Anda di halaman 1dari 105

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI

USAHATANI PADI SAWAH ORGANIK DI DESA

PASAR TERUSAN KECAMATAN MUARA BULIAN

KABUPATEN BATANGHARI

SKRIPSI

VIONA FEBRINA NATALIA. N

JURUSAN / PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2016

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI


USAHATANI PADI SAWAH ORGANIK DI DESA
PASAR TERUSAN KECAMATAN MUARA BULIAN

KABUPATEN BATANGHARI

VIONA FEBRINA NATALIA. N

D1B011107

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN / PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2016
3

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi


Usahatani Padi Sawah Organik Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batangahari” oleh Viona Febrina Natalia (D1B011107). Telah diuji dan
dinyatakan lulus pada tanggal 19 Januari 2016 dihadapan tim penguji yang terdiri
dari:

Ketua : Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli Alamsyah, MSc

Serketaris : Riri Oktari Ulma, SP, MSi

Penguji Utama : Ir. Yusma Damayanti, M.Si

Anggota : 1. Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P

2. Ardhyan Saputra, SP, MSi

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P Ardhiyan Saputra. SP. M.Si

NIP. 19631130 198902 2 001 NIP. 19791009 200604 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan / Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Jambi


4

Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli Alamsyah, MSc

NIP. 19560809 198403 1 002

ABSTRAK

VIONA FEBRINA NATALIA. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor


Produksi Usahatani Padi Sawah Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batanghari. Dibimbing Oleh Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P dan
Ardhyan Saputra, SP, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran usahatani padi sawah


organik dan menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap jumlah produksi padi
sawah organik serta efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi padi sawah
organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus hingga 29 September 2015 di
Desa Pasar Terusan terhadap 45 orang petani padi sawah organik. Metode yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan model
fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis efisiensi ekonomi.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi secara


bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah organik. Secara
parsial faktor produksi luas lahan, benih dan tenaga kerja masing-masing
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah organik, sedangkan pupuk
organik dan obat-obatan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah
organik. Hasil analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi yang belum
efisien pada usahatani padi sawah organik yaitu luas lahan, dan benih oleh karena
itu perlu adanya penambahan penggunaan faktor produksi agar mencapai efisien,
sedangkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien pada usahatani padi
sawah organik yaitu tenaga kerja. Oleh karena itu penggunaan faktor produksinya
perlu dikurangi, agar mencapai efisien.

Kata kunci: Efisiensi Ekonomi, Faktor Produksi, Usahatani Padi Sawah Organik
5

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Viona Febrina Natalia

NIM : D1B011107

Jurusan/Program Studi : Agribisnis

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan
dimanapun juga atau oleh siapapun juga.
Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau
dinyatakan pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiatrisme
Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau
dalam proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiatrisme didalam
skripsi ini, maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1)
butir (g) peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010
tentang pencegahan dan pengulangan plagiat di perguruan tinggi yakni
pembatalan ijazah.

Jambi, Februari 2016

Yang membuat pernyataan

Viona Febrina Natalia. N

NIM. D1B011107

RIWAYAT HIDUP
6

Penulis dilahirkan dengan nama Viona Febrina Natalia


Nainggolan, pada tanggal 04 Desember 1993. Penulis
merupaka anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan
Bapak Saidin Nainggolan dan Ibu Elisabeth Marbun.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di


TK Pemmbina I Jambi pada tahun 1999. Pada tahun 2005
penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD N 125
Kota Jambi kemudian dilanjutkan pada Sekolah Menengah
Pertama di SMP N 8 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2011
penulis dinyatakan lulus pada tingkat Sekolah Menengah Atas yaitu di SMA N 6
Kota Jambi. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas
Jambi di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Program Studi Agribisnis.

Pada semester ganjil tahun akademik 2014/2015 penulis melaksanakan


Kuliah Kerja Nyata selama dua bulan di Desa Sungai Buluh Kecamatan Muara
Bulian. Pada tahun 2015/2016 penulis melaksanakan penelitian dan menulis skripsi
dengan judul “Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani
Padi Sawah Organik Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari” di bawah bimbingan Ibu Ir. Dewi Sri Nurchaini, MP, dan Bapak
Ardhyan Saputra, SP, MS.i dan dinyatakan lulus ujian skripsi pada tanggal 19
Januari 2016.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimahkasih kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan Cinta Kasih, dan BerkatNya
yang begitu besar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Ayah saya Ir. Saidin Nainggolan, MSi dan Ibu saya Elisabeth Marbun yang
tak pernah berhenti berjuang dan berdo’a demi kebahagiaan dan cita-cita
saya. Kakak saya Wulan Nainggolan, S.Kom, SE, MM, Abang-abang saya
7

Markus Nainggolan dan Agustinus Nainggolan, SH dan Adik saya Daniel


Nainggolan yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
penulisan skripsi ini.
Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Ir. Dewi Sri Nurchaini, MP dan bapak
Ardhyan Saputra, SP, MSi sebagai dosen sekaligus orang tua pada saat
penyusunan skripsi ini.
Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dr. Ir. Hj. Rosyani, MS yang
memberikan arahan selama proses perkuliahan.
Seluruh dosen yang telah menjadi tempat berdikusi dan bertukar pikiran
serta untuk ilmu dan pengetahuan yang dengan ikhlas disampaikan selama
perkuliahan.
Sahabat-sahabat terkasih dan tersayang, Elisabeth LG, Andriyanus Hendry,
Junita Sinaga, Am.Keb, Roida Simanjuntak Am.Kep, dan Ezra Purba
Am.Keb, yang sudah menjadi sahabat saya selama ini yang selalu
memberikan dukungan penuh, doa dan semangat selama ini.
Sahabat-sahabat saya yang terkasih di Agribisnis 11 Nurjayanti, SP, Eka
Setiani, Lia Permata Sari, SP, Maria Trisanti Saragih, Wahyu Gultom, Ida
Saragih, Dewi Mega, SP, Ayu Primadipta, SP, Sthela Simanjuntak, SP,
Nancy Sianturi, Evi Purba, Warlina Lubis, Wahyu Jeriko, Riky Sikwandi,
dan Sopyan Manik yang sudah memberikan bantuan dan dukungan selama
ini.
Pak Atik selaku Kades di Desa Pasar Terusan dan warga desa Pasar
Terusan yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini
Sahabat-sahabat Agribisnis 2011 tak terkecuali, senior 2010, adik-adik
agribisnis 2012.
Teman – teman KUKERTA posko 25 di Desa Sungai Buluh, Rizal Zebua,
Azwar, M.Ilham, Riky Nainggolan, Vioza Demora, Fitri Haryani, Niko, dan
Ega Ewaldo yang telah menjadi sahabat dan abang saya selama kukerta.
Semua pihak yang turut membantu dan memberikan doa.
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Organik
Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Dewi Sri
Nurchaini, M.P selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ardhyan Saputra, SP. M.Si
selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman atas do’a dan
dukungannya.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat keterbatasan sehingga


saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan. Semoga
Skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi,
Februari 2016

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 6
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 7
1.3.1. Tujuan Penelitian 7
1.3.2. Kegunaan Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 9
Konsep Padi Organik 9
Konsep Usahatani 11
Faktor-Faktor Produksi Usahatani 13

2.3.1. Lahan 14

2.3.2. Modal 16

2.3.3. Benih 17

2.3.4. Pupuk 18

2.3.5. Obat-obatan 19

2.3.6. Tenaga Kerja 20

2.3.7. Manajemen 21

Biaya Usahatani dan Penerimaan Usahatani 22


Hubungan Input-Output Pada Fungsi Produksi 23
Fungsi Produksi Cobb-Douglas 26
Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi 28
Penelitian Terdahulu 30
Kerangka Pemikiran 32

2.10 Hipotesis 35

ii
iii

METODE PENELITIAN 36
Ruang Lingkup Penelitian 36
Sumber Dan Pengumpulan Data 37
Metode Penarikan Sampel 37
Model Dan Metode Analisis Data 39
Konsepsi Pengukuran 45

HASIL DAN PEMBAHASAN 47


Gambaran Umum Daerah Penelitian 47

4.1.1 Keadaan Geografis dan Iklim 47

4.1.2 Jumlah Penduduk 48

4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk 49

4.1.4 Sarana dan Prasarana Penunjang 49

4.1.5 Keadaan Pertanian 50

Deskripsi Usahatani Padi Sawah Organik 51


Identitas Petani 54
4.3.1 Umur Petani 54
4.3.2 Tingkat Pendidikan Petani 55
4.3.3 Jumlah Anggota Keluarga 56
4.3.4 Pengalaman Usahatani Petani Sampel 57
Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani
Padi Sawah Organik 59
4.4.1 Penggunaan Luas Lahan 59
4.4.2 Penggunaan Benih 61
4.4.3 Penggunaan Pupuk 62
4.4.4 Penggunaan Obat-obatan 63
4.4.5 Penggunaan Tenaga Kerja 64
Analisis Fungsi Produksi 65
Analisis Efesiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi
Dalam Usahatani Padi Sawah Organik 70
4.6.1 Analisis Efisiensi Penggunaan Lahan 70
4.6.2 Analisis Efisiensi Penggunaan Benih 71
4.6.5 Analisis Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja 72
Jumlah Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi Usahatani
Padi Sawah Organik 73
4.7.1 Jumlah Produksi 73
4.7.2 Penerimaan 74
4.7.3 Biaya Produksi 75
4.7.4 Efisiensi Usaha 76

iii
iv

Implikasi Hasil Penelitian 77

KESIMPULAN DAN SARAN 78


5.1 Kesimpulan 78
5.2 Saran 79

DAFTAR PUSTAKA 80

LAMPIRAN 83

DAFTAR TABEL

Halaman

Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian


Non Organik 11
Hubungan MP, AP, dan Elastisitas Produksi 26
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Organik
Pada 3 Kelompok Tani di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara
Bulian Tahun 2014 38
Jumlah Sampel dari Anggota Kelompok Tani yang Mengusahakan Padi
Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian 38

Jumlah Penduduk Berdasarkan distribusi umur di Desa Pasar Terusan


Kecamaan Muara Bulian Kabupaten Batanghari 48
Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian di Desa Pasar Terusan Kecamaan
Muara Bulian Kabupaten Batanghari 49
Sarana dan Prasarana di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari 49
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Petani Sampel Berdasarkan Umur Di
Daerah Penelitian Tahun 2015 55
Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Di
Daerah Penelitian Tahun 2015 56
Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Didaerah
Penelitian Tahun 2015 57
Pengaruh Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Distribusi Pengalaman
Usahatani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Didaerah Penelitian
Tahun 2015 58
Rata-rata Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Sawah Organik di
Daerah Penelitian Tahun 2014 59

iv
v

Distribusi Frekuensi Luas Lahan Petani Sampel Pada Daerah Penelitian


Tahun 2014 60
Rata-rata Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Organik di
Daerah Penelitian Musim Tanam 2014 61
Rata-rata Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Organik di
Daerah Penelitian Musim Tanam 2014 62
Rata-rata Penggunaan Obat-obatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014 63
Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Pada Usahatani Padi Sawah
Organik Per Proses Produksi di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014
64
Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Organik
pada Musim Tanam 2014 66
Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Poduksi Lahan di
Daerah Penelitian Musim Tanam 2014 71
Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Poduksi Benih di
Daerah Penelitian Musim Tanam 2014 72
Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Poduksi Tenaga
Kerja di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014 73
Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Produksi Di Daerah
Penelitian Tahun 2014 74
Penerimaan Petani dari Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian Musim Tanam 2014 75
Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian Pada
Musim Tanam Tahun 2014 75

v
vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Hubungan Input-Output dan Elastisitas Produksi 25


Skema Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor
Produksi Pada Usahatani Padi Organik Di Desa Pasar Terusan Kecamatan
Muara Bulian 34

vi
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Indoensia 2009-


2013 83
Sasaran Produksi Pertanian Organik Indonesia Tahun 2008-2014
84
Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia 2005-2009 85
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2013 86
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Menurut
Kecamatan/Desa Tahun 2013 87
Kuisoner 88
Identitas Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian Musim Tanam 2014 94
Rincian Penggunaan Saprodi (Lahan, Benih, Pupuk Organik, Dan Obat-
Obatan) Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian, Musim
Tanam 2014 95
Produksi Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian Biaya Sewa Lahan
Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian Musim Tanam
2014Musim Tanam 2014 96
Biaya Sewa Lahan Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah
Penelitian Musim Tanam 2014 97
Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah
Penelitian Musim Tanam Tahun 2014 98
Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah
Penelitian Musim Tanam Tahun 2014 99
Penggunaan Obat-obatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah
Penelitian Musim Tanam Tahun 2014 100
Penggunaan Obat-obatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah
Penelitian Musim Tanam Tahun 2014 101
Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Proses
Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian,
Tahun 2014 102

vii
viii

Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga


Pada Proses Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian, Tahun 2014 103
Biaya Upah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Proses Produksi Dalam
Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian, Tahun 2014
104
Biaya Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian, Tahun 2014
105
Penerimaan dan Total Biaya Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian, Musim Tanam Tahun 2014 106
Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi Sawah
Organik Dengan menggunakan Metode Ordinary Least Squares di Daerah
Penelitian Tahun 2014 107
Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi
Sawah Organik di Daerah Penelitian Musim Tanam Tahun 2014
108

viii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam
mengatasi krisis ekonomi yang sedang terjadi. Salah satu sub sektor pertanain yang
sangat penting adalah subsektor tanaman pangan karena pangan merupakan
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan pangan terus meningkat
di karenakan setiap tahun jumlah peduduk Indonesia terus meningkat, sementara
produksi pangan dari periode ke periode semakin semakin menurun
(Khairuddin,2003).

Sub sektor tanaman pangan menjadi perhatian khusus pemerintah dalam rangka
menjamin ketahanan pangan nasional. Salah satu komoditi tanaman pangan yang
sangat penting adalah komoditas tanaman padi. Usahatani padi sawah adalah suatu
jenis kegiatan pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan
mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan yang
ditujukan pada peningkatan produktifitas dalam mengusahakan padi sawah.
Usahatani padi sawah ada 2 yaitu : usahatani padi sawah non organik
(konvensional) dan usahatani padi sawah organik.

Menurut Yuditian (2007) usahatani padi sawah non organik (konvensional) adalah
praktik kegiatan budidaya pertanian yang lahir dari revolusi hijau. Di Indonesia
sendiri total luas area lahan padi sawah tahun 2013 seluas 1.383.525.200 Ha dengan
hasil produksi 7.127.970.900 Ton (Lampiran 1). Keberhasilan inilah yang kemudian
menjadikan para pelaku pertanian seakan

1
tidak ingin lepas dari praktik–praktik pertanian ini. Sedangkan padi organik
adalah padi yang dibudidayakan tanpa penggunaan bahan–bahan anorganik.
Budidaya padi organik bukanlah cara bertani baru, sebelum diperkenalkannya
revolusi hijau, para petani tentunya melakukan penanaman padi secara alami tanpa
penggunaaan pupuk dan pestisida organik.

Pertanian organik telah disosialisasikan di Indonesia sejak Tahun 2001, dan salah
satu kebijakan pemerintah dalam mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanaman pangan termasuk padi adalah dengan menerapkan
pertanian tanaman pangan organik atau yang lebih sering disebut pertanian
tanaman pangan berkelanjutan. Dengan adanya program pemerintah Go Organik
2010 yang memiliki aspek peningkatan mutu, nilai tambah, efisiensi sistem
produksi, serta kelestarian sumberdaya alam, dan lingkungan yang merupakan isu
dan menjadi sasaran utama. Dalam mewujudkan program Go Organik 2010,
pemerintah mendukung pengembangan pertanian organik dengan adanya
kebijakan peningkatan produksi pertanian organik dengan sasaran produksi
pertanian organik pada komoditi padi pada Tahun 2009 sebesar 562.000 Ton
(Lampiran 2).

Peningkatan sasaran produksi padi organik berkaitan dengan meningkatnya


permintaan produk organik baik dalam negeri maupun luar negeri. Produksi Padi
organik Indonesia pada Tahun 2009 mencapai 577.080 Ton, hal ini menunjukkan
sasaran peningkatan produksi padi organik tercapai. Menurut para pelaku
pertanian organik, permintaan produk beras organik cendrung meningkat dengan
kebutuhan pasar pada tahun 2009 sebesar 1.141.102 permintaan pasar tersebut
belum dapat tercukupi sepenuhnya karena terbatasnya petani yang menerapkan
budidaya pertanian organik (lampiran 3).

Di Provinsi Jambi salah satu sentra usahatani padi organik pada Kabupaten
Batanghari. Di Kabupaten Batanghari yang mengusahakan padi sawah organik
hanya satu Kecamatan saja yaitu pada Kecamatan Muara Bulian hal ini disebabkan
banyaknya petani beralih ke padi sawah semiorganik dimana petani kekurangan
bantuan seperti pupuk dan obat-obatan organik dari pemerintah (BP3K,
Kecamatan Muara Bulian). Menurut data BPS tahun 2013 Kabupaten Batang
Hari, Kacamatan Muara Bulian merupakan penghasil padi sawah terbesar ketiga
dibawah Kecamatan Mersam dan Kecamatan Muaro Sebo Ulu, dimana jumlah
produksi padi sawah di Kecamatan Muara Bulian sebesar 6.803 Ton dengan luas
panen sebesar 1.350 Ha dan rata-rata produktifitas sebesar 5,03 Ton/Ha (lampiran
4). Luas panen yang cukup tinggi di daerah Kecamatan Muara Bulian mempunyai
potensi untuk pengembangan pangan lokal. Kecamatan Muara Bulian terdiri dari
20 desa, dimana salah satu desa yang memiliki produksi tertinggi adalah di desa
Pasar Terusan. dengan luas lahan 820 Ha dengan hasil produksi sebesar 5.494 Ton
dan rata-rata produktivitas sebesar 6,7 Ton/Ha (lampiran 5).

Berdasarkan informasi yang didapat dari Kepala Desa dan PPL di desa Pasar
Terusan Kecamatan Muara Bulian bahwa hampir setiap kepala keluarga di desa
Pasar Terusan melakukan usahatani padi organik. Usahatani padi sawah organik
3

telah dilakukan secara turun – temurun, namun sejak ada program revolusi hijau
petani desa Pasar Terusan sempat menggunakan pupuk kimia dalam
memgusahakan usahatani padi sawah atau yang disebut dengan pertanian
konvensional. Akibat penggunaan pupuk kimia sehingga tanah pertanian padi
sawah menjadi mengeras dan petani kembali ke sistem pertanian organik sampai
sekarang. Sejak adanya program go organik kegiatan usahatani padi sawah organik
semakin diperhatikan oleh pemerintah dengan adanya bantuan pupuk organik
seperti pertrorganik, disamping sebagai mata pencarian utama ada juga petani yang
memproduksi usahatani padi sawah hanya untuk kebutuhan pangan rumah
tangganya dan ada juga untuk dijual keluar desa.

Di desa Pasar Terusan mempunyai 6 kelompok tani yang mengusahakan usahatani


padi sawah, terdapat 3 kelompok tani yang mengusahakan padi organik dan 3
kelompok tani mengusahakan usahatani padi sawah non organik. Luas lahan padi
sawah organik di desa Pasar Terusan pada tahun 2014 adalah 436 Ha, produksi
sebesar 2.997 Ton dengan produktivitas rata-rata 6,86 Ton/Ha. Sedangkan untuk
produksi hasil pertanian padi sawah non organik di desa Pasar Terusan sebesar
2.579 Ton dengan luas lahan 384 Ha dengan produktivitas rata-rata 6,71 Ton/Ha
(BP3K Kec. Muara Bulian, 2014). Sedangkan untuk Kecamatan Muara Bulian luas
panen 1.350 Ha (18,3%) yang berada pada urutan ketiga dalam Kabupaten
Batanghari dengan produksi 6.803 ton dengan produktivitas 5,03 ton/ha (Lampiran
4). Produktivitas ini berada diatas rata-rata Kabupaten Batanghari. Selanjutnya
jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas desa Pasar Terusan dengan
kecamatan Muara Bulian dan Kabupaten Batanghari lebih rendah
produktivitasnya. Dengan produksi padi organik yang tinggi diharapkan usahatani
padi organik mampu meningkatkan produktivitas pangan.

Dalam mengerjakan usahataninya petani padi organik di desa Pasar Terusan pada
umumnya dikerjakan secara sendiri-sendiri dan ada juga dengan sistem diupahkan
dengan orang lain. Jenis benih yang digunakan oleh petani adalah jenis benih lokal
yang diperoleh dari hasil produksi tahun sebelumnya. Dan Penggunaan pupuk
dalam membantu kesuburan pertumbuhan padi organik petani menggunakan
pupuk bantuan subsidi dari pemerintah berupa pupuk petro organik yang dijual
oleh pemerintah dan pupuk kandang yang bahan bakunya didapat dari hewan
peliharaan petani sekitar. Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit padi
sawah, petani organik menggunakan obat-obatan tradisional dan obat-obatan
bantuan dari pemerintah.

Peranan penting dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani adalah


dengan dilaksanakannya pengelolaan yang tepat. Pengelolaan disini mencakup
bagaimana kemampuan petani mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi yang dikuasi sebaik-baiknya dan juga mampu memberikan produksi
pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengukuran efisiensi dan produktivitas
serta aktivitas ekonomi sangatlah penting sebagai tolak ukur antara selisih input
yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Proses mengalokasikan input
(faktor produksi) untuk memaksimumkan produksi, dapat diupayakan melalui
langkah-langkah apakah yang akan diambil guna memperoleh efisiensi ekonomi
4

yang optimal. Dengan adanya kombinasi yang efisien antara satu faktor produksi
dengan faktor produksi yang lainnya diharapkan mampu memberikan produksi
yang tinggi.

Berdasarkan uraian latar belakang yang diajukan maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor
Produksi Usahatani Padi Organik Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari”

1.2. Rumusan Masalah

Adanya penerapan pertanian organik melalui usahatani padi organik diharapkan


dapat meningkatkan produksi padi. Selain meningkatkan produksi padi, usahatani
padi organik ini juga dapat memperbaiki kondisi tanah dengan penggunaan pupuk
organik dalam budidayanya. Tujuan dari penerapan usahatani padi organik adalah
sebagai bentuk cara peningkatan produksi padi. Dalam penelitian ini, usahatani
padi organik melakukan cara penanaman, penggunaan input dan memperoleh hasil
produksi, selain mengenai peningkatan produksi padi organik serta mepertahankan
unsur hara dalam tanah, biaya yang dikeluarkan tentunya juga memperngaruhi
petani dalam berusahatani padi.

Penggunaan faktor produksi tenaga kerja dalam proses penanaman dan bahan
pembuatan pupuk organik relatif membutuhkan biaya yang rendah serta sebagian
petani yang membeli pupuk organik subsidi dari pemerintah ataupun pengecer.
Selain berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi, usahatani padi organik
juga diiringi dengan tambahan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi padi
organik (Yuditian,2007). Produksi padi dalam usahatani padi organik diharapkan
memberikan penerimaan yang melebihi biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
proses produksi.

Respon jumlah produksi terhadap perubahan jumlah faktor produksi menjadi


indikator efisiensi usahatani. Tingkat penggunaan input yang rendah dan belum
optimal akan menyebabkan rendahnya tingkat produksi, sehingga tingkat efisiensi
usahatani padi organik diduga pula masih rendah. Peningkatan efisiensi usahatani
padi organik terus digalakkan oleh petani dan pemerintah, sehingga perlu dikaji
bagaimana pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi dan efisiensi ekonomis
usahatani padi organik. Pengukuran efisiensi dan produktivitas serta aktivitas
ekonomi sangatlah penting sebagai tolak ukur antara selisih input yang digunakan
dengan output yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang menjadi permasalahan dalam


penelitian ini adalah :

Bagaimana gambaran kegiatan usahatani padi organik di desa Pasar


Terusan kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
5

Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi usahatani padi organik


terhadap produksinya di desa Pasar Terusan kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari.
Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi terhadap
produksi padi organik di desa Pasar Terusan kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kegiatan usahatani padi sawah organik di


desa Pasar Terusan kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi usahatani padi sawah
organik terhadap produksinya di desa Pasar Terusan kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batanghari.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi
pada produksi padi sawah organik di desa Pasar Terusan kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batanghari.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak-pihak yang

terkait untuk mengetahui efisiensi ekonomi usahatani padi organik,

sehingga dapat dijadikan dasar perencanaan dan pengendalian biaya

produksi agar memperoleh efisiensi ekonomi yang tinggi untuk usaha

selanjutnya.
9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Padi Organik

Menurut Yuditian (2007) padi organik adalah padi yang dibudidayakan tanpa
penggunaan bahan–bahan anorganik. Organik sebagaimana digunakan pada
kebanyakan tanaman sawah organik yang umumnya berarti bahwa: (1) Tidak ada
pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah digunakan, (2)
Kesuburan tanah dipelihara melalui proses alami seperti penanaman tumbuhan
penutup atau penggunaan pupuk kandang yang di kompos dan limbah tumbuhan,
(3) Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang
sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama, (4) Pergantian bentuk-bentuk bukan
kimia dari pengendalian hama.

Produk organik terutama di pasar-pasar maju biasanya menerima harga yang lebih
tinggi. Produk organik juga sering dianggap sebagai memiliki manfaat kesehatan
yang lebih besar. Sebagaimana yang terlibat dalam penanaman padi organik
adalah: (1) Harus mengikuti standar ketat untuk produksi danpengolahan yang
ditetapkan oleh badan sertifikasi, (2) Harus membuat dan menyerahkan rencana
tahunan yang memperlihatkan bahwa memenuhi persyaratan produksi dan
pengolahan dari badan sertifikasi, (3) Produk hanya dapat disertifikasi organik bila
produk ditanam di lahan yang telah bebas dari zat-zat terlarang (misalnya,
pestisida dan pupuk kimia buatan) selama tiga tahun sebelum sertifikasi, (4)
Tantangan utama dari penanaman padi awalnya berkaitan dengan pengelolaan
hara dan pengendalian gulma. Contoh utama mencakup: (a) Nitrogen biasanya
disediakan melalui penanaman leguminosa penutup tanah, (b) Pupuk dari tulang
merupakan sumber fosfor murah yang baik (dengan kadar sekitar 12 persen). Hal
ini cepat berfungsi dan berlangsung sampai 6 bulan. Sumber lain adalah dari Rock
Phosphate, yang memiliki rasio 33 persen. Dengan Rock Phosphate hanya akan
mendapatkan sekitar 10 persen pada tahun pertama karena lamban fungsinya dan
berlangsung selama 3-5 tahun, (c) Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber
kalium yang baik. Kalium dapat berkadar tinggi dalam air irigasi, (d) Gulma dapat
dikurangi melalui perataan lahan yang baik, pengelolaan air, pengolahan tanah,
dan rotasi tanaman, (e) Sebagian besar serangga dan penyakit dapat dikendalikan
melalui penggunaan varietas yang tepat, (5) Harus membuat catatan terperinci
mengenai metode dan bahan yang digunakan dalam penanaman atau pengolahan
produk organik untuk memperlihatkan bahwa standar telah dijaga dan diperiksa,
(6) Membutuhkan pihak ketiga yang disetujui oleh badan sertifikasi nasional untuk
mensertifikasi yang setiap tahun menginspeksi
9 semua metode dan bahan. (Bawolye
dan Syam, 2006).

Pertanian organik sering juga disebut sebagai sistem pertanian berkelanjutan.


Menurut Salikin (2003), pada tataran praktek pengelolaan pertanian berkelanjutan
dapat dikaji dari aspek penggunaan faktor produksi atau hubungan input-output
(Tebel 1).
10

Tabel 1. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Non-


Organik

No Sistem Pertanian Non-Organik Sistem Pertanian Organik


1 Lahan : Lahan :
Olah Tanah Intensif (OTI) Olah Tanah Minimum (OTM)
Olah Tanah Bermulsa (OTB)
Olah Tanah Konservasi (OTK)
Tanpa Olah Tanah (TOT)
2 Benih : Benih :
Varietas Unggul Varietas Lokal
Benih Transgenik Varietas Unggul Aman
3 Pupuk/Bahan Kimia : Pupuk :
Urea Pupuk Hijau
TSP Pupuk Kandang
NPK Guano
ZPT Bokasi
KCL
4 Pestisida Kimia: Pestisida Alami:
Insektisida Pestisida Hayati
Herbisida Pengendalian Hama Terpadu
Rodentisida Agensi Hayati
5 Tenaga Kerja/Energi: Tenaga Kerja/Energi :
Manusia Manusia
Traktor Hewan Ternak
Energi Minyak Bumi Traktor Ringan
Energi Matahari,air,angin
Biomassa.
6 Manajemen : Manajemen :
Orientasi Jangka Pendek Orientasi Jangka Panjang
Product Oriented Economic and ecological
Manajemen industrial oriented.
Manajemen global dan
indegenius lokal.
Sumber: Salikin, 2003.

2.2. Konsep Usahatani

Menurut Suratiyah (2008), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari


bagaimana seseorang petani menentukan mengusahakan dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien dapat berupa lahan
11

dan alam sekitarnya sebagai modal, agar memberikan manfaat yang sebaik-baiknya
sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

Soekartwai (2002), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana


seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
(yang dikuasi) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya
tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2008), berdasarkan tujuan dan prinsip
sosial ekonomi, perkembangan usahatani terbagai menjadi 3 golongan, yang
pertama adalah golongan usahatani yang bercirikan ekonomi kapitalis yang
pengelolaanya terpisah antara perusahaan dengan rumah tangga serta berorentasi
memperoleh profit sebesar-besarnya. Kedua adalah usahatani yang memiliki dasar
ekonomis-sosialistis-komunitas yang menganggap tenaga kerja manusia sebagai
faktor terpenting sehingga mendapatkan penghargaan yang istimewa sebab
bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Golongan yang ketiga adalah
usahatani yang berciri ekonomis seperti diungkapkan oleh A. Tschajanov yaitu
family farming yang berkembang dari subsitence farming kearah commercial
farming.

Berdasarkan pada uraian diatas, menurut Nikolaus (2011) maka usahatani padi
organik adalah usaha penerapan budidaya padi secara organik dengan
pengkoordinasian faktor-faktor produksi dan sumber daya yang dimiliki petani
padi organik untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan maksimal. Usahatani
padi organik memiliki sifat mengarah kepada commercial farming, dimana
keuntungan menjadi orientasinya.

Menurut Hernanto (1996) , mendefinisikan usahatani merupakan suatu kegiatan


untuk memperoleh produksi dilapangan yang memperhitungkan biaya yang akan
dikeluarkan untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan produksi
usahataninya dan penerimaan yang diperoleh usahatani tersebut. Dalam usahatani
terdapat empat unsur pokok yang selalu ada, unsur tersebut dikenal juga dengan
istilah faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan
pengelolaan.

2.3. Faktor- Faktor Produksi Usahatani

Soekartawi (2002) menyatakan bahwa tanah, modal, tenaga kerja dan


manajemen merupakan aspek penting dalam sumber daya pertanian. Aspek
sumberdaya pertanian ini lebih dikenal dengan faktor produksi, yang pada
awalnya hanya terdiri dari tiga faktor produksi saja, namun seiring dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dituntut adanya faktor produksi lain yang
dianggap penting dalam pengelolaan sumberdaya produksi yaitu faktor
produksi manajemen. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang
12

berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak
tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor
terdahulu.
Ketiga faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang mutlak
dan harus tersedia, yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun
dapat dipenuhi. Lain halnya dengan faktor keempat, manajemen
(pengelolaan) lebih ditekankan pada usahatani yang maju dan berorientasi
pasar pada keuntungan. Pada usahatani tradisional atau usahatani rakyat,
keberadaannya belum begitu diperhitungkan karena tujuan usahatani
masih subsistem, orientasi masih hanya sebatas memenuhi kebutuhan
sendiri, dan jika ada sisa kemudian dijual.

2.3.1 Lahan

Abd.Rahim dan Hastuti (2008) menyebutkan bahwa lahan


merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian.
Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ ditanami),
semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan.
Luas lahan merupakan ukuran potensi ekonomi petani untuk
mengelola usahataninya. Tinggi rendahnya penggunaan luas lahan akan
mempengaruhi tinggi rendahnya produksi yang akan dihasilkan. Hal ini
berarti petani dengan lahan garapan yang luas akan memungkinkan untuk
memperoleh pendapatan yang tinggi per luas areal bila dibandingkan
dengan petani yang memiliki lahan sempit (Hernanto, 1995).
Luas pemilikan lahan memiliki hubungan yang positif dengan
besarnya pendapatan total. Semakin luas lahan semakin besar pendapatan
yang diterima, selain itu juga dapat mempengaruhi cara produksi petani
dimana dengan luas lahan yang relatif kecil petani sukar untuk
mengusahakan dan memilih cabang usahatani yang menguntungkan
(Mubyarto, 1995).
Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan hektar (ha) atau
are. Dipedesaan, petani masih menggunakan ukuran tradisional, misalnya
patok, dan jengkal. Oleh karena itu, jika peneliti melakukan penelitian
tentang luas lahan, dapat dinyatakan melalui proses transformasi dari
ukuran luas lahan tradisional ke dalam ukuran yang dinyatakan dalam
hektar.
Hernanto (1995) menggolongkan petani berdasarkan luas lahannya sebagai
berikut 1) golongan petani luas (lebih 2 ha), 2) golongan petani sedang (0,5 –
2 ha), 3) golongan petani sempit (0,5 ha), dan 4) golongan buruh tani tidak
bertanah.
Dalam faktor produksi lahan juga disebut dengan tanah yang merupakan
faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya
tanaman, dan usahatani keseluruhannya (Suratiyah, 2008). Faktor produksi
tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air, udara,
temperatur, sinar matahari, dan lainnya. Semuanya secara bersama
menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan dan tumbuh dengan
13

baik. Dalam usaha dalam bidang pertanian, tanah memiliki peranan dalam
pengelolaan usahatani yaitu (Daniel, 2004) :
Kekuatan/kemampuan potensial dan aktual dari tanah
Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan daya saing dari tanah
Produktivitas tanah
Nilai sosial ekonomis dari tanah

Dalam melakukan usahatani, tidak semua tanah adalah milik petani. Tanah
milik petani atau yang dikelola oleh petani dapat diperoleh dari berbagai sumber,
yaitu sebagai berikut (Daniel, 2004) :

Tanah milik, yaitu tanah milik dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan
yaitu sertifikat.
Tanah sewa, yaitu tanah yang didapat dengan perjanjian sewa, yang
sewanya sudah terlebih dahulu ditentukan tanpa melihat besar/kecilnya
hasil produksi.
Tanah sakap, yaitu tanah bagi hasil, tetapi dengan perjanjian besarnya sewa
berdasarkan hasil panen/produksi dan dibayarkan setelah panen.
Tanah pemberian negara, yaitu tanah milik negara yang diberikan kepada
seseorang yang mengikuti program pemerntah atau berjasa kepada negara.
Tanah waris, yaitu yang karena hukum tertentu (agama atau adat)
dibagikan kepada ahli warisnya.
Tanah wakaf, yaitu tanah yang diberikan atas seseorang atau badan kepada
pihak lain, umumnya untuk kegiatan sosial.

2.3.2 Modal

Secara umum modal dapat diartikan sebagai barang-barang yang bernilai


ekonomis dan digunakan untuk tambahan kekayaan atau meningkatkan produksi.
Setiap penggunaan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan
proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan tersebut modal dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :

Modal tetap (fixed cost) yang terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan
peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
tidak habis dalam sekali proses produksi.
Modal tidak tetap (varibel cost) yang terdiri dari benih, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja (upah yang dibayarkan).
Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku
untuk jangka panjang. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian
tergantung dari :
Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya
modal yang dipakai, makin besar skala usaha makin besar pula modal yang
dipakai
Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian
juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai.
Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani.
14

2.3.3 Benih

Benih adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk


memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman. Benih sangat
menentukan kualitas komoditas. Benih yang unggul cenderung
menghasilkan produk kualitas tinggi sehingga semakin tinggi produksi
pertanian yang dicapai. Faktor benih memegang peranan penting untuk
menunjang keberhasilan produksi tanaman. Varietas padi yang cocok
ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami, agar
berproduksi optimal, oleh karena itu untuk keperluan penanaman padi
organik, petani tidak terlalu sulit mendapatkan benihnya.
Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang
maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik
walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama
dan penyakit sudah dilakukan dengan benar. Umumnya benih dikatakan
bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan
bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikenhendaki. Benih yang
baik pun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harus mencapai
90%. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan
tanaman yang sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan seragam (Andoko,
2008)
2.3.4 Pupuk
Pupuk merupakan sarana produksi yang sangat penting. Pemberian pupuk
dengan komposisi yang tepat dapat menghasilkan produksi yang tinggi dan
berkualitas. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan pupuk
anorganik. Menurut Marsono (1986) berdasarkan pembuatannya pupuk
organik adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman,
hewan dan manusia. Misalnya pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau.
Fungsi pupuk organik menurut Musnamar (2004) adalah sebagai berikut :
Kesuburan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus dan
bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu
berpengaruh dalam jangka panjang.
Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik
menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Akibatnya sifat fisik
dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pada tanah berpasir
menyebabkan daya ikat tanah mengikat. Pemberian pada tanah
berlempung akan menjadi ringan, daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat
tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah
yang baik dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah
lebih stabil serta aliran air dan aliran udara lebih baik.
Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada
menjadi hidup. Pendapat beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian
pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami mikroba tanah
sehingga menekan aktivitas saprofit dari patogen tanaman.
Keamanan penggunaanya dapat dijamin. Pupuk organik tidak akan
merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan.
15

2.3.5 Obat-obatan

Obat-obatan merupakan jenis bahan yang digunakan untuk menanggulangi


sutau jenis penyakit atau hama pada tanaman. Obat-obatan terdiri dari
pestisida (digunakan untuk membasmi organisme renik atau virus),
herbisida (membasmi gulma), fungisida (membasmi sejenis jamur),
insektisida (membasmi serangga).
Pestisida merupakan salah satu jenis pemberantas penyakit pada tanaman.
Adanya penyakit ataupun hama akan berdampak negatif bagi para petani.
Hal ini dikarenakan akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi.
Oleh karena itu, bagi sebagian petani pestisida sering digunakan sebagai
bentuk upaya perawatan atau pemeliharaan bagi tanaman. Salah satu cara
pengendalian hama dan penyakit tanaman padi secara organik adalah
penggunaan pestisida organik. Pestisida organik merupakan pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan maupun hewan. Pestisida organik
relatif mudah dibuat dengan penggunaan bahan-bahan yang ada dan
bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi petani.
Ada dua jenis pestisida organik, yaitu pestisida nabati dan pestisida hewani.
Bahan-bahan pembuatan pestisida nabati berasal dari tumbuhan sementara
pestisida hewani berasal dari hewan. Sifat pestisida organik tidak berlaku
umum, tetapi berlaku khusus lokasi, ini disebabkan jenis tanaman atau
hewan sebagai bahan pestisida organik tersebut hidup disuatu tempat yang
kandungan bahan aktifnya dapat berbeda dengan tempat lain. Oleh karena
itu efektivitas pestisida organik sangat tergantung dari percobaan ditempat
(Andoko,2008).

2.3.6 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi komoditas


pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju
seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama
dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang bagus
sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan
sebagai nilai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga adalah besarnya tenaga
kerja efektif yang dipakai (Abd.Rahim dan Hastuti, 2008).
Dalam mengukur tenaga kerja,ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
jumlah tenaga kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja. Dalam
penganalisaan tenaga kerja dinyatakan dalam curahan tenaga kerja, yang
dimaksud adalah besarnya tenaga kerja yang efektif dipakai. Selanjutnya
untuk memudahkan dalam melakukan analisis ketenagakerjaan makan
diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasa disebut dengan Hari
Kerja Orang (HOK).
Hernanto (1996), membedakan tenaga kerja menjadi tenaga kerja manusia,
ternak dan mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja
pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan
16

semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya.


Selanjutnya Suratiyah (2006) menambahkan bahwa tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga
kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang
umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga
kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh
tenaga kerja keluarga sendiri makan tidak perlu mengupah tenaga luar,
yang berarti menghemat biaya.
Selanjutnya Hernanto (1996) membedakan tenaga kerja menjadi tenaga
kerja manusia,ternak, mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan lagi atas
tenaga kerja pria,wanita, dan anak-anak. Untuk menghitung jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan, menurut Surartiyah (2008) digunakan satuan JKO
dan HKO. Satuan JKO digunakan untuk tenaga kerja berdasarkan jam
kerja, sedangkan HKO digunakan untuk tenaga kerja berdasarkan hari
kerja. Secara matematis dapat diuraikan sebagai berikut :
HK X JK
HKO = .................................................................................... (2.1)
7
atau 1 HKO = 7 JKO............................................................................. (2.2)

Maka besarnya upah dapat dihitung dengan mengalikan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan (HKO) dengan upah yang berlaku di daerah penelitian.

Manajemen
Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan
melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses
produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai
tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang
tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi (Soekartawi,
2002).
Faktor manajemen dipengaruhi oleh : 1) tingkat pendidikan 2) pengalaman
berusahatani 3) skala usaha 4) besar kecilnya kredit dan 5) macam
komoditas. Perencanaan input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan,
baik dari segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka
disusunlah rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu
menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat
sendiri atau membeli.
Pengawasan pada usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan
faktor produksi lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal
untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap
penggunaan faktor-faktor produksi dapat menentukan besar kecilnya
kontribusi faktor produksi dalam suatu usahatani.
Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan
harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada
tujuan-tujuan yang diharapkan.

2.4. Biaya Usahatani dan Penerimaan Usahatani


17

Menurut Hernanto (1996), biaya merupakan korbanan yang dicurahkan didalam


proses produksi, yang semula fisik kemudian diberikan nilai rupiah. Biaya ini tidak
lain adalah korbanan. Hal ini sejalan dengan Daniel (2004) bahwa biaya produksi
adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi,
atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara
tunai maupun tidak tunai.

Secara teori ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai


dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan yaitu sebagai berikut 1) biaya
uang dan biaya in-natura, biaya yang berupa uang tunai misalnya upah kerja untuk
persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk
membeli pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi
hasil, sumbangan, dan mungkin pajak-pjak dibayarkan dalam bentuk natura, 2)
biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa tanah yang berupa
uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan
langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan
sebagainya, dan 3) biaya rata-rata dan biaya marjinal, biaya rata-rata adalah hasil
bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan, sedangkan biaya
marjinal adalah biaya tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi
tertentu (Daniel 2004).

Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan


yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan
yang berhubungan dengan produksi usahatani dan penerimaan diperoleh dari
usahatani tersebut. Menurut Hernanto (1996), penerimaan usahatani yaitu
penerimaan dari semua sumber usahatani meliputi 1) jumlah penambahan
inventaris, 2) nilai penjualan hasil, serta 3) nilai penggunaan rumah dan
dikonsumsi.

2.5. Hubungan Input-Output Dalam Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (1991) fungsi produksi adalah hubungan fisik antara


variabel yang dijelaskan (Y) yang berupa output dan variabel yang menjelaskan (X)
yang berupa input. Menurut Sukirno (2002) dengan fungsi produksi dapat
diketahui :

Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi secara langsung dan
hubungan tersebut dapat lebih mudah dan dimengerti.
Hubungan antara variabel Y (dependent variable) dan X (independent
variable). Serta sekaligus mengetahui hubungan antara variabel penjelas
secara matematis.

Hubungan antara input (X) dan output (Y) dapat dilihat dengan persamaan sebagai
berikut :c
18

Q = f (X 1 , X 2 , X 3 … … … . X n ¿ ¿ ❑)¿..............................................................(2.4)

Dimana :

Q = Tingkat Output

X1, X2,........Xn = Berbagai input yang digunakan

Namun secara umum fungsi produksi ditunjukkan dengan rumus :

Q = (K, L)

Dimana :

Q = Tingkat Output

K = Input Modal

L = Input Tenaga Kerja

Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa kurva fungsi produksi melukiskan
hubungan antara konsep average product (AP) dengan Marginal Product (MP) yang
disebut kurva total produksi (TP). Average Product menunjukkan kuantitas output
produk yang dihasilkan.

Y
AP = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2.5)
X

Dimana : AP = Average Product (Produksi Rata-rata)

Y = Output

X = Input

Sedangkan Marginal Product (MP) mengukur banyaknya penambahan atau


pengurangan total output dari penambahan input yang secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :

∆y
MP= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… .(2.6)
∆x

Dimana : MP = Marginal Product

ΔY = Perubahan Output

ΔX = Perubahan Input

Menurut Sukirno (1982). Dalam kurva produksi klasik terdapat tiga daerah
produksi yaitu peningkatan MP, penurunan MP, dan MP negatif. Keuntungan
maksimum suatu usahatani tertentu berada pada daerah II dengan penggunaan
faktor produksi dan menunjukkan efisiensi. Hal ini lebih jelasnya terlihat pada
Gambar 1 kurva fungsi produksi (Aulia Tasman, 2008) sebagai berikut :
19

Gambar 1. Hubungan Input-Output dan Elastisitas Produksi

Dari gambar diatas menunjukkan sumbu X merupakan faktor produksi dan sumbu
Y merupakan hasil produksi total dengan sifat dan gerakan kurva hasil produksi
rata – rata (AP), serta hasil produksi marjinal (MP) kedua gambar tersebut
berhubungan erat. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hubungan MPP, APP, dan Elastisitas Produksi (E)

No Situasi (jika) Elastisitas Produksi Akibat AP Keputusan

1 MPP>APP E=MPP/APP>1,elastisitas APP Menambah


meningkat penggunaan
input

2 MPP=APP E= MPP/APP=1, unitary APP Tetap


maksimum menggunakan
input

3 MPP<APP E=MPP<APP<1,inealastis APP menurun Menurunkan


penggunaan
input

2.6. Fungsi Produksi Cobb-Douglas


20

Suatu fungsi produksi yang secara umum digunakan dalam analisis ekonomi adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1994). Fungsi produksi Cobb-Douglas
yang diperkenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H pada tahun 1928
merupakan fungsi produksi logaritmik yang sering digunakan dalam analisis
produksi di sektor pertanian. Fungsi produksi Cobb-Douglas dibangun atas dasar
asumsi antara lain adalah pasar adalah persaingan sempurna, masing -masing
parameter menunjukkan elastisitas produksi yang tetap, teknologi produksi yang
digunakan dalam proses produksi adalah sama. Asumsi lainnya adalah tidak ada
pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu
bilangan yang besarnya tidak diketahui.

Fungsi produksi Cobb-Douglas telah menjadi alat yang berguna dalam penelitian
ekonometrika. Bentuk produksi yang sederhana secara perhitungan ekonomis dan
hasil estimasi koefisien secara statistik signifikan tanpa membebankan persyaratan
keakuratan data. Meskipun bentuk fungsi ini relatif lebih mudah diubah kedalam
bentuk linier sederhana, namun berkenaan dengan asumsi yang ada, bentuk Cobb-
Douglas mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: (1) Elastisitas produksi
adalah konstan, (2) Elastisitas subtitusi input bersifat elastis sempurna atau, (3)
Elastisitas harga silang untuk semua faktor dalam kaitannya dengan harga input
lain mempunyai besaran dan arah yang sama, dan (4) Elastisitas harga permintaan
input terhadap harga output selalu elastis.

Secara matematis bentuk umum dari fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai
berikut :
n
Y = A ∏ Xiβi ..…………………………………………………...…....(2.7)
i

Dalam memudahkan pendugaan fungsi dan menguji pengaruh antara variabel


independent terhadap produksi yang menyatakan dalam hubungan Y dan X maka:

LogY= log A+βilogXi+ μ………………………...…..………..….…..…(2.8)

Keterangan :

Y = Produksi

Xi = Faktor Produksi

A = Konstanta

βi = Parameter yang diharapkan

e = Bilangan Eksponensial

μ = Kesalahan Pengganggu

i = 1,2,3……….n
21

Menurut Soekartawi (1994), fungsi Coubb-Douglas memiliki beberapa kelebihan


antara lain :

Relatif mudah dan sederhana dibandingkan dengan fungsi produksi lain


karena dapat ditransformasikan ke dalam bentuk linear sederhana.
Koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi
yang optimum dari pemakaian faktor – faktor produksi.
Jumlah elastisitas dugaan dari masing – masing faktor produksi merupakan
produksi yang digunakan dalam proses pendugaan skala usaha (return to
scale) atas perubahan faktor – faktor produksi yang sedang digunakan
dalam proses produksi yang sedang berlangsung dalam periode tertentu.

2.7. Konsep Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi

Tujuan dari analisis efisiensi adalah untuk mengestimasi kebutuhan


meningkatkan produksi dan atau mengurangi faktor produksi dalam
mencapai produksi optimum. Tinggi rendahnya produksi tergantung pada
bagaimana faktor produksi yang digunakan. Untuk mencapai tingkat
produksi yang tinggi maka perlu adanya penggunaan faktor produksi yang
optimal. Soekartawi (1994), mengungkapkan bahwa prinsip optimalisasi
penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
menggunakan ataupun mengkombinasikan faktor produksi tersebut
seefisien mungkin. Berdasarkan ilmu ekonomi, maka pengertian efisiensi ini
dapat digolongankan ke dalam tiga bagian yaitu 1) efisiensi teknis yaitu
penggunaan faktor produksi dimana faktor produksi tersebut dapat
menghasilkan produksi yang maksimum atau efisien secara fisik, 2) efisiensi
alokatif (efisiensi harga), merupakan suatu kondisi dimana nilai produk
marginal dari suatu produksi adalah sama dengan harga faktor produksi
yang bersangkutan, dan 3) efisiensi ekonomis adalah usaha yang dilakukan
dalam mencapai efisiensi teknik dan efisiensi harga.

Efisiensi teknik per individu usahatani diistilahkan sebagai rasio output yang
diharapkan (Y) terhadap output frontier ( ^y ) pada tingkat teknologi yang ada.
Secara matematis efiensiensi teknis dirumuskan sebagai berikut :

Y
ET = ………………………………..………………………………..(2.9)
Y^

Dimana : Y = produksi aktual

Y^ = produksi potensial

Telah dijelaskan bahwa sasaran dari proses produksi adalah mencapai efisiensi
yang tinggi dalam berproduksi. Ada dua konsep yang perlu diperhatikan
22

perbedaannya untuk mengukur efisiensi, yaitu fungsi produksi batas (production


frontier) dan fungsi produksi rata-rata (konvensional).

Secara matematis hubungan antara efisiensi tehknik, efisiensi harga, dan efisiensi
ekonomis adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1994) :

EE = ET x EH......................................................................................(2.10)

Dimana : EE = Efisiensi Ekonomi

ET = Efisiensi Teknik

EH = Efisiensi Harga

Menurut Soekartawi (2004), bahwa dalam kehidupan sehari-hari kenyataan yang


sebenarnya nilai produksi marjinal tidak selalu sama dengan satu melainkan yang
sering terjadi adalah suatu kondisi yang menunjukkan evaluasi terhadap
penggunaan berbagai faktor produksi selama proses produksi yang dinyatakan
dengan efisien atau belum efisiennya penggunaan dari faktor produksi tersebut
yaitu sebagai berikut :

NPM Xi
<1 artinya : Penggunaan faktor produksi ke- i tidak efisien, maka dalam hal
P xi
ini perlu adanya pengurangan faktor produksi ke-i agar efisien.

NPM Xi
>1 artinya : Penggunaan faktor produksi ke- i belum efisien, maka dalam
P xi
hal ini perlu adanya penambahan faktor produksi ke-i agar efisien.

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Widowati (2007), melakukan penelitian tentang “Analisis Ekonomi Usahatani Padi


Organik di Kabupaten Sragen”. Dengan análisis model regresi linier berganda
doublé-log dari variabel independen terhadap variabel dependen pendapatan
usahatani padi menunjukkan, bahwa hasil estimasi model tidak terdapat masalah
multikoliner, heteroskedastik, dan autokorelasi. Hasil uji F signifikan, dan nilai
koefisien determinasi (R2) adalah 0,7693. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa
koefisien regresi parsial luas lahan (0,970), modal usahatani (0,042) dan variabel
dummy sistem tanam (-0,270) adalah signifikan pada tingkat siginifikansi α = 0,05,
sedangkan koefisien regresi parsial tenaga kerja (0,237) biaya benih (0,177) dan
biaya pupuk (-0,35) tidak signifikan pada α = 0,05. Berdasarkan hasil estimasi
tersebut terdapat pengaruh yang signifikan dari luas lahan, modal usaha, sistem
tanam terhadap pengaruh yang signifikan dari luas lahan, modal usaha, sistem
tanam terhdap pendapatan usahatani padi. Sedang variabel tenaga kerja, biaya
benih dan biaya pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
usahatani padi.

Penelitian Siregar (2010), tentang Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor


Produksi pada Usahatani Jagung Hibrida di Kecamatan Kumpeh Kabupaten
23

Muaro Jambi diketahui bahwa faktor produksi seperti lahan dan benih belum
mencapai efisiensi ekonomis. Untuk mencapai penggunaan faktor produksi yang
efisien di daerah penelitian, maka diperlukan penambahan penggunaan faktor
produksi lahan dan benih. Sedangkan, faktor produksi berupa tenaga kerja tidak
efisien, maka diperlukan pengurangan penggunaan tenaga kerja.

Penelitian Nahriyanti (2008), tentang Analisis Efisiensi Ekonomis Penggunaan


Faktor-faktor produksi pada Usahatani Jagung (Studi Kasus Petani jagung di
kelurahan Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap), diketahui bahwa
penggunaan faktor-faktor produksi yang belum efisien adalah luas lahan dan pupuk
phonska sedangkan yang tidak efisien dari tenaga kerja dan penggunaan benih.

Hapsari (2009), melakukan “Analisis Usahatani Padi Model Pembangunan


Pertanian Berbasis Lokal ditinjau dari peningkatan pendapatan petani (Kasus Pada
Kelompok Tani Marsudimulyo Di Kabupaten Boyolali)”. Model analisis yang
digunakan adalah (1) produktivitas, (2) kelayakan usaha tani, (3) efisiensi usahatani
padi digunakan Revenue Cost Ratio (R/C ratio) (4) kemanfaatan usahatani padi
digunakan Increamental B/C ratio. Hasil penelitian menyatakan rata-rata
produktivitas padi dengan pnerapan MPPBL (75,25 Ku/Ha/MT) lebih tinggi
daripada rata-rata produktivitas padi tanpa penerpaan MPPBL (71,39 Ku.Ha/MT).
Rata-rata pendapatan usahatani padi dengan penerapan MPPBL (Rp.
11.487.549,84/Ha/MT) lebih besar daripada rata-rata pendapatan usahatani padi
tanpa penerapan MPPBL (Rp. 7.350.528,57/Ha/MT). Efisiensi usahatani padi
dengan penerapan MPPBL (R/C Ratio= 2,11) maupun efisiensi usahatani padi
tanpa penerapan MPPBL (R/C Ratio = 2,07) pada dasarnya sama. Sedangkan nilai
Increamental B/C sebesar 1,56.nilai tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi
dengan penerapan MPPBL lebih menguntungkan daripada usahatani MPPBL
bahwa petani padi organik pendapatannya lebih besar daripada padi anorganik.
Faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan yakni pendapatan, saluran
pemasaran yang paling efisien.

2.8. Kerangka Pemikiran

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memenuhi


kebutuhan pangan nasional terutama beras. Indonesia seperti halnya di mayoritas
negara di dunia melakukan peningkatan produksi pertanian melalui revolusi hijau.
Namum seiring berjalannya waktu, revolusi hijau memunculkan berbagai dampak
negatif bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Adapun dampak yang
ditimbulkan yaitu menurunkan produktivitas lahan, dan lain-lain.

Untuk meningkatkan produksi padi organik yang berpengaruh pada output yang
diperlukan adalah mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani dalam
melaksanakan usahatani padi organik dan menganalisis penggunaan faktor-faktor
produksi pada usahatani agar lebih efisien. Dengan adanya penyediaan fsktor
produksi yang memadai (cukup) sebelum melakukan proses produksi, maka perlu
dilakukan pemanfaatan faktor produksi tersebut dengan seefisien mungkin. Dengan
melakukan kombinasi yang efisien antar faktor produksi maka diharapkan
24

perolehan produksi yang tinggi. Salah satu cara dalam mencapai hal tersebut dapat
dilakukan dengan menerapkan efisiensi ekonomis terhadap produksi.

Rendahnya produksi yang dicapai salah satunya dapat disebabkan belum efisiennya
penggunaan faktor produksi (input) yang digunakan dalam usahatani padi organik
tersebut seperti: penggunaan lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan obat-obatan.
Luas lahan dalam usahatani dapat mengalami perubahan sesuai dengan perubahan
kondisi faktor produksi lainnya yang bisa saja bertambah atau berkurang.
Penggunaan luas lahan akan menjadi ukuran dalam menentukan jumlah tenaga
kerja, benih, pupuk dan obat-obatan yang digunakan petani dalam usahataninya.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang juga diperlukan dalam usahatani
padi organik. Pada daerah penelitian, tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga
kerja dalam keluarga dan tenga kerja luar keluarga. Benih juga diperlukan dalam
usahatani padi organik karena benih memegang peranan penting, penggunaan
benih yang berkualitas akan menghasilkan produksi yang tinggi pula. Untuk
memperbaiki kondisi tanah maka dibutuhkan pupuk untuk memperbaiki kondisi
tanah seperti menambah unsur hara yang kurang yang sangat dibutuhkan oleh padi
organik dengan baik.

Adapun yang menjadi dasar pemikiran adalah adanya masukan faktor-faktor


produksi yang mempengaruhi produksi usahatani dengan efisiensi suatu usahatani
maka akan dapat menghasilkan peningkatan produksi usahatani. Untuk lebih
jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat dalam skema
kerangka pemikiran berikut ini:

Usahatani Padi Organik

Penggunaan Faktor
Produksi :

Luas Lahan
Benih
Pupuk Organik
Obat-Obatan
Tenaga Kerja

Produksi Padi Organik Harga Faktor


Produksi
Harga Output
25

Efesiensi Ekonomi
Penggunaan Faktor Produksi

Gambar 1. Skema Pemikiran Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor


Produksi Usahatani Padi Organik Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari.

2.9. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan uraian pada tinjauan pustaka serta kerangka


pemikiran, maka dapat dirumusakan hipotesis sebagai berikut :

Diduga penggunaan faktor produksi, luas lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi organik di Desa
Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian.

Penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga
kerja pada usahatani padi organik belum efisien secara ekonomis.
26

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian


Kabupaten Batanghari. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus sampai
dengan tanggal 29 September. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan
merupakan daerah sentra produksi padi organik. Objek pada penelitian ini terdiri
dari 3 kelompok tani yang ada di desa Pasar Terusan.

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah tingkat efisiensi ekonomi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi organik. Faktor produksi
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan
obat-obatan. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

Indentitas petani yang meliputi nama, umur, tingkat pendidikan, lama


pengalaman berusahatani dan jumlah anggota keluarga.
Jumlah luas lahan (Ha) yang diusahakan petani
Jumlah produksi padi sawah organik (Kg) dalam bentuk gabah kering
giling (GKP)
Jumlah penggunaan faktor produksi selama satu kali musim tanam padi
sawah organik.
Harga jual produksi padi sawah organik gabah kering giling (Rp/Kg)
Data-data yang dianggap perlu dan berhubungan dengan penelitian ini.

3.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer 36 dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan dari petani padi organik. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari
laporan hasil penelitian, instansi terkait, dan literatur-literatur yang digunakan
dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu terdiri dari :

Observasi, yaitu pengamatan dan peninjauan langsung kegiatan usahatani


padi organik.
27

Interview, yaitu pengumpulan data yang berasal dari wawancara dengan


mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan
(kuisoner) secara langsung dengan petani padi organik.
Studi Pustaka, yaitu guna menunjang pengumpulan data dilapangan
diperlukan studi kepustakaan dimana digunakan literature yang
berhubungan dengan judul penelitian.

3.3. Metode Penarikan Sampel

Penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Desa Pasar Terusan Kecamatan


Muara Bulian. Desa Pasar Terusan dipilih dengan pertimbangan bahwa Desa
tersebut merupakan desa yang mengusahakan padi organik dan memiliki lahan
yang cukup luas. Adapun luas lahan dan produksi padi organik di Desa Pasar
Terusan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Organik pada 3 Kelompok
Tani di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian, Tahun 2014.

Luas Panen Produksi Produktivitas


No Nama Poktan
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Payo Kering I 50 343 6,86
2 Payo Kering II 161 1.092 6,78
3 Sumber Rezeki 225 1.562 6,94
Jumlah 436 2.997 6,86
Sumber : BP3K Kecamatan Muara Bulian dan PPL Setempat (data diolah).

Penarikan sampel responden didasarkan pada penarikan penarikan sampel


minimal 5 persen, hal ini sesuai dengan pendapat Singarimbun (1995), yang
menyatakan bahwa dalam suatu penelitian yang menggunakan metode survey
tidaklah perlu untuk meneliti populasi secara keseluruhan, karena selain
membutuhkan biaya yang cukup besar juga membutuhkan waktu yang lama dan
makin seragam populasi, maka makin kecil sampel yang diambil. Diketahui bahwa
jumlah petani padi organik adalah 445 petani yang terdiri dari 3 kelompok tani.
Untuk kelompok tani Payo Kering I berjumlah 87 diambil 10% sehingga di dapat
sampel 9 petani, untuk kelompok tani Payo Kering II berjumlah 183 petani diambil
10% didapat sampel 18 petani, dan untuk kelompok tani Sumber Rezeki berjumlah
175 petani diambil 10% didapat sampel sebesar 18 petani. Sehingga jumlah sampel
petani adalah sebanyak 45 petani.

Tabel 4. Jumlah Sampel dari Anggota Kelompok Tani yang Mengusahakan Padi
Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian.
28

No Nama Kelompok Jumlah Anggota Sampel


1 Payo Kering I 87 9
2 Payo Kering II 183 18
3 Sumber Rezeki 175 18
Jumlah 445 45
Sumber : BP3K Kecamatan Muara Bulian dan PPL Setempat (data diolah).

3.4. Model dan Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan data yang tersedia dan tujuan
yang hendak dicapai. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan
diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut baik secara metode analisis deskriftif
maupun metode kuantitatif. Analisis Deskriftif, analisis ini digunakan untuk
menggambarkan kondisi dan situasi dalam penelitian yang berbentuk pernyataan-
pernyataan, yang dilukiskan dengan perkataan serta untuk melihat gambaran
umum dan karateristik responden dalam penelitian ini (petani sampel).

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan produksi padi


organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian digunakan model fungsi
produksi Cobb-Douglas, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS). Adapun alat bantu yang akan digunakan untuk mengolah data adalah
program Eviews7.

Data-data dan informasi yang diperoleh dari petani selanjutnya akan dianalisis dan
diregresikan. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan sebab
akibat antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam analisis
regresi tersebut, selain mengukur kekuatan hubungan juga menunjukkan arah
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Maka model dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Model fungsi produksi Cobb-Douglas


n
Y = A ∏ Xiβi ..……………..……………………………………...….....(3.1)
i
Dalam penelitian ini model ditransformasikan menjadi:

LogY=A + β1logX1+ β2logX2+ β3logX3+ β4logX4+β5logX5………….....(3.2)

Keterangan:

Y = Jumlah total produksi padi (kg)

X1 = Luas lahan usahatani padi organik (ha)

X2 = Jumlah benih padi (kg)

X3 = Pupuk Organik (kg)

X4 = Penggunaan obat-obatan (liter)


29

X5 = Tenaga Kerja (HOK)

A = Konstanta

βi = Koefisien Regresi; i = 1,2,3, …5

αi = Koefisien Regresi; i = 1,2,3, …5

μ = Kesalahan Pengganggu

Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dari analisis regresi
linear akan diperoleh koefisien regresi pada masing-masing variabel independen
dan juga berapa besar hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
secara bersama-sama mempengaruhi produksi padi organik di wilayah penelitian.

Untuk menguji apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama


berpengaruh terhadap variabel terikat digunakan uji bersama atau uji F dengan
menghitung terlebih dahulu besarnya variabel tidak bebas (dependent variabel) yang
dapat diterangkan oleh variabel bebas (independent variabel) yang dapat dihitung
dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) (Gujarati, 2003), yaitu sebagai
berikut :

bi ∑ xiyi
R 2= ................................................................................. (3.3)
∑ yi2

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

bi = Koefisien regresi variabel ke – i

x1 = Nilai simpangan suatu variabel ke – i dari nilai rata – ratanya ( x i− x́ )

yi = Nilai simpangan suatu variabel ke – i dari nilai rata – ratanya( y i− ý)

y 2i = Nilai kuadrat simpangan variabel ke – i dari nilai rata – rata ( y i− ý)2

Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukkan bahwa


model ekonometrika yang digunakan semakin baik. Berarti semakin besar nilai R2
maka semakin besar pula kemampuan variabel X untuk menjelaskan varabel Y.
Setelah nilai dari koefisien determinasi R2 di dapat, maka dihitung nilai dari Uji F
dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : R2 = 0

Ha : R2 ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :


30

Fhitung ≥ FTabel maka Ho ditolak atau Ha diterima artinya secara bersama-sama


variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Fhitung ≤ FTabel maka Ho diterima atau Ha ditolak artinya secara bersama-sama


variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Nilai Fhitung dicari dengan rumus berikut:

R2 /( k−1)
F hit = .......................................................................................(3.4)
(1−R¿ ¿2)/( n−k ) ¿

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi (goodness of fit)

k = Jumlah variabel independent atau derajat bebas (db) regresi

n = Jumlah sampel penelitian

Selanjutnya untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas


terhadap variabel terikat digunakan uji t (t-test) dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : βi = 0

Ha : βi ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika thit ≥ tTabel (α = 5 % db = n-1) maka tolak Ho atau terima Ha artinya secara
parsial variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Jika thit ≤ tTabel (α = 5 % db = n-1) maka terima Ho atau tolak Ha artinya secara
parsial variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Nilai thitung dicari dengan rumus berikut:

bi
t hit = ................................................................................(3.5)
Sbi

Dimana :

Thit = Nilai t hitung

bi = Koefisien regresi perkiraan ke- bi

Sbi = Standar eror perkiraan ke- bi

i = 1,2,3,4, dan 5

Nilai t hitung yang di dapat selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel pada
derajat kebebasan (df) tertentu dan pada taraf nyata tertentu dengan keputusan
sebagai berikut :
31

th > tt tolak H0

th ≤ tt terima H0

Tujuan mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi dilakukan dengan cara


membandingkan antara nilai produk Marginal (NPM) dengan harga dari faktor
produksi yang digunakan (Hxi) yang merupakan biaya korbanan per unit.

Menurut Soekartawi (2013), efisiensi ekonomis tertinggi akan terjadi jika petani
mampu membuat suatu upaya sehingga Nilai Produk Marginal (NPM) untuk suatu
faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Pxi) atau dapat dituliskan
sebagai berikut :

NPMxi = Pxi atau

y
PMX1 = bi .
Xi

Dimana : b = Elastisitas Produksi.

Y = Rata-rata Produksi

Py = Harga Produksi

X = Jumlah Faktor Produksi X.

Kondisi efisien harga menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X,
atau dapat dituliskan sebagai berikut :

NPMX1 = NPMxi / Pxi

IExi = PMX1 / NPMX1

Dimana :

Px = Harga faktor produksi X

Dalam praktek nilai Y, Pxi, X dan Py adalah diambil nilai rata-ratanya.

Dalam banyak kenyataan NPM tidak selalu sama dengan P yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :

NPMxi
< 1 Artinya : Penggunan faktor produksi ke-1 tidak efisien, untuk
Hxi
mencapai efisien maka faktor produksi perlu dikurangi.

NPMxi
= 1 Artinya : Penggunaan Input sudah efisien.
Hxi
32

NPMxi
> 1 Artinya : Penggunaan faktor produksi ke-i belum efisien, untuk
Hxi
mencapai efisien maka faktor produksi perlu ditambah.

Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang diterima untuk setiap rupiah
yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi dan untuk mengetahui efisiensi usaha
maka dapat digunakan R/C rasio. Menurut Suratiyah (2011), analisis R/C rasio
adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang diterima
untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Formula yang
digunakan untuk menghitung R/C rasio adalah sebagai berikut :

Penerimaan ( R)
R/C= ..............................................................................(3.6)
Total Biaya(C)

Keterangan :

R/C = 1, Artinya pengeluaran biaya produksi sebesar Rp. 1 akan mendapat


penerimaan sebesar Rp. 1.

R/C > 1, Artinya untuk pengeluaran biaya produksi sebesar Rp. 1 akan
mendapatkan penerimaan lebih besar dari Rp. 1.

R/C < 1 Artinya pengeluran biaya produksi sebesar Rp. 1 akan


mendapatkan penerimaan lebih kecil dari Rp. 1.

3.5. Konsepsi Pengukuran

Padi Organik adalah Padi yang disahkan oleh sebuah badan independen,
untuk ditanam dan diolah menurut standar organik yang ditetapkan.
Petani sampel adalah petani yang mengusahakan padi sawah organik.
Jumlah Produksi adalah Jumlah total produksi padi organik dalam sekali
musim tanam (Kg)
Luas Lahan adalah luas lahan garapan yang digunakan untuk usahatani
padi organik dalam satu kali musim tanam (Ha)
Benih adalah jumlah pemakaian benih padi organik yang digunakan pada
sekali musim tanam (Kg).
Pupuk adalah jumlah pupuk organik yang digunakan petani untuk
meningkatkan produksi padi organik per satuan luas dalam satu kali musim
tanam (Kg).
Obat-obatan adalah obat-obatan yang digunakan dalam usahatani padi
organik pada satu kali musim tanam (Liter).
Tenaga Kerja adalah jumlah curahan tenaga kerja yang digunakan dalam
satu kali musim tanam padi organik (HOK).
Harga faktor produsksi adalah harga yang berlaku di daerah penelitian
atau tempat usahatani dari setiap penggunaan input. (Rp)
33

Harga output adalah nilai harga dari nilai jual gabah kering giling (GKP)
yang dibayar oleh pembeli. (Rp)
Biaya usahatani adalah seluruh pengeluaran untuk memenuhi biaya
produksi usahatani padi sawah organik dalam satu tahun musim tanam
yang meliputi biaya benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja yang
dinyatakan dalam rupiah (Rp)
Efisiensi Ekonomi adalah suatu ukuran perbandingan antara Nilai Produk
Marginal (NPM) dengan Harga Faktor Produksi (Hx) sama dengan satu.
Penerimaan usahatani padi sawah organik adalah besarnya nilai produksi
padi sawah organik yang dihitung dari besarnya produksi dikalikan dengan
harga gabah kering padi pada saat itu (Rp)
R/C ratio adalah ratio imbangan antara biaya dengan penerimaan yang
dihasilkan dimana R/C Menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh
dari setiap rupiah yang dikeluarkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis dan Iklim


34

Desa Pasar Terusan merupakan salah satu dari 20 kelurahan atau desa yang
ada di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari yang meliputi luas wilayah
3.600 Ha. Desa Pasar Terusan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Rantau Kapas Tuo


Sebalah selatan berbatasan dengan Desa Simpang Terusan.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tembesi.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mauro Sebo Ilir.

Secara umum keadaan topografi Desa Pasar Terusan adalah merupakan daerah
dataran rendah, adapun jenis tanah yang terdapat di Desa Pasar Terusan adalah
Alluvial.

Luas wilayah : 3600 Ha

Tanah sawah : 820 Ha

Tanah pekarangan : 800 Ha

Tanah perkebunan : 900 Ha

Iklim Desa Pasar Terusan sebgai mana desa – desa lainnya di wilayah
Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pengaruh pola tanam yang ada di Desa Pasar Terusan
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

4.1.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan potensi 47 yang cukup mempengaruhi terhadap


pertumbuhan ekonomi suatu daerah, hal ini karena penduduk merupakan
sumberdaya manusia yang bertugas sebagai pengelola sumber daya alam yang ada.
Potensi ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya.

Jumlah penduduk di Desa Pasar Terusan Kecamata Muara Bulian Kabupaten


Batanghari berdasarkan pendataan tahun 2012 berjumlah 3.164 jiwa yaitu laki –
laki 1.542 jiwa dan perempuan 1.622 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan
distribusi umur pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan distribusi umur di Desa Pasar Terusan


Kecamaan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)


1 0–4 383
2 5–9 275
3 10 – 14 296
35

4 15 – 19 143
5 20 – 24 127
6 25 – 29 150
7 30 – 34 258
8 35 – 39 332
9 40 – 44 183
10 45 – 49 269
11 50 – 54 213
12 55 – 59 275
13 60 – 64 186
14 >65 74
Jumlah 3164
Sumber: Data Monografi Desa Pasar Terusan

Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Pasar Terusan


Kecamatan Muara Bulian di dominasi oleh anak-anak yaitu sejumlah 383 dengaan
kisaran 0-4 jumlah terbesar ke dua usia 35-59 dengan jumlah 258.

4.1.3 Mata Pencarian Penduduk

Keadaan penduduk menurut mata pencarian di Desa Pasar Terusan


Kecamatan Muara Bulian Kabupetan Batanghari bervariasi, sebagian besar
bermata pencarian di sektor pertanian, perkebunan, sedangkan pegawai negeri,
swasta, dan lainnya hanya sebagian kecil saja. Lebih jelasnya keadaan penduduk di
Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari berdasarkan
mata pencarian dapat dilihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Jumlah Dan Persentase Mata Pencarian Di Desa Pasar Terusan


Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari Tahun 2014.

Jenis Mata Pencarian Jumlah (Orang)


Petani 971
Buruh Tani 1451
Swasta 591
Pedagang 91
Pegawai Negeri Sipil 112
Montir 3
Sumber: Data Monografi Desa Pasar Terusan

Tabel 6 di atas sebagian besar penduduk di Desa Pasar Terusan Kecamatan


Muara Bulian Kabupaten Batanghari bemata pencarian sebagai buruh tani dan
petani. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peran utama
dalam perekonomian rakyat, dimana usaha-usaha dalam pemeliharaan diharapkan
secara tidak langsung akan dapat meningkatkan produksi dan taraf hidup
masyarakat khususnya dari segi ekonomi.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Penunjang


36

Sarana dan prasarana pertanian merupakan hal yang sangat penting dalam
prasarana proses produksi dan pegembangan agribisnis. Sarana dan prasarana
meliputi alat – alat trasnportasi ( mobil, motor, perahu dan sepeda), komunikasi
(Telepon, hendpone,radio,televisi). Kondisi sarana dan prasarana umum di desa
Pasar Terusan dapat dilihat dari Tabel 7.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara


Bulian Kabupaten Batanghari tahun 2014.

Sarana Dan Prasarana Jumlah


Balai Desa 1
TK 1
SD 3
Polindes 3
Jalan Kabupaten 1
Jalan Kecamatan 1
Jalan desa 3
Lapangan Bola Volly 2
Mesjid / Moshola 7
Lapangan Sepak Bola 1
Tempat Pertemuan Kelompok tani 2
Tempat Penggilangan Padi 7
PAUD 5
Aliya 1
MTS 1
Sumber: Data Monografi Desa Pasar Terusan

4.1.5 Keadaan Pertanian

Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang
dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup masyarakat. Komoditas pertanian yang
diusahakan di Desa Pasar Terusan yang menjadi skala prioritas untuk andalan
daerah dan mempunya kontinuitas pada usahatani padi sawah. Desa Pasar Terusan
komoditi yang dominan yaitu komoditi padi Sawah di samping komoditi – komoditi
yang lainnya. Hai ini menujukan bahwa di Desa Pasar Terusan banyak yang
mengusahakan tanaman padi sawah. Selain mengusahakan tanaman padi sawah
tanaman yang diusahakan adalah tanaman perkebunan seperti karet. Kentalnya
kebiasaan yang ada di Desa Pasar Terusan dalam budidaya padi sawah organik
terlihat hampir seluruh rakyat Desa Pasar Terusan mengusahakan padi sawah
organik diketahui begitu mudahnya memperoleh pupuk dan pestisida organik
penduduk desa Pasar Terusan tetap mempertahankan usahatani padi sawah
organik desa ini mempunyai motto ” Malu Tidak Bahumo”.

4.2 Deskripsi Kegiatan Usahatani Padi Sawah Organik

Pertanian yang diterapkan di Desa Pasar Terusan lebih mendekati sistem pertanian
alamiah dimana dalam pelaksanaan budidayanya memanfaatkan pupuk organik
dari kotoran hewan ternak. Pertanian di daerah ini tergolong pertanian organik
37

karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Hal itu mengacu pada salah
satu pengertian mengenai pertanian organik.

Sebagian besar penduduk Desa Pasar Terusan dimana jumlah total kepala
keluaraga adalah 612 KK dimana ada 520 KK atau 84,96 % KK yang
mengusahakan usahatani padi sawah organik. Petani di Desa Pasar Terusan sudah
menggunakan pupuk organik seperti yang digunakan dalam pertanian organik
pada umumnya, yaitu pupuk kandang dan pelepasan hewan ternak kerbau selama 6
bulan di lahan sawah selain itu petani juga mendapatkan bantuan dari pemerintah
yaitu berupa pupuk petrorganik. Petani di daerah ini sebagian besar sudah
menyadari dampak positif dari pupuk organik atau pun pupuk kandang terhadap
kesuburan dan produktivitas tanah. Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk
utama dalam mengolah sawah pertanian sudah diterapkan masyarakat Desa Pasar
Terusan secara turun temurun. Jadi, sistem pertanian organik sebagai inovasi saat
ini sesuai dengan kebiasaan budidaya petani Desa Pasar Terusan. Biasanya petani
padi sawah di desa pasar terusan melakukan tradisi Sedekah Bubur sebelum
menanam padi, tradisi ini sudah turun menurun agar hasil panen yang diterima
petani baik dan tidak terjadi gagal panen.

Usahatani padi sawah organik diusahakan satu kali dalam setahun. Biasanya
penanaman dimulai pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan berkisar
Juni-November. Usahatani padi sawah organik pada umumnya dilakukan petani
pada lahan milik sendiri, dengan luas lahan rata-rata yang dimiliki 0.5 - 2.0 ha.
Dalam pengelolaannya, tenaga kerja yang banyak digunakan adalah tenaga kerja
dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya digunakan pada saat
pengolahan lahan, penanaman, pemanenan dan pascapanen dengan sistem upahan
atau dengan sistem gotong-royong.

Langkah awal yang dilakukan petani adalah seleksi benih dengan cara perendaman
benih dan dapat sekaligus dilakukan pemilahan, benih yang hampa akan
mengapung ke permukaan air sedangkan yang bernas akan tenggelam, hanya benih
yang bernas yang dipilih petani. Benih yang biasa digunakan petani desa pasar
terusan adalah benih lokal seperti benih PB, Kuning Betung, Gadis Jambi, Karya
Rendah, Sempol dan Rimbun Daun, alasan petani menggunakan benih lokal adalah
bemih rentan terhadap penyakit.

Penyiapan lahan pada umumnya dilakukan petani desa pasar terusan dengan
melakukan pembajakan dengan pencangkulan, handtractor ataupun dengan cara
tradisional menggunakan tenaga kerbau guna untuk perbaikan tanah dan
pemberantasan gulma. Setelah dibajak tanah sawah dibiarkan selama seminggu,
seminggu kemudian tanah dapat dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi
kecil dengan cara pencangkulan. Setelah pembajakan yang dilakukan sebanyak dua
kali, petani memberikan pupuk dasar guna untuk menyatu dengan tanah, pupuk
yang biasa petani gunakan adalah pupuk kandang atau pupuk petroorganik yang
didapat dari bantuan subsidi pemerintah. Lahan yang sudah dibajak dan diberi
pupuk dibiarkan tergenang selama empat hari, setelah empat hari kemudian lahan
38

akan di garu agar tanah menjadi rata dan menjadi lumpur halus dan pupuk
menyatu dengan tanah.

Penanaman padi dilakukan petani dengan jarak 25cm x 25cm atau 30cm x 30cm
dengan kedalaman berkisar 5cm dan jumlah butir yang dimasukan kedalam
rumpun berkisar 3-4bibit. Petani melakukan penyiangan pertama pada saat
tanaman beruumur sekitar empat minggu, penyiangan kedua pada umur berkisar
35 hari dan ketiga pada umur berkisar 55 hari, penyiangan dilakukan dengan cara
pencabutan gulma di areal persawahan atau dengan cara memberikan pestisida
berupa supremo untuk menekan pertumbuhan gulma.

Padi sawah organik tidak lepas dari serangan hama dan penyakit, pada umumnya
petani di desa pasar terusan melakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan
menggunakan berbagai obat-obatan yang memiliki kandungan organik. Obat-
obatan yang digunakan petani adalah (1) explore, agar padi lebih tahan dari
penyakit rebah, kualitas gabah lebih baik , dan menjaga daun bendera agar selalu
sehat sehingga pengisian bulir padi akan optimal sampai pangkal malai. (2)
Astonish, guna untuk menutrisi tanaman padi, serta (3) Abolisi, untuk pengendalian
gulma dan alang-alang. Selain menggunakan obat-obatan petani juga memberantas
hama seperti keong emas dengan cara mengambil keong mas yang menempel pada
tanaman pada saat dia masih bergerak aktif. Biasanya dilakukan pada pagi hari
dan sore hari, menggunakan bangkai ikan untuk mengusir walang snagit dan
pelepah pisang agar terhindar dari serangan hama tikus.

Kegiatan pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit setelah dipanen gabah


dirontokan malainya, perontokan dilakukan dengan cara batang padi dipukul-
pukul ke kayu hingga gabah berjatuhan setelah dipukul malai diinjak-injak agar
gabah rontok. Kegiatan pascapanen meliputi pengeringan dan penggilingan,
pengeringan dilakukan dengan cara gabah yang dikeringkan dibawah sinar
matahari dan penggilingan dilakuakan petani desa pasar terusan dengan cara
modern dan tradisional. Secara tradisional petani menggunakan alat sederhana
yaitu lesung dan alu dengan cara ditumbuh,sedangkan cara modern dengan
menggunakan alat penggiling berupa huller.

Hasil panen pada umumnya digunakan untuk konsumsi sendiri, dijual dalam
bentuk gabah dengan harga jual Rp 5.000/kg , sebagian hasil juga disimpan dalam
lumbung pangan sebagai persediaan apabila terjadi paceklik.

4.3 Identitas Petani

4.3.1 Umur Petani

Umur akan mempengaruhi kemampuan fisik petani dalam bekerja dan


kemampuan dalam berpikir. Semakin tua umur petani maka kemampuan fisiknya
dalam bekerja akan semakin menurun. Menurut soekartawi (1988) menyatakan
bahwa semakin muda umur seseorang biasanya memiliki semangat untuk ingin
39

tahu tentang hal – hal yang belum petani ketahui, sehingga akan berusaha lebih
cepat dalam melakukan adopsi inovasi walaupun masih belum berpengalaman
dalam adopsi inovasi tersebut. Untuk lebih jelas tentang distribusi petani
berdasarkan umur di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Petani Sampel Berdasarkan


Umur Di Daerah Penelitian Tahun 2015.

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Petani


(KK) (%)
30 – 36 4 8,90
37 – 43 6 13,32
44 – 50 23 51,06
51 – 57 5 11,11
58 – 64 4 8,90
65 – 71 3 6,66
Total 45 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa umur petani sampel di daerah penelitian yang paling
dominan yaitu pada umur 44 - 50 sebanyak 23 orang atau 51,06 % persen. Menurut
Tohir dalam Nainggolan (2012), bahwa umur produktif ada pada jenjang 15 - 55
tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur petani sampel berkisar antara 44
– 50 tahun. Petani dalam usia produktif keadaan fisiknya diharapkan mampu untuk
menerapkan teknologi usahatani padi sawah organik. Begitu pula dalam
pengambilan keputusan seperti halnya mempertimbangkan masuknya teknik baru,
termasuk didalamnya teknologi baru untuk budidaya padi sawah organik. Petani
hendaknya dapat dengan cepat mengambil keputusan melalui bantuan pemikiran,
penerangan dan kegiatan penyuluhan pertanian.

4.3.2 Tingkat Pendidikan Petani

Pendidikan adalah hal yang paling penting sebagai dasar dalam


memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan pada umumnya
berpengaruh pada cara berpikir petani yang akan melaksanakan kegiatan
usahataninya, diharakan semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan diikuti pula
oleh pola pikir yang semakin rasional. Petani yang lebih lama mendapatkan
pendidikan formalnya besar kemungkinan akan mudah menerima pembaharuan
serta perubahan dalam cara berusahataninya mulai dari persiapan benih hingga
pascapanen padi sawah organik . Distribusi frekuensi dan persentase petani sampel
berdasarkan tingkat pendidikan formal di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 9:

Tabel 9. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Formal Di Daerah Penelitian Tahun 2015.
40

Jumlah Petani
Tingkat Pendidikan
(KK) (%)

Tingkat SD/Sederajat 23 51,11

Tingkat SMP/Sederajat 16 35,56

Tingkat SMA/Sederajat 6 13,33

Total 45 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015

Tabel 9 memperlihatkan bahwa pada umumnya petani sampel di daerah penelitian


yang paling dominan mengenyam pendidikan tingkat SD/Sederajat yaitu sebanyak
33 orang dengan jumlah persentase sebesar 39,29 %. Hal ini sejalan dengan
pendapat Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa petani yang berpendidikan
tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula
sebaliknya petani yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan
adopsi inovasi dengan cepat. Dan ini senada dengan pendapat Soehardjo dan
Patong dalam Soekartawi (1988), bahwa pendidikan akan mempengaruhi cara
berfikir, menerima dan mencoba hal-hal baru. Tingkat pendidikan petani sampel
dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
petani.

4.3.3 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga berkaitan dengan tingkat kepuasan seseorang dalam


bekerja, produksi dan pemenuhan kebutuhan. Anggota keluarga merupakan salah
satu sumberdaya manusia yang berpotensi sebagai tenaga kerja dalam mengelola
usahatani. Anggota keluarga diharapkan dapat membantu petani dalam usahatani
yang dilakukan. Anggota keluarga adalah semua orang yang tinggal dalam satu
rumah, memiliki hubungan kekeluargaan serta menjadi tanggungan biaya hidup
oleh kepala keluarga yang dalam hal ini adalah petani padi sawah organik. Jumlah
anggota petani padi sawah organik didaerah penelitian cukup bervariasi namun
sebagian besar petani hanya memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 sampai
6 orang dimana dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Didaerah Penelitian Tahun 2015.

Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Petani


41

(KK) (%)

1–2 3 6,67

3–4 15 33,33

5–6 25 55,56

7–8 2 4,44

Total 45 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015

Tabel 10 menunjukkan jumlah anggota keluarga petani padi sawah organik


di daerah penelitian terbanyak adalah sejumlah 5 sampai 6 orang yaitu sebanyak 25
orang 55,56 %. Besarnya jumlah anggota keluarga disamping dapat mendorong
petani untuk bekerja lebih giat dan juga untuk mengurangi upah tenaga kerja dari
luar anggota keluarga yaitu dengan menggunakan tenaga kerja keluarga itu sendiri.

4.3.4. Pengalaman Usahatani Petani Sampel

Pengalaman dalam berusahatani merupakan faktor utama yang harus dimiliki


seorang petani dan merupakan salah satu yang mempengaruhi keputusan petani
dalam menerima teknologi baru. Pada umumnya pengalaman berusahatani yang
didapat petani merupakan pengalaman yang secara turun temurun dari
orangtuanya. Disamping hal itu pengalaman juga di dapat dari berbagai pelatihan
baik formal maupun informal.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pengalaman Usahatani Petani Sampel di


Daerah Penelitian Musim Tanam Tahun 2014.

Selang Kelas Pengalaman Jumlah Petani


(Tahun) (KK) (%)
10 – 16 7 15,5
17 – 23 20 44,5
24 – 30 10 22,2
31 – 37 3 6,6
38 – 44 2 4,5
45 – 51 3 6,6
Total 45 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015

Tabel 11 menunjukkan bahwa adanya keragaman pengalaman berusahatani dari


petani sampel, pengalaman berusahatani terbesar didaerah penelitian berkisar
42

antara 17 - 23 tahun dengan jumlah petani 20 orang dan dengan persentase 44,5%.
Keadaan petani padi sawah organik di daerah penelitian tersebut dapat dikatakan
cukup memiliki pengalaman dalam berusahatani padi sawah organik, sehingga
diharapkan petani menjadi lebih terampil dalam proses pengambilan keputusan
dan pengelolaan usahatani padi sawah organik.

Petani dengan pengalaman berusahatani yang cukup lama mempunyai pengalaman


yang tinggi dan mendapatkan banyak pengetahuan dengan belajar dari
pengalaman berusahatani, sehingga petani mampu mengelola usahataninya dengan
baik serta akan berpengaruh positif terhadap adopsi teknologi terutama teknologi
dalam berusahatani padi sawah organik. Petani yang masih memiliki pengalaman
sedikit juga tetap bisa melakukan usahatani dengan baik melalui pengetahuan dari
pembelajaran dan keterampilan. Petani pada usahatani padi sawah organik
didaerah penelitian sebagian besar telah cukup berpangalaman dalam mengelola
usahataninya.

4.4. Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Organik

Alokasi penggunaan faktor – faktor produksi merupakan kunci utama dalam


mencapai produksi yang tinggi dari suatu usahatani. Secara umum input yang
digunakan diantaranya adalah lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.
Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Rata-rata Produksi dan Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi
Sawah Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014.

No Faktor Produksi Rata-rata


1 Produksi 4.674,89
2 Luas Lahan (X1) (Ha) 0,78
3 Benih (X2) (Kg) 18,71
4 Pupuk Organik (X3) (Kg) 1.475,11
5 Obat-obatan (X4) (Ltr) 1,94
6 Tenaga Kerja (X5) (HOK) 77,03
Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015

Dari Tabel 12 diatas terlihat bahwa petani sampel di daerah penelitian ini memiliki
dan menggunakan faktor produksi tersebut pada kegiatan usahatani padi sawah
organik. Penggunaan secara efisien faktor produksi pada usahatani padi sawah
organik di daerah penelitian ini perlu diterapkan untuk meningkatkan produksi
padi sawah organik.

4.4.1. Penggunaan Luas Lahan

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi adalah luas lahan. Dapat
dikatakan pula bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi. Semakin
luas lahan maka hasil yang diperoleh semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya
semakin sempit luas lahan yang digunakan untuk berusahatani maka produksi yang
43

dihasilkan juga sedikit. Distribusi Luas lahan petani sampel pada daerah penelitian
adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Luas Lahan Petani Sampel Pada Daerah Penelitian
Tahun 2014.

Luas Lahan Jumlah Petani


(Ha) Frekuensi (KK) Persentase (%)

0.5 – 1,0 40 88,9


1.1 – 1.5 3 6,66
1.6 – 2.0 2 4,44
Jumlah 45 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2015

Tabel 13 menunjukkan bahwa kebanyakan dari petani sampel memiliki luas


lahan berkisar antara 0,5 - 1.00 Ha yaitu 40 petani dengan presentase sebesar 88,9%
sedangkan luas lahan sebesar 1.1 – 1.5 Ha sebanyak 3 petani dengan persentrase
6,66% dan luas lahan sebesar 1,6 – 2.0 Ha hanya 2 petani dengan persentase 4,44%.
Keadaan ini menunjukkan bahwa daerah penelitian luas lahan yang diusahakan
masih relatif kecil. Dengan keadaan luas pemilikan lahan yang terbatas,
menyulitkan bagi petani untuk mengatur penggunaan faktor-faktor produksi secara
efisien dan ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Mosher (1985), yang
menyatakan bahwa pada usahatni berskala besar seperti peerusahaan pertanian,
penggunaan faktor produksi lebih mudah untuk diatur secara ekonomi sehingga
efisiensi pengusahaanya lebih baik dibandingkan dengan usahatani yang berskala
rendah.

4.4.2. Penggunaan Benih

Penggunaan benih di daerah penelitian dengan menggunakan benih lokal yang


disesuaikan berdasarkan luas lahan petani hal ini dikarenakan benih lokal mampu
tumbuh lebih tinggi. Penggunaan benih merupakan salah satu dari faktor produksi
yang utama dalam suatu usahatani, karena tanpa adanya benih yang ditanam maka
produksi tidak akan ada. Untuk melihat kondisi riil penggunaan benih maka
penggunaan benih perlu untuk diketahui bahwa kondisi penggunaan benih yang
dianjurkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Muara Bulian adalah
30 kg/ha.

Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Organik
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

Uraian Penggunaan Anjuran* (kg/ha) Selisih


Benih (kg/ha)
44

Per Petani 19.44 30 10,56

Per Hektar 24,3 30 5,7

Sumber : Hasil Olohan Data Primer, 2015

*) Penyuluh Pertanian Lapangan Kec, Muara Bulian

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata–rata penggunaan benih tidak sesuai anjuran.


Rata-rata penggunaan benih sebanyak 19,44 kg per petani dengan penggunaan
benih tidak sesuai anjuran hal ini dapat menyebabkan hasil produksi usahatani
padi sawah organik rendah.

4.4.3. Penggunaan Pupuk

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang sangat menentukan


dalam upaya peningkatan produksi. Untuk itu ketersediaan pupuk untuk tiap
musim panennya harus diperhatikan prinsip tepat waktu dan tepat jumlah yang
digunakan. Petani padi sawah organik telah menggunakan pupuk untuk
meningkatkan produksi usahataninya. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik yang terdiri dari pupuk kandang, dan pupuk petroorganik dimana
perbandingan komposisi penggunaan pupuk kandang dan petroorganik adalah 1:5.
Dimana 1 kg Pupuk Kandang setara dengan 5 kg pupuk petroorganik. (Petrokimia,
Gersik)

Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Organik
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

Jumlah Pupuk (Kg) Jumlah Petani


(KK) (%)
1.000 – < 1.477 30 66,68
1.478 – < 1.956 7 15,56
1.957 – < 2.434 2 4,44
2.435 – < 2.912 2 4,44
2.913 – < 3.390 1 2,22
3.391 – < 3.868 1 2,22
3.369 – < 4.346 1 2,22
4.347 – < 4.824 1 2,22
Total 45 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2015

Tabel 15 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dalam usahatani padi sawah


organik. Rendahnya penggunaan pupuk di daerah penelitian disebabkan karena
pengadaan pupuk yang tidak tepat waktu dan tepat jumlah pada saat pupuk
45

dibutuhkan. Selain itu petani masih mengandalkan pupuk yang berasal dari subsidi
pemerintah, daerah yang jauh dari jangkauan mengakibatkan harga pupuk
bersubsidi yang diterima pada tingkat petani lebih tinggi sehingga petani kurang
mampu dalam memenuhi kebutuhan saprodi usahataninya terutama pupuk.

4.4.4. Pengunaan Obat-obatan

Dalam melakukan pengendalian hama penyakit padi sawah organik, petani


di daerah penelitian menggunakan obat-obatan berupa pestisida organik dan
ramah lingkungan dengan dosis yang beragam. Pestisida yang digunakan adalah
jenis pestisida dalam bentuk cair. Jenis pestisida yang digunakan petani adalah
pestisida dengan merk dagang Explore untuk mengendalikan penyakit, Astonish
untuk menutrisi padi, Supremo untuk mengendalikan gulma, dan Ambolisi untuk
mengendalikan gulma. Rata-rata penggunaan obat-obatan pada berbagai kondisi
lahan dan jenis obat-obatan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 16
berikut :

Tabel 16. Rata-rata Penggunaan Obat-obatan Pada Usahatani Padi Sawah


Organik di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

No Jenis Obat-obatan Rata- rata Penggunaan Obat-obatan


(Liter)
1. Explore 0,42 20,2
2 Astonish 0,14 6,73
3 Supremo 0,98 47,11
4. Ambolisi 0,54 25,96
Total 2,08 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2015

Tabel 16 menunjukkan bahwa obat-obatan yang digunakan petani sampel


di daerah penelitian dengan rata-rata penggunaan seluruh obat-obatan sebanyak
2,08 liter/ha. Penggunaan obat-obatan petani sampel di daerah penelitian sebagian
besar digunakan untuk menutrisi tanaman padi, pengendalian penyakit padi dan
pengendalian gulma pada saat pengolahan lahan.

4.4.5. Penggunaan Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di daerah penelitian


bersumber dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar
keluarga (TKLK). Rata-rata penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 17 berikut:

Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Pada Usahatani Padi Sawah
Organik Per Proses Produksi di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

Penggunaan Tenaga  Rata-rata HOK


46

Kerja
Frekuensi (KK) (%)

Peng. Lahan 28,76 35,3

Penyemaian 6,25 7,7

Penanaman 19,31 23,7

Pemupukan 1,91 2,3

Penyiangan 2,30 2,9

Pengendalian Hama 1,23 1,5

Panen 3,85 4,7

Pasca panen 17,83 21,9

Total 81,44 100

Sumber: Olahan Data Primer, 2015

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja yang


terbesar pada saat pengolahan lahan, penanaman dan pasca panen. Penggunaan
tenaga kerja pada proses pengolahan lahan disebabkan pengolahan lahan secara
manual tanpa menggunakan mesin sehingga memperlambat pekerjaan, pada proses
produksi penanaman juga yang mana lahan adalah pasang surut dibeberapa bagian
tertutup oleh gambut sehingga menyulitkan petani untuk melakukan penanaman.
Sedangkan tenaga kerja pada saat proses pemanenan yang digunakan adalah
tenaga kerja saat melakukan pemanenan, pengangkutan hingga proses penjemuran.

Perhitungan tenaga kerja yang dibedakan antara tenaga kerja dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluaga bertujuan untuk melihat beda nyata antara penggunaan
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga terhadap
peningkatan produksi padi di daerah penelitian. Jika Peningkatan produksi padi
yang yang secara nyata dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga,
maka diharapkan alokasi penggunaan tenaga kerja luar keluarga dapat dikurangi
dan dilakukan penambahan penggunaan jam kerja dalam keluarga pada kegiatan
usahatani padi sawah di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar tenaga kerja yang digunakan
pada saat pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan merupakan tenaga kerja
luar keluarga dengan upah Rp 75.000 per hari baik untuk pria dan wanita. Untuk
pengolahan lahan tenaga kerja yang banyak digunakan adalah tenaga kerja pria,
sedangkan pada saat penanaman dan pemanenan tenaga kerja yang banyak
digunakan adalah tenaga wanita.

4.5. Analisis Fungsi Produksi


47

Hasil analisis penggunaan faktor produksi dilakukan melalui pendekatan fungsi


Cobb-Douglass, dimana variabel dependent (Y) adalah produksi padi sawah
organik dan independent (X) adalah faktor produksi yang digunakan pada
usahatani padi sawah organik. Variable X terdiri dari: lahan (X 1), benih (X2), pupuk
organik(X3), obat-obatan (X4), dan tenaga kerja (X5). Untuk mengetahui estimasi
parameter fungsi produksi padi sawah organik di daerah penelitian tahun 2014
dapat dilihat pada Tabel 18 berikut:

Tabel 18. Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Organik
pada Musim Tanam 2014.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

LGX1 0.624424 0.085668 7.288846 0.0000

LGX2 0.293736 0.074828 3.925482 0.0003

LGX3 0.041139 0.031086 1.323404 0.1934

LGX4 -0.048475 0.059497 -0.814744 0.4202

LGX5 0.078964 0.038804 2.034935 0.0487

C 7.132153 0.320243 22.27103 0.0000

R-squared 0.996203     Mean dependent var 8.392378

Adjusted R-squared 0.995716     S.D. dependent var 0.320314

S.E. of regression 0.020965     Akaike info criterion -4.768317

Sum squared resid 0.017142     Schwarz criterion -4.527429

Log likelihood 113.2871     Hannan-Quinn criter. -4.678516

F-statistic 2046.322     Durbin-Watson stat 2.291021

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Olahan dengan Eviews7

Dari hasil estimasi diatas dapat dituliskan untuk usahatani padi sawah
organik di daerah penelitian sebagai berikut :

Y = 7,132 X10,624. X20,293. X30,041. X4-0,048. X50,078


48

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar proporsi


dari faktor-faktor produksi berpengaruh terhadap hasil produksi. Hasil analisis
dengan program eviews 7 dapat dilihat pada nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.995.
Hal ini berarti 99.5 persen variasi hasil produksi padi organik dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya sebesar 0.5
persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.

Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama terhadap


jumlah produksi padi organik yang dihasilkan dapat diketahui dengan
menggunakan uji F, dari hasil analisis diperoleh nilai pada F-statistic sebesar
2046.32 dengan probabilitas 0.000000. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari alfa
(0,05) menunjukkan hasilyang signifikan, artinya variabel bebas yang terdapat
dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi organik di
Desa Pasar Terusan. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
Hermanto Siregar (2010) pada komoditas Jagung di Kelurahan Panreng Kecamata
Baranti Kabupaten Sidrap yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel
luas lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja berpengaruh terhadap
produksi jagung.

Pengaruh faktor produksi terhadap produksi padi organik secara parsial dapat
diketahui dengan melihat nilai probabilitas pada masing-masing variabel faktor
produksi. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari alfa (0,05) menunjukkan hasil
yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Berdasarkan hasil analisis
diatas, didapat bahwa nilai probabilitas faktor produksi luas lahan (x1), benih (x2),
dan tenaga kerja (x5) lebih kecil dari alfa (0,05) pada tingkat kepercayaan 95 persen
yang berarti secara parsial atau induvidu variabel bebas tersebut berpengaruh
nyata terhadap produksi padi organik. Sedangkan nilai probabilitas faktor
produksi yang meliputi pupuk organik (x3) dan obat-obatan (x4) lebih besar dari
alfa (0,05) pada tingkat kepercayaan 95 persen, yang berarti secara parsial atau
individu variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi
organik.

Luas lahan dan karateristiknya merupakan luasan lahan yang digarap atau
diusahakan oleh petani untuk mengusahakan usahatani padi sawah organik.
Jadi Luas lahan yang diusahakan petani rata-rata 0,78 Ha dengan rata-rata
produksi 4674,89 Kg/Petani yang berarti besarnya produktivitas 5967,94
Ton/Ha akan berpengaruh pada produksi pertanian. Luas lahan padi sawah
organik yang dikuasai petani akan sangat menentukan besar produksi yang
diperoleh dari usahatani.
Dari hasil pendugaan regresi berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglass
diperoleh bahwa b1 = 0,624 dimana nilai Ep berada pada daerah II yaitu 0 ≤
Ep ≤ 1, yang artinya bila dilakukan penambahan faktor produksi lahan
sebesar 10% akan mengakibatkan penambahan hasil produksi sebesar
6,24%. Hal ini sesuai dengan teori menurut Suratiyah (2011) yang
menyatakan bahwa dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang
diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan
luasnya.
49

Benih merupakan faktor penentu kunci keberhasilan yang paling utama dalam
bertani padi organik maka pemilihan benih harus dilakukan dengan cermat, tepat,
cepat dan mudah agar mengasilkan benih yang bermutu tinggi. Budidaya padi
organik harus menggunakan benih dari varietas alami. Dari hasil pendugaan
regresi berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglass diperoleh bahwa b1 = 0,293
dimana nilai Ep berada pada daerah II yaitu 0 ≤ Ep ≤ 1, yang artinya bila
dilakukan penambahan faktor produksi benih sebesar 10% akan mengakibatkan
penambahan hasil produksi sebesar 2,93%. Dari hasil penelitian di daerah
penelitian jumlah produksi yang diperoleh di beberapa petani dengan penggunaan
benih yang berbeda masih kurang bervariasi. Namun secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa ada kecenderungan dengan pertambahan benih maka akan
meningkatkan produksi padi sawah organik. Faktor benih akan mempengaruhi
hasil produksi dimana benih bermutu adalah syarat utamanya. Ciri benih bermutu
adalah jenisnya murni, bernas, kering, sehat, dan bebas dari campuran biji
rerumputan yang tidak dikehendaki (Andoko, 2008). Benih yang bermutu memiliki
daya kecambah sekitar 90 persen. Benih yang bermutu dapat menghasilkan
produksi yang baik serta diikuti perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi
yang berimbang,sebaliknya bila bemih yang digunakan tidak berkualitas baik maka
produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari penggunaan
benih bermutu. Penggunaan benih berkualitas diharapkan mampu mengurangi
berbagai faktor resiko kegagalan panen.

Penggunaan faktor produksi tenaga kerja didaerah penelitian diperoleh


hasil koefisien regresi sebesar 0,078 dimana nilai Ep berada pada daerah II
yaitu 0 ≤ Ep ≤ 1, yang artinya bila dilakukan penambahan faktor produksi
tenaga kerja sebesar 10% akan mengakibatkan penambahan hasil produksi
sebesar 0,78%. Hal ini sesuai dengan teori menurut Suratiyah (2011) yang
menyatakan bahwa dipandang dari sudut efisiensi, semakin efisien tenaga
kerja yang digunakan maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan.

Dari hasil penelitian, tidak berpengaruhnya pupuk organik terhadap


produksi disebabkan oleh pemberian pupuk organik pada jumlah tertentu tidak
selalu memberikan efek terhadap produksi secara signifikan hal ini disebabkan
karena keadaan tanah yang sudah subur. Begitu pula pada penggunaan obat-
obatan dimana keadaan padi organik menggunakan varietas benih lokal yang mana
padi organik rentan terhadap penyakit. Hal inilah yang menyebabkan faktor
produksi tersebut diatas pada tingkat kepercayaan 95 persen tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi padi, atau nilai elastisitas produksi faktor produksi
tersebut sama dengan nol. Hal ini menunjukkan penggunaan faktor produksi
berupa pupuk organik dan obat-obatan mencapai tahap titik jenuh, dimana pada
tahap ini tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan produksi.

Menurut Soekartawi (2002), jika elastisitas yang terdapat pada model fungsi
produksi Cobb-Douglas dijumlahkan, secara teknis dapatlah diketahui adanya
skala kenaikan hasil yang telah dicapai karena jumlah melebihi 1. Jika jumlah bi =
1, dapat dikatakan skala kenaikan hasil yang tetap, jika bi > 1 dapat dikatakan
skala kenaikan hasil yang semakin bertambah, dan jika bi < 1 adalah skala
50

kenaikan hasil yang semakin berkurang. Berdasarkan hasil penjumlahan elastisitas


tersebut, dapat dilihat skala kenaikan hasil yang terdapat pada fungsi produksi
Cobb-Douglas pada usahatani padi organik di daerah penelitian sebesar 0,98 yang
berarti skala kenaikan hasil yang tetap (bi = 1) dimana secara teknis penambahan
penggunaan faktor produksi masih memungkinkan untuk dilakukan. Menurut
Daniel (2002) elastisitas produksi (EP) pada usahatani padi organik terdapat daerah
II, dimana 0<EP<1 dengan kata lain setiap penambahan input sebesar 10 persen
akan meningkatkan produksi sebesar 9,8 persen hal ini menandakan rasional atau
efisien secara ekonomi.

4.6. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi dalam Usahatani Padi
Sawah Organik

4.6.1 . Analisis Efisiensi Penggunaan Lahan

Lahan yang diusahakan petani sampel di daerah penelitian adalah lahan


milik sendiri tanpa biaya sewa, namun untuk kepentingan analisis efisiensi ekonomi
maka harga lahan di perhitungkan. Harga lahan ditetapkan berdasarkan sewa
lahan yang berlaku di daerah penelitian. Rata-rata sewa lahan di daerah penelitian
adalah sebesar Rp. 1.000.000,- per hektar untuk satu tahun. Hasil perhitungan
untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan lahan faktor produksi
lahan dalam satu hektar di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 19 berikut :

Tabel 19. Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Poduksi


Lahan di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

Uraian Perhitunga Efisiensi Ekonomi Besaran


Koefisien Regresi 0,624
y 4.674,89
PMX1 3.739,9
Hy 5.000
NPMx1 18.699.560
Hxi 1.000.000
NPMx1/Hx1 18,7
Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015

Dari Tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa nilai perhtungan NPMX1/HX1> 1 yaitu
18,7 artinya penggunaan lahan di daerah penelitian belum efisien secara ekonomi.
Hal ini berarti penggunaan faktor produksi lahan pada usahatani padi sawah
organik di daerah penelitian dapat ditambah guna mendapatkan produksi optimal
dan keuntungan maksimum. Penggunaan luas lahan yang lebih besar maka akan
menambah produksi usahatani padi sawah organik (Andoko, 2008).

4.6.2. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Benih

Rata-rata penggunaan benih di daerah peneltian adalah sebesar 18,71 kg


pada rata-rata luas lahan 0,78 ha. Hasil perhitungan untuk menguji tingkat efisiensi
51

ekonomi penggunaan benih pada usahatani padi sawah organik di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 20 berikut :

Tabel 20. Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Benih
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

Uraian Perhitungan Efisiensi Ekonomi Besaran


Koefisien Regresi 0,293
y 4.674,89
PMX2 73,20
Hy 5.000
NPMX2 366.045
Hx3 6.000
NPMx2/Hx2 61,00
Hasil Olahan Data Primer, 2015

Dari Tabel 20 diatas dapat diketahui bahwa nilai NPMX2/HX2 > 1 yaitu 561,00
artinya penggunaan benih di daerah penelitian belum efisien. Hal ini berarti
penggunaan benih pada usahatani padi sawah organik di daerah peneltian dapat
ditambah pemakaiannya guna untuk memperoleh hasil produksi yang optimal dan
keuntungan yang optimal. Di daerah penelitian penggunaan benih rata-rata
sebanyak 23,98 kg per petani atau setara dengan 18,71 per hektar, bila
dibandingkan dengan rekomendasi penggunaan benih menurut Andoko (2008),
rata-rata penggunaan benih untuk usahatani padi sawah organik berkisar 30Kg/Ha,
maka penggunaan benih di daerah penelitian untuk usahatani padi sawah organik
masih tergolong rendah.

4.6.3. Analisis Efisiensi Ekonomi Tenaga Kerja

Rata-rata penggunaan Tenaga Kerja di daerah penelitian adalah sebesar


77,03 HOK pada rata-rata lahan 0,78 ha. Hasil perhitungan untuk menguji tingkat
efisiensi ekonomi penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sawah organik di
daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 21 berikut :

Tabel 21. Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Tenaga Kerja di


Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.

Uraian Perhitungan Efisiensi Ekonomi Besaran


Koefisien Regresi 0,078
y 4.674,89
PM 4,73
52

Hy 5.000
NPMx5 23.668,8
Hx5 75.000
NPMx5/Hx5 0,31
Hasil Olahan Data Primer, 2015

Dari Tabel 21 diatas dapat dilihat bahwa nilai perbandingan NPMX5/HX5<1


adalah 0,31. Berarti dengan demikian penggunaan faktor produksi tenaga kerja di
daerah penelitian tidak efisien. Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tidak efisien
ini dapat ditanggulangi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja dengan
pengurangan penggunaan tenaga kerja memungkinkan untuk meningkatkan
tingkat produksi yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan rekomendasi
penggunaan tenaga kerja normatif oleh pemerintah yaitu, 85 HOK/ha sedangkan di
daerah penelitian penggunaan tenaga kerja rata-rata sebanyak 101, 83 HOK per
petani atau setara dengan 79,43 HOK per hektar, bila dibandingkan dengan
penggunaan tenaga kerja untuk usahatani padi sawah organik masih dibawah
anjuran pemerintah, dan perlu penambahan.

4.7. Jumlah Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi Usahatani Padi


Sawah Organik

4.7.1 Jumlah Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan usahatani padi sawah organik
di daerah penelitian. Kemampuan produksi yang dihasilkan dari suatu tanaman
bergantung dari kondisi lahan, jenis benih, gangguan hama dan penyakit serta
iklim. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan produksi fisik yang dihasilkan
usahatani padi sawah organik dalam satu kali musim panen pada tahun 2014.
Produksi yang dihasilkan oleh setiap petani berbeda antara satu dengan yang lain.

Dari hasil penelitian, distribusi petani sampel berdasarkan produksi padi sawah
organik pada daerah penelitian terlihat pada Tabel 22 :

Tabel 22. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Produksi Di Daerah


Penelitian Tahun 2014.

Tingkat Produksi Jumlah Petani


(Kg) Frekuensi (KK) Persentase (%)

3000 – < 4600 27 60


4600 – < 6200 15 33,34
6200 – < 7800 1 2,22
7800 – < 9400 1 2,22
9400 – < 11000 1 2,22
11000 – < 12500 1 2,22
Jumlah 45 100
Hasil Olahan Data Primer, 2015
53

Berdasarkan Tabel 22, diatas dapat dilihat bahwa penyebaran petani berdasarkan
tingkat produksi paling banyak berkisar antara 3000-4600 sebanyak 27 petani
(60%), dan 4600 – 6200 sebanyak 15 petani (33,34%) dan terkecil memiliki
frekuensi masing-masing satu petani. Rata-rata produksi setiap petani untuk rata-
rata luas 0,78 Ha adalah 4674,89 kg.

4.7.2 Penerimaan dan Biaya Produksi

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi usahatani yang dihitung dalam uang.
Penerimaan dapat diperoleh dengan mengalihkan produksi padi sawah organik
dengan harga. Dalam penelitian ini harga gabah kering padi berkisar Rp.5.000,
sehingga didapat penerimaan seluruh sampel sebesar Rp.1.051.850.000,- dan
penerimaan rata-rata petani adalah Rp. 23.374.444,- (Lampiran 15). Adapun
besarnya penerimaan petani dari usahatani padi sawah organik dapat dilihat Tabel
23 berikut :

Tabel 23. Penerimaan Petani dari Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian Musim Tanam 2014.

Uraian Produksi Usahatani Harga Penerimaan (Rp)


Padi Sawah Organik (Rp/Kg)*
Per Petani 4674,89 Kg 5.000 23.374.450
Per Hektar 5967,94 Kg 5.000 29.839.700
Hasil Olahan Data Primer 2015

* Harga Gabah = 0,59 x Rp. 8500 = Rp. 5.000

Konversi 1 Kg GKG = 0,58 Kg Beras

4.7.3 Biaya Produksi

Biaya produksi usahatani padi sawah organik adalah biaya pembelian sarana
produksi (benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja). Berikut biaya
produksi usahatani padi sawah organik pada musim tanam tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 24 :

Tabel 24. Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian
Pada Musim Tanam Tahun 2014.

No Biaya Produksi Rata-rata (Rp) Persentase (%)


1 Benih 112.267 1,68
54

2 Pupuk 268.889 4,02


3 Obat-obatan 344.300 5,15
4 Tenaga Kerja 5.957.167 89,15
Total Biaya 6.682.623 100
Hasil Olahan Data Primer 2015

Dari Tabel 24 terlihat bahwa biaya produksi rata-rata paling besar adalah biaya
tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 5.957.167,- dengan persentase 89,15 %, kemudian
biaya obat-obatan sebesar Rp. 344.300,- dengan persentase 5,15 % dan biaya
pupuk sebesar Rp. 268.889 dengan persentase 4,02 % dan biaya terkecil yang
dikeluarkan petani adalah biaya benih yang mana hanya Rp. 112.267 dengan
persentase hanya 1,68 %.

4.7.4 Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan
antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio usahatani padi
sawah organik diperoleh dari perbandingan antara rata-rata total penerimaan (Rp.
23.374.444) dengan rata-rata total biaya (Rp.6.682.622) yaitu sebesar 3,5 > 1.

Besar efisiensi usaha padi organik di Desa Pasar Terusan adalah sebesar 3,5. Angka
ini menunjukkan bahwa usahatani padi organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan
Muara Bulian yang telah dijalankan telah efisien yang ditunjukkan dengan
besarnya nilai R C rasio yang lebih dari satu (R/C > 1).

R/C rasio menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio 3,5 berarti bahwa setiap Rp. 1,00
biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan
sebesar 3,5 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Semakin besar R/C rasio maka
akan semakin besar pula peneriman yang akan diperoleh. Nilai R/C rasio dalam
usahatani padi organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian telah
efisien. Hal ini disebabkan penggunaan faktor produksi secara efisien, contohnya
adalah penggunaan benih secara tepat dan tidak berlebihan.

4.8. Impilkasi Hasil Penellitian

Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan khususnya beras, maka produksi


padi sawah organik di daerah penelitian telah mampu memenuhi konsumsi
masyarakat setempat khususnya untuk petani padi sawah. Namun belum mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk wilayah provinsi dan perlu dilakukan
upaya pengembangan dan pemanfaatan lahan yang tersedia untuk
mewujudkannya.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara individu hanya faktor produksi luas
lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja yang sangat mempengaruhi tingkat produksi
usahatani padi sawah organik. Dari hasil penelitian yang dilakukan faktor produksi
berupa lahan di daerah penelitian masih memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi padi sawah organik. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
faktor produksi berupa luas lahan, benih, dan tenaga kerja, secara bersama-sama
55

berpengaruh sangat signifikan terhadap produksi dengan tingkat keyakinan 95%.


Sedangkan faktor produksi pupuk organik dan obat-obatan tidak berpengaruh
terhadap produksi. Namun bila dilihat indeks efisiensinya masih belum mencapai
tingkat efisiensi seharusnya, pada faktor produksi luas lahan, benih perlu ditambah
penggunaanya sedangkan penggunaan tenaga kerja tidak efisien sehingga perlu
pengurangan penggunaanya dalam usahatani padi sawah organik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor


Produksi Usahatani Padi Sawah Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan
Muara Bulian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Petani di Desa Pasar Terusan menggunakan pupuk organik seperti yang
digunakan dalam pertanian organik pada umumnya, yaitu pupuk kandang
atau petani mendapatkan bantuan dari pemerintah yaitu pupuk petrorganik.
Benih yang digunakan pada petani adalah benih lokal seperti PB, Kuning
Betung, Gadis Jambi, Karya Rendah, Sempol dan Rimbun Daun. Jenis
pestisida organik yang digunakan adalah Explore, Astonis, Supremo, dan
Ambolisi.
Secara bersama-sama penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, dan
tenaga kerja mempengaruhi produksi padi sawah organik dan bepengaruh
nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah organik, sedangkat faktor
produksi pupuk organik dan obat-obatan tidak berpengaruh nyata.
Penggunaan faktor produksi lahan di daerah penelitian belum efisien secara
ekonomi, karena nilai efisiensi ekonominya (NPMX1/HX1> 1) . Faktor
produksi yang memiliki indeks efisiensi ekonomi > 1 adalah lahan, benih,
artinya faktor produksi tersebut perlu ditambah. nilai efisiensi ekonominya
(NPMX1/HX1< 1) adalah tenaga kerja artinya faktor produksi tersebut perlu
dikurangi . Sedangkan pupuk organik dan obat-obatan tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi sehingga jika penggunaanya ditambah atau
dikurang akan tetap tidak berpengaruh terhadap produksi padi organik.

5.2. Saran

Guna untuk mengurangi biaya produksi pada usahatani padi sawah organik
maka perlu ditingkatkannya penggunaan faktor produksi lain seperti
penggunaan teknologi yang seharusnya bisa menyeimbangkan penggunaan
tenaga kerja yang dalam penelitian ini terlalu mendominan penggunaanya.
Untuk mencapai suatu kondisi produksi yang optimal di daerah penelitian,
maka penggunaan lahan sebaiknya di daerah penelitian ini penggunaan
perlu dilakukan pengoptimalan penggunaan lahan.
Untuk mencapai efisiensi ekonomi akan penggunaan faktor produksi yang
78 pupuk organik dan tenaga kerja maka
diantaranya adalah lahan, benih,
perlu adanya penambahan penggunaan lahan, dan benih.
56

Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat meneliti komoditi yang sama


tetapi dengan mengambil permasalahan dan variabel yang berbeda selain
yang telah diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, Agus. 2008. Budidaya Padi Organik. Penebar Swadaya. Jakarta

Badan Pusat Statistik.2013. Jambi Dalam Angka Provinsi Jambi

.2014. Jambi Dalam Angka Provinsi Jambi

.2014. Batanghari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi


Jambi, Jambi.

BP3K. 2014. Program Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Muara Bulian.


BP3K Kecamatan Muara Bulian

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2007. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Departemen


Pertanian. Jakarta..

Doll, John P and Orazem, 1984. Production Economics Theory with Application.
John Wiley & Sons inc. New York.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.


57

Hapsari,N.K,D. 2009. ”Analisis Usahatani Padi Model Pembangunan Pertanian


Berbasis Lokal ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani” [Skripsi] Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Henderson, J.M. and R. E. Quandt. 1980 Microeconomic Theory : A Mathematical


Approach. McGraw-Hill Book Co., Singapore.

Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 1998. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Khairuddin, dkk.2003.Peningkatan Produktifitas Padi Sawah Irigasi Melalui


Pendekatan Pengolahan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). BPTP
Kalsel.Kalsel (Diakses Pada Juli 2014 dari ntb.litbang.go.id/.../peningkatan
produktifitas.

Marsono, 1986. Pertanian Organik. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Buana


Suastika. Jakarta

Musnamar, 2004. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Nahriyanti. 2008. Analisis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Padi Usahatani


Jagung (Studi Kasus Petani Jagung di Kel. Panreg Kec. Barantki Kab. Sidrap).
www.tenangjaya.com/index.php/relevan. (diunduh 31 Juli 2015

Nainggolan, Sulastri, 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sistem


Tabela pada usahatani padi sawah di desa lagan ulu kecamatan geragai kabupaten
tanjung jabung timur. [Skripsi] Fakultas Pertanian. Universitas Jambi.

Nikolaus. 2011. Analisis Komparasi Usahatani Padi Organik dan Anorganik di


Kecamatan Sambirajo Kabupaten Sragen.
(http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle.Diakses tanggal 21
Maret 2015).
58

Pertanian Sehat Indonesia.2012.Tren Konsumen Beras Organik


Meningkat.http//Tren%20Konsumen%20Beras%20Organik%20Meningkat
%20_%20Pertanian%20Sehat%20Indonesia.htm(diaskes Juli 2014)

Rahim, A dan Hastuti. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Salikin. Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 2006, Metode Penelitian Survai, Penerbit
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Siregar, Hermanto. 2010. Ekonomi Empiris Pangan; Suatu Prespektif Jangka


Pendek Makalah Disampaikan Pada Seminar Nasional Fakultas Pertanian USU,
Medan.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.

Soekartawi. 1991. Teori Agribisnis dan Aplikasinya. PT.Rajawali Grafindo


Persada. Jakarta.

. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi


Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 1995. Agrobisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Edisi Kedua. LPFE UI.
Jakarta.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.


59

2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tohir, KA. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia. Bina Aksara.
Jakarta.

Widowati, E. 2007. “Analisis Ekonomi Usahatani Padi Organik Di Kabupaten


Sragen”, [Thesis] MESP UNS, Surakarta.

Yuditian, Rian. 2007.Melirik Usahatani Padi Organik. PT Pribumi Mekar.


Bandung.
60

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Indonesia Tahun
2009-2013

Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas


(Ha) (Ton) (Kuintal/Ha)
2009 12 883 576.00 64 398 890.00 49.99
2010 13253450.00 66469394.00 50.15
2011 13203643.00 65756904.00 49.80
2012 13445524.00 69056126.00 51.36
2013 13835252.00 71279709.00 51.52
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014
61

Lampiran 2. Sasaran Produksi Pertanian Organik Indonesia Tahun 2008-2014

Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan(Ton)


Padi 562 852 1.146 1.736 2.336 2.948 1.000
Kedelai 8 12 16 25 33 42 1.000
Sayuran 68.802 106.103 145.446 224.300 307.471 395.139 1
Kopi 6.398 9.682 13.023 19.707 26.507 33.425 1
Biofarmaka 3.244 7.805 16.693 40.167 85.909 172.258 1
Manggis 762 1.191 1.655 2.586 3.592 4.677 1
Teh 403 608 814 1.226 1.642 2.062 1
Sumber: (Deptan 2007b. dalam Siahaan, 2009)
62
63

Lampiran 3. Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia (Kuintal)

Tahun Produksi Kebutuhan Pasar


2005 550.300 550.300
2006 557.175 660.360
2007 563.865 792.432
2008 570.519 950.918
2009 557.080 1.141.102
Sumber. Pertanian sehat Indonesia 2012
64

Lampiran 4. Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah


Menurut Kecamatan Di kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2013

Padi Sawah
No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktifitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Mersam 1.634 8.205 5,02
2 Maro Sebo Ulu 1.407 7.202 5,11
3 Batin XXIV 118 608 5,15
4 Muara Tembesi 1.055 5.453 5,16
65

5 Muara Bulian 1.350 6.803 5,03


6 Bajubang 29 120 4,13
7 Maro Sebo Hilir 1.024 4.805 4,69
8 Pemayung 793 3.939 4,96
Jumlah 7.396 35.981 4,86
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Jambi dalam Angka Tahun 2014
66

Lampiran 5. Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah


Menurut Desa di Kecamatan Muara Bulian Di Provinsi Jambi Tahun 2014

Padi Sawah
No Desa Luas Panen Produksi Produktifitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Singkawan - - -
2 Kilangan - - -
3 Rantau Puri 40 100 2,50
4 Sungai Buluh - - -
5 Muara Bulian - - -
6 Sridadi - - -
7 Tenam 10 30 3,00
8 Sim. Terusan - - -
9 Pasar Terusan 830 5.494 6,7
10 Napal Sisik 455 787,5 1,73
11 Malapari 440 2112 4,8
12 Pelayangan Rambahan - - -
13 Olak 85 314,5 3,7
14 Teratai - - -
15 Bajubang Laut - - -
16 Sungai Baung 55 258,5 4,70
17 Aro 85 484 5,70
18 Muara Singoan 125 650 5,20
19 Rengas Condong - - -
20 Pasar Baru - - -
Jumlah 1.721 6.952 4,03
Sumber : BP3K, Kecamatan Muara Bulian 2015
67

KUISIONER PENELITIAN

Judul : Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi


Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian.

