dikurangi. Kation dan garam-garam mineral
adalah Ca, Mg, Na, K. Mineral tersebut memiliki afinitas yang lebih tinggi dari H2 sehinga pada
proses kation exchange, kation-kation tersebut dapat menggeser ion dalam persenyawaan
resin. Reaksi yang terjadi adalah:
2R-SO3 + CaSO4 → (R-SO3)2 C
• Tahap Anion Exchange
Merupakan tahap lanjutan dari kation exchange. Prinsip kerjanya sama dengan kation
exchange hanya saja resin yang digunakan berbeda, yaitu:
➢ Weakly basic anion exchange, hanya dapat menghilangkan klor dan nitrat, Reaksinya
RNH3 + HCl → RNH3Cl + H2O
➢ Strong basic anion exchange, dapat menghilangkan anion-anion kuat, asam silica, sulfat
dan karbonat.Reaksi yang terjadi
R4NaOH + HIO3 → R4NHSIO3 + H2O
Air yang dihasilkan dari proses diatas, ditampung dalam tangki air murni (pure water tank)

Secara umum proses erjadi pada proses penukaran ion adalah:


1. Back wash
Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik habis.Sebagai
pencuci, digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai sasaran sebagai berikut:
• Pemecahan resin yang tergumpal
• Penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
• Penghilangan kantong-kantong gas dalam reaktor, dan
• Pembentukann ulang lapisan resin
Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up flow).

2. Proses pertukaran ion (service)


Pada tahap ini terjadi reaksi pertukaran ion. Tahap service ditentukan oleh konsentrasi ion
yang dihilangkan terhadap waktu, atau volume air produk yang dihasilkan. Hal yang penting pada
tahap layanan dalah kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchange load).
Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang dapat
dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas pertukaran ion teoritik
ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat diikat oleh matriks resin.

4
3. Regenerasi (pengaktifan kembali)
Regenerasi merupakan proses dimana resin-resin sudah mengalami kejenuhan akan ion-ion
yang diikatnya baik anion dan kation. Maka ion-ion tersebut akan dihilangkan atau dibuang dari
resin-resin tersebut. Pada anion dengan cara menghilangkan dengan NaOH, kemudian pada kation
dengan cara menambahkan dengan HCL. Aliran mengalir dari atas ke bawah
4. Rinse (pengambilan regenerant)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan regenerant yang masih tersisa pada kolom.

D. Proses Deionisasi (Demineralisasi)


Pertukaran Ion Pada Proses Demineralisasi Air Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi
air, pada ujung rangkaian, molekul resin berikatan dengan ion H+ dan OH-. Pada saat air melewati
gugusan resin, akan terjadi pengikatan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air karena molekul resin
memiliki gaya tarik-menarik lebih besar dengan ion molekul dari pada ion H+ dan OH
Pada tiap proses pertukaran ion, dilakukan regenerasi resin jika resin sudah jenuh. Jenuh
berarti keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion-ion sasaran. Pada proses softening air,
resin dikatakan jenih jika keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion kalsium atau
magnesium. Jenuhnya resin ditandai dengan air output dari kolom resin masih mengandung ion-ion
kalsium dan magnesium.

Keunggulan Ion Exchange:


1. Mengurangi / menghilangkan unsur inorganik dengan baik
2. Bisa diregenarasikan kembali.
3. Dapat digunakan untuk flowrate / debit yang berfluktuasi.
4. Jenis resin yang bervariasi, setiap jenis resin dapat digunakan untuk menghilangkan
unsur/kontaminan tertentu.
5. Untuk kualitas air baku dengan TDS < 500 ppm merupakan pilihan dan operasi lebihmurah.

Kekurangan Ion Exchange:


1. Semakin tinggi TDS semakin tinggi biaya operasional.
2. menghilangkan partikel, bakteri dan pyrogen.
3. Diperlukan pretreatment untuk hampir setiap bahan baku.
4. Sensitif terhadap keberadaan unsur lain dengan polaritas yang hampir sama.
5. Media resin berpotensi menjadi tempat berkembang biak bakteri

5
Gambar Proses pelunakan air Gambar Proses Demineralisasi

III. Alat dan bahan

No Alat No Bahan
1 Seperangkat alat 1 CaCo3
ion exchange 2 Hcl
apparatus 3 Naoh
2 Beaker glass 4 Aquades
3 Kertas Ph 5 Air suling
4 Penggaris

