Disusun oleh:
Maria Marsyom
Rosaliyan Maitimu
Velomina Runtung
BAB I.........................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................3
B. Defenisi lansia..................................................................................................5
C. Klasifikasi lansia..............................................................................................5
D. Karakteristik lansia..........................................................................................6
E. Perubahan-perubahan pada lansia....................................................................7
F. Permasalahan Kesehatan Lansia......................................................................7
G. JENIS- JENIS PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA....................9
BAB II.....................................................................................................................11
PEMBAHASAN......................................................................................................11
A. PROPORSI LANSIA YANG MENIGGAL AKIBAT COVID...................11
B. Upaya dan kebijakan pemerintah...................................................................11
C. Upaya Melindungi Lansia dari Penularan Covid-19......................................12
BAB III....................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................13
D. KESIMPULAN..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kurun waktu 35 tahun sejak tahun 1990, jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia
meningkat 414% dan akan berada pada peringkat kelima negara dengan lansia terbesar
pada tahun 2025. Seperti umumnya di negara berkembang, lebih dari dua per tiga lansia
hidup di wilayah perdesaan terpencil. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
membahas berbagai masalah gangguan kesehatan, sosial budaya, pelayanan, dan
program-program kesehatan lansia di Kepulauan Tanimbar Provinsi Maluku. Penelitian
dengan metode kualitatif melalui observasi, partisipasi, dan wawancara terhadap 30 lansia
di dua wilayah semiurban dan 6 wilayah perdesaan terpencil di kepulauan Tanimbar
Provinsi Maluku pada bulan April-Juni 2010. Pengumpulan data, diskusi, dan wawancara
dilakukan terhadap pemegang program lansia di dinas kesehatan dan puskesmas.
Gangguan kesehatan yang banyak dialami lansia adalah artralgia genu, gastritis kronis,
nyeri pinggang bawah, katarak, hipertensi, dan diabetes melitus. Masalah sosial budaya
akibat urbanisasi membuat para lansia tinggal sendiri tanpa perawatan anak atau cucu.
Pelayanan kesehatan terlihat belum optimal, sarana/prasarana terbatas, aspek promosi
kesehatan terabaikan, serta tenaga kesehatan yang memperhatikan kesehatan lansia masih
kurang. Pos pelayanan terpadu (posyandu) lansia belum efektif, informasi minimal, kader
belum optimal menunjang kebutuhan lansia. Ke depan, perlu memperkuat sistem
pelayanan kesehatan lansia; peningkatan perhatian dan kemitraan dengan lembaga
eksekutif dan legislatif; serta melakukan inovasi strategi pendidikan, pelayanan, dan
penelitian di bidang kesehatan lansia di daerah terpencil dan perdesaan Indonesia.
C. Klasifikasi lansia
menurut depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
D. Karakteristik lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah
kesehatan lansia adalah:
a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan
dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan.
Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan
mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau
duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama
instri, anak atau kekuarga lainnya.
1) Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
2) Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan
lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala
keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa
lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu
kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe mandiri
(independent personality), tipe tergantung (hostilty personality) dan tipe kritik
diri (self hate personality).
d. Kondisi kesehatan
1) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e. Keadaan ekonomi
1) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih bisa aktif.
2) Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari
anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.
3) kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,
sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam
kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi
dan kondisi fisik.
E. Perubahan-perubahan pada lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang meliputi
keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia.
a. Keadaan Fisik
Faktor kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan faktor
utama dari kegelisahan manuia. Perubahan secara fisik meliputi sistem prnapasan,
sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, muskuloskletal,
gastrointestinal dan sistem integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu.
Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan
ketidak berdayaannya.
b. Kesehatan Psikososial
1) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau
bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah
rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu
episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau
berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi
atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan
tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali.
Berikut ini merupakan sedikit gambaran deskriptif kematian akibat COVID-19 yang tercatat
menurut kelompok umur di tingkat nasional. penduduk positif COVID-19 yang meninggal
menurut kelompok umur di tingkat nasional mengelompok pada:
Kematian penduduk, terutama lansia, erat kaitannya dengan gejala dan penyakit penyerta yang
mereka alami (Michelen dkk., 2020; Promislow & Phil, 2020; Shahid dkk., 2020; WHO, 2020b;
Liu dkk., 2020). Kemudian sebagian besar kasus positif yang dikonfirmasi di DKI Jakarta, 16
Agustus 2020 adalah kasus positif berada pada kelompok usia risiko tinggi, yakni 60 tahun ke
atas. Pola kematian pada kelompok umur juga menggambarkan apa yang dilaporkan oleh negara
lain.
Berbagai kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran penularan virus Corona agar
tidak menyebar luas di dalam masyarakat, yang telah diimplementasi selama masa
penularan wabah COVID-19 adalah sebagai berikut:
1. Program jangka pendek yang harus dilakukan selama masa andemic Covid-19 adalah,
pemerintah secara andem memberikan pengetahuan dan pemahaman akan ancaman
kesehatan, ekonomi dan keamanan dari andemic Covid-19, di mana pendekatan strategi
komunikasi terfokus menyasar kelompok lansia.
2. program jangka panjang adalah langkah-langkah strategis untuk mempersiapkan
terciptanya lansia yang tangguh, mandiri, sehat dan berkualitas
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Faktor demografi, jenis kelamin, usia dan orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid)
merupakan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi persebaran Covid-19 di Indonesia. Kebijakan
tertulis dan tidak tertulis diperlukan untuk mengatur dan membatasi angka persebaran virus ini.
Informasi dan edukasi yang cukup diperlukan untuk membuat masyarakat mengerti dan patuh
dalam melaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Efektifitas dan efisiensi kebijakan pemerintah
terkait Covid-19 membutuhkan kerjasama semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA