Anda di halaman 1dari 47

I.

PENDAHULUAN
Materi yang diberikan pada modul ini berisi tentang teknik-teknik pelaksanaan
pemindahan tanah mekanis. Modul ini berisikan 3 pembelajaran, yaitu
pembelajaran 1 tentang merencanakan pengoperasian alat mekanis,
pembelajaran 2 tentang menerapkan operasi alat pemindahan tanah mekanis dan
pembelajaran 3 tentang mengatur jadual pengawasan peralatan mekanis. Setiap
pembelajaran saling berkaitan antara satu dengan lainnya yang disusun untuk
memperkaya pemahaman tentang teknik-teknik pemindahan tanah mekanis. Pada
akhir setiap pembelajaran terdapat soal-soal untuk latihan dan cara penilaiannya.
Pada bagian pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan
umum, standar kompetensi dan kriteria unjuk kerja, sasaran, prasyarat mata diklat,
petunjuk penggunaan modul dan pedoman penilaian.

I.1 Latar Belakang

Modul ini diharapkan akan memberikan suatu pendekatan yang sistematis


dan luas untuk memahami dan melaksanakan teknik-teknik pemindahan tanah
mekanis di lapangan. Untuk dapat melaksanakan semua ini agar sesuai dengan
rencana, maka perlu adanya suatu pendidikan dan pelatihan agar mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan. PTM adalah salah satu alat yang digunakan sebagai proses/aktivitas
untuk memperlancar aktivitas penambangan secara keseluruhan.

I.2 Tujuan umum

Dengan mempelajari modul ini peserta diharapkan akan mengenal dan


memahami teknik-teknik pemindahan tanah mekanis dengan merencanakan dan
menggunakan alat-alat berat yang tepat guna menunjang aktivitas penambangan.

1
I.3 Standar Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Standar kompetensi/elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja yang


diperlukan oleh Supervisor Produksi Tambang Terbuka untuk materi pemindahan
tanah mekanis seperti pada tabel di bawah ini.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


(1) (2)

1. Merencanakan pengoperasian a. Persyaratan kerja diterapkan dalam


alat mekanis operasi alat mekanis.
b. Data Geologi, pemetaan dan
karakteristik material dianalisis untuk
menunjang operasi pemindahan tanah
mekanis.

2. Menerapkan operasi alat a. Kegiatan dengan unit-unit yang


pemindahan tanah mekanis berkaitan dengan operasi alat mekanis
dikoordinir.
b. Prosedur prestart, startup dan
shutdown alat mekanis diterapkan
secara benar.
c. Kinerja diawasi dan jadual kerja
peralatan mekanis diterapkan.
d. Operasi pemuatan dan
pengangkutan berjalan aman dan tidak
membahayakan bagi personil dan
peralatan dilaksanakan.

3. Mengatur jadwal pengawasan Inspeksi dilakukan dan laporan tentang


peralatan mekanis keadaan peralatan dibuat sehingga dapat
memberikan layanan yang maksimal bagi
penambangan.

I.4 Sasaran
Modul ini diperuntukan untuk Supervisor Produksi Tambang Terbuka, yaitu
orang yang orang yang melakukan pengawasan rutinnya untuk pekerjaan
pemindahan tanah mekanis pada aktivitas penambangan.

2
I.5 Prasyarat Mata Diklat
A. Memahami Mekanika Tanah dan Ilmu Ukur Tambang
B. Memahami Geologi Dasar dan Geologi Teknik
C. Memahami SOP Pengoperasian Alat Berat

I.6 Petunjuk Penggunaan Modul


Setiap modul berisikan beberapa pembelajaran sesuai dengan tuntutan
elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja. Untuk memahami modul secara utuh
sudah barang tentu peserta harus mempelajari setiap tahapan pembelajaran
sampai selesai. Pada akhir setiap pembelajaran terdapat latihan soal dan
sekaligus jawabannya. Baik modul maupun pembelajaran yang ada pada modul
dirancang dan disusun menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan satu dengan
lainnya, sehingga didalam mempelajarinya harus secara berurutan (sequential).
Agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal, ikutilah petunjuk penggunaan
modul berikut ini:

A. Pahami tujuan umum yang tercantum pada setiap modul.


B. Yakinkanlah bahwa Anda telah memenuhi prasyarat yang diminta modul.
C. Pahami tujuan khusus yang ada pada setiap pembelajaran di dalam modul.
D. Ikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan pada modul sampai akhir.
E. Cobalah sendiri mengerjakan soal latihan yang tertera pada akhir setiap
pembelajaran.
F. Untuk meningkatkan kedalaman penguasaan Anda terhadap isi modul,
disarankan untuk membaca referensi yang tertera pada setiap modul.
G. Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat
meneruskan ke Pembelajaran 2. Tetapi bila kurang dari 80%, maka Anda
harus mengulangi Pembe-lajaran 1, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.

3
I.7 Pedoman Penilaian

Pada setiap soal latihan terdapat cara menghitung nilai untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta. Pengerjaan soal harus tuntas sesuai waktu yang
disediakan. Disarankan untuk tidak membuka buku pada saat mengerjakan soal
latihan sampai peserta benar-benar selesai mengisinya. Apabila nilai latihan
peserta di atas 80% (merupakan penilaian teori dan praktik), maka peserta dapat
dikatakan bernilai baik dan diharapkan sudah dapat memahami dan melaksanakan
teknik-teknik pemindahan tanah mekanis dengan baik dan benar.
Perlu diketahui bahwa belajar dengan menggunakan modul dituntut
kemandirian dan kejujuran terhadap diri sendiri. Jadi, janganlah tergesa-gesa
menyelesaikan suatu modul dan menjawab latihan soal sebelum menguasai betul
setiap pembelajarannya.

4
II. MATERI
II.1. Pembelajaran 1: MERENCANAKAN PENGOPERASIAN ALAT
MEKANIS

Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat :


A. Menjelaskan pengertian umum pemindahan tanah mekanis.
B. Menganalisis tempat kerja (Job Analysis), kaitannya dengan keadaan
geologi, karak-teristik material, peta morfologi dan peta topografi.
C. Mengidentifikasi persyaratan kerja, kaitannya dengan masalah efisiensi kerja,
syarat-syarat penimbunan dan penyelesaian pekerjaan, waktu dan ongkos-
ongkos produksi guna menunjang pekerjaan pemindahan tanah mekanis.
D. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat.

II.1.1. Pengertian Umum PTM

Pemindahan Tanah Mekanis (PTM) adalah semua pekerjaan yang


berhubungan dengan kegiatan penggalian (digging, breaking, loosening),
pemuatan (loading), peng-angkutan (hauling, transporting), penimbunan (dumping,
filling), perataan (spreading, leveling) dan pemadatan (compacting) tanah atau
batuan dengan menggunakan alat-alat mekanis (alat-alat berat/besar).
Yang dimaksud dengan tanah disini adalah bagian teratas dari kulit bumi
yang relatif lunak, tidak begitu kompak dan terdiri dari butiran-butiran lepas.
Sedangkan yang dimaksud dengan batuan adalah bagian kulit bumi yang lebih
keras, lebih kompak dan terdiri dari kumpulan mineral pembentuk batuan tersebut.
Oleh karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat
bervariasi, maka sering dilakukan penggolongan-penggolongan berdasarkan
mudah-sukarnya digali dengan peralatan PTM. Adapun salah satu cara
penggolongan material tersebut adalah :
A. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya :
 tanah atas atau tanah pucuk (top soil).
 pasir (sand).

5
 lempung pasiran (sandy clay).
 pasir lempungan (clayey sand).

B. Agak keras (medium hard digging), misalnya :


 tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket.
 batuan yang sudah lapuk (weathered rocks).

C. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya :


 batu sabak (slate).
 material yang kompak (compacted material).
 batuan sedimen (sedimentary rocks).
 konglomerat (conglomerate).
 breksi (breccia).

D. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging)


atau batuan segar (fresh rocks) yang memerlukan pemboran dan peledakan
sebelum dapat digali, misalnya :
 batuan beku segar (fresh igneous rocks).
 batuan malihan segar (fresh metamorphic rocks).

Macam-macam material ini juga akan dapat berpengaruh terhadap faktor


pengisian (fill factor) dan faktor pengembangan (swell factor) dari tanah/batuan
yang digali.

II.1.2. Analisis Tempat Kerja (Job Analysis)

Agar supaya membuat rencana kerja yang realistis, rapih dan teratur, maka
perlu adanya pengamatan/analisis yang cermat mengenai keadaan
tempat/lapangan kerja dimana aktivitas pemindahan tanah mekanis berlangsung.
Komponen-komponen tempat kerja yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

II.1.2.1 Jalan dan sarana pengangkutan yang ada

Yang harus diamati di lapangan dan dicatat adalah cara pengangkutan


yang dapat dipakai untuk mengangkut alat-alat mekanis dan logistik lainnya ke
tempat kerja. Ada beberapa kemungkinan yang mungkin ada di lapangan, yaitu:

6
 Tempat itu dilalui atau dekat dengan jalan umum yang sudah
ada.
 Tempat itu dilalui atau dekat jalur kereta api atau sungai
besar.
 Tempat itu dekat lapangan terbang atau pelabuhan.
 Belum ada jalan umum ataupun jalur kereta api, maka harus
dibuat jalan baru.

II.1.2.2 Tumbuh-tumbuhan

Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja perlu


diteliti, apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa-rawa, pohon-pohon
besar yang kuat akarnya dan lain sebagainya. Sehingga kan dapat ditetapkan
jenis dan tipe alat-alat yang perlu akan dipakai, berapa jumlahnya, bagaimana
cara membersihkannya, berapa lama dan berapa besar biayanya.

