PTM 1
PTM 1
PENDAHULUAN
Materi yang diberikan pada modul ini berisi tentang teknik-teknik pelaksanaan
pemindahan tanah mekanis. Modul ini berisikan 3 pembelajaran, yaitu
pembelajaran 1 tentang merencanakan pengoperasian alat mekanis,
pembelajaran 2 tentang menerapkan operasi alat pemindahan tanah mekanis dan
pembelajaran 3 tentang mengatur jadual pengawasan peralatan mekanis. Setiap
pembelajaran saling berkaitan antara satu dengan lainnya yang disusun untuk
memperkaya pemahaman tentang teknik-teknik pemindahan tanah mekanis. Pada
akhir setiap pembelajaran terdapat soal-soal untuk latihan dan cara penilaiannya.
Pada bagian pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan
umum, standar kompetensi dan kriteria unjuk kerja, sasaran, prasyarat mata diklat,
petunjuk penggunaan modul dan pedoman penilaian.
1
I.3 Standar Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
I.4 Sasaran
Modul ini diperuntukan untuk Supervisor Produksi Tambang Terbuka, yaitu
orang yang orang yang melakukan pengawasan rutinnya untuk pekerjaan
pemindahan tanah mekanis pada aktivitas penambangan.
2
I.5 Prasyarat Mata Diklat
A. Memahami Mekanika Tanah dan Ilmu Ukur Tambang
B. Memahami Geologi Dasar dan Geologi Teknik
C. Memahami SOP Pengoperasian Alat Berat
3
I.7 Pedoman Penilaian
Pada setiap soal latihan terdapat cara menghitung nilai untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta. Pengerjaan soal harus tuntas sesuai waktu yang
disediakan. Disarankan untuk tidak membuka buku pada saat mengerjakan soal
latihan sampai peserta benar-benar selesai mengisinya. Apabila nilai latihan
peserta di atas 80% (merupakan penilaian teori dan praktik), maka peserta dapat
dikatakan bernilai baik dan diharapkan sudah dapat memahami dan melaksanakan
teknik-teknik pemindahan tanah mekanis dengan baik dan benar.
Perlu diketahui bahwa belajar dengan menggunakan modul dituntut
kemandirian dan kejujuran terhadap diri sendiri. Jadi, janganlah tergesa-gesa
menyelesaikan suatu modul dan menjawab latihan soal sebelum menguasai betul
setiap pembelajarannya.
4
II. MATERI
II.1. Pembelajaran 1: MERENCANAKAN PENGOPERASIAN ALAT
MEKANIS
5
lempung pasiran (sandy clay).
pasir lempungan (clayey sand).
Agar supaya membuat rencana kerja yang realistis, rapih dan teratur, maka
perlu adanya pengamatan/analisis yang cermat mengenai keadaan
tempat/lapangan kerja dimana aktivitas pemindahan tanah mekanis berlangsung.
Komponen-komponen tempat kerja yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
6
Tempat itu dilalui atau dekat dengan jalan umum yang sudah
ada.
Tempat itu dilalui atau dekat jalur kereta api atau sungai
besar.
Tempat itu dekat lapangan terbang atau pelabuhan.
Belum ada jalan umum ataupun jalur kereta api, maka harus
dibuat jalan baru.
II.1.2.2 Tumbuh-tumbuhan
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik
dan mineralogi yang berbeda-beda. Oleh karena itu macam material yang terdapat
di suatu daerah harus dicatat dengan tepat dan benar.
Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan suatu pekerjaan untuk
meratakan suatu daerah, maka sebaiknya volume penggalian sama dengan
volume penimbunan. Tetapi kebanyakan tanah atau batuan yang dipindahkan
tersebut akan bertambah volumenya kira-kira sebanyak 30 % apabila digali dan
akan berkurang kira-kira 10 % kalau sudah dipadatkan kembali di tempat lain.
Kenyataan-kenyataan seperti ini perlu diperhatikan.
Selain itu perlu dilihat sifat-sifat tanah tersebut, apakah kering atau basah,
lengket atau tidak, keras atau lunak dan lain sebagainya. Sifat-sifat ini akan
mempengaruhi hasil kerja alat-alat yang dipakai dan lamanya pekerjaan yang
harus dilakukan. Tanah batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped), digali
(digged) atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat
mekanis yang dipergunakan.
7
Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan
mempergunakan “ripper meter” atau “seismic test meter” dan satuannya adalah
meter/detik, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada
batuan.
Tanah yang banyak mengandung humus dan subur harus dipisahkan,
sehingga dikemudian hari dapat dipakai untuk menutupi tempat penimbunan agar
daerah itu dapat segera ditanami; ini yang disebut sebagai usaha reklamasi.
II.1.2.5 I k l i m (climate)
Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kering. Yang sering menghambat pekerjaan adalah pada musim hujan, sehingga
hari kerja menjadi pendek. Kalau hujan sangat lebat, kebanyakan tanah akan
menjadi becek dan lengket, sehingga alat-alat mekanis tidak dapat bekerja dengan
baik (terhambat) dan perlu dibuatkan sistem penirisan (drainage system) yang
baik. Sebaliknya pada musim panas/kemarau akan timbul banyak debu.
Selanjutnya panas atau dingin yang keterla-luan juga akan mengurangi efisiensi
mesin-mesin/alat-alat yang digunakan.
8
pengalaman, tenaga diesel yang hilang karena semakin tingginya tempat kerja dari
permukaan air laut adalah 3 % setiap naik 1.000 ft. Ini akan menyebabkan
turunnya produksi alat dan akan dapat menambah ongkos gali untuk tiap satuan
volume atau berat.
II.1.2.7 Kemiringan, jarak dan keadaan jalan (haul road conditions)
Keadaan jalan yang akan dilalui sangat mempengaruhi daya angkut alat-
alat angkut yang dipakai. Bila jalur jalan baik, kapasitas angkut dapat besar karena
alat-alat angkut dapat bergerak lebih cepat. Kemiringan dan jarak harus diukur
dengan teliti, karena hal itu akan menentukan waktu yang diperlukan untuk
pengangkutan material tersebut (cycle time). Kecerobohan dalam menentukan
kemiringan, jarak dan kondisi jalan (lebar dan kekuatannya) akan menurunkan
jumlah material yang dapat diangkut dan menambah ongkos pengangkutan.
9
atau bonus yang mendidik dari perusahaan dengan harapan operator dapat
mempertinggi etos kerja, lebih bertanggung jawab dan termotivasi.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukkan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan alat
(maintenance) harus sudah terjadual untuk masuk bengkel (workshop). Oleh
sebab itu untuk memperoleh nilai efisiensi kerja operator yang mewakili perlu
diberikan batasan-batasan pekerjaan dan itu semua harus dipahami oleh seluruh
jajaran karyawan operasional maupun mekanik. Tabel 1.1 berikut ini mungkin
dapat dipakai sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operasional dan
mekanik. Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi yang berbeda tentang
pengertian waktu tertunda, terhenti dan sebagainya; namun tabel tersebut
dapatlah kiranya disesuaikan dengan kondisi di lapangan masing-masing.
TABEL 1.1
PARAMETER PENGUKUR EFISIENSI KERJA
Terjadwal (Scheduled) ; S
Tersedia (Available) ; A Perawatan (Maintenance) ; M
Jalan (Operation) ; O
Terhenti Perbaikan Perawatan
Kerja Tertunda (Delayed); (Idle) ; I Mendadak; UM Terjadual; SM
(Working); W D
Kerja lancar Mengisi BBM Diminta standby Waktu perbaikan Waktu perbaikan
Tunggu Tunggu
Ganti bit Tak ada operator
sukucadang sukucadang
Peledakan Makan & istirahat Lain-lain Lain-lain
Mengatur alat berat Rapat
Tunggu alat muat Hujan lebat, kabut
Tunggu truck Lain-lain
Pengawasan rutin
Semprot lub. bor
Pelumasan
Manuver alat
Pengecekan awal
sebelum jalan
Membersihkan
screen
Batu macet di
crusher, corong, dll.
Rol conveyor lepas
10
Lain-lain
Dari Tabel 1.1 di atas, dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang
lebih teliti karena pengelompokan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar kondisi
sebenar-nya dan yang lebih penting pengelompokan tersebut telah disepakati dan
dipahami oleh seluruh karyawan. Dengan demikian dapat dibuat tiga ukuran
efisiensi menggunakan data waktu dalam Tabel 1.1, yaitu:
E = (W / O) x 100 % (1.1)
PA = (A / S) x 100 % (1.2)
3) Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-
lain (lihat Tabel 1.1), persamaannya adalah:
U = (O / A) x 100 %
(1.3)
(1.4)
Eff.Opt = E x PA x U
(1) Kinerja operator dengan hanya melihat harga efektifitas kerjanya (E),
(2) Kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA) dan
(3) Peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U).
11
Tabel 1.2 memperlihatkan contoh log-kinerja suatu alat berat yang dicatat
setiap hari. Berdasarkan data tersebut dapat diambil keputusan nilai efisiensi kerja
yang nantinya diambil untuk menghitung produksi alat berat. Tabel 1.2 dapat
dilengkapi dengan kolom keterangan, nama unit alat, nama operator dan
sebagainya sesuai keperluan, sehingga penampilannya lebih informatif.
TABEL 1.2
CONTOH LOG-KINERJA ALAT BERAT
12
29-Jul-00 16 1 2.00 3.00 10.00 76.92 93.75 86.67 62.50
30-Jul-00 16 0 0.00 4.00 12.00 75.00 100.00 100.00 75.00
31-Jul-00 16 4 2.00 5.00 5.00 50.00 75.00 83.33 31.25
TOTAL 460 12.5 32.50 93.25 321.75 77.53 97.28 92.74 69.95
13
2) Ongkos produksi; misalnya upah pengemudi, ongkos pemeliharaan dan
pembetulan alat-alat, pembelian suku cadang, bahan bakar dan minyak
pelumas.
3) Ongkos pengawasan; misalnya gaji mandor, teknisi, direksi dan lain-lain.
4) Ongkos-ongkos lain; antara lain meliputi overhead cost, ongkos upacara-
upacara, jamuan untuk tamu dan lain-lain.
II.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat
Salah satu tolok ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya
hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya
produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh karena itu usaha dan upaya
untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus
(serius).
Untuk memperkirakan dengan lebih teliti produksi alat-alat mekanis yang
dipakai, maka perlu dipelajari dan dipahami faktor-faktor yang langsung
mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut. Faktor-faktor yang akan dibicara disini
yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja alat adalah :
Yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan
penggalian tanah. Tahanan itu disebabkan oleh :
1) Gesekan antara alat gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar
kelembaban dan kekasaran butiran tanah, maka akan semakin besar pula
gesekan yang terjadi.
2) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali ke
dalam tanah.
3) Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.
4) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara butiran-butiran
tanah itu sendiri.
5) Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat gali yang
juga berfungsi sebagai alat muat (seperti power shovel, clamshell dan
dragline).
14
Besarnya tahanan gali tersebut sangat sukar ditentukan angka rata-
ratanya, oleh karena itu sebaiknya ditentukan langsung di tempat kerjanya.
Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam pounds (lbs) dari “tractive pull”
yang diperlukan untuk menggerakkan tiap “gross ton” berat kendaraan beserta
isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu.
Contoh : Suatu jalan yang terbuat dari tanah biasa yang dilewati kendaraan
beroda ban karet dengan tekanan 35 – 50 lbs, diperkirakan memiliki
tekanan gulir (RR) sebesar 100 lbs/ton. Kalau berat kendaraan
tersebut 20 ton, maka rimpull (RP) atau “tractive pull” (TP) atau
15
“tractive effort” (TE) atau “draw bar pull” (DBP) yang diperlukan untuk
mengusahakan agar kecepatan gerak kendaraan tersebut tetap
(constant) adalah sebesar:
TABEL 1.3
ANGKA RATA-RATA TAHANAN GULIR UNTUK BERBAGAI MACAM JALAN
RR
No. Macam Jalan (untuk Ban Karet,
lbs/ton)
1. Hard, smooth surface, well maintained 40
2. Firm but flexible surface, well maintained 65
3. Dirt road, average construc. road, little 100
maintenance
4. Dirt road, soft or rutted 150
5. Deep, muddly surface or loose sand 250 – 400
TABEL 1.4
ANGKA-ANGKA TAHANAN GULIR UNTUK BERBAGAI MACAM JALAN
Crawler Tekanan Ban Karet (lbs/ton)
No. Macam Jalan Type
lbs/ton Tinggi Rendah Rata-rata
1. Smooth concrete 55 35 45 40
2. Good aspalt 60 – 70 40 - 65 50 – 60 45 - 60
3. Hard earth,smooth,well 60 – 80 40 - 70 50 – 70 45 - 70
maintained
4. Dirt road, average 70 – 100 90 - 100 80 - 100 85 - 100
16
constructionroad, little
maintenance
5. Dirt road, soft, rutted, poorly 80 – 110 100 - 140 70 - 100 85 - 120
maintained
6. Earth, muddy, rutted, no 140 – 180 180 - 220 150 - 220 165 - 210
mainte-nance
7. Loose sand and gravel 160 – 200 260 - 290 220 - 260 240 - 275
8. Earth, very muddy and soft 200 – 240 300 - 400 280 - 340 290 - 370
P
RR = (1.5)
W
TABEL 1.5
ANGKA-ANGKA TAHANAN GULIR DALAM PERSEN
RR
No. Macam Jalan (% berat kendaraan dlm, lbs)
Ban Karet Crawler Track
17
1. Concrete, rough and dry 2% -
2. Compacted dirt and gravel, well maintened, no 2% -
tire penetration
3. Dry dirt, fairly compacted, slight tire penetration 3% -
4. Firm, rutted dirt, tire penetration approx. 2 5% 2%
5. Soft dirt fills, tire penetration approx. 4 8% 4%
6. Loose sand and gravel 10 % 5%
7. Depply rutted dirt, spongly base tire penetration 16 % 7%
approx. 8
Contoh: Sebuah kendaraan dengan berat 40.000 lbs bergerak di atas jalur jalan
datar dengan tahanan gulir sebesar 5 %, maka rimpull yang dibutuhkan
untuk mengatasi tahanan gulir tersebut adalah sebesar :
RP/TR/TE/DBP = berat kendaraan x RR
= 40.000 lbs x 5 % = 2.000 lbs.
18
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam satuan pounds
(lbs) dari “rimpull” atau “tractive effort” untuk tiap gross ton berat kendaraan
beserta isinya pada tiap kemiringan 1 %. Kalau jalur jalan naik atau kemiringan
positif, maka akan menambah “rimpull” atau “tractive effort”, sedangkan kalau
turun atau kemiringan negatif maka akan mengurangi “rimpull” atau “tractive
effort”. Besarnya “rimpull” untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus
dijumlahkan secara aljabar dengan “rimpull” untuk mengatasi tahanan gulir.
Contoh: Kendaraan yang sama seperti pada contoh sebelumnya dengan berat
20 ton, bergerak pada jalur jalan yang sama dengan tahan gulir sebesar
100 lbs/ton, tetapi dengan kemiringan 5 %. Maka besarnya rimpul yang
diperlukan untuk mengatasi tahanan kemiringan (GR) adalah :
19
2 40,0 10 199,0 25 485,2
3 60,0 11 218,0 30 574,7
4 80,0 12 238,4 35 660,6
5 100,0 13 257,8 40 742,8
6 119,8 14 277,4 45 820,8
7 139,8 15 296,6 50 894,4
8 159,2
C
D
P
1 m / 1 ft
α
A α B
100 m / 100 ft F
E
W = 1 ton
Gambar 1.1
CARA MENENTUKAN TAHANAN KEMIRINGAN
Dari sketsa di atas (Gambar 1.1), terlihat bahwa DEF sebangun dengan
ABC, maka :
EF BC P BC
= =
DF AC W AC
BC
atau P = W (1.6)
AC
20
AC = (100 m / 100 ft) /cos α, sedangkan 1 % = 1 / 100 = 10, maka persamaan
(1.6) di atas akan menjadi :
1
P = 2.000 lbs x = 20 lbs.
100 / cos 10
Adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh berat
kenda-raan itu pada ban atau “track” yang dapat dipakai untuk menarik atau
mendorong. Atau, “Coefficient of Traction” (CT) adalah suatu faktor dimana jumlah
berat kendaraan pada ban atau “track” penggerak itu harus dikalikan untuk
menunjukkan rimpull maksimum antara ban atau “track” dengan permukaan jalur
jalan tepat sebelum roda selip.
Contoh: Jumlah berat yang diterima pada roda penggerak suatu kendaraan
adalah 8.000 lbs. Dari percobaan-percobaan ternyata bahwa bila
hanya tersedia rimpull sebesar 4.800 lbs, maka roda tersebut akan
selip dan dikatakan bahwa : CT = 4.800 /8.000 x 100 % = 60 %
atau 0,60.
21
1) Keadaan ban; yaitu keadaan dan macamnya, bentuk kembangan ban tersebut.
Untuk “crawler track” tergantung dari keadaan dan bentuk tracknya.
2) Keadaan permukaan jalur jalan; basah atau kering, keras atau lunak,
bergelombang atau rata dan sebagainya.
3) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.
Contoh Perhitungan 1 :
Sebuah kendaraan mempunyai jumlah berat sebesar 40.000 lbs (20 ton) yang
seluruhnya diterima oleh roda penggeraknya, kendaraan akan bergerak pada jalur
jalan yang terbuat dari tanah liat yang kering dengan CT = 0,50 (50 %), RR = 100
lbs/ton dan kemiringan 5 %, maka rimpull yang dapat diberikan oleh mesin
kendaraan pada macam jalan seperti di atas sebelum selip bila beban yang
diterima roda penggerak 100 % adalah sebesar = 40.000 x 0,50 = 20.000 lbs.
Sedangkan rimpull yang diperlukan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir hanya 4.000 lbs (lihat contoh terdahulu), maka kendaraan itu pada
keadaan jalur jalan tersebut tidak akan selip.
22
Contoh Perhitungan 2 :
Kendaraan yang sama seperti tersebut di atas, tetapi roda penggeraknya hanya
menerima 50 % dari berat seluruhnya, bergerak pada jalur jalan yang sama pula.
Maka besarnya rimpull yang diberikan oleh kendaraan hanya:
Contoh Perhitungan 3 :
Seandainya kendaraan yang sama itu bergerak pada suatu jalur jalan yang terbuat
dari pasir lepas dengan RR = 250 lbs/ton dan CT = 0,25 serta kemiringan 5 %,
sedangkan berat kendaraan yang diterima oleh roda penggerak 50 %, maka :
- RP/TE untuk mengatasi RR = 20 ton x 250 lbs/ton = 5.000 lbs.
- RP/TE untuk mengatasi GR = 20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000 lbs.
- Maka jumlah rimpull yang diperlukan = 7.000 lbs.
- Sedangkan rimpull yang dapat diterima oleh kendaraan hanya sebesar :
- 40.000 lbs x 0,20 x 50 % = 4.000 lbs, maka kendaraan tersebut tidak akan
dapat bergerak atau selip.
Yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh
mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Bila “coefficient of traction” cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka “rimpull” (RP) maksimum adalah fungsi dari
tenaga mesin (HP) dan “gear ratios” (versnelling) antara mesin dan roda-rodanya.
Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga
pada roda penggerak dikalikan “coefficient of traction”.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
23
HP x 375 x Effisiensi Mesin
RP = (1.7)
Kecepatan, mph
Contoh : Sebuah tractor atau bulldozer yang beratnya 15 ton memiliki DBP
maksimum sebesar 28.019 lbs pada gigi 1 (first gear) yang bergerak di
atas suatu jalur jalan yang mempunyai RR 100 lbs/ton dan kemiringan
5 %. Maka DBP yang dapat dipakai untuk menarik muatan atau
kendaraan lainnya, dapat dihitung sebagai berikut :
DBP maksimum = 28.019 lbs.
Rimpull atau draw bar pull suatu alat tergantung pada HP dan kecepatan
bergeraknya, artinya terpengaruh oleh “gear ratio”. Untuk tiap kendaraan, rimpull
atau draw bar pull yang dihasilkan pada suatu “gear ratio” berlain-lainan besarnya.
Biasanya pabrik pembuat kendaraan tersebut memberikan pedoman berapa besar
kecepatan maksimum dan rimpull atau draw bar pull alat yang dapat dihasilkan
pada tiap-tiap “gear ratio”, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.8 berikut ini.
24
TABEL 1.8
KECEPATAN MAKSIMUM PADA TIAP-TIAP GIGI (GEAR)
Kendaraan Beroda Ban Karet Crawler Track / Tractor
140 HP berat 15 ton
Gigi
Kecepatan RP Kecepatan RP
(mph) (lbs) (mph) (lbs)
Pertama 3,25 13,730 1,72 28,019
Kedua 7,10 6,285 2,18 22,699
Ketiga 12,48 3,576 2,76 17,265
Keempat 21,54 2,072 3,50 13,769
Kelima 33,86 1,319 4,36 10,074
Keenam - - 7,00 5,579
Untuk kendaraan yang beroda ban karet tersebut yaitu dengan HP = 140
HP, kecepatan maksimum pada gigi 1 = 3,250 mph dan effisiensi = 0,85, maka:
1) Berat kendaraan; semakin berat kendaraan, maka akan semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan.
2) Kelebihan Rimpull yang ada; semakin besar rimpull yang berlebihan, semakin
cepat kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi kalau kelebihan rimpull itu tidak
ada, maka percepatan tidak akan timbul, artinya kendaraan tersebut tidak
dapat dipercepat.
W F.g
F = a a =
g W 25
Atau (1.8)
Contoh: Katakan kelebihan rimpull dari suatu kendaraan adalah 10 lbs dan
akan dipergunakan untuk mempercepat kendaraan tersebut yang
beratnya 1 ton (2.000 lbs). Maka percepatan yang diperoleh adalah :
F.g 10 x 32,2
a = = = 0,161 ft/sec 2 atau 0,11 mph/sec
W 2.000
26
Faktor kecepatan dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh kendaraan;
semakin jauh jaraknya, semakin besar faktor kecepatannya tanpa memperhatikan
bagaimana keadaan jalur jalan itu (lihat Tabel 1.10).
TABEL 1.9
CONTOH PERHITUNGAN UNTUK MENCAPAI
KECEPATAN MAKSUMUM SEBUAH TRUK
RP untuk Waktu utk
Percepatan Percepatan
Kecepatan mencapai
Yang (lbs/ton) Percepatan
Gigi Maksimum kecepatan
Diperlukan (mph)
(mph) maks
(mph) Maks. Efektif (menit)
Pertama 3,0 3,0 357 390 190 0,015
Kedua 5,2 2,2 296 200 132 0,017
Ketiga 9,2 4,0 141 100 66 0,061
Keempat 16,8 7,6 50 40 26,4 0,288
Kelima 27,7 10,9 7 6 4,0 2,725
TABEL 1.10
FAKTOR KECEPATAN
27
2.000 - 2.500 0,69 - 0,83
2.500 - 3.000 0,73 - 0,83
3.000 - 3.500 0,75 - 0,84
3.500 - 4.000 0,77 - 0,85
Contoh : Sebuah mesin 4-tak dengan tenaga 100 HP di permukaan air laut,
pada ketinggian 10.000 ft hanya akan memiliki HP sebesar :
HP pada permukaan air laut adalah 100 HP.
Kemerosotan HP karena ketinggian :
3 % x 100 x (10.000 - 1.000)
= 27 HP
1.000
HP efektif pada ketinggian 10.000 ft = 73 HP.
Akan tetapi semakin tinggi letak tempat itu, maka temperaturnya semakin
rendah dan hal ini akan membantu mesin menaikkan hasil kerja mesin-mesin
28
bakar (mesin diesel dan bensin). Untuk menghitung pengaruh temperatur ini
biasanya dihitung dengan suatu rumus dimana sudah diperhitungkan tekanannya
pula, yaitu :
Ps To
Hc = H0 (1.9)
Po Ts
dimana:
Hc = HP yg harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian, pada ketinggian 0 ft.
Ho = HP yang dicatat pada ketinggian tertentu.
Ps = Tekanan barometer baku (standard), 29,92 in Hg (76 cm Hg).
Po = Tekanan barometer pada ketinggian tertentu, in Hg.
Ts = Temperatur absolut pada keadaan baku (standard),
(460 0F + 60 0F) = 520 0F = 273 0C.
To = Temperatur absolut pd ketinggian tertentu, atau (460 - t. setempat) 0F.
Tekanan barometer rata-rata juga dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan air
laut (lihat Tabel 1.11).
Contoh: Sebuah mesin 4-tak memiliki HP sebesar 130 HP pada permukaan air
laut dengan kondisi baku, yaitu 60 0F dan 29,92 in Hg. Kalau dipakai
pada keting-gian 3.000 ft dgn temperatur 70 0F, maka akan diperoleh HP
efektif sebesar :
Ho = Hc x Po / Ps √(Ts / To)
Ho = 130 x 26,80 / 29,92 x 520 / 530 = 115 HP.
