Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA 20211

“Isolasi dan Identifikasi”

Hari dan tanggal : Kamis, 12 November 2020

Nama : Charang Sukma Mulyana

NIM : 1822101011140

BAGIAN BIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2020
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Identifikasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam. Merupakan tahap pendahuluan
yang dapat memberikan gambaran mengenai kandungan senyawa tertentu dalam bahan
alam yang akan diteliti.
Isolasi adalah suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di
dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk dapat
melakukan isolasi harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita dapat
memperoleh suatu senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut. Teknik isolasi
di berbagai negara juga berbeda, seperti di Indonesia dan Jepang tapi prinsip yang
digunakan tetap sama.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Agar mahasiswa dapat memahami dan dapat melakukan isolasi flavonoid dari daun ketela
pohon beserta analisis golongan senyawa-senyawa pada metode KLT.
b. Agar mahasiswa mampu melakukan isolasi kafein dari daun teh dan mengidentifikasi isolasi
yang diperoleh.
c. Mahasiswa dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari Piperin nigri Fructus
atau Piperis albi Fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi metode KLT.
d. Mahasiswa dapat memahami prinsip isolasi minyak atsiri dan dapat mengerjakan isolasi
beserta identifikasinya dengan metode KLT.
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana tahap dalam isolasi?
b. Apa yang dimaksud dengan senyawa golongan Flavonoid?
c. Apa yang dimaksud dengan senyawa golongan polifenol dan tanin?
d. Apa yang dimaksud dengan senyawa golongan antrakuinon?
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Isolasi

Isolasi merupakan suatu cara mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di
dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk
dapat melakukan isolasi harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita
dapat memperoleh suatu senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut.
Untuk dapat melakukan isolasi harus melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Preparasi sampel/simplisia
2. Ekstraksi : Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam tumbuhan,
pada proses ekstraksi dipilih larutan yang kepolarannya mirip dengan sel tumbuhan, contohnya
etanol.
3. Fraksinasi : Pemisahan senyawa yang terkandung dalam suatu tanaman berdasarkan tingkat
kepolaran dari pelarut yang digunakan. Contohnya n-heksana (non polar), etil asetat (semi
polar), air (polar) sehingga senyawa dapat terpisah berdaarkan kepolarannya. Proses fraksinasi
ni dilakukan dengan menggunakan corong pisah untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
terkandung.
4. Isolasi
5. Uji Kemurnian
6. Elusidasi Struktur

7. Dengan menggunakan alat-alat analisis spektroskopi UV-Vis, Infrared, Mass Spektroskopi, C-


NMR dan H-NMR
B. Senyawa Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri dari dua inti
fenofal yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Umumnya tersebar di dunia
tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi,
namun ada tiga kelompok yang umum untuk dipelajari, yaitu antosianin, flavonol dan
flavon. Flavonoid juga senyawa fenol yang berasal dari senyawa aromatik yang terdapat di
alam. Meski sering disebut senyawa fenol, namun sebagian besar senyawa flavonoid
bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol namun sebagian besar senyawa
flavonoid bersifat netral karena mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas. Flavonoid
sendiri merupakan komponen pada makanan khususnya berfungsi sebagai antioksidan.

Macam-Macam Senyawa Flavonoid di Alam :

a. Katekin dan Proantosianidin : Merupakan dua golongan senyawa yang mempunyai


banyak kesamaan. Semuanya senyawa berwarna dan terdpaat pada seluruh dunia
tumbuhan berkayu. Saat ini telah dieknal tiga jenis katekin yang berbeda pada jumlah
gugus hidroksil pada cincin B. senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral dan
karena itu mungkin terdapat 4 isomer
b. Flavano dan Flavanonol : Senyawa jenis ini hampir tidak berwarna atau hanya
berwarna kuning sedikit. Karena konsentrainya rendah dan tidak tidak berwarna, maka
sebagian besar diabaikan. Flavanon (atau dihidroflavanon) sering dijumpai dalam
bentuk aglikon (60) tetpi beberapa gliklosidanya telah banyak dikenal seperti
hesperidin dan naringin dari kulit buah jeruk. Flavononol merupakan flavonoid yang
kurang dikenal dan kita tidak tidak mengetahui apakah senyawa ini terdapat sebagai
glikosida.
c. Flavon, Flavanol, Isoflavon : Merupakan senyawa yang paling banyak di temukan pada
pigmen kuning pada tumbuhan. Meski tidak semua tumbuhan berpugmen kuning
mengandung flavon, seperti warna kuning tumbuhan jagung disebabkan oleh
karatenoid. Isoflavon tidak begitu menonjol, tetapi senyawa ini penting sebagai
fitoaleksin. Senyawa yang lebih langka lagi ialah homoisoflavon. Senyawa ini biasanya
mudah larut dalam air panas dan alkohol meskipun beberapa flvonoid yang sangat
termitalasi tidak larut dalam air.
d. Antosianin : Merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi.

e. Auron : Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya
serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai ialah
bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah
ros.
f. Khalkon : Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat
mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon
2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi
mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan
keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang
terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6- glikosilasi.

C. Senyawa Polifenol dan Tanin


 Senyawa Polifenol
Senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang menempel di cincin aromatik.
Dengan kata lain senyawa yang sekurang-kurangnya memiliki satu gugus fenol. Memiliki sifat
antara lain :
a) Sering terdapat dalam bentuk glikosida polar
b) Cenderung mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai
glikosida
c) Biasanya terdapat dalam vakuola sel
d) Berupa senyawa aromatik sehingga semuanya menunjukkan serapan kuat di daerah
UV

Memiliki kegunaan antara lain :

a) Memberi warna pada tumbuhan


b) Menurunkan kadar gula darah
c) Melawan pembentukan radikal bebas
d) Mencegah penuaan dini
 Senyawa Tanin
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang
belum matang, batang dan kulit kayu. Tanin memiliki kegunaan, antara lain :
a) Pada buah yang belum matang, tanin digunakan sebagai energi dalam proses
metabolisme dalam bentuk oksidasi tanin.
b) Tanin dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
c) Sebagai pelindung pada tumbuhan saat pertumbuhan.
d) Sebagai antihama bagi tanaman.
e) Digunakan dalam proses metabolisme

Sifat-sifat tanin, antara lain :

a) Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
b) Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
c) Tidak dapat mengkristal.
d) Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
e) Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim proteolitik.

Sifat kimia tanin, yaitu :

a) Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar


dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
b) Tanin dapat diidentifikasi dengan kromatografi.
c) Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi
warna.
D. Senyawa Antrakuinon

Golongan antrakuinon aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil
pada kedua atom C yang bersebrangan atau hanya C9 dan Cg ada gugus hidroksil. Sifat fisika kimia dari
golongan antrakuinon yaitu senyawa antrakuinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampai
merah sindur., larut dalam air mpanas atau alkohol encer. Untuk identifikasi digunakan reaksi
borntrageer. Golongan senyawa antrakuinon memiliki kegunaan yaitu sebagain :

a) Sebagai katartika
b) Sebagai pewarna
c) Sebagai antibakteri

Cara mengidentifikasi senyawa golongan antrakuinon sebagai berikut :

a) Reaksi warna :
o Uji bomtrageer
o Uji modifikasi bomtrageer
b) Uji Kromatografi Lapis Tipis

E. Isolasi Kafein
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu kafein, tein
atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak
mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234C-239C dan menyublim pada suhu yang
lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapu sedikit larut
dalam air dingin dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya dapat membentuk
garam dengan basa kuat (Abraham, 2010). Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara
ilmiah terdapat dalam biji kopi, daun the, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa
minuman penyegar. Kafein meemiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C 8H10N8O2
dan Ph 6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek dari kafein terhadap
kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti
menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa
gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Dari beberapa literatul, diketahui bahwa kopi dan teh banyak mengandung
kafein dibandingkan jenis tanaman lain. Karena tanaman kopi dan the menghasilkan biji
kopi dan daun the dengan cepat, sementara penghancurnya sangat lambat (Hermanto,
2007).
F. Isolasi Piperin
Piperin memiliki rumus molekul C17H19NO3 atau (E,E)-1-[5-(1,3-benzodioksol-5- il)-1-okso-
2,4-pentadienil] piperidin, diperoleh dalam bentuk prisma monosiklik dari alkohol dengan titik lebur
130°C, 1 g piperin larut dalam 15 mL etanol, 36 mL eter dan hampir tidak larut dalam air (Kar, 2014).
Piperin berbentuk kristal berwarna putih kekuningan dan merupakan alkaloid dari golongan piperidin
yang memiliki sifat hampir tidak larut dalam air (40 mg/L pada suhu 18°C), namun mudah larut dalam
alkohol (1 g/15 mL) dan eter (1 g/1,7 mL) (Vasavirama dan Upender, 2014). Piperin memiliki khasiat
sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan berat badan, menurunkan demam, menetralkan racun
bisa ular, antiepilepsi, membantu meningkatkan penyerapan vitamin tertentu (Kolhe et al., 2009).
Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik pada tikus, dan menunjukkan hasil yang
sebanding dengan indometasin sebagai obat standar (Sabina et al., 2013).
G. Isolasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang umumnya dihasilkan dari tumbuh-


tumbuhan. Minyak atsiri memiliki ciri-ciri yaitu mudah menguap pada suhu kamar dan
memiliki aroma yang wangi sesuai dengan tumbuhan penghasilnya. Sebagian besar
minyak atsiri berfungsi sebagai anti bakteri dan anti jamur. Hampir semua minyak
atsiri dari akar terdiri atas monoterpen, sedangkan minyak atsiri dari buah sebagian
besar terdiri atas seskuiterpen (Kateren, 1986 ; Jayaprakarsha dkk, 2006). Terpenoid
merupakan bagian utama dalam minyak atsiri, biasanya terpenoid itu terdapat pada
fraksi minyak atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi, harum atau bau yang
sangat khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut penting sebgaai
dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senyawa cita
rasa dalam industri makanan. Minyak atsiri dapat mengalami kerusakan dalam
penyimpanan yang diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun fisika.
Biasanya krusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidai,
resinifikasi polimerasi, hidrolisis ester dan interaksi guus fungsional. Proses tersebut
dapat dipercepat (diaktivasi) oleh panas adanya udara (oksigen, kelembaban, serta
dikatalis oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam
(Guenther, 2006).
1