Nama Peneliti : Viona Febrina Natalia

No. Mahasiswa: D1B011107

Jurusan : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Hari/tanggal :

No. Sampel :

Data Lokasi Penelitian


Kabupaten : Batanghari
Kecamatan : Muara Bulian
Desa/Kelurahan :

Identitas Petani
Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : P/W
Pendidikan Terakhir :
Alamat : RT. Dusun: Desa:
Jumlah Anggota Keluarga :
Jumlah Tanggungan Keluarga: a. < 3 orang (.... orang)

b. 3 – 5 orang (.... orang)

c. > 5 orang (.... orang)

Pekerjaan Pokok : ( )Petani ( )Nelayan ( )PNS/Pensiunan


( )Karyawan Swasta ( )Wiraswasta ( )Ibu Rumah Tangga ( )Lainnya
Lama Berusahatani : ……tahun
Nama Kelompok Tani :
Jika tidak aktif dalam Kelompok Tani. Mengapa Bapak/Ibu tidak aktif
dalam Kelompok Tani? …………………………………………………….
Sumber Daya Lahan
Luas Lahan : …….Ha
Jenis Lahan : ( ) Lebak ( ) Pasang Surut
Status Penguasaan : ( ) Pemilik ( ) Pengarap ( ) Penyewa
( ) Lainnya

4. Sistem Pengolahan Lahan :


68

IV. Penggunaan Benih

Jumlah Benih : ……..Kg


Apakah penggunaan jumlah benih sudah sesuai anjuran? Jika belum
mengapa Bapak/ibu tidak menggunakan sesuai anjuran?
………………………………………………………………………………
Jenis Benih : ( ) Lokal ( ) Unggul
Mengapa Bapak/Ibu menggunakan jenis benih tersebut?
………………………………………………………………………………
Nama Varietas :
Mengapa Bapak/Ibu menggunakan varietas tersebut?
………………………………………………………………………………
Asal Benih : ( ) Sendiri ( ) Beli ( ) Kelompok Tani
( ) Lainnya
Sertifikat Benih : ( ) Bersertifikat ( ) Berlabel ( ) Tidak
Jika tidak menggunakan benih bersertifikat. Mengapa Bapak/Ibu tidak
menngunakan benih bersertifikat?
………………………………………………………………….…………..
Apakah di Desa Bapak/Ibu tersedia benih bersertifikat resmi untuk
usahatani Padi Organik?

Persamaan Satuan
Luas Lahan (m2)
Jumlah Benih (Kg)

Umur di Pindah (Hari)

V. Penggunaan Pupuk

No Jenis Pupuk Jumlah Pupuk Anjuran (Kg)


(Kg)

1 Pupuk Petro Organik

2 Pupuk Kandang

3 …………

No Distrbusi Penggunaan Pupuk Sebelum Pada Saat


Tanam (Kg) Tanam (Kg)

1 Pupuk Petro Organik


69

2 Pupuk Kandang

3 …………

1. Darimana Bapak/ibu mendapatkan pupuk?

VI. Penggunaan Obat-obatan

Jenis obat-obatan apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam usahatani padi
organik?
Pada saat kapan penggunaan/pengaplikasian obat-obatan tersebut?
Darimana Bapak/ibu mendapatkan obat-obatan tersebut?

No Jenis obat-obatan Jumlah obat Anjuran


(liter) (Liter)

1 Explore

2 Astonis

3 Supremo

4 Ambolisin

5 .........................

No Jenis obat-obatan Bulan 1 (liter) Bulan 2 (liter)

1 Explore

2 Astonis

3 Supremo

4 Ambolisin

5 ...................
70

VII. Penggunaan Tenaga Kerja Per Musim Tanam

TKDK HKO

Upah Total Upah


Kegiatan Jmlh (Rp/HKO (Rp)
TK HK JK HKO )

L P L P L P L P L P L P

1. Pengolahan Lahan                        

2. Persemaian

3. Penanaman                        

4. Penyulaman

5. Pemupukan                        

6. Penyiangan

7. Pengendalian Hama                        

8. Panen dan Pasca Panen                        

Keterangan : DK (Dalam Keluarga)

Kegiatan TKLK HKO

TK HK JK Jmlh Upah Total Upah


HKO (Rp/HKO (Rp)
71

L P L P L P L P L P L P

1. Pengolahan Lahan                        

2. Persemaian

3. Penanaman                        

4. Penyulaman

5. Pemupukan                        

6. Penyiangan

7. Pengendalian Hama                        

8. Panen dan Pasca Panen                        

Keterangan : LK (Luar Keluarga)

VIII. Produksi dan Penerimaan

Produksi (GKP) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)


Benih
Dijual
Dikonsumsi
Disumbangkan
Total

IX. Pengetahuan Usahatani padi sawah

Darimana bapak/ibu mendapatkan informasi mengenai usahatani padi organik?


………………………………..…………………………………….

Proses apa saja yang Bapak/ibu lakukan dalam kegiatan usahatani padi organik?
………………………………………………………………………

Apa saja usaha yang Bapak/Ibu lakukan agar hasil produksi usahatani padi organik
yang Bapak/ibu miliki tinggi? ……………………………………….

Jika ada masalah mengenai usahatani padi organik, bagaimana bapak/ibu


menyelesaikannya? ……………………………………………………………

Menurut bapak/ibu apakah di desa bapak/ibu sudah tersedia sarana yang


memadai?............................................................................................................

Sarana prasarana apa yang belum terdapat di desa ini yang menunjang bagi
usahatani padi organik bapak/ibu? ……………………………………………
72

Adakah peran pemerintah dalam membantu usahatani padi organik yang


bapak/ibu usahakan,seperti apa bentuk peran pemerintah tersebut? ………….

Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang hubungan pemeliharaan dengan produksi?


………………………………………………………………………

Lampiran 7. Identitas Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah


Penelitian 2014.

No Nama Umur Tingkat Jumlah Pengalaman Luas Status


(Thn) Pendidika Anggota Usahatani Lahan(H Kepemilikan
n Keluarga (Thn) a)
(jiwa)
1 M. Amin 46 SMA 4 29 0,56 Lahan
Sendiri
73

2 Idham Khalid 49 SD 5 29 0,86 Lahan


Sendiri
3 Kusnan 60 SD 2 40 0,65 Lahan
Sendiri
4 H. Imran 62 SMP 8 35 0,82 Lahan
Hamid Sendiri
5 Hayan 45 SMA 5 15 0,75 Lahan
Sendiri
6 Mariana 50 SD 5 28 0,69 Lahan
Sendiri
7 Pahri 52 SD 5 30 0,7 Lahan
Sendiri
8 A. Rahman 58 SD 3 35 1,75 Lahan
Sendiri
9 Pahmi 53 SD 3 10 0,55 Lahan
Sendiri
10 M. Yusuf 46 SMP 5 20 0,52 Lahan
Sendiri
11 Maria 47 SD 5 20 0,57 Lahan
Sendiri
12 Pasoludin 49 SD 4 20 0,56 Lahan
Sendiri
13 Mustapa 42 SD 5 18 0,84 Lahan
Kamal Sendiri
14 M. Amin. A 43 SMP 6 21 0,75 Lahan
Sendiri
15 Sabli 47 SMA 6 21 0,55 Lahan
Sendiri
16 Linda Wati 30 SD 4 20 0,58 Lahan
Sendiri
17 Emiyati 38 SMP 3 20 0,66 Lahan
Sendiri
18 Hambali 44 SMP 4 13 0,5 Lahan
Sendiri
19 Hazizah 45 SMP 3 30 0,87 Lahan
Sendiri
20 Mustapa Khalil 35 SMA 5 20 0,67 Lahan
Sendiri
21 Mawardi 43 SMP 5 18 0,57 Lahan
Sendiri
22 Muzammil 40 SMP 3 30 0,81 Lahan
Sendiri
23 Ahmadun 36 SMP 4 10 2 Lahan
Sendiri
24 Edi Herianto 58 SD 4 10 0,51 Lahan
Sendiri
25 Maimunah 50 SD 6 25 0,88 Lahan
Sendiri
26 Yarsi 52 SD 2 30 0,95 Lahan
Sendiri
27 Azman 40 SMP 5 20 0,66 Lahan
Sendiri
28 Jamhuri 40 SMP 6 20 0,95 Lahan
74

Sendiri
29 Sopia 49 SD 5 29 0,56 Lahan
Sendiri
30 Ikbal 48 SMP 5 23 0,51 Lahan
Sendiri
31 Atiq. H 48 SMP 6 35 0,55 Lahan
Sendiri
32 Satibi 33 SMA 5 11 1 Lahan
Sendiri
33 M. Zuhri 70 SD 4 50 0,69 Lahan
Sendiri
34 Abdullah 65 SD 5 50 0,72 Lahan
Sendiri
35 A. Rozak 56 SD 4 30 0,6 Lahan
Sendiri
36 Hamdani 60 SD 7 40 0,8 Lahan
Sendiri
37 Musdalina 40 SMP 5 23 0,5 Lahan
Sendiri
38 Sarbani 47 SMA 6 30 0,54 Lahan
Sendiri
39 Anuar 40 SD 2 20 1,5 Lahan
Sendiri
40 Rumiati 37 SD 4 15 1,2 Lahan
Sendiri
41 Taupik 46 SMP 5 24 0,82 Lahan
Sendiri
42 Nurmala 55 SD 4 20 0,75 Lahan
Sendiri
43 Holisah 65 SD 5 45 0,76 Lahan
Sendiri
44 Mayani 50 SD 5 28 0,87 Lahan
Sendiri
45 Latip 40 SMP 5 20 0,95 Lahan
Sendiri
Jumlah 2149 207 1130 35,25  
Rata-rata 93,43 9 49 0,78  

Lampiran 8. Rincian Penggunaan Saprodi (Lahan, Benih, Pupuk Organik, Dan


Obat-Obatan) Pada Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian, Musim
Tanam 2014.

No Sampel Produksi Luas Lahan Benih Pupuk Obat-obatan


1 3400 0,56 13 1220 1,35
2 5160 0,86 20 1550 2,1
3 3900 0,65 16 1300 1,6
4 4900 0,82 20 1500 2,1
5 4500 0,75 18 1400 1,85
6 4150 0,69 16 1350 1,6
75

7 4200 0,7 16 1400 1,85


8 10200 1,75 42 2280 4,3
9 3300 0,55 13 1200 1,35
10 3100 0,52 14 1180 1,35
11 3450 0,57 14 1240 1,35
12 3400 0,56 14 1260 1,35
13 5000 0,84 20 1550 2,1
14 4500 0,75 18 1400 1,85
15 3300 0,55 14 1200 1,35
16 3500 0,58 14 1240 1,35
17 3950 0,66 15 1000 1,6
18 3000 0,5 12 1200 1,35
19 5200 0,87 20 1600 2,1
20 4000 0,67 15 1300 1,6
21 3400 0,57 14 1220 1,35
22 4860 0,81 20 1500 2,1
23 12500 2 48 4400 4,9
24 3050 0,51 12 1000 1,35
25 5300 0,88 21 1400 2,1
26 5700 0,95 23 1600 2,3
27 3900 0,66 15 1200 1,6
28 5700 0,95 23 1600 2,3
29 3400 0,56 14 1260 1,35
30 3050 0,51 12 1000 1,35
31 3300 0,55 13 1200 1,35
32 6000 1 24 2200 2,45
33 4150 0,69 16 1260 1,6
34 4300 0,72 18 1400 2,3
35 3600 0,6 15 1200 1,6
36 4800 0,8 20 1380 2,1
37 3000 0,5 12 1180 1,35
38 3250 0,54 12 1200 1,35
39 9000 1,5 36 2200 3,8
40 7100 1,4 28 2160 3,3
41 4950 0,82 20 1370 2,1
42 4500 0,75 19 1440 1,85
43 4550 0,76 19 1440 1,85
44 5200 0,87 21 1400 2,1
45 5700 0,95 23 1800 2,3
Jumlah 210370 35,25 842 66.380 87,55
Rata-rata 4674,89 0,78 18,71 1475,11 1,94
Rata-rata/Ha 23,98 1891,168 2,48

Lampiran 9. Produksi Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian Musim Tanam


2014

No. Luas Lahan (Ha) Produksi (Kg) Harga Jual GKG (Rp/Kg)
Sampel
1 0,56 3400 5.000
2 0,86 5160 5.000
3 0,65 3900 5.000
76

4 0,82 4900 5.000


5 0,75 4500 5.000
6 0,69 4150 5.000
7 0,7 4200 5.000
8 1,75 10200 5.000
9 0,55 3300 5.000
10 0,52 3100 5.000
11 0,57 3450 5.000
12 0,56 3400 5.000
13 0,84 5000 5.000
14 0,75 4500 5.000
15 0,55 3300 5.000
16 0,58 3500 5.000
17 0,66 3950 5.000
18 0,5 3000 5.000
19 0,87 5200 5.000
20 0,67 4000 5.000
21 0,57 3400 5.000
22 0,81 4860 5.000
23 2 12500 5.000
24 0,51 3050 5.000
25 0,88 5300 5.000
26 0,95 5700 5.000
27 0,66 3900 5.000
28 0,95 5700 5.000
29 0,56 3400 5.000
30 0,51 3050 5.000
31 0,55 3300 5.000
32 1 6000 5.000
33 0,69 4150 5.000
34 0,72 4300 5.000
35 0,6 3600 5.000
36 0,8 4800 5.000
37 0,5 3000 5.000
38 0,54 3250 5.000
39 1,5 9000 5.000
40 1,4 7100 5.000
41 0,82 4950 5.000
42 0,75 4500 5.000
43 0,76 4550 5.000
44 0,87 5200 5.000
45 0,95 5700 5.000
Jumlah 35,25 210370 225000
Rata-rata 0,78 4674,89 5000,00

Lampiran 10. Biaya Sewa Lahan Pada Usahatani Padi Sawah Organik Tahun 2014.
77

No. Sampel Luas Lahan (Ha) Biaya Sewa Lahan (Rp/Ha) Biaya Sewa Lahan (Rp)
1 0,56 1.000.000 560.000
2 0,86 1.000.000 860.000
3 0,65 1.000.000 650.000
4 0,82 1.000.000 820.000
5 0,75 1.000.000 750.000
6 0,69 1.000.000 690.000
7 0,7 1.000.000 700.000
8 1,75 1.000.000 1.750.000
9 0,55 1.000.000 550.000
10 0,52 1.000.000 520.000
11 0,57 1.000.000 570.000
12 0,56 1.000.000 560.000
13 0,84 1.000.000 840.000
14 0,75 1.000.000 750.000
15 0,55 1.000.000 550.000
16 0,58 1.000.000 580.000
17 0,66 1.000.000 660.000
18 0,5 1.000.000 500.000
19 0,87 1.000.000 870.000
20 0,67 1.000.000 670.000
21 0,57 1.000.000 570.000
22 0,81 1.000.000 810.000
23 2 1.000.000 2.000.000
24 0,51 1.000.000 510.000
25 0,88 1.000.000 880.000
26 0,95 1.000.000 950.000
27 0,66 1.000.000 660.000
28 0,95 1.000.000 950.000
29 0,56 1.000.000 560.000
30 0,51 1.000.000 510.000
31 0,55 1.000.000 550.000
32 1 1.000.000 1.000.000
33 0,69 1.000.000 690.000
34 0,72 1.000.000 720.000
35 0,6 1.000.000 600.000
36 0,8 1.000.000 800.000
37 0,5 1.000.000 500.000
38 0,54 1.000.000 540.000
39 1,5 1.000.000 1.500.000
40 1,4 1.000.000 1.400.000
41 0,82 1.000.000 820.000
42 0,75 1.000.000 750.000
43 0,76 1.000.000 760.000
44 0,87 1.000.000 870.000
45 0,95 1.000.000 950.000
Jumlah 35,25 45.000.000 35.250.000
Rata-rata 0,78 1000000 783333
78

Lampiran 11. Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Organik Tahun 2014

No Sampel Luas Lahan (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Harga Benih (Rp/Kg)
1 0,56 13 6.000
2 0,86 20 6.000
3 0,65 16 6.000
4 0,82 20 6.000
5 0,75 18 6.000
6 0,69 16 6.000
7 0,7 16 6.000
8 1,75 42 6.000
9 0,55 13 6.000
10 0,52 14 6.000
11 0,57 14 6.000
12 0,56 14 6.000
13 0,84 20 6.000
14 0,75 18 6.000
15 0,55 14 6.000
16 0,58 14 6.000
17 0,66 15 6.000
18 0,5 12 6.000
19 0,87 20 6.000
20 0,67 15 6.000
21 0,57 14 6.000
22 0,81 20 6.000
23 2 48 6.000
24 0,51 12 6.000
25 0,88 21 6.000
26 0,95 23 6.000
27 0,66 15 6.000
28 0,95 23 6.000
29 0,56 14 6.000
30 0,51 12 6.000
31 0,55 13 6.000
32 1 24 6.000
33 0,69 16 6.000
34 0,72 18 6.000
35 0,6 15 6.000
36 0,8 20 6.000
37 0,5 12 6.000
38 0,54 12 6.000
39 1,5 36 6.000
40 1,4 28 6.000
41 0,82 20 6.000
42 0,75 19 6.000
43 0,76 19 6.000
44 0,87 21 6.000
45 0,95 23 6.000
Jumlah 35,25 842 270.000
79

Rata-Rata 0,78 18,71 6000

Lampiran 12. Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Tahun 2014.

No Luas Penggunaan Pupuk (Kg) Harga Pupuk/Kg


Sampel Lahan Pupuk Pupuk Petro Organik Pupuk Pupuk Petro Organik
Kandang Kandang
1 0,56 220 1000 500 1.250
2 0,86 750 800 500 1.250
3 0,65 700 600 500 1.250
4 0,82 700 800 500 1.250
5 0,75 600 800 500 1.250
6 0,69 550 800 500 1.250
7 0,7 1000 400 500 1.250
8 1,75 1280 1000 500 1.250
9 0,55 800 400 500 1.250
10 0,52 580 600 500 1.250
11 0,57 440 800 500 1.250
12 0,56 460 800 500 1.250
13 0,84 550 1000 500 1.250
14 0,75 600 800 500 1.250
15 0,55 600 600 500 1.250
16 0,58 640 600 500 1.250
17 0,66 400 600 500 1.250
18 0,5 800 400 500 1.250
19 0,87 600 1000 500 1.250
20 0,67 500 800 500 1.250
21 0,57 820 400 500 1.250
22 0,81 700 800 500 1.250
23 2 400 4000 500 1.250
24 0,51 400 600 500 1.250
25 0,88 400 1000 500 1.250
26 0,95 200 1400 500 1.250
27 0,66 600 600 500 1.250
28 0,95 200 1400 500 1.250
29 0,56 460 800 500 1.250
30 0,51 400 600 500 1.250
31 0,55 600 600 500 1.250
32 1 1000 1200 500 1.250
33 0,69 660 600 500 1.250
34 0,72 1000 400 500 1.250
35 0,6 1000 200 500 1.250
36 0,8 380 1000 500 1.250
37 0,5 780 400 500 1.250
38 0,54 1000 200 500 1.250
39 1,5 1200 1000 500 1.250
40 1,4 1160 1000 500 1.250
41 0,82 570 800 500 1.250
42 0,75 640 800 500 1.250
43 0,76 640 800 500 1.250
44 0,87 400 1000 500 1.250
80

45 0,95 800 1000 500 1.250


Jumlah 35,25 29.180 66.380 22.500 56.250
Rata-rata 0,78 648 1.475 500 1.250

Lampiran 13. Penggunaan Obat-obatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik


Tahun 2014

No. Sampel Luas Lahan Penggunaan Obat-obatan (Liter) Total


Explore Astonis Superemo Ambolisi (Liter)
1 0,56 0,25 0,1 0,5 0,5 1,35
2 0,86 0,5 0,1 1 0,5 2,1
3 0,65 0,25 0,1 1 0,25 1,6
4 0,82 0,5 0,1 1 0,5 2,1
5 0,75 0,25 0,1 1 0,5 1,85
6 0,69 0,25 0,1 1 0,25 1,6
7 0,7 0,25 0,1 1 0,5 1,85
8 1,75 1 0,3 2 1 4,3
9 0,55 0,25 0,1 0,5 0,5 1,35
10 0,52 0,25 0,1 1 0 1,35
11 0,57 0,25 0,1 0,5 0,5 1,35
12 0,56 0,25 0,1 1 0 1,35
13 0,84 0,5 0,1 1 0,5 2,1
14 0,75 0,25 0,1 1 0,5 1,85
15 0,55 0,25 0,1 1 0 1,35
16 0,58 0,25 0,1 1 0 1,35
17 0,66 0,25 0,1 1 0,25 1,6
18 0,5 0,25 0,1 1 0 1,35
19 0,87 0,5 0,1 1 0,5 2,1
20 0,67 0,25 0,1 1 0,25 1,6
21 0,57 0,25 0,1 1 0 1,35
22 0,81 0,5 0,1 1 0,5 2,1
23 2 1 0,5 1,4 2 4,9
24 0,51 0,25 0,1 1 0 1,35
25 0,88 0,5 0,1 1 0,5 2,1
26 0,95 0,5 0,3 1 0,5 2,3
27 0,66 0,25 0,1 1 0,25 1,6
28 0,95 0,5 0,3 1 0,5 2,3
29 0,56 0,25 0,1 1 0 1,35
30 0,51 0,25 0,1 0,5 0,5 1,35
31 0,55 0,25 0,1 1 0 1,35
32 1 0,75 0,2 1 0,5 2,45
33 0,69 0,25 0,1 1 0,25 1,6
34 0,72 0,5 0,3 1 0,5 2,3
35 0,6 0,25 0,1 1 0,25 1,6
36 0,8 0,5 0,1 1 0,5 2,1
37 0,5 0,25 0,1 1 0 1,35
38 0,54 0,25 0,1 0,5 0,5 1,35
39 1,5 1 0,3 1,5 1 3,8
40 1,4 1 0,3 1 1 3,3
81

41 0,82 0,5 0,1 1 0,5 2,1


42 0,75 0,25 0,1 1 0,5 1,85
43 0,76 0,25 0,1 1 0,5 1,85
44 0,87 0,5 0,1 1 0,5 2,1
45 0,95 0,5 0,3 1 0,5 2,3
Jumlah 35,25 18 6,4 44,4 18,75 87,55
Rata-rata 0,78 0,4 0,14 0,99 0,54 1,95

Lampiran 14. Penggunaan Obat-obatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik


Tahun 2014.

No. Sampel Harga Obat-Obatan (Rp/Liter)


Explore (0,25Ltr) Astonis (0,1Ltr) Superemo (1Ltr) Ambolisi (0,5Ltr)
1 125.000 30.000 32.500 45.000
2 250.000 30.000 65.000 45.000
3 125.000 30.000 65.000 22.500
4 250.000 30.000 65.000 45.000
5 125.000 30.000 65.000 45.000
6 125.000 30.000 65.000 22.500
7 125.000 30.000 65.000 45.000
8 500.000 90.000 130.000 90.000
9 125.000 30.000 32.500 45.000
10 125.000 30.000 65.000 0
11 125.000 30.000 32.500 45.000
12 125.000 30.000 65.000 0
13 250.000 30.000 65.000 45.000
14 125.000 30.000 65.000 45.000
15 125.000 30.000 65.000 0
16 125.000 30.000 65.000 0
17 125.000 30.000 65.000 22.500
18 125.000 30.000 65.000 0
19 250.000 30.000 65.000 45.000
20 125.000 30.000 65.000 22.500
21 125.000 30.000 65.000 0
22 250.000 30.000 65.000 45.000
23 500.000 150.000 91.000 180.000
24 125.000 30.000 65.000 0
25 250.000 30.000 65.000 45.000
26 250.000 90.000 65.000 45.000
27 125.000 30.000 65.000 22.500
28 250.000 90.000 65.000 45.000
29 125.000 30.000 65.000 0
30 125.000 30.000 32.500 45.000
31 125.000 30.000 65.000 0
32 375.000 60.000 65.000 45.000
33 125.000 30.000 65.000 22.500
34 250.000 90.000 65.000 45.000
35 125.000 30.000 65.000 22.500
36 250.000 30.000 65.000 45.000
82

37 125.000 30.000 65.000 0


38 125.000 30.000 32.500 45.000
39 500.000 90.000 97.500 90.000
40 500.000 90.000 65.000 90.000
41 250.000 30.000 65.000 45.000
42 125.000 30.000 65.000 45.000
43 125.000 30.000 65.000 45.000
44 250.000 30.000 65.000 45.000
45 250.000 90.000 65.000 45.000
Jumlah 5.625.000 1.350.000 2.925.000 3.937.500
Rata-rata 125.000 30.000 65.000 87.500

No Pengolahan Persemaia Penanama Pemupukan Penyianga Pengendalian Panen Pasca


Lahan n (HOK) n (HOK) (HOK) n (HOK) Hama (HOK) (HOK) Panen
1 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
2 36,75 4,2 27,56 1,75 1,31 1 1,88 8,88
3 26,25 36,75 2,63 2,50 0,53 1 3 3
4 30,63 2,1 27,56 4,38 1,31 1 3 14,2
5 40,43 2,4 14,88 1,75 3,49 1 3 14,2
6 12,86 1,4 26,25 1,75 2,63 1 2 21,6
7 12,86 1,4 26,25 1,75 2,63 1 2 21,6
8 58,8 25,8 28,00 3,50 6,08 2,25 14,4 47,2
9 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
10 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
11 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
12 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
13 30,63 2,1 27,56 4,38 1,31 1 3 14,2
14 40,43 2,4 14,88 1,75 3,49 1 3 14,2
15 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
16 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
17 12,86 1,4 26,25 1,75 2,63 1 2 21,6
18 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
19 36,75 4,2 27,56 1,75 1,31 1 1,88 8,88
20 12,86 1,4 26,25 1,75 2,63 1 2 21,6
21 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
22 30,63 2,1 27,56 4,38 1,31 1 3 14,2
23 55,13 70,2 39,38 5,25 7,76 3,75 34,2 108
24 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
25 36,75 4,2 27,56 1,75 1,31 1 1,88 8,88
26 65,54 2,4 16,88 1,88 3,83 3 3,44 10,44
27 12,86 1,4 26,25 1,75 2,63 1 2 21,6
28 65,54 2,4 16,88 1,88 3,83 3 3,44 10,44
29 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
30 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
31 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
32 18,38 13,6 13,13 1,75 2,59 1,25 11,4 39,4
33 12,86 1,4 26,25 1,75 2,63 1 2 21,6
34 40,425 2,4 14,88 1,75 3,49 1 3 14,2
35 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71
83

36 24,5 2,65 9,75 1,75 2,63 1,5 2,31 10,71


37 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
38 15,75 1,4 16,88 0,64 0,53 0,5 1,25 12,45
39 34,13 24,8 30,00 2,39 3,11 1,75 12,65 47,2
40 18,38 23,4 23,13 1,75 2,59 1,25 11,4 36
41 30,63 2,1 27,56 4,38 1,31 1 3 14,2
42 40,43 2,4 14,88 1,75 3,49 1 3 14,2
43 40,43 2,8 14,88 1,75 3,49 1 3 14,2
44 36,75 4,2 27,56 1,75 1,31 1 1,88 8,88
45 65,54 2,4 16,88 1,88 3,83 3 3,44 10,44
Jumla 1294,21 281,55 869,13 86,25 103,54 55,75 173,61 802,76
h
Rata- 28,76 6,26 19,31 1,92 2,30 1,24 3,86 17,84
rata
Lampiran 15. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Proses
Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Organik Tahun 2014

Lampiran 16. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar
Keluarga

Pada Proses Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian

Tahun 2014.

No Sampel TKDK (HOK) TKLK (HOK) TOTAL (HOK)


1 30,91 22,58 53,5
2 11,89 69,56 81,5
3 3,53 59,63 63,2
4 25,35 55,83 81,2
5 38,24 39,9 78,1
6 49,11 18,38 67,5
7 49,11 18,38 67,5
8 88,94 97,09 186,0
9 42,54 5,6 48,1
10 42,54 5,6 48,1
11 30,91 22,58 53,5
12 30,91 22,58 53,5
13 25,35 55,83 81,2
14 38,24 39,9 78,1
15 42,54 5,6 48,1
16 30,91 22,58 53,5
17 49,11 18,38 67,5
18 42,54 5,6 48,1
19 11,89 69,56 81,5
20 49,11 18,38 67,5
21 30,91 22,58 53,5
22 25,35 55,83 81,2
23 152,1 171,56 323,7
24 42,54 5,6 48,1
84

25 11,89 69,56 81,5


26 20,64 83,31 104,0
27 49,11 18,38 67,5
28 20,64 83,31 104,0
29 30,91 22,58 53,5
30 42,54 5,6 48,1
31 42,54 5,6 48,1
32 50,7 57,19 107,9
33 49,11 18,38 67,5
34 38,24 39,9 78,1
35 30,91 22,58 53,5
36 30,91 22,58 53,5
37 42,54 5,6 48,1
38 42,54 5,6 48,1
39 93,24 62,79 156,0
40 60,7 57,19 117,9
41 25,35 55,83 81,2
42 38,24 39,9 78,1
43 38,64 39,9 78,5
44 11,89 69,56 81,5
45 20,64 83,31 104,0
Jumlah 1776,46 1797,68 3574,14
Rata-rata 39,48 39,95 79,43

Lampiran 17. Biaya Upah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Proses Produksi Dalam
Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian, Tahun 2014.

No Sampel Luas Lahan (Ha) Total (HOK) Upah TK (Rp/Hari)


1 0,56 53,5 Rp75.000
2 0,86 81,5 Rp75.000
3 0,65 63,2 Rp75.000
4 0,82 81,2 Rp75.000
5 0,75 78,1 Rp75.000
6 0,69 67,5 Rp75.000
7 0,7 67,5 Rp75.000
8 1,75 186 Rp75.000
9 0,55 48,1 Rp75.000
10 0,52 48,1 Rp75.000
11 0,57 53,5 Rp75.000
12 0,56 53,5 Rp75.000
13 0,84 81,2 Rp75.000
14 0,75 78,1 Rp75.000
15 0,55 48,1 Rp75.000
16 0,58 53,5 Rp75.000
17 0,66 67,5 Rp75.000
18 0,5 48,1 Rp75.000
19 0,87 81,5 Rp75.000
20 0,67 67,5 Rp75.000
21 0,57 53,5 Rp75.000
85

22 0,81 81,2 Rp75.000


23 2 215,8 Rp75.000
24 0,51 48,1 Rp75.000
25 0,88 81,5 Rp75.000
26 0,95 104 Rp75.000
27 0,66 67,5 Rp75.000
28 0,95 104 Rp75.000
29 0,56 53,5 Rp75.000
30 0,51 48,1 Rp75.000
31 0,55 48,1 Rp75.000
32 1 107,9 Rp75.000
33 0,69 67,5 Rp75.000
34 0,72 78,1 Rp75.000
35 0,6 53,5 Rp75.000
36 0,8 53,5 Rp75.000
37 0,5 48,1 Rp75.000
38 0,54 48,1 Rp75.000
39 1,5 156 Rp75.000
40 1,4 117,9 Rp75.000
41 0,82 81,2 Rp75.000
42 0,75 78,1 Rp75.000
43 0,76 78,5 Rp75.000
44 0,87 81,5 Rp75.000
45 0,95 104 Rp75.000
Jumlah 35,25 3466,4 Rp3.375.000
Rata-rata 0,78 77,03 Rp75.000

Lampiran 18. Biaya Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian, Tahun
2014

Sampel Biaya Benih Biaya Pupuk Biaya Obat-obatan Biaya TK (Rp) Total Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Rp78.000 Rp350.000 Rp232.500 Rp4.012.500 Rp4.673.000
2 Rp120.000 Rp300.000 Rp390.000 Rp6.112.500 Rp6.922.500
3 Rp96.000 Rp230.000 Rp242.500 Rp4.740.000 Rp5.308.500
4 Rp120.000 Rp240.000 Rp390.000 Rp6.090.000 Rp6.840.000
5 Rp108.000 Rp260.000 Rp265.000 Rp5.857.500 Rp6.490.500
6 Rp96.000 Rp240.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.641.000
7 Rp96.000 Rp200.000 Rp265.000 Rp5.062.500 Rp5.623.500
8 Rp252.000 Rp390.000 Rp810.000 Rp13.950.000 Rp15.402.000
9 Rp78.000 Rp160.000 Rp232.500 Rp3.607.500 Rp4.078.000
10 Rp84.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.101.500
11 Rp84.000 Rp220.000 Rp232.500 Rp4.012.500 Rp4.549.000
12 Rp84.000 Rp220.000 Rp220.000 Rp4.012.500 Rp4.536.500
13 Rp120.000 Rp310.000 Rp390.000 Rp6.090.000 Rp6.910.000
14 Rp108.000 Rp240.000 Rp265.000 Rp5.857.500 Rp6.470.500
15 Rp84.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.101.500
16 Rp84.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp4.012.500 Rp4.506.500
17 Rp90.000 Rp210.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.605.000
18 Rp72.000 Rp160.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.059.500
19 Rp120.000 Rp310.000 Rp390.000 Rp6.112.500 Rp6.932.500
86

20 Rp90.000 Rp240.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.635.000


21 Rp84.000 Rp160.000 Rp220.000 Rp4.012.500 Rp4.476.500
22 Rp120.000 Rp280.000 Rp390.000 Rp6.090.000 Rp6.880.000
23 Rp288.000 Rp1.200.000 Rp921.000 Rp24.277.500 Rp26.686.500
24 Rp72.000 Rp170.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.069.500
25 Rp126.000 Rp310.000 Rp390.000 Rp6.112.500 Rp6.938.500
26 Rp138.000 Rp390.000 Rp450.000 Rp7.800.000 Rp8.778.000
27 Rp90.000 Rp210.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.605.000
28 Rp138.000 Rp390.000 Rp450.000 Rp7.800.000 Rp8.778.000
29 Rp84.000 Rp220.000 Rp220.000 Rp4.012.500 Rp4.536.500
30 Rp72.000 Rp170.000 Rp232.500 Rp3.607.500 Rp4.082.000
31 Rp78.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.095.500
32 Rp144.000 Rp380.000 Rp545.000 Rp8.092.500 Rp9.161.500
33 Rp96.000 Rp210.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.611.000
34 Rp108.000 Rp180.000 Rp450.000 Rp5.857.500 Rp6.595.500
35 Rp90.000 Rp130.000 Rp242.500 Rp4.012.500 Rp4.475.000
36 Rp120.000 Rp310.000 Rp390.000 Rp4.012.500 Rp4.832.500
37 Rp72.000 Rp140.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.039.500
38 Rp72.000 Rp130.000 Rp232.500 Rp3.607.500 Rp4.042.000
39 Rp216.000 Rp350.000 Rp777.500 Rp11.700.000 Rp13.043.500
40 Rp168.000 Rp330.000 Rp745.000 Rp8.842.500 Rp10.085.500
41 Rp120.000 Rp280.000 Rp390.000 Rp6.090.000 Rp6.880.000
42 Rp114.000 Rp240.000 Rp265.000 Rp5.857.500 Rp6.476.500
43 Rp114.000 Rp260.000 Rp265.000 Rp5.887.500 Rp6.526.500
44 Rp126.000 Rp290.000 Rp390.000 Rp6.112.500 Rp6.918.500
45 Rp138.000 Rp330.000 Rp450.000 Rp7.800.000 Rp8.718.000
Jumlah Rp5.052.000 Rp12.100.000 Rp15.493.500 Rp268.072.500 Rp300.718.000
Rata-rata Rp112.267 Rp268.889 Rp344.300 Rp5.957.167 Rp6.682.622
Lampiran 19. Penerimaan dan Total Biaya Usahatani Padi Sawah Organik di
Daerah Penelitian, Musim Tanam Tahun 2014.

Nomor Sampel Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp)


1 Rp17.000.000 Rp4.673.000
2 Rp25.800.000 Rp6.922.500
3 Rp19.500.000 Rp5.308.500
4 Rp24.500.000 Rp6.840.000
5 Rp22.500.000 Rp6.490.500
6 Rp20.750.000 Rp5.641.000
7 Rp21.000.000 Rp5.623.500
8 Rp51.000.000 Rp15.402.000
9 Rp16.500.000 Rp4.078.000
10 Rp15.500.000 Rp4.101.500
11 Rp17.250.000 Rp4.549.000
12 Rp17.000.000 Rp4.536.500
13 Rp25.000.000 Rp6.910.000
14 Rp22.500.000 Rp6.470.500
15 Rp16.500.000 Rp4.101.500
16 Rp17.500.000 Rp4.506.500
17 Rp19.750.000 Rp5.605.000
18 Rp15.000.000 Rp4.059.500
19 Rp26.000.000 Rp6.932.500
20 Rp20.000.000 Rp5.635.000
87

21 Rp17.000.000 Rp4.476.500
22 Rp24.300.000 Rp6.880.000
23 Rp62.500.000 Rp26.686.500
24 Rp15.250.000 Rp4.069.500
25 Rp26.500.000 Rp6.938.500
26 Rp28.500.000 Rp8.778.000
27 Rp19.500.000 Rp5.605.000
28 Rp28.500.000 Rp8.778.000
29 Rp17.000.000 Rp4.536.500
30 Rp15.250.000 Rp4.082.000
31 Rp16.500.000 Rp4.095.500
32 Rp30.000.000 Rp9.161.500
33 Rp20.750.000 Rp5.611.000
34 Rp21.500.000 Rp6.595.500
35 Rp18.000.000 Rp4.475.000
36 Rp24.000.000 Rp4.832.500
37 Rp15.000.000 Rp4.039.500
38 Rp16.250.000 Rp4.042.000
39 Rp45.000.000 Rp13.043.500
40 Rp35.500.000 Rp10.085.500
41 Rp24.750.000 Rp6.880.000
42 Rp22.500.000 Rp6.476.500
43 Rp22.750.000 Rp6.526.500
44 Rp26.000.000 Rp6.918.500
45 Rp28.500.000 Rp8.718.000
Jumlah Rp1.051.850.000 Rp300.718.000
Rata-rata Rp23.374.444 Rp6.682.622

Lampiran 20. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi


Sawah Organik Dengan menggunakan Metode Ordinary Least Squares di Daerah
Penelitian Tahun 2014.

Dependent Variable: LGY

Method: Least Squares

Date: 02/22/16 Time: 00:47

Sample: 1 45

Included observations: 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  


88

LGX1 0.624424 0.085668 7.288846 0.0000

LGX2 0.293736 0.074828 3.925482 0.0003

LGX3 0.041139 0.031086 1.323404 0.1934

LGX4 -0.048475 0.059497 -0.814744 0.4202

LGX5 0.078964 0.038804 2.034935 0.0487

C 7.132153 0.320243 22.27103 0.0000

R-squared 0.996203     Mean dependent var 8.392378

Adjusted R-squared 0.995716     S.D. dependent var 0.320314

S.E. of regression 0.020965     Akaike info criterion -4.768317

Sum squared resid 0.017142     Schwarz criterion -4.527429

Log likelihood 113.2871     Hannan-Quinn criter. -4.678516

F-statistic 2046.322     Durbin-Watson stat 2.291021

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 21. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani


Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian Musim Tanam Tahun 2014.

Untuk menentukan efisiensi ekonomi faktor produksi yang digunakan maka dapat
ditentukan dengan menggunakan konsep sebagai berikut :
89

y
PMX1 = bi .
X1

NPMX1 = NPMxi / Pxi

IExi = PMX1 / NPMX1

Dimana :

Py = Jumlah Rata-rata harga produksi padi sawah organic

berdasarkan luas lahan petani

Px1 = Harga rata-rata variabel lahan berdasarkan luas lahan petani

Px2 = Harga rata-rata variabel benih berdasarkan luas lahan petani

Px5 = Harga rata-rata variabel tenaga kerja berdasarkan luas lahan

Y = Produksi rata-rata Padi Sawah Organik

bi = Koefisien regresi faktor produksi ke-i

Py = 5.000 y = 4674,89

Px1 = 1.000.000 b1 = 0,624

Px2 = 6.000 b2 = 0,293

Px5 = 75.000 b5 = 0,078

Luas Lahan

y
PMX1 = b 1.
X1

4674,89
0,624. = 3739,9
0,78

NPMX1 = PMX1 . Py

= 3739,9 x 5.000 = 18.699.560


18.699.560
IEx1 = 1.000.000
= 18,7

Benih
90

y
PMX2 = b 2.
X2
4674,89
0,293. = 73,20
18,71
NPMX2 = PMX2 . Py
= 70,71 x 5.000 = 366.045
366.045
IEx2 = 6.000
=¿ 61,00

Tenaga Kerja

y
PMX5= b 5.
X5

4674,89
0,078. = 4,73
77,03

NPMX2 = PMX2 . Py

= 4,73 x 5.000 = 23.668,8


23.668,8
IEx2 = =¿ 0,31
75.000

Anda mungkin juga menyukai