Analisis Efisiensi Ekonomi Padi Sawah Organik
Analisis Efisiensi Ekonomi Padi Sawah Organik
KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KABUPATEN BATANGHARI
D1B011107
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
3
PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ABSTRAK
Kata kunci: Efisiensi Ekonomi, Faktor Produksi, Usahatani Padi Sawah Organik
5
PERNYATAAN
NIM : D1B011107
Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan
dimanapun juga atau oleh siapapun juga.
Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau
dinyatakan pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiatrisme
Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau
dalam proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiatrisme didalam
skripsi ini, maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1)
butir (g) peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010
tentang pencegahan dan pengulangan plagiat di perguruan tinggi yakni
pembatalan ijazah.
NIM. D1B011107
RIWAYAT HIDUP
6
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan Cinta Kasih, dan BerkatNya
yang begitu besar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Ayah saya Ir. Saidin Nainggolan, MSi dan Ibu saya Elisabeth Marbun yang
tak pernah berhenti berjuang dan berdo’a demi kebahagiaan dan cita-cita
saya. Kakak saya Wulan Nainggolan, S.Kom, SE, MM, Abang-abang saya
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Organik
Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Dewi Sri
Nurchaini, M.P selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ardhyan Saputra, SP. M.Si
selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman atas do’a dan
dukungannya.
Jambi,
Februari 2016
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 6
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 7
1.3.1. Tujuan Penelitian 7
1.3.2. Kegunaan Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 9
Konsep Padi Organik 9
Konsep Usahatani 11
Faktor-Faktor Produksi Usahatani 13
2.3.1. Lahan 14
2.3.2. Modal 16
2.3.3. Benih 17
2.3.4. Pupuk 18
2.3.5. Obat-obatan 19
2.3.7. Manajemen 21
2.10 Hipotesis 35
ii
iii
METODE PENELITIAN 36
Ruang Lingkup Penelitian 36
Sumber Dan Pengumpulan Data 37
Metode Penarikan Sampel 37
Model Dan Metode Analisis Data 39
Konsepsi Pengukuran 45
iii
iv
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAN 83
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
v
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
viii
viii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam
mengatasi krisis ekonomi yang sedang terjadi. Salah satu sub sektor pertanain yang
sangat penting adalah subsektor tanaman pangan karena pangan merupakan
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan pangan terus meningkat
di karenakan setiap tahun jumlah peduduk Indonesia terus meningkat, sementara
produksi pangan dari periode ke periode semakin semakin menurun
(Khairuddin,2003).
Sub sektor tanaman pangan menjadi perhatian khusus pemerintah dalam rangka
menjamin ketahanan pangan nasional. Salah satu komoditi tanaman pangan yang
sangat penting adalah komoditas tanaman padi. Usahatani padi sawah adalah suatu
jenis kegiatan pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan
mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan yang
ditujukan pada peningkatan produktifitas dalam mengusahakan padi sawah.
Usahatani padi sawah ada 2 yaitu : usahatani padi sawah non organik
(konvensional) dan usahatani padi sawah organik.
Menurut Yuditian (2007) usahatani padi sawah non organik (konvensional) adalah
praktik kegiatan budidaya pertanian yang lahir dari revolusi hijau. Di Indonesia
sendiri total luas area lahan padi sawah tahun 2013 seluas 1.383.525.200 Ha dengan
hasil produksi 7.127.970.900 Ton (Lampiran 1). Keberhasilan inilah yang kemudian
menjadikan para pelaku pertanian seakan
1
tidak ingin lepas dari praktik–praktik pertanian ini. Sedangkan padi organik
adalah padi yang dibudidayakan tanpa penggunaan bahan–bahan anorganik.
Budidaya padi organik bukanlah cara bertani baru, sebelum diperkenalkannya
revolusi hijau, para petani tentunya melakukan penanaman padi secara alami tanpa
penggunaaan pupuk dan pestisida organik.
Pertanian organik telah disosialisasikan di Indonesia sejak Tahun 2001, dan salah
satu kebijakan pemerintah dalam mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanaman pangan termasuk padi adalah dengan menerapkan
pertanian tanaman pangan organik atau yang lebih sering disebut pertanian
tanaman pangan berkelanjutan. Dengan adanya program pemerintah Go Organik
2010 yang memiliki aspek peningkatan mutu, nilai tambah, efisiensi sistem
produksi, serta kelestarian sumberdaya alam, dan lingkungan yang merupakan isu
dan menjadi sasaran utama. Dalam mewujudkan program Go Organik 2010,
pemerintah mendukung pengembangan pertanian organik dengan adanya
kebijakan peningkatan produksi pertanian organik dengan sasaran produksi
pertanian organik pada komoditi padi pada Tahun 2009 sebesar 562.000 Ton
(Lampiran 2).
Di Provinsi Jambi salah satu sentra usahatani padi organik pada Kabupaten
Batanghari. Di Kabupaten Batanghari yang mengusahakan padi sawah organik
hanya satu Kecamatan saja yaitu pada Kecamatan Muara Bulian hal ini disebabkan
banyaknya petani beralih ke padi sawah semiorganik dimana petani kekurangan
bantuan seperti pupuk dan obat-obatan organik dari pemerintah (BP3K,
Kecamatan Muara Bulian). Menurut data BPS tahun 2013 Kabupaten Batang
Hari, Kacamatan Muara Bulian merupakan penghasil padi sawah terbesar ketiga
dibawah Kecamatan Mersam dan Kecamatan Muaro Sebo Ulu, dimana jumlah
produksi padi sawah di Kecamatan Muara Bulian sebesar 6.803 Ton dengan luas
panen sebesar 1.350 Ha dan rata-rata produktifitas sebesar 5,03 Ton/Ha (lampiran
4). Luas panen yang cukup tinggi di daerah Kecamatan Muara Bulian mempunyai
potensi untuk pengembangan pangan lokal. Kecamatan Muara Bulian terdiri dari
20 desa, dimana salah satu desa yang memiliki produksi tertinggi adalah di desa
Pasar Terusan. dengan luas lahan 820 Ha dengan hasil produksi sebesar 5.494 Ton
dan rata-rata produktivitas sebesar 6,7 Ton/Ha (lampiran 5).
Berdasarkan informasi yang didapat dari Kepala Desa dan PPL di desa Pasar
Terusan Kecamatan Muara Bulian bahwa hampir setiap kepala keluarga di desa
Pasar Terusan melakukan usahatani padi organik. Usahatani padi sawah organik
3
telah dilakukan secara turun – temurun, namun sejak ada program revolusi hijau
petani desa Pasar Terusan sempat menggunakan pupuk kimia dalam
memgusahakan usahatani padi sawah atau yang disebut dengan pertanian
konvensional. Akibat penggunaan pupuk kimia sehingga tanah pertanian padi
sawah menjadi mengeras dan petani kembali ke sistem pertanian organik sampai
sekarang. Sejak adanya program go organik kegiatan usahatani padi sawah organik
semakin diperhatikan oleh pemerintah dengan adanya bantuan pupuk organik
seperti pertrorganik, disamping sebagai mata pencarian utama ada juga petani yang
memproduksi usahatani padi sawah hanya untuk kebutuhan pangan rumah
tangganya dan ada juga untuk dijual keluar desa.
Dalam mengerjakan usahataninya petani padi organik di desa Pasar Terusan pada
umumnya dikerjakan secara sendiri-sendiri dan ada juga dengan sistem diupahkan
dengan orang lain. Jenis benih yang digunakan oleh petani adalah jenis benih lokal
yang diperoleh dari hasil produksi tahun sebelumnya. Dan Penggunaan pupuk
dalam membantu kesuburan pertumbuhan padi organik petani menggunakan
pupuk bantuan subsidi dari pemerintah berupa pupuk petro organik yang dijual
oleh pemerintah dan pupuk kandang yang bahan bakunya didapat dari hewan
peliharaan petani sekitar. Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit padi
sawah, petani organik menggunakan obat-obatan tradisional dan obat-obatan
bantuan dari pemerintah.
yang optimal. Dengan adanya kombinasi yang efisien antara satu faktor produksi
dengan faktor produksi yang lainnya diharapkan mampu memberikan produksi
yang tinggi.
