BEDAH PREPROSTETIK
Oleh:
1
Menyediakan penutup mukosa yang kuat dan elastis dengan sulkus bukal
dan lingual yang berbentuk bagus, yang tidak terganggu oleh frenae, bekas
luka atau lipatan jaringan yang berlebihan.
Kasus defisiensi tulang yang parah mandibula memberikan massa tulang
untuk kekuatan dan perlindungan untuk berkas neurovaskular di kanal
mandibula yang mengalami pecahnya tulang.
Untuk membuat hubungan rahang yang tepat dalam dimensi antero-
posterior, transversal, dan vertikal.
Bentuk dan cakupan jaringan yang memadai untuk kemungkinan
penempatan implan.3
2
Nyeri (tidak dapat disembuhkan dengan tindakan prostetik konvensional)
Disfungsi (tidak dapat disembuhkan dengan cara prostetik konvensional).3
Perubahan yang tidak menguntungkan tersebut mengharuskan koreksi
sebelum melakukan rehabilitasi pada rongga mulut. Selain kondisi tersebut,
seperti torus rahang atas dan rahang bawah, tuberositas rahang atas yang menonjol
menimbulkan masalah dalam rehabilitasi rongga mulut dengan prostesis.2
3
konturing tulang rahang, vestibuloplasti sederhana, augmentasi lokal dengan
hidroksiapatit, dan penyisipan implan endosseous, termasuk teknik regenerasi
jaringan terpandu.3
3) Pemeriksaan sekunder preoperatif
Pasien sering memiliki jaringan mulut yang bermasalah dan terdistorsi
oleh prostesis tidak fitting. 2
4) Evaluasi jaringan tulang pendukung
Evaluasi meliputi inspeksi visual, palpasi, pemeriksaan radiografi dan
evaluasi kasus pada model. Ridge mandibula yang tersisa harus dievaluasi
secara visual secara keseluruhan bentuk dan kontur ridge, ketidakteraturan
ridge kasar, tori dan eksostosis bukal. Radiografi sefalometri juga dapat
membantu dalam mengevaluasi konfigurasi penampang dari area ridge
mandibula anterior dan hubungan ridge. 2
5) Medikasi Preoperatif dan Perioperatif
Obat yang diresepkan akan bervariasi sesuai dengan kebijakan lokal
dan individu dan untuk pasien tertentu, namun, yang umum digunakan
meliputi
Premedikasi antiemetik sedatif konvensional ditambah topikal. Krim
anestesi dapat diberikan di tempat injeksi intravena yang direncanakan.
Obat anti inflamasi non steroid
Steroid untuk mengurangi edema
Antibiotik.3
4
- Bone graft rusuk/krista iliaka.
- Teknik pengangkatan sinus.
- Implan.
Koreksi hubungan ridge yang abnormal.
Koreksi deformitas jaringan lunak.
Restorasi yang didukung implan dan prosedur ajuvan.4
Alveoloplasty Sederhana
2) Intraseptal Alveoloplasty
Teknik alternatif dari teknik alveoloplasty sederhana untuk
menghilangkan ketidakteraturan ridge alveolar. Teknik ini disebut juga teknik
dean (dean’s technique) yang melibatkan pengangkatan tulang intraseptal dan
reposisi tulang kortikal labial daripada pengangkatan area yang berlebihan
atau tidak teratur dari korteks labial.2
5
Intraseptal Alveoloplasty
6
Pengangkatan Eksostosis Bukal
7
dirawat, sedangkan dokter gigi yang merawat mungkin menganggap tori yang
lebih kecil, halus, dan lebar tidak berdampak signifikan.2
8
digunakan untuk augmentasi mandibula dengan grafting inferior
menggunakan bone graft krista iliaka dan difiksasi yang rigid.2
9
daerah anterior. Partikel bone graft corticocancellous dengan granula
hidroksiapatit ditempatkan di celah antara segmen anterior superior dan
inferior. Sisa bahan graft dapat dicetak pada aspek bukal segmen posterior.2
10
