Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 1822101011140
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
Identifikasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam. Merupakan tahap pendahuluan
yang dapat memberikan gambaran mengenai kandungan senyawa tertentu dalam bahan
alam yang akan diteliti.
Isolasi adalah suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di
dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk dapat
melakukan isolasi harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita dapat
memperoleh suatu senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut. Teknik isolasi
di berbagai negara juga berbeda, seperti di Indonesia dan Jepang tapi prinsip yang
digunakan tetap sama.
Isolasi merupakan suatu cara mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di
dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk
dapat melakukan isolasi harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita
dapat memperoleh suatu senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut.
Untuk dapat melakukan isolasi harus melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Preparasi sampel/simplisia
2. Ekstraksi : Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam tumbuhan,
pada proses ekstraksi dipilih larutan yang kepolarannya mirip dengan sel tumbuhan, contohnya
etanol.
3. Fraksinasi : Pemisahan senyawa yang terkandung dalam suatu tanaman berdasarkan tingkat
kepolaran dari pelarut yang digunakan. Contohnya n-heksana (non polar), etil asetat (semi
polar), air (polar) sehingga senyawa dapat terpisah berdaarkan kepolarannya. Proses fraksinasi
ni dilakukan dengan menggunakan corong pisah untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
terkandung.
4. Isolasi
5. Uji Kemurnian
6. Elusidasi Struktur
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri dari dua inti
fenofal yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Umumnya tersebar di dunia
tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi,
namun ada tiga kelompok yang umum untuk dipelajari, yaitu antosianin, flavonol dan
flavon. Flavonoid juga senyawa fenol yang berasal dari senyawa aromatik yang terdapat di
alam. Meski sering disebut senyawa fenol, namun sebagian besar senyawa flavonoid
bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol namun sebagian besar senyawa
flavonoid bersifat netral karena mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas. Flavonoid
sendiri merupakan komponen pada makanan khususnya berfungsi sebagai antioksidan.
e. Auron : Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya
serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai ialah
bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah
ros.
f. Khalkon : Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat
mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon
2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi
mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan
keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang
terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6- glikosilasi.
a) Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
b) Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
c) Tidak dapat mengkristal.
d) Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
e) Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim proteolitik.
Golongan antrakuinon aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil
pada kedua atom C yang bersebrangan atau hanya C9 dan Cg ada gugus hidroksil. Sifat fisika kimia dari
golongan antrakuinon yaitu senyawa antrakuinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampai
merah sindur., larut dalam air mpanas atau alkohol encer. Untuk identifikasi digunakan reaksi
borntrageer. Golongan senyawa antrakuinon memiliki kegunaan yaitu sebagain :
a) Sebagai katartika
b) Sebagai pewarna
c) Sebagai antibakteri
a) Reaksi warna :
o Uji bomtrageer
o Uji modifikasi bomtrageer
b) Uji Kromatografi Lapis Tipis
E. Isolasi Kafein
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu kafein, tein
atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak
mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234C-239C dan menyublim pada suhu yang
lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapu sedikit larut
dalam air dingin dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya dapat membentuk
garam dengan basa kuat (Abraham, 2010). Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara
ilmiah terdapat dalam biji kopi, daun the, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa
minuman penyegar. Kafein meemiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C 8H10N8O2
dan Ph 6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek dari kafein terhadap
kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti
menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa
gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Dari beberapa literatul, diketahui bahwa kopi dan teh banyak mengandung
kafein dibandingkan jenis tanaman lain. Karena tanaman kopi dan the menghasilkan biji
kopi dan daun the dengan cepat, sementara penghancurnya sangat lambat (Hermanto,
2007).
F. Isolasi Piperin
Piperin memiliki rumus molekul C17H19NO3 atau (E,E)-1-[5-(1,3-benzodioksol-5- il)-1-okso-
2,4-pentadienil] piperidin, diperoleh dalam bentuk prisma monosiklik dari alkohol dengan titik lebur
130°C, 1 g piperin larut dalam 15 mL etanol, 36 mL eter dan hampir tidak larut dalam air (Kar, 2014).