6
IV. Keselamatan Kerja
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja saat melakukan praktikum, seluruh mahasiswa
yang sedang melakukan praktikum maupun penelitian wajib menjunjung tinggi dan mentaati
peraturan terkait masalah keamanan dan keselamatan kerja sebagai berikut:
1. Praktikan harus mengisi assesment form for laboratory work dan memahami segala hal yang
terkait aspek keselamatan kerja.
2. Bacalah material safety data shett (MSDS) bahan kimia yang akan digunakan dan lakukan
indentifikasi hazard bahan kimia tersebut
3. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
4. Gunakan personal protective equipment (PPE) seperti masker, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
5. Reagen dan sampel disimpan dalam tempat tertutup untuk menghindari interferensi.
6. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
7. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
8. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
9. Hindari menghisap langsung uap kimia, namun kipaslah uap tersebut dengan tangan kemuka
anda.
10. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah kusus.
11. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
12. Pindahkan bahan kimia sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan
kimia secara berlebihan.
13. Jangan mengembalikan bahan kimia kedalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
14. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan setelah melakukan
praktikum.
15. Apa bila kulit terkena bahan kimia, segera bilas dengan air bersih sampai beberapa menit dan
jangan digaruk agar tidak menyebar.
16. Dilarang makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium.
17. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera keringkan dengan
lap.

7
18. Jagalah kebersihan lantai laboratorium, apabila basah segera dipel agar tidak menimbulkan
kecelakaan.
19. Hindarkan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti eter, kloroform, dll
20. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang bersifat korosif dan dapat menimbulkan luka
bakar seperti asam-asam pekat (H2SO4,HCl,HNO3) basa-basa kuat (NaOH,KOH,NHOH) dan
oksidtor kuat (air brom, iod, senyawa klor, dikromat, dan permanganat)
21. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas- gas
beracun misalnya pada analisis nitrat dilakukan di dalam alamari asam.
22. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur atau labu takar.
23. Jangan membuang limbah di wastafel atau saluran air.
24. Perhatikan dan ingatlah posisi/letak komponen-komponen alat pelindung diri (PPE), alat
pemadam kebakaran (APAR), kotak first aid kit, dan pintu darurat.
25. Buanglah limbah berdasarkan golongan limbah pada gtempat penampungan
sementara.
26. Buanglah sampah pada tempatnya.
27. Jangan membuka api di daerah yang dilarang seperti di dekat flammable gas, dll
28. Jangan melihat langsung kearah sinar yang memiliki radiasi tinggi dan berbahaya pada alat-
alat instrumen.
29. Apa bila terjadi kecelakaan kerja laboratorium segera laporkan kepada petugas jaga.

V. Cara kerja
5.1 Prosedur awal
1. Isi kolom kation dengan resin penukar kation (butiran berwarna emas) dalam bentuk ion
hidrogen dengan tinggi 300 mm.
2. Isi kolom anion dengan resin penukar anion (butiran berwarna putih) dalam bentuk dihidroksil
dengan tinggi 300 mm.
3. Isi tangki A dengan 500 ml larutan HCl 10%.
4. Isi tangki B dengan 500 ml larutan NaOH 5%.
5. Isi tangki C dengan 10 L air uji yang mengandung 800 mg untuk 1000 mg/L padatan terlarut.

8
6. Isi tangki D dengan air suling/demineralisasi (Jika air kran yang digunakan kosentrasi kation dan
anion serta total padatan terlarut harus ditentukan, jika belum diketahui).

5.2 Prosedur Backwash


Skema diagram Backwash pada kolom anion dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Flowsheet Backwash Kolom Anion


Prosedur Backwash Kolom Anion.

• Buka kontrol valve pada tangki D, kemudian diatur laju alir sesuai dengan
lembar tugas.
• Buka aliran valve 3, aliran akan masuk ke kolom anion melalui bagian bawah.

• Buka aliran valve 6 dan aliran akan keluar dari valve 6.


• Ukur kedalaman kolom anion setelah melakukan backwash.

Skema diagram Backwash pada kolom kation dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3. Flowsheet Backwash Kolom Kation

9
Prosedur Backwash Kolom Kation.

• Buka control valve pada tangki D, kemudian diatur laju alir sesui dengan tugas.
• Buka aliran valve 3, aliran akan masuk ke kolom kation melaui bagian bawah.
• Buka aliran valve 9, dan aliran akan keluar dari valve 9.
• Ukur kedalaman kolom kation setelah melakukan Backwash.

5.3 Prosedur Regenerasi


Skema diagram Regenerasi pada kolom anion dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini

Gambar 4. Flowsheet Regenerasi Anion

Prosedur Regenerasi kolom anion.

• Pilih tangki A, buka katup valve V2 dan V12.


• Kemudian alirkan larutan asam dengan air suling atau demineral dari tangki D.
• Periksa pH limbah dan terus dilakukan pembilasan sampai pH kembali diatas 5,0. Skema
diagram Regenerasi pada kolom kation dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini
Gambar 5. Flowsheet Regenerasi Kation

10
Prosedur Regenerasi kolom kation.

• Pilih tangki B, buka katup valve V1 dan V15.