TABEL 1.11
TEKANAN BAROMETER PADA KETINGGIAN TERTENTU
29
5.000 24,87
6.000 23,95
7.000 23,07
8.000 22,21
9.000 21,36
10.000 20,55
Untuk mesin-mesin 4-tak ada cara lain yang lebih sederhana dalam
menentukan HP efektif pada suatu ketinggian tertentu, yaitu HP pada keadaan
baku dikalikan dengan faktor koreksi (correction factor). Besarnya faktor koreksi
tersebut dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan air laut dan temperatur (lihat
Tabel 1.12).
TABEL 1.12
FAKTOR KOREKSI UNTUK BERMACAM KETINGGIAN DAN TEMPERATUR
Ketinggian, T e m p e r a t u r , ( 0F )
( ft ) 110 90 70 60 50 40 20 0 -20
0 0,954 0,971 0,991 1,000 1,008 1,018 1,039 1, 062 1,085
1.000 0,920 0,937 0,955 0,964 0,974 0,984 1,003 1,025 1,048
2.000 0,887 0,904 0,921 0,930 0,938 0,948 0,968 0,988 1,010
3.000 0,885 0,872 0,888 0,896 0,905 0,914 0,933 0,952 0,974
4.000 0,825 0,840 0,856 0,865 0,873 0,882 0,899 0,918 0,938
5.000 0,795 0,809 0,825 0,833 0,842 0,849 0,867 0,885 0,904
6.000 0,767 0,781 0,795 0,803 0,811 0,820 0,836 0,853 0,872
7.000 0,738 0,752 0,767 0,775 0,782 0,790 0,806 0,823 0,840
8.000 0,712 0,725 0,739 0,746 0,754 0,762 0,776 0,793 0,811
9.000 0,686 0,699 0,713 0,720 0,727 0,734 0,748 0,764 0,782
10.000 0,675 0,682 0,687 0,699 0,707 0,717 0,722 0,737 0,752
Contoh : Sebuah mesin 4-tak mempunyai HP = 130 pada keadaan baku. Bila
dipergunakan pada suatu tempat dengan ketinggian 3.000 ft dan
temperatur 70 0F, maka HP efektifnya = 130 x 0,888 = 115 HP.
(coba bandingkan dengan contoh sebelumnya).
30
Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat
sukar untuk ditentukan efisiensinya secara tepat, karena selalu berubah-ubah dari
hari ke hari dan bahkan dari jam ke jam, tergantung dari keadaan cuaca, keadaan
alat yang dikemudikannya, suasana kerja dan lain-lain. Kadang-kadang suatu
perangsang dalam bentuk upah tambahan (incentive) dapat mempertinggi efisiensi
operator.
Sebenarnya efisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan
pekerjaan itu, tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan
yang tak mungkin dihindari, seperti melumasi kendaraan, mengganti alat yang aus,
member-sihkan bagian-bagian terpenting sesudah sekian jam dipakai,
memindahkan ke tempat lain, tidak adanya keseimbangan antara alat-alat angkut
dan alat-alat muat, menunggu peledakan di suatu daerah yang akan dilalui,
perbaikan jalan dan lain-lain. Karena hal-hal tersebut di atas, jarang-jarang selama
satu jam itu operator betul-betul dapat bekerja selama 60 menit. Berdasarkan
pengalaman, bila operator dapat bekerja selama 50 menit dalam satu jam, ini
berarti efisiensinya adalah 83 % (lihat Tabel 1.13), maka hal itu dianggap baik
sekali jika alatnya berban karet.
Jadi didalam menentukan n jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan harus diingat juga efisiensi pekerja-pekerjanya.
Sehubungan dengan efisiensi operator tersebut di atas perlu juga diingat keadaan
alat mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat efisiensi
operatornya.
TABEL 1.13
EFISIENSI OPERATOR (OPERATOR EFFICIENCY)
31
1) “Availability Index” atau “Mechanical Availability”
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya
dari alat yang sedang dipergunakan. Persamaan untuk “availability index” (AI)
adalah sebagai berikut :
W
AI = x 100 % (1.10)
W + R
W + S
(1.11)
PA = x 100 %
W + R + S
dimana : S = “Standby Hours” atau jumlah jam suatu alat yang tidak
dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak
dan dalam keadaan siap beroperasi, jam.
W+R+S = “Scheduled Hours” atau jumlah seluruh jam jalan dimana
alat dijadualkan untuk beroperasi, jam.
3) “Use of Availability”
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
32
W
(1.12)
UA = x 100 %
W + S
4) “Effective Utilization”
Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. “Effective Utilization” sebenarnya sama
dengan pengertian efisiensi kerja. Adapun persamaannya adalah :
W
EU = x 100 % (1.13)
W + R + S
a) Dari pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data
sebagai berikut :
- Jumlah jam kerja (working hours) = W = 300 jam.
- Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours) = R = 100 jam.
- Jumlah jam siap tunggu (hours on standby) = S = 200 jam.
- Jumlah jam yang dijadualkan (total hours) = T = 600 jam.
Maka :
AI = 300 / (300 + 100) x 100% = 75%.
PA = (300 + 200) / 600 x 100% = 83%.
UA = 300 / (300 + 200) x 100% = 60%.
EU = 300 / 600 x 100 % = 50%.
33
W = 450 jam. R = 150 jam.
S = 0 ; berarti alat tersebut tidak pernah menunggu (standby).
W+R+S = 600 jam.
Maka : AI = 450 / (450 + 150) x 100 % = 75 %.
PA = (450 + 0) / (450 + 150 + 0) x 100 % = 75 %.
UA = 450 / (450 + 0) x 100 % = 100 %.
EU = 450 / 600 x 100 % = 75 %.
Terlihat bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih efisien daripada alat
pada contoh pertama.
34
80 %. Maka alat itu sebenarnya hanya mengangkut = 80 % x 15 cuyd =
12 cu “pay yard” atau “bank cubic yard” atau “insitu cubic yard”.
Sebaliknya bila “bank yard” itu dipindahkan lalu dipadatkan di tempat lain
dengan alat-alat gilas (roller) mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul
padat sehingga menjadi kurang dari 1,00 cu yd tanah sesudah dipadatkan hanya
memiliki volume 0,90 cu yd. Ini berarti susut sebesar 10 %, dan dikatakan
“shrinkage factor” nya 10 %. Untuk menghitung faktor-faktor tersebut di atas
dipakai rumus-rumus sebagai berikut :
Vloose
Persen Swell = -1 x 100 % (1.14)
Vundisturbed
Vundisturbed
Swell Factor = x 100 % (1.15)
Vloose
Vcompacted
Shrinkage Factor = 1- x 100 %
Vundisturbed (1.16)
Kalau angka untuk “shrinkage factor” tidak ada, biasanya dianggap sama
dengan “persen swell”. Kalau ingin mendapat angka-angka yang lebih tepat, maka
dapat melakukan percobaan langsung pada tanah yang akan diteliti. Tetapi untuk
perhitungan perkiraan (estimation) cukup dipakai angka rata-ratanya saja (lihat
Tabel 1.14).
TABEL 1.14
BOBOT ISI DAN FAKTOR PENGEMBANGAN (SWELL FACTOR)
DARI BERBAGAI MATERIAL
Bobot Isi Swell Factor
(Density) (in-bank
Macam Material
lb/cu yd, in- correction
situ factor)
Bauksit 2.700 - 4.325 0,75
Tanah liat, kering 2.300 0,85
35
Tanah liat, basah 2.800 - 3.000 0,82 - 0,80
Antrasit (anthracite) 2.200 0,74
Batubara Bituminous (Bituminous Coal) 1.900 0,74
Bijih Tembaga (Copper Ore) 3.800 0,74
Tanah biasa, kering 2.800 0,85
Tanah biasa, basah 3.370 0,85
Tanah biasa, bercampur pasir kerikil (gravel) 3.100 0,90
Kerikil, kering 3.250 0,89
Kerikil, basah 3.600 0,88
Granit, pecah-pecah 4.500 0,67 - 0,56
Hematit, pecah-pecah 6.500 - 8.700 0,45
Bijih Besi (Iron Ore), pecah-pecah 3.600 - 5.300 0,45
Batu Kapur, pecah-pecah 2.500 - 4.200 0,60 - 0,57
Lumpur 2.160 - 2.970 0,83
Lumpur, sudah ditekan (packed) 2.970 - 3.510 0,88
Pasir, kering 2.200 - 3.250 0,89
Pasir, basah 3.300 - 3.600 0,88
Serpih (Shale) 3.000 0,75
Batu Sabak (Slate) 4.590 - 4.860 0,77
Disamping itu ada beberapa istilah lain yang ada sangkut pautnya dengan
kemampuan penggalian, yaitu :
1) Faktor Bilah (Blade Factor), yaitu perbandingan antara volume material yang
mampu ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara
teoritis.
2) Faktor Mangkuk (Bucket Factor), yaitu perbandingan antara volume material
yang mampu ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung
mangkuk secara teoritis.
3) Faktor Muatan (Payload Factor), yaitu perbandingan antara volume material
yang dapat ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat
angkut menurut spesialisasi tekniknya.
Berat material (lihat Tabel 1.14) yang akan diangkut oleh alat-alat angkut
dapat mempengaruhi :
1) Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
2) Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
3) Membatasi volume material yang dapat diangkut.
36
Oleh karena itu berat jenis materialpun harus diperhitungkan pengaruhnya
terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.
Waktu edar atau cycle time adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari
aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truk dan
sejenisnya atau swing untuk backhoe dan power shovel, pengosongan (dumping),
kembali kosong, dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat.
Disamping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay) bila
terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat.
Istilah pengisian dan pemuatan dibedakan dalam hal alat yang digunakan
untuk menghindari kerancuan. Istilah pengisian diterapkan pada unit alat yang
dapat mengisi material sendiri yang umumnya memiliki mangkuk atau bucket,
misalnya loader, power shovel, backhoe, scraper, BWE dan alat lain yang sejenis.
Sedangkan istilah pemuatan diterapkan pada unit alat yang tidak dapat mengisi
material sendiri yang umumnya memiliki bak (tray), misalnya truk, lori, belt
conveyor dan sebagainya. Komponen waktu edar untuk alat dorong, misalnya
bulldozer dan grader, adalah waktu dorong material sampai jarak tertentu, waktu
kembali mundur, manuver sampai siap dorong lagi.
Jarak angkut atau dorong untuk berbagai alat berat berbeda sesuai
dengan sifat pekerjaannya. Biasanya setiap produsen alat berat menerbitkan Buku
Panduan (Manual Book) pengoperasian alat, termasuk informasi tentang jarak
angkut/dorong yang efisien.
Waktu edar terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu
variabel (variable time); jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan
waktu variabel. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu
membelok dan waktu mengganti gigi dan percepatan; sedangkan yang tergolong
waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan waktu kembali kosong.
Untuk mengestimasi waktu variabel dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
(1) langsung mengambil data di lapangan.
37
(2) tidak langsung atau menghitung secara grafis.
II.1.5 Rangkuman
38
2) Agak keras (medium hard digging), misalnya :
tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket.
batuan yang sudah lapuk (weathered rocks).
3) Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya :
batu sabak (slate).
material yang kompak (compacted material).
batuan sedimen (sedimentary rocks).
konglomerat (conglomerate).
breksi (breccia).
4) Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan
segar (fresh rocks) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum
dapat digali, misalnya :
batuan beku segar (fresh igneous rocks).
batuan malihan segar (fresh metamorphic rocks).
39
2) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali
ke dalam tanah.
3) Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.
4) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara butiran-
butiran tanah itu sendiri.
5) Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat gali
yang juga berfungsi sebagai alat muat (seperti power shovel, clamshell
dan dragline).
40
Jadi CT itu terutama tergantung dari :
1) Keadaan ban; yaitu keadaan dan macamnya, bentuk kembangan ban
tersebut. Untuk “crawler track” tergantung dari keadaan dan bentuk
tracknya.
2) Keadaan permukaan jalur jalan; basah atau kering, keras atau lunak,
bergelombang atau rata dan sebagainya.
3) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.
J. “Rimpull” / “Tractive Pull” / “Tractive Effort” / “Draw Bar Pull” yaitu besarnya
kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat
kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Bila “coefficient of traction” cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka “rimpull” (RP) maksimum adalah fungsi
dari tenaga mesin (HP) dan “gear ratios” (versnelling) antara mesin dan roda-
rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan
besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan “coefficient of traction”.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
41
2) Kelebihan Rimpull yang ada; semakin besar rimpull yang berlebihan,
semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi kalau kelebihan
rimpull itu tidak ada, maka percepatan tidak akan timbul, artinya
kendaraan tersebut tidak dapat dipercepat.
Vloose
Persen Swell = -1 x 100 %
Vundisturbed
Vundisturbed
Swell Factor = x 100 %
Vloose
Vcompacted
V
M. Waktu edar (cycle time) adalah waktu undisturbed
yang diperlukan alat mulai dari aktifitas
pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truk dan
sejenisnya atau swing untuk backhoe dan power shovel, pengosongan
(dumping), kembali kosong, dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi
atau dimuat
42
II.1.6 Evaluasi dan Kunci Jawaban
A. Lembar Kerja 1
43
C. Waktu efektif.
D. Waktu edar.
4. Jumlah semua gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan
arah gerak kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan (jalan raya atau kereta
api) atau permukaan tanah, disebut :
A. Tahanan Gulir.
B. Tahanan Gali.
C. Tahanan Kemiringan.
D. Semua salah.
6. Persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat
alat tersebut dapat dipergunakan (available), disebut :
A. Mechanical Availability.
B. Use of Availability.
C. Physical Availability.
D. Availability Index.
44
C. Bank yard.
D. Swell factor.
9. Perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh bak alat
angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut spesialisasi tekniknya,
disebut :
A. Faktor Bilah.
B. Faktor Mangkok.
C. Faktor Muatan.
D. Semua salah.
10. Bila dilihat dari bentuk dan kekerasannya, material yang ada di alam ini
terbagi dalam berapa golongan besar ?
A. 3 golongan.
B. 4 golongan.
C. 5 golongan.
D. 6 golongan.
B. Lembar Kerja 2
Berilah tanda silang pada kotak YA untuk jawaban yang benar, dan pada kotak
TIDAK untuk jawaban yang salah.
1. Yang dimaksud dengan tanah adalah bagian teratas dari kulit bumi yang
relatif lunak, tidak begitu kompak dan terdiri dari butiran-butiran lepas.
YA TIDAK
45
4. Efektifitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu total yang
disediakan untuk operasi dan istirahat.
YA TIDAK
5. Gesekan antara alat gali dan tanah serta kekerasan tanah, umumnya
semakin besar kelembaban dan kekasaran butiran serta kekerasan tanah,
maka akan semakin besar pula gesekan yang terjadi. Gesekan ini disebut
Tahanan Gulir.
YA TIDAK
6. Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope), maka
tahanan kemiringan atau “grade resistance” (GR) akan melawan gerak
kendaraan, sehingga memperbesar “tractive effort” atau “rimpull” yang
diperlukan.
YA TIDAK
46
Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
pembelajaran 1.
47