Anda di halaman 1dari 50

Globalisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Globalisasi

 Budaya
 Demokratis
 Ekonomi
 Historis

 Garis besar
 Istilah
 Portal
 Studi

 Commons
 Kategori

 l
 b
 s

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.[1][2] Kemajuan infrastruktur
transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan
faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan
(interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.[3]

Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern, beberapa pakar
lainnya melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran
ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada milenium ketiga
sebelum Masehi.[4][5] Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi
dan budaya dunia berlangsung sangat cepat.

Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering
lagi sejak pertengahan 1990-an.[6] Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF)
mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan
modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan.[7]
Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara
lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya dengan
globalisasi.[8] Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja,
ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.

Daftar isi
 1 Pengenalan
o 1.1 Etimologi dan penggunaan
 2 Pengertian
 3 Sejarah
o 3.1 Kuno
o 3.2 Modern Awal
o 3.3 Modern
 4 Teori
 5 Aspek
o 5.1 Organisasi bisnis global
 5.1.1 Perdagangan internasional
 5.1.2 Surga pajak
 5.1.3 Pariwisata internasional
 5.1.4 Olahraga internasional
 5.1.5 Perdagangan internasional ilegal
o 5.2 Globalisasi ekonomi
 5.2.1 Sistem keuangan global
 5.2.2 Pelarian modal
 5.2.3 Ukuran globalisasi
o 5.3 Globalisasi sosial-budaya
 5.3.1 Budaya
 5.3.2 Politik
 5.3.3 Internet
 5.3.4 Pertumbuhan penduduk
 5.3.5 Kesehatan
o 5.4 Lingkungan alam global
o 5.5 Tenaga kerja global
 5.5.1 Perpindahan internasional
 6 Dukungan dan tentangan
o 6.1 Pendukung
 6.1.1 Liberalisme ekonomi dan perdagangan bebas
 6.1.2 Demokrasi global
 6.1.3 Kerja sama internasional
 6.1.4 Kewarganegaraan global
o 6.2 Kritik
 6.2.1 Gerakan anti-globalisasi
 6.2.2 Penolakan integrasi pasar modal
 6.2.3 Keadilan dan kesenjangan global
 6.2.4 Anti-konsumerisme
 6.2.5 Anti-pemerintahan global
 6.2.6 Penolakan pencinta lingkungan
 7 Jurnal utama
 8 Lihat pula
 9 Referensi
 10 Bacaan lanjutan
 11 Pranala luar

Pengenalan

Rentang Jalur Sutra dan rute perdagangan rempah milik Kesultanan Utsmaniyah pada masa
penjelajahan tahun 1453

Manusia telah berinteraksi dalam kisaran jarak jauh selama ribuan tahun. Sebagai contohnya
adalah Jalur Sutra darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa dan menyebabkan
banyak perubahan pada peradaban bangsa-bangsa di "Dunia Lama". Pemikiran, agama,
bahasa, kesenian, dan aspek budaya lainnya menyebar dan bercampur ketika negara-negara
bertukar barang dan ide.

Perpindahan manusia, barang, dan ide secara global meluas pada abad-abad selanjutnya. Pada
abad ke-15 dan 16, bangsa Eropa membuat rintisan terpenting dalam penjelajahan samudra,
salah satunya adalah pelayaran transatlantik ke "Dunia Baru" yang disebut Amerika. Pada
awal abad ke-19, perkembangan bentuk transportasi baru (seperti kapal uap dan rel kereta)
dan telekomunikasi yang menyusutkan ruang dan waktu memungkinan terjadinya interaksi
global dengan sangat cepat.[9] Pada abad ke-20, kendaraan darat, angkutan intermodal, dan
maskapai penerbangan membuat transportasi semakin cepat. Penemuan telekomunikasi
elektronik, seperti telepon genggam dan Internet, membuat miliaran orang bisa saling
terhubung dengan berbagai cara pada tahun 2010.
Peta kabel telegraf bawah laut milik Eastern Telegraph Company tahun 1901. Inilah contoh
globalisasi teknologi modern pada awal abad ke-20.

Awak pesawat pada era "Jet set" sekitar tahun 1960.

Etimologi dan penggunaan

Istilah globalisasi' diambil dari kata globalize yang mengacu pada kemunculan jaringan
sistem sosial dan ekonomi berskala internasional.[10] Istilah ini pertama kali digunakan
sebagai kata benda dalam sebuah tulisan berjudul Towards New Education; kata 'globalisasi'
di sini menunjukkan pandangan pengalaman manusia secara menyeluruh di bidang
pendidikan.[11] Istilah serupa, corporate giants (raksasa perusahaan), dicetuskan oleh Charles
Taze Russell pada tahun 1897[12] untuk menyebut perusahaan-perusahaan besar nasional pada
waktu itu. Tahun 1960-an, kedua istilah tadi mulai dijadikan sinonim oleh para ekonom dan
ilmuwan sosial lainnya. Ekonom Theodore Levitt diakui secara luas sebagai pencipta istilah
kata 'globalisasi' melalui artikelnya yang berjudul "Globalization of Markets". Artikel ini
terbit di Harvard Business Review edisi Mei–Juni 1983. Namun, kata 'globalisasi'
sebelumnya sudah banyak digunakan (setidaknya sejak 1944) dan dipakai oleh beberapa
pengamat sejak 1981.[13] Levitt bisa dianggap sebagai orang yang memopulerkan kata ini dan
memperkenalkannya ke kalangan pebisnis utama pada paruh akhir 1980-an. Sejak
dirumuskan, konsep globalisasi telah menginspirasi sejumlah definisi dan interpretasi, mulai
dari cakupan perdagangan dan imperium besar di Asia dan Samudra India pada abad ke-15
sampai seterusnya.[14][15] Karena konsep ini begitu rumit, banyak proyek penelitian, artikel,
dan diskusi yang tetap berfokus pada aspek tunggal globalisasi.[1]

Roland Robertson, dosen sosiologi Universitas Aberdeen, salah satu penulis pertama di
bidang globalisasi, mendefinisikan globalisasi pada tahun 1992 sebagai:

...pemadatan dunia dan pemerkayaan kesadaran dunia secara keseluruhan.[16]

Sosiolog Martin Albrow dan Elizabeth King mendefinisikan globalisasi sebagai:

...semua proses yang menyatukan penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang
tunggal.[2]

Di The Consequences of Modernity, Anthony Giddens memakai definisi berikut:

Globalisasi dapat diartikan sebagai intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan
tempat-tempat jauh sehingga peristiwa di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang
terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya.[17]

Di Global Transformations, David Held dan lainnya mendefinisikan globalisasi sebagai:

Meski dalam artian paling sederhananya globalisasi mengacu pada pelebaran, pendalaman,
dan pemercepatan interkoneksi global, definisi semacam itu perlu dijelaskan lebih jauh
lagi. ... Globalisasi dapat ditempatkan di dalam satu kontinuum bersama lokal, nasional, dan
regional. Di satu ujung kontinuum, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan ekonomi yang
berbasis lokal dan/atau nasional; di ujung lain, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan
ekonomi yang menguat pada skala interaksi regional dan global. Globalisasi dapat merujuk
pada proses perubahan ruang-waktu yang menopang transformasi susunan kehidupan
manusia dengan menghubungkan sekaligus memperluas aktivitas manusia melintasi wilayah
dan benua. Tanpa melihat kaitan keruangan seperti itu, istilah ini takkan bisa dirumuskan
secara jelas atau runtun. ... Definisi globalisasi yang tepat harus bisa mencakup elemen-
elemen berikut: jangkauan, intensitas, kecepatan, dan pengaruh.[18]

Dalam buku The Race to the Top: The Real Story of Globalization, jurnalis Swedia Thomas
Larsson menyatakan bahwa globalisasi adalah:

...proses penyusutan dunia sehingga jarak semakin pendek dan segala hal terasa semakin
dekat. Globalisasi mengacu pada semakin mudahnya interaksi antara seseorang di satu tempat
dengan orang lain di belahan dunia yang lain.[19]

Jurnalis Thomas L. Friedman memopulerkan kata "flat world" (dunia datar). Ia berpendapat
bahwa perdagangan global, outsourcing, rantai suplai, dan kekuatan politik telah mengubah
dunia lebih baik atau buruk secara permanen. Ia menegaskan bahwa globalisasi berlangsung
semakin cepat dan pengaruhnya terhadap organisasi dan praktik bisnis akan terus
berkembang.[20]
Ekonom Takis Fotopoulos mendefinisikan "globalisasi ekonomi" sebagai pembebasan dan
deregulasi pasar komoditas, modal, dan tenaga kerja yang berujung pada globalisasi
neoliberal masa kini. Ia memakai istilah "globalisasi politik" untuk menyebut kemunculan
kaum elit transnasional dan hilangnya negara bangsa. "Globalisasi budaya" digunakan untuk
menyebut homogenisasi budaya dunia. Istialh lainnya adalah "globalisasi ideologi",
"globalisasi teknologi", dan "globalisasi sosial".[21]

Manfred Steger, dosen studi global dan ketua riset di Global Cities Institute di RMIT
University, mengidentifikasi empat dimensi globalisasi empiris utama: ekonomi, politik,
budaya, dan ekologi, ditambah dimensi kelima (ideologi) yang melintasi empat dimensi
lainnya. Menurut Steger, dimensi ideologi dipenuhi oleh serangkaian norma, klaim,
kepercayaan, dan penjelasan tentang fenomena itu sendiri.[22]

Pada tahun 2000, International Monetary Fund (IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar
globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan
perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan.[7] Di sektor perdagangan dan
transaksi, negara-negara berkembang telah meningkatkan pangsa perdagangan dunianya dari
19 persen tahun 1971 menjadi 29 persen pada tahun 1999. Akan tetapi, ada perbedaan besar
di sejumlah kawasan. Misalnya, negara industri baru (NIE) di Asia berhasil, sedangkan
seluruh negara di Afrika gagal. Barang yang diekspor negara merupakan indikator
kesuksesan yang penting. Ekspor barang pabrikan meningkat dan didominasi oleh negara-
negara maju dan NIE. Ekspor komoditas seperti makanan dan bahan mentah biasanya berasal
dari negara-negara berkembang. Pangsa total ekspor komoditas menurun seiring waktu.

Dari sini, pergerakan modal dan investasi dapat dipandang sebagai aspek dasar globalisasi
yang lain. Arus modal swasta ke negara-negara berkembang naik sepanjang 1990-an,
menggantikan "bantuan" atau "bantuan pembangunan" yang berkurang setelah awal 1980-an.
Investasi langsung asing (FDI) menjadi kategori paling penting. Investasi portofolio dan
kredit bank meningkat namun semakin volatil dan akhirnya anjlok akibat krisis keuangan
akhir 1990-an. Antara 1965–90, jumlah tenaga kerja yang bermigrasi bertambah dua kali
lipat. Sebagian besar migrasi terjadi antara negara berkembang dna negara kurang maju
(LDC).[23]

Paul James, Direktur United Nations Global Compact Cities Programme, berpendapat bahwa
empat bentuk globalisasi yang berbeda juga bisa dibedakan sehingga melengkapi dan
melintasi semua dimensi globalisasi.[24] Menurut James, bentuk globalisasi dominan yang
tertua adalah globalisasi berwujud, yaitu perpindahan manusia. Bentuk dominan tertua kedua
adalah globalisasi lembaga, yaitu sirkulasi agen dari berbagai institusi, organisasi, dan badan,
termasuk agen-agen imperial. Bentuk ketiganya, globalisasi objek, merupakan pergerakan
komoditas dan objek tukar lainnya. Perpindahan ide, gambar, ilmu pengetahuan, dan
informasi di dunia disebut globalisasi tak berwujud, dan saat ini globalisasi tak berwujud
merupakan bentuk yang paling dominan. James berpendapat bahwa pengelompokkan
semacam ini memungkinkan kita memahami bahwa bentuk globalisasi yang paling berwujud
seperti perpindahan pengungsi dan migran justru semakin dibatasi, sedangkan bentuk yang
paling tak berwujud seperti sirkulasi instrumen keuangan semakin tidak dibatasi.[25]

Pengertian
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi
oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk
yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan
globalisasi:

 Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan


internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan
identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
 Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar
negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
 Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal
material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat
menjadi pengalaman seluruh dunia.
 Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan
semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
 Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan
keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih
mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global
memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.[26]

Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah globalisasi
Lihat pula: Garis waktu perdagangan global

Ada penyebab jauh dan dekat yang dapat ditemukan pada faktor-faktor sejarah yang
memengaruhi globalisasi. Globalisasi berskala besar dimulai pada abad ke-19.[9]

Kuno
Peta animasi yang menunjukkan perkembangan imperium kolonial sejak 1492 sampai
sekarang.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi kuno

Globalisasi kuno dipandang sebagai suatu fase dalam sejarah globalisasi yang mengacu pada
peristiwa dan perkembangan globalisasi sejak masa peradaban terawal sampai kira-kira tahun
1600-an. Istilah ini dipakai untuk menyebut hubungan antara masyarakat dan negara dan cara
keduanya dibentuk oleh persebaran ide dan norma sosial baik di tingkat lokal maupun
regional.[27]

Dalam skema ini, ada tiga penyebab yang dipaparkan sebagai pemicu globalisasi. Penyebab
pertama adalah pemikiran Timur yang berarti bahwa negara-negara Barat telah mengadaptasi
dan menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari dari Timur.[27] Tanpa ide tradisional dari
Timur, globalisasi Barat tidak akan terjadi sebagaimana mestinya. Penyebab kedua adalah
jarak; interaksi antarnegara belum berskala global dan masih berada di seputaran Asia, Afrika
Utara, Timur Tengah, dan sebagian Eropa.[27] Pada globalisasi awal, negara masih sulit
berinteraksi dengan negara lain yang letaknya jauh. Kemajuan teknologi kemudian
memungkinkan negara mengetahui keberadaan negara lain yang letaknya jauh, dan fase
globalisasi yang baru pun terjadi. Penyebab ketiga adalah saling ketergantungan, kestabilan,
dan regularitas. Jika suatu negara tidak bergantung dengan negara lain, tidak ada cara lain
bagi negara tersebut untuk memengaruhi dan dipengaruhi oleh negara lain. Inilah salah satu
penggerak utama di balik hubungan dan perdagangan global. Tanpa keduanya, globalisasi
tidak akan berjalan seperti yang sudah-sudah dan negara akan tetap bergantung pada produksi
dan sumber dayanya sendiri supaya bisa terus berdiri. Sejumlah pakar berpendapat bahwa
globalisasi kuno tidak berjalan seperti globalisasi modern karena negara-negara waktu itu
tidak saling bergantung seperti sekarang.[27]