Berdasarkan uraian latar belakang yang diajukan maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor
Produksi Usahatani Padi Organik Di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari”
Penggunaan faktor produksi tenaga kerja dalam proses penanaman dan bahan
pembuatan pupuk organik relatif membutuhkan biaya yang rendah serta sebagian
petani yang membeli pupuk organik subsidi dari pemerintah ataupun pengecer.
Selain berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi, usahatani padi organik
juga diiringi dengan tambahan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi padi
organik (Yuditian,2007). Produksi padi dalam usahatani padi organik diharapkan
memberikan penerimaan yang melebihi biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
proses produksi.
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak-pihak yang
selanjutnya.
9
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Yuditian (2007) padi organik adalah padi yang dibudidayakan tanpa
penggunaan bahan–bahan anorganik. Organik sebagaimana digunakan pada
kebanyakan tanaman sawah organik yang umumnya berarti bahwa: (1) Tidak ada
pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah digunakan, (2)
Kesuburan tanah dipelihara melalui proses alami seperti penanaman tumbuhan
penutup atau penggunaan pupuk kandang yang di kompos dan limbah tumbuhan,
(3) Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang
sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama, (4) Pergantian bentuk-bentuk bukan
kimia dari pengendalian hama.
Produk organik terutama di pasar-pasar maju biasanya menerima harga yang lebih
tinggi. Produk organik juga sering dianggap sebagai memiliki manfaat kesehatan
yang lebih besar. Sebagaimana yang terlibat dalam penanaman padi organik
adalah: (1) Harus mengikuti standar ketat untuk produksi danpengolahan yang
ditetapkan oleh badan sertifikasi, (2) Harus membuat dan menyerahkan rencana
tahunan yang memperlihatkan bahwa memenuhi persyaratan produksi dan
pengolahan dari badan sertifikasi, (3) Produk hanya dapat disertifikasi organik bila
produk ditanam di lahan yang telah bebas dari zat-zat terlarang (misalnya,
pestisida dan pupuk kimia buatan) selama tiga tahun sebelum sertifikasi, (4)
Tantangan utama dari penanaman padi awalnya berkaitan dengan pengelolaan
hara dan pengendalian gulma. Contoh utama mencakup: (a) Nitrogen biasanya
disediakan melalui penanaman leguminosa penutup tanah, (b) Pupuk dari tulang
merupakan sumber fosfor murah yang baik (dengan kadar sekitar 12 persen). Hal
ini cepat berfungsi dan berlangsung sampai 6 bulan. Sumber lain adalah dari Rock
Phosphate, yang memiliki rasio 33 persen. Dengan Rock Phosphate hanya akan
mendapatkan sekitar 10 persen pada tahun pertama karena lamban fungsinya dan
berlangsung selama 3-5 tahun, (c) Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber
kalium yang baik. Kalium dapat berkadar tinggi dalam air irigasi, (d) Gulma dapat
dikurangi melalui perataan lahan yang baik, pengelolaan air, pengolahan tanah,
dan rotasi tanaman, (e) Sebagian besar serangga dan penyakit dapat dikendalikan
melalui penggunaan varietas yang tepat, (5) Harus membuat catatan terperinci
mengenai metode dan bahan yang digunakan dalam penanaman atau pengolahan
produk organik untuk memperlihatkan bahwa standar telah dijaga dan diperiksa,
(6) Membutuhkan pihak ketiga yang disetujui oleh badan sertifikasi nasional untuk
mensertifikasi yang setiap tahun menginspeksi
9 semua metode dan bahan. (Bawolye
dan Syam, 2006).
dan alam sekitarnya sebagai modal, agar memberikan manfaat yang sebaik-baiknya
sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2008), berdasarkan tujuan dan prinsip
sosial ekonomi, perkembangan usahatani terbagai menjadi 3 golongan, yang
pertama adalah golongan usahatani yang bercirikan ekonomi kapitalis yang
pengelolaanya terpisah antara perusahaan dengan rumah tangga serta berorentasi
memperoleh profit sebesar-besarnya. Kedua adalah usahatani yang memiliki dasar
ekonomis-sosialistis-komunitas yang menganggap tenaga kerja manusia sebagai
faktor terpenting sehingga mendapatkan penghargaan yang istimewa sebab
bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Golongan yang ketiga adalah
usahatani yang berciri ekonomis seperti diungkapkan oleh A. Tschajanov yaitu
family farming yang berkembang dari subsitence farming kearah commercial
farming.
Berdasarkan pada uraian diatas, menurut Nikolaus (2011) maka usahatani padi
organik adalah usaha penerapan budidaya padi secara organik dengan
pengkoordinasian faktor-faktor produksi dan sumber daya yang dimiliki petani
padi organik untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan maksimal. Usahatani
padi organik memiliki sifat mengarah kepada commercial farming, dimana
keuntungan menjadi orientasinya.
berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak
tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor
terdahulu.
Ketiga faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang mutlak
dan harus tersedia, yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun
dapat dipenuhi. Lain halnya dengan faktor keempat, manajemen
(pengelolaan) lebih ditekankan pada usahatani yang maju dan berorientasi
pasar pada keuntungan. Pada usahatani tradisional atau usahatani rakyat,
keberadaannya belum begitu diperhitungkan karena tujuan usahatani
masih subsistem, orientasi masih hanya sebatas memenuhi kebutuhan
sendiri, dan jika ada sisa kemudian dijual.
2.3.1 Lahan
baik. Dalam usaha dalam bidang pertanian, tanah memiliki peranan dalam
pengelolaan usahatani yaitu (Daniel, 2004) :
Kekuatan/kemampuan potensial dan aktual dari tanah
Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan daya saing dari tanah
Produktivitas tanah
Nilai sosial ekonomis dari tanah
Dalam melakukan usahatani, tidak semua tanah adalah milik petani. Tanah
milik petani atau yang dikelola oleh petani dapat diperoleh dari berbagai sumber,
yaitu sebagai berikut (Daniel, 2004) :
Tanah milik, yaitu tanah milik dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan
yaitu sertifikat.
Tanah sewa, yaitu tanah yang didapat dengan perjanjian sewa, yang
sewanya sudah terlebih dahulu ditentukan tanpa melihat besar/kecilnya
hasil produksi.
Tanah sakap, yaitu tanah bagi hasil, tetapi dengan perjanjian besarnya sewa
berdasarkan hasil panen/produksi dan dibayarkan setelah panen.
Tanah pemberian negara, yaitu tanah milik negara yang diberikan kepada
seseorang yang mengikuti program pemerntah atau berjasa kepada negara.
Tanah waris, yaitu yang karena hukum tertentu (agama atau adat)
dibagikan kepada ahli warisnya.
Tanah wakaf, yaitu tanah yang diberikan atas seseorang atau badan kepada
pihak lain, umumnya untuk kegiatan sosial.
2.3.2 Modal
Modal tetap (fixed cost) yang terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan
peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
tidak habis dalam sekali proses produksi.
Modal tidak tetap (varibel cost) yang terdiri dari benih, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja (upah yang dibayarkan).
Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku
untuk jangka panjang. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian
tergantung dari :
Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya
modal yang dipakai, makin besar skala usaha makin besar pula modal yang
dipakai
Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian
juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai.
Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani.
14
2.3.3 Benih
2.3.5 Obat-obatan
Maka besarnya upah dapat dihitung dengan mengalikan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan (HKO) dengan upah yang berlaku di daerah penelitian.
Manajemen
Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan
melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses
produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai
tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang
tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi (Soekartawi,
2002).
Faktor manajemen dipengaruhi oleh : 1) tingkat pendidikan 2) pengalaman
berusahatani 3) skala usaha 4) besar kecilnya kredit dan 5) macam
komoditas. Perencanaan input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan,
baik dari segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka
disusunlah rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu
menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat
sendiri atau membeli.
Pengawasan pada usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan
faktor produksi lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal
untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap
penggunaan faktor-faktor produksi dapat menentukan besar kecilnya
kontribusi faktor produksi dalam suatu usahatani.
Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan
harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada
tujuan-tujuan yang diharapkan.
Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi secara langsung dan
hubungan tersebut dapat lebih mudah dan dimengerti.
Hubungan antara variabel Y (dependent variable) dan X (independent
variable). Serta sekaligus mengetahui hubungan antara variabel penjelas
secara matematis.
Hubungan antara input (X) dan output (Y) dapat dilihat dengan persamaan sebagai
berikut :c
18
Q = f (X 1 , X 2 , X 3 … … … . X n ¿ ¿ ❑)¿..............................................................(2.4)
Dimana :
Q = Tingkat Output
Q = (K, L)
Dimana :
Q = Tingkat Output
K = Input Modal
Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa kurva fungsi produksi melukiskan
hubungan antara konsep average product (AP) dengan Marginal Product (MP) yang
disebut kurva total produksi (TP). Average Product menunjukkan kuantitas output
produk yang dihasilkan.
Y
AP = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2.5)
X
Y = Output
X = Input
∆y
MP= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… .(2.6)
∆x
ΔY = Perubahan Output
ΔX = Perubahan Input
Menurut Sukirno (1982). Dalam kurva produksi klasik terdapat tiga daerah
produksi yaitu peningkatan MP, penurunan MP, dan MP negatif. Keuntungan
maksimum suatu usahatani tertentu berada pada daerah II dengan penggunaan
faktor produksi dan menunjukkan efisiensi. Hal ini lebih jelasnya terlihat pada
Gambar 1 kurva fungsi produksi (Aulia Tasman, 2008) sebagai berikut :
19
Dari gambar diatas menunjukkan sumbu X merupakan faktor produksi dan sumbu
Y merupakan hasil produksi total dengan sifat dan gerakan kurva hasil produksi
rata – rata (AP), serta hasil produksi marjinal (MP) kedua gambar tersebut
berhubungan erat. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Suatu fungsi produksi yang secara umum digunakan dalam analisis ekonomi adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1994). Fungsi produksi Cobb-Douglas
yang diperkenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H pada tahun 1928
merupakan fungsi produksi logaritmik yang sering digunakan dalam analisis
produksi di sektor pertanian. Fungsi produksi Cobb-Douglas dibangun atas dasar
asumsi antara lain adalah pasar adalah persaingan sempurna, masing -masing
parameter menunjukkan elastisitas produksi yang tetap, teknologi produksi yang
digunakan dalam proses produksi adalah sama. Asumsi lainnya adalah tidak ada
pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu
bilangan yang besarnya tidak diketahui.
Fungsi produksi Cobb-Douglas telah menjadi alat yang berguna dalam penelitian
ekonometrika. Bentuk produksi yang sederhana secara perhitungan ekonomis dan
hasil estimasi koefisien secara statistik signifikan tanpa membebankan persyaratan
keakuratan data. Meskipun bentuk fungsi ini relatif lebih mudah diubah kedalam
bentuk linier sederhana, namun berkenaan dengan asumsi yang ada, bentuk Cobb-
Douglas mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: (1) Elastisitas produksi
adalah konstan, (2) Elastisitas subtitusi input bersifat elastis sempurna atau, (3)
Elastisitas harga silang untuk semua faktor dalam kaitannya dengan harga input
lain mempunyai besaran dan arah yang sama, dan (4) Elastisitas harga permintaan
input terhadap harga output selalu elastis.
Secara matematis bentuk umum dari fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai
berikut :
n
Y = A ∏ Xiβi ..…………………………………………………...…....(2.7)
i
Keterangan :
Y = Produksi
Xi = Faktor Produksi
A = Konstanta
e = Bilangan Eksponensial
μ = Kesalahan Pengganggu
i = 1,2,3……….n
21
Efisiensi teknik per individu usahatani diistilahkan sebagai rasio output yang
diharapkan (Y) terhadap output frontier ( ^y ) pada tingkat teknologi yang ada.
Secara matematis efiensiensi teknis dirumuskan sebagai berikut :
Y
ET = ………………………………..………………………………..(2.9)
Y^
Y^ = produksi potensial
Telah dijelaskan bahwa sasaran dari proses produksi adalah mencapai efisiensi
yang tinggi dalam berproduksi. Ada dua konsep yang perlu diperhatikan
22
Secara matematis hubungan antara efisiensi tehknik, efisiensi harga, dan efisiensi
ekonomis adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1994) :
EE = ET x EH......................................................................................(2.10)
ET = Efisiensi Teknik
EH = Efisiensi Harga
NPM Xi
<1 artinya : Penggunaan faktor produksi ke- i tidak efisien, maka dalam hal
P xi
ini perlu adanya pengurangan faktor produksi ke-i agar efisien.
NPM Xi
>1 artinya : Penggunaan faktor produksi ke- i belum efisien, maka dalam
P xi
hal ini perlu adanya penambahan faktor produksi ke-i agar efisien.
Muaro Jambi diketahui bahwa faktor produksi seperti lahan dan benih belum
mencapai efisiensi ekonomis. Untuk mencapai penggunaan faktor produksi yang
efisien di daerah penelitian, maka diperlukan penambahan penggunaan faktor
produksi lahan dan benih. Sedangkan, faktor produksi berupa tenaga kerja tidak
efisien, maka diperlukan pengurangan penggunaan tenaga kerja.
Untuk meningkatkan produksi padi organik yang berpengaruh pada output yang
diperlukan adalah mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani dalam
melaksanakan usahatani padi organik dan menganalisis penggunaan faktor-faktor
produksi pada usahatani agar lebih efisien. Dengan adanya penyediaan fsktor
produksi yang memadai (cukup) sebelum melakukan proses produksi, maka perlu
dilakukan pemanfaatan faktor produksi tersebut dengan seefisien mungkin. Dengan
melakukan kombinasi yang efisien antar faktor produksi maka diharapkan
24
perolehan produksi yang tinggi. Salah satu cara dalam mencapai hal tersebut dapat
dilakukan dengan menerapkan efisiensi ekonomis terhadap produksi.
Rendahnya produksi yang dicapai salah satunya dapat disebabkan belum efisiennya
penggunaan faktor produksi (input) yang digunakan dalam usahatani padi organik
tersebut seperti: penggunaan lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan obat-obatan.
Luas lahan dalam usahatani dapat mengalami perubahan sesuai dengan perubahan
kondisi faktor produksi lainnya yang bisa saja bertambah atau berkurang.
Penggunaan luas lahan akan menjadi ukuran dalam menentukan jumlah tenaga
kerja, benih, pupuk dan obat-obatan yang digunakan petani dalam usahataninya.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang juga diperlukan dalam usahatani
padi organik. Pada daerah penelitian, tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga
kerja dalam keluarga dan tenga kerja luar keluarga. Benih juga diperlukan dalam
usahatani padi organik karena benih memegang peranan penting, penggunaan
benih yang berkualitas akan menghasilkan produksi yang tinggi pula. Untuk
memperbaiki kondisi tanah maka dibutuhkan pupuk untuk memperbaiki kondisi
tanah seperti menambah unsur hara yang kurang yang sangat dibutuhkan oleh padi
organik dengan baik.
Penggunaan Faktor
Produksi :
Luas Lahan
Benih
Pupuk Organik
Obat-Obatan
Tenaga Kerja
Efesiensi Ekonomi
Penggunaan Faktor Produksi
2.9. Hipotesis
Diduga penggunaan faktor produksi, luas lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi organik di Desa
Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian.
Penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga
kerja pada usahatani padi organik belum efisien secara ekonomis.
26
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah tingkat efisiensi ekonomi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi organik. Faktor produksi
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan
obat-obatan. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :
Data yang dikumpulkan meliputi data primer 36 dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan dari petani padi organik. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari
laporan hasil penelitian, instansi terkait, dan literatur-literatur yang digunakan
dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu terdiri dari :
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Organik pada 3 Kelompok
Tani di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian, Tahun 2014.
Tabel 4. Jumlah Sampel dari Anggota Kelompok Tani yang Mengusahakan Padi
Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian.
28
Pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan data yang tersedia dan tujuan
yang hendak dicapai. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan
diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut baik secara metode analisis deskriftif
maupun metode kuantitatif. Analisis Deskriftif, analisis ini digunakan untuk
menggambarkan kondisi dan situasi dalam penelitian yang berbentuk pernyataan-
pernyataan, yang dilukiskan dengan perkataan serta untuk melihat gambaran
umum dan karateristik responden dalam penelitian ini (petani sampel).
Data-data dan informasi yang diperoleh dari petani selanjutnya akan dianalisis dan
diregresikan. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan sebab
akibat antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam analisis
regresi tersebut, selain mengukur kekuatan hubungan juga menunjukkan arah
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Maka model dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
A = Konstanta
μ = Kesalahan Pengganggu
Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dari analisis regresi
linear akan diperoleh koefisien regresi pada masing-masing variabel independen
dan juga berapa besar hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
secara bersama-sama mempengaruhi produksi padi organik di wilayah penelitian.
bi ∑ xiyi
R 2= ................................................................................. (3.3)
∑ yi2
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
Ho : R2 = 0
Ha : R2 ≠ 0
R2 /( k−1)
F hit = .......................................................................................(3.4)
(1−R¿ ¿2)/( n−k ) ¿
Dimana :
Ho : βi = 0
Ha : βi ≠ 0
Jika thit ≥ tTabel (α = 5 % db = n-1) maka tolak Ho atau terima Ha artinya secara
parsial variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Jika thit ≤ tTabel (α = 5 % db = n-1) maka terima Ho atau tolak Ha artinya secara
parsial variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
bi
t hit = ................................................................................(3.5)
Sbi
Dimana :
i = 1,2,3,4, dan 5
Nilai t hitung yang di dapat selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel pada
derajat kebebasan (df) tertentu dan pada taraf nyata tertentu dengan keputusan
sebagai berikut :
31
th > tt tolak H0
th ≤ tt terima H0
Menurut Soekartawi (2013), efisiensi ekonomis tertinggi akan terjadi jika petani
mampu membuat suatu upaya sehingga Nilai Produk Marginal (NPM) untuk suatu
faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Pxi) atau dapat dituliskan
sebagai berikut :
y
PMX1 = bi .
Xi
Y = Rata-rata Produksi
Py = Harga Produksi
Kondisi efisien harga menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X,
atau dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
Dalam banyak kenyataan NPM tidak selalu sama dengan P yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :
NPMxi
< 1 Artinya : Penggunan faktor produksi ke-1 tidak efisien, untuk
Hxi
mencapai efisien maka faktor produksi perlu dikurangi.
NPMxi
= 1 Artinya : Penggunaan Input sudah efisien.
Hxi
32
NPMxi
> 1 Artinya : Penggunaan faktor produksi ke-i belum efisien, untuk
Hxi
mencapai efisien maka faktor produksi perlu ditambah.
Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang diterima untuk setiap rupiah
yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi dan untuk mengetahui efisiensi usaha
maka dapat digunakan R/C rasio. Menurut Suratiyah (2011), analisis R/C rasio
adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang diterima
untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Formula yang
digunakan untuk menghitung R/C rasio adalah sebagai berikut :
Penerimaan ( R)
R/C= ..............................................................................(3.6)
Total Biaya(C)
Keterangan :
R/C > 1, Artinya untuk pengeluaran biaya produksi sebesar Rp. 1 akan
mendapatkan penerimaan lebih besar dari Rp. 1.
Padi Organik adalah Padi yang disahkan oleh sebuah badan independen,
untuk ditanam dan diolah menurut standar organik yang ditetapkan.
Petani sampel adalah petani yang mengusahakan padi sawah organik.
Jumlah Produksi adalah Jumlah total produksi padi organik dalam sekali
musim tanam (Kg)
Luas Lahan adalah luas lahan garapan yang digunakan untuk usahatani
padi organik dalam satu kali musim tanam (Ha)
Benih adalah jumlah pemakaian benih padi organik yang digunakan pada
sekali musim tanam (Kg).
Pupuk adalah jumlah pupuk organik yang digunakan petani untuk
meningkatkan produksi padi organik per satuan luas dalam satu kali musim
tanam (Kg).
Obat-obatan adalah obat-obatan yang digunakan dalam usahatani padi
organik pada satu kali musim tanam (Liter).
Tenaga Kerja adalah jumlah curahan tenaga kerja yang digunakan dalam
satu kali musim tanam padi organik (HOK).
Harga faktor produsksi adalah harga yang berlaku di daerah penelitian
atau tempat usahatani dari setiap penggunaan input. (Rp)
33
Harga output adalah nilai harga dari nilai jual gabah kering giling (GKP)
yang dibayar oleh pembeli. (Rp)
Biaya usahatani adalah seluruh pengeluaran untuk memenuhi biaya
produksi usahatani padi sawah organik dalam satu tahun musim tanam
yang meliputi biaya benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja yang
dinyatakan dalam rupiah (Rp)
Efisiensi Ekonomi adalah suatu ukuran perbandingan antara Nilai Produk
Marginal (NPM) dengan Harga Faktor Produksi (Hx) sama dengan satu.
Penerimaan usahatani padi sawah organik adalah besarnya nilai produksi
padi sawah organik yang dihitung dari besarnya produksi dikalikan dengan
harga gabah kering padi pada saat itu (Rp)
R/C ratio adalah ratio imbangan antara biaya dengan penerimaan yang
dihasilkan dimana R/C Menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh
dari setiap rupiah yang dikeluarkan.
Desa Pasar Terusan merupakan salah satu dari 20 kelurahan atau desa yang
ada di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari yang meliputi luas wilayah
3.600 Ha. Desa Pasar Terusan memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Secara umum keadaan topografi Desa Pasar Terusan adalah merupakan daerah
dataran rendah, adapun jenis tanah yang terdapat di Desa Pasar Terusan adalah
Alluvial.
Iklim Desa Pasar Terusan sebgai mana desa – desa lainnya di wilayah
Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pengaruh pola tanam yang ada di Desa Pasar Terusan
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
4 15 – 19 143
5 20 – 24 127
6 25 – 29 150
7 30 – 34 258
8 35 – 39 332
9 40 – 44 183
10 45 – 49 269
11 50 – 54 213
12 55 – 59 275
13 60 – 64 186
14 >65 74
Jumlah 3164
Sumber: Data Monografi Desa Pasar Terusan
Sarana dan prasarana pertanian merupakan hal yang sangat penting dalam
prasarana proses produksi dan pegembangan agribisnis. Sarana dan prasarana
meliputi alat – alat trasnportasi ( mobil, motor, perahu dan sepeda), komunikasi
(Telepon, hendpone,radio,televisi). Kondisi sarana dan prasarana umum di desa
Pasar Terusan dapat dilihat dari Tabel 7.
Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang
dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup masyarakat. Komoditas pertanian yang
diusahakan di Desa Pasar Terusan yang menjadi skala prioritas untuk andalan
daerah dan mempunya kontinuitas pada usahatani padi sawah. Desa Pasar Terusan
komoditi yang dominan yaitu komoditi padi Sawah di samping komoditi – komoditi
yang lainnya. Hai ini menujukan bahwa di Desa Pasar Terusan banyak yang
mengusahakan tanaman padi sawah. Selain mengusahakan tanaman padi sawah
tanaman yang diusahakan adalah tanaman perkebunan seperti karet. Kentalnya
kebiasaan yang ada di Desa Pasar Terusan dalam budidaya padi sawah organik
terlihat hampir seluruh rakyat Desa Pasar Terusan mengusahakan padi sawah
organik diketahui begitu mudahnya memperoleh pupuk dan pestisida organik
penduduk desa Pasar Terusan tetap mempertahankan usahatani padi sawah
organik desa ini mempunyai motto ” Malu Tidak Bahumo”.
Pertanian yang diterapkan di Desa Pasar Terusan lebih mendekati sistem pertanian
alamiah dimana dalam pelaksanaan budidayanya memanfaatkan pupuk organik
dari kotoran hewan ternak. Pertanian di daerah ini tergolong pertanian organik
37
karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Hal itu mengacu pada salah
satu pengertian mengenai pertanian organik.
Sebagian besar penduduk Desa Pasar Terusan dimana jumlah total kepala
keluaraga adalah 612 KK dimana ada 520 KK atau 84,96 % KK yang
mengusahakan usahatani padi sawah organik. Petani di Desa Pasar Terusan sudah
menggunakan pupuk organik seperti yang digunakan dalam pertanian organik
pada umumnya, yaitu pupuk kandang dan pelepasan hewan ternak kerbau selama 6
bulan di lahan sawah selain itu petani juga mendapatkan bantuan dari pemerintah
yaitu berupa pupuk petrorganik. Petani di daerah ini sebagian besar sudah
menyadari dampak positif dari pupuk organik atau pun pupuk kandang terhadap
kesuburan dan produktivitas tanah. Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk
utama dalam mengolah sawah pertanian sudah diterapkan masyarakat Desa Pasar
Terusan secara turun temurun. Jadi, sistem pertanian organik sebagai inovasi saat
ini sesuai dengan kebiasaan budidaya petani Desa Pasar Terusan. Biasanya petani
padi sawah di desa pasar terusan melakukan tradisi Sedekah Bubur sebelum
menanam padi, tradisi ini sudah turun menurun agar hasil panen yang diterima
petani baik dan tidak terjadi gagal panen.
Usahatani padi sawah organik diusahakan satu kali dalam setahun. Biasanya
penanaman dimulai pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan berkisar
Juni-November. Usahatani padi sawah organik pada umumnya dilakukan petani
pada lahan milik sendiri, dengan luas lahan rata-rata yang dimiliki 0.5 - 2.0 ha.
Dalam pengelolaannya, tenaga kerja yang banyak digunakan adalah tenaga kerja
dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya digunakan pada saat
pengolahan lahan, penanaman, pemanenan dan pascapanen dengan sistem upahan
atau dengan sistem gotong-royong.
Langkah awal yang dilakukan petani adalah seleksi benih dengan cara perendaman
benih dan dapat sekaligus dilakukan pemilahan, benih yang hampa akan
mengapung ke permukaan air sedangkan yang bernas akan tenggelam, hanya benih
yang bernas yang dipilih petani. Benih yang biasa digunakan petani desa pasar
terusan adalah benih lokal seperti benih PB, Kuning Betung, Gadis Jambi, Karya
Rendah, Sempol dan Rimbun Daun, alasan petani menggunakan benih lokal adalah
bemih rentan terhadap penyakit.
Penyiapan lahan pada umumnya dilakukan petani desa pasar terusan dengan
melakukan pembajakan dengan pencangkulan, handtractor ataupun dengan cara
tradisional menggunakan tenaga kerbau guna untuk perbaikan tanah dan
pemberantasan gulma. Setelah dibajak tanah sawah dibiarkan selama seminggu,
seminggu kemudian tanah dapat dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi
kecil dengan cara pencangkulan. Setelah pembajakan yang dilakukan sebanyak dua
kali, petani memberikan pupuk dasar guna untuk menyatu dengan tanah, pupuk
yang biasa petani gunakan adalah pupuk kandang atau pupuk petroorganik yang
didapat dari bantuan subsidi pemerintah. Lahan yang sudah dibajak dan diberi
pupuk dibiarkan tergenang selama empat hari, setelah empat hari kemudian lahan
38
akan di garu agar tanah menjadi rata dan menjadi lumpur halus dan pupuk
menyatu dengan tanah.
Penanaman padi dilakukan petani dengan jarak 25cm x 25cm atau 30cm x 30cm
dengan kedalaman berkisar 5cm dan jumlah butir yang dimasukan kedalam
rumpun berkisar 3-4bibit. Petani melakukan penyiangan pertama pada saat
tanaman beruumur sekitar empat minggu, penyiangan kedua pada umur berkisar
35 hari dan ketiga pada umur berkisar 55 hari, penyiangan dilakukan dengan cara
pencabutan gulma di areal persawahan atau dengan cara memberikan pestisida
berupa supremo untuk menekan pertumbuhan gulma.
Padi sawah organik tidak lepas dari serangan hama dan penyakit, pada umumnya
petani di desa pasar terusan melakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan
menggunakan berbagai obat-obatan yang memiliki kandungan organik. Obat-
obatan yang digunakan petani adalah (1) explore, agar padi lebih tahan dari
penyakit rebah, kualitas gabah lebih baik , dan menjaga daun bendera agar selalu
sehat sehingga pengisian bulir padi akan optimal sampai pangkal malai. (2)
Astonish, guna untuk menutrisi tanaman padi, serta (3) Abolisi, untuk pengendalian
gulma dan alang-alang. Selain menggunakan obat-obatan petani juga memberantas
hama seperti keong emas dengan cara mengambil keong mas yang menempel pada
tanaman pada saat dia masih bergerak aktif. Biasanya dilakukan pada pagi hari
dan sore hari, menggunakan bangkai ikan untuk mengusir walang snagit dan
pelepah pisang agar terhindar dari serangan hama tikus.
Hasil panen pada umumnya digunakan untuk konsumsi sendiri, dijual dalam
bentuk gabah dengan harga jual Rp 5.000/kg , sebagian hasil juga disimpan dalam
lumbung pangan sebagai persediaan apabila terjadi paceklik.
tahu tentang hal – hal yang belum petani ketahui, sehingga akan berusaha lebih
cepat dalam melakukan adopsi inovasi walaupun masih belum berpengalaman
dalam adopsi inovasi tersebut. Untuk lebih jelas tentang distribusi petani
berdasarkan umur di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukkan bahwa umur petani sampel di daerah penelitian yang paling
dominan yaitu pada umur 44 - 50 sebanyak 23 orang atau 51,06 % persen. Menurut
Tohir dalam Nainggolan (2012), bahwa umur produktif ada pada jenjang 15 - 55
tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur petani sampel berkisar antara 44
– 50 tahun. Petani dalam usia produktif keadaan fisiknya diharapkan mampu untuk
menerapkan teknologi usahatani padi sawah organik. Begitu pula dalam
pengambilan keputusan seperti halnya mempertimbangkan masuknya teknik baru,
termasuk didalamnya teknologi baru untuk budidaya padi sawah organik. Petani
hendaknya dapat dengan cepat mengambil keputusan melalui bantuan pemikiran,
penerangan dan kegiatan penyuluhan pertanian.
Jumlah Petani
Tingkat Pendidikan
(KK) (%)
Total 45 100
(KK) (%)
1–2 3 6,67
3–4 15 33,33
5–6 25 55,56
7–8 2 4,44
Total 45 100
antara 17 - 23 tahun dengan jumlah petani 20 orang dan dengan persentase 44,5%.
Keadaan petani padi sawah organik di daerah penelitian tersebut dapat dikatakan
cukup memiliki pengalaman dalam berusahatani padi sawah organik, sehingga
diharapkan petani menjadi lebih terampil dalam proses pengambilan keputusan
dan pengelolaan usahatani padi sawah organik.
Tabel 12. Rata-rata Produksi dan Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi
Sawah Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014.
Dari Tabel 12 diatas terlihat bahwa petani sampel di daerah penelitian ini memiliki
dan menggunakan faktor produksi tersebut pada kegiatan usahatani padi sawah
organik. Penggunaan secara efisien faktor produksi pada usahatani padi sawah
organik di daerah penelitian ini perlu diterapkan untuk meningkatkan produksi
padi sawah organik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi adalah luas lahan. Dapat
dikatakan pula bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi. Semakin
luas lahan maka hasil yang diperoleh semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya
semakin sempit luas lahan yang digunakan untuk berusahatani maka produksi yang
43
dihasilkan juga sedikit. Distribusi Luas lahan petani sampel pada daerah penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Luas Lahan Petani Sampel Pada Daerah Penelitian
Tahun 2014.
Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Organik
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.
Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Organik
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.
dibutuhkan. Selain itu petani masih mengandalkan pupuk yang berasal dari subsidi
pemerintah, daerah yang jauh dari jangkauan mengakibatkan harga pupuk
bersubsidi yang diterima pada tingkat petani lebih tinggi sehingga petani kurang
mampu dalam memenuhi kebutuhan saprodi usahataninya terutama pupuk.
Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Pada Usahatani Padi Sawah
Organik Per Proses Produksi di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.
Kerja
Frekuensi (KK) (%)
Perhitungan tenaga kerja yang dibedakan antara tenaga kerja dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluaga bertujuan untuk melihat beda nyata antara penggunaan
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga terhadap
peningkatan produksi padi di daerah penelitian. Jika Peningkatan produksi padi
yang yang secara nyata dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga,
maka diharapkan alokasi penggunaan tenaga kerja luar keluarga dapat dikurangi
dan dilakukan penambahan penggunaan jam kerja dalam keluarga pada kegiatan
usahatani padi sawah di daerah penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar tenaga kerja yang digunakan
pada saat pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan merupakan tenaga kerja
luar keluarga dengan upah Rp 75.000 per hari baik untuk pria dan wanita. Untuk
pengolahan lahan tenaga kerja yang banyak digunakan adalah tenaga kerja pria,
sedangkan pada saat penanaman dan pemanenan tenaga kerja yang banyak
digunakan adalah tenaga wanita.
Tabel 18. Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Organik
pada Musim Tanam 2014.
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil estimasi diatas dapat dituliskan untuk usahatani padi sawah
organik di daerah penelitian sebagai berikut :
Pengaruh faktor produksi terhadap produksi padi organik secara parsial dapat
diketahui dengan melihat nilai probabilitas pada masing-masing variabel faktor
produksi. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari alfa (0,05) menunjukkan hasil
yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Berdasarkan hasil analisis
diatas, didapat bahwa nilai probabilitas faktor produksi luas lahan (x1), benih (x2),
dan tenaga kerja (x5) lebih kecil dari alfa (0,05) pada tingkat kepercayaan 95 persen
yang berarti secara parsial atau induvidu variabel bebas tersebut berpengaruh
nyata terhadap produksi padi organik. Sedangkan nilai probabilitas faktor
produksi yang meliputi pupuk organik (x3) dan obat-obatan (x4) lebih besar dari
alfa (0,05) pada tingkat kepercayaan 95 persen, yang berarti secara parsial atau
individu variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi
organik.
Luas lahan dan karateristiknya merupakan luasan lahan yang digarap atau
diusahakan oleh petani untuk mengusahakan usahatani padi sawah organik.
Jadi Luas lahan yang diusahakan petani rata-rata 0,78 Ha dengan rata-rata
produksi 4674,89 Kg/Petani yang berarti besarnya produktivitas 5967,94
Ton/Ha akan berpengaruh pada produksi pertanian. Luas lahan padi sawah
organik yang dikuasai petani akan sangat menentukan besar produksi yang
diperoleh dari usahatani.
Dari hasil pendugaan regresi berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglass
diperoleh bahwa b1 = 0,624 dimana nilai Ep berada pada daerah II yaitu 0 ≤
Ep ≤ 1, yang artinya bila dilakukan penambahan faktor produksi lahan
sebesar 10% akan mengakibatkan penambahan hasil produksi sebesar
6,24%. Hal ini sesuai dengan teori menurut Suratiyah (2011) yang
menyatakan bahwa dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang
diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan
luasnya.
49
Benih merupakan faktor penentu kunci keberhasilan yang paling utama dalam
bertani padi organik maka pemilihan benih harus dilakukan dengan cermat, tepat,
cepat dan mudah agar mengasilkan benih yang bermutu tinggi. Budidaya padi
organik harus menggunakan benih dari varietas alami. Dari hasil pendugaan
regresi berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglass diperoleh bahwa b1 = 0,293
dimana nilai Ep berada pada daerah II yaitu 0 ≤ Ep ≤ 1, yang artinya bila
dilakukan penambahan faktor produksi benih sebesar 10% akan mengakibatkan
penambahan hasil produksi sebesar 2,93%. Dari hasil penelitian di daerah
penelitian jumlah produksi yang diperoleh di beberapa petani dengan penggunaan
benih yang berbeda masih kurang bervariasi. Namun secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa ada kecenderungan dengan pertambahan benih maka akan
meningkatkan produksi padi sawah organik. Faktor benih akan mempengaruhi
hasil produksi dimana benih bermutu adalah syarat utamanya. Ciri benih bermutu
adalah jenisnya murni, bernas, kering, sehat, dan bebas dari campuran biji
rerumputan yang tidak dikehendaki (Andoko, 2008). Benih yang bermutu memiliki
daya kecambah sekitar 90 persen. Benih yang bermutu dapat menghasilkan
produksi yang baik serta diikuti perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi
yang berimbang,sebaliknya bila bemih yang digunakan tidak berkualitas baik maka
produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari penggunaan
benih bermutu. Penggunaan benih berkualitas diharapkan mampu mengurangi
berbagai faktor resiko kegagalan panen.
Menurut Soekartawi (2002), jika elastisitas yang terdapat pada model fungsi
produksi Cobb-Douglas dijumlahkan, secara teknis dapatlah diketahui adanya
skala kenaikan hasil yang telah dicapai karena jumlah melebihi 1. Jika jumlah bi =
1, dapat dikatakan skala kenaikan hasil yang tetap, jika bi > 1 dapat dikatakan
skala kenaikan hasil yang semakin bertambah, dan jika bi < 1 adalah skala
50
4.6. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi dalam Usahatani Padi
Sawah Organik
Dari Tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa nilai perhtungan NPMX1/HX1> 1 yaitu
18,7 artinya penggunaan lahan di daerah penelitian belum efisien secara ekonomi.
Hal ini berarti penggunaan faktor produksi lahan pada usahatani padi sawah
organik di daerah penelitian dapat ditambah guna mendapatkan produksi optimal
dan keuntungan maksimum. Penggunaan luas lahan yang lebih besar maka akan
menambah produksi usahatani padi sawah organik (Andoko, 2008).
ekonomi penggunaan benih pada usahatani padi sawah organik di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 20 berikut :
Tabel 20. Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Benih
di Daerah Penelitian Musim Tanam 2014.
Dari Tabel 20 diatas dapat diketahui bahwa nilai NPMX2/HX2 > 1 yaitu 561,00
artinya penggunaan benih di daerah penelitian belum efisien. Hal ini berarti
penggunaan benih pada usahatani padi sawah organik di daerah peneltian dapat
ditambah pemakaiannya guna untuk memperoleh hasil produksi yang optimal dan
keuntungan yang optimal. Di daerah penelitian penggunaan benih rata-rata
sebanyak 23,98 kg per petani atau setara dengan 18,71 per hektar, bila
dibandingkan dengan rekomendasi penggunaan benih menurut Andoko (2008),
rata-rata penggunaan benih untuk usahatani padi sawah organik berkisar 30Kg/Ha,
maka penggunaan benih di daerah penelitian untuk usahatani padi sawah organik
masih tergolong rendah.
Hy 5.000
NPMx5 23.668,8
Hx5 75.000
NPMx5/Hx5 0,31
Hasil Olahan Data Primer, 2015
Produksi merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan usahatani padi sawah organik
di daerah penelitian. Kemampuan produksi yang dihasilkan dari suatu tanaman
bergantung dari kondisi lahan, jenis benih, gangguan hama dan penyakit serta
iklim. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan produksi fisik yang dihasilkan
usahatani padi sawah organik dalam satu kali musim panen pada tahun 2014.
Produksi yang dihasilkan oleh setiap petani berbeda antara satu dengan yang lain.
Dari hasil penelitian, distribusi petani sampel berdasarkan produksi padi sawah
organik pada daerah penelitian terlihat pada Tabel 22 :
Berdasarkan Tabel 22, diatas dapat dilihat bahwa penyebaran petani berdasarkan
tingkat produksi paling banyak berkisar antara 3000-4600 sebanyak 27 petani
(60%), dan 4600 – 6200 sebanyak 15 petani (33,34%) dan terkecil memiliki
frekuensi masing-masing satu petani. Rata-rata produksi setiap petani untuk rata-
rata luas 0,78 Ha adalah 4674,89 kg.
Penerimaan usahatani adalah nilai produksi usahatani yang dihitung dalam uang.