Piperin berbentuk kristal berwarna putih kekuningan dan merupakan alkaloid dari golongan piperidin
yang memiliki sifat hampir tidak larut dalam air (40 mg/L pada suhu 18°C), namun mudah larut dalam
alkohol (1 g/15 mL) dan eter (1 g/1,7 mL) (Vasavirama dan Upender, 2014). Piperin memiliki khasiat
sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan berat badan, menurunkan demam, menetralkan racun
bisa ular, antiepilepsi, membantu meningkatkan penyerapan vitamin tertentu (Kolhe et al., 2009).
Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik pada tikus, dan menunjukkan hasil yang
sebanding dengan indometasin sebagai obat standar (Sabina et al., 2013).
G. Isolasi Minyak Atsiri
BAB III
Metode Kerja
Alat Bahan
- Neraca analitik - Simplisia Manihot
- Panci infus utilissima Pohl
- Corong Buchner - Air
- Erlenmeyer - Kertas saring
- Lemari es - Air es
- Spatula - Lempeng klt
- Pinset - Asam asetat 15 %
- Vortex - Rutin
- Pipa kapiler - Metanol 50 %
Alat Bahan
- Neraca analitik - Simplisia Camelia
- Gelas beker sinensis
- Batang pengaduk - Aquadest
- Corong pemisah - Na Karbona
- Lemari es - Asam sulfat 10 %
- Rotatory evaporator - Kafein
- Cawan porselin - Kertas saring
- Corong gelas - Kapas
- Pinset - Lempeng KLT
- Pipa kapiler - CHCl3
- Etanol
- Metanol
2
Alat Bahan
- Neraca anallitik - Piper nigrum atau Piper
- Soxhlet album
- Corong kaca - Kertas saring
- Batu didih - Ethanol 96 %
- Glass wool - KOH-etnolik 10 %
- Pinset - Lempeng KLT
- Eksikator - Diklorometana
- Pinset - Etil asetat
- Almari pengering - Anisaldehid asam sulfat
- Pemanas air - Standart piperin
- Pipa kapiler
Alat Bahan
- Neraca analitik - Simplisia rimpang
- Labu destilat Zingiber officinale
- Batu didih - Air
- Gelas ukur - Benzena
- Beker gelas - Etil asetat
- Pinset - Larutan vanilin
- Pipa kapiler - Asam sulft pekat
- Lempeng KLT
Alat
- Timbangan
- Penangas air
- Erlenmeyer
3
- Gelas ukur
- Corong kaca
6) Identifikasi senyawa olongan glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
Alat - Pinset Bahan
- Tabung reaksi
- Pipa kapiler - Ektrak
- Gelas ukur - Ekastak - Air suling
- Pipet tetes - HCl 2 N - Etanol
- Corong kaca- NaCl - Reagen Liebemann-
- Pipa kapiler- Pereaksi Mayer Burchard
- Pinset - Pereaki Wagner - H2SO4 pekat
- Larutan IC - HCl 2 N
- NH4OH 20% - Kapas
- Kloroform - Amonia
- Metanol - n-heksana
- Lempeng KLT - Plat KLT
- Kertas saring - Etil asetat
- Etil asetat - Anisaldehida asam sulfat
- Air - Animon klorida
Alat Bahan
- Tabung reaksi - Ekstrak
- Pipet ukur - n-heksana
- Gelas ukur - etanol
- Pipa kapiler - HCl pekat
- Pinset - Air suling
- Penangas air - Butanol
- Magnesium
- Lempeng KLT
- Asam asetat glasial
- Air
- Pereaksi sitrat borat
- amonia
Alat Bahan
- Gelas beker - Ekstrak
- Gelas ukur - Akuades
- Tabung reaaksi - NaCl
- Pipet tetes - FeCl3 5 %
- Corong kaca - Gelatin 1 %