BAB III
Metode Kerja

A. ALAT DAN BAHAN


1) Isolasi glikosida flavonoid dari daun ketela pohon (Manihot utillissima Pohl)

Alat Bahan
- Neraca analitik - Simplisia Manihot
- Panci infus utilissima Pohl
- Corong Buchner - Air
- Erlenmeyer - Kertas saring
- Lemari es - Air es
- Spatula - Lempeng klt
- Pinset - Asam asetat 15 %
- Vortex - Rutin
- Pipa kapiler - Metanol 50 %

2) Isolasi kafein dari daun teh

Alat Bahan
- Neraca analitik - Simplisia Camelia
- Gelas beker sinensis
- Batang pengaduk - Aquadest
- Corong pemisah - Na Karbona
- Lemari es - Asam sulfat 10 %
- Rotatory evaporator - Kafein
- Cawan porselin - Kertas saring
- Corong gelas - Kapas
- Pinset - Lempeng KLT
- Pipa kapiler - CHCl3
- Etanol
- Metanol
2

3) Isolasi piperin dari fructus piperis nigri atau albi

Alat Bahan
- Neraca anallitik - Piper nigrum atau Piper
- Soxhlet album
- Corong kaca - Kertas saring
- Batu didih - Ethanol 96 %
- Glass wool - KOH-etnolik 10 %
- Pinset - Lempeng KLT
- Eksikator - Diklorometana
- Pinset - Etil asetat
- Almari pengering - Anisaldehid asam sulfat
- Pemanas air - Standart piperin
- Pipa kapiler

4) Isolasi minyak atsiri dari rimpang jahe

Alat Bahan
- Neraca analitik - Simplisia rimpang
- Labu destilat Zingiber officinale
- Batu didih - Air
- Gelas ukur - Benzena
- Beker gelas - Etil asetat
- Pinset - Larutan vanilin
- Pipa kapiler - Asam sulft pekat
- Lempeng KLT

5) Identifikasi senyawa golongan alkaloid

Alat
- Timbangan
- Penangas air
- Erlenmeyer
3

- Gelas ukur
- Corong kaca
6) Identifikasi senyawa olongan glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
Alat - Pinset Bahan
- Tabung reaksi
- Pipa kapiler - Ektrak
- Gelas ukur - Ekastak - Air suling
- Pipet tetes - HCl 2 N - Etanol
- Corong kaca- NaCl - Reagen Liebemann-
- Pipa kapiler- Pereaksi Mayer Burchard
- Pinset - Pereaki Wagner - H2SO4 pekat
- Larutan IC - HCl 2 N
- NH4OH 20% - Kapas
- Kloroform - Amonia
- Metanol - n-heksana
- Lempeng KLT - Plat KLT
- Kertas saring - Etil asetat
- Etil asetat - Anisaldehida asam sulfat
- Air - Animon klorida

7) Identifikasi senyawa golongan flavonoid


4

Alat Bahan
- Tabung reaksi - Ekstrak
- Pipet ukur - n-heksana
- Gelas ukur - etanol
- Pipa kapiler - HCl pekat
- Pinset - Air suling
- Penangas air - Butanol
- Magnesium
- Lempeng KLT
- Asam asetat glasial
- Air
- Pereaksi sitrat borat
- amonia

8) Identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin

Alat Bahan
- Gelas beker - Ekstrak
- Gelas ukur - Akuades
- Tabung reaaksi - NaCl
- Pipet tetes - FeCl3 5 %
- Corong kaca - Gelatin 1 %
- Pipa kapiler - Laruttan NaCl 10 %
- Pinset - Toluen
- Aseton
- Asam formiat

9) Identifikasi senyawa golongan antrakuinon

Alat Bahan
- Tabung reaksi - Ekstrak
- Corong kaca - Air suling
5

- Gelas ukur - Toluena


- Pipet tetes - Amonia
- Pipa kapiler - KOH 5N
- Pinset - H2SO4 10N
- Penangas air - Etil
- Asam asetat
- Lempeng KLT
- Kertas saring

E. CARA KERJA
1) Isolasi glikosida flavonoid dari daun ketela pohon (Manihot utillissima Pohl)
6

Ditimbang 40 gram serbuk bahan, dimasukkan dalam panci infus dan tambahkan 240 ml air

Didihkan selama 30 menit

Disaring campuran melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan dipindahkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih

Disimpan dalam lemari es selama 1 minggu, sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan

Dituangkan sebagian besar larutan jernih dengan hati-hati agar kristal tidak ikut tertuang

Kemudian disaring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring yang telah ditara

Jika masih ada kristal yang menempel pada dasar erlenmeyer bilas dengan air disuling dan bilasan
dituangkan ke kertas saring

kristal dicuci dengan 10 ml air es

Dikeringkan kertas saring bersama endapan pada suhu 50 oC

kemudian ditimbang untuk memperoleh rendemen dari hasil yang didapat

Identifikasi

Dimbil padatan dengan ujung spatula dan dilarutkan dalam 2 mL metanol-air diforteks
dan dianalisis

Analsis menggunakan KLT


Fase diam : Silika gel F254, Fase gerak : Asam asetat 15 %. Cuplikan : larutan sampel
dan pembanding larutan rutin dalametanol 50 %, Deteksi : Uap amoniak dibawah sinar
UV 366 nm
7

2) Isolasi kafein dari daun teh

Sebanyak 20 gram daun teh yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker
glass 500 ml,

kemudian ditambahkan 100 ml aquades dan 5 gram Natrium Karbonat

Campuran tersebut selanjutnya dipanaskan selama 20 menit sambil diaduk-aduk


(apabila volume berkurang tambahkan air).

Campuran tersebut kemudian disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang


diperoleh dibiarkan dingin

setelah dingin ditambahkan larutan asam sulfat 10% hingga pH netral.

Filtrat netral yang diperoleh selanjutnya dimasukkan dalam corong pisah dan
ditambah dengan kloroform (CHCl3) sama banyak

dikocok dan diamkan beberapa saat hingga diperoleh dua fase.

Fase CHCl3 (bagian bawah) dikumpulkan, sedangkan fase air ditambahkan CHCl 3
seperti pada prosedur diatas.

Fase kloroform yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap


putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml.

. Hasil rotavapor dikumpulkan dan ditambah air panas sedikit (± 1 ml)

simpan dalam lemari es hingga terbentuk kristal kafein (±1 minggu).


8

 Pemurnian
Dimasukkan kafein kedalam cawan porselinkecil dan ditutup menggunakan
kertas saring yang diberi lubang kecil dan ditutup dengan corong gelas terbalik

sumbat lubang corong menggunakan kapas dan dilengkapi dengan kertas saring
berbentuk kerucut

Cawan dipanaskan menggunakan api kecil selama 10 menit dan didinginkan


selama 15 menit

dibuka corong dan didapakan kristal kafein pada bawah kertas saring kemudian
ditimbang hasil

 Idenifikasi

Dimbil padatan dengan ujung spatula dan dilarutkan dalam kloroform dan
dianalisis dengan KLT

Analsis menggunakan KLT


ase diam :Silika gel F254
Fase gerak : CHCl3 : Etanol (9,5:0,5)
Cuplikan : larutan sampel dan pembanding larutan kafen dalam metanol
Deteksi : Uap amoniak dibawah sinar UV 254 nm
9

3) Isolasi piperin dari fructus piperis nigri atau albi

Ditimbang 30 gram serbuk merica

Dimasukkan ke dalam alat penyari Soxhlet yang telah dipasang kertas saring

ditambahkan etanol 96% paling sedikit sebanyak 2 kali sirkulasi (± 120 ml).

Jangan lupa untuk ditambahkan batu didih

Penyarian dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan 6-8 sirkulasi per jam

Setelah dingin, dipisahkan sari dari bagian yang tidak terlarut dengan
penyaringan melalui kertas saring

Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas pemanas air sampai kering atau
konsistensi kental

. Kemudian ditambahkan 10 ml KOH-etanolik 10% sambil diaduk-aduk sehingga


timbul endapan

Setelah mengendap,sari dipisahkan dari bagian yang tidak larut melalui glass
wool.

Sari jernih yang didapat didiamkan dalam almari es sampai hari praktikum yang
akan datang, atau sampai terjadi pembentukan kristal optimal.
 Pemurnian

Kristal dipisahkan dngan mencuci menggunakan etanol 96 % dan


dikeringkan dalam almari pengering 40⁰C selama 30-45 menit

dipisahkan dengan eksilator yang dilengkapi kapur tohor kemudian kristal


ditimbang
10

 Identifikasi

Dimbil padatan dengan ujung spatula dan dilarutkan dalam etanol dan dianalisis
dengan KLT

Analsis menggunakan KLT


ase diam :Silika gel F254
Fase gerak : Diklorometana : Etil asetat (75:25)
Cuplikan : larutan sampel dan larutan standart piperin
Deteksi : disemprot anisaldehid asam sulfat dibawah sinar UV 254 nm
4) Isolasi minyak atsiri dari rimpang jahe
 Isolasi

Ditimbang 15 gram serbuk jahe,

Dimasukkan ke dalam labu destilasi stahl

kemudian ditambahkan air sebanyak 300 mL dan batu didih.

Dihubungkan labu dengan pendingin dan alat penampung berskala.

Didihkan labu dengan pemanasan yang sesuai selama 3 jam atau sampai minyak
atsiri terdestilasi secara sempurna dan tidak bertambah lagi dalam bagian
penampung berskala.

Jika sejumlah volume minyak atsiri tertampung dalam bagian penampung


berskala,

pencatatan dapat dilakukan dengan pembacaan sampai 0,1 mL, dan volume
minyak atsiri ditentukan untuk setiap 100 garam serbuk kering.

Kemudian tampung minyak atsiri yang diperoleh dalam vial.


11

 Identifikasi

Analsis menggunakan KLT


Fase diam :Silika gel F254
Fase gerak : Benzena : Etil asetat (9,5:0,5)
Cuplikan : Minyak atsiri hasil destilasi
Deteksi : disempLarutan vanilin dalam asam sulfat pekat
12

1. Identifikasi senyawa golongan alkaloid


 Penyiapan sampel

0,3 g ekstrak ditambahkan HCl 2N, dipanaskan selama 2-3 menit, diaduk

Ditambah 0,3 g NaCl, diaduk rata kemudian disaring

Ditambah 5 mL HCl 2N pada filtrat dan dibagi menjadi 3 bagian

Larutan IA Larutan IB Larutan IC

Reaksi pengendapan

Larutan IA Larutan IB Larutan IC

Ditambah Ditambah

20 tetes pereaksi 25 tetes pereaksi Blanko


Mayer Wegner

Adanya kekeruhan dan endapan menunjukkan alkaloid

 Kromatografi lapis tipis

Larutan IC ditambah 30 tetes NH 4OH 28 % hingga larut menjadi basa

Diekstraksi dengan 5 mL kloroform bebas air, disaring

Filtrat diuapkan hingga kering kemudian ditambah metanol

Dilakukan pemeriksaan dengan KLT menggunakan fase diam : silika gel F254,
Fase gerak etil asetat : Metanol : air (9:2:2)), penampak noda : pereaksi
dragendorf. Jingga → Alkaloid
13

1) dentifikasi glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid


 Uji Buih

0,3 g ekstrak dimasukkan ke tabung reaksi + air suling 10 mL, dikocok kuat

Positif mengandung saponin jika terbentuk buih selama 30 menit setinggi 3


Reaksi warna cm

Dibuat blanko dengan melarutkan 0,1 g ektrak pada 5 mL etanol


 Uji Liebermann-Burchard

0,1 g ektrak dilarutkan pada 6 mL reagen Liebermann-Burchard diamati


perubahan warna

Hijau biru Merah ungu Kuning muda


Saponin steroid Triterpen steroid Saponin jenuh

 Uji salkowski

0,1 g ekstrak dilarutkan dalam 5 mL etanol, ditambah 1-2 mL H 2SO4 pekat

Steroid tidak jenuh ditandai dengan timbul cincin berwarna merah


 Identifikasi sapogenin atauterpenoid secara KLT

0,5 g ekstrak + 5 mL HCl 2 N, dididihkan

Ditutup dgn corong berisi kapas selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin

Didinginkan dan dinetralkan dengan 20 tetes amonia

Diekstraksi dalam n-heksana sebanyak 3 kali sampai tersisa 0,5 mL

Diidentifikai dengan KLT menggunakan fase gerak : n-heksana : etil asetat


(4:1), fase diam : silika gel F254, dan penampak noda : anisaldehida asam
sulfat dan antimon klorida. Ungu/merah ungu/merah muda → sapogenin
14

 Identifikasi terpenoid dan steroid bebas secara KLT

Sedikit ekstrak ditambahkan tetes etanol ditotol pada KLTT

Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : n-
heksana : etil asetat (4:1), dan penampak node : anialdeida asam sulfat yang
dipanaskan pada suhu 105⁰C selama 10 menit. Merah ungu/ungu→terpenoid

2) Identifikasi senyawa golongan flavonoid


 Reaksi warna

0,3 g ekstrak dikocok dengan 3 mL n-heksana 5 kali sampai tidak berwarna

Residu dilarutkan dengan etanol dan dibagi menjadi 4 larutan

IIIA IIIB IIIC IIID


Uji Bate-Smith dan Metcaif

IIIA IIIB

Blanko Ditambah 0,5 mL HCl


pekat, kemudian
dipanasan
Merah atau ungu
ungu
Leukoantosianin
Wilstater

IIIA IIIC

Blanko Ditambah 0,5 mL HCl


pekat, 4 potongan

Diamati perubahan warna

Merah jingga Merah pucat Merah tua

Flavon Flavonol Flavonon


15

 Kromatografi Lapis Tipis

Larutan D ditotolkan ditotolkan pada lempeng KLT

Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : Butanol
: asam asetat glasial : air (4:1:5), dan penampak node : Pereaksi sitra borat

Warna kuning intensif menunjukkan adanya flavonoid

3) Identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin


 Reaksi warna

0,3 g ekstrak ditambah 10 mL akuade panas, diaduk dan dibiarkan

Setelah mencapai suhu kamar, + 3 tetes NaCl 10 %, diaduk dan disaring

Filtrat dibagi menjadi tiga larutan

IVA IVB IVC


 Uji Ferriklorida

Larutan IVC

1 tetes FeCl3 Gelatin dan NaCl 1 tetes FeCl3

Hijau kehitaman Tidak berubah

Ditambah FeCl3
Tanin negatif

Hijau biru - hitam

Polifenol
FlavonMerah jingga Merah pucat
Flavonol Merah
Diamati perubahan
Flavonon tua
warna

16

 Uji gelatin

IVA IVB

Blanko Ditambah 3 tetes gelatin 1


% + 10 tetes NaCl 10 %
kemudian dipanasan
Endapan putih

 Kromaografi Lapis Tipis Tanin

Larutan IVA ditotolkan pada lempeng KLT

Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : Toluen :
Aseton : asam formiat (6:6:1), dan penampak node : Pereaksi FeCl 3

Warna hitam menunjukkan polifenol


4) Identifikasi senyawa golongan antrakuinon
 Uji borntrager

0,3 g ekstrak ditambah air suling 10 mL, kemudian disaring

Ditambahkan 3 mL toluena dan dikocok pelan

Dibagi menjadi 2 larutan

VA VB

Ditambah

Blanko Amonia dan dikocok

Merah/merah muda

Antrakuion
17

 Uji Modifikasi Borntrager

0,3 g ekstrak + 1 mL KOH 5N + 1 mL H2SO4 10N, dipanaskan -> disaring

Filtra ditambahkan 5—10 tetes asam astat glaial dan diekstraksi dengan 2 mL
toluena

Fase toluena diambil, dibagi ke dalam dua larutan

VC VD

Ditambah

Blanko 20 tetes amonia

Merah/merah muda

antrakinon

 Kromato Lapis Tipis

Sampel ditotolkan padaa lempeng KLT

Dilakukan identifikasi dengan fase diam : silika gel F254, fase gerak : Toluen :
Etil : asam asetat (75:24:1), dan penampak node : KOH 1 % dalam metanol

Tampak noda warna kuning, kuning coklat, merah ungu, hijau ungu
menunjukkan adanya antrakuinon
18

BAB IV
Hasil Praktikum
KLT Manihot

Sampel : 6,6 cm
19
Standart : 2,7 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm

Untuk didapatkan hasil deteksi


flavonoid pada uji KLT Manihot diberi
uap amoniak unutk melihat bercaknya.
Dan dapat dideteksi dibawah sinar UV

KLT Kafein

Sampel : 4,6 cm
Standart : 4,6 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm

Pada uji KLT Kafein diamati dengan


menggunakan sinar UV 254 nm

KLT Jahe

Sampel : 4,6 cm
Stamdart : 4,6 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm

Pada deteksi minyak atsiri


menggunakan penampakan noda
larutan yanilin dalam asam sulfat pekat
minyak atsirih akan menunjukkan
warna ungu, merah, coklat.

KLT Piperin

Sampel : 3,9 cm dan 5,3 cm


Standart : 5,3 cm
Jarak Evaluasi : 8 cm

Pada piperin diteliti dengan


menggunakanpenampak noda
anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan
1100C selama 10 menit. Lalu diamati
pada UV 254 nm
20

- KLT MANIHOT
Sampel : 6,6cm
Standart : 2,7cm
Jarak eluaso : 8cm
2,7 cm
Rf standart : =0,337 cm
8 cm
6,6 cm
Rf sampel : =0,825 cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna kuning kecoklatan atau kemerahan dibawah
sinar UV

- KLT KAFEIN
Sampel : 4,6cm
Standart : 4,6cm
Jarak eluasi : 8cm
4,6 cm
Rf standart : =0,575 cm
8 cm
4,6 cm
Rf sampel : =0,575 cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna coklat gelap dibawah sinar UV

- KLT JAHE
Sampel : 4,6cm
Standart : 4,6cm
Jarak eluasi : 8cm
4,6 cm
Rf standart : =0,575 cm
8 cm
4,6 cm
Rf sampel : =0,575 cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna ungu, merah, coklat

- KLT PIPERIN
Sampel : 5,3cm
Standart : 5,3cm
Jarak eluasi : 8cm
21

5,3 cm
Rf standart : =0,662cm
8 cm
5,3 cm
Rf sampel : =0,662cm
8 cm
Warna noda : noda berwarna kuning
22

BAB V
PEMBAHASAN
a. Singkong (Manihot utilissima P.)
Singkong dapat dipelihara dengan mudah, produktif dan tumbuh subur dengan
ketinggian 1-4 meter di daerah yang berketinggian 1.200 meter di atas permukaan air laut.
Dalam ilmu farmasi, singkong dapat dimanfaatkan dalam pengobatan rematik, demam, sakit
kepala, diare, luka bernanah, luka disebabkan benturan barang panas (misalnya knalpot) dan
menambah nafsu makan (Yuniarti, 2008). Bagian dari tanaman singkong yang dapat
dimanfaatkan adalah daun dan akar-akar yang menebal membentuk umbi. Bagian umbi ini
banyak mengandung zat tepung atau pati (Hafsah, 2003). Umbi singkong merupakan akar
pohon dengan ratarata panjang 50-80 cm tergantung dari varietasnya dan berwarna putih
kekuningkuningan (Lidiasari, 2006).
Singkong mengandung komposisi kimia yang terdiri dari kadar air 60%, pati 35%,
serat kasar 2,5%, kadar lemak 0,5% dan kadar abu 1% (Barrett dan Damardjati, 2015).
Sedangkan menurut Winarno (1986), kandungan pati yang terdapat pada umbi singkong
adalah sebesar 80%. Perbedaan kandungan pati ini tergantung dari sudut pandang
identifikasi penguraian dari struktur perbandingan pati terhadap kandungan lainnya yang
terdapat pada umbi singkong.
b. Tanaman Teh(Camellia sinensis)
Tanaman teh berdaun tunggal yang tumbuh berselang-seling pada cabang yang
tumbuh dari ketiak daun dibagian bawah tajuk. Bentuk helaian daun teh yaitu berbentuk
langset dengan tulang daun yang menyirip dan runcing pada bagian ujungnya. Tepi daun teh
lancip bergerigi. Daun yang muda warnanya lebih terang dan ukurannya lebih lebar daripada
daun tua, yaitu sekitar 2,5-25 cm dan pucuk serta ruas lebih banyak rambutnya. Sedangkan
daun tua mempunyai warna hijau kelam dengan permukaan yang lebih licin dibanding daun
muda. Daun teh mengalai dua fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Fase aktif
ialah fase pertumbuhan normal atau disebut juga dengan fase peko, sedangkan fase inaktif
ialah fase istirahat pertumbuhan tuna.
Tanaman teh memiliki perakaran tunggang dengan cabang yang berjumlah hanya
sedikit. Tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal dan cukup peka terhadap keadaan
fisik tanah. Kemampuan akar untuk menembus tanah yang keras sangat terbatas, sehingga
akar akan mengalami perkembangan pada solume tanah hingga kedalaman 23 cm saja. Pada
akar tanaman teh terdapat lapisan yang menyerupai gabus yang memiliki fungsi untuk
mencegah keluar masuknya air dan sebagai tempat menyimpan makanan yang sebagian
23

besar adalah karbohidrat. Karbohidrat yang disimpan dalam akar tersebut memiliki peran
penting untuk pertumbuhan pucuk baru setelah dilakukan pemangkasan.

Tanaman teh memiliki makna batang yang tumbuh lurus dan berjumlah banyak.
Akan tetapi, batang tanaman teh berukuran kecil. Jika batang ini tidak dipangkas, maka
akan tumbuh membentuk tajuk seperti pohon cemara. Tanaman teh memiliki bunga yang
termasuk dalam pengertian bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun pada cabang-
cabang dan ujung batang. Bunga ini memiliki kelopak yang berjumlah sekitar 5-6 helai
dengan warna putih dan berbau harum. Bunga yang sempurna mempunyai putik dengan
mahkota 5-7 buah dan tangkai sari yang panjang. Pada bagian dalam terdapat benang sari
kuning yang bersel kembar dan menonjol 2-3 mm ke atas. Tanaman teh masih berwarna
hijau bersel tiga dengan dinding yang cukup tebal. Pada awalnya, buah akan tampak
mengkilap, tapi semakin tua akan berubah warna menjadi lebih suram dan bertekstur
kasar.
Biji teh termasuk pada arti biji yang berkeping dua dengan kotiledon yang ukuranya
besar, dan apabila dibelah akan tampak embrio akar dan tunas. Biji tersebut berwarna
coklat dan mempunyai tiga ruang, dengan kulit tipis, bentuknya bundar pada satu sisi, dan
datar pada sisi yang lain.
 Manfaat Tanaman

Tanaman teh dikenal sebagai sumber antioksidan potensial yang memiliki manfaat
untuk kesehatan. Para peneliti dari University of Kansas menduga bahwa kekuatan
antioksidan pada teh yaitu sekitar 100 kali lebih besar dibandingkan vitamin C, 25 kali lebih
besar dibandingkan vitamin E. Selain itu, dua kali lebih efektif jika dibandingkan antioksidan
yang ditemukan dalam anggur merah dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Berdasarkan sumber ilmiah, manfaat tanaman teh antara
lain:

 Mengurangi risiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker
prostat, kanker rongga mulut)
 Menurunkan kadar kolesterol darah
 Mencegah tekanan darah tinggi
 Membunuh bakteri
 Menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
 Mencegah nafas tidak sedap. Selain itu teh juga digunakan untuk berbagai produk
kecantikan.
24

c) Tanaman Lada (Piper nigrum Linn)


Tanaman ini adalah batang pokok berkayu, beruas-ruas dan tumbuh merambat dengan
menggunakan akar pelekat pada tiang panjat atau menjalar 6 di atas permukaan tanah.
Tanaman lada merupakan akar tunggang dan memiliki daun tunggal, berseling dan tersebar
(Tjitrosoepomo, 2004). Daun berbentuk bulat telur sampai memanjang dengan ujung
meruncing (Rismunandar, 2007). Buah merupakan produksi pokok daripada hasil tanaman
lada. Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang lunak. Kulit buah yang
masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Buah yang sudah masak
berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Sesudah dikeringkan lada berwarna hitam.
buah lada merupakan buah duduk, yang melekat pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm,
sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100 biji kurang lebih 38 gram atau rata-rata 4,5
gram. Kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar), mesocarp
(kulit tengah), endocarp (kulit dalam) (Rismunandar, 2007).

 Manfaat Tanaman

Piper nigrum Linn. dalam ekstrak aquoeous, ekstrak metanol dan ekstrak etanol
positif mengandung karbohidrat, protein, tannin, fenol, kumarin, alkaloid dan antrakuinon.
Kandungan alkaloid Piper nigrum Linn. sebanyak 5-9% mengandung senyawa utama piperin,
piperidin, piperetin, dan piperenin (Kadam et al, 2013). Penelitian mengenai alkaloid
mendapat perhatian khusus karena memberikan aktivitas yang menjanjikan seperti
antiinflamasi, antibakteri, anti-asma, dll. (Khusbhu et al, 2011)

d) Rimpang Jahe (Zingiberis officinale)

Daun pada tanaman jahe berwarna hijau berbentuk lonjong lancip menyerupai dengan
daun rumput besar. Daun jahe berselang seling dengan tulang daun serta sejajar. Daun
tanaman jahe termasuk daun tunggal dengan ujung daun berbentuk runcing, tepinya rata
dan pangkal daun tumpul, sedangkan permukaan daun halus serta licin. Daun tanaman jahe
termasuk daun lengkap karena terdapat helaian daun, tangkai, serta upih daun.
Batang tanaman jahe memiliki warna hijau, tidak berkayu serta berair dan merupakan
batang semu tumbuh tegak lurus. Batang jahe terdiri dari seludang daun tanaman serta
pelepah daun yang menutupi daun. Bentuk batang jahe bulat serta permukaan dilapisi oleh
bulu halus tetapi tidak memiliki percabangan.
Akar pada tanaman jahe merupakan akar serabut yang tumbuh pada rimpang serta
termasuk modifikasi dari batang. Akar tersebut memiliki bagian berupa leher akar, tudung
25

akar dan batang akar.


Bunga tanaman jahe berupa malai yang tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat
telur. Bunga jahe termasuk dalam golongan bunga majemuk tunggal. Mahkota bunga jahe
berbentuk tabung, berwarna hijau kekuningan serta jumlah daun mahkota ada tiga buah
yang saling berlekatan pada bagian bawah helaian yang agak sempit. Kelopak bunga
berjumlah tiga buah, bunga jahe termasuk bunga sempurna karena mempunyai 2 kelamin.

 Manfaat Tumbuhan

Tanaman jahe mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan, yaitu:

 Mencegah penyakit kanker


 Mengatasi gangguan pernapasan
 Membantu menjaga kesehatan pencernaan
 Menyembuhkan batuk
 Mencegah mual dan muntah saat mabuk perjalanan
 Melancarkan peredaran darah
 Mencegah perut buncit
 Membantu pembentukan otot baru
 Mengobati sakit kepala
 Mencegah peradangan
26

BAB VI

KESIMPULAN

 Isolasi merupakan suatu cara mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman
untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk dapat melakukan isolasi
harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita dapat memperoleh suatu
senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut.
 Identifikasi glikosida flavonoid (rutin) dari ketela pohon : Setelah dianalisis menggunakan
KLT dengan fase gerak asam asetat 15% dan dideteksi dengan uap amoniak serta sinar
tampak UV 366 nm didapatkan hasil bahwa rf sampel 6.6 cm sementara rf standar 2,7 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa daun ketela pohon tidak mengandung rutin dikarenakan rf yang
dimiliki sampel berbeda jauh dengan rf standar (rutin).
 Identifikasi kafein dari daun teh : Setelah dianalisis menggunakan KLT dengan fase gerak
CHCl3 : etanol (9,5 : 0,5) dan dideteksi dengan UV 366nm didapatkan hasil bahwa rf sampel
4.6 cm sementara rf standar 4,6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa daun teh mengandung
kafein dikarenaka nilai rf sampel sama dengan nilai rf standar (kafein).
 Identifikasi piperin dari fructus nigri/albi : Setelah dianalisis menggunakan KLT dengan fase
gerak diklorometana : etil asetat (75 : 25) dan dideteksi dengan UV 254 nm, disemprot
dengan anisaldehid asam sulfat serta dipanaskan 110 oC selama 10 menit didapatkan hasil
bahwa rf sampel 4.6 cm sementara rf standar 4,6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa piperin
nigri/alba mengandung piperin dikarenaka nilai rf sampel sama dengan nilai rf standar
(piperin).
 Identifikasi minyak atsri dari rimpang jahe : Setelah dianalisis menggunakan KLT dengan fase
gerak benzena : etil asetat (9,5 : 0,5) dan dideteksi dengan larutan vanilin dalam asam sulfat
pekat (muncul noda kuning) didapatkan hasil bahwa rf sampel 5,3 cm sementara rf standar
5,3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa rimpang jahe mengandung minyak atsiri dikarenaka nilai
rf sampel sama dengan nilai rf standar (minyak atsiri).
27

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyanawati. 2014. Identifikasi Senyawa Golongan Antrakuinon. Universitas


Muhammadiyah Malang : Malang
Abraham.2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. UNHALU : Kendari Guenther,
E.2006. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta:UI Press.
Hermanto, Shindu. 2007. Kafein, Senyawa Dalam Minuman Suplemen
Menggunakan Spektrofotomter UV.Vis. UNHALU. Kendari.
Kateren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta ; Balai Pustaka
Wijayakusuma, Hembing. 2006. Tanaman Obat Untuk Penyakit Anak. Jakarta : Pustaka
Popler Obor

Wijayanti, Rina. Golongan Polifenol dan Tanin. FK Unissula Semarang : Semarang.


28

Anda mungkin juga menyukai