pembedahan tambahan di tempat donor. Manfaat lain adalah pemanjangan
tulang yang terkoordinasi dan jaringan lunak terkait.2
11
sebelum ekstraksi anterior. Hal ini memungkinkan untuk penyembuhan awal
daerah posterior dan mendukung konstruksi gigi tiruan. Setelah periode
penyembuhan awal segmen posterior, catatan gigit baru diambil, dan model
dipasang pada artikulator. Setelah penggantian model gigi dengan gigi prostetik,
gips pada area alveolar ridge kemudian dikontur ulang dengan hati-hati.3
Pembedahan gigi tiruan segera umumnya melibatkan teknik yang paling
konservatif dalam pengangkatan gigi yang tersisa. umumnya Indikasi intraseptal
alveoloplasty dapat mempertahankan ketinggian vertikal dan tulang kortikal
sebanyak mungkin. Setelah rekonturing tulang dan eliminasi ketidakteraturan
awal selesai, jaringan didekatkan dengan tekanan digital dan clear acrylic
surgical guide yang dibuat pada gips prabedah dipasangkan. Setiap area jaringan
yang memucat atau ketidakteraturan kasar kemudian dikurangi hingga clear
acrylic surgical guide beradaptasi dengan ridge alveolar di semua area. Sayatan
ditutup dengan jahitan continuous atau interrupted. Gigi tiruan segera dengan soft
liner dimasukkan dan hubungan oklusal diperiksa dan disesuaikan sesuai
kebutuhan.3
12
Teknik Z-plasty
13
resorpsi tulang alveolar rahang atas telah terjadi tetapi sisa tulang rahang atas
cukup untuk dukungan gigi tiruan yang tepat.2
2) Vestibuloplasti Maksila dengan Cangkok Jaringan (Tissue Grafting)
Teknik vestibuloplasti submukosa yang dilakukan ketika terdapat
mukosa labiovestibular yang cukup akan menghasilkan pemendekan bibir.
Teknik ekstensi vestibular lainnya harus melakukan modifikasi teknik
vestibuloplasti Clark menggunakan mukosa pedikel dari bibir atas dan dijahit
pada kedalaman ruang depan rahang atas setelah diseksi supraperiosteal dapat
digunakan.2
13. Piezosurgery
Piezosurgery adalah teknik yang relatif baru ditemukan oleh Profesor
Vercelloti pada tahun 1988. Teknik ini memberikan keuntungan dan mengatasi
14
keterbatasan instrumentasi tradisional dalam bedah tulang pada mulut dengan
memodifikasi dan meningkatkan teknologi ultrasound konvensional. Prinsip dasar
piezoelektrik yang ditemukan oleh Jacque dan Pierre Curie pada akhir abad ke-19
untuk pemotongan tulang didasarkan pada getaran mikro ultrasonik. Getaran
mikro ini diciptakan oleh efek piezoelektrik di mana keramik dan kristal tertentu
berubah bentuk saat melewati arus listrik melaluinya, menghasilkan osilasi
frekuensi ultrasonik.5
13.1. Indikasi Piezosurgery
Debridemen jaringan lunak
Menghaluskan permukaan akar
Bone grafting
Preparasi lokasi implan
Pelepasan implan
Prosedur pengangkatan sinus
Preparasi saluran akar retrograde
Apicectomy
Cystectomy
Ekstraksi gigi ankylosis
Bedah ortodontik.5
13.2. Kontraindikasi Piezosurgery
Tidak ada kontraindikasi absolut
Kardiopati
Pasien dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol
Pasien yang menerima radioterapi
Pasien dengan mahkota logam/keramik
Pasien dengan alat pacu jantung.5
13.3. Mekanisme Kerja Piezosurgery
Ultrasonik adalah cabang akustik yang berhubungan dengan getaran suara
dalam frekuensi yang berkisar di atas tingkat yang dapat didengar yaitu > 20
kHz. Sonik merupakan gelombang ultrasound dengan amplitudo tinggi yang
dihasilkan oleh tiga metode berbeda.
15
Metode Mekanik – hingga 100 kHz
Metode Magnetostatik – 18–25 kHz
Efek piezoelektrik – 25–50 kHz.5
Piezosurgery menggunakan efek piezoelektrik dimana energi mekanik
berupa tegangan dan kompresi diubah menjadi energi listrik. Frekuensi
ultrasonik piezoelektrik dibuat dengan memaksa arus listrik dari generator
melalui cincin piezo-keramik yang menyebabkan deformasi. Frekuensi
ultrasonik biasanya berkisar 24-36 kHz, sehingga mampu memotong jaringan
mineral dalam pengaplikasiannya dikedokteran gigi. Gerakan yang timbul dari
deformasi cincin membuat getaran di transduser yang menciptakan output
ultrasound. Gelombang ini ditransmisikan ke ujung handpiece di mana gerakan
longitudinal terjadi yang mengakibatkan pemotongan jaringan tulang dari
penghancuran tulang secara mikroskopis. Transduser adalah bagian yang sangat
penting dari sistem instrumen karena menggabungkan elemen piezoelektrik,
yang mengubah sinyal listrik menjadi getaran mekanis dan akhirnya getaran
mekanis menjadi sinyal listrik.5
Kavitasi adalah fenomena pendidihan mikro yang terjadi dalam cairan
pada antar permukaan padat-cair yang bergetar dengan frekuensi menengah.
Pecahnya kohesi molekuler dalam cairan dan munculnya zona depresi yang
terisi dengan uap akan membentuk gelembung yang akan segera meletus. Kasus
seperti alat detartrating, kavitasi terjadi ketika semprotan air menyentuh sisipan
yang bergetar ke frekuensi menengah. Prosedur osteotomi ultrasonik terdapat
fenomena ini yang mempertahankan visibilitas yang baik di bidang bedah
dengan menyebarkan cairan pendingin sebagai aerosol dan menyebabkan
hemostasis. Efek kavitasi juga menunjukkan sifat antibakteri dengan memecah
dinding sel bakteri, yang membantu dalam memperoleh prediktabilitas tinggi
dan morbiditas rendah dalam bedah tulang.5
13.4. Perangkat Piezoelektrik
Perangkat ini terdiri dari handpiece dan sakelar kaki yang terhubung ke
unit utama yang memasok daya dan memiliki dudukan untuk bagian tangan dan
cairan irigasi. Unit utama terdiri dari platform dan panel kontrol bersama dengan
tampilan digital dan keypad. Frekuensi 25–29 kHz dapat terlihat dengan
16
serangkaian sisipan dari berbagai bentuk bersama dengan getaran linier mulai
dari 60–200 µm. Daya perangkat ini kira-kira 5 W. Unit ini menawarkan tiga
tingkat daya yang berbeda dari sudut pandang klinis. Mode rendah untuk bedah
ortodontik dan pembersihan apiko endokanal; mode tinggi untuk membersihkan
dan menghaluskan permukaan radikular; dan mode yang ditingkatkan (boosted)
untuk bedah tulang untuk melakukan osteotomi dan osteoplasti.5
Piezosurgery unit
17
Piezosurgery Versus Conventional Method Alveoloplasty
PENDAHULUAN
Sebuah alveolar ridge yang berkontur dengan baik dan halus sangat penting
untuk pembuatan gigi tiruan sebagian atau lengkap. Saat membentuk (contouring)
ridge sangat penting diingat bahwa semakin besar eksisi tulang, maka semakin
tinggi resorpsi yang dihasilkan. Prosedur pembuatan kontur tersebut harus dibatasi
pada eksisi ridge yang tajam tidak beraturan dan undercut yang tidak sesuai untuk
konstruksi gigi tiruan. Oleh karena itu, tujuan dari alveoloplasty adalah untuk
mendapatkan dukungan jaringan yang baik untuk prostesis yang dirancang sambil
mempertahankan sebanyak mungkin jaringan lunak dan jaringan keras.
Alveoloplasty adalah prosedur bedah preprostetik yang melibatkan
penghalusan tulang alveolar yang kasar setelah ekstraksi pada area edentulous
atau pengurangan bulbus tuberositas yang menciptakan undercut yang dalam.
Teknik ini merupakan salah satu teknik bedah yang paling umum digunakan
untuk mempersiapkan alveolar ridge dalam menempatkan prostesis. Sejarah
prosedur ini telah dikenal lebih dari satu abad oleh A. T. Willard pada tahun 1853.
Dia menganjurkan pengurangan alveolar ridge untuk membawa kedekatan
lengkap jaringan lunak di atas alveolar. Kemudian, Sir O. T. Dean pertama kali
memperkenalkan “Alveoloplasty Intraseptal” atau dikenal sebagai “Dean's
alveoloplasty” dalam jurnal American Dental Association pada tahun 1936.