- Pipa kapiler - Laruttan NaCl 10 %
- Pinset - Toluen
- Aseton
- Asam formiat
Alat Bahan
- Tabung reaksi - Ekstrak
- Corong kaca - Air suling
5
E. CARA KERJA
1) Isolasi glikosida flavonoid dari daun ketela pohon (Manihot utillissima Pohl)
6
Ditimbang 40 gram serbuk bahan, dimasukkan dalam panci infus dan tambahkan 240 ml air
Disaring campuran melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan dipindahkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih
Disimpan dalam lemari es selama 1 minggu, sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan
Dituangkan sebagian besar larutan jernih dengan hati-hati agar kristal tidak ikut tertuang
Kemudian disaring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring yang telah ditara
Jika masih ada kristal yang menempel pada dasar erlenmeyer bilas dengan air disuling dan bilasan
dituangkan ke kertas saring
Identifikasi
Dimbil padatan dengan ujung spatula dan dilarutkan dalam 2 mL metanol-air diforteks
dan dianalisis
Sebanyak 20 gram daun teh yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker
glass 500 ml,
Filtrat netral yang diperoleh selanjutnya dimasukkan dalam corong pisah dan
ditambah dengan kloroform (CHCl3) sama banyak
Fase CHCl3 (bagian bawah) dikumpulkan, sedangkan fase air ditambahkan CHCl 3
seperti pada prosedur diatas.
Pemurnian
Dimasukkan kafein kedalam cawan porselinkecil dan ditutup menggunakan
kertas saring yang diberi lubang kecil dan ditutup dengan corong gelas terbalik
sumbat lubang corong menggunakan kapas dan dilengkapi dengan kertas saring
berbentuk kerucut
dibuka corong dan didapakan kristal kafein pada bawah kertas saring kemudian
ditimbang hasil
Idenifikasi
Dimbil padatan dengan ujung spatula dan dilarutkan dalam kloroform dan
dianalisis dengan KLT
Dimasukkan ke dalam alat penyari Soxhlet yang telah dipasang kertas saring
ditambahkan etanol 96% paling sedikit sebanyak 2 kali sirkulasi (± 120 ml).
Penyarian dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan 6-8 sirkulasi per jam
Setelah dingin, dipisahkan sari dari bagian yang tidak terlarut dengan
penyaringan melalui kertas saring
Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas pemanas air sampai kering atau
konsistensi kental
Setelah mengendap,sari dipisahkan dari bagian yang tidak larut melalui glass
wool.
Sari jernih yang didapat didiamkan dalam almari es sampai hari praktikum yang
akan datang, atau sampai terjadi pembentukan kristal optimal.
Pemurnian
Identifikasi
Dimbil padatan dengan ujung spatula dan dilarutkan dalam etanol dan dianalisis
dengan KLT
Didihkan labu dengan pemanasan yang sesuai selama 3 jam atau sampai minyak
atsiri terdestilasi secara sempurna dan tidak bertambah lagi dalam bagian
penampung berskala.
pencatatan dapat dilakukan dengan pembacaan sampai 0,1 mL, dan volume
minyak atsiri ditentukan untuk setiap 100 garam serbuk kering.
Identifikasi
0,3 g ekstrak ditambahkan HCl 2N, dipanaskan selama 2-3 menit, diaduk
Reaksi pengendapan
Ditambah Ditambah
Dilakukan pemeriksaan dengan KLT menggunakan fase diam : silika gel F254,
Fase gerak etil asetat : Metanol : air (9:2:2)), penampak noda : pereaksi
dragendorf. Jingga → Alkaloid
13
0,3 g ekstrak dimasukkan ke tabung reaksi + air suling 10 mL, dikocok kuat
Uji salkowski
Ditutup dgn corong berisi kapas selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin
Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : n-
heksana : etil asetat (4:1), dan penampak node : anialdeida asam sulfat yang
dipanaskan pada suhu 105⁰C selama 10 menit. Merah ungu/ungu→terpenoid
IIIA IIIB
IIIA IIIC
Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : Butanol
: asam asetat glasial : air (4:1:5), dan penampak node : Pereaksi sitra borat
Larutan IVC
Ditambah FeCl3
Tanin negatif
Polifenol
FlavonMerah jingga Merah pucat
Flavonol Merah
Diamati perubahan
Flavonon tua
warna
16
Uji gelatin
IVA IVB
Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : Toluen :
Aseton : asam formiat (6:6:1), dan penampak node : Pereaksi FeCl 3
VA VB
Ditambah
Merah/merah muda
Antrakuion
17
Filtra ditambahkan 5—10 tetes asam astat glaial dan diekstraksi dengan 2 mL
toluena
VC VD
Ditambah
Merah/merah muda
antrakinon
Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : Toluen :
Etil : asam asetat (75:24:1), dan penampak node : KOH 1 % dalam metanol
Tampak noda warna kuning, kuning coklat, merah ungu, hijau ungu
menunjukkan adanya antrakuinon
18
BAB IV
Hasil Praktikum
KLT Manihot
Sampel : 6,6 cm
19
Standart : 2,7 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm
KLT Kafein
Sampel : 4,6 cm
Standart : 4,6 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm
KLT Jahe
Sampel : 4,6 cm
Stamdart : 4,6 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm
KLT Piperin
- KLT MANIHOT
Sampel : 6,6cm
Standart : 2,7cm
Jarak eluaso : 8cm
2,7 cm
Rf standart : =0,337 cm
8 cm
6,6 cm
Rf sampel : =0,825 cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna kuning kecoklatan atau kemerahan dibawah
sinar UV
- KLT KAFEIN
Sampel : 4,6cm
Standart : 4,6cm
Jarak eluasi : 8cm
4,6 cm
Rf standart : =0,575 cm
8 cm
4,6 cm
Rf sampel : =0,575 cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna coklat gelap dibawah sinar UV
- KLT JAHE
Sampel : 4,6cm
Standart : 4,6cm
Jarak eluasi : 8cm
4,6 cm
Rf standart : =0,575 cm
8 cm
4,6 cm
Rf sampel : =0,575 cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna ungu, merah, coklat
- KLT PIPERIN
Sampel : 5,3cm
Standart : 5,3cm
Jarak eluasi : 8cm
21
5,3 cm
Rf standart : =0,662cm
8 cm
5,3 cm
Rf sampel : =0,662cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna kuning
22
BAB V
PEMBAHASAN
a. Singkong (Manihot utilissima P.)
Singkong dapat dipelihara dengan mudah, produktif dan tumbuh subur dengan
ketinggian 1-4 meter di daerah yang berketinggian 1.200 meter di atas permukaan air laut.
Dalam ilmu farmasi, singkong dapat dimanfaatkan dalam pengobatan rematik, demam, sakit
kepala, diare, luka bernanah, luka disebabkan benturan barang panas (misalnya knalpot) dan
menambah nafsu makan (Yuniarti, 2008). Bagian dari tanaman singkong yang dapat
dimanfaatkan adalah daun dan akar-akar yang menebal membentuk umbi. Bagian umbi ini
banyak mengandung zat tepung atau pati (Hafsah, 2003). Umbi singkong merupakan akar
pohon dengan ratarata panjang 50-80 cm tergantung dari varietasnya dan berwarna putih
kekuningkuningan (Lidiasari, 2006).
Singkong mengandung komposisi kimia yang terdiri dari kadar air 60%, pati 35%,
serat kasar 2,5%, kadar lemak 0,5% dan kadar abu 1% (Barrett dan Damardjati, 2015).
Sedangkan menurut Winarno (1986), kandungan pati yang terdapat pada umbi singkong
adalah sebesar 80%. Perbedaan kandungan pati ini tergantung dari sudut pandang
identifikasi penguraian dari struktur perbandingan pati terhadap kandungan lainnya yang
terdapat pada umbi singkong.
b. Tanaman Teh(Camellia sinensis)
Tanaman teh berdaun tunggal yang tumbuh berselang-seling pada cabang yang
tumbuh dari ketiak daun dibagian bawah tajuk. Bentuk helaian daun teh yaitu berbentuk
langset dengan tulang daun yang menyirip dan runcing pada bagian ujungnya. Tepi daun teh
lancip bergerigi. Daun yang muda warnanya lebih terang dan ukurannya lebih lebar daripada
daun tua, yaitu sekitar 2,5-25 cm dan pucuk serta ruas lebih banyak rambutnya. Sedangkan
daun tua mempunyai warna hijau kelam dengan permukaan yang lebih licin dibanding daun
muda. Daun teh mengalai dua fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Fase aktif
ialah fase pertumbuhan normal atau disebut juga dengan fase peko, sedangkan fase inaktif
ialah fase istirahat pertumbuhan tuna.
Tanaman teh memiliki perakaran tunggang dengan cabang yang berjumlah hanya
sedikit. Tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal dan cukup peka terhadap keadaan
fisik tanah. Kemampuan akar untuk menembus tanah yang keras sangat terbatas, sehingga
akar akan mengalami perkembangan pada solume tanah hingga kedalaman 23 cm saja. Pada
akar tanaman teh terdapat lapisan yang menyerupai gabus yang memiliki fungsi untuk
mencegah keluar masuknya air dan sebagai tempat menyimpan makanan yang sebagian
23
besar adalah karbohidrat. Karbohidrat yang disimpan dalam akar tersebut memiliki peran
penting untuk pertumbuhan pucuk baru setelah dilakukan pemangkasan.
Tanaman teh memiliki makna batang yang tumbuh lurus dan berjumlah banyak.
Akan tetapi, batang tanaman teh berukuran kecil. Jika batang ini tidak dipangkas, maka
akan tumbuh membentuk tajuk seperti pohon cemara. Tanaman teh memiliki bunga yang
termasuk dalam pengertian bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun pada cabang-
cabang dan ujung batang. Bunga ini memiliki kelopak yang berjumlah sekitar 5-6 helai
dengan warna putih dan berbau harum. Bunga yang sempurna mempunyai putik dengan
mahkota 5-7 buah dan tangkai sari yang panjang. Pada bagian dalam terdapat benang sari
kuning yang bersel kembar dan menonjol 2-3 mm ke atas. Tanaman teh masih berwarna
hijau bersel tiga dengan dinding yang cukup tebal. Pada awalnya, buah akan tampak
mengkilap, tapi semakin tua akan berubah warna menjadi lebih suram dan bertekstur
kasar.
Biji teh termasuk pada arti biji yang berkeping dua dengan kotiledon yang ukuranya
besar, dan apabila dibelah akan tampak embrio akar dan tunas. Biji tersebut berwarna
coklat dan mempunyai tiga ruang, dengan kulit tipis, bentuknya bundar pada satu sisi, dan
datar pada sisi yang lain.
Manfaat Tanaman
Tanaman teh dikenal sebagai sumber antioksidan potensial yang memiliki manfaat
untuk kesehatan. Para peneliti dari University of Kansas menduga bahwa kekuatan
antioksidan pada teh yaitu sekitar 100 kali lebih besar dibandingkan vitamin C, 25 kali lebih
besar dibandingkan vitamin E. Selain itu, dua kali lebih efektif jika dibandingkan antioksidan
yang ditemukan dalam anggur merah dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Berdasarkan sumber ilmiah, manfaat tanaman teh antara
lain:
Mengurangi risiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker
prostat, kanker rongga mulut)
Menurunkan kadar kolesterol darah
Mencegah tekanan darah tinggi
Membunuh bakteri
Menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
Mencegah nafas tidak sedap. Selain itu teh juga digunakan untuk berbagai produk
kecantikan.
24
Manfaat Tanaman
Piper nigrum Linn. dalam ekstrak aquoeous, ekstrak metanol dan ekstrak etanol
positif mengandung karbohidrat, protein, tannin, fenol, kumarin, alkaloid dan antrakuinon.
Kandungan alkaloid Piper nigrum Linn. sebanyak 5-9% mengandung senyawa utama piperin,
piperidin, piperetin, dan piperenin (Kadam et al, 2013). Penelitian mengenai alkaloid
mendapat perhatian khusus karena memberikan aktivitas yang menjanjikan seperti
antiinflamasi, antibakteri, anti-asma, dll. (Khusbhu et al, 2011)
Daun pada tanaman jahe berwarna hijau berbentuk lonjong lancip menyerupai dengan
daun rumput besar. Daun jahe berselang seling dengan tulang daun serta sejajar. Daun
tanaman jahe termasuk daun tunggal dengan ujung daun berbentuk runcing, tepinya rata
dan pangkal daun tumpul, sedangkan permukaan daun halus serta licin. Daun tanaman jahe
termasuk daun lengkap karena terdapat helaian daun, tangkai, serta upih daun.
Batang tanaman jahe memiliki warna hijau, tidak berkayu serta berair dan merupakan
batang semu tumbuh tegak lurus. Batang jahe terdiri dari seludang daun tanaman serta
pelepah daun yang menutupi daun. Bentuk batang jahe bulat serta permukaan dilapisi oleh
bulu halus tetapi tidak memiliki percabangan.
Akar pada tanaman jahe merupakan akar serabut yang tumbuh pada rimpang serta
termasuk modifikasi dari batang. Akar tersebut memiliki bagian berupa leher akar, tudung
25
Manfaat Tumbuhan
BAB VI
KESIMPULAN
Isolasi merupakan suatu cara mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman
untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk dapat melakukan isolasi
harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita dapat memperoleh suatu
senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut.
Identifikasi glikosida flavonoid (rutin) dari ketela pohon : Setelah dianalisis menggunakan
KLT dengan fase gerak asam asetat 15% dan dideteksi dengan uap amoniak serta sinar
tampak UV 366 nm didapatkan hasil bahwa rf sampel 6.6 cm sementara rf standar 2,7 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa daun ketela pohon tidak mengandung rutin dikarenakan rf yang
dimiliki sampel berbeda jauh dengan rf standar (rutin).
Identifikasi kafein dari daun teh : Setelah dianalisis menggunakan KLT dengan fase gerak
CHCl3 : etanol (9,5 : 0,5) dan dideteksi dengan UV 366nm didapatkan hasil bahwa rf sampel
4.6 cm sementara rf standar 4,6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa daun teh mengandung
kafein dikarenaka nilai rf sampel sama dengan nilai rf standar (kafein).
Identifikasi piperin dari fructus nigri/albi : Setelah dianalisis menggunakan KLT dengan fase
gerak diklorometana : etil asetat (75 : 25) dan dideteksi dengan UV 254 nm, disemprot
dengan anisaldehid asam sulfat serta dipanaskan 110 oC selama 10 menit didapatkan hasil
bahwa rf sampel 4.6 cm sementara rf standar 4,6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa piperin
nigri/alba mengandung piperin dikarenaka nilai rf sampel sama dengan nilai rf standar
(piperin).
Identifikasi minyak atsri dari rimpang jahe : Setelah dianalisis menggunakan KLT dengan fase
gerak benzena : etil asetat (9,5 : 0,5) dan dideteksi dengan larutan vanilin dalam asam sulfat
pekat (muncul noda kuning) didapatkan hasil bahwa rf sampel 5,3 cm sementara rf standar
5,3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa rimpang jahe mengandung minyak atsiri dikarenaka nilai
rf sampel sama dengan nilai rf standar (minyak atsiri).
27
DAFTAR PUSTAKA