Penerimaan dapat diperoleh dengan mengalihkan produksi padi sawah organik
dengan harga. Dalam penelitian ini harga gabah kering padi berkisar Rp.5.000,
sehingga didapat penerimaan seluruh sampel sebesar Rp.1.051.850.000,- dan
penerimaan rata-rata petani adalah Rp. 23.374.444,- (Lampiran 15). Adapun
besarnya penerimaan petani dari usahatani padi sawah organik dapat dilihat Tabel
23 berikut :
Tabel 23. Penerimaan Petani dari Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian Musim Tanam 2014.
Biaya produksi usahatani padi sawah organik adalah biaya pembelian sarana
produksi (benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja). Berikut biaya
produksi usahatani padi sawah organik pada musim tanam tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 24 :
Tabel 24. Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Organik Di Daerah Penelitian
Pada Musim Tanam Tahun 2014.
Dari Tabel 24 terlihat bahwa biaya produksi rata-rata paling besar adalah biaya
tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 5.957.167,- dengan persentase 89,15 %, kemudian
biaya obat-obatan sebesar Rp. 344.300,- dengan persentase 5,15 % dan biaya
pupuk sebesar Rp. 268.889 dengan persentase 4,02 % dan biaya terkecil yang
dikeluarkan petani adalah biaya benih yang mana hanya Rp. 112.267 dengan
persentase hanya 1,68 %.
Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan
antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio usahatani padi
sawah organik diperoleh dari perbandingan antara rata-rata total penerimaan (Rp.
23.374.444) dengan rata-rata total biaya (Rp.6.682.622) yaitu sebesar 3,5 > 1.
Besar efisiensi usaha padi organik di Desa Pasar Terusan adalah sebesar 3,5. Angka
ini menunjukkan bahwa usahatani padi organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan
Muara Bulian yang telah dijalankan telah efisien yang ditunjukkan dengan
besarnya nilai R C rasio yang lebih dari satu (R/C > 1).
R/C rasio menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio 3,5 berarti bahwa setiap Rp. 1,00
biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan
sebesar 3,5 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Semakin besar R/C rasio maka
akan semakin besar pula peneriman yang akan diperoleh. Nilai R/C rasio dalam
usahatani padi organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian telah
efisien. Hal ini disebabkan penggunaan faktor produksi secara efisien, contohnya
adalah penggunaan benih secara tepat dan tidak berlebihan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara individu hanya faktor produksi luas
lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja yang sangat mempengaruhi tingkat produksi
usahatani padi sawah organik. Dari hasil penelitian yang dilakukan faktor produksi
berupa lahan di daerah penelitian masih memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi padi sawah organik. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
faktor produksi berupa luas lahan, benih, dan tenaga kerja, secara bersama-sama
55
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Guna untuk mengurangi biaya produksi pada usahatani padi sawah organik
maka perlu ditingkatkannya penggunaan faktor produksi lain seperti
penggunaan teknologi yang seharusnya bisa menyeimbangkan penggunaan
tenaga kerja yang dalam penelitian ini terlalu mendominan penggunaanya.
Untuk mencapai suatu kondisi produksi yang optimal di daerah penelitian,
maka penggunaan lahan sebaiknya di daerah penelitian ini penggunaan
perlu dilakukan pengoptimalan penggunaan lahan.
Untuk mencapai efisiensi ekonomi akan penggunaan faktor produksi yang
78 pupuk organik dan tenaga kerja maka
diantaranya adalah lahan, benih,
perlu adanya penambahan penggunaan lahan, dan benih.
56
DAFTAR PUSTAKA
Doll, John P and Orazem, 1984. Production Economics Theory with Application.
John Wiley & Sons inc. New York.
Rahim, A dan Hastuti. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 2006, Metode Penelitian Survai, Penerbit
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Edisi Kedua. LPFE UI.
Jakarta.
Tohir, KA. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia. Bina Aksara.
Jakarta.
Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Indonesia Tahun
2009-2013
Padi Sawah
No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktifitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Mersam 1.634 8.205 5,02
2 Maro Sebo Ulu 1.407 7.202 5,11
3 Batin XXIV 118 608 5,15
4 Muara Tembesi 1.055 5.453 5,16
65
Padi Sawah
No Desa Luas Panen Produksi Produktifitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Singkawan - - -
2 Kilangan - - -
3 Rantau Puri 40 100 2,50
4 Sungai Buluh - - -
5 Muara Bulian - - -
6 Sridadi - - -
7 Tenam 10 30 3,00
8 Sim. Terusan - - -
9 Pasar Terusan 830 5.494 6,7
10 Napal Sisik 455 787,5 1,73
11 Malapari 440 2112 4,8
12 Pelayangan Rambahan - - -
13 Olak 85 314,5 3,7
14 Teratai - - -
15 Bajubang Laut - - -
16 Sungai Baung 55 258,5 4,70
17 Aro 85 484 5,70
18 Muara Singoan 125 650 5,20
19 Rengas Condong - - -
20 Pasar Baru - - -
Jumlah 1.721 6.952 4,03
Sumber : BP3K, Kecamatan Muara Bulian 2015
67
KUISIONER PENELITIAN
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Hari/tanggal :
No. Sampel :
Identitas Petani
Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : P/W
Pendidikan Terakhir :
Alamat : RT. Dusun: Desa:
Jumlah Anggota Keluarga :
Jumlah Tanggungan Keluarga: a. < 3 orang (.... orang)
Persamaan Satuan
Luas Lahan (m2)
Jumlah Benih (Kg)
V. Penggunaan Pupuk
2 Pupuk Kandang
3 …………
2 Pupuk Kandang
3 …………
Jenis obat-obatan apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam usahatani padi
organik?
Pada saat kapan penggunaan/pengaplikasian obat-obatan tersebut?
Darimana Bapak/ibu mendapatkan obat-obatan tersebut?
1 Explore
2 Astonis
3 Supremo
4 Ambolisin
5 .........................
1 Explore
2 Astonis
3 Supremo
4 Ambolisin
5 ...................
70
TKDK HKO
L P L P L P L P L P L P
1. Pengolahan Lahan
2. Persemaian
3. Penanaman
4. Penyulaman
5. Pemupukan
6. Penyiangan
7. Pengendalian Hama
L P L P L P L P L P L P
1. Pengolahan Lahan
2. Persemaian
3. Penanaman
4. Penyulaman
5. Pemupukan
6. Penyiangan
7. Pengendalian Hama
Proses apa saja yang Bapak/ibu lakukan dalam kegiatan usahatani padi organik?
………………………………………………………………………
Apa saja usaha yang Bapak/Ibu lakukan agar hasil produksi usahatani padi organik
yang Bapak/ibu miliki tinggi? ……………………………………….
Sarana prasarana apa yang belum terdapat di desa ini yang menunjang bagi
usahatani padi organik bapak/ibu? ……………………………………………
72
Sendiri
29 Sopia 49 SD 5 29 0,56 Lahan
Sendiri
30 Ikbal 48 SMP 5 23 0,51 Lahan
Sendiri
31 Atiq. H 48 SMP 6 35 0,55 Lahan
Sendiri
32 Satibi 33 SMA 5 11 1 Lahan
Sendiri
33 M. Zuhri 70 SD 4 50 0,69 Lahan
Sendiri
34 Abdullah 65 SD 5 50 0,72 Lahan
Sendiri
35 A. Rozak 56 SD 4 30 0,6 Lahan
Sendiri
36 Hamdani 60 SD 7 40 0,8 Lahan
Sendiri
37 Musdalina 40 SMP 5 23 0,5 Lahan
Sendiri
38 Sarbani 47 SMA 6 30 0,54 Lahan
Sendiri
39 Anuar 40 SD 2 20 1,5 Lahan
Sendiri
40 Rumiati 37 SD 4 15 1,2 Lahan
Sendiri
41 Taupik 46 SMP 5 24 0,82 Lahan
Sendiri
42 Nurmala 55 SD 4 20 0,75 Lahan
Sendiri
43 Holisah 65 SD 5 45 0,76 Lahan
Sendiri
44 Mayani 50 SD 5 28 0,87 Lahan
Sendiri
45 Latip 40 SMP 5 20 0,95 Lahan
Sendiri
Jumlah 2149 207 1130 35,25
Rata-rata 93,43 9 49 0,78
No. Luas Lahan (Ha) Produksi (Kg) Harga Jual GKG (Rp/Kg)
Sampel
1 0,56 3400 5.000
2 0,86 5160 5.000
3 0,65 3900 5.000
76
Lampiran 10. Biaya Sewa Lahan Pada Usahatani Padi Sawah Organik Tahun 2014.
77
No. Sampel Luas Lahan (Ha) Biaya Sewa Lahan (Rp/Ha) Biaya Sewa Lahan (Rp)
1 0,56 1.000.000 560.000
2 0,86 1.000.000 860.000
3 0,65 1.000.000 650.000
4 0,82 1.000.000 820.000
5 0,75 1.000.000 750.000
6 0,69 1.000.000 690.000
7 0,7 1.000.000 700.000
8 1,75 1.000.000 1.750.000
9 0,55 1.000.000 550.000
10 0,52 1.000.000 520.000
11 0,57 1.000.000 570.000
12 0,56 1.000.000 560.000
13 0,84 1.000.000 840.000
14 0,75 1.000.000 750.000
15 0,55 1.000.000 550.000
16 0,58 1.000.000 580.000
17 0,66 1.000.000 660.000
18 0,5 1.000.000 500.000
19 0,87 1.000.000 870.000
20 0,67 1.000.000 670.000
21 0,57 1.000.000 570.000
22 0,81 1.000.000 810.000
23 2 1.000.000 2.000.000
24 0,51 1.000.000 510.000
25 0,88 1.000.000 880.000
26 0,95 1.000.000 950.000
27 0,66 1.000.000 660.000
28 0,95 1.000.000 950.000
29 0,56 1.000.000 560.000
30 0,51 1.000.000 510.000
31 0,55 1.000.000 550.000
32 1 1.000.000 1.000.000
33 0,69 1.000.000 690.000
34 0,72 1.000.000 720.000
35 0,6 1.000.000 600.000
36 0,8 1.000.000 800.000
37 0,5 1.000.000 500.000
38 0,54 1.000.000 540.000
39 1,5 1.000.000 1.500.000
40 1,4 1.000.000 1.400.000
41 0,82 1.000.000 820.000
42 0,75 1.000.000 750.000
43 0,76 1.000.000 760.000
44 0,87 1.000.000 870.000
45 0,95 1.000.000 950.000
Jumlah 35,25 45.000.000 35.250.000
Rata-rata 0,78 1000000 783333
78
Lampiran 11. Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Organik Tahun 2014
No Sampel Luas Lahan (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Harga Benih (Rp/Kg)
1 0,56 13 6.000
2 0,86 20 6.000
3 0,65 16 6.000
4 0,82 20 6.000
5 0,75 18 6.000
6 0,69 16 6.000
7 0,7 16 6.000
8 1,75 42 6.000
9 0,55 13 6.000
10 0,52 14 6.000
11 0,57 14 6.000
12 0,56 14 6.000
13 0,84 20 6.000
14 0,75 18 6.000
15 0,55 14 6.000
16 0,58 14 6.000
17 0,66 15 6.000
18 0,5 12 6.000
19 0,87 20 6.000
20 0,67 15 6.000
21 0,57 14 6.000
22 0,81 20 6.000
23 2 48 6.000
24 0,51 12 6.000
25 0,88 21 6.000
26 0,95 23 6.000
27 0,66 15 6.000
28 0,95 23 6.000
29 0,56 14 6.000
30 0,51 12 6.000
31 0,55 13 6.000
32 1 24 6.000
33 0,69 16 6.000
34 0,72 18 6.000
35 0,6 15 6.000
36 0,8 20 6.000
37 0,5 12 6.000
38 0,54 12 6.000
39 1,5 36 6.000
40 1,4 28 6.000
41 0,82 20 6.000
42 0,75 19 6.000
43 0,76 19 6.000
44 0,87 21 6.000
45 0,95 23 6.000
Jumlah 35,25 842 270.000
79
Lampiran 12. Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Tahun 2014.
Lampiran 16. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar
Keluarga
Pada Proses Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian
Tahun 2014.
Lampiran 17. Biaya Upah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Proses Produksi Dalam
Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian, Tahun 2014.
Lampiran 18. Biaya Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian, Tahun
2014
Sampel Biaya Benih Biaya Pupuk Biaya Obat-obatan Biaya TK (Rp) Total Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Rp78.000 Rp350.000 Rp232.500 Rp4.012.500 Rp4.673.000
2 Rp120.000 Rp300.000 Rp390.000 Rp6.112.500 Rp6.922.500
3 Rp96.000 Rp230.000 Rp242.500 Rp4.740.000 Rp5.308.500
4 Rp120.000 Rp240.000 Rp390.000 Rp6.090.000 Rp6.840.000
5 Rp108.000 Rp260.000 Rp265.000 Rp5.857.500 Rp6.490.500
6 Rp96.000 Rp240.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.641.000
7 Rp96.000 Rp200.000 Rp265.000 Rp5.062.500 Rp5.623.500
8 Rp252.000 Rp390.000 Rp810.000 Rp13.950.000 Rp15.402.000
9 Rp78.000 Rp160.000 Rp232.500 Rp3.607.500 Rp4.078.000
10 Rp84.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.101.500
11 Rp84.000 Rp220.000 Rp232.500 Rp4.012.500 Rp4.549.000
12 Rp84.000 Rp220.000 Rp220.000 Rp4.012.500 Rp4.536.500
13 Rp120.000 Rp310.000 Rp390.000 Rp6.090.000 Rp6.910.000
14 Rp108.000 Rp240.000 Rp265.000 Rp5.857.500 Rp6.470.500
15 Rp84.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.101.500
16 Rp84.000 Rp190.000 Rp220.000 Rp4.012.500 Rp4.506.500
17 Rp90.000 Rp210.000 Rp242.500 Rp5.062.500 Rp5.605.000
18 Rp72.000 Rp160.000 Rp220.000 Rp3.607.500 Rp4.059.500
19 Rp120.000 Rp310.000 Rp390.000 Rp6.112.500 Rp6.932.500
86
21 Rp17.000.000 Rp4.476.500
22 Rp24.300.000 Rp6.880.000
23 Rp62.500.000 Rp26.686.500
24 Rp15.250.000 Rp4.069.500
25 Rp26.500.000 Rp6.938.500
26 Rp28.500.000 Rp8.778.000
27 Rp19.500.000 Rp5.605.000
28 Rp28.500.000 Rp8.778.000
29 Rp17.000.000 Rp4.536.500
30 Rp15.250.000 Rp4.082.000
31 Rp16.500.000 Rp4.095.500
32 Rp30.000.000 Rp9.161.500
33 Rp20.750.000 Rp5.611.000
34 Rp21.500.000 Rp6.595.500
35 Rp18.000.000 Rp4.475.000
36 Rp24.000.000 Rp4.832.500
37 Rp15.000.000 Rp4.039.500
38 Rp16.250.000 Rp4.042.000
39 Rp45.000.000 Rp13.043.500
40 Rp35.500.000 Rp10.085.500
41 Rp24.750.000 Rp6.880.000
42 Rp22.500.000 Rp6.476.500
43 Rp22.750.000 Rp6.526.500
44 Rp26.000.000 Rp6.918.500
45 Rp28.500.000 Rp8.718.000
Jumlah Rp1.051.850.000 Rp300.718.000
Rata-rata Rp23.374.444 Rp6.682.622
Sample: 1 45
Included observations: 45
Prob(F-statistic) 0.000000
Untuk menentukan efisiensi ekonomi faktor produksi yang digunakan maka dapat
ditentukan dengan menggunakan konsep sebagai berikut :
89
y
PMX1 = bi .
X1
Dimana :
Py = 5.000 y = 4674,89
Luas Lahan
y
PMX1 = b 1.
X1
4674,89
0,624. = 3739,9
0,78
NPMX1 = PMX1 . Py
Benih
90
y
PMX2 = b 2.
X2
4674,89
0,293. = 73,20
18,71
NPMX2 = PMX2 . Py
= 70,71 x 5.000 = 366.045
366.045
IEx2 = 6.000
=¿ 61,00
Tenaga Kerja
y
PMX5= b 5.
X5
4674,89
0,078. = 4,73
77,03
NPMX2 = PMX2 . Py