Piezosurgery atau operasi tulang piezoelektrik adalah sistem baru yang
inovatif, meyakinkan, dan tepat untuk menghilangkan jaringan keras, dan sedikit
mengurangi jaringan lunak. Teknik ini bekerja berdasarkan prinsip getaran
ultrasonik. Penelitian penggunaan teknologi ini dalam kedokteran gigi sebagai
prosedur elevasi sinus maksilaris, pengambilan tulang, perluasan puncak alveolar,
implantologi, bedah periodontal, bedah ortognatik dan maksilofasial, serta
pemaparan dan ekstraksi gigi. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian untuk
penggunaan piezosurgery dengan teknik invasif minimal untuk prosedur
alveoloplasty.
18
MATERIAL DAN METODE
Desain dan sampel studi
Untuk menjawab tujuan penelitian, penulis merancang dan menerapkan
studi split-mouth in vivo setelah menerima persetujuan dari Dewan Peninjau
Institusional dan Komite Etik. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Deklarasi
Helsinki. Informed consent tertulis diperoleh dari semua pasien setelah mereka
diberi informasi tertulis dan verbal lengkap mengenai penelitian ini.
Populasi penelitian terdiri dari semua pasien edentulous dengan spikula
tulang bilateral pada alveolar ridge diindikasikan untuk alveoloplasty yang datang
ke institut departemen rawat jalan kedokteran gigi antara 1 Januari 2016 - 1
Januari 2017. Pasien yang memiliki spikula tulang bilateral dengan diameter
maksimal 2-mm pada kedua sisi dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien dengan
gangguan perdarahan, komorbiditas sistemik yang tidak terkontrol, spikula tulang
unilateral, dan diameter spikula tulang melebihi 2 mm dikeluarkan dari penelitian.
Metodologi
Pasien diperoleh dengan teknik pengacakan menggunakan amplop tertutup
buram yang diberi nomor berurutan, kemudian salah satunya dipilih dan akan
dilakukan piezo alveoloplasty. Semua prosedur bedah dan penilaian pasca operasi
dilakukan oleh ahli bedah yang sama. Pasien diharuskan berkumur dengan obat
kumur klorheksidin 0,12% (Oradex) selama satu menit sebelum operasi. Setelah
melakukan pengecatan dan penutupan (painting and draping) standar pada daerah
bedah, kemudian pasien diberikan anestesi lokal (2% Lignokain Hidroklorida
dengan Adrenalin 1:200,000) disuntikkan pada muccobucal fold di atas daerah
spikula tulang yang menonjol.
Anestesi lengkap dari area bedah yang direncanakan telah tercapai,
kemudian sayatan crestal dan lepasan sayatan diambil, dan full thickness flap
dilakukan. Kontur tulang dibentuk dengan bone files, rongeurs forceps, atau burs.
Palpasi digital digunakan untuk menentukan keseragaman ridge. Flap didekatkan
dan diamankan dengan jahitan nonresorbable (3-0 silk suture, Monodek®).
Prosedur pembedahan dihitung dari sayatan pertama hingga jahitan terakhir.
19
1) Sayatan crestal bersama dengan melepaskan sayatan. 2) Eksisi spikula tulang
menggunakan forsep rongeurs. 3) Penutupan dengan black silk 3-0.
20
4) Sayatan berdekatan dengan spikula tulang. 5) Subperiosteal tunneling. 6) Piezo
unit. 7) Alveoloplasty menggunakan piezo blade EX-03.
21
Indeks penyembuhan (Healing Index) (Landry, Turnbull dan Howley)
Healing Index Kriteria
Sangat Buruk (Very Warna jaringan : Lebih dari 50% gingiva merah
Poor) Respon terhadap palpasi : Perdarahan
Jaringan granulasi: Ada
Tepi insisi: Tidak terepitelisasi dengan hilangnya
epitel di luar tepi
Supurasi: ada
Buruk (Poor) Warna jaringan: Lebih dari 50% gingiva merah
Respon terhadap palpasi: Perdarahan
Jaringan granulasi: Ada
Margin sayatan: Tidak terepitelisasi dengan jaringan
ikat terbuka.