II.1.2.3 Macam material dan perubahan volumenya

Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik
dan mineralogi yang berbeda-beda. Oleh karena itu macam material yang terdapat
di suatu daerah harus dicatat dengan tepat dan benar.
Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan suatu pekerjaan untuk
meratakan suatu daerah, maka sebaiknya volume penggalian sama dengan
volume penimbunan. Tetapi kebanyakan tanah atau batuan yang dipindahkan
tersebut akan bertambah volumenya kira-kira sebanyak 30 % apabila digali dan
akan berkurang kira-kira 10 % kalau sudah dipadatkan kembali di tempat lain.
Kenyataan-kenyataan seperti ini perlu diperhatikan.
Selain itu perlu dilihat sifat-sifat tanah tersebut, apakah kering atau basah,
lengket atau tidak, keras atau lunak dan lain sebagainya. Sifat-sifat ini akan
mempengaruhi hasil kerja alat-alat yang dipakai dan lamanya pekerjaan yang
harus dilakukan. Tanah batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped), digali
(digged) atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat
mekanis yang dipergunakan.

7
Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan
mempergunakan “ripper meter” atau “seismic test meter” dan satuannya adalah
meter/detik, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada
batuan.
Tanah yang banyak mengandung humus dan subur harus dipisahkan,
sehingga dikemudian hari dapat dipakai untuk menutupi tempat penimbunan agar
daerah itu dapat segera ditanami; ini yang disebut sebagai usaha reklamasi.

II.1.2.4 Daya dukung material

Daya dukung material adalah kemampuan material untuk mendukung alat


yang terletak di atasnya. Apabila suatu alat berada di atas tanah atau batuan,
maka alat tersebut akan menyebabkan terjadinya daya tekan (ground pressure),
sedangkan tanah atau batuan itu akan memberikan reaksi atau perlawanan yang
disebut data dukung (load capacity). Bila daya tekan lebih besar dari pada daya
dukung materialnya, maka alat tersebut akan terbenam.
Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran
langsung di lapangan. Alat yang biasa dipergunakan untuk menentukan atau
pengukuran daya dukung material disebut “cone penetro meter”.

II.1.2.5 I k l i m (climate)

Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kering. Yang sering menghambat pekerjaan adalah pada musim hujan, sehingga
hari kerja menjadi pendek. Kalau hujan sangat lebat, kebanyakan tanah akan
menjadi becek dan lengket, sehingga alat-alat mekanis tidak dapat bekerja dengan
baik (terhambat) dan perlu dibuatkan sistem penirisan (drainage system) yang
baik. Sebaliknya pada musim panas/kemarau akan timbul banyak debu.
Selanjutnya panas atau dingin yang keterla-luan juga akan mengurangi efisiensi
mesin-mesin/alat-alat yang digunakan.

II.1.2.6 Ketinggian dari permukaan air laut (altitude)

Yang sangat terpengaruh disini adalah kemampuan alat-alat yang dipakai,


karena kerapatan udaranya rendah pada ketinggian yang besar. Berdasarkan

8
pengalaman, tenaga diesel yang hilang karena semakin tingginya tempat kerja dari
permukaan air laut adalah 3 % setiap naik 1.000 ft. Ini akan menyebabkan
turunnya produksi alat dan akan dapat menambah ongkos gali untuk tiap satuan
volume atau berat.
II.1.2.7 Kemiringan, jarak dan keadaan jalan (haul road conditions)

Keadaan jalan yang akan dilalui sangat mempengaruhi daya angkut alat-
alat angkut yang dipakai. Bila jalur jalan baik, kapasitas angkut dapat besar karena
alat-alat angkut dapat bergerak lebih cepat. Kemiringan dan jarak harus diukur
dengan teliti, karena hal itu akan menentukan waktu yang diperlukan untuk
pengangkutan material tersebut (cycle time). Kecerobohan dalam menentukan
kemiringan, jarak dan kondisi jalan (lebar dan kekuatannya) akan menurunkan
jumlah material yang dapat diangkut dan menambah ongkos pengangkutan.

II.1.3. Identifikasi Persyaratan Kerja

II.1.3.1. Efisiensi kerja (operating efficiency)

Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja selama 60 menit


dalam sejam, karena hambatan-hambatan kecil akan selalu terjadi, misalnya
menunggu alat, pemeliharaan, pelumasan mesin-mesin (service & adjustment)
dan lain-lain. Ini perlu dibedakan dari hambatan-hambatan karena kerusakan alat-
alat atau pengaruh iklim.
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu
kerja yang tersedia. Menurut pengalaman di lapangan, besarnya persentase
efisiensi kerja lebih dari 83 %.
Efisiensi kerja merupakan salah satu elemen produksi yang harus
diperhitungkan di dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu
yang akurat. Sebagian besar nilai efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu
orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian,
apabila ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah
kemalasan operator yang bersangkutan. Mungkin ada penyebab lain yang tidak
dapat dihindari, antara lain cuaca, kerusakan mendadak, kabut dan lain-lain. Untuk
meningkatkan efisiensi kerja operator kadang-kadang perlu semacam perangsang

9
atau bonus yang mendidik dari perusahaan dengan harapan operator dapat
mempertinggi etos kerja, lebih bertanggung jawab dan termotivasi.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukkan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan alat
(maintenance) harus sudah terjadual untuk masuk bengkel (workshop). Oleh
sebab itu untuk memperoleh nilai efisiensi kerja operator yang mewakili perlu
diberikan batasan-batasan pekerjaan dan itu semua harus dipahami oleh seluruh
jajaran karyawan operasional maupun mekanik. Tabel 1.1 berikut ini mungkin
dapat dipakai sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operasional dan
mekanik. Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi yang berbeda tentang
pengertian waktu tertunda, terhenti dan sebagainya; namun tabel tersebut
dapatlah kiranya disesuaikan dengan kondisi di lapangan masing-masing.

TABEL 1.1
PARAMETER PENGUKUR EFISIENSI KERJA

Terjadwal (Scheduled) ; S
Tersedia (Available) ; A Perawatan (Maintenance) ; M
Jalan (Operation) ; O
Terhenti Perbaikan Perawatan
Kerja Tertunda (Delayed); (Idle) ; I Mendadak; UM Terjadual; SM
(Working); W D

Kerja lancar Mengisi BBM Diminta standby Waktu perbaikan Waktu perbaikan
Tunggu Tunggu
Ganti bit Tak ada operator
sukucadang sukucadang
Peledakan Makan & istirahat Lain-lain Lain-lain
Mengatur alat berat Rapat
Tunggu alat muat Hujan lebat, kabut
Tunggu truck Lain-lain
Pengawasan rutin
Semprot lub. bor
Pelumasan
Manuver alat
Pengecekan awal
sebelum jalan
Membersihkan
screen
Batu macet di
crusher, corong, dll.
Rol conveyor lepas

10
Lain-lain

Dari Tabel 1.1 di atas, dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang
lebih teliti karena pengelompokan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar kondisi
sebenar-nya dan yang lebih penting pengelompokan tersebut telah disepakati dan
dipahami oleh seluruh karyawan. Dengan demikian dapat dibuat tiga ukuran
efisiensi menggunakan data waktu dalam Tabel 1.1, yaitu:

1) Efektifitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang


disediakan untuk operasi, persamaannya adalah:

E = (W / O) x 100 % (1.1)

2) Ketersediaan fisik (physical atau mechanical availability) adalah ukuran sehat


tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah:

PA = (A / S) x 100 % (1.2)

3) Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-
lain (lihat Tabel 1.1), persamaannya adalah:

U = (O / A) x 100 %
(1.3)

4) Efisiensi kerja optimum merupakan perkalian antara E, PA dan U, jadi:

(1.4)
Eff.Opt = E x PA x U

Dengan demikian efisiensi kerja optimum merupakan ekspresi dari kinerja


alat maupun operatornya. Pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal
dari persamaan di atas, yaitu:

(1) Kinerja operator dengan hanya melihat harga efektifitas kerjanya (E),
(2) Kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA) dan
(3) Peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U).

11
Tabel 1.2 memperlihatkan contoh log-kinerja suatu alat berat yang dicatat
setiap hari. Berdasarkan data tersebut dapat diambil keputusan nilai efisiensi kerja
yang nantinya diambil untuk menghitung produksi alat berat. Tabel 1.2 dapat
dilengkapi dengan kolom keterangan, nama unit alat, nama operator dan
sebagainya sesuai keperluan, sehingga penampilannya lebih informatif.