Ada pula sifat multipolar dalam globalisasi kuno yang melibatkan partisipasi aktif bangsa
non-Eropa. Karena globalisasi kuno sudah ada sebelum Pembelahan Besar abad ke-19, masa
ketika Eropa Barat memiliki produksi industri dan hasil ekonomi yang lebih maju ketimbang
kawasan lain di dunia, globalisasi kuno menjadi fenomena yang tidak hanya digerakkan oleh
Eropa tetapi juga oleh wilayah Dunia Lama yang ekonominya sudah maju seperti Gujarat,
Bengal, pesisir Tiongkok, dan Jepang.[28]
Karak Portugal di Nagasaki, seni Nanban Jepang abad ke-17

Ekonom dan sosiolog historis Jerman Andre Gunder Frank berpendapat bahwa globalisasi
diawali oleh munculnya hubungan dagang antara Sumer dan Peradaban Lembah Indus pada
milenium ketiga SM. Globalisasi kuno ini terjadi pada Zaman Helenistik, zaman ketika pusat-
pusat kota komersial membentuk poros budaya Yunani yang merentang dari India sampai
Spanyol, termasuk Alexandria dan kota-kota era Alexander lainnya. Sejak itu, posisi
geografis Yunani dan impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan perdagangan lewat
laut. Perdagangan di Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya mengendalikan
suplai gandum.[4]

Tanaman asli Dunia Baru yang tersebar ke seluruh dunia: Jagung, tomat, kentang, vanila,
karet, kakao, tembakau

Modern Awal

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proto-globalisasi

Globalisasi modern awal atau proto-globalisasi mencakup periode sejarah globalisasi antara
1600 dan 1800. Konsep proto-globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh sejarawan A. G.
Hopkins dan Christopher Bayly. Istilah ini berarti fase peningkatan hubungan dagang dan
pertukaran budaya yang menjadi ciri khas periode sebelum munculnya globalisasi modern
pada akhir abad ke-19.[29] Fase globalisasi ini dicirikan oleh bangkitnya imperium maritim
Eropa pada abad ke-16 dan 17. Imperium pertama yang muncul adalah Portugal dan Spanyol,
kemudian muncullah Belanda dan Britania. Pada abad ke-17, perdagangan dunia berkembang
lebih jauh ketika perusahaan kerajaan (chartered company) seperti British East India
Company (didirikan tahun 1600) dan Vereenigde Oostindische Compagnie (didirikan tahun
1602, sering dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama yang membuka sahamnya)
didirikan.[30]
Globalisasi modern awal berbeda dengan globalisasi modern dalam hal tujuan
ekspansionisme, cara mengelola perdagangan global, dan tingkat pertukaran informasi.
Periode ini ditandai oleh banyaknya perjanjian dagang seperti yang dilakukan East India
Company, peralihan hegemoni ke Eropa Barat, terjadinya konflik berskala besar antara
negara besar seperti Perang Tiga Puluh Tahun, dan munculnya komoditas baru seperti
perdagangan budak. Perdagangan Segitiga memungkinan Eropa mendapatkan keuntungan
dari sumber-sumber daya di dunia barata. Perpindahan hewan, tanaman, dan wabah penyakit
yang dikaitkan dengan konsep Pertukaran Columbus oleh Alfred Crosby juga memainakn
peran penting dalam proses ini. Perdagangan dan komunikasi modern awal melibatkan
banyak kelompok masyarakat, termasuk pedagang Eropa, Muslim, India, Asia Tenggara, dan
Tiongkok, terutama di kawasan Samudra Hindia.

Britania Raya pada abad ke-19 menjadi kekuatan super ekonomi pertama di dunia berkat
teknologi pabriknya yang superior dan sistem transportasi global yang maju seperti kapal uap
dan rel kereta api.

Modern

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah globalisasi

Sepanjang abad ke-19, globalisasi mulai mendekati bentuknya yang modern akibat revolusi
industri. Industrialisasi memungkinkan standardisasi produksi barang-barang rumah tangga
menggunakan ekonomi skala, sedangkan pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan
permintaan barang yang stabil. Pada abad ke-19, kapal uap sangat menghemat biaya
transportasi internasional dan rel kereta menjadikan transportasi darat lebih murah. Revolusi
transportasi terjadi antara 1820 dan 1850.[9] Jumlah negara yang ikut dalam perdagangan
internasional semakin banyak.[9] Globalisasi pada masa ini sangat dipengaruhi oleh
imperialisme abad ke-19 seperti yang terjadi di Afrika dan Asia. Penemuan kontainer kapal
tahun 1956 turut memajukan globalisasi perdagangan.[31][32]

Setelah Perang Dunia Kedua, para politikus berhasil mewujudkan konferensi Bretton Woods,
perjanjian yang disepakati negara-negara besar untuk menyusun kebijakan moneter
internasional, perdagangan dan keuangan, dan pembentukan sejumlah lembaga internasional
yang bertujuan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, pembebasan perdagangan secara
bertahap, dan penyederhanaan dan pengurangan batasan perdagangan. Awalnya, General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) mengeluarkan beberapa perjanjian untuk
menghapus batasan perdagangan. GATT kemudian digantikan oleh Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO) untuk mengelola sistem perdagangan. Ekspor nyaris berlipat dari 8,5% total
produk bruto dunia tahun 1970 menjadi 16,2% tahun 2001.[33] Pemanfaatan perjanjian global
untuk memajukan perdagangan terhambat oleh gagalnya putaran negosiasi Doha. Banyak
negara yang beralih ke perjanjian bilateral atau perjanjian multilateral yang lebih kecil,
misalnya Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Serikat–Korea Selatan 2011.

Sejak 1970-an, penerbangan semakin terjangkau bagi kelas menengah di negara-negara


berkembang Kebijakan langit terbuka dan maskapai bertarif rendah ikut mendorong
persaingan pasar. Pada tahun 1990-an, pertumbuhan jaringan komunikasi bertarif rendah
memangkas biaya komunikasi antarnegara. Banyak hal yang bisa dilakukan melalui
komputer tanpa memedulikan lokasinya seperti akuntansi, pengembangan perangkat lunak,
dan desain rekayasa.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan kebudayaan dunia
tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ini melambat sejak 1910-an sampai seterusnya akibat
Perang Dunia dan Perang Dingin,[34] tetapi berhasil melaju lagi sejak kebijakan neoliberal
dirintis tahun 1980-an dan perestroika serta reformasi ekonomi Tiongkok Deng Xiaoping
membawa paham kapitalisme barat ke Blok Timur lama.[35] Pada awal 2000-an, sebagian
besar negara maju mengalami Resesi Besar,[36] sehingga memperlambat proses globalisasi
untuk sementara.[37][38][39]

Perdagangan dan globalisasi telah berevolusi jauh pada masa kini. Masyarakat yang
terglobalisasi memiliki serangkaian pendorong dan faktor yang terus mendekatkan manusia,
kebudayaan, pasar, kepercayaan, dan aktivitasnya.[40]

Teori
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga
posisi teoretis yang dapat dilihat, yaitu:

 Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa
kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis
tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.

 Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan


semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan
masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
 Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena
negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat
(terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan
konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan.
Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang
globalisasi (antiglobalisasi).

 Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka


berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada,
terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini
hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan
kapital.
 Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis.
Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal
keberadaan konsep ini. Posisi teoretis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya
dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni
melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung".
Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif
atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

Aspek

Indeks Ketersaingan Global (2008–2009): ketersaingan (competitiveness) adalah hal utama


yang menentukan kesejahteraan negara-bangsa di lingkungan internasional

Organisasi bisnis global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bisnis internasional

Seiring kemajuan transportasi dan komunikasi, bisnis internasional tumbuh pesat setelah awal
abad ke-20. Bisnis internasional mencakup semua transaksi komersial (swasta, penjualan,
investasi, logistik, dan transportasi) yang terjadi antara dua wilayah, negara, dan bangsa atau
lebih di luar batas politiknya. Diversifikasi internasional ini disesuaikan dengan kinerja dan
inovasi, namun biasanya kinerja meningkat dan inovasi menurun.[41] Biasanya perusahaan-
perusahaan swasta melakukan transaksi untuk mendapatkan laba.[42] Transaksi bisnis
semacam ini melibatkan sumber daya ekonomi seperti modal, sumber daya alam, dan sumber
daya manusia untuk produksi barang fisik dan jasa internasional seperti keuangan, perbankan,
asuransi, konstruksi, dan aktivitas produksi lainnya.[43]

Kerja sama bisnis internasional membuahkan perusahaan multinasional, yaitu perusahaan


yang memiliki pendekatan global terhadap pasar dan produksi atau perusahaan yang
beroperasi di lebih dari satu negara. Sebuah perusahaan multinasional bisa juga disebut
perusahaan transnasional. Perusahaan multinasional terkenal mencakup perusahaan makanan
cepat saji seperti McDonald's dan Yum Brands, produsen kendaraan seperti General Motors,
Ford Motor Company, dan Toyota, produsen elektronika konsumen seperti Samsung, LG,
dan Sony, dan perusahaan energi seperti ExxonMobil, Shell, dan BP. Sebagian besar
perusahaan besar beroperasi di beberapa pasar nasional.

Perusahaan atau bisnis umumnya berpendapat bahwa kelangsungan di pasar global yang baru
mengharuskan mereka untuk mencari barang, jasa, tenaga kerja, dan material dari luar negeri
supaya produk dan teknologinya bisa terus diperbarui agar dapat bertahan di tengah-tengah
persaingan yang memanas.[44] Menurut laporan terkini dari McKinsey Global Institute, arus
barang, jasa, dan keuangan mencapai $26 triliun pada tahun 2012 atau 36 persen dari PDB
global. Jumlah tersebut 1,5 kali lebih banyak ketimbang tahun 1990.[45]

Perdagangan internasional

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perdagangan internasional

Singapura, negara teratas di Enabling Trade Index, menerima globalisasi dan menjadi negara
yang sangat maju

Perdagangan internasional adalah pertukaran modal, barang, dan jasa melintasi perbatasan
atau wilayah internasional.[46] Di kebanyakan negara, perdagangan internasional menduduki
pangsa besar dalam produk domestik bruto (PDB). Industrialisasi, transportasi maju,
perusahaan multinasional, offshoring, dan outsourcing sama-sama memberi dampak besar
terhadap perdagangan global. Pertumbuhan perdagangan internasional adalah komponen
dasar dari globalisasi.

Keuntungan perdagangan absolut muncul ketika negara-negara dapat memproduksi suatu


komoditas dengan biaya lebih rendah per unit ketimbang mitra dagangnya. Dengan logika
yang sama, negara tersebut harus mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut.[47]
Meski ada kemungkinan untung dagang dari keuntungan absolut, keuntungan komparatif,
yaitu kemampuan menawarkan barang dan jasa dengan biaya marjinal dan biaya kesempatan
yang lebih rendah, memperluas batas kemungkinan pertukaran yang sama-sama
menguntungkan. Di lingkungan bisnis yang terglobalisasi, perusahaan berpikir bahwa
keuntungan komparatif yang ditawarkan perdagangan internasional merupakan hal yang
penting agar bisa terus bersaing.

Perjanjian dagang, blok ekonomi, dan zona perdagangan khusus


Produk domestik bruto per kapita dalam dolar AS tahun 2011 per kapita, disesuaikan dengan
inflasi dan paritas kemampuan beli (skala log) dari tahun 1860 sampai 2011. Lingkaran
populasi: Amerika Serikat (kuning), Britania Raya (oranye), Jepang (merah), Tiongkok
(merah), dan India (biru).[48]

Penetapan kawasan perdagangan bebas menjadi sesuatu yang harus dilakukan pemerintahan
era modern untuk melakukan perjanjian dagang dengan entitas asing dan multinasional.[49]

Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zone; SEZ) adalah kawasan geografis hukum
ekonomi dan hukum lainnya lebih condong ke pasar bebas daripada hukum nasional negara
tersebut. Hukum nasional bisa ditangguhkan di dalam zona khusus ini. Kategori SEZ
mencakup berbagai macam zona, termasuk Zona Perdagangan Bebas (FTZ), Zona
Pemrosesan Ekspor (EPZ), Zona Bebas (FZ), kawasan industri (IE), pelabuhan bebas, Zona
Perusahaan Kota, dan lain-lain. Biasanya, tujuan zona ini adalah meningkatkan investasi
langsung asing oleh investor asing, terutama bisnis internasional atau perusahaan
multinasional (MNC). Zona ini adalah wilayah khusus yang pajak perusahaannya sangat
rendah atau bahkan ditiadakan sama sekali untuk mendorong aktivitas ekonomi. Pelabuhan
bebas sejak dulu memiliki peraturan cukai yang menguntungkan, misalnya pelabuhan bebas
Trieste. Seringkali pelabuhan bebas ini merupakan bagian dari zona ekonomi bebas.

FTZ adalah tempat barang didatangkan, ditangani, diproduksi atau disesuaikan, dan diekspor
kembali tanpa campur tangan otoritas bea cukai. Ketika barang sudah pindah ke tangan
konsumen di dalam negara di luar FTZ, barulah barang tersebut tunduk pada peraturan cukai
yang ada. Zona perdagangan bebas ditetapkan di sekitar pelabuhan besar, bandara
internasional, dan perbatasan nasional, tempat-tempat dengan keuntungan dagang secara
geografis.[50] It is a region where a group of countries has agreed to reduce or eliminate trade
barriers.[51]
Papan iklan di Jakarta yang menyambut delegasi KTT ASEAN 2011.

Kawasan perdagangan bebas adalah blok dagang yang negara-negara anggotanya telah
menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang menghapus tarif, kuota impor, dan
preferensi pada sebagian besar (jika tidak semua) barang dan jasa yang diperdagangkan
antarnegara. Jika penduduknya bebas berpindah antarnegara, selain kawasan perdagangan
bebas, kawasan ini juga bisa dianggap sebagai perbatasan terbuka. Uni Eropa, yang
beranggotakan 27 negara, menyediakan kawasan perdagangan bebas dan perbatasan terbuka.

Zona Industri Khusus (Qualified Industrial Zone; QIZ) adalah kawasan industri yang
menaungi operasi pabrik di Yordania dan Mesir. QIZ adalah zona perdagangan bebas khusus
yang didirikan bekerja sama dengan Israel untuk memanfaatkan perjanjian perdagangan
bebas antara Amerika Serikat dan israel. Di bawah perjanjian dagang dengan Yordania
seperti yang ditetapkan Amerika Serikat, barang-barang yang diproduksi di QIZ bisa
langsung masuk ke pasar AS tanpa tarif datau kuota impor jika memenuhi syarat tertentu.
Untuk mendapat status tersebut, barang yang dihasilkan di zona ini harus mengandung sedikit
sumbangan atau input dari Israel. Selain itu, nilai minimum sebesar 35% harus ditambahkan
ke produk akhirnya. QIZ adalah ide pebisnis Yordania Omar Salah, dan QIZ pertama
ditetapkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1997.