Bagus (Good) Warna jaringan: kurang dari 50% gingiva merah
Respon terhadap palpasi: Tidak ada perdarahan
Jaringan granulasi: Tidak ada
Margin sayatan: Tidak ada jaringan ikat yang terbuka
Sangat Bagus (Very Warna jaringan: Kurang dari 25% gingiva merah
Good) Respon terhadap palpasi: Tidak ada perdarahan
Jaringan granulasi: Tidak ada
Margin sayatan: Tidak ada jaringan ikat yang terbuka
Luar Biasa (Excellent) Warna jaringan: Semua gingiva pink
Respon terhadap palpasi: Tidak ada perdarahan
Jaringan granulasi: Tidak ada
Margin sayatan: Tidak ada jaringan ikat yang terbuka
HASIL
Para pasien yang terpilih dalam penelitian ini terdiri dari 35 pasien yaitu 25
laki-laki dan 10 perempuan, rentang usia 38-83 tahun dengan usia rata-rata 60,8
tahun yang didiagnosis spikula tulang bilateral pada edentulous alveolar ridge.
Analisis statistik menggunakan paket statistik SPSS versi 21.0 (SPSS, Inc,
Mumbai, India). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam usia pasien dan
ukuran spikula tulang. Namun, jenis kelamin tercatat sebagai faktor perancu
karena didominasi oleh populasi laki-laki.
22
Distribusi jenis kelamin
Statistik deskriptif seperti mean, standar deviasi, frekuensi, dan persentase
variabel independen telah diungkapkan. Perbandingan antar kelompok variabel
hasil, seperti waktu yang dibutuhkan untuk operasi, skor VAS untuk penilaian
nyeri, dan indeks penyembuhan, dilakukan dengan menggunakan uji t
berpasangan di mana P <0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Penelitian ini terdapat perbedaan yang sangat signifikan secara statistik
antara kedua kelompok sehubungan dengan variabel hasil seperti waktu yang
dibutuhkan dalam detik, VAS pada hari ke-2, dan indeks penyembuhan pada hari
ke-7. Rata-rata (mean) waktu yang dibutuhkan (dalam detik) dan rata-rata VAS
lebih tinggi dan rata-rata indeks penyembuhan lebih rendah untuk kelompok
konvensional dibandingkan dengan kelompok piezosurgery.
Nyeri
Pasien dalam subkelompok piezosurgery melaporkan skor VAS yang secara
signifikan lebih rendah di daerah bedah pada pasca operasi hari ke-1,
dibandingkan dengan subkelompok konvensional. Rata-rata skor VAS adalah 2,74
untuk metode konvensional dan 0,94 untuk metode piezosurgery dengan standar
deviasi masing-masing 1,2 dan 0,7.
23
Perbandingan Visual Analog Scale
Waktu Operasi
Waktu operasi yang dilaporkan dalam subkelompok piezosurgery
alveoloplasty secara signifikan lebih sedikit dibandingkan dengan subkelompok
konvensional. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk alveoloplasti dengan
metode konvensional adalah 255,20 detik dan untuk prosedur dengan teknik
piezosurgery adalah 132,37 detik dengan standar deviasi masing-masing 109,8
dan 78,2.
Index Penyembuhan
Daerah bedah di subkelompok piezosurgery menunjukkan penyembuhan
yang lebih baik dan lebih cepat secara signifikan dibandingkan dengan
subkelompok konvensional. Indeks penyembuhan oleh Landry et al. pada pasca
operasi hari ke-7 untuk metode konvensional adalah 3,11 dan untuk metode
piezosurgery adalah 4,31 dengan standar deviasi masing-masing adalah 0,71 dan
0,67.
24
Perbandingan penyembuhan pasca operasi
PEMBAHASAN
Prosedur bedah preprostetik yang paling umum dilakukan adalah
alveolektomi dan alveoloplasti. Alveolektomi telah didefinisikan oleh Boucher
pada tahun 1974 sebagai “pengangkatan sebagian alveolar dengan pembedahan.
Istilah "Alveoloplasty" telah diambil untuk menunjukkan proses rekonturing
alveolar daripada pengangkatannya. Thoma telah menyatakan bahwa terdapt
kebutuhan alveoloplasty pada hampir setiap pasien yang telah menjalani beberapa
ekstraksi dan mungkin juga diperlukan pada pasien dengan ekstraksi tunggal.
Tujuan pembuatan kontur alveolar ridge adalah untuk mendapatkan dukungan
jaringan yang baik untuk prostesis yang dirancang sambil mempertahankan
jaringan lunak dan jaringan keras sebanyak mungkin.
Alveoloplasty dikenal di bidang bedah selama beberapa dekade terakhir. W.
G. Beers pada tahun 1976 menciptakan ungkapan "heroic treatment of
alveolectomy" di mana sebagian besar alveolar diangkat dengan tang potong. W.
Shearer menganjurkan dan mengembangkan alveolektomi untuk menghilangkan
patologi gingiva dan alveolar yang merupakan dasar bagi prostodontis untuk
menyiapkan gigi tiruan yang dikemukakan pada tahun 1905. Masalah resorpsi
tulang yang berlebihan setelah alveolektomi diatasi ketika Sir O. T. Dean
menerbitkan dan merevolusi proses alveoloplasty dengan memperkenalkan
alveoloplasty intraseptal pada tahun 1936. Dia telah menggunakan prosedur
tersebut selama 20 tahun dan tidak ada perbaikan maupun perubahan dalam
prosedur tersebut. Dean juga menganjurkan pemeliharaan korteks labial dan lebih
memilih untuk mengorbankan tulang meduler interradikular untuk mencapai
25
kontur alveolar ridge yang optimal yang membuat dia berbeda dengan pelopor
lainnya di bidang bedah preprostetik. Dean’s intraseptal alveoloplasty sangat
cocok untuk bedah immediate denture. Obwegeser menyarankan modifikasi
teknik Dean dimana korteks palatal dan labial dipatahkan dan diposisikan ulang
dalam kasus protrusi premaxillary yang ekstrim yang dikemukakan pada tahun
1966.
Michael dan Barsoum mempelajari jumlah dan durasi resorpsi tulang pasca
operasi dan perubahan kontur ridge pada pasien immediate denture menggunakan
berbagai teknik bedah pada tahun 1976, yang terdiri dari: (1) ekstraksi sederhana
tanpa operasi tambahan, (2) ekstraksi dengan alveolektomy kortikal labial , dan
(3) ekstraksi dengan Dean’s intraseptal alveoloplasty. Mereka menggunakan foto
kontur sagital serial dari model studi dan serial radiografi sefalometrik pasien.
Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga teknik menghasilkan jumlah resorpsi tulang
yang hampir sama pada 3 bulan akhir, tetapi setelah itu perbedaannya patut
diperhatikan (dengan perbedaan yang signifikan secara statistik). Ekstraksi non-
bedah telah menghasilkan jumlah resorpsi tulang paling sedikit dengan tingkat
perlambatan yang nyata selama pada 6 bulan akhir, sedangkan kedua teknik
alveoloplasty menghasilkan resorpsi tulang yang berkelanjutan.
Horton memperkenalkan teknik piezoelektrik dalam bedah mulut pada
tahun 1970-an ketika meneliti proses pemulihan anjing yang telah menjalani
osteotomi. Dia bekerja berdasarkan prinsip efek piezoelektrik pertama kali
dilaporkan pada tahun 1880 oleh Marie dan Jean Curie yang menyatakan bahwa
beberapa kristal dan keramik berubah bentuk ketika arus listrik dikirim
melintasinya, menghasilkan osilasi frekuensi ultrasonik. Adanya amplifikasi
getaran dengan tekanan minimum pada jaringan keras yang menghasilkan
fenomena kavitasi, yaitu fenomena pemotongan mekanis yang terjadi terutama
pada jaringan keras.
Instrumen piezoelektrik membentuk frekuensi ultrasonik yang diatur 24-29
kHz dan amplitudo mikrovibrasi 60-200 mm/s. Jaringan lunak tetap tidak terluka
pada frekuensi ini, tetapi juga dapat rusak pada frekuensi di atas 50 kHz.
Fenomena microstreaming dan kavitasi adalah ciri khas dari piezosurgery.
26
Bedah tulang piezoelektrik memiliki 2 konsep dasar tulang yang secara
prinsip mengatur filosofi di balik pengembangannya dalam bedah mikro. Yang
pertama adalah operasi invasif minimal di mana rasa sakit dan pembengkakan
pasca operasi jauh lebih rendah dibandingkan dengan teknik tradisional karena
penyembuhan jaringan yang lebih baik, yang pada akhirnya mengurangi
ketidaknyamanan pasien. Konsep kedua yang meningkatkan efektivitas
pengobatan adalah prediktabilitas bedah. Perkembangan bedah tulang
piezoelektrik memang telah mengoptimalkan hasil bedah bahkan dalam kasus
anatomi yang paling kompleks dan tidak menguntungkan karena kemudahan
mengontrol instrumen yang mengarah pada pengurangan perdarahan, pemotongan
yang tepat pada akhirnya menghasilkan penyembuhan jaringan yang sangat baik.
Kim et al mengemukakan subperiosteal tunneling yang merupakan prosedur
akses minimal invasif adalah teknik yang digunakan dalam prosedur augmentasi
ridge horizontal. Operator harus menyiapkan rongga subperiosteal dengan
elevator periosteal dan bahan bone graft pilihan yang ditempatkan ke dalam
rongga untuk menambah ridge alveolar yang kurang. Teknik serupa digunakan
dalam penelitian ini untuk mendapatkan akses ke spikula tulang dan melakukan
alveoloplasty menggunakan pisau piezo contrangled. Keuntungan dari teknik
tanpa jahitan invasif minimal ini adalah mengurangi waktu penyembuhan dengan
ketidaknyamanan pasca operasi yang lebih rendah.
Waite dan Cherala melakukan studi prospektif dan menyatakan bahwa
penutupan yang ketat pada defek atau soket tulang yang besar mempersulit
drainase dan kebersihan mulut. Penjahitan dapat membuat katup satu arah yang
memungkinkan sisa makanan masuk ke soket dan sulit untuk keluar yang dapat
menyebabkan infeksi lokal, peradangan, edema, gumpalan nekrosis, alveolar
osteitis, dan nyeri. Flap kecil yang dibiarkan terbuka tanpa penjahitan dapat
mempermudah drainase, meningkatkan kebersihan, dan mengurangi risiko nyeri
yang terkait dengan alveolar osteitis. Oleh karena itu, peneliti melakukan teknik
alveoloplasti tanpa jahitan dalam penelitian ini.
Sortino et al. dan Goyal et al. membandingkan keberhasilan piezosurgery
dan instrumen rotatory konvensional untuk pencabutan gigi molar ketiga rahang
bawah impaksi. Peneliti menyimpulkan bahwa ada penurunan nyeri pasca operasi,
27
pembengkakan wajah, dan trismus pada kelompok piezosurgery, sedangkan waktu
operasi lebih tinggi pada kelompok yang sama dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Namun, dalam penelitian ini, waktu operasi pada kelompok piezo lebih
sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol karena kurangnya kebutuhan
untuk menjahit sayatan invasif minimal.
Labanca et al. melaporkan kemajuan dalam piezosurgery selama 20 tahun
terakhir dan berfokus pada penggunaannya di berbagai bidang bedah.
Piezosurgery telah digunakan dalam bedah mulut dan maksilofasial sebagai bedah
ortognatik, rinoplasty, dan ekstraksi bedah. Peneliti menyimpulkan bahwa operasi
piezoelektrik adalah teknik inovatif untuk osteotomi yang aman dan efektif karena
kurangnya getaran makro, kemudahan penggunaan, dan pemotongan yang
terkontrol dan aman. Fase pertama penyembuhan tulang terlihat lebih efisien
mendorong peningkatan sebelumnya dalam Protein Morfogenik Tulang (BMP),
mengendalikan proses inflamasi dengan lebih baik, dan merangsang remodeling
tulang sejak 56 hari setelah perawatan. Ada beberapa keterbatasan juga termasuk
waktu osteotomi yang sedikit lebih lama dan peningkatan transmisi panas karena
peningkatan tekanan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan kecuali
digunakan dengan hati-hati.
KESIMPULAN
Piezosurgery menggunakan sayatan minimal invasif yang menjadi alternatif
lebih baik dengan meminimalkan waktu operasi, mengurangi ketidaknyamanan
pasien, dan mempercepat proses penyembuhan dibandingkan berbagai instrumen
dan teknik yang digunakan untuk alveoloplasty lainnya. Oleh karena itu,
penelitian ini membenarkan penggunaan piezosurgery pada alveoloplasty
atraumatic pada semua pasien. Ada beberapa keterbatasan untuk penelitian ini
seperti ukuran sampel dalam penelitian ini kecil. Namun, temuan ini konsisten di
semua pasien. Studi lanjutan menggunakan ukuran sampel yang lebih besar
diperlukan untuk menetapkan temuan dengan signifikansi statistik yang lebih
tinggi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Balaji SM. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Second Edition. Tamil
Nadu: Elsevier; 2013. p. 404.
29