TABEL 1.2
CONTOH LOG-KINERJA ALAT BERAT

Jam Tersedia (B-C) Efisiensi Kerja, %


Kerja Rusak
Tgl. Ter- men- Operasi Keter-
jadwal dadak Ter- Efektifi-
Tertun- sediaan Utilitas Optimum
henti Kerja tas
da Fisik
F = B-C- G= H= I = (E+F)/
A B C D E J = (GxHxI)
D-E F/(E+F) (D+E+F)/B (D+E+F)
1-Jul-00 16 0 4.00 3.00 9.00 75.00 100.00 75.00 56.25
2-Jul-00 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3-Jul-00 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4-Jul-00 16 0 1.00 4.00 11.00 73.33 100.00 93.75 68.75
5-Jul-00 16 0 2.00 1.00 13.00 92.86 100.00 87.50 81.25
6-Jul-00 16 0 5.00 4.00 7.00 63.64 100.00 68.75 43.75
7-Jul-00 15 0 2.00 3.00 10.00 76.92 100.00 86.67 66.67
8-Jul-00 16 4 0.00 5.00 7.00 58.33 75.00 100.00 43.75
9-Jul-00 16 0 1.50 4.00 10.50 72.41 100.00 90.63 65.63
10-Jul-00 16 0 0.00 5.00 11.00 68.75 100.00 100.00 68.75
11-Jul-00 16 0 0.00 3.00 13.00 81.25 100.00 100.00 81.25
12-Jul-00 16 2 0.00 2.00 12.00 85.71 87.50 100.00 75.00
13-Jul-00 16 0 2.00 2.00 12.00 85.71 100.00 87.50 75.00
14-Jul-00 15 0 4.00 2.00 9.00 81.82 100.00 73.33 60.00
15-Jul-00 16 0 0.00 3.00 13.00 81.25 100.00 100.00 81.26
16-Jul-00 16 0 0.00 4.00 12.00 75.00 100.00 100.00 75.00
17-Jul-00 16 0 0.00 2.25 13.75 85.94 100.00 100.00 85.94
18-Jul-00 16 0 0.00 3.00 13.00 81.25 100.00 100.00 81.25
19-Jul-00 16 0 0.00 3.00 13.00 81.25 100.00 100.00 81.25
20-Jul-00 16 0 0.00 3.00 13.00 81.25 100.00 100.00 81.25
21-Jul-00 15 0 0.00 4.00 11.00 73.33 100.00 100.00 73.33
22-Jul-00 16 0 0.00 2.00 14.00 87.50 100.00 100.00 87.50
23-Jul-00 16 1.5 0.00 2.00 12.50 86.21 90.63 100.00 80.72
24-Jul-00 16 0 2.00 3.00 11.00 78.57 100.00 87.50 68.75
25-Jul-00 16 0 0.00 4.00 12.00 75.00 100.00 100.00 75.00
26-Jul-00 16 0 0.00 3.00 13.00 81.25 100.00 100.00 81.25
27-Jul-00 16 0 3.00 4.00 9.00 69.23 100.00 81.25 56.25
28-Jul-00 15 0 2.00 3.00 10.00 76.92 100.00 86.67 66.67

12
29-Jul-00 16 1 2.00 3.00 10.00 76.92 93.75 86.67 62.50
30-Jul-00 16 0 0.00 4.00 12.00 75.00 100.00 100.00 75.00
31-Jul-00 16 4 2.00 5.00 5.00 50.00 75.00 83.33 31.25
TOTAL 460 12.5 32.50 93.25 321.75 77.53 97.28 92.74 69.95

II.1.3.2. Syarat-syarat Penyelesaian Pekerjaan (Finishing Specifications)


Sebelum pekerjaan dianggap selesai, biasanya ada syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Misalnya, di tempat-tempat tertentu harus
ditanami pohon, bunga atau rumput. Atau di tempat lain syarat yang diminta
adalah pemasangan pagar atau memberi kerikil pada jalan-jalannya. Pekerjaan
tambahan tersebut jelas menambah waktu kerja, peralatan dan ongkos.
II.1.3.3. Syarat-syarat Penimbunan (Fill Specifications)
Timbunan mungkin perlu diratakan dan dipadatkan dengan alat-alat
khusus dan harus dilakukan pada kelembaban tertentu agar tidak mudah terjadi
amblasan (surface subsidence) serta kemantapan lereng (slope stability) nya
terjamin. Mungkin juga timbunan itu diminta harus rapih dan dapat segera ditanami
serta diberi pagar di tempat-tempat tertentu, atau harus memiliki kemiringan
tertentu. Hal ini akan menambah waktu kerja, peralatan dan ongkos. Oleh karena
itu harus pula diperhitung-kan dengan teliti.
II.1.3.4. W a k t u (Time Element)
Pekerjaan pemindahan tanah pada umumnya harus diselesaikan dalam
jangka waktu yang sudah ditetapkan. Oleh sebab itu kapasitas harian yang sudah
ditentukan harus dipenuhi. Untuk itu perlu pengaturan dan data yang cukup
lengkap untuk memperkirakan kemampuan alat-alat yang akan dipakai, sehingga
jumlahnya cukup untuk memenuhi kapasitas harian itu.
Kalau pekerjaan pemindahan tanah itu dikontrakkan dan selesai sebelum
batas waktu yang telah disetujui, kontraktor berhak menerima premi. Sebaliknya
kalau terlambat, maka kontraktor harus membayar ganti rugi (denda).

II.1.3.5. Ongkos-ongkos Produksi (Production Costs)


Ongkos-ongkos produksi yang harus diperhitungkan adalah :
1) Ongkos tetap; meliputi asuransi, depresiasi, pajak dan bunga pinjaman.

13
2) Ongkos produksi; misalnya upah pengemudi, ongkos pemeliharaan dan
pembetulan alat-alat, pembelian suku cadang, bahan bakar dan minyak
pelumas.
3) Ongkos pengawasan; misalnya gaji mandor, teknisi, direksi dan lain-lain.
4) Ongkos-ongkos lain; antara lain meliputi overhead cost, ongkos upacara-
upacara, jamuan untuk tamu dan lain-lain.
II.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat

Salah satu tolok ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya
hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya
produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh karena itu usaha dan upaya
untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus
(serius).
Untuk memperkirakan dengan lebih teliti produksi alat-alat mekanis yang
dipakai, maka perlu dipelajari dan dipahami faktor-faktor yang langsung
mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut. Faktor-faktor yang akan dibicara disini
yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja alat adalah :

II.1.4.1. Tahanan Gali (Digging Resistance)

Yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan
penggalian tanah. Tahanan itu disebabkan oleh :
1) Gesekan antara alat gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar
kelembaban dan kekasaran butiran tanah, maka akan semakin besar pula
gesekan yang terjadi.
2) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali ke
dalam tanah.
3) Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.
4) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara butiran-butiran
tanah itu sendiri.
5) Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat gali yang
juga berfungsi sebagai alat muat (seperti power shovel, clamshell dan
dragline).

14
Besarnya tahanan gali tersebut sangat sukar ditentukan angka rata-
ratanya, oleh karena itu sebaiknya ditentukan langsung di tempat kerjanya.

II.1.4.2. Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)

Adalah jumlah semua gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan


dengan arah gerak kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan (jalan raya atau
kereta api) atau permukaan tanah. Dengan sendirinya yang mengalami tahanan
gulir (rolling resistance = RR) ini secara langsung adalah bagian luar ban-ban
kendaraan tersebut.
Tahanan gulir ini tergantung dari banyak hal, diantaranya yang terpenting
adalah :
1) Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaannya; semakin keras
dan mulus atau rata jalan tersebut maka akan semakin kecil tahanan
gulirnya. Macamnya tanah atau material yang dipergunakan untuk membuat
jalan tidak terlalu berpengaruh.
2) Keadaan bagian kendaraan yang bersangkutan dengan permukaan jalur jalan :
 Kalau memakai ban karet, yang akan berpengaruh adalah ukuran ban,
tekanan dan keadaan permukaan bannya apakah masih baru atau
sudah gundul dan macam kembangan pada ban tersebut.
 Jika memakai rantai ban besi (crawler track), maka keadaan dan macam
track kurang berpengaruh, tetapi yang lebih berpengaruh adalah
keadaan jalannya.

Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam pounds (lbs) dari “tractive pull”
yang diperlukan untuk menggerakkan tiap “gross ton” berat kendaraan beserta
isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu.

Contoh : Suatu jalan yang terbuat dari tanah biasa yang dilewati kendaraan
beroda ban karet dengan tekanan 35 – 50 lbs, diperkirakan memiliki
tekanan gulir (RR) sebesar 100 lbs/ton. Kalau berat kendaraan
tersebut 20 ton, maka rimpull (RP) atau “tractive pull” (TP) atau

15
“tractive effort” (TE) atau “draw bar pull” (DBP) yang diperlukan untuk
mengusahakan agar kecepatan gerak kendaraan tersebut tetap
(constant) adalah sebesar:

RP/TP/TE/DBP = berat kendaraan x RR


= 20 ton x 100 lbs/ton = 2.000 lbs.

Beberapa angka rata-rata dari tahanan gulir untuk bermacam-macam


keadaan jalan dan roda telah diperoleh dari pengalaman di lapangan. Harus juga
diingat bahwa untuk menentukan tahanan gulir yang tepat bagi setiap macam jalan
itu sukar dilakukan, karena ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan gerak
kendaraan pun sebenarnya dapat mempengaruhi tahanan gulir. Oleh karena itu
yang dapat diperoleh adalah angka rata-ratanya saja. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.3 dan Tabel 1.4 di bawah ini.