• Kemudian alirkan air suling atau demineralisasi dari tangki D sampai pH limbah kembali
dibawah 9,0.

5.4 Prosedur Demineralisasi


Skema diagram demineralisasi pada kolom kation dan anion dapat dilihat pada Gambar 6 di
bawah ini.

Gambar 6. Flowsheet Demineralisasi

Prosedur deminaralisasi pada kolom kation dan anion.

• Pilih tangki C, buka katup V2, V13 dan V15.


• Diatas laju aliran antara 50 – 70 ml/menit.
• Catat waktu pada saat dimulai.
• Catat nilai konduktivitas setiap 5 menit sekali (sesuai lembar tugas), dan buka katup V 10 untuk
mengukur nilai pH.
• Catat waktu ketika nilai konduktivitas air demineralisasi mulai meningkat dan ambil sampel
pada katub V16 dan ukur pH nya (Jika pH lebih dari sebelumnya ini menunjukkan penukar kation
telah jenuh ).

11
1.2 Rangkain Alat

Skema diagram alat penukar ion (Gambar 7) menunjukkan posisi valve yang dilekatkan pada
backboard, dan tangki untuk menyimpan cairan. Pertukaran ion berlangsung di dalam dua kolom
vertikal transparan yang mempunyai diameter dalam 16 mm. Kolom sebelah kanan diisi resin
penukar kation (granular berwarna emas) dan kolom sebelah kiri diisi resin penukar anion
(granular berwarna putih). Cairan yang keluar dari kolom-kolom penukar ion masuk ke dalam
sump tank. Pompa dioperasikan menggunakan saklar listrik di belakang backboard. Tube fleksibel
dari keluaran pompa ke selector berfungsi mengembalikan cairan berlebih ke tangki umpan untuk
digunakan kembali. Pinch valve pada bypass tube disesuaikan untuk mendapatkan kondisi aliran
yang benar. Valve ini tidak boleh ditutup sepenuhnya untuk menghindari tekanan berlebih di
dalam sistem.

Gambar 7. Rangkain Alat Ion Exchange

12
VI. Data pengamatan

Tinggi akhir
Waktu
Ph resign
(menit)
(cm)
0 6 300
5 5 310
10 5 300
15 5 305
20 5 310
25 5,5 305
30 5,5 305

• Ph awal tes water 10L 8gr = 6


• Laju alir umpan 50 cc / menit

VII. Perhitungan

1. Volume hamparan resign basah kation


𝜋×(16×10−3 )2
x Tinggi akhir resign kation
4

• Menit ke – 0
2
3,14×(16×10−3 )
x 30 = 0,00192
4

• Menit ke – 5
2
3,14×(16×10−3 )
x 31 = 0,001984
4

• Menit ke – 10
2
3,14×(16×10−3 )
x 30 = 0,00192
4

• Menit ke – 15
2
3,14×(16×10−3 )
x 30,5 = 0,001952
4

• Menit ke – 20
2
3,14×(16×10−3 )
x 31 = 0,001984
4

• Menit ke – 25
2
3,14×(16×10−3 )
x 30,5 = 0,001952
4
13
• Menit ke – 30
2
3,14×(16×10−3 )
x 30,5 = 0,001952
4

2. Konsentrasi Ion Hidrogen


= 103(ph) mea / L

• Menit ke-0

= 103(6) mea / L = 6.103 mea/L

• Menit ke-5

= 103(5) mea / L = 5.103 mea/L

• Menit ke-10

= 103(5) mea / L = 5.103 mea/L

• Menit ke-15

= 103(5) mea / L = 5.103 mea/L

• Menit ke-20

= 103(5) mea / L = 5.103 mea/L

• Menit ke-25

= 103(5,5) mea / L = 5,5.103 mea/L

• Menit ke-30

= 103(5,5) mea / L = 5,5.103 mea/L

14
VIII. Pembahasan

Ion Exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu
larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin), padatan, gel. Tipe-tipe penukar
ion adalah resin penukar ion, zeolite, montmorillonite, tanah liat dan humus. Proses
pertukaran ion dibagi menjadi 2 proses yaitu proses softening dan demineralisasi. Proses
Sotening adalah proses penghilangan ion ion dalam larutan yang tidak dapat hiang dengan
menggunakan metode klarifikasi dan flokulasi. Sedangkan demineralisasi adalah proses
penggantian Kation dengan gugus hidrogen dan Anion dengan gugus Hidroksil.
Tapi pada praktikum kali ini kami hanya mencatat nilai Ph pada proses pertukaran.

IX. Kesimpulan

Ion Exchange adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu
larutan ditukar dengan suatu penukar ion (berupa resin), padatan, gel.

15

Anda mungkin juga menyukai