1. Penemuan Elektron
Muatan elektron ditemukan oleh Robert Milikan melalui percobaan tetesan halus
minyak.
2. Penemuan Proton
3. Penemuan Neutron
Penemu inti atom adalah Ernest Rutherford bersama dua muridnya yaitu Hans Geiger
dan Ernest Marsden dengan nama Eksperimen penghamburan sinar alpha.
Nomor atom suatu unsur sama dengan jumlah proton. Untuk atom netral, jumlah proton
= jumlah elektron
Contoh : Atom Oksigen bernomor atom 8 sehingga memiliki 8 proton dan 8 elektron.
Nomor massa adalah jumlah nukleon (proton dan neutron) yang terdapat dalam inti
atom.
Contoh : Atom natrium terdiri atas 11 proton dan 12 neutron, berarti nomor massa atom
natrium = 11 + 12 = 23
Z = nomor atom
A= nomor massa
n = neutron (n = A – Z)
Notasi Ion
Positif dan Negatif
Isotop adalah atom-atom unsur yang mempunyai nomor atom sama (proton) tetapi
nomor massanya berbeda.
Contoh :
2. Isobar
Isobar adalah atom-atom unsur yang berbeda (nomor atom berbeda) tetapi mempunyai
nomor massa yang sama.
Contoh :
3. Isoton
Isoton adalah atom-atom unsur yang berbeda (nomor atom berbeda) tetapi mempunyai
jumlah neutron yang sama.
Contoh :
Contoh :
Contoh Soal:
2. Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron pada kulit terluar yang dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kimia. Susunan elektron valensi sangat menentukan sifat-sifat kimia
suatu atom. Unsur-unsur yang memiliki struktur elektron valensi yang smaa memiliki
sifat kimia yang sama.
Contoh :
2 8 18
Jumlah kulit = 3
Kulit terluar = M
Elektron valensi = 18
Kelemahan:
Kelemahan :
Tidak dapat menerangkan dinamika reaksi kimia yang terjadi antar atom.
(https://bisakimia.com/2017/08/05/ringkasan-materi-struktur-atom/)
STRUKTUR ATOM
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif
yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan
netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada
inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya
membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral,
sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan
ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom
menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-
bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf
India dan yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan
menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia.
Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-
komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa ‘atom’ tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip
mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Relatif terhadap pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek yang sangat kecil dengan massa yang sama
kecilnya pula. Atom hanya dapat dipantau menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop penerowongan
payaran. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir
sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil yang dapat mengalami peluruhan
radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron
yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi
di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara
aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan memengaruhi sifat-sifat magnetis atom
tersebut.
Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
3. Model Atom Rutherford
Rutherford melakukan penelitian tentang hamburan sinar α pada lempeng emas. Hasil pengamatan tersebut
dikembangkan dalam hipotesis model atom Rutherford.
a. Sebagian besar dari atom merupakan permukaan kosong.
b. Atom memiliki inti atom bermuatan positif yang merupakan pusat massa atom.
d. Sebagian besar partikel α lewat tanpa mengalami pembelokkan/hambatan. Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit
sekali yang dipantulkan.
Kelemahan Model Atom Rutherford
a. Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti memancarkan energi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lama-kelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya menempel
pada inti.
b. Model atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak elektron dan cara rotasinya terhadap ini atom.
c. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi tidak stabil.
Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa elektron bergerak mengelilingi inti atom pada
lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Model atom Bohr merupakan penyempurnaan dari model atom
Rutherford.
Video model atom bohr
Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Neils Bohr dengan postulat bohr :
b. Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron akan menyerap energi jika berpindah ke orbit yang
lebih luar dan akan membebaskan energi jika berpindah ke orbit yang lebih dalam
b. Tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dengan baik, pengaruh medan magnet terhadap
atom-atom, dan spektrum atom yang berelektron lebih banyak.
(https://zhivinachem.wordpress.com/struktur-atom-3/)
STRUKTUR ATOM
PENDAHULUAN
Semua materi pada dasarnya tersusun dari partikel dasar yang sama, yaitu atom. Teori atom
pertama diajukan oleh Jhon Dalton. Salah satu isi teorinya adalah materi tersusun dari partikel-
partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, yakni atom. Akan tetapi, penemuan partikel-
partikel subatomik (elektron, proton dan neutron) yang diikuti dengan penemuan keradioaktifan
menyebabkan timbulnya teori/model atom baru, yang dikemukakan oleh J.J. Thomson yang
diikuti Ernest Rutherford.
Akan tetapi, kelemahan model atom Rutherford mendorong Niels Bohr untuk menggabungkan
model atom Rutherford dengan teori kuantum planck dan ilmu fisika dan merumuskan model
atom Bohr. Selanjutnya model atom Bohr diganti dengan teori atom mekanika kuantum.
Setelah John Dalton (1766-1844) pada tahun 1803 mengemukakan teori atom yang pertama kali,
maka tidak lama setelah itu dua orang ilmuwan yaitu Sir Humphry Davy (1778-1829) dan
muridnya Michael Faraday (1791-1867), menemukan metode elektrolisis, yaitu cara
menguraikan senyawa menjadi unsur-unsurnya dengan bantuan arus listrik. Dengan metode baru
itulah akhirnya mereka menemukan bahwa atom mengandung muatan listrik.
Sejak pertengahan abad ke-19, para ilmuwan banyak meneliti daya hantar listrik dari gas-gas
pada tekanan rendah. Tabung lampu gas pertama kali dirancang oleh Heinrich Geissler (1829-
1879) dari Jerman pada tahun 1854. Rekannya, Julius Plucker (1801-1868), membuat
eksperimen sebagai berikut. Dua pelat logam ditempatkan pada masing-masing tabung Geissler
yang divakumkan, lalu tabung gelas itu diisi dengan gas pada tekanan rendah. Salah satu pelat
logam (disebut anode) membawa muatan positif, dan pelat yang satu lagi (disebut katode)
membawa muatan negatif. Ketika muatan listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui gas dalam
tabung, muncullah nyala berupa sinar dari katode ke anode. Sinar yang dihasilkan ini disebut
sinar katode.
1. Partikel sinar katode bermuatan negatif sebab tertarik oleh pelat yang bermuatan positif.
2. Partikel sinar katode mempunyai massa sebab mampu memutar baling-baling dalam tabung.
3. Partikel sinar katode dimiliki oleh semua materi sebab semua bahan yang digunakan (padat, cair,
dan gas) menghasilkan sinar katode yang sama. Partikel sinar katode itu dinamai “elektron” oleh
George Johnstone Stoney (1817 – 1895) pada tahun 1891.
Pada masa itu para ilmuwan masih diliputi kebingungan dan ketidaktahuan serta
ketidakpercayaan bahwa setiap materi memiliki elektron karena mereka masih percaya bahwa
atom adalah partikel terkecil penyusun suatu materi. Kalau atom merupakan partikel terkecil,
maka di manakah keberadaan elektron dalam materi tersebut?
Pada tahun 1897, Joseph John Thomson (1856 – 1940) dari Inggris melalui serangkaian
eksperimennya berhasil mendeteksi atau menemukan elektron yang dimaksud Stoney. Thomson
membuktikan bahwa elektron merupakan partikel penyusun atom, bahkan Thomson mampu
menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m), yaitu 1,759 x
108 coulomb/gram.
Kemudian pada tahun 1908, Robert Andrew Millikan (1868-1953) dari Universitas Chicago
menemukan harga muatan elektron, yaitu 1,602 x 10-19 coulomb. Dengan demikian massa sebuah
elektron dapat dihitung.
Massa satu elektron = e/(e/m) = (1,602 x 10-19) / (1,759 x 108) = 9,11 × 10–28 gram
Pernahkah Anda memperhatikan tabung televisi? Tabung televisi merupakan tabung sinar
katode. Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875).
Hasil eksperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju
ke anode yang disebut sinar katode.
George Johnstone Stoney (1891) yang mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”.
Kelemahan dari Stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat
antara atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainnya. Antoine Henri Becquerel (1896)
menentukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktif yang sifatnya mirip dengan
elektron.
Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan
listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode.
Keterangan :
C = katode
A = anode
Bulatan-bulatan kecil tetes minyak dihasilkan oleh atomizer. Massa tetesan minyak dapat
dihitung dari volume (diperoleh dari pengukuran jari-jari tetesan minyak yang da;pat diamati dari
mikroskop) dan massa jenis minyak yang diketahui. Beberapa tetesan akan jatuh melewati
lobang yang terdapat plat sebelah atas. Irradiasi dengan sinar-X akan mengionisasi gas dalam
chamber dan membebaskan elektro. Elektro ini kemudain ditangkap oleh tetesan minyak. Bila
pada kedua plat dipasang potesial litrik dan potensial nya di atur, maka tetes minyak yang
bermuatan negatif akan melambat akibat ditarik oleh muatan positif plat bahgian atas and ditolak
muatan negatif plat bahagian bawah. Pada voltase tertentu, tetesan minyak ini akan berhenti dan
tergantung di tengah. Pada keadaan ini gaya listrik q. E (dimana q adalah muatan dan E adalah
medan listrik yang dipakai) akan sama dengan gaya grafitasi pada tetes minya m.g. Sehingga
pada keadaan ini
q.E = m.g ®
Dengan melakukan percobaan berulang-ulang, maka nilai muatan listrik pada tetes minyak
tunggal adalah 1.5294 x 10-19 C. Harga muatan itu sekarang dikoreksi menjadi 1.602 x 10–19
Dengan melakukan percobaan berulang-ulang, maka nilai muatan listrik pada tetes minyak
tunggal adalah 1.5294 x 10-19 C. Harga muatan itu sekarang dikoreksi menjadi 1.602 x 10–19
Dengan menggunakan hasil pengukuran Thomso e/m = -1.76 x 10 8, dapat dihitung massa
electron sebagai, m = 9.109 x 10–31 kg
TEORI ATOM THOMSON
Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataannya
partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom itu netral.
Bagaimana mungkin atom itu bersifat netral dan mempunyai massa, jika hanya ada elektron saja
dalam atom?
Keberadaan partikel bermuatan positif yang dikandung oleh atom diisyaratkan oleh Eugen
Goldstein (1850-1930) pada tahun 1886. Dengan ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin
yakin bahwa dalam atom pasti ada partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan negatif
dari elektron. Selain itu, jika seandainya partikel penyusun atom hanya elektron-elektron, maka
jumlah massa elektron terlalu kecil dibandingkan terhadap massa sebutir atom.
Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang
diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.
Selanjutnya, dan gas yang berada di belakang lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa
tersebut menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada
lempeng katode. Sinar ini disebut sinar anode atau sinar positif. Sifat sinar anode, antara lain :
Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anode,
terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang pada katode. Setelah
berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogen lah yang menghasilkan sinar muatan
positif yang paling kecil baik massa maupun muatannya, sehingga partikel ini disebut dengan
proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1. [1]
Keberadaan partikel penyusun atom yang bermuatan positif itu semakin terbukti ketika Ernest
Rutherford (1871-1937), orang Selandia Baru yang pindah ke Inggris, pada tahun 1906, bersama
dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan
untuk mengetahui kedudukan partikel-partikel di dalam atom. Percobaan mereka dikenal dengan
hamburan sinar alfa terhadap lempeng tipis emas. Mereka berhasil menghitung bahwa massa
partikel bermuatan positif itu kira-kira 1.837 kali massa elektron. Kini kita menamai partikel itu
proton, nama yang baru dipakai mulai tahun 1919. [2]
1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa (α) diteruskan. Berarti,
sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong.
2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel α yang mendekati inti atom. Hal tersebut
disebabkan keduanya bermuatan positif.
3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel α yang tepat menabrak inti atom.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan
model atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan
bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam
inti sama dengan jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.
Rutherford juga menduga bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi untuk
mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling menolak. Dari percobaan tersebut, Rutherford
dapat memperkirakan jari-jari atom kira-kira 10–8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10–13 cm.
TEORI ATOM RUTHERFORD
Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan
lempeng tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar
alfa yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/menembus lempeng sehingga
muncullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden
(1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895)
dan penemuan zat radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut.
Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti
atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, seperti halnya
planet-planet mengelilingi matahari, sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak
seimbang dengan massa proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapat diprediksi bahwa ada
partikel lain dalam inti atom.
Setelah para ilmuwan mempercayai adanya elektron dan proton dalam atom, maka timbul
masalah baru, yaitu jika hampir semua massa atom terhimpun pada inti (sebab massa elektron
sangat kecil dan dapat diabaikan), ternyata jumlah proton dalam inti belum mencukupi untuk
sesuai dengan massa atom. Jadi, dalam inti pasti ada partikel lain yang menemani proton-proton.
Prediksi dari Rutherford memacu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel alfa pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya
tembus tinggi. Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang
menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak bermuatan dan
massanya hampir sama dengan proton. Massa sebutir neutron adalah 1,675 × 10–24 gram. Partikel
ini disebut neutron dan dilambangkan dengan 10n .
Gambar Eksperimen Chadwick
Dengan penemuan neutron ini, struktur atom menjadi semakin jelas. Atom tersusun dari inti
atom yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Inti atom sendiri terdiri dari proton
yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan. Kedua partikel penyusun inti atom ini
disebut juga nukleon. Oleh karena atom bersifat netral, maka jumlah proton yang bermuatan
positif harus sama dengan jumlah elektron yang bermuatan negatif.
Para ilmuwa menemukan adanya hubungan antara jumlah partikel subatomik dari atom unsur
dengan karakteristik unsur yang dinyatakan dengan nomor atom dan nomor massa.
Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom harus sama dengan
jumlah muatan negatif (elektron). Jadi, nomor dari atom = jumlah proton = jumlah elektron.
Z = ne = np
n = jumlah
2. Nomor Massa
Berdasarkan percobaan tetes minyak Millikan ditemukan bahwa massa elektron = 9,109 x 10 –
28
gram. Jika 1 satuan massa atom atau satu sma = massa 1 atom hidrogen = 1,6603 x 10 –24 gram,
maka:
Tabel Massa dan muatan partikel proton, neutron, dan elektron.
Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, hubungan ketiganya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Isotop adalah unsur-unsur sejenis yang memiliki nomor atom sama, tetapi memiliki massa atom
berbeda atau unsur-unsur sejenis yang memiliki jumlah proton sama, tetapi jumlah neutron
berbeda. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:
2. Isobar
Isobar adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi
mempunyai nomor massa yang sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:
3. Isoton
Isoton adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi
mempunyai jumlah neutron sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:
PERCOBAAN BOHR
Model atom Bohr dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum atom hidrogen. Akan tetapi,
model ini mempunyai kelemahan, antara lain:
1. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum atom hidrogen secara akurat, tetapi gagal
menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
2. Asumsi bahwa elektron mengelilingi inti dalam orbit melingkar tidak sepenuhnya benar karena
orbit yang berbentuk elips dimungkinkan.
3. Model atom Bohr tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus dalam spektrum hidrogen
(efek Zeeman). Hal ini karena Bohr mengganggap elektron sebagai partikel.
KONFIGURASI ELEKTRON DAN ELEKTRON VALENSI
1. Konfigurasi Elektron
merupakan susunan elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap kulit atom
dapat terisi elektron maksimum dengan rumus:
∑ 2(n2)
∑ = jumlah maksimum elektron pada suatu kulit
n = nomor kulit
Gambar Jumlah elektron maksimum tiap kulit dalam atom
1. Pengisian dimulai dari tingkat energi paling rendah ketingkat energi paling tinggi dari kulit K,
L,M dan seterusnya
2. Jika jumlah elektron yang tersisa ≤ 8 di tempatkan pada kulit berikutnya
3. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8
Contoh soal :
Tulislah konfigurasi elektron dari:
Jumlah elektron = 8
Konfigurasi elektron K= 2 L= 6
Jumlah elektron = 18
Konfigurasi elektron K= 2 L= 8 M= 8
Jumlah elektron = 38
Konfigurasi elektron K= 2 L=8 M= 18 N=8 O=2
2. Elektron Valensi
Elektron valensi merupakan jumlah elektron pada kulit terluar suatu atom netral. Cara
menentukan elektron valensi adalah dengan menuliskan konfigurasi elektron.
Contoh soal:
Jawab:
Elektron valensi =2
Nomor atom = 35
Konfigurasi elektron K=2 L=8 M=18 N=7
Elektron valensi =7
(https://refdadeliza.wordpress.com/kimia-sma-kelas-x/semester-1/struktur-atom/)