TABEL 1.3
ANGKA RATA-RATA TAHANAN GULIR UNTUK BERBAGAI MACAM JALAN
RR
No. Macam Jalan (untuk Ban Karet,
lbs/ton)
1. Hard, smooth surface, well maintained 40
2. Firm but flexible surface, well maintained 65
3. Dirt road, average construc. road, little 100
maintenance
4. Dirt road, soft or rutted 150
5. Deep, muddly surface or loose sand 250 – 400

TABEL 1.4
ANGKA-ANGKA TAHANAN GULIR UNTUK BERBAGAI MACAM JALAN
Crawler Tekanan Ban Karet (lbs/ton)
No. Macam Jalan Type
lbs/ton Tinggi Rendah Rata-rata

1. Smooth concrete 55 35 45 40

2. Good aspalt 60 – 70 40 - 65 50 – 60 45 - 60

3. Hard earth,smooth,well 60 – 80 40 - 70 50 – 70 45 - 70
maintained
4. Dirt road, average 70 – 100 90 - 100 80 - 100 85 - 100

16
constructionroad, little
maintenance
5. Dirt road, soft, rutted, poorly 80 – 110 100 - 140 70 - 100 85 - 120
maintained
6. Earth, muddy, rutted, no 140 – 180 180 - 220 150 - 220 165 - 210
mainte-nance
7. Loose sand and gravel 160 – 200 260 - 290 220 - 260 240 - 275

8. Earth, very muddy and soft 200 – 240 300 - 400 280 - 340 290 - 370

Seandainya tahanan gulir suatu jalan untuk kendaraan tertentu ingin


diketahui dengan tepat, maka dapat dilakukan percobaan dengan cara menarik
sebuah kendaraan dengan berat yang sudah diketahui pada jalur jalan yang datar
dengan kecepatan tetap. Pada kabel penariknya dipasang sebuah
“dynamometer” untuk mengukur daya tarik (tension) rata-rata pada kabel
tersebut. Gaya tarik tersebut tidak lain adalah jumlah tahanan gulir yang diderita
oleh kendaraan. Maka besar tahanan gulirnya dalam satuan lbs/gross ton dapat
dihitung sebagai berikut :

P
RR = (1.5)
W

dimana : RR = Tahanan Gulir, lbs/gross ton.


P = Gaya Tarik pada kabel penarik, Lbs.
W = Berat Kendaraan, gross ton.
Kecuali itu, ada cara lain untuk menyatakan tahanan gulir tersebut yaitu
dengan persentase berat kendaraan yang beratnya dinyatakan dalam satuan
pound (lbs), hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini.

TABEL 1.5
ANGKA-ANGKA TAHANAN GULIR DALAM PERSEN
RR
No. Macam Jalan (% berat kendaraan dlm, lbs)
Ban Karet Crawler Track

17
1. Concrete, rough and dry 2% -
2. Compacted dirt and gravel, well maintened, no 2% -
tire penetration
3. Dry dirt, fairly compacted, slight tire penetration 3% -
4. Firm, rutted dirt, tire penetration approx. 2 5% 2%
5. Soft dirt fills, tire penetration approx. 4 8% 4%
6. Loose sand and gravel 10 % 5%
7. Depply rutted dirt, spongly base tire penetration 16 % 7%
approx. 8

Contoh: Sebuah kendaraan dengan berat 40.000 lbs bergerak di atas jalur jalan
datar dengan tahanan gulir sebesar 5 %, maka rimpull yang dibutuhkan
untuk mengatasi tahanan gulir tersebut adalah sebesar :
RP/TR/TE/DBP = berat kendaraan x RR
= 40.000 lbs x 5 % = 2.000 lbs.

II.1.4.3. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)

Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau


membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya.
Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope), maka
tahanan kemiringan atau “grade resistance” (GR) akan melawan gerak
kendaraan, sehingga memperbesar “tractive effort” atau “rimpull” yang
diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun disebut kemiringan negatif
(minus slope), maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak
kendaraan, berarti akan mengurangi “rimpull” yang dibutuhkan.

Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor, yaitu :


1) Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan
sebesar 1 % berarti jalur jalan itu naik atau turun sebesar 1 meter untuk tiap
jarak mendatar sebesar 100 meter, atau naik/turun 1 ft untuk setiap 100 ft
jarak mendatar.
2) Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dalam “gross ton”.

18
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam satuan pounds
(lbs) dari “rimpull” atau “tractive effort” untuk tiap gross ton berat kendaraan
beserta isinya pada tiap kemiringan 1 %. Kalau jalur jalan naik atau kemiringan
positif, maka akan menambah “rimpull” atau “tractive effort”, sedangkan kalau
turun atau kemiringan negatif maka akan mengurangi “rimpull” atau “tractive
effort”. Besarnya “rimpull” untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus
dijumlahkan secara aljabar dengan “rimpull” untuk mengatasi tahanan gulir.

Contoh: Kendaraan yang sama seperti pada contoh sebelumnya dengan berat
20 ton, bergerak pada jalur jalan yang sama dengan tahan gulir sebesar
100 lbs/ton, tetapi dengan kemiringan 5 %. Maka besarnya rimpul yang
diperlukan untuk mengatasi tahanan kemiringan (GR) adalah :

RP/TP/TE/DBP = berat kendaraan x GR x kemiringan


= 20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 %
= 2.000 lbs.
untuk mengatasi tahanan gulir (sdh diketahui) = 2.000 lbs.
Maka jumlah RP/TP/TE/DBP = 4.000 lbs.

Sebenarnya besarnya tahanan kemiringan sebesar 20 lb/ton/% itu tidak


tepat benar, karena semakin besar sudut kemiringan jalur jalan akan semakin kecil
tahanan kemiringannya. Sebagai perbandingan dapat dilihat pada Tabel 1.6
berikut ini.
Akan tetapi perlu diingat bahwa alat-alat pemindahan tanah itu jarang-
jarang yang dapat mengatasi kemiringan lebih besar dari 15 %. Jadi kalau dipakai
tahanan kemiringan sebesar 20 lb/ton/%, maka angka-angkanya tidaklah terlalu
menyimpang sampai kemiringan 15 %.
TABEL 1.6
PENGARUH KEMIRINGAN JALAN TERHADAP TAHANAN KEMIRINGAN

Kemiringan GR Kemiringan GR Kemiringan GR


(%) (lb/ton) (%) (lb/ton) (%) (lb/ton)
1 20,0 9 179,2 20 392,3

19
2 40,0 10 199,0 25 485,2
3 60,0 11 218,0 30 574,7
4 80,0 12 238,4 35 660,6
5 100,0 13 257,8 40 742,8
6 119,8 14 277,4 45 820,8
7 139,8 15 296,6 50 894,4
8 159,2

Cara menentukan tahanan kemiringan itu dapat dengan memakai teori


mekanika (ilmu pesawat) yang sederhana.

C
D

P
1 m / 1 ft
α
A α B
100 m / 100 ft F
E
W = 1 ton

Gambar 1.1
CARA MENENTUKAN TAHANAN KEMIRINGAN

Dari sketsa di atas (Gambar 1.1), terlihat bahwa DEF sebangun dengan
ABC, maka :

EF BC P BC
= =
DF AC W AC

BC
atau P = W (1.6)
AC

Bila W = 1 ton = 2.000 lbs, sedangkan BC = 1 m / 1 ft dan AC = AB /cos α,


berarti

20
AC = (100 m / 100 ft) /cos α, sedangkan 1 % = 1 / 100 = 10, maka persamaan
(1.6) di atas akan menjadi :
1
P = 2.000 lbs x = 20 lbs.
100 / cos 10

Perlu diingat pula bahwa kemiringan negatif itu selalu membantu


mengurangi rimpull kendaraan, maka sedapat mungkin harus diusahakan agar
pada waktu alat itu mengangkut muatan melalui jalur jalan yang menurun,
sedangkan pada waktu kosong menaiki atau mendaki jalur jalan itu. Sehingga
dengan demikian pada waktu berisi muatan dapat bergerak lebih cepat dan
membawa muatan lebih banyak karena rimpull yang diperlukan sudah
dikurangi dengan kemiringan negative yang membantu. Ini berarti bahwa
dengan kemiringan negatif yang membantu. Ini juga berarti bahwa sedapat
mungkin tempat penimbunan atau tempat membuang material harus dipilihkan
yang letaknya lebih rendah dari pada tempat penggaliannya sendiri.

II.1.4.4. “Coefficient of Traction” atau “Tractive Coefficient”

Adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh berat
kenda-raan itu pada ban atau “track” yang dapat dipakai untuk menarik atau
mendorong. Atau, “Coefficient of Traction” (CT) adalah suatu faktor dimana jumlah
berat kendaraan pada ban atau “track” penggerak itu harus dikalikan untuk
menunjukkan rimpull maksimum antara ban atau “track” dengan permukaan jalur
jalan tepat sebelum roda selip.

Contoh: Jumlah berat yang diterima pada roda penggerak suatu kendaraan
adalah 8.000 lbs. Dari percobaan-percobaan ternyata bahwa bila
hanya tersedia rimpull sebesar 4.800 lbs, maka roda tersebut akan
selip dan dikatakan bahwa : CT = 4.800 /8.000 x 100 % = 60 %
atau 0,60.

Jadi CT itu terutama tergantung dari :

21
1) Keadaan ban; yaitu keadaan dan macamnya, bentuk kembangan ban tersebut.
Untuk “crawler track” tergantung dari keadaan dan bentuk tracknya.
2) Keadaan permukaan jalur jalan; basah atau kering, keras atau lunak,
bergelombang atau rata dan sebagainya.
3) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.

Variasi dari keadaan-keadaan ban dan permukaan jalur jalan itu


sedemikian besar sehingga sukar untuk memberikan angka yang pasti untuk
“coefficient of traction” pada masing-masing kendaraan. Untuk memberikan
gambaran mengenai besarnya “coefficient of traction” pada bermacam-macam
keadaan jalu jalan telah dikumpulkan angka-angka berdasarkan pengalaman yang
cukup baik untuk angka perkiraan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.7 berikut ini.
TABEL 1.7
“COEFFICIENT OF TRACTION” UNTUK BERMACAM-MACAM
KEADAAN JALUR JALAN
Ban Karet Crawler Track
Macam Jalan
% %
Dry, rough concrete 0,80 – 1,00 80 - 100 0,45 45
Dry, clay loam 0,50 – 0,70 50 - 70 0,90 90
Wet, clay loam 0,40 – 0,50 40 - 50 0,70 70
Wet sand and gravel 0,30 – 0,40 30 - 40 0,35 35
Loose, dry sand 0,20 – 0,30 20 - 30 0,30 30

Contoh Perhitungan 1 :

Sebuah kendaraan mempunyai jumlah berat sebesar 40.000 lbs (20 ton) yang
seluruhnya diterima oleh roda penggeraknya, kendaraan akan bergerak pada jalur
jalan yang terbuat dari tanah liat yang kering dengan CT = 0,50 (50 %), RR = 100
lbs/ton dan kemiringan 5 %, maka rimpull yang dapat diberikan oleh mesin
kendaraan pada macam jalan seperti di atas sebelum selip bila beban yang
diterima roda penggerak 100 % adalah sebesar = 40.000 x 0,50 = 20.000 lbs.
Sedangkan rimpull yang diperlukan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir hanya 4.000 lbs (lihat contoh terdahulu), maka kendaraan itu pada
keadaan jalur jalan tersebut tidak akan selip.

22
Contoh Perhitungan 2 :

Kendaraan yang sama seperti tersebut di atas, tetapi roda penggeraknya hanya
menerima 50 % dari berat seluruhnya, bergerak pada jalur jalan yang sama pula.
Maka besarnya rimpull yang diberikan oleh kendaraan hanya:

40.000 x 50 % x 0,50 = 10.000 lbs.

Tetapi karena rimpull yg dipergunakan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan


tahanan gulir hanya 4.000 lbs, maka kendaraan itu juga tidak selip.

Contoh Perhitungan 3 :

Seandainya kendaraan yang sama itu bergerak pada suatu jalur jalan yang terbuat
dari pasir lepas dengan RR = 250 lbs/ton dan CT = 0,25 serta kemiringan 5 %,
sedangkan berat kendaraan yang diterima oleh roda penggerak 50 %, maka :
- RP/TE untuk mengatasi RR = 20 ton x 250 lbs/ton = 5.000 lbs.
- RP/TE untuk mengatasi GR = 20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000 lbs.
- Maka jumlah rimpull yang diperlukan = 7.000 lbs.
- Sedangkan rimpull yang dapat diterima oleh kendaraan hanya sebesar :
- 40.000 lbs x 0,20 x 50 % = 4.000 lbs, maka kendaraan tersebut tidak akan
dapat bergerak atau selip.

II.1.4.5. “Rimpull” / “Tractive Pull” / “Tractive Effort” / “Draw Bar Pull”

Yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh
mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Bila “coefficient of traction” cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka “rimpull” (RP) maksimum adalah fungsi dari
tenaga mesin (HP) dan “gear ratios” (versnelling) antara mesin dan roda-rodanya.
Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga
pada roda penggerak dikalikan “coefficient of traction”.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

23
HP x 375 x Effisiensi Mesin
RP = (1.7)
Kecepatan, mph

dimana: RP = Rimpull atau kekuatan tarik, lbs


HP = Tenaga mesin, HP
375 = Angka konversi

Istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan-kendaraan yang beroda


ban karet. Untuk yang memakai roda rantai (crawler track), maka istilah yang
dipakai adalah “draw bar pull” (DBP), juga lokomotif disebut memiliki DBP. Tetapi
harus diingat bahwa tractor itu mempunyai tahanan gulir dan tahanan kemiringan
yang harus diatasi, disamping harus mengatasi tahanan gulir dan tahanan
kemiringan alat yang ditariknya. Jadi disini ada dua macam tahanan gulir dan
tahanan kemiringan yang harus diatasi oleh DBP dari tractor tersebut.

Contoh : Sebuah tractor atau bulldozer yang beratnya 15 ton memiliki DBP
maksimum sebesar 28.019 lbs pada gigi 1 (first gear) yang bergerak di
atas suatu jalur jalan yang mempunyai RR 100 lbs/ton dan kemiringan
5 %. Maka DBP yang dapat dipakai untuk menarik muatan atau
kendaraan lainnya, dapat dihitung sebagai berikut :
DBP maksimum = 28.019 lbs.

RP untuk mengatasi RR = 100 x 15 = 1.500 lbs.


RP untuk mengatasi GR = 15 x 20 x 5 = 1.500 lbs.
Jumlah RP untuk mengatasi RR dan GR = 3.000 lbs.
DBP yang tersedia untuk menarik muatan = 25.019 lbs.

Rimpull atau draw bar pull suatu alat tergantung pada HP dan kecepatan
bergeraknya, artinya terpengaruh oleh “gear ratio”. Untuk tiap kendaraan, rimpull
atau draw bar pull yang dihasilkan pada suatu “gear ratio” berlain-lainan besarnya.
Biasanya pabrik pembuat kendaraan tersebut memberikan pedoman berapa besar
kecepatan maksimum dan rimpull atau draw bar pull alat yang dapat dihasilkan
pada tiap-tiap “gear ratio”, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.8 berikut ini.

24
TABEL 1.8
KECEPATAN MAKSIMUM PADA TIAP-TIAP GIGI (GEAR)
Kendaraan Beroda Ban Karet Crawler Track / Tractor
140 HP berat 15 ton
Gigi
Kecepatan RP Kecepatan RP
(mph) (lbs) (mph) (lbs)
Pertama 3,25 13,730 1,72 28,019
Kedua 7,10 6,285 2,18 22,699
Ketiga 12,48 3,576 2,76 17,265
Keempat 21,54 2,072 3,50 13,769
Kelima 33,86 1,319 4,36 10,074
Keenam - - 7,00 5,579
Untuk kendaraan yang beroda ban karet tersebut yaitu dengan HP = 140
HP, kecepatan maksimum pada gigi 1 = 3,250 mph dan effisiensi = 0,85, maka:

375 x HP x Eff. 375 x 140 x 0,85


Rimpull = = = 13.730 lbs.
mph 3,250

II.1.4.6. “Percepatan (Acceleration)

Adalah waktu yang diperlukan mempercepat kendaraan dengan memakai


kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan kendaraan pada
keadaan jalur jalan tertentu. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat
kendaraan tergantung dari beberapa faktor, yaitu :

1) Berat kendaraan; semakin berat kendaraan, maka akan semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan.
2) Kelebihan Rimpull yang ada; semakin besar rimpull yang berlebihan, semakin
cepat kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi kalau kelebihan rimpull itu tidak
ada, maka percepatan tidak akan timbul, artinya kendaraan tersebut tidak
dapat dipercepat.

Untuk dapat menghitung percepatan suatu kendaraan secara tepat


memang sulit, tetapi dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus Newton
sebagai berikut :

W F.g
F = a a =
g W 25
Atau (1.8)

dimana : a = Percepatan, mph/sec


F = Kelebihan Rimpull, lbs
G = Percepatan karena gaya gravitasi, 32,2 ft/sec 2
W = Berat alat yang harus dipercepat, lbs

Contoh: Katakan kelebihan rimpull dari suatu kendaraan adalah 10 lbs dan
akan dipergunakan untuk mempercepat kendaraan tersebut yang
beratnya 1 ton (2.000 lbs). Maka percepatan yang diperoleh adalah :

F.g 10 x 32,2
a = = = 0,161 ft/sec 2 atau 0,11 mph/sec
W 2.000

Jadi dalam waktu satu menit kecepatan akan bertambah


60 x 0,11 = 6,6 mph. Dapat diberikan suatu contoh bagaimana cara menghitung
jumlah waktu yang diperlukan oleh sebuah truk untuk mencapai kecepatan
maksimumnya untuk kondisi-kondisi jalur jalan tertentu (lihat Tabel 1.9).
Ada cara lain untuk menentukan percepatan, yaitu dengan memakai grafik
atau monogram unjuk kerja (performance chart). Pada grafik tersebut tertera berat
kendaraan, tahanan gulir dan tahanan kemiringan, rimpull yang dimiliki kendaraan,
kecepatan, jarak yang ditempuh, waktu yang diperlukan dan lain-lain.
Kemudian ada lagi yang mementingkan segi kesederhanaan, yaitu bahwa
berdasarkan pengalaman di lapangan apabila ada kelebihan rimpull sebesar 20
lbs per ton pada tiap gigi, maka diperlukan waktu satu menit untuk penggantian
tiap gigi dan mencapai kecepatan maksimum pada gigi terakhir.
Masih ada cara lain untuk secara tak langsung menghitung percepatan,
yaitu hanya dengan menghitung kecepatan rata-ratanya. Rumus sederhana yang
dipakai adalah : kecepatan rata-rata = kecepatan maksimum x faktor kecepatan.

26
Faktor kecepatan dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh kendaraan;
semakin jauh jaraknya, semakin besar faktor kecepatannya tanpa memperhatikan
bagaimana keadaan jalur jalan itu (lihat Tabel 1.10).

TABEL 1.9
CONTOH PERHITUNGAN UNTUK MENCAPAI
KECEPATAN MAKSUMUM SEBUAH TRUK
RP untuk Waktu utk
Percepatan Percepatan
Kecepatan mencapai
Yang (lbs/ton) Percepatan
Gigi Maksimum kecepatan
Diperlukan (mph)
(mph) maks
(mph) Maks. Efektif (menit)
Pertama 3,0 3,0 357 390 190 0,015
Kedua 5,2 2,2 296 200 132 0,017
Ketiga 9,2 4,0 141 100 66 0,061
Keempat 16,8 7,6 50 40 26,4 0,288
Kelima 27,7 10,9 7 6 4,0 2,725

Jumlah waktu yang diperlukan untuk pindah gigi (gear) 3,106


Waktu untuk pindah gigi, @ = 4 detik 0,333
Jumlah waktu untuk mencapai kecepatan maksimum dari 0 mph 3,439

TABEL 1.10
FAKTOR KECEPATAN

Jarak yang Ditempuh


Faktor Kecepatan
( ft )

500 - 1.000 0,46 - 0,78


1.000 - 1.500 0,59 - 0,82
1.500 - 2.000 0,65 - 0,82

27
2.000 - 2.500 0,69 - 0,83
2.500 - 3.000 0,73 - 0,83
3.000 - 3.500 0,75 - 0,84
3.500 - 4.000 0,77 - 0,85

Contoh: Sebuah kendaraan bergerak di atas suatu jalur jalan sehingga


memiliki kecepatan maksimum sebesar 12,48 mph pada gigi ketiga.
Bila jarak yang ditempuh adalah 1.250 ft, berarti faktor kecepatannya
adalah 0,70 (lihat Tabel 1.10), maka kecepatan rata-ratanya:
12,48 x 0,70 = 8,74 mph.
II.1.4.7. “Ketinggian dari Permukaan Air Laut atau Elevasi (Altitude/Elevation)

Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja


mesin-mesin, karena mesin-mesin tersebut bekerjanya dipengaruhi oleh tekanan
dan temperatur udara luar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin
rendah tekanan udaranya, sehingga jumlah oksigennyapun semakin sedikit.
Berarti mesin-mesin tersebut kurang sempurna bekerjanya. Dari pengalaman
ternyata bahwa untuk mesin-mesin 4-tak (four cycle engines), maka kemerosotan
tenaga karena berkurangnya tekanan, rata-rata adalah  3 % dari HP di atas
permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft, kecuali 1.000 ft yang
pertama.

Contoh : Sebuah mesin 4-tak dengan tenaga 100 HP di permukaan air laut,
pada ketinggian 10.000 ft hanya akan memiliki HP sebesar :
HP pada permukaan air laut adalah 100 HP.
Kemerosotan HP karena ketinggian :
3 % x 100 x (10.000 - 1.000)
= 27 HP
1.000
HP efektif pada ketinggian 10.000 ft = 73 HP.

Akan tetapi semakin tinggi letak tempat itu, maka temperaturnya semakin
rendah dan hal ini akan membantu mesin menaikkan hasil kerja mesin-mesin

28
bakar (mesin diesel dan bensin). Untuk menghitung pengaruh temperatur ini
biasanya dihitung dengan suatu rumus dimana sudah diperhitungkan tekanannya
pula, yaitu :

Ps To
Hc = H0 (1.9)
Po Ts

dimana:
Hc = HP yg harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian, pada ketinggian 0 ft.
Ho = HP yang dicatat pada ketinggian tertentu.
Ps = Tekanan barometer baku (standard), 29,92 in Hg (76 cm Hg).
Po = Tekanan barometer pada ketinggian tertentu, in Hg.
Ts = Temperatur absolut pada keadaan baku (standard),
(460 0F + 60 0F) = 520 0F = 273 0C.
To = Temperatur absolut pd ketinggian tertentu, atau (460 - t. setempat) 0F.

Tekanan barometer rata-rata juga dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan air
laut (lihat Tabel 1.11).

Contoh: Sebuah mesin 4-tak memiliki HP sebesar 130 HP pada permukaan air
laut dengan kondisi baku, yaitu 60 0F dan 29,92 in Hg. Kalau dipakai
pada keting-gian 3.000 ft dgn temperatur 70 0F, maka akan diperoleh HP
efektif sebesar :
Ho = Hc x Po / Ps √(Ts / To)
Ho = 130 x 26,80 / 29,92 x 520 / 530 = 115 HP.

TABEL 1.11
TEKANAN BAROMETER PADA KETINGGIAN TERTENTU

Ketinggain dari PAL Tekanan Barometer


( ft ) ( in Hg )
0 29,92
1.000 28,86
2.000 27,82
3.000 26,80
4.000 25,82

29
5.000 24,87
6.000 23,95
7.000 23,07
8.000 22,21
9.000 21,36
10.000 20,55

Untuk mesin-mesin 4-tak ada cara lain yang lebih sederhana dalam
menentukan HP efektif pada suatu ketinggian tertentu, yaitu HP pada keadaan
baku dikalikan dengan faktor koreksi (correction factor). Besarnya faktor koreksi
tersebut dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan air laut dan temperatur (lihat
Tabel 1.12).
TABEL 1.12
FAKTOR KOREKSI UNTUK BERMACAM KETINGGIAN DAN TEMPERATUR

Ketinggian, T e m p e r a t u r , ( 0F )
( ft ) 110 90 70 60 50 40 20 0 -20
0 0,954 0,971 0,991 1,000 1,008 1,018 1,039 1, 062 1,085
1.000 0,920 0,937 0,955 0,964 0,974 0,984 1,003 1,025 1,048
2.000 0,887 0,904 0,921 0,930 0,938 0,948 0,968 0,988 1,010
3.000 0,885 0,872 0,888 0,896 0,905 0,914 0,933 0,952 0,974
4.000 0,825 0,840 0,856 0,865 0,873 0,882 0,899 0,918 0,938
5.000 0,795 0,809 0,825 0,833 0,842 0,849 0,867 0,885 0,904
6.000 0,767 0,781 0,795 0,803 0,811 0,820 0,836 0,853 0,872
7.000 0,738 0,752 0,767 0,775 0,782 0,790 0,806 0,823 0,840
8.000 0,712 0,725 0,739 0,746 0,754 0,762 0,776 0,793 0,811
9.000 0,686 0,699 0,713 0,720 0,727 0,734 0,748 0,764 0,782
10.000 0,675 0,682 0,687 0,699 0,707 0,717 0,722 0,737 0,752

Contoh : Sebuah mesin 4-tak mempunyai HP = 130 pada keadaan baku. Bila
dipergunakan pada suatu tempat dengan ketinggian 3.000 ft dan
temperatur 70 0F, maka HP efektifnya = 130 x 0,888 = 115 HP.
(coba bandingkan dengan contoh sebelumnya).

II.1.4.8 Efisiensi Operator (Operator Efficiency)

30
Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat
sukar untuk ditentukan efisiensinya secara tepat, karena selalu berubah-ubah dari
hari ke hari dan bahkan dari jam ke jam, tergantung dari keadaan cuaca, keadaan
alat yang dikemudikannya, suasana kerja dan lain-lain. Kadang-kadang suatu
perangsang dalam bentuk upah tambahan (incentive) dapat mempertinggi efisiensi
operator.
Sebenarnya efisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan
pekerjaan itu, tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan
yang tak mungkin dihindari, seperti melumasi kendaraan, mengganti alat yang aus,
member-sihkan bagian-bagian terpenting sesudah sekian jam dipakai,
memindahkan ke tempat lain, tidak adanya keseimbangan antara alat-alat angkut
dan alat-alat muat, menunggu peledakan di suatu daerah yang akan dilalui,
perbaikan jalan dan lain-lain. Karena hal-hal tersebut di atas, jarang-jarang selama
satu jam itu operator betul-betul dapat bekerja selama 60 menit. Berdasarkan
pengalaman, bila operator dapat bekerja selama 50 menit dalam satu jam, ini
berarti efisiensinya adalah 83 % (lihat Tabel 1.13), maka hal itu dianggap baik
sekali jika alatnya berban karet.
Jadi didalam menentukan n jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan harus diingat juga efisiensi pekerja-pekerjanya.
Sehubungan dengan efisiensi operator tersebut di atas perlu juga diingat keadaan
alat mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat efisiensi
operatornya.

TABEL 1.13
EFISIENSI OPERATOR (OPERATOR EFFICIENCY)

Tingkat Efisiensi Operator (min / jam)


Macam Alat Kurang baik
Baik sekali Sedang
(eff. malam hari)
Crawler Tractor 55 (92 %) 50 (83 %) 45 (75 %)
Ber-ban Karet 50 (83 %) 45 (75 %) 40 (67 %)

Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan


efektivitas penggunaannya, antara lain :

31
1) “Availability Index” atau “Mechanical Availability”
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya
dari alat yang sedang dipergunakan. Persamaan untuk “availability index” (AI)
adalah sebagai berikut :

W
AI = x 100 % (1.10)
W + R

dimana : W = “Working Hours” atau jumlah jam kerja alat, jam.


R = “Repair Hours” atau jumlah jam untuk perbaikan, jam.

2) “Physical Availability” atau “Operational Availability”


Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang diper-
gunakan, persamaannya adalah :

W + S
(1.11)
PA = x 100 %
W + R + S

dimana : S = “Standby Hours” atau jumlah jam suatu alat yang tidak
dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak
dan dalam keadaan siap beroperasi, jam.
W+R+S = “Scheduled Hours” atau jumlah seluruh jam jalan dimana
alat dijadualkan untuk beroperasi, jam.

“Physical Availability” pada umumnya selalu lebih besar daripada “Availability


Index”. Tingkat efisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka “Physical
Availability” mendekati angka “Availability Index”.

3) “Use of Availability”
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

32
W
(1.12)
UA = x 100 %
W + S

Angka “use of availability” biasanya dapat memperlihatkan seberapa


efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat
menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang
dipergunakan.

4) “Effective Utilization”
Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. “Effective Utilization” sebenarnya sama
dengan pengertian efisiensi kerja. Adapun persamaannya adalah :

W
EU = x 100 % (1.13)
W + R + S

dimana : W + R + S = T = “Total Hours Available” atau “Scheduled Hours”


atau jumlah jam kerja yang tersedia.
Contoh-contoh Perhitungan :

a) Dari pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data
sebagai berikut :
- Jumlah jam kerja (working hours) = W = 300 jam.
- Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours) = R = 100 jam.
- Jumlah jam siap tunggu (hours on standby) = S = 200 jam.
- Jumlah jam yang dijadualkan (total hours) = T = 600 jam.
Maka :
AI = 300 / (300 + 100) x 100% = 75%.
PA = (300 + 200) / 600 x 100% = 83%.
UA = 300 / (300 + 200) x 100% = 60%.
EU = 300 / 600 x 100 % = 50%.

b) Dalam keadaan lain datanya adalah sebagai berikut :

33
W = 450 jam. R = 150 jam.
S = 0 ; berarti alat tersebut tidak pernah menunggu (standby).
W+R+S = 600 jam.
Maka : AI = 450 / (450 + 150) x 100 % = 75 %.
PA = (450 + 0) / (450 + 150 + 0) x 100 % = 75 %.
UA = 450 / (450 + 0) x 100 % = 100 %.
EU = 450 / 600 x 100 % = 75 %.

Terlihat bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih efisien daripada alat
pada contoh pertama.

II.1.4.9 Faktor pengembangan atau faktor pemuaian (Swell Factor)

Material di alam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi


dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-
ruangan yang terisi udara (voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-
butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya,
maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell). Jadi 1,00 cu yd
tanah liat di alam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu yd. Ini
berarti terjadi penambahan volume sebesar 25 % dan dikatakan material tersebut
mempunyai faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80 %.
Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume material
yang diperhitungkan pada waktu penggalian selalu apa yang disebut “pay yard”
atau “bank yard” atau volume aslinya di alam. Sedangkan yang harus diangkut
adalah material yang telah mengembang karena digali, dan alat angkut itu
sanggup membawa material tersebut sebesar kapasitas munjung (heaped
capacity)-nya. Jadi kalau kapasitas munjung dikalikan dengan faktor
pengembangan material yang diangkutnya akan diperoleh “pay yard capacity”
nya.

Contoh : Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan


mengangkut tanah liat basah dengan faktor pengembangan sebesar

34
80 %. Maka alat itu sebenarnya hanya mengangkut = 80 % x 15 cuyd =
12 cu “pay yard” atau “bank cubic yard” atau “insitu cubic yard”.

Sebaliknya bila “bank yard” itu dipindahkan lalu dipadatkan di tempat lain
dengan alat-alat gilas (roller) mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul
padat sehingga menjadi kurang dari 1,00 cu yd tanah sesudah dipadatkan hanya
memiliki volume 0,90 cu yd. Ini berarti susut sebesar 10 %, dan dikatakan
“shrinkage factor” nya 10 %. Untuk menghitung faktor-faktor tersebut di atas
dipakai rumus-rumus sebagai berikut :

Vloose
Persen Swell = -1 x 100 % (1.14)
Vundisturbed

Vundisturbed
Swell Factor = x 100 % (1.15)
Vloose

Vcompacted
Shrinkage Factor = 1- x 100 %
Vundisturbed (1.16)

Kalau angka untuk “shrinkage factor” tidak ada, biasanya dianggap sama
dengan “persen swell”. Kalau ingin mendapat angka-angka yang lebih tepat, maka
dapat melakukan percobaan langsung pada tanah yang akan diteliti. Tetapi untuk
perhitungan perkiraan (estimation) cukup dipakai angka rata-ratanya saja (lihat
Tabel 1.14).
TABEL 1.14
BOBOT ISI DAN FAKTOR PENGEMBANGAN (SWELL FACTOR)
DARI BERBAGAI MATERIAL
Bobot Isi Swell Factor
(Density) (in-bank
Macam Material
lb/cu yd, in- correction
situ factor)
Bauksit 2.700 - 4.325 0,75
Tanah liat, kering 2.300 0,85

35
Tanah liat, basah 2.800 - 3.000 0,82 - 0,80
Antrasit (anthracite) 2.200 0,74
Batubara Bituminous (Bituminous Coal) 1.900 0,74
Bijih Tembaga (Copper Ore) 3.800 0,74
Tanah biasa, kering 2.800 0,85
Tanah biasa, basah 3.370 0,85
Tanah biasa, bercampur pasir kerikil (gravel) 3.100 0,90
Kerikil, kering 3.250 0,89
Kerikil, basah 3.600 0,88
Granit, pecah-pecah 4.500 0,67 - 0,56
Hematit, pecah-pecah 6.500 - 8.700 0,45
Bijih Besi (Iron Ore), pecah-pecah 3.600 - 5.300 0,45
Batu Kapur, pecah-pecah 2.500 - 4.200 0,60 - 0,57
Lumpur 2.160 - 2.970 0,83
Lumpur, sudah ditekan (packed) 2.970 - 3.510 0,88
Pasir, kering 2.200 - 3.250 0,89
Pasir, basah 3.300 - 3.600 0,88
Serpih (Shale) 3.000 0,75
Batu Sabak (Slate) 4.590 - 4.860 0,77
Disamping itu ada beberapa istilah lain yang ada sangkut pautnya dengan
kemampuan penggalian, yaitu :
1) Faktor Bilah (Blade Factor), yaitu perbandingan antara volume material yang
mampu ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara
teoritis.
2) Faktor Mangkuk (Bucket Factor), yaitu perbandingan antara volume material
yang mampu ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung
mangkuk secara teoritis.
3) Faktor Muatan (Payload Factor), yaitu perbandingan antara volume material
yang dapat ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat
angkut menurut spesialisasi tekniknya.

II.1.4.10 Berat Material (Weight of Material)

Berat material (lihat Tabel 1.14) yang akan diangkut oleh alat-alat angkut
dapat mempengaruhi :
1) Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
2) Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
3) Membatasi volume material yang dapat diangkut.

36
Oleh karena itu berat jenis materialpun harus diperhitungkan pengaruhnya
terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.

II.1.4.11 Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar atau cycle time adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari
aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truk dan
sejenisnya atau swing untuk backhoe dan power shovel, pengosongan (dumping),
kembali kosong, dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat.
Disamping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay) bila
terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat.
Istilah pengisian dan pemuatan dibedakan dalam hal alat yang digunakan
untuk menghindari kerancuan. Istilah pengisian diterapkan pada unit alat yang
dapat mengisi material sendiri yang umumnya memiliki mangkuk atau bucket,
misalnya loader, power shovel, backhoe, scraper, BWE dan alat lain yang sejenis.
Sedangkan istilah pemuatan diterapkan pada unit alat yang tidak dapat mengisi
material sendiri yang umumnya memiliki bak (tray), misalnya truk, lori, belt
conveyor dan sebagainya. Komponen waktu edar untuk alat dorong, misalnya
bulldozer dan grader, adalah waktu dorong material sampai jarak tertentu, waktu
kembali mundur, manuver sampai siap dorong lagi.
Jarak angkut atau dorong untuk berbagai alat berat berbeda sesuai
dengan sifat pekerjaannya. Biasanya setiap produsen alat berat menerbitkan Buku
Panduan (Manual Book) pengoperasian alat, termasuk informasi tentang jarak
angkut/dorong yang efisien.
Waktu edar terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu
variabel (variable time); jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan
waktu variabel. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu
membelok dan waktu mengganti gigi dan percepatan; sedangkan yang tergolong
waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan waktu kembali kosong.
Untuk mengestimasi waktu variabel dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
(1) langsung mengambil data di lapangan.

37
(2) tidak langsung atau menghitung secara grafis.

Pengambilan data langsung di lapangan biasanya dilakukan untuk tujuan evaluasi


rutin atau penelitian terhadap kinerja alat berat yang sedang beroperasi. Pekerjaan
ini perlu dilakukan karena suatu kenyataannya bahwa semua alat berat akan
menurun kinerjanya akibat pengoperasian yang terus menerus, walaupun
perawatan rutin telah dilakukan.
Berdasarkan kinerja tersebut dapat dibandingkan kualitas suatu alat berat
yang sejenis dari berbagai merek dan diestimasi umur pakainya. Pada saat ini
unit-unit alat berat, terutama truk, telah dilengkapi dengan perangkat elektronik
yang dapat merekam data waktu edarnya sendiri selama alat tersebut beroperasi.
Data tersebut disalin ke dalam disket untuk dianalisis di kantor dan dihitung
efisiensi dan efektifitasnya.
Mengestimasi waktu variabel secara grafis yaitu menggunakan grafik
kinerja mesin alat berat yang diterbitkan oleh pembuat alat tersebut. Cara ini
sangat berguna sebagai estimasi awal kinerja alat berat pada saat akan
menginvestasinya. Grafik kinerja mesin alat berat melukiskan kemampuan mesin
(rimpull) yang dikorelasikan dengan kinerja pengereman (brake performance) dan
kemampuan waktu tempuh.

II.1.5 Rangkuman

A. Pemindahan Tanah Mekanis (PTM) adalah semua


pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan penggalian (digging, breaking,
loosening), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling, transporting),
penimbunan (dumping, filling), perataan (spreading, leveling) dan pemadatan
(compacting) tanah atau batuan dengan menggunakan alat-alat mekanis
(alat-alat berat/besar).

B. Material terbagi dalam 4 golongan besar, yaitu :


1) Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya :
 tanah atas atau tanah pucuk (top soil).
 pasir (sand).
 lempung pasiran (sandy clay).
 pasir lempungan (clayey sand).

38
2) Agak keras (medium hard digging), misalnya :
 tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket.
 batuan yang sudah lapuk (weathered rocks).
3) Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya :
 batu sabak (slate).
 material yang kompak (compacted material).
 batuan sedimen (sedimentary rocks).
 konglomerat (conglomerate).
 breksi (breccia).
4) Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan
segar (fresh rocks) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum
dapat digali, misalnya :
 batuan beku segar (fresh igneous rocks).
 batuan malihan segar (fresh metamorphic rocks).

C. Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan


mempergunakan “ripper meter” atau “seismic test meter” dan satuannya
adalah meter/detik, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang
seismik pada batuan.

D. Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara


pengukuran langsung di lapangan. Alat yang biasa dipergunakan untuk
menentukan atau pengukuran daya dukung material disebut “cone penetro
meter”.

E. Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif


dengan waktu kerja yang tersedia.

F. Tahanan Gali (Digging Resistance) yaitu tahanan yang


dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian tanah. Tahanan Gali
ini disebabkan oleh :
1) Gesekan antara alat gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar
kelembaban dan kekasaran butiran tanah, maka akan semakin besar
pula gesekan yang terjadi.

39
2) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali
ke dalam tanah.
3) Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.
4) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara butiran-
butiran tanah itu sendiri.
5) Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat gali
yang juga berfungsi sebagai alat muat (seperti power shovel, clamshell
dan dragline).

G. Tahanan Gulir/Gelinding/Guling (Rolling Resistance) adalah jumlah semua


gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan arah gerak
kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan (jalan raya atau kereta api) atau
permukaan tanah. Dengan sendirinya yang mengalami tahanan gulir (rolling
resistance = RR) ini secara langsung adalah bagian luar ban-ban kendaraan
tersebut.

H. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance) adalah besarnya gaya berat yang


melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan
yang dilaluinya.
Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope), maka
tahanan kemiringan atau “grade resistance” (GR) akan melawan gerak
kendaraan, sehingga memperbesar “tractive effort” atau “rimpull” yang
diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun disebut kemiringan negatif
(minus slope), maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak
kendaraan, berarti akan mengurangi “rimpull” yang dibutuhkan.
Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor, yaitu :
1) Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Kemiringan sebesar 1 % berarti jalur jalan itu naik atau turun sebesar 1
meter untuk tiap jarak mendatar sebesar 100 meter, atau naik/turun 1 ft
untuk setiap 100 ft jarak mendatar.
2) Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dalam “gross ton”.

I. “Coefficient of Traction” atau “Tractive Coefficient” (CT) adalah suatu faktor


yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban
atau “track” yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong.

40
Jadi CT itu terutama tergantung dari :
1) Keadaan ban; yaitu keadaan dan macamnya, bentuk kembangan ban
tersebut. Untuk “crawler track” tergantung dari keadaan dan bentuk
tracknya.
2) Keadaan permukaan jalur jalan; basah atau kering, keras atau lunak,
bergelombang atau rata dan sebagainya.
3) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.

J. “Rimpull” / “Tractive Pull” / “Tractive Effort” / “Draw Bar Pull” yaitu besarnya
kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat
kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Bila “coefficient of traction” cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka “rimpull” (RP) maksimum adalah fungsi
dari tenaga mesin (HP) dan “gear ratios” (versnelling) antara mesin dan roda-
rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan
besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan “coefficient of traction”.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

HP x 375 x Effisiensi Mesin


RP =
Kecepatan, mph
dimana : RP =
Rimpull atau kekuatan tarik, lbs
HP = Tenaga mesin, HP
375 = Angka konversi

K. Percepatan (Acceleration) adalah waktu yang diperlukan mempercepat


kendaraan dengan memakai kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk
menggerakkan kendaraan pada keadaan jalur jalan tertentu. Lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan tergantung dari beberapa
faktor, yaitu :
1) Berat kendaraan; semakin berat kendaraan, maka akan semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan.

41
2) Kelebihan Rimpull yang ada; semakin besar rimpull yang berlebihan,
semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi kalau kelebihan
rimpull itu tidak ada, maka percepatan tidak akan timbul, artinya
kendaraan tersebut tidak dapat dipercepat.

L. Faktor-faktor pengembangan dan penyusutan tanah/material dapat dipakai


rumus-rumus sebagai berikut :

Vloose
Persen Swell = -1 x 100 %

Vundisturbed
Vundisturbed
Swell Factor = x 100 %

Vloose
Vcompacted

Shrinkage Factor = 1- x 100 %

V
M. Waktu edar (cycle time) adalah waktu undisturbed
yang diperlukan alat mulai dari aktifitas
pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truk dan
sejenisnya atau swing untuk backhoe dan power shovel, pengosongan
(dumping), kembali kosong, dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi
atau dimuat

42
II.1.6 Evaluasi dan Kunci Jawaban

A. Lembar Kerja 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.


1. Pemindahan Tanah Mekanis (PTM) adalah suatu proses pemindahan tanah
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat-alat
mekanis/berat, dengan langkah-langkah aktivitasnya terdiri dari :
A. Menggali, memuat dan mengangkut.
B. Menggali, memuat, mengangkut dan menimbun.
C. Menggali, memuat, mengangkut, menimbun dan meratakan.
D. Menggali, memuat, mengangkut, menimbun, meratakan dan
memadatkan.

2. Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan mempergunakan


alat :
A. Altitumeter.
B. Hardnessmeter.
C. Rippermeter.
D. Cone Penetrometer.

3. Perbandingan antara waktu produktif dengan waktu kerja yang tersedia


disebut :
A. Kerja produktif.
B. Efisiensi kerja.

43
C. Waktu efektif.
D. Waktu edar.
4. Jumlah semua gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan
arah gerak kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan (jalan raya atau kereta
api) atau permukaan tanah, disebut :
A. Tahanan Gulir.
B. Tahanan Gali.
C. Tahanan Kemiringan.
D. Semua salah.

5. Waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan dengan memakai


kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan kendaraan
pada keadaan jalur jalan tertentu, dinamakan :
A. Percepatan.
B. Kecepatan.
C. Waktu edar.
D. Waktu efektif.

6. Persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat
alat tersebut dapat dipergunakan (available), disebut :
A. Mechanical Availability.
B. Use of Availability.
C. Physical Availability.
D. Availability Index.

7. Persamaan/rumus yang lazim untuk mencari nilai efisiensi kerja adalah :


A. Jumlah jam kerja dibagi dengan jumlah jam istirahat.
B. Jumlah jam kerja dibagi dengan jumlah jam perbaikan alat.
C. Jumlah jam kerja dibagi dengan total jam kerja yang tersedia.
D. Jumlah jam kerja dibagi dengan jumlah jam siap tunggu.

8. Perbandingan antara volume material in-situ dengan volume material setelah


digali, disebut :
A. Persen swell.
B. Shrinkage factor.

44
C. Bank yard.
D. Swell factor.
9. Perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh bak alat
angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut spesialisasi tekniknya,
disebut :
A. Faktor Bilah.
B. Faktor Mangkok.
C. Faktor Muatan.
D. Semua salah.

10. Bila dilihat dari bentuk dan kekerasannya, material yang ada di alam ini
terbagi dalam berapa golongan besar ?
A. 3 golongan.
B. 4 golongan.
C. 5 golongan.
D. 6 golongan.

B. Lembar Kerja 2
Berilah tanda silang pada kotak YA untuk jawaban yang benar, dan pada kotak
TIDAK untuk jawaban yang salah.
1. Yang dimaksud dengan tanah adalah bagian teratas dari kulit bumi yang
relatif lunak, tidak begitu kompak dan terdiri dari butiran-butiran lepas.
YA TIDAK

2. Daya dukung material adalah kemampuan material untuk mendukung alat


yang terletak di atasnya.
YA TIDAK

3. Pekerjaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukkan sebagai


penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan
alat (maintenance) harus sudah terjadual untuk masuk bengkel (workshop).
YA TIDAK

45
4. Efektifitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu total yang
disediakan untuk operasi dan istirahat.
YA TIDAK
5. Gesekan antara alat gali dan tanah serta kekerasan tanah, umumnya
semakin besar kelembaban dan kekasaran butiran serta kekerasan tanah,
maka akan semakin besar pula gesekan yang terjadi. Gesekan ini disebut
Tahanan Gulir.
YA TIDAK

6. Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope), maka
tahanan kemiringan atau “grade resistance” (GR) akan melawan gerak
kendaraan, sehingga memperbesar “tractive effort” atau “rimpull” yang
diperlukan.
YA TIDAK

7. Bila “coefficient of traction” cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip,


maka “rimpull” (RP) minimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan
“gear ratios” (versnelling) antara mesin dan roda-rodanya.
YA TIDAK

8. Availability Index adalah merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi


mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan.
YA TIDAK

C. Kunci Jawaban Lembar Kerja 1 dan 2

Lembar Kerja 1 Lembar Kerja 2


1. D 6. B 1. YA 5. TIDAK
2. C 7. C 2. YA 6. YA
3. B 8. D 3. YA 7. TIDAK
4. A 9. C 4. TIDAK 8. YA
5. A 10. B

46
Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
pembelajaran 1.

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat Penguasaan = x 100 %
18

Klasifikasi tingkat penguasaan sebagai berikut:


90% ─ 100% = baik sekali
80% ─ 89% = baik
70% ─ 79% = cukup
≤69% = kurang

47

Anda mungkin juga menyukai