Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU HUKUM
PEKANBARU

MAKALAH

ETIKA DAN MORAL

IT

Oleh:

 Apri Wulandari Panjaitan (1909111652)


 Arga Pamaraja Situmorang (1909112501)
 Benny Prima Pakpahan (1909112842)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
2021
i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya, serta nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penulisan Makalah Etika dan Moral.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Gusliana
HB, SH, M. Hum selaku ibu dosen pengampu mata kuliah Etika Penyelenggara Negata yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengajar serta mengarahkan kami para mahasiswa dan
mahasiswi untuk giat menuntut ilmu dan mendapat pemahaman yang baik tentang hukum. Serta tidak
lupa rasa terima kasih saya ucapkan untuk kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan
penulis agar dapat mengerjakan tugas dengan baik dan juga teman-teman yang telah memberikan
dukungan.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, bila
ada kesalahan dalam penyusunan Makalah ini baik dari segi pembahasan ataupun
penulisannya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun motivasi
penulis untuk menyempurnakan makalah ini.

Pekanbaru, September 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Moral............................................................................6


2.2 Jenis-jenis Etika dan Moral............................................................................8
2.3 Contoh-contoh Etika dan Moral .................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika dalam perkembangannya di era modernisme seperti sekarang ini menempati


posisi yang sangat penting dalam kehidupan. Para orang tua ketika dihadapkan dengan arus
teknologi yang sarat akan nilai-nilai negatif, cenderung mengarahkan anaknya kepada nilai-
nilai keagamaan yang penuh akan nilai-nilai etik.

Dapat kita saksikan baik di kehidupan sehari-hari ataupun dalam media yang tersebar
di masyarakat baik cetak maupun elektronik. Dekadensi moral yang ada pada anak usia dini
telah terjadi dimana-mana, para orang tua sibuk menyalahkan lembaga pendidikan dengan
alasan yang pada dasarnya cukup delematis. Kemerosotan akhlak pada anak-anak dapat
dilihat dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk, berjudi, durhaka kepada orang tua
bahkan sampai membunuh sekalipun. Untuk itu, diperlukan upaya strategis untuk
memulihkan kondisi tersebut, di antaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya
peranan orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik.

Demikian juga dengan para pendidik, geliat penyampaian keilmuan yang


sesungguhnya juga sudah mulai tereduksi oleh kebutuhan sehari-hari (materi). Tidak sedikit
tenaga pendidikan yang hanya pedoman bahwa cukup dengan melaksanakan tugas dan
memenuhi absensi maka telah terlaksana kewajiban yang diembankan. Tanpa disadari
paradigma seperti ini menjadi sebab terciptanya perubahan dalam dunia sosial pendidikan.

Selain itu, dalam keadaan yang lebih luas, peristiwa-peristiwa kerusuhan dan konflik
sosial yang sebagiannya bermuatan “sara” terus-menerus menjadi tontonan kita sehari-hari di
era reformasi ini, suatu tontonan yang menunjukkan betapa parahnya krisis ukhuwah dalam
kehidupan kita sebagai umat dan bangsa. Disinilah posisi etika menempatkan diri sebagai
faktor yang sangat penting, khususnya dalam dunia pendidikan. Oleh karena ini, penulis akan
membahas dan menjelaskan tentang etika dan moral pada makalah ini.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan


beberapa hal yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Etika dan Moral?


2. Apa saja jenis-jenis dari Etika dan Moral?
3. Apa saja contoh dari Etika dan Moral?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian dari Etika dan Moral menurut etimologi,


terminologi, dan menurut para ahli
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Etika dan Moral
3. Untuk mengetahui contoh-contoh dari Etika dan Moral

6
7
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Moral

A. ETIKA
Secara etimologi (asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Ethos Adalah bentuk tunggal dari kata
etika, sedangkan bentuk jamaknya, yaitu ta Etha. Ethos mempunyai banyak arti, antara lain:
tempat tinggal yang biasa, Padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap,Cara berpikir. Sedangkan arti taetha adalah adat kebiasaan. Jadi, secara
Etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang biasa Dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).

Secara terminologi (istilah) etika dikemukakan oleh beberapa para ahli yang diambil
dari beberapa sumber sebagai berikut:

1. James J. Spillane SJ

Etics atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku Manusia dalam
pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau Menghubungkan penggunaan akal budi
individual dengan objektivitas Untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku
seseorang Terhadap orang lain.

2. Hamzah Yacub

Pengertian etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana Yang buruk dan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang Dapat diketahui oleh akal pikiran.

3. Asmaran

Pengertian etika adalah studi mengenai tingkah laku manusia, tidak Hanya menentukan
kebenaran-kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi Juga menyelidiki manfaat atau kebaikan
dari seluruh tingkah laku Manusia.

4. SoergardaPoerbakawatja

8
Etika adalah filsafat mengenai nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk, Kecuali etika
mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan Mengenai nilai-nilai itu sendiri.

Berdasarkan empat definisi di atas maka terdapat tiga kata penting yang Muncul dalam
pengertian etika, yaitu:

1. Perilaku manusia;
2. Akal pikiran manusia;
3. Nilai baik (kebenaran) dan nilai buruk (kesalahan).

Ketiga hal di atas (perilaku, akal, dan nilai) menjadi ruang lingkup etika Dari sisi terminologi
atau istilah. Contoh etika, seperti mengucapkan salam Saat bertamu, cium tangan orang tua
jika ingin pergi, meminta maaf ketika suatu kesalahan dan makan menggunakan tangan
kanan.

B. MORAL

Moral secara etimologi Berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat Kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral
Adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya,Moral secara
terminologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk Menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau Perbuatan yang secara layak dikatakan benar, salah, baik
atau buruk.

Pengertian moral yang dikemukakan para ahli antara lain:

1. Widjaja (1985) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk Tentang
perbuatan dan kelakuan.
2. Al-Ghazali (1994) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padananKata moral,
sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam Jiwa manusia dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari Dirinya secara mudah dan
ringan, tanpa perlu dipikirkan dan Direncanakan sebelumnya.
3. Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986) Merumuskan
pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan Formalnya sebagai berikut :
a. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, denganWarna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di Dalam lingkungan tertentu.
b. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan Pandangan hidup
atau agama tertentu.

9
c. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada Kesadaran
bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang Baik, sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku dalam Lingkungannya.
4. Hurlock (1990), moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat peraturan Perilaku yang
telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
5. Wantah (2005), moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada Hubungannya dengan
kemampuan menentukan benar salah dan baik Buruknya tingkah laku.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah Suatu keyakinan tentang
benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan Kesepakatan sosial, yang mendasari
tindakan atau pemikiran. Jadi, moral Sangat berhubungan dengan benar salah, baik buruk,
keyakinan, diri sendiri, Dan lingkungan sosial. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan
bahwa Orang tersebut bermoral maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang Tersebut
tingkah lakunya baik.

2.2 Jenis-jenis Etika dan Moral


A. Jenis-jenis Etika

Studi tentang etika, para ahli ada yang membedakannya menjadi dua Kelompok, yaitu
etika deskriptif dan etika normatif. Ada pula yang membagi etika Dalam kelompok etika
normatif dan metaetika. Bahkan ahli lain membagi ke Dalam tiga bidang kajian, yaitu etika
deskriptif, etika normatif, dan metaetika (Rapar, 1996).

1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman Moral (suara
batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis secara deskriptif (Hamersma, 1985;
Rapar, 1996). Pengalaman moral di sini memiliki arti luas, Misalnya adat istiadat,
anggapan tentang baik dan buruk, tindakan yang Diperbolehkan ataupun tidak. Semuanya
dideskripsikan secara ilmiah dan ia tidak Memberikan penilaian. Karenanya, etika
deskriptif ini tergolong dalam bidang Ilmu pengetahuan empiris serta terlepas dari
filsafat. Sebagai bagian dari ilmu Pengetahuan, etika deskripsi berupaya untuk
menemukan dan menjelaskan Kesadaran, keyakinan, dan pengalaman moral dalam suatu
kultur maupun Subkultur. Dalam hal ini etika deskriptif berhubungan erat dengan
sosiologi, Antropologi, psikologi, maupun sejarah.

10
Tokoh-tokoh yang membidani etika deskriptif ini dapat ditemui seperti Jean Piaget (1896
dan 1980) dari Swiss dan Lawrence Kohlberg (1927- 1988) dari Amerika (Bertens, 2007).
Dalam perkembangan selanjutnya etika deskriptif Digolongkan menjadi dua bagian,
yakni sejarah moral dan fenomenologi moral. Sejarah moral mengkaji hal-hal yang
berkaitan dengan cita-cita, aturan-aturan, Dan norma-norma moral yang pernah berlaku
dalam sejarah kehidupan umat Manusia dari waktu ke waktu pada suatu tempat atau
lingkungan tertentu dari Suatu bangsa.

2. Etika Normatif

Etika normatif sering disebut filsafat moral (moral philosophy) atau etika Filsafati
(philosophicalethics). Etika normatif dibagi ke dalam dua teori, yaitu Teori-teori nilai
(theoriesofvalue) dan teori-teori keharusan (theories of Obligtion).

Teori-teori nilai mempersoalkan sifat kebaikan. Sifat teori ini ada dua, yakni Monistis dan
pluralistis. Yang termasuk dalam kategori monistis adalah Hedonisme spiritualistis
maupun hedonistis materialistis sensualistis. Sedangkan Teori teori keharusan membahas
tingkah laku. Teori-teori yang tergolong dalam Theoriesofobligation adalah aliran
egoisme dan formalisme.

Ada lima teori yang membahas nilai-nilai dalam etika. Kelima teori tersebut Adalah
Idealisme Etis, Deontologisme Etis, Etika Teleologis, Hedonisme, dan Utilitarisme (Tim
Dosen UGM, 2007:41).

Idealisme Etis meyakini adanya skala nilai-nilai, asas-asas moral, atau Aturan-aturan
untuk bertindak. Teori ini juga lebih mengutamakan hal-hal yang Bersifat spiritual
(kerohanian) ataupun mental daripada yang bersifat inderawi Atau kebendaan. Kebebasan
moral dan hal-hal yang bersifat umum juga menjadi Fokus kajiannya ketimbang
ketentuan kejiwaan atau alami serta hal-hal yang Khusus.

Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan Kaku,
konservatif dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa baikBuruknya suatu
perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan Akibatnya. Suatu perilaku baik
apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang ada. Deontologisme etis dilawankan
dengan etika aksiologi (etika yang mendasarkan Pada teori nilai). Deontologis etis disebut
juga formalisme dan juga intuisionisme.

11
Teori Teleologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik Jika buah dari
perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung Dan rugi ini dilihat
dari indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan Dua pandangan, yaitu
egoisme (hedonisme) dan utilitarianisme (utilisme).

Teori Hedonisme menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang Didasarkan


pada kenikmatan dan kesenangan (pleasure). Pengajar teori ini adalah Cyrenaics (400
S.M). Cyrenaics menyatakan bahwa hidup yang baik adalah Memperbanyak kenikmatan
melalui kenikmatan inderawi dan intelek. Epikuros (341-270 S.M) malah justru
berseberangan pendapat dengan pendahulunya. Epikuros menyatakan bahwa kesenangan
dan kebahagiaan adalah tujuan hidupManusia. Ia tidak menganjurkan manusia untuk
mengejar semua kenikmatan yang sesuai intelegensi. Kesenangan dan kebahagiaan itu
yang wajar- wajar saja dan tengah-tengah (pola hidup sederhana). Kegembiraan pikiran
menurutnya lebihtinggi tingkatannya ketimbang kenikmatan jasmani.

Teori Utilitarisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah
tindakan yang menimbulkan kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar besarnya bagi
manusia yang sebanyak-banyaknya. Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham
(1742-1832), yang kemudian diperbaiki oleh John StuartMill (1806-1873), (Bertens,
2007). Mill mengatakan bahwa kebahagiaan seseorang tidak harus diukur secara
kuantitatif tetapi juga harusmempertimbangkan kualitasnya. Menurut- nya kesenangan
ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Misalnya, kesenangan orang kaya lebih
tinggi ketimbang kesenangan orang miskin. Pemikiran kedua Mill menyatakan bahwa
kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah semua orang yang terlibat dalam suatu
kejadian, bukan kebahagiaan satu orang saja sebagai pelaku utama. Kemakmuran negara
harus dapat dinikmati oleh semua rakyat, bukan segelintir orang (kelompok penguasa dan
kroni-kroninya). Kebahagiaan satu orang tidak boleh dianggap lebih penting daripada
kebahagiaan orang lain (Bertens, 2007).

3. Metaetika

Metaetika merupakan kajian analitis terhadap etika. Metaetika baru muncul Pada abad ke-
20, yang secara khusus menyelidiki dan menetapkan arti serta Makna istilah-istilah
normatif yang diungkapkan lewat pernyataan-pernyataan etis Yang membenarkan atau
menyalahkan suatu tindakan (Rapar, 1995). Istilah-istilah Normatif yang mendapatkan
perhatian khusus adalah baik dan buruk, benar dan Salah, yang terpuji dan tidak terpuji,

12
yang adil dan tidak adil, dan lain-lain.Sebagai bidang kajian analitis terhadap etika,
metaetika ini menawarkan Beberapa teori yang cukup terkenal. Beberapa teori itu adalah
teori naturalistis, Teori intuitif, teori kognitivis, teori sujektif, teori emotif, teori imperatif,
dan teori Skeptis (Rapar, 1995).

Teori naturalistis menyatakan bahwa istilah-istilah moral sesungguhnya Menamai hal-hal


atau fakta-fakta yang pelik dan rumit. Istilah-istilah normatif Etis, seperti baik dan benar,
dapat disamakan dengan istilah ñ istilah deskriptif: Yang dikehendaki Tuhan, yang
diidamkan, atau yang biasa. Teori naturalistis juga Berpendapat bahwa pertimbangan-
pertimbangan moral dapat dilakukan lewat Penyelidikan dan penelitian ilmiah.

Teori kognitivis mengatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan moral Tidaklah selalu


benar dan sewaktu-waktu bisa keliru. Ini berarti keputusan moral Bisa benar dan salah.
Selain itu, pada prinsipnya pertimbangan-pertimbangan Moral dapat menjadi subjek
pengetahuan atau kognisi. Teori kognitivis dapat bersifat naturalistis dan dapat juga
bersifat non-naturalistis. Bagaimana sekarang dengan fatwa “moral” MUI yang
menyatakan bahwa rokok adalah haram?

Teori intuitif berpendapat bahwa pengetahuan manusia tentang yang baik dan yang salah
diperoleh secara intuitif. Teori ini menolak kemungkinan untuk memberi batasan-batasan
non-normatif terhadap istilah-istilah normatif etis. Bagi teori intuitif, pengetahuan
manusia tentang yang baik dan yang salah itu jelas dengan sendirinya karena manusia
dapat merasa dan mengetahui secara langsung apakah nilai hakiki suatu hal itu baik atau
buruk, atau benar tidaknya suatu tindakan.

Teori subjektif menekankan bahwa pertimbangan-pertimbangan moral sesungguhnya


hanya dapat mengungkapkan fakta-fakta subjektif tentang sikap dan tingkah laku
manusia. Pertimbangan-pertimbangan moral itu tidak mungkin dapat mengungkapkan
fakta-fakta objektif. Karena itu, apabila seseorang mengatakan bahwa ia menyetujui
sesuatu itu benar, sesungguhnya ia mengatakan bahwa ia menyetujui sesuatu itu benar
adanya. Sebaliknya, apabila ia mengatakan sesuatu itu salah, sebenarnya ia hanya
mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap apa yang dikatakan salah itu.

Teori emotif menegaskan bahwa pertimbangan-pertimbangan moral tidak


mengungkapkan sesuatu apapun yang dapat disebut salah atau benar kendati hanya secara
subjektif. Pertimbangan ñ pertimbangan moral tidak lebih dari suatu ungkapan emosi
semata-mata. Menurut teori emotif, istilah-istilah etis tidak memiliki makna apapun

13
kecuali hanya sebagai tanda dari luapan perasaan, seperti rintihan, seruan, umpatan, dan
lain-lain.

Teori imperatif berpendapat bahwa pertimbangan-pertimbangan moral sesungguhnya


bukanlah ungkapan dari sesuatu yang dapat dinilai salah atau benar. Dengan demikian,
tak satu pun istilah moral yang dapat memuat sesuatu yang boleh disebut salah atau
benar. Teori imperatif mengatakan bahwa istilah-istilah moral itu sesungguhnya hanya
merupakan istilah-istilah samaran dankeharusan- keharusan ataupun perintah-perintah.
Jadi apabila dikatakan “kebohongan itu tidak baik”, yang dimaksudkan adalah “jangan
berbohong”. Jika dikatakan “kebaikan adalah terpuji dan benar” yang dimaksudkan
adalah “lakukanlah yang baik”.

B. Jenis-jenis Moral

Nilai moral yang ada pada seseorang bisa dilihat dari penampilan serta perilakunya. Nah,
nilai moral juga bermacam-macam. Adapun beberapa diantaranya adalah:

 Moral Ketuhanan
Jenis moral ini adalah segala hal yang berhubungan dengan tingkat religius atau
keagamaan seseorang berdasar pada ajaran agama tertentu serta pengaruhnya pada
diri seseorang.Moral ketuhanan diwujudkan dalam caranya menghargai sesama
manusia, hidup rukun dengan orang lain yang memiliki agama yang berbeda pula,
serta caranya dalam menghargai agama lain.

 Moral Ideologi dan Filsafat


Moral ideologi dan filsafat merupakan segala hal yang berhubungan dengan loyalitas
pada cita-cita bangsa dan negara serta semangat kebangsaan yang dimilikinya.
Perwujudan moral ideologi dan filsafat adalah menjunjung tinggi dasar negara
pancasila serta menolak ideologi asing yang ingin merubah negara Indonesia.

 Moral Etika dan Kesusilaan


Jenis moral ini merupakan segala hal yang berkaitan dengan kesusilaan dan etika yang
dijunjung suatu bangsa, masyarakat, serta negara baik secara tradisi maupun budaya.
Moral etika dan kesusilaan diwujudkan ketika seseorang menghargai orang lain yang
memiliki perbedaan pendapat.

14
 Moral Disiplin dan Hukum
Moral disiplin dan hukum merupakan semua hal yang berkaitan dengan kode etik dan
profesionalitas serta hukum yang berlaku di tengah suatu masyarakat atau
negara.Perwujudan jenis moral ini adalah dengan melakukan aktivitas sesuai aturan
yang berlaku seperti menggunakan perlengkapan sesuai dengan hukum lalu lintas
ketika berkendara.

C. Contoh etika dan moral

A. Contoh Moral

Moralitas mengacu pada kepercayaan budaya dan agama suatu kelompok, yang
menentukan apa yang benar dan apa yang salah.Moral menawarkan serangkaian aturan
tentang apa yang benar atau benar untuk situasi apa pun. Dalam pengertian ini, dapat
dikatakan bahwa apa yang dianggap benar secara moral tidak selalu benar secara objektif.

Berikut ini sepuluh contoh perilaku moral:

1 – Katakan yang sebenarnya

Kejujuran adalah salah satu prinsip moralitas, mengatakan kebenaran kapan saja.
Namun, mengatakan yang sebenarnya tidak selalu tepat untuk dilakukan.
Ambil contoh berikut: jika seorang penguntit bertanya kepada Anda apakah Anda
tahu di mana seorang pemuda yang diintimidasi telah melarikan diri, akan lebih tepat
untuk mengatakan “tidak” dan jika Anda tahu di mana pemuda itu berada..
2 – Jangan curang
Dalam tindakan kita sehari-hari, kita harus jujur pada diri kita sendiri dan dengan
orang lain. Menyontek adalah kebalikan dari prosedur yang jujur, itu sebabnya kita
harus menghindari perilaku seperti ini untuk hidup secara moral.
3 – Hormati hidup kita dan orang lain
Dalam agama Kristen, salah satu perintah hukum Allah adalah “Jangan membunuh.”
Ini berarti kita harus menghormati kehidupan orang lain, juga kehidupan kita. Perlu
dicatat bahwa ada kasus-kasus, seperti dalam eutanasia, di mana prinsip ini
menimbulkan konflik.

15
4 – Jadilah dermawan
Kedermawanan adalah nilai moral yang mengacu pada kemampuan manusia untuk
berbagi apa yang mereka miliki, tidak hanya harta benda tetapi juga aspek immaterial
seperti kegembiraan dan optimisme..
5 – Bersikap setia
Kesetiaan adalah salah satu kebajikan manusia yang paling indah, karena melibatkan
kesetiaan, kejujuran, dan mulia.
6 – Hidup sesuai dengan aturan masyarakat
Masyarakat kita menciptakan aturan untuk setiap aspek kehidupan kita. Misalnya:
bagaimana kita harus berperilaku di rumah kita, di sekolah, di tempat kerja, antara
lain. Mengikuti aturan-aturan ini membuat kita menjadi orang yang bermoral.
7 – Jangan iri
Iri hati adalah ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh keinginan yang dimiliki
seseorang untuk properti orang lain. Dalam pengertian ini, perilaku moral beralih dari
rasa iri; sebaliknya, ia mengusulkan untuk berbahagia demi kesejahteraan orang lain.
8 – Altruisme
Menjadi altruistik berarti membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
9 – Hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
Bagi orang Kristen, hidup menurut kehendak Allah adalah prinsip moralitas tertinggi.
Dalam pengertian ini, Sepuluh Hukum hukum Allah adalah aturan yang mengatur
moralitas manusia.
10 – Jangan lakukan pada orang lain apa yang kita tidak ingin mereka lakukan pada
kita
“Jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin mereka lakukan terhadap
kita” adalah ungkapan yang kita dengar dari kecil di rumah kita, di sekolah, di antara
tempat-tempat lain, yang merangkum prinsip-prinsip moral.
Jika kita ingin orang lain bermurah hati dengan kita, mari kita mulai dengan menjadi
murah hati; Jika kita ingin dihormati, mari kita hormati diri kita terlebih dahulu.

B. Contoh Etika

Etika adalah cabang filsafat yang bertanggung jawab untuk mempelajari prinsip-
prinsip yang mengatur perilaku seseorang. Prinsip-prinsip etika tergantung pada situasi di
mana seseorang berada dan berbeda dari satu individu ke individu lainnya.

16
1 – Penerimaan
Salah satu prinsip etika adalah penerimaan terhadap segala sesuatu yang berbeda.
Dalam pengertian ini, rasisme, homofobia, dan xenofobia adalah perilaku yang tidak
etis.
2 – Amal
Amal adalah kebajikan yang melibatkan kebajikan terhadap individu lain.
3 – Hormat
Rasa hormat adalah hubungan kesopanan dengan orang lain.
4 – Kasih sayang
Belas kasihan adalah perasaan simpati terhadap penderitaan orang lain. Misalnya,
seseorang dengan kanker stadium akhir dapat meminta agar eutanasia diterapkan.
Moralitas memberi tahu kita bahwa kita hendaknya tidak berusaha melawan
kehidupan orang lain. Namun, dalam beberapa kasus, etika profesional
memungkinkan penerapan bunuh diri yang dibantu.
5 – Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah prinsip etis setiap individu yang mengacu pada pemenuhan
komitmen yang diperoleh dan fakta menanggapi tindakan kita.
6 – Empati
Empati adalah kemampuan manusia untuk “terhubung” secara efektif dengan individu
lain, untuk berbagi dan memahami emosi dan perasaan mereka. Menjadi empatik
memungkinkan kita untuk memahami perilaku orang lain.
7 – Kesetaraan
Kesetaraan berarti bahwa orang diperlakukan sehingga semua dapat memperoleh hasil
yang sama terlepas dari faktor-faktor tertentu yang mengkondisikan setiap individu.
8 – Integritas
Orang yang jujur adalah orang yang jujur yang perilakunya etis dan bermoral, yang
melakukan apa yang dikatakannya dan tidak mencoba mengambil keuntungan dari
orang lain.
9 – Keadilan
Keadilan adalah kebajikan yang menyatakan bahwa setiap orang harus menerima apa
yang pantas mereka terima.
10 – Transparansi
Transparansi adalah prinsip etis yang terkait dengan kejujuran. Misalnya, jika Anda
harus mewawancarai seorang teman untuk menawarkan pekerjaan dan Anda

17
memberinya pekerjaan meskipun dia tidak memenuhi persyaratan, prosedur Anda
tidak akan transparan tetapi bias

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika menurut Bertens merupakan ilmu tentang apa yang biasa Dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan, sedangkan Moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
Menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau Perbuatan yang secara
layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

Dua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera. Perbedaaan antara etika, dan moral
adalah terletak pada sumber atau tolak ukur yang dijadikan patokan untuk menentukan baik
dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada
moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat. Perbedaan lain
antara etika, dan moral. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila
lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-
buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, dan moral uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa
etika, moral berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui
sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Contoh tentang etika dan moralitas. Diperoleh pada 25 Mei 2017, dari
physicalspace.wordpress.com.

Perbedaan Antara Moral dan Etika. Diperoleh pada 25 Mei 2017, dari keydifferences.com.

Esensi Dasar Dan Lingkup Etika-SE Nurul Huda, MS MM - pustaka.ut.ac.id

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

19

Anda mungkin juga menyukai