Anda di halaman 1dari 6

Nama : Attala Afifah

Npm/Grup:18010002 /T1

Mengenal Agama Yang Fitrah

Secara bahasa, fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang manusia
diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, Al Qamus Al Muhith 1/881). Dan
ketahuilah, yang dimaksud dengan agama yang fitrah ialah Islam. Setiap manusia lahir
dalam keadaan berislam, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

‫ه‬ ِّ ‫ه أَ ْو ُي َن‬
ِ ِ‫ِص َران‬ ِ ِ‫ َفأَبَ َوا ُه ُي َهِوِّ َدان‬، ‫ط َر ِة‬
ْ ‫ل َم ْولُو ٍد ُيول َ ُد َعلَى ا ْل ِف‬
ُّ ‫ُك‬

“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah
yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)

Allah Ta’ala berfirman:

‫ك‬
َ ِ‫ه َذل‬ ِ َّ ‫خ ْل قِ الل‬ َ ‫اس َعل َ ْي َه ا اَل ت َ ْب ِدي‬
َ ِ‫ل ل‬ َ ‫ه الَّتِي َفط َ َر ال َّن‬
ِ َّ ‫ت الل‬ ْ ِ‫حنِيفًا ف‬
َ ‫ط َر‬ َ ‫ين‬
ِ ‫لِد‬
ِّ ِ‫ك ل‬
َ ‫ج َه‬ ْ ِ‫أَق‬
ْ ‫م َو‬
ُ َ ‫ن أَ ْك َث َر ال َّناسِ اَل يَ ْعل‬
َ‫مون‬ َّ ِ‫م َولَك‬ُ ِّ‫ين ا ْلقَِي‬
ُ ‫الِد‬
ِّ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ”
(QS. Ar Ruum: 30)

Seoang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini: “Maksudnya adalah
tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah kepadamu,
yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu.
Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti
engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah  (lurus dan benar). Sebagaimana ketika
Allah ciptakan para makhluk dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk
dalam keaadan mengenal-Nya, mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak
disembah selain Allah” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/313)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Islam adalah agama yang fitrah yang
pasti akan diterima oleh semua orang yang memiliki fitrah yang salimah”. Artinya orang
yang memiliki jiwa yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti akan menerima
ajaran-ajaran Islam dengan lapang dada.

Setelah kita paham bahwa sesungguhnya agama yang sesuai dengan fitrah manusia itu
adalah agama Islam dan manusia sesungguhnya terlahir dalam keadaan Islam yang murni,
maka kini kita perlu ketahui apa itu Islam.

Makna Islam

Allah Ta’ala berfirman:

‫الم‬
ُ ‫س‬ ِ َّ ‫ع ْن َد الل‬
ْ ِ ‫ه اإْل‬ ِ ‫ين‬
َ ‫الِد‬
ِّ َّ‫إِن‬

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Al Imran: 19)

Ia juga berfirman:

‫ين‬
َ ِ‫سر‬ َ ‫ن ا ْل‬
ِ ‫خا‬ ِ ‫ه َو فِي اآْل‬
َ ‫خ َر ِة ِم‬ ُ ‫ل ِم ْن ُه َو‬ ْ َ ‫م ِدي ًنا َفل‬
َ َ‫ن ُي ْقب‬ ْ ِ ‫ن يَ ْب َتغِ َغ ْي َر اإْل‬
ِ ‫سال‬ ْ ‫َو َم‬

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi” (QS. Al Imran: 85)

Islam artinya berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk


kepada-Nya dalam ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.
Karena kesyirikan merupakan aqidah orang Arab sebelum berkembangnya dakwah
Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Imam Al Bukhari meriwayatkan
sebuah hadits dari Abu Raja’ Al ‘Atharidi, ia berkata:

ً‫ ف إذا لم نج د حج را‬،‫كنا نعبد الحجر فإذا وجدنا حجراً هو خير منه ألقين اه وأخ ذنا اآلخ ر‬
‫جمعنا حثوة من تراب ثم جئنا بالشاة فحلبنا عليه ثم طفنا به‬

“Dahulu kami menyembah batu. Apabila kami mendapatkan batu yg lebih baik,
maka kami melemparkannya dan mengambil yg lain. Apabila kami tidak
menemukan batu, kami kumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor
kambing kemudian kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya”

Keadaan Manusia Sebelum Datangnya Islam

Sedangkan keadaan umat secara umum, sebelum berkembangnya dakwah Islam,


telah dijelaskan oleh banyak ayat-ayat Al Qur’an, diantaranya firman Allah Ta’ala:

ِ َّ ‫ع ْن َد الل‬
‫ه‬ ُ ‫ه ُؤال ِء‬
ِ ‫ش َف َعا ُؤنَا‬ َ َ‫م َويَ ُقولُون‬
ْ ‫م َوال يَ ْن َف ُع ُه‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫ض ُّر‬ ِ َّ ‫ن الل‬
ُ َ‫ه َما ال ي‬ ِ ‫ن ُدو‬
ْ ‫َويَ ْع ُب ُدونَ ِم‬
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka
itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”” (QS. Yunus: 18)

Juga firman Allah Ta’ala:

ِ َّ ‫م إِال لِ ُيقَِرِّ ُبونَا إِلَى الل‬


‫ه ُز ْل َفى‬ ُ ‫ه أَ ْولِيَا َء َما ن َ ْع ُب ُد‬
ْ ‫ه‬ ِ ِ‫ن ُدون‬
ْ ‫خ ُذوا ِم‬ َ ‫َوال َّ ِذ‬
َ َّ ‫ين ات‬

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya”” (QS. Az Zumar: 3)

Ayat-ayat yang senada dengan ini sangatlah banyak. Selain itu, hadits-hadits shahih
serta sirah nabawiyyah juga menunjukkan bahwa keadaan umat manusia sebelum
diutusnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yaitu mereka melakukan berbagai
macam kesyirikan yang berbeda-beda. Ada yang menyembah patung, ada yang menyembah
orang mati di kuburan, ada yang menyembah matahari, bulan dan bintang, dan menyembah
hal-hal yang lain. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diutus untuk mengajak
manusia menyembah kepada Allah semata, serta menjelaskan bahwa apa yang mereka
lakukan dari nenek moyang mereka merupakan hal yang batil. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala:

‫ه‬َ َ ‫ما َواتِ َواأْل َ ْرضِ ال إِل‬ َ ‫الس‬ َّ ‫ك‬ُ ‫ميعًا ال َّ ِذي ل َ ُه ُم ْل‬ ِ ‫ج‬ ْ ‫ه إِل َ ْيك‬
َ ‫ُم‬ ِ َّ ‫ول الل‬
ُ ‫س‬ ُ ‫اس إِِن ِّي َر‬ ُ ‫أَيُّ َها ال َّن‬ ‫ُل يَا‬
ْ ‫ق‬
‫ه‬
ِ ِ ‫م ات‬ َ ِ‫ه َو َكل‬ِ َّ ‫ن بِالل‬ ُ ‫ه ال َّنبِِيِّ اأْل ُ ِِّم ِيِّ ال َّ ِذي ُي ْؤ ِم‬
ِ ِ ‫س ول‬ ُ ‫ه َو َر‬ ِ َّ ‫يت َف آ ِم ُنوا بِالل‬
ُ ‫م‬ ِ ‫حيِي َو ُي‬ ْ ‫َو ُي‬ ‫ه‬ُ ‫إِال‬
ْ ‫َواتَّبِ ُعو ُه ل َ َعلَّك‬
َ‫ُم ت َ ْه َت ُدون‬

“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya,
Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-
Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al A’raf 158)

Dalam banyak ayat Allah Ta’ala juga menjelaskan bahwa orang-orang musyrik tersebut,


walaupun mereka melakukan kesyirikan, mereka tetap mengakui bahwa Allah lah yang
menciptakan mereka dan memberi mereka rezeki. Adapun penyembahan mereka kepada
selain Allah itu menurut mereka sekedar sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah,
sebagaimana dalam ayat:

ِ َّ ‫ع ْن َد الل‬
‫ه‬ ُ ‫ه ُؤال ِء‬
ِ ‫ش َف َعا ُؤنَا‬ َ َ‫م َويَ ُقولُون‬
ْ ‫م َوال يَ ْن َف ُع ُه‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫ض ُّر‬ ِ َّ ‫ن الل‬
ُ َ‫ه َما ال ي‬ ِ ‫ن ُدو‬
ْ ‫َويَ ْع ُب ُدونَ ِم‬

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka
itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”” (QS. Yunus: 18)

Juga dalam ayat:

‫ن‬َ ‫ي ِم‬ َّ ‫ح‬ َ ‫ج ا ْل‬ُ ‫خ ِر‬ْ ‫ن ُي‬ َ ‫ع َواأْل َ ْب‬


ْ ‫صا َر َو َم‬ َ ‫م‬
ْ ‫الس‬ َّ ‫ك‬ُ ِ‫م ل‬
ْ َ‫ن ي‬ْ ‫ما ِء َواأْل َ ْرضِ أَ َّم‬َ ‫الس‬ َّ ‫ن‬
َ ‫ُم ِم‬ ْ ‫ن يَ ْر ُز ُقك‬
ْ ‫ُل َم‬
ْ ‫ق‬
َ
َ‫ل أ َفال ت َ َّت ُقون‬ ْ ‫سيَ ُقولُونَ الل َّ ُه َف ُق‬ َ ‫ن ُي َدِب ِّ ُر اأْل َ ْم َر َف‬
ْ ‫حِيِّ َو َم‬ َ ‫ن ا ْل‬
َ ‫ت ِم‬ َ ِّ‫مِي‬َ ‫ج ا ْل‬ ُ ‫خ ِر‬ َ ‫ا ْل‬
ْ ‫مِيِّتِ َو ُي‬
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”.
Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”” (QS. Yunus: 31)

Serta banyak ayat-ayat lain yang memaparkan hal ini secara jelas.

Lalu diutuslah Sayyidina  Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam  sebagai Rasul terakhir


dengan membawa agama Islam, tidak hanya untuk orang Arab saja bahkan untuk seluruh
manusia. Beliau diutus di waktu yang tepat yaitu ketika seluruh manusia membutuhkan
sosok yang bisa mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya .

Rukun Islam

Agama Islam yang agung ini dibangun atas 5 asas yang disebut dengan rukun Islam,
sebagaimana terdapat dalam Shahihain:

‫ وإق ام‬،‫ش هادة أن ال إل ه إال هللا وأن محم داً رس ول هللا‬ :‫ب ني اإلس الم على خمس‬
‫ وحج البيت‬،‫ وصوم رمضان‬،‫ وإيتاء الزكاة‬،‫الصالة‬

“Islam dibangun dengan lima perkata: syahadat ‘laailaha illallah wa anna muhammadar
rasulullah’, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan pergi haji ke
baitullah”

Syahadat adalah rukun Islam yang pertama dan paling utama. Kalimat syahadat
dalah kalimat yang agung, dan tidak cukup dengan sekedar mengucapkannya. Walau
memang, dengan mengucapkannya seseorang menjadi seorang muslim secara zhahir.
Namun, ia wajib untuk menjalankan konsekuensi dari kalimat syahadat tesebut. Termasuk
di dalamnya adalah mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah, mengimani bahwa hanya
kepada-Nya lah semua ibadah berhak di tujukan, dan mengimani bahwa segala bentuk
penyembahan kepada selain Allah adalah batil.

Rukun kedua adalah menegakkan shalat. Shalat adalah rukun Islam yang terpenting
setelah syahadat. Karena ia adalah tiang agama dan hal yang akan ditanyakan pertama kali
di hari kiamat. Allah Ta’ala mengancam orang yang melalaikan shalat atau
mengakhirkannya dalam firman-Nya:

ًّ ‫ف يَ ْل َق ْونَ َغ‬
‫ًي‬ َ ‫س ْو‬
َ ‫الش َه َواتِ َف‬
َّ ‫صال َة َواتَّبَ ُعوا‬
َّ ‫اعوا ال‬
ُ ‫ض‬َ َ‫ف أ‬
ٌ ‫خ ْل‬
َ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ‫ن بَ ْع ِد‬ َ َ ‫خل‬
ْ ‫ف ِم‬ َ ‫َف‬

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan ” (QS.
Maryam: 59)

Shalat juga dijadikan sebagai penanda untuk membedakan antara muslim dan kafir.
Sebagaimana hadits yang terdapat dalam Shahihain dari Jabir Radhiallahu’anhu, bahwa ia
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصالة‬


“Pemisah antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah ditinggalkannya
shalat”

Rukun yang ketiga adalah membayar zakat. Zakat adalah kewajiban yang merupakan
tanggung-jawab sosial. Sehingga orang mu’min merasakan kemurahan dan kasih sayang
Islam serta adanya semangat saling bantu membantu diantara sesama muslim. Orang yang
diberi kelebihan berupa harta akan dikenai kewajiban ini. Karena harta tersebut pada
hakikatnya adalah milik Allah yang dititipkan kepada manusia. Sebagaimana firman Allah:

ْ ‫ُم َوأَ ْن َف ُقوا ل َ ُه‬


‫م‬ َ ‫ه َفال َّ ِذ‬
ْ ‫ين آ َم ُنوا ِم ْنك‬ َ ‫خل َ ِف‬
ِ ‫ين فِي‬ ْ ‫س َت‬ ْ ‫ج َعلَك‬
ْ ‫ُم ُم‬ َّ ‫ه َوأَ ْن ِف ُقوا ِم‬
َ ‫ما‬ ِ ِ ‫س ول‬ ِ َّ ‫آ ِم ُنوا بِالل‬
ُ ‫ه َو َر‬
َ
ٌ ِ‫ج ٌر َكب‬
‫ير‬ ْ ‫أ‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar ”
(QS. Al Hadid: 7)

Zakat diwajibkan kepada setiap orang yang memiliki harta melebihi nishab untuk masing-
masing jenis harta, dan sudah mencapai haul  (sudah dimiliki selama 1 tahun), kecuali biji-
bijian atau buah-buahan.

Rukun yang keempat adalah puasa Ramadhan. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

ْ ‫ُم ل َ َعلَّك‬
َ‫ُم ت َ َّت ُقون‬ ْ ‫ن َق ْبلِك‬ َ ‫ب َعلَى ال َّ ِذ‬
ْ ‫ين ِم‬ َ ‫الِص يَا ُم َك‬
َ ِ‫ما ُكت‬ ِّ ُ ‫ب َعل َ ْي ُك‬
‫م‬ َ ‫يَا أَيُّ َها ال َّ ِذ‬
َ ِ‫ين آ َم ُنوا ُكت‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Dengan puasa, seorang muslim dilatih untuk mengekang laju nafsunya dari kelezatan dan
syahwat yang mubah selama beberapa lama. Puasa juga memiliki manfaat dari sisi
kesehatan sebagaimana ia juga memberi manfaat yang bersifat ruhaniyah. Dengan puasa
juga kita diajak untuk merasakan apa yang dialami saudara kita sesama muslim yang
tertimpa musibah kelaparan bahkan hingga berhari-hari mereka tidak makan dan minum.
Sebagaimana yang terjadi pada sebagian saudara kita di benua Afrika.