Asia Pasifik disebut-sebut sebagai "kawasan dagang paling terintegrasi di muka Bumi"
karena perdagangan intraregionalnya mencakup sekitar 50-60% dari total impor dan ekspor
Asia Pasifik.[52] Asia Pasifik juga memiliki perdagangan ekstraregional. Ekspor barang
konsumen seperti televisi, radio, sepeda, dan tekstil ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang
turut mendorong ekspansi ekonomi.[53]

Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN[54] adalah perjanjian blok dagang Perhimpunan


Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang mendukung produsen lokal di semua negara
ASEAN. Perjanjian AFTA ditandatangani pada 28 Januari 1992 di Singapura. Ketika
perjanjian AFTA ditandatangani, ASEAN masih beranggotakan enam negara, yaitu Brunei,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Vietnam bergabung tahun 1995, Laos
dan Myanmar tahun 1997 dan Kamboja tahun 1999.

Surga pajak

Aset Jerman di surga pajak jika dibandingkan dengan total PDB Jerman.[55] "7 Besar"-nya
adalah Hong Kong, Irlandia, Lebanon, Liberia, Panama, Singapura, dan Swiss.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Surga pajak

Surga pajak adalah negara atau daerah yang menurunkan pajak atau bahkan meniadakannya
sama sekali. Daerah seperti ini dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk upaya penghindaran
pajak dan pengelakan pajak.[56] Pihak perorangan maupun perusahaan menganggap surga
pajak cocok untuk mendirikan anak perusahaan terselubung atau pindah ke wilayah yang
nilai pajaknya rendah atau tidak ada sama sekali. Keberadaan surga pajak menciptakan situasi
persaingan pajak di kalangan pemerintahan. Beberapa yurisdiksi sengaja menjadikan
wilayahnya surga bagi kategori pajak tertentu dan kategori penduduk dan perusahaan
tertentu.[57] Negara yang berdaulat atau memiliki pemerintahan sendiri di bawah hukum
internasional secara teori memiliki kekuasaan tak terbatas untuk menerapkan hukum pajak di
wilayahnya, kecuali dibatasi oleh perjanjian internasional sebelumnya. Fitur utama surga
pajak adalah hukum dan peraturannya dapat digunakan untuk menghindari atau mengelak
dari hukum atau peraturan yurisdiksi lain.[58] Dalam laporan pemanfaatan surga pajak oleh
perusahaan Amerika Serikat bulan Desember 2008,[59] U.S. Government Accountability
Office tidak mampu menetapkan definisi surga pajak yang pas, tetapi mencantumkan kriteria
tertentu yang menguatkan keberadaannya: pajak tidak ada atau sedikit; tidak adanya
pertukaran informasi pajak yang efektif dengan otoritas pajak asing; tidak adanya
transparansi daam pelaksanaan peraturan legislatif, hukum, atau administratif; tidak adanya
persyaratan untuk pendirian cabang; dan promosi diri sebagai pusat keuangan lepas pantai.

Laporan Tax Justice Network tahun 2012 memperkirakan bahwa antara US$21 triliun dan
$32 triliun dilindungi dari pajak di sejumlah surga pajak rahasia di dunia. Apabila kekayaan
sebanyak itu mendapat bunga 3% per tahunnya dan laba modalnya dipajaki sebesar 30%,
pendapatan pajak bisa mencapai $190 miliar sampai $280 miliar, lebih banyak dibandingkan
pelindung pajak manapun.[60] Jika aset lepas pantai rahasia ikut dihitung, beberapa negara
pengutang bisa dianggap sebagai negara kreditur.[61] Akan tetapi, direktur kebijakan pajak
Chartered Institute of Taxation mengaku skeptis dengan keakuratan jumlah tersebut.[62]
Daniel J. Mitchell dari Cato Institute mengatakan bahwa laporan tersebut, saat menghitung
pendapatan pajak yang hilang, berasumsi bahwa 100% uang yang disimpan di luar negeri
merupakan upaya pengelakan pajak.[63]

Surga pajak menuai kritik karena sering berakhir dengan menumpuknya uang kas yang
menganggur (idle cash)[64] yang mahal dan tidak efisien untuk repatriasi perusahaan.[65]
Keuntungan pelindung pajak menciptakan insiden pajak yang merugikan masyarakat miskin.
[66]
Banyak surga pajak yang dianggap memiliki koneksi dengan pelaku "penipuan, pencucian
uang, dan terorisme."[67] Walaupun banyak invetigasi penyalahgunaan surga pajak ilegal,
jumlah pelaku yang dipidanakan tidak banyak.[68][69] Pelobian terkait surga pajak dan harga
transfer juga dikritik.[70] Pandangan para akuntan terhadap kepantasan surga pajak telah
berubah,[71] begitu pula pandangan para nasabah perusahaan,[72] pemerintahan,[73][74] dan
politikus,[75][76] meskipun pemanfaatan surga pajak oleh perusahaan Fortune 500[77] dan
lainnya masih lazim.[78] Rencana reformasi yang berpusat pada firma akuntansi yang masuk
dalam Empat Besar terus didorong.[79] Beberapa pemerintahan tampaknya menggunakan
spyware komputer untuk mengungkap neraca keuangan sejumlah perusahaan.[80]

Pariwisata internasional

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pariwisata

Pariwisata adalah perjalanan untuk keperluan rekreasi, liburan, atau bisnis. Organisasi
Pariwisata Dunia mendefinisikan wisatawan sebagai orang-orang yang "bepergian ke dan
menetap di tempat-tempat selain lingkungan sekitar mereka selama tidak lebih dari satu tahun
untuk keperluan liburan, bisnis, dan lain-lain".[81] Ada bermacam bentuk pariwisata seperti
wisata pertanian, wisata kelahiran, wisata kuliner, wisata budaya, wisata lingkungan, wisata
ekstrem, wisata geografi, wisata sejarah, wisata LGBT, wisata medis, wisata laut, wisata
budaya pop, wisata agama, wisata kumuh, wisata perang, dan wisata kehidupan liar.

Globalisasi membuat pariwisata sebagai aktivitas liburan global yang populer. Organisasi
Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa saat ini juga ada sekitar 500.000 orang di dalam
pesawat terbang di seluruh dunia.[82]

Penerbangan modern memudahkan manusia bepergian jarak jauh.

Akibat resesi akhir 2000-an, permintaan perjalanan internasional turun drastis sejak paruh
akhir 2008 sampai akhir 2009. Setelah meningkat sebanyak 5% pada paruh pertama 2008,
pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional mulai menurun pada paruh akhir 2008 dan
persentase kenaikan untuk tahun itu turun menjadi 2%, berbeda dengan 7% pada tahun 2007.
[83]
Tren negatif ini semakin parah pada tahun 2009 karena merebaknya wabah virus influenza
H1N1 sehingga jumlah kedatangan wisatawan internasional turun 4,2% pada tahun 2009
menjadi 880 juta orang, dan pendapatan pariwisata internasional turun 5,7%.[84] Salah satu
pengecualian bagi perjalanan bebas adalah perjalanan dari Amerika Serikat ke Kanada dan
Meksiko yang memiliki perbatasan semi-terbuka. Berdasarkan hukum Amerika Serikat,
perjalanan ke negara-negara tersebut saat ini memerlukan paspor.[85]

Pada tahun 2010, jumlah uang yang berputar di bidang pariwisata internasional mencapai
US$919 miliar, naik 6,5% sejak 2009, berkat peningkatan nilai riil sebesar 4,7%.[86] Tahun
2010, terdapat 940 juta kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia.[87]
Olahraga internasional

Tim basket kursi roda di Paralimpiade Musim Panas 2008


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olimpiade dan Daftar kejuaraan dunia

Ajang olahraga internasional modern bisa menjadi peristiwa besar yang memengaruhi aspek
politik, ekonomi, dan budaya negara-negara di seluruh dunia. Dalam hal politik dan olahraga,
olahraga dapat memengaruhi negara, identitasnya, dan dunia.

Olimpiade kuno merupakan serangkaian kompetisi yang diadakan antara perwakilan


beberapa negara kota dan kerajaan dari Yunani Kuno. Kegiatan ini menampilkan
pertandingan atletik, pertarungan, dan balap kereta kuda. Saat Olimpiade berlangsung, semua
peperangan antara negara kota yang berpartisipasi ditunda sampai Olimpiade selesai.[88] Asal
usul Olimpiade dipenuhi misteri dan legenda.[89] Sepanjang abad ke-19, Olimpiade menjadi
kegiatan global yang populer.

Meski sejumlah ekonom skeptis dengan manfaat ekonomi penyelenggaraan Olimpiade


sambil menekankan bahwa "kegiatan mega" seperti ini memakan biaya besar,
penyelenggaraan Olimpiade (atau pencalonannya saja) dapat meningkatkan nilai ekspor
negara penyelenggara, karena negara penyelenggara atau kandidat memberi tanda-tanda
keterbukaan perdagangan saat mencalonkan diri sebagai penyelenggara Olimpiade.[90] Selain
itu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas
memberi efek positif yang kuat terhadap sumbangan filantropis perusahaan yang berkantor
pusat di kota penyelenggara sehingga menguntungkan sektor nirlaba lokal. Efek positif ini
mulai muncul pada tahun-tahun menjelang Olimpiade dan dapat bertahan beberapa tahun
sesudahnya, tetapi tidak permanen. Temuan ini memperlihatkan bahwa penyelenggaraan
Olimpiade mampu menciptakan kesempatan bagi pemerintah kota untuk memengaruhi
perusahaan setempat agar menguntungkan sektor nirlaba lokal dan masyarakat sipil.[91]
Olimpiade juga memberi efek negatif terhadap masyarakat di kota penyelenggara. Misalnya,
Centre on Housing Rights and Evictions melaporkan bahwa persiapan Olimpiade membuat
lebih dari dua juta orang terusir dari tempat tinggalnya selama dua dasawarsa terakhir dan
merugikan masyarakat miskin.[92]
Globalisasi terus meningkatkan persaingan internasional di bidang olahraga. Piala Dunia
FIFA merupakan pesta olahraga yang paling banyak ditonton di dunia. Sekitar 700 juta orang
menyaksikan pertandingan final Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan.[93]

Menurut peelitian A.T. Kearney tahun 2011 terhadap tim, liga, dan federasi olahraga, industri
olahraga global bernilai antara €350 miliar dan €450 miliar (US$480-$620 miliar).[94]
Semuanya mencakup konstruksi infrastruktur, perlengkapan olahraga, produk berlisensi, dan
pertandingan olahraga langsung.

Perdagangan internasional ilegal

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pasar gelap dan Kejahatan terorganisasi
transnasional

Pasar gelap tanduk badak membuat populasi badak dunia menyusut sebanyak lebih dari 90
persen selama 40 tahun terakhir.[95]

"Pasar gelap" dan kejahatan terorganisasi biasanya beroperasi di tataran transnasional dengan
total penjualan global senilai hampir US$2 triliun per tahun.[96]

Perdagangan obat-obatan

Pada tahun 2010, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaporkan bahwa
perdagangan obat-obatan terlarang global menghasilkan lebih dari US$320 miliar per tahun.
[97]
PBB memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 50 pengguna rutin heroin,
kokain, dan obat sintetis.[98] Perdagangan spesies terancam internasional menempati posisi
kedua di bawah perdagangan obat-obatan dalam "industri" penyelundupan.[99] Obat
tradisional Tiongkok biasanya membutuhkan bahan dari semua bagian tumbuhan, daun,
batang, bunga, akar, serta bahan dari hewan dan mineral. Penggunaan bagian tubuh spesies
terancam (seperti kuda laut, tanduk badak, tanduk antelope saiga, dan tulang dan cakar
harimau) menciptakan pasar gelap pemburu yang memburu hewan-hewan terlarang.[100][101]

Perdagangan dan penyelundupan manusia

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perdagangan manusia


Poster peringatan prostitusi dan perdagangan manusia di Korea Selatan untuk prajurit G.I.
yang diterbitkan United States Forces Korea.

Perdagangan manusia adalah aktivitas yang menjadikan manusia sebagai barang yang
diperdagangkan, biasanya untuk keperluan perbudakan seks, tenaga kerja paksa, atau
pengambilan organ atau jaringan tubuh,[102][103] termasuk pengganti kehamilan (surrogacy)
dan pengangkatan sel telur.[104] Perdagangan manusia adalah industri bernilai tinggi dan salah
satu industri dengan pertumbuhan tercepat yang nilainya mencapai US$32 miliar per tahun.
Sebagai perbandingan, semua perdagangan ilegal internasional pada tahun 2010 bernilai
sekitar US$650 miliar.[105] Perdagangan manusia merupakan masalah global yang muncul
akibat kesulitan ekonomi, budaya, hukum, dan kebijakan imigrasi.[106] Tahun 2004, total
pendapatan tahunan perdagangan manusia diperkirakan antara US$5 miliar dan $9 miliar.[107]
Tahun 2005, Patrick Belser dari ILO memperkirakan laba global tahunan dari perdagangan
manusia mencapai US$31,6 miliar.[108] Tahun 2008, Perserikatan Bangsa-Bangsa
memperkirakan hampir 2,5 juta orang dari 127 negara diperdagangkan ke 137 negara di
seluruh dunia.[109]

Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan manusia. Dalam penyelundupan


manusia, orang yang diselundupkan dengan sukarela meminta atau mempekerjakan
seseorang, biasa disebut penyelundup, untuk memindahkan mereka secara diam-diam dari
satu tempat ke tempat lain. Biasanya penyelundupan jenis ini melibatkan pemindahan dari
satu negara ke negara yang pernah menolak masuk pihak terselundup di perbatasan
internasional. Tidak ada penipuan saat perjanjian awal antara pihak penyelundup dan
terselundup. Setelah masuk ke negara tujuan dan tiba di tempat akhir, orang yang
diselundupkan biasanya bebas untuk mencari jalannya sendiri. Menurut International Centre
for Migration Policy Development (ICMPD), penyelundupan manusia adalah kejahatan
terhadap negara karena melanggar hukum imigrasi dan tidak menganggap pelanggaran hak-
hak migran yang diselundupkan sebagai tindak kejahatan. Perdagangan manusia adalah
kejahatan terhadap korbannya karena melanggar hak-hak korban melalui paksaan dan
eksploitasi.[110]

Globalisasi ekonomi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi ekonomi

Shanghai menjadi simbol ledakan ekonomi Tiongkok yang baru. Pada tahun 2011, Tiongkok
memiliki 960.000 jutawan.[111]

Globalisasi ekonomi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi negara-negara di


dunia berkat percepatan pergerakan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas perbatasan.[112]
Jika globalisasi bisnis terpusat pada penghapusan peraturan perdagangan internasional
semisal tarif, pajak, dan beban lainnya yang menghambat perdagangan global, globalisasi
ekonomi adalah proses peningkatan integrasi ekonomi antar negara yang berujung pada
munculnya pasar global dan pasar dunia tunggal.[113] Tergantung paradigmanya, globalisasi
ekonomi bisa dipandang sebagai fenomena positif atau negatif. Globalisasi ekonomi terdiri
dari globalisasi produksi, pasar, persaingan, teknologi, dan perusahaan dan industri.[112] Tren
globalisasi saat ini dapat dianggap hasil dari integrasi negara maju dengan negara yang
kurang maju melalui investasi langsung asing, pengurangan batasan perdagangan, reformasi
ekonomi, dan imigrasi.

Tahun 1944, 44 negara menghadiri Konferensi Bretton Woods untuk menstabilkan mata uang
dunia dan menetapkan kredit untuk perdagangan internasional pada era pasca Perang Dunia
II. Tatanan ekonomi internasional yang direncanakan oleh konferensi ini menjadi pemicu
tatanan ekonomi neoliberal yang digunakan hari ini. Konferensi ini juga menubuhkan
beberapa organisasi yang penting bagi terbentuknya ekonomi global dan sistem keuangan
global, seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, dan Organisasi Perdagangan Dunia.

Misalnya, reformasi ekonomi Tiongkok menghadapkan Tiongkok pada arus globalisasi tahun
1980-an. Para ahli menemukan bahwa Tiongkok berhasil mencapai tingkat keterbukaan yang
sulit ditemukan di negara-negara besar dan padat lainnya. Persaingan barang asing
menyentuh hampir semua sektor ekonomi Tiongkok. Investasi asing turut membantu
meningkatkan kualitas produk dan pengetahuan dan standar, terutama di bidang industri
berat. Pengalaman Tiongkok menguatkan klaim bahwa globalisasi ikut menambah kekayaan
negara miskin.[114] Pada 2005–2007, Pelabuhan Shanghai menyandang gelar pelabuhan
tersibuk di dunia.[115][116][117][118]

Contoh lainnya, liberalisasi ekonomi di India dan reformasi ekonominya dimulai pada tahun
1991. Per 2009, sekitar 300 juta orang, setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat,
telah keluar dari jeratan kemiskinan.[119] Di India, alihdaya proses bisnis disebut-sebut sebagai
"mesin pembangunan utama India sampai beberapa dasawarsa selanjutnya yang banyak
berkontribusi pada pertumbuhan PDB, penambahan lapangan pekerjaan, dan pemberantasan
kemiskinan".[120][121]
Merah: Laba perusahaan A.S. setelah dikurangi pajak. Biru: Investasi bisnis non-penduduk
A.S. Keduanya diwakili oleh pangsa PDB tahun 1989–2012. Konsentrasi kekayaan laba
perusahaan di surga pajak karena penghindaran pajak akibat penerapan kebijakan pengetatan
bisa menghambat investasi sehingga memperlambat laju pertumbuhan.[122]

Sistem keuangan global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem keuangan global

Pada awal abad ke-21, kerangka kerja perjanjian hukum, institusi, dan pelaku ekonomi
formal dan informal dunia bersama-sama membantu arus modal keuangan internasional
untuk keperluan investasi dan pendanaan perdagangan. Sistem keuangan global ini muncul
saat terjadinya gelombang globalisasi ekonomi modern pertama yang ditandai dengan
pendirian bank sentral, perjanjian multilateral, dan organisasi antarpemerintah yang bertujuan
memperbaiki transparansi, regulasi, dan keefektifan pasar internasional.[123] Ekonomi dunia
semakin terintegrasi secara finansial sepanjang abad ke-20 seiring terjadinya liberalisasi
modal dan deregulasi sektor keuangan di setiap negara. Setelah terekspos dengna arus modal
yang volatil, serangkaian krisis keuangan di Eropa, Asia, dan Amerika Latin turut
berpengaruh pada negara-negara lain. Pada awal abad ke-21, berbagai lembaga keuangan
tumbuh besar dengan jaringan aktivitas ekonomi yang lebih canggih dan terhubung. Ketika
Amerika Serikat mengalami krisis keuangan pada awal abad tersebut, krisis tersebut
merambat dengan cepat ke negara-negara lain. Krisis ini dikenal sebagai krisis keuangan
global dan diakui sebagai pemicu Resesi Besar di seluruh dunia.

Pengetatan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengetatan

Pemerintah kadang menjalankan kebijakan pengetatan atau austeritas untuk mengurangi


defisit anggaran saat ekonomi melesu. Kebijakan ini meliputi pemotongan belanja, kenaikan
pajak, atau campuran keduanya.[124][125][126] Kebijakan pengetatan menunjukkan likuiditas
pemerintah terhadap krediturnya dan badan penilai kredit dengan cara menyetarakan
pendapatan fiskal dengan belanja.

Efek pengetatan dari segi ekonomi belum jelas karena definisinya yang luas dan tidak
spesifik, contoh eksperimen alamiahnya yang sedikit dari dulu, serta kemungkinan bercampur
dengan efek peristiwa lain yang cenderung mendahului pengetatan seperti resesi dan krisis
keuangan. Dalam makroekonomi, pengurangan belanja pemerintah akan meningkatkan
jumlah pengangguran. Hal ini pula meningkatkan belanja jaring pengaman dan mengurangi
pendapatan pajak sampai batas tertentu. Belanja pemerintah turut berkontribusi pada produk
domestik bruto (PDB) sehingga rasio utang-ke-PDB yang menandakan likuiditas bisa jadi
tidak segera membaik. Belanja defisit jangka pendek berkontribusi pada pertumbuhan PDB
saat konsumen dan bisnis tidak mau atau tidak mampu belanja.[127] Menurut teori kontraksi
fiskal ekspansioner (EFC), pengurangan belanja pemerintahan secara besar-besaran dapat
mengubah ekspektasi pajak dan belanja pemerintah masa depan sehingga mendorong
konsumsi swasta dan perluasan ekonomi secara menyeluruh.[128] Sejak 2011, Dana Moneter
Internasional mengeluarkan peringatan terhadap upaya pengetatan yang dijalankan tanpa
memperhatikan dasar-dasar ekonomi[129][130][131] dan banyak pengkritik yang mengatakan
bahwa upaya pengetatan seringkali salah diarahkan dan berbahaya bagi ekonomi negara saat
dijalankan.[132][133][134]

Pelarian modal

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pelarian modal dan Krisis likuiditas
Lihat pula: Sendatan mendadak (ekonomi), Ekspor pajak, Penghentian modal, dan Arus
keuangan ilegal

Pelarian modal terjadi ketika aset atau uang mengalir keluar dari suatu negara dengan cepat
karena negara tersebut baru menaikkan tingkat pajak, tarif, upah tenaga kerja, atau kondisi
keuangan lainnya yang dianggap merugikan seperti kemacetan utang pemeirntah yang
mengganggu para investor. Pelarian modal kadang mengakibatkan hilangnya kekayaan
dengan sangat cepat dan biasanya diiringi oleh turunnya nilai tukar negara yang terdampak
dengan tajam, lantas memicu depresiasi nilai tukar mata uang atau devaluasi paksa dengan
nilai tukar tetap. Peristiwa ini bisa sangat merugikan jika modalnya dimiliki oleh warga
negara terdampak, karena bukan hanya warganya yang dibebani oleh hilangnya kepercayaan
pada ekonomi dan devaluasi mata uangnya, tetapi juga aset mereka kehilangan banyak nilai
nominalnya. Ini pun mengakibatkan penurunan tajam daya beli aset negara tersebut dan
kenaikan harga barang impor.

Krisis ekonomi Argentina tahun 2001 mengakibatkan devaluasi mata uang dan pelarian
modal yang kemudian menurunkan jumlah impor.

Pelarian modal dapat menyebabkan krisis likuiditas di negara terdampak yang mengalami
arus modal keluar, negara yang mengalami kehilangan aset investor karena dilikuidasi, dan
negara yang terlibat di perdagangan internasional seperti perkapalan dan keuangan. Penelitian
tahun 2008 yang diterbitkan oleh Global Financial Integrity memperkirakan pelarian modal
atau arus keuangan ilegal dari negara berkembang mencapai "sekitar US$850 miliar sampai
$1 triliun per tahun."[135] Pelaku pasar yang membutuhkan uang tunai kesulitan mencari rekan
dagang potensial untuk dijadikan target penjualan asetnya. Ini bisa jadi merupakan
konsekuensi partisipasi pasar yang rendah atau pengurangan uang tunai oleh pelaku pasar
keuangan. Pemilik aset pun lantas terpaksa menjual aset-asetnya dengan harga di bawah
harga dasar jangka panjang. Para peminjam biasanya menghadapi biaya pinjaman yang lebih
tinggi dan persayratan kolateral, berbeda dengan masa-masa ketika likuiditas masih masuk
akal. Utang tanpa jaminan hampir sulit diperoleh. Saat terjadi krisis likuiditas, pasar
peminjaman antarbank tidak berjalan mulus.
Pelarian modal juga memengaruhi negara maju. Artikel tahun 2009 di The Times melaporkan
bahwa ratusan pemberi pinjaman dan pengusaha kaya belakangan ini keluar dari Britania
Raya karena pemerintahnya menaikkan pajak. Mereka pindah ke tempat-tempat yang
pajaknya rendah seperti Jersey, Guernsey, Pulau Man, dan Kepulauan Virgin Britania.[136]
Bulan Mei 2012, skala pelarian modal dari Yunani pasca pemilu legislatif "tanpa hasil"
diperkirakan mencapai €4 miliar per minggu.[137] Pada akhir bulan itu, Bank Sentral Spanyol
mengungkapkan bahwa arus modal senilai €97 miliar keluar dari ekonomi Spanyol pada
kuartal pertama 2012.[138]

Ukuran globalisasi

Indeks

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indeks Globalisasi

Pengukuran globalisasi ekonomi berfokus pada berbagai variabel seperti perdagangan,


Investasi Langsung Asing (FDI), investasi portofolio, dan pendapatan. Indeks-indeks baru
justru berusaha mengukur globalisasi dengan variabel yang lebih umum seperti aspek politik,
sosial, budaya, dan lingkungan.[139]

Salah satu indeks globalisasi adalah KOF Index. KOF Index mengukur tiga dimensi utama
globalisasi, yaitu ekonomi, sosial, dan politik.[140] Another is the A.T. Kearney / Foreign
Policy Magazine Globalization Index.[141]

Indeks Globalisasi
A.T. Kearney / Foreign Policy Magazine
Indeks Globalisasi KOF 2013
2006
Peringkat Negara
Peringkat Negara
1  Belgia
1  Singapura
2  Irlandia
2  Swiss
3  Belanda
4  Austria 3  Amerika Serikat
 
5  Singapura 4  Irlandia
6  Denmark 5  Denmark
7  Swedia 6  Kanada
8  Portugal 7  Belanda
9  Hongaria 8  Australia
9  Austria
10  Swiss
10  Swedia

Kebijakan perdagangan bebas

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Global Enabling Trade Report

Enabling Trade Index mengukur faktor, kebijakan, dan jasa yang membantu perdagangan
barang lintas perbatasan sampai kota tujuan. Indeks ini terdiri dari empat sub-indeks, yakni
akses pasar, kepengurusan perbatasan, sarana transportasi dan komunikasi, dan lingkungan
bisnis. 20 negara teratas dalam indeks versi tahun 2010 adalah:[142]
1.  Singapura - 6,06
2.  Hong Kong - 5,70
3.  Denmark - 5,41
4.  Swedia - 5,41
5.  Swiss - 5,37
6.  Selandia Baru - 5,33
7.  Norwegia - 5,32
8.  Kanada - 5,29
9.  Luksemburg - 5,28
10.  Belanda - 5,26
11.  Islandia - 5,26
12.  Finlandia - 5,25
13.  Jerman - 5,20
14.  Austria - 5,17
15.  Australia - 5,13
16.  Uni Emirat Arab - 5,12
17.  Britania Raya - 5,06
18.  Chili - 5,06
19.  Amerika Serikat - 5,03
20.  Prancis - 5,02

Globalisasi sosial-budaya

Shakira, penulis-pengarang multibahasa asal Kolombia, mengadakan konser di luar negara


asalnya.

Budaya

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi budaya

Globalisasi budaya telah meningkatkan kontak lintas budaya namun diiringi dengan
berkurangnya keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Misalnya, sushi dapat ditemukan
di Jerman dan Jepang, tetapi di sisi lain popularitas Euro-Disney melampaui popularitas kota
Paris sehingga bisa saja mengurangi permintaan roti Perancis yang autentik.[143][144][145]
Kontribusi globalisasi pada pengasingan seseorang dari tradisinya masih tergolong rendah
daripada dampak modernitas itu sendiri seperti yang dikatakan eksistensialis Jean-Paul Sartre
dan Albert Camus. Globalisasi telah memperluas kesempatan memperoleh rekreasi melalui
penyebaran budaya pop lewat Internet dan televisi satelit.

Agama adalah salah satu elemen budaya pertama yang mengglobal; ada yang disebarkan
melalui paksa, migrasi, evangelis, imperialis, dan pedagang. Kristen, Islam, Buddhisme, dan
sekte-sekte terbaru seperti Mormonisme sudah memengaruhi kebudayaan endemik di tempat-
tempat yang jauh dari tempat asalnya.[146]

McDonald's di Osaka, Jepang, mengilustrasikan McDonaldisasi masyarakat global

Conversi mengklaim pada tahun 2010 bahwa globalisasi lebih didorong oleh arus aktivitas
budaya dan ekonomi dari Amerika Serikat yang lebih dikenal sebagai Amerikanisasi[147][148]
atau Westernisasi. Misalnya, dua gerai makanan dan minuman global tersukses di dunia
adalah perusahaan asal Amerika Serikat, McDonald's dan Starbucks. Keduanya sering
dijadikan contoh globalisasi karena masing-masing memiliki lebih dari 32.000[149] dan 18.000
gerai di seluruh dunia per tahun 2008.[150]

Istilah globalisasi bermakna transformasi. Tradisi kebudayaan seperti musik tradisional bisa
saja lenyap atau berubah menjadi gabungan tradisi. Globalisasi mampu menciptakan keadaan
darurat demi melestarikan warisan musik. Para pengarsip berusaha mengoleksi, merekam,
atau menulis repertoar sebelum melodinya mengalami asimilasi atau penyesuaian. Musisi
lokal berjuang mendapatkan keautentikan dan melestarikan tradisi musik daerah. Globalisasi
dapat membuat para pementas atau seniman mengabaikan instrumen musik tradisional. Genre
gabungan yang baru bisa menjadi bahan penelitian yang menarik.[151]

Globalisasi mendorong fenomena Musik Dunia dengan mengizinkan musik yang direkam di
suatu tempat untuk mencapai pendengar di dunia Barat yang hendak mencari ide dan suara
baru. Contohnya, banyak musisi Barat yang telah mengadopsi inovasi yang berasal dari
kebudayaan lain.[152]

Istilah "Musik Dunia" awalnya ditujukan pada musik etnis. Sekarang, globalisasi memperluas
cakupan istilah ini hingga sub-genre hibrid seperti World fusion, Global fusion, Ethnic
fusion[153] and Worldbeat[154][155]
Gerai Coca-Cola di luar pusat perbelanjaan Grand Gateway 66 di Xujiahui, Shanghai

Musik juga tersebar keluar dari dunia Barat. Musik pop Anglo-Amerika menyebar ke seluruh
dunia melalui MTV. Teori dependensi menjelaskan bawha dunia adalah sistem internasional
yang terpadu. Dari sudut pandang musik, ini berarti kehilangan identitas musik daerah.[156]

Bourdieu mengatakan bahwa persepsi konsumsi bisa dipandang sebagai identifikasi diri dan
pembentukan identitas. Dari sisi musik, ini artinya setiap manusia memiliki identitas
musiknya sendiri berdasarkan kesukaan dan selera. Kesukaan dan selera ini sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan karena kebudayaan adalah fakto paling mendasar yang
membentuk keinginan dan perilaku seseorang. Konsep kebudayaan lokal sekarang berubah
akibat globalisasi. Selain itu, globalisasi turut meningkatkan interdependensi faktor pribadi,
politik, budaya, dan ekonomi.[157]

Laporan UNESCO tahun 2005[158] menunjukkan bahwa pertukaran budaya makin sering
terjadi dari kawasan Asia Timur, namun negara-negara Barat masih eksportir budaya
terbesar. Pada tahun 2002, Tiongkok merupakan eksportir budaya terbesar di dunia setelah
Britania Raya dan Amerika Serikat. Antara tahun 1994 dan 2002, pangsa ekspor budaya
Amerika Utara dan Uni Eropa menurun, sementara ekspor budaya Asia naik melampaui
Amerika Utara. Fakta lainnya yang terkait adalah populasi dan luas Asia lebih besar berkali-
kali lipat daripada Amerika Utara. Amerikanisasi berhubungan dengan masa-masa tingginya
pengaruh politik tinggi Amerika Serikat dan pertumbuhan toko, pasar, dan barang Amerika
Serikat yang diekspor ke negara lain.

Globalisasi, sebagia fenomena yang beragam, berkaitan dengan dunia politik multilateral
serta perkembangan pasar dan benda budaya antarnegara. Pengalaman yang dialami India
mengungkapkan jamaknya pengaruh globalisasi budaya.[159]

Multilingualisme dan lingua franca

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Multilingualisme, Lingua franca, dan Daftar lingua
franca

Penutur multibahasa melampaui jumlah penutur monobahasa di dunia.[160] Saat ini,


kebanyakan orang di dunia bisa menuturkan lebih dari satu bahasa.[161] Kontak bahasa terjadi
ketika dua bahasa/varietas atau lebih saling beinteraksi. Kontak bahasa terjadi dalam berbagai
fenomena, termasuk konvergensi bahasa, peminjaman kata, dan releksifikasi. Hasil kontak
yang paling lazim adalah pidgin, kreol, ganti kode, dan bahasa campuran.
Multilingualisme mencuat sebagai fenomena sosial yang diatur oleh kebutuhan globalisasi
dan keterbukaan budaya.[162] Berkat kemudahan akses informasi yang difasilitasi Internet,
umat manusia semakin sering terekspos dengan bahasa asing, lantas memicu perlunya
penguasaan beberapa bahasa.

Lingua franca adalah bahasa yang secara sistematis dipakai untuk berkomunikasi antar orang-
orang yang bahasa ibunya tidak sama, biasanya memakai bahasa ketiga yang berbeda dengan
bahasa ibu dua orang tersebut.[163] Saat ini, bahasa kedua yang paling populer adalah bahasa
Inggris. Sekitar 3,5 miliar orang lumayan paham dengan bahasa tersebut.[164] Bahasa Inggris
adalah bahasa yang paling dominan di Internet.[165] Sekitar 35% surat, teleks, dan kawat di
dunia ditulis dalam bahasa Inggris; sekitar 40% program radio dunia disiarkan dalam bahasa
Inggris.[166]

Meski penutur multibahasa sering dijumpai, jumlah bahasa yang dituturkan secara global
terus berkurang. 20 bahasa terbesar yang penuturnya lebih dari 50 juta orang dituturkan oleh
50% penduduk dunia, sedangkan sisanya dituturkan di daerah-daerah kecil. Kebanyakan
bahasa memiliki kurang dari 10.000 penutur.[167] Bahasa yang kurang tersebar ini sejak dulu
terlindungi oleh lokasi geografisnya yang tertutup. Sekarang, penutur bahasa daerah dan
minoritas makin sulit bersaing dengan penutur bahasa dominan sehinga bahasa-bahasa
tersebut dianggap bahasa terancam. Jumlah total bahasa di dunia tepatnya tidak diketahui dan
perkiraannya bermacam-macam tergantung faktornya. Perkiraan saat ini berada di antara
6.000 dan 7.000 bahasa[168] dan sekitar 50–90% di antaranya akan punah pada tahun 2100.[167]

Politik

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik global

Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City.

Secara umum, globalisasi pada akhirnya akan mengurangi keistimewaan negara bangsa.
Lembaga supranasional seperti Uni Eropa, WTO, G8, atau Mahkamah Internasional
menggantikan atau memperluas fungsi negara untuk memfasilitasi perjanjian internasional.
[169]
Sejumlah pengamat menyebut globalisasi sebagai penyebab turunnya kekuatan Amerika
Serikat, salah satunya akibat defisit perdagangan AS yang tinggi. Hal ini memicu
perpindahan kekuatan global ke negara-negara Asia seperti Tiongkok yang memiliki
kekuatan pasar dan berhasil meraih level pertumbuhan yang luar biasa. Per 2011, ekonomi
Tiongkok diperkirakan akan mengalahkan Amerika Serikat pada tahun 2025.[170]

Organisasi nonpemerintah terus memengaruhi kebijakan publik melintasi batas negara,


termasuk di bidang bantuan kemanusiaan dan pembangunan negara.[171] Organisasi amal
dengan misi global juga selangkah di depan di bidang kemanusiaan. Badan amal seperti Bill
and Melinda Gates Foundation, Accion International, Acumen Fund (sekarang Acumen), dan
Echoing Green menggabungkan model bisnis dengan filantropi yang kemudian melahirkan
organisasi bisnis seperti Global Philanthropy Group dan asosiasi filantropi baru seperti
Global Philanthropy Forum. Proyek-proyek Bill and Melinda Gates Foundation mencakup
komitmen senilai ratusan miliar dolar untuk mendanai imunisasi di beberapa negara miskin
yang pertumbuhannya cepat,[172] serta ratusan juta dolar untuk mendanai program sosialisasi
menabung bagi orang-orang miskin.[173] Hudson Institute memperkirakan bahwa total aliran
dana dari filantropis swasta ke negara-negara berkembang mencapai US$59 miliar pada
tahun 2010.[174]

Menanggapi globalisasi, sejumlah negara mulai menganut kebijakan isolasionisme. Misalnya,


pemerintah Korea Utara mempersulit orang asing untuk memasuki negaranya dan sangat
mengawasi aktivitas mereka seandainya dibolehkan masuk. Para pekerja sosial diperiksa
secara menyeluruh dan tidak diizinkan mengunjungi tempat-tempat yang dilarang
pemerintah. Warga Korea Utara tidak bisa seenaknya keluar dari negara itu.[175][176]

Media dan opini publik

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Media (komunikasi) dan Opini publik

Penelitian tahun 2005 oleh Peer Fiss dan Paul Hirsch menemukan peningkatan jumlah artikel
negatif terhadap globalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 1998, artikel negatif
mengalahkan artikel positif dengan perbandingan dua banding satu.[177] Pada tahun 2008,
Greg Ip mengklaim bahwa kenaikan jumlah penolakan terhadap globalisasi ini diakibatkan
oleh nafsu ekonomi pribadi.[178] Jumlah artikel koran yang cenderung negatif bertambah dari
10% total artikel koran tahun 1991 menjadi 55% pada tahun 1999. Peningkatan ini terjadi
pada masa ketika jumlah total artikel mengenai globalisasi nyaris berlipat ganda.[177]

Sejumlah jajak pendapat internasional menunjukkan bahwa penduduk negara berkembang


cenderung lebih menyukai globalisasi.[179] BBC menemukan bahwa semakin banyak
masyarakat negara berkembang yang menganggap globalisasi berjalan terlalu cepat. Di
beberapa negara seperti Meksiko, Amerika Tengah, Indonesia, Brasil, dan Kenya, mayoritas
masyarakatnya justru merasa globalisasi berjalan terlalu lambat.[180]

Philip Gordon mengatakan bahwa, "[per 2004] mayoritas warga Eropa percaya bahwa
globalisasi dapat memperkaya hidup mereka, dan percaya bahwa Uni Eropa dapat membantu
mereka memanfaatkan keuntungan globalisasi sekaligus melindungi mereka dari dampak
negatifnya."[181] Penolakan lebih banyak berasal dari kalangan sosialis, grup lingkungan, dan
nasionalis.

Penduduk UE tampak tidak merasa terancam oleh globalisasi pada 2004. Pasar pekerjaan UE
lebih stabil dan kecil sekali kemungkinan pemotongan upah/tunjangan bagi para pekerjanya.
Anggaran sosial di Uni Eropa lebih tinggi daripada Amerika Serikat.[182] Dalam jajak
pendapat di Denmark tahun 2007, 76% responden menjawab bahwa globalisasi adalah
sesuatu yang bagus.[183]

Fiss, et al., menyurvei opini publik Amerika Serikat tahun 1993. Survei mereka menunjukkan
bahwa pada tahun 1993 lebih dari 40% responden tidak kenal dengan konsep globalisasi.
Ketika survei ini dilakukan lagi tahun 1998, 89% responden memiliki pandangan yang
terbelah terhadap globalisasi, ada yang baik dan ada yang buruk. Pada saat yang sama,
diskursus tentang globalisasi bermula di komunitas keuangan sebelum beralih ke perdebatan
panas antara pendukung dan penentang dari kalangan pelajar dan pekerja. Polarisasi pendapat
meningkat secara dramatis setelah WTO dibentuk tahun 1995; peristiwa ini dan unjuk rasa
selanjutnya memunculkan pergerakan anti-globalisasi yang lebih besar.[177] Awalnya, pekerja
berpendidikan tinggi berkemungkinan besar untuk mendukung globalisasi. Pekerja kurang
berpendidikan, yang lebih layak bersaing dengan imigran dan pekerja di negara berkembang,
cenderung menentang globalisasi. Situasi berubah pasca krisis keuangan 2007. Menurut jajak
pendapat tahun 1997, 58% lulusan universitas mengatakan bahwa globalisasi bagus bagi
Amerika Serikat. Pada 2008, hanya 33% lulusan universitas yang berkata seperti itu.
Responden yang pendidikan terakhirnya SMA juga menentang globalisasi.[178]

Menurut Takenaka Heizo dan Chida Ryokichi, pada 1998 ada persepsi di Jepang bahwa
ekonomi mereka "kecil dan rapuh". Jepang memang minim sumber daya dan menggunakan
aktivitas ekspor untuk membeli bahan mentah. Kegelisahan atas posisi mereka ini
memunculkan istilah-istilah seperti internasionalisasi dan globalisasi ke percakapan sehari-
hari. Namun tradisi Jepang dari dulu mengutamakan pemenuhan kebutuhan diri
semampunya, terutama dalam hal pertanian.[184]

Keadaan bisa saja berubah pasca krisis keuangan 2007. BBC World Public Poll yang
dilakukan tahun 2008 saat krisis terjadi menunjukkan bahwa penolakan globalisasi di negara-
negara maju terus meningkat. Jajak pendapat BBC bertanya apakah globalisasi tumbuh
terlalu cepat atau tidak. Jawaban positif lebih banyak di Perancis, Spanyol, Jepang, Korea
Selatan, dan Jerman. Tren penolakan di negara-negara ini tampaknya lebih kuat daripada di
Amerika Serikat. Jajak pendapat tersebut juga mengaitkan kecenderungan anggapan bahwa
globalisasi berjalan terlalu cepat dengan persepsi bahwa kerentanan ekonomi dan
kesenjangan sosial terus meningkat.[180]

Banyak pihak di negara berkembang memandang globalisasi sebagai penggerak positif yang
mengangkat mereka dari jeratan kemiskinan.[185] Pihak penentang globalisasi biasanya
menggabungkna permasalahan lingkungan dengan nasionalisme. Mereka menganggap
pemerintah sebagai agen neo-kolonialisme yang tunduk kepada perusahaan multinasional.[186]
Kritik semacam ini berasal dari kelas menengah. Brookings Institute berpendapat bahwa
kritik muncul karena kelas menengah melihat kelompok masyarakat berpendapatan rendah
yang mobilitas sosialnya ke atas mengancam keamanan ekonomi mereka.[187]

Meski banyak kritikus menyalahkan globalisasi atas menurunna kelas menengah di negara-
negara maju, kelas menengah justru tumbuh cepat di negara-negara berkembang.[188] Disertai
urbanisasi, pertumbuhan kelas menengah semakin memperlebar celah kemakmuran antara
kota dan desa.[189] Tahun 2002, 70% penduduk India tinggal di pedesaan dan bergantung pada
sumber daya alam untuk aktivitas sehari-hari.[186] Akibatnya, organisasi masyarakat di
pedesaan sering merasa keberatan dengan proses globalisasi.[190]
Organisasi nirlaba Reporters Without Borders setiap tahunnya merilis Indeks Kebebasan
Pers, yaitu peringkat negara-negara di dunia berdasarkan catatan kebebasan pers pada tahun
sebelumnya. Indeks ini mencerminkan tingkat kebebasan yang dinikmati jurnalis, kantor
berita, dan netizen di setiap negara, serta upaya pemerintah untuk menghormati dan
menjamin kebebasan ini.

Internet

Pemanfaatan Internet global: Persentase penduduk yang terhubung ke Internet tahun 2012[191]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemanfaatan Internet global
Lihat pula: Daftar negara menurut jumlah pengguna Internet

Internet adalah produk globalisasi sekaligus penggerak (katalis) yang menghubungkan para
pengguna komputer di seluruh dunia. Sejak 2000 sampai 2009, jumlah pengguna Internet di
seluruh dunia naik dari 394 juta orang menjadi 1,858 miliar.[192] Pada tahun 2010, 22 persen
penduduk dunia memiliki akses ke perangkat komputer dengan jumlah entri pencarian
Google sebanyak 1 miliar per hari, 300 juta pengunjung blog, dan 2 miliar video ditonton
setiap harinya di YouTube.[193] Menurut lembaga penelitian IDC, ukuran perdagangan
elektronik dunia secara keseluruhan, termasuk transaksi bisnis-bisnis dan bisnis-konsumen
global, mendekati US$16 triliun pada tahun 2013. IDate, lembaga penelitian lainnya,
memperkirakan pasar produk dan jasa digital global bernilai US$4,4 triliun pada tahun 2013.
Laporan Oxford Economics menambahkan kedua jumlah tersebut untuk mematok ukuran
ekonomi digital secara keseluruhan di angka $20,4 triliun, setara dengan kira-kira 13,8% dari
aktivitas penjualan dunia.[194]

Walaupun banyak pihak mengklaim perdagangan Internet membawa keuntungan ekonomi,


ada pula bukti bahwa beberapa elemen Internet seperti peta dan jasa berbasis lokasi bisa
mendorong kesenjangan ekonomi dan celah digital.[195] Perdagangan elektronik mungkin ikut
bertanggung jawab atas konsolidasi dan lenyapnya bisnis rumah tangga (mom and pop, brick
and mortar) sehingga terjadi peningkatan kesenjangan pendapatan.[196][197][198]

Komunitas daring adalah komunitas virtual yang eksis di Internet, dan anggota-anggotanya
dapat membuatnya eksis dengan ambil bagian dalam ritual keanggotaan. Perubahan sosio-
teknis yang besar bisa jadi diakibatkan oleh jejaring sosial Internet.[199]

Pertumbuhan penduduk

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penduduk dunia dan Kelebihan penduduk manusia
Penduduk dunia terus mengalami pertumbuhan sejak akhir Kelaparan Besar dan Wabah
Hitam tahun 1350 pada angka 370 juta.[200] Tingkat pertumbuhan tertinggi – penduduk dunia
bertambah di atas 1,8% per tahun – sempat terjadi pada 1950-an dan agak lama pada 1960-an
dan 1970-an. Tingkat pertumbuhan memuncak di level 2,2% pada tahun 1963, dan turun
sampai 1,1% pada tahun 2011. Total kelahiran tahunan sedang tinggi-tingginya pada akhir
1980-an atau sekitar 138 juta jiwa.[201] Tingkat kelahiran ini diperkirakan bertahan di level
tahun 2011 sebanyak 134 juta jiwa. Tingkat kematian mencapai 56 juta jiwa per tahun dan
diperkirakan naik menjadi 80 juta jiwa per tahun pada 2040.[202] Proyeksi terkini
menunjukkan adanya kenaikan jumlah penduduk (namun tingkat pertumbuhannya turun
perlahan) dan populasi dunia diperkirakan mencapai 7,5 dan 10.5 miliar tahun 2050.[203][204]

Kepala International Food Policy Research Institute, menyatakan pada tahun 2008 bahwa
perubahan pola makan secara bertahap di kalangan orang kaya baru adalah faktor terpenting
yang mendorong kenaikan harga pangan dunia.[205] Sejak 1950 sampai 1984, seiring
terjadinya transformasi pertanian di seluruh dunia melalui Revolusi Hijau, produksi gandum
naik lebih dari 250%.[206] Populasi dunia bertambah 4 miliar jiwa sejak awal Revolusi Hijau.
Tanpa Revolusi Hijau, akan terjadi kelaparan dan malagizi yang lebih besar daripada yang
didokumentasikan PBB saat ini; sekitar 850 juta orang menderita malagizi kronis tahun
2005).[207][208] Muncul kekhawatiran mengenai naiknya tingkat erosi tanah karena semakin
banyak lahan digarap menggunakan peralatan mekanik, pupuk kimia, dan alat lainnya.[209][210]
[211]
Dengan berlipatnya konsumsi makanan laut oleh manusia dalam 30 tahun terakhir yang
menyusutkan tambak dan menghancurkan ekosistem laut, manusia perlu menyadari untuk
menciptakan suplai makanan laut yang berkelanjutan.[212]

Pertumbuhan penduduk, berkurangnya sumber energi, kelangkaan pangan akan menghasilkan


"badai sempurna" pada tahun 2030 menurut kepala ilmuwan pemerintah Britania Raya, John
Beddington. Beddington mencatat bahwa cadangan pangan dunia berada di titik terendah
dalam 50 tahun terakhir dan dunia akan memerlukan energi, pangan, dan air 50% lebih
banyak pada 2030..[213][214] Kondisi pembalakan hutan dan erosi tanah di kawasan Sahel di
selatan Sahara sangat parah.[215]

Dunia harus menghasilkan makanan 70% lebih banyak pada 2050 untuk memberi makan
sekitar 2,3 miliar jiwa tambahan dan memenuhi permintaan seiring naiknya pendapatan,
menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB .[216] Sejumlah peneliti sosial telah
memperingatkan adanya kemungkinan bahwa peradaban global akan mengalami periode
kontraksi dan re-lokalisasi ekonomi akibat berkurangnya bahan bakar fosil dan naiknya krisis
transportasi dan produksi makanan.[217][218][219] Helga Vierich memprediksi kembalinya
aktivitas ekonomi lokal berkelanjutan seperti pemburu-pengumpul, hortikultura, dan
pastoralisme.[220]

Urbanisasi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Urbanisasi dan Megakota

Pertumbuhan penduduk sepanjang masa industrialisasi cepat dan globalisasi abad ke-20
diiringi dengan bertambahnya urbanisasi di seluruh dunia. Tahun 2011, mayoritas penduduk
dunia tinggal di kawasan perkotaan industri yang dikelilingi pabrik dan kantor bisnis, bukan
lagi kawasan pedesaan tradisional yang didominasi pertanian.[221] Beberapa kota mulai
muncul sebagai kota global dan dianggap sebagai pusat aktivitas ekonomi penting dunia.
Megakota, yaitu kota yang dihuni lebih dari 10 juta orang, bertambah jumlahnya dari 3 kota
pada tahun 1973 menjadi 24 pada tahun 2013. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah
menjadi 27 kota pada 2025.[222]

Kesehatan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesehatan global dan Globalisasi dan penyakit

Kesehatan global merupakan kesehatan penduduk dalam konteks global yang mencakup
sudut pandang dan kekhawatiran negara-negara.[223] Permasalahan kesehatan yang melintasi
perbatasan negara atau memiliki pengaruh poliitk dan ekonomi secara global terus
ditekankan.[224] Kesehatan global didefinisikan sebagai 'bidang studi, penelitian, dan praktik
yang prioritasnya adalah memperbaiki kesehatan dan mencapai kesetaraan kesehatan untuk
semua orang di dunia'.[225] Lantas kesehatan global berkutat dengan perbaikan kesehatan
dunia, pengurangan kesenjangan, dan perlindungan dari ancaman global yang tidak peduli
dengan perbatasan negara.[226] Global Mental Health merupakan salah satu penerapan prinsip
tersebut di ranah kesehatan mental.[227]

Pos periksa SARS di terminal kedatangan internasional Bandara Internasional Taoyuan


Taiwan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan lembaga kesehatan utama di tingkat


internasional. Lembaga penting lainnya yang turut mengurus aktivitas kesehatan global
adalah UNICEF, World Food Programme (WFP), United Nations University International
Institute for Global Health, dan Bank Dunia. Inisiatif besar untuk memperbaiki kesehatan
global diresmikan dengan nama Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Tujuan
Pembangunan Milenium.[228]

Perjalanan internasional ikut menyebarkan penyakit menular yang mematikan.[229] Moda


transportasi modern memungkinkan orang dan barang dalam jumlah besar bepergian keliling
dunia secara lebih cepat, tetapi mereka juga membuka celah bagi perpindahan vektor
penyakit lintas benua.[230] Salah satunya adalah AIDS/HIV.[231] Akibat imigrasi, sekitar
500.000 orang di Amerika Serikat diyakini menderita penyakit Chagas.[232] Pada tahun 2006,
kadar tuberkulosis (TB) di kalangan penduduk Amerika Serikat kelahiran luar negeri 9,5 kali
lipat lebih besar daripada penduduk kelahiran A.S.[233] Berawal di Asia, Wabah Hitam
menewaskan sedikitnya sepertiga penduduk Eropa pada abad ke-14.[234] Kehancuran yang
lebih parah dialami oleh penduduk asli benua Amerika setelah kedatangan pendatang Eropa
"Dunia Baru" seperti Aztec, Maya, dan Inca tewas akibat penyakit cacar yang menyebar
melalui proses kolonisasi Eropa.
Lingkungan alam global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Lingkungan alam, Sumber daya alam, dan Modal
alam
Lihat pula: Ekologi manusia dan Sistem manusia–lingkungan ganda

Lingkungan alam mencakup semua makhluk hidup dan benda tak hidup yang terbentuk
secara alamiah di Bumi atau suatu wilayah. Lingkungan alam adalah lingkungan yang
meliputi interaksi seluruh spesies makhluk hidup.[235] Lingkungan alam berbeda dengan
lingkungan bangun yang terdiri dari daerah dan komponen yang sangat dipengaruhi aktivitas
manusia. Sulit untuk menemukan lingkungan yang benar-benar alami. Kealamiahan
(naturalness) bervariasi dalam satu kontinuum, mulai dari 100% alami sampai 0% alami.
Kita bisa mempertimbangkan berbagai aspek atau komponen lingkungan, lalu mengamati
bahwa tingkat kealamiahannya tidak seragam.[236] Meski begitu, di dunia ini sudah tercipta
sistem gabungan manusia–lingkungan.

Peta plot yang dibuat berdasarkan data NASA GISS Surface Temperature Analysis
(GISTEMP).

Ancaman manusia terhadap lingkungan alam, seperti perubahan iklim, polusi air dan udara
lintas perbatasan, pemancingan berlebih di lautan, dan penyebaran spesies invasif,
membutuhkan solusi transnasional dan global. Karena pabrik-pabrik di negara berkembang
meningkatkan produksi global dan kurang diatur oleh regulasi lingkungan, terjadi
penambahan polusi air dan udara di seluruh dunia.[237][238]

Laporan State of the World tahun 2006 mencantumkan bahwa pertumbuhan ekonomi India
dan Tiongkok yang tinggi tidak berkelanjutan. Laporan tersebut menyatakan, "Kapasitas
ekologi dunia tidak cukup untuk memuaskan keinginan Tiongkok, India, Jepang, Eropa, dan
Amerika Serikat serta keinginan seluruh dunia secara berkelanjutan."[239] Dalam artikel berita
tahun 2006, BBC melaporkan, "...apabila Tiongkok dan India mengonsumsi sumber daya per
kapita yang sama seperti Amerika Serikat atau Jepang pada 2030, seisi planet Bumi
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mereka semua."[239] Dalam jangka panjang, efek ini
dapat mengakibatkan bertambahnya konflik perebutan sumber daya alam[240] dan bencana
Malthus. Investasi langsung internasional di negara berkembang akan memunculkan "race to
the bottom" karena negara-negara tersebut berlomba-lomba melonggarkan hukum
perlindungan lingkungan dan sumber daya alamnya untuk menarik modal asing.[8][241]
Kebalikan teori ini bisa pula terjadi seandainya negara maju mempertahankan aktivitas ramah
lingkungan dan membebankan tanggung jawabnya pada negara target investasinya, lantas
menciptakan fenomena "race to the top".[8]

Hutan terbakar di Brasil. Pembalakan hutan untuk mendirikan peternakan adalah penyebab
utama deforestasi di Amazon Brasil sejak pertengahan 1960-an. Kacang kedelai merupakan
salh satu kontributor deforestasi terbesar di Amazon Brasil.[242]

Waktu yang perlu dilalui dalam perjalanan lintas benua dan negara semakin menyusut karena
globalisasi, sehingga negara-negara berkembang dan maju perlu mencari cara baru untuk
menyelesaikan masalah dalam skala global, bukan regional lagi. Agencies like the United
Nations now must be the global regulators of pollution, whereas before, regional governance
was enough.[243] Serangkaian tindakan telah diambil oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
mengawasi dan mengurangi polutan atmosfer melalui Protokol Kyoto, Inisiatif Udara Bersih
PBB, dan penelitian polusi udara dan kebijakan publik.[244] Lalu lintas, produksi, dan
konsumsi dunia mengakibatkan peningkatan jumlah polutan udara secara global. Belahan
Bumi utara adalah penghasil karbon monoksida dan sulfur dioksida terbesar.[245]

Perubahan modal alam mulai mengikis pemikiran ekonomi di salah satu bidang utama
globalisasi ekonomi: pembagian tenaga kerja internasional dan produksi yang berbasis pada
rantai persediaan global.[246] Batas keplanetan untuk sejumlah sumber daya alam strategis
telah dicapai, dan sumber daya lainnya hampir mencapai batasnya. Seiring waktu, puncak
minyak dan perubahan iklim akan menyebabkan "puncak globalisasi" yang dapat dilihat dari
berkurangnya ton-mil barang yang diangkut lintas lautan dan benua. keunggulan komparatif
rantai persediaan global akan dipatahkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penundaan saat
barang transit.[246]

Tiongkok dan India meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil mereka setelah ekonominya
beralih dari pertanian subsisten ke industri dan urbanisasi.[247][248] Konsumsi minyak Tiongkok
naik 8% setiap tahun antara 2002 dan 2006, bertambah dua kali lipat sejak 1996–2006.[249]
Tahun 2007, Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat sebagai produsen emisi CO2 terbesar di
dunia.[250] Hanya 1 persen dari 560 juta penduduk kota di Tiongkok (per 2007) yang
menghirup udara bersih sesuai standar Uni Eropa. Ini artinya negara-negara maju bisa
"mengalihdayakan" sebagian polusi konsumsinya ke negara yang punya banyak industri
penghasil polusi.

Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan untuk menapai tingkat pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Dari dulu, hutan di negara-negara berkembang awal mengalami "transisi
hutan", yaitu periode deforestasi dan reforestasi ketika masyarakat di sekitarnya semakin
maju, terindustrialisasi, dan memindahkan produksi sumber daya alam primernya ke negara
lain melalui impor. Untuk negara di pinggir sistem global, tidak ada negara yang bisa
dijadikan tempat pemindahan produksi SDA, dan degradasi hutan akan berlangsung tanpa
henti. Transisi hutan memberi pengaruh besar terhadap hidrologi, perubahan iklim, dan
keragaman hayati suatu wilayah melalui penurunan kualitas air serta penumpukan gas rumah
kaca melalui reboisasi hutan baru menjadi hutan generasi kedua dan ketiga.[251][252] Sumber
utama deforestasi adalah industri perkayuan yang didominasi oleh Tiongkok dan Jepang.[253]
Pasar minyak palem global mengakibatkan deforestasi parah di Asia Tenggara sehingga
banyak spesies hewan yang terancam keberlangsungannya, seperti badak, harimau, dan
orangutan.[254][255]

Tanpa daur ulang, seng akan habis terpakai pada tahun 2037, indium dan hafnium akan habis
tahun 2017, dan terbium habis pada tahun 2012.[256] Fenomena "puncak" lainnya, seperti
puncak minyak, puncak batubara, puncak gas, puncak air, dan puncak gandum, ikut
memengaruhi ketersediaan dan keberlangsungan modal alam.

Pada tahun 2003, 29% tambak laut terbuka terancam gagal.[257] Jurnal Science merilis sebuah
penelitian empat tahun pada November 2006 yang memprediksi bahwa dengan frekuensi saat
ini, dunia akan kehabisan makanan laut liar pada tahun 2048.[258] Sebaliknya, globalisasi
menciptakan pasar global untuk budi daya ikan dan makanan laut yang pada tahun 2009
menyediakan 38% persediaan dunia dan mampu mengurangi pemancingan berlebih.[259]

Perdagangan barang global bergantung pada transportasi barang yang andal dan murah dalam
rantai persediaan yang rumit dan jauh.[246] Pemanasan global dan puncak minyak menghambat
globalisasi karena memiliki dampak atas biaya transportasi dan pergerakan barang. Karena
melawan pola geografis keunggulan komparatif dengan biaya transportasi yang tinggi,
perubahan iklim dan puncak minyak dapat mengakibatkan puncak globalisasi. Setelah
puncak globalisasi, volume ekspor akan menurun berdasarkan ton-mil barang yang diangkut.
[260]

Tenaga kerja global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tenaga kerja global dan Pembagian tenaga kerja
internasional baru

Tenaga kerja global mengacu pada kelompok pekerja internasional, termasuk mereka yang
dipekerjakan oleh perusahaan multinasional dan terhubung melalui sistem jaringan dan
produksi global, pekerja imigran, pekerja migran transien, pekerja telekomuter, dan mereka
yang terlibat dalam pekerjaan berorientasi ekspor atau pekerjaan kontingen serta pekerjaan
keras. Per 2012, kelompok tenaga kerja global mencakup kira-kira 3 miliar orang, dan 200
juta di antaranya menganggur.[261]

Tenaga kerja global atau tenaga kerja internasional mencerminkan pembagian tenaga kerja
internasional baru yang sudah muncul sejak akhir 1970-an pasca gelombang globalisasi yang
lain. aktor ekonomi global yang mendorong bangkitnya perusahaan multinasional, yaitu
perpindahan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas perbatasan, terus mengubah cara
pandang kita tentang tenaga kerja dan strukturnya saat ini. Berangkat dari proses sosial yang
mendorong standardisasi dan industrialisasi, masyarakat pasca-industri di dunia Barat
ditopang oleh industrialisasi di belahan dunia lain, terutama di Asia. Ketika industrialisasi
berlangsung di seluruh dunia dan banyak kebudayaan beralih dari praktik kerja tradisional,
cara majikan (employer) memandang dan memanfaatkan tenaga kerja ikut berubah.
Tenaga kerja global bersifat kompetitif dan disebut-sebut sebagai "perang pencarian
bakat."[262] Persaingan ini sebagian disebabkan oleh teknologi komunikasi yang membantu
berbagai perusahaan mendapatkan status multinasional. Teknologi komunikasi juga
memungkinkan perusahaan mencari pekerja tanpa perlu membatasi pencariannya secara
lokal; proses seperti ini disebut arbitrase tenaga kerja global. Salah satu contoh perang
pencarian bakat adalah pengangkatan kepala eksekutif asing di markas perusahaan loka.[263]
[264]

Meski begitu, pekerja produksi dan jasa di negara-negara maju gagal bersaing secara
langsung dengan pekerja berupah rendah di negara-negara berkembang.[265] Negara yang
menerapkan upah rendah mendapatkan elemen kerja bernilai tambah rendah yang
sebelumnya ada di negara maju, sedangkan pekerjaan bernilai tingginya masih bertahan.
Misalnya, jumlah total orang yang bekerja di pabrik di Amerika Serikat berkurang, namun
nilai tambah per pekerjanya meningkat.[266]

Ada banyak contoh perpindahan tenaga kerja ke negara berkembang. Dua contoh di
antaranya bisa ditemukan di Tiongkok dan Afrika Selatan. Kesuksesan Tiongkok membuat
jumlah lapangan pekerjaan di negara berkembang lainnya dan negara-negara Barat berkurang
drastis.[267] Sejak 2000 hingga 2007, Amerika Serikat kehilangan 3,2 juta lapangan pekerjaan
manufaktur (pabrik).[268] Pada tanggal 26 April 2005, Asia Times Online menulis bahwa, "Di
raksasa regional Afrika Selatan, sekitar 300.000 pekerja tekstil kehilangan pekerjaannya
dalam dua tahun terakhir karena masuknya barang-barang buatan Tiongkok [ke Afrika
Selatan]."[269]

Pada tahun 2012, menurut Eurostat, tingkat pengangguran Eropa mencetak rekor tertinggi
sebesar 11,8%, artinya 18,8 juta orang tidak memiliki pekerjaan dan jumlah pengangguran
muda mencapai tingkat tertinggi.[270] Tingkat pengangguran muda pada awal 2013 di Spanyol
naik 56%, sedangkan di Yunani naik 62,5%.[271] Penelitian menunjukkan bahwa kaum
pemuda di Eropa khawatir dengan masa depan mereka.[272]

Ekonom pemenang Hadiah Nobel, Michael Spence, menulis bahwa, "Perubahan ekonomi
global besar-besaran sejak Perang Dunia II memberi efek yang sangat positif. Ratusan juta
orang di negara berkembang keluar dari jeratan kemiskinan, dan jutaan lainnya akan
menyusul pada masa depan. Ekonomi global akan terus tumbuh, sedikitnya tiga kali lipat
dalam kurun 30 tahun selanjutnya. Keuntungan seseorang bukanlah kerugian orang lain;
pertumbuhan global itu sama sekali bukan masalah menang atau kalah. Namun, globalisasi
masih merugikan sejumlah kelompok masyarakat di berbagai negara, termasuk negara
maju.”[273]

Tidak semua orang bersikap optimis mengenai kelanjutan pertumbuhan ekonomi pada masa
depan. Agustinus Karlo Lumban Raja, kepala Departemen Inisiatif Lingkungan dan
Kebijakan Sawit Watch, mengatakan bahwa, "Penyebaran dan intensifikasi konflik sosial
horizontal atas batas tanah adat membuktikan bahwa suku Malind terancam. Tanah adat
mereka menjadi target pembangunan oleh sektor swasta tanpa adanya musyawarah dengan
berbagai klan dan suku yang mengklaim tanah tersebut.”"[274]

Perpindahan internasional

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perpindahan manusia, Pekerja asing, dan Daftar
negara menurut tingkat migrasi bruto
Banyak negara yang memiliki semacam program pekerja tamu yang kebijakannya sama
seperti yang ada di A.S. yang mengizinkan perusahaan A.S. untuk mempekerjakan warga
non-A.S. selama tiga tahun, lalu mendeportasi mereka seandainya belum mengajukan
permohonan kartu hijau. Per 2009, lebih dari 1.000.000 pekerja tamu menetap di Amerika
Serikat. Program terbesarnya, visa H-1B, melibatkan 650.000 pekerja di Amerika Serikat,[275]
dan program terbesar keduanya, visa L-1, melibatkan 350.000 pekerja.[276] Ada lagi jenis visa
Amerika Serikat yang diberlakukan untuk pekerja tamu, seperti visa H-2A yang mengizinkan
petani memperkerjakan pekerja tamu dengan jumlah tak terbatas. Amerika Serikat
menjalankan program pekerja tamu Meksiko pada 1942–1964 dengan nama Program
Bracero.

Sekitar 85% penduduk Dubai terdiri dari pekerja migran, kebanyakan di antaranya berasal
dari India.[277]

Sebuah artikel di The New Republic mengkritik program pekerja tamu dengan menyamakan
mereka dengan warga kelas dua yang tidak akan mampu mendapatkan kewarganegaraan dan
mendapatkan hak yang lebih sedikit daripada warga Amerika Serikat.[278]

Perpindahan pekerja berpendidikan dan terampil disebut pengurasan otak. Misalnya, Amerika
Serikat mempersilakan para perawat dari seluruh dunia untuk bekerja di sana.[279] Pengurasan
otak dari Eropa ke Amerika Serikat berarti bahwa sekitar 400.000 mahasiswa lulusan jurusan
iptek di Eropa sekarang tinggal di Amerika Serikat, dan kebanyakan di antaranya tidak
berencana pulang ke Eropa.[280] Hampir 14 juta imigran datang ke Amerika Serikat sejak
tahun 2000 sampai 2010.[281]

Imigran di Amerika Serikat bersama keturunannya mendirikan lebih dari 40 persen


perusahaan di daftar Fortune 500 versi 2010. Mereka mendirikan tujuh dari sepuluh
perusahaan paling bernilai di dunia.[282]

Pengurasan otak terbalik adalah perpindahan modal manusia dari negara yang lebih maju ke
negara yang kurang maju. Ini dianggap sebagai hasil yang masuk akal dari strategi menabung
dan mengasah kemampuan yang dilakukan migran di luar negeri agar mereka bisa
memanfaatkannya di negara asalnya.[283]

Pengurasan otak terbalik bisa terjadi ketika ilmuwan, teknisi, atau kaum intelektual lainnya
pindah ke negara maju untuk belajar di universitasnya, melakukan penelitian, atau mencari
pengalaman kerja di bidang-bidang yang mungkin dibatasi di negara asalnya. Para
profesinoal ini kemudian pulang ke negara asalnya setelah beberapa tahun mencari
pengalaman untuk merintis bisnis, mengajar di perguruan tinggi, atau bekerja untuk
perusahaan multinasional di negara asalnya.[284]
Remitansi adalah transfer uang dari seorang pekerja asing ke negara asalnya. Remitansi
memainkan peran penting dalam ekonomi beberapa negara serta berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat yang kurang mampu. Menurut
perkiraan Bank Dunia, total remitansi tahun 2009 mencapai US$414 miliar, US$316 miliar di
antaranya mengalir ke negara-negara berkembang dan melibatkan 192 juta pekerja migran.
[285]
Bagi sejumlah negara, nilai remitansi bisa mewakili sepertiga PDB-nya.[285] Karena
penerima remitansi memiliki kemungkinan besar untuk memiliki rekening bank, remitansi
memberi jalan bagi pengirim dan penerima untuk memanfaatkan layanan keuangan. Inilah
aspek penting remitansi yang bertujuan mempromosikan pembangunan ekonomi. Negara
yang memiliki persentase remitansi besar di PDB-nya didominasi negara-negara kecil seperti
Tajikistan (45%), Moldova (38%), dan Honduras (25%).[286]

IOM menyebutkan terdapat lebih dari 200 juta migran di seluruh dunia pada tahun 2008,[287]
termasuk yang melalui imigrasi ilegal.[288][289] Arus remitansi ke negara berkembang mencapai
US$328 miliar pada tahun 2008 dan diperkirakan mencapai US$515 miliar pada tahun 2015.
[290]

Pernikahan transnasional adalah pernikahan antar dua orang dari negara yang berbeda.
Berbagai permasalahan muncul dalam pernikahan beda negara, termasuk masalah
kewarganegaraan dan budaya yang menambah kerumitan dan tantangan pada hubungan
suami-istri. Di era globalisasi, ketika orang-orang punya jaringan kenalan dan tempat di
seluruh dunia dan tidak terpaku pada satu tempat lagi, semakin banyak orang yang menikah
tanpa melihat batas negara. Penikahan transnasional adalah produk sampingan pergerakan
dan perpindahan manusia.

Dukungan dan tentangan


Reaksi terhadap proses yang memengaruhi globalisasi terus bermunculan dan beragam
seiring waktu berjalan. Perbedaan filosofis mengenai kerugian dan keuntungan proses
semacam itu melahirkan berbagai ideologi dan gerakan sosial. Pendukung pertumbuhan,
perluasan, dan pembangunan ekonomi umumnya memandang proses globalisasi dalah
sesuatu yang diinginkan atau diperlukan demi kesejahteraan umat manusia.[291] Penentangnya
melihat satu atau beberapa proses globalisasi sebagai sesuatu yang merusak kesejahteraan
sosial di tingkat global maupun lokal;[291] mereka mempertanyakan keberlanjutan sosial atau
alamiah dari perluasan ekonomi jangka panjang yang berjalan terus-menerus, kesenjangan
struktur sosial yang diakibatkan oleh proses-proses tersebut, serta etnosentrisme kolonial,
imperialistik, atau hegemonik, asimilasi budaya, dan apropriasi budaya yang mendasari
proses tersebut.

Seperti yang dikatakan Noam Chomsky:

Sistem propaganda yang ada saat ini membuat kata "globalisasi" merujuk pada versi tertentu
integrasi ekonomi internasional yang mereka inginkan, yang mengutamakan hak-hak investor
dan pemberi pinjaman, sedangkan hak-hak masyarakat hanyalah sampingan semata.
Mengenai penggunaan kata ini, pihak-pihak yang mendukung bentuk lain dari integrasi
internasional yang mengutamakan hak-hak asasi manusia menjadi kaum "anti-globalis". Ini
propaganda vulgar, layaknya istilah "anti-Soviet" yang digunakan oleh para penguasa kejam
untuk menyebut para pengkritiknya. Istilah itu tidak hanya vulgar, tapi bodoh. Mari kita
ambil contoh Forum Sosial Dunia (WSF) yang disebut "anti-globalisasi" dalam sistem
propaganda yang kebetulan mencakup media, masyarakat berpendidikan, dan lain-lain
dengan pengecualian tertentu. WSF adalah contoh paradigma globalisasi. WSF adalah
perkumpulan manusia dalam jumlah besar dari seluruh dunia, dari setiap bidang kehidupan
yang kita tahu, berbeda dengan kaum elit berjumlah kecil yang bertemu di Forum Ekonomi
Dunia dan disebut "pro-globalisasi" oleh sistem propaganda.[292]

Pendukung

Umumnya, pebisnis korporat, terutama di sektor keuangan, melihat globalisasi sebagai


pendorong positif di dunia. Banyak ekonom mengutip statistik yang tampaknya mendukung
dampak positif tersebut. Misalnya, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) per kapita di
negara-negara global pasca-1980 naik dari 1,4 persen per tahun pada 1960-an dan 2,9 persen
per tahun pada 1970-an menjadi 3,5 persen pada 1980-an dan 5,0 persen pada 1990-an.
Percepatan pertbumuhan ini sangat luar biasa karena negara-negara kaya mengalami
penurunan pertumbuhan yang stabil dari 4,7 persen pada 1960-an ke 2,2 persen pada 1990-
an. Selain itu, negara berkembang non-global seolah menderita lebih parah ketimbang para
pengglobal (globalizer). Tingkat pertumbuhan tahunan negara-negara tersebut jatuh dari 3,3
persen sepanjang 1970-an menjadi hanya 1,4 persen sepanjang 1990-an. Pertumbuhan cepat
di kalangan pengglobal ini bukan hanya disebabkan oleh kuatnya ekonomi Tiongkok dan
India tahun 1980-an dan 1990-an – 18 dari 24 negara pengglobal mengalami kenaikan
pertumbuhan, banyak di antaranya lumayan tinggi.[293]

Liberalisme ekonomi dan perdagangan bebas

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Liberalisme ekonomi dan Neoliberalisme

George W. Bush dan Hu Jintao bertemu saat menghadiri KTT APEC di Santiago de Chile,
2004

Kaum liberal ekonomi dan neoliberal umumnya berpendapat bahwa tingkat kebebasan
ekonomi dan politik yang lebih luas dalam bentuk perdagangan bebas di negara maju
merupakan harga mati, sehingga menghasilkan kekayaan material yang lebih banyak.
Globalisasi dipandang sebagai proses penyebaran kebebasan dan kapitalisme yang
menguntungkan.[294] Jagdish Bhagwati, mantan penasihat globalisasi untuk PBB, mengatakan
bahwa meskipun jelas sekali masalah yang dihasilkan pembangunan yang terlalu cepat,
globalisasi adalah dorongan positif yang mengangkat sebuah negara dari garis kemiskinan
dengan memulai siklus ekonomi disertai pertumbuhan ekonomi yang cepat.[185] Ekonom Paul
Krugman adalah pendukung globalisasi dan perdagangan bebas garis keras lainnya yang
hampir selalu tidak setuju dengan sebagian besar kritikus globalisasi. Ia berpendapat bahwa
para kritikus tadi kurang memiliki pengetahuan dasar soal keunggulan komparatif dan
manfaatnya di dunia modern.[295]
Arus migran ke negara-negara yang ekonominya maju diklaim berhasil menciptakan
penyatuan upah global. Penelitian IMG menunjukkan adanya kemungkinan transfer
keterampilan ke negara berkembang setelah upah di negara tersebut naik.[7] Pembebasan
pengetahuan juga merupakan aspek integral dari globalisasi. Inovasi teknologi (atau transfer
teknologi) dirancang supaya lebih menguntungkan bagi negara berkembang dan negara
kurang berkembang, contohnya dalam hal penggunaan telepon genggam.[23]

Pertumbuhan ekonomi cepat mulai terjadi di Asia setelah Asia menerapkan kebijakan
ekonomi berbasis orientasi pasar yang mengutamakan hak kepemilikan swasta, perusahaan
bebas, dan persaingan. Lebih spesifik lagi, di negara-negara berkembang Asia Timur, PDB
per kapita naik 5,9% per tahun sejak 1975 sampai 2001 (menurut Human Development
Report 2003[296] yang dirilis UNDP). Jurnalis ekonomi Britania Raya, Martin Wolf,
mengatakan bahwa pendapatan negara-negara berkembang miskin, yang jumlah
penduduknya mewakili lebih dari separuh populasi dunia, tumbuh lebih cepat ketimbang
negara-negara kaya yang pertumbuhannya relatif stabil, lantas mengurangi kesenjangan
internasional dan kemiskinan.

Perubahan demografi tertentu di negara berkembang setelah liberalisasi ekonomi dan


integrasi internasional aktif menghasilkan peningkatan kesejahteraan umum dan
berkurangnya kesenjangan. Menurut Wolf, di semua negara berkembang, harapan hidup naik
empat bulan setiap tahunnya sejak 1970, dan kematian bayi berkurang dari 107 per 1.000
bayi pada tahun 1970 menjadi 58 per 1.000 pada tahun 2000 berkat perbaikan standar hidup
dan kondisi kesehatan. Selain itu, tingkat melek huruf dewasa di negara berkembang naik
53% pada tahun 1970 menjadi 74% pada tahun 1998, dan tingkat buta huruf yang lebih
rendah di kalangan pemuda menandakan bahwa jumlah penduduk buta huruf akan terus
berkurang seiring waktu. Turunnya tingkat kelahiran di seluruh negara berkembang dari 4,1
kelahiran per wanita tahun 1980 hingga 2,8 kelahiran per wanita tahun 2000 menandakan
adanya kenaikan tingkat pengetahuan wanita mengenai kelahiran serta pengawasan anak
melalui perhatian orang tua.[297] Konsekuensinya, orang tua yang lebih sejahtera dan
berpendidikan yang anak-anaknya sedikit memutuskan untuk menjauhkan mereka dari kerja
dini supaya mereka bisa berkesempatan menuntut ilmu di sekolah; keputusan ini turut
menyelesaikan masalah tenaga kerja anak. Walaupun seolah ada distribusi pendapatan yang
tidak setara di negara-negara berkembang, pertumbuhan dan pembangunan ekonominya
memberi standar hidup yang lebih tinggi dan kesejahteraan bagi semua orang.

Dari faktor-faktor yang memengaruhi durasi pertumbuhan ekonomi di negara maju dan
berkembang, kesenjangan pendapatan memberi dampak yang lebih menguntungkan
ketimbang keterbukaan perdagangan, lembaga politik besar, dan investasi asing.[298]

Demokrasi global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi demokrasi


Globalisasi demokrasi adalah gerakan yang memperjuangkan sistem demokrasi global yang
akan memberi warga dunia hak suara di lembaga politik. Demokrasi global akan melintasi
negara-bangsa, oligopoli perusahaan, lembaga swadaya masyarakat ideologis, aliran politik,
dan magia. Salah seorang pendukung yang paling lantang adalah pemikir politik asal Britania
Raya, David Held. Pendukung globalisasi demokrasi berpendapat bahwa perluasan dan
pembangunan ekonomi harus dijadikan tahap pertama pelaksanaan globalisasi demokrasi,
kemudian diikuti tahap pembangunan lembaga politik global. Francesco Stipo, Direktur
United States Association of the Club of Rome, mendukung agar semua negara bersatu
membentuk pemerintahan dunia. Ia berpendapat bahwa pemerintahan dunia "mencerminkan
keseimbangan politik dan ekonomi negara-negara di dunia. Konfederasi dunia tidak akan
melampaui kewenangan pemerintahan masing-masing negara, melainkan menjadi pelengkap,
karena pemerintah negara dan dunia memiliki kekuasaan di dalam lingkup kompetensinya".
[299]
Mantan Senator Kanada Douglas Roche, O.C., melihat globalisasi sebagai sesuatu yang
tak dapat dihindari dan mendukung pembentukan institusi-institusi seperti Majelis Parlemen
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipilih langsung untuk mengawasi badan internasional
yang anggotanya tidak masuk melalui pemilihan langsung.[300]

Kerja sama internasional

Kerja sama militer pernah terjadi pada masa lalu. Salah satu contohnya adalah kerja sama
keamanan antara Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet setelah Perang Dingin yang berhasil
membuat komunitas internasional tercengang. Pengendalian senjata dan perjanjian pelucutan
senjata, termasuk Strategic Arms Reduction Treaty (lihat START I, START II, START III,
dan New START) dan pembentukan Kemitraan Perdamaian NATO, Dewan NATO Rusia,
Kemitraan Global G8 Melawan Penyebaran Senjata dan Bahan Penghancur Massal, merintis
serangkaian inisiatif pengendalian senjata dan denuklirisasi yang konkret. Kerja sama A.S.–
Rusia diperkuat oleh perjanjian anti-terorisme yang disahkan pasca 9/11.[301]

Salah satu kerja sama lingkungan tersukses yang pernah terjadi adalah perjanjian
pengurangan klorofluorokarbon (CFC) sesuai Protokol Montreal untuk mengurangi penipisan
ozon. Perdebatan terkini seputar energi nuklir dan pembangkit listrik tenaga batu bara
menghasilkan satu konsensus lagi soal tindakan yang perlu diambil setiap negara. Selain itu,
pencapaian besar di Mahkamah Internasional dapat dipelajari melalui studi pembangunan.[301]

Kewarganegaraan global

Monument to Multiculturalism karya Francesco Perilli di Toronto, Canada. Empat patung


serupa dipasang di Buffalo City, Afrika Selatan; Changchun, Tiongkok; Sarajevo, Bosnia;
dan Sydney, Australia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kewarganegaraan global dan Multikulturalisme
Lihat pula: Penduduk global

Kewarganegaraan global memaparkan bahwa kewarganegaraan dapat dipahami dalam skala


global sebagai kontrak sosial antara penduduk global di era interdependensi dan interaksi.
Para pengusung konsep ini mendefinisikannya sebagai pemikiran bahwa kita punya hak dan
tanggung jawab tertentu terhadap satu sama lain atas dasar wujud kita sebagai manusia di
Bumi.[302] Penduduk dunia memiliki beberapa makna sejenis, dan kadang-kadang merujuk
pada seseorang yang tidak setuju dengan pembagian geopolitik tradisional yang berasla dari
kependudukan nasional. Kemunculan sentimen ini bisa dilacak hingga zaman Sokrates.
Plutarkhus mengutip bahwa Sokrates pernah berkat: "Aku bukan warga Athena, bukan warga
Yunani, melainkan warga duni."[303] Di dunia yang semakin saling tergantung, warga dunia
membutuhkan pemandu atau kompas untuk membentuk pola pikirnya dan menciptakan
kesadaran bersama dan rasa tanggung jawab global atas isu-isu seperti masalah lingkungan
dan proliferasi nuklir.[304]

Kosmopolitanisme adalah usulan bahwa semua suku bangsa merupakan satu komunitas
tunggal dengan moralitas yang sama. Seseorang yang menganut ide kosmopolitanisme dalam
bentuk apapun disebut kosmopolitan atau kosmopolit.[305] Masyarakat kosmopolitan bisa
diwujudkan atas dasar moralitas inklusif, hubungan ekonomi bersama, atau struktur politik
yang mencakup berbagai negara. Masyarakat kosmopolitan adalah masyarakat yang setiap
individunya berasal dari tempat yang berbeda (e.g. negara-bangsa) dan berhubungan atas
dasar saling menghargai. Misalnya, Kwame Anthony Appiah menunjukkan adanya
kemungkinan masyarakat kosmopolitan yang para individunya datang dari berbagai latar
belakang (fisik, ekonomi, dll.) dan menciptakan hubungan atas dasar saling menghargai
meski berbeda kepercayaan (agama, politik, dll.).[306]

Filsuf Kanada Marshall McLuhan memopulerkan istilah Desa Global pada 1962.[307]
Pandangannya menyebutkan bahwa globalisasi akan menciptakan dunia ketika semua negara
semakin terintegrasi dan sadar akan kepentingan bersama dan kemanusiaan.[308]

Kritik

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kritik terhadap globalisasi

Kritik terhadap globalisasi biasanya berawal dari diskusi seputar dampak proses globalisasi
pada planet Bumi dan manusia. Para pengkritik mempertanyakan patokan ukur tradisional
seperti PDB dan beralih ke patokan lain seperti koefisien Gini [309] atau Happy Planet Index,
[310]
serta menyebut bahwa "berbagai konsekuensi fatal yang saling berkaitan–disintegrasi
sosial, kegagalan demokrasi, kerusakan lingkungan yang cepat dan meluas, penyebaran
penyakit baru, bertambahnya kemiskinan dan pengasingan"[311] adalah konsekuensi
globalisasi yang tak disengaja.
Perbandingan kesetaraan pendapatan nasional di seluruh dunia berdasarkan koefisien Gini,
2009

Kritik berdatangan dari kalangan perkumpulan gereja, kelompok pembebasan nasional,


serikat pekerja, intelektual, seniman, proteksionis, anarkis, pendukung relokalisasi (e.g.,
konsumsi barang lokal), dan lain-lain. Ada kritikus yang reformis (mendukung kapitalisme
yang lebih moderat), dan ada pula yang revolusioner (mendukung peralihan kekuasaan dari
swasta ke publik) atau reaksioner (publik ke swasta).

Sejumlah kritikus berpendapat bahwa globalisasi merusak keragaman budaya. Ketika


kebudayaan negara pendominasi diperkenalkan ke negara penerima melalui globalisasi,
kebudayaan asing itu bisa mengancam keragaman budaya lokal. Ada juga yang berpendapat
bahwa globalisasi akan mengakibatkan westernisasi atau Amerikanisasi kebudayaan, suatu
fenomena ketika konsep budaya negara-negara Barat yang lebih maju dari segi ekonomi dan
politik menyebar dan mengancam kebudayaan lokal.

Beberapa penentang melihat globalisasi sebagai pengutamaan kepentingan kaum korporatis.


[312]
Mereka juga mengklaim bahwa bertambahnya otonomi dan kekuatan entitas perusahaan
turut membentuk kebijakan pollitik negara.[313][314] Mereka mendukung institusi global dan
kebijakan-kebijakan yang menurutnya mampu menyelesaikan permasalahan moral kelas
bawah dan pekerja serta masalah lingkungan.[315] Pendapat ekonomi yang dilontarkan para
teoriwan perdagangna adil mengklaim bahwa perdagangan bebas tak terbatas
menguntungkan pihak-pihak yang memiliki keunggulan finansial yang lebih tinggi (i.e.,
orang kaya) dan mengorbankan orang miskin.[316]

Para kritikus berpendapat bahwa globalisasi menyebabkan:

 Negara-negara miskin merugi: Perdagangan bebas memang mendorong terjadinya


globalisasi di semua negara, tetapi beberapa negara mencoba melindungi pemasok
dalam negerinya. Ekspor utama negara miskin biasanya produk pertanian. Negara
besar biasanya memberi subsidi untuk petani (e.g. Common Agricultural Policy Uni
Eropa) sehingga menurunkan harga hasil tani asing di pasaran.[317] Joseph Stiglitz
berpendapat bahwa negara-negara yang mengelola sendiri ekonominya mendapatkan
banyak manfaat dari globalisasi, sedangkan negara-negara yang ekonominya dikelola
oleh lembaga internasional seperti IMF kurang mendapatkan manfaat dari globalisasi.
[318]

 Perpindahan ke alihdaya: Globalisasi memungkinkan perusahaan memindahkan


lapangan pekerjaan produksi dan jasa dari daerah berupah tinggi, sehingga
menciptakan kesempatan ekonomi dengan upah dan tunjangan pekerja yang bersaing.
[120]
Unjuk rasa hak amnesti imigran pada Hari Buruh tahun 2006 di Los Angeles

 Serikat pekerja lemah: Surplus tenaga kerja murah ditambah kenaikan jumlah
perusahaan yang menjalani transisi memperlemah serikat pekerja di daerah berupah
tinggi. Serikat pekerja kehilangan keefektifannya dan pekerja kehilangan
antusiasmenya untuk bergabung karena jumlah anggota serikat terus berkurang.[317]
 Peningkatan eksploitasi tenaga kerja anak: Negara yang kurang melindungi anak-
anak rentan disusupi perusahaan terselubung dan geng kriminal yang ingin
mengeksploitasi mereka. Contoh pekerjaan yang dipaksakan kepada anak-anak adalah
pertambangan, pembongkaran kapal, dan perkebunan, namun ada pula
penyelundupan, budak seks, kerja paksa, prostitusi, dan pornografi.[319]

Helena Norberg-Hodge, direktur dan pendiri ISEC, mengkritik globalisasi dari berbagai sisi.
Dalam bukunya, Ancient Futures, Norberg-Hodge mengklaim bahwa "keseimbangan
lingkungan dan keselarasan sosial yang bertahan selama sekian abad terancam oleh tekanan
pembangunan dan globalisasi." Ia juga mengkritik standardisasi dan rasionalisasi