Rukun yang kelima adalah pergi haji ke Masjidil Haram. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala:

‫ل‬
ً ‫س ب ِي‬ ِ ‫ع إِل َ ْي‬
َ ‫ه‬ َ ‫اس َتطَا‬
ْ ‫ن‬ِ ‫ج ا ْلبَ ْيتِ َم‬ ِ ِ‫ه َعلَى ال َّناس‬
ُّ ‫ح‬ ِ َّ ‫َولِل‬

“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Al Imran: 97)

Haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup, sebagaimana juga umrah. Ini diwajibkan
bagi muslim yang berakal, baligh, merdeka dan mampu. Anak kecil juga sah bila
melakukannya, namun kewajibannya belum gugur ketika ia sudah baligh dan mampu.
Adapun wanita yang tidak memiliki mahram untuk menemaninya pergi haji maka gugur
kewajibannya, karena banyak hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam yang melarang wanita bersafar tanpa mahram.
Keagungan Islam

Agama Islam memiliki kebaikan yang sangat banyak sekali hingga tidak terhitung.
Bagaimana tidak, Islam adalah agama dari Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ia
adalah Dzat yang memiliki puncak kebijaksanaan dan paling benar petunjuk-Nya. Ia
adalah Al Hakiim (Maha Bijaksana) dan Al Aliim (Maha Menegtahui) terhadap semua yang
Ia tentukan dan putuskan serta pada semua apa yang Ia syariatkan kepada hamba-Nya.
Maka, tidak ada kebaikan kecuali sudah diserukan oleh Rasulullah  Shallallahu’alaihi
Wasallam dan tidak ada keburukan kecuali sudah diperingatkan oleh beliau. Sebagaimana
hadits dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash Radhiallahu’anhu, dari
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:

‫ما بعث هللا من نبي إال كان حقا عليه أن يدل أمته على خ ير م ا يعلم ه لهم وين ذرهم‬
‫شر ما يعلمه لهم‬

“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali pasti Nabi tersebut akan membimbing
umatnya pada kebaikan dengan apa yang ia ajarkan kepada umatnya, dan
memperingatkan mereka terhadap keburukan dengan apa yang ia ajarkan kepada
umatnya”

Juga dalam Musnad Ahmad dengan sanad yang shahih, dari Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:

‫إنما بعثت ألتمم صالح األخالق‬

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan (manusia dengan) akhlak yang baik ”

Sebagai penutup kami ingin menggaris bawahi bahwa di masa ini berbondong-bondong
orang dari kaum musyrikin maupun ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) memeluk agama
Islam ini menandakan kegagalan agama-agama lain, juga kegagalan pemikiran filsafat
dalam memberikan ketenangan, kelegaan dan kebahagiaan hati manusia. Oleh karena itu,
wajib bagi kaum muslimin terlebih para da’i untuk lebih semangat berdakwah kepada ummt
mengajak kepada agama Allah yang fitrah ini. Namun sebelum itu, hendaknya tidak lupa
untuk mengamalkan ilmu dan akhlak Islam dengan baik, karena umat manusia sangat butuh
sosok-sosok orang yang mampu mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.
Allah Ta’ala berfirman:

‫ين‬
َ ‫م‬ِ ِ‫س ل‬ ُ ‫ن ا ْل‬
ْ ‫م‬ َ ‫حا َو َقا‬
َ ‫ل إِنَّنِي ِم‬ ً ِ ‫ص ال‬
َ ‫ل‬
َ ‫م‬ ِ َّ ‫ن َد َعا إِلَى الل‬
ِ ‫ه َو َع‬ َّ ‫ن َق ْواًل ِم‬
ْ ‫م‬ ُ ‫س‬ ْ َ‫ن أ‬
َ ‫ح‬ ْ ‫َو َم‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?”” (QS. Fushilat: 33)

Anda mungkin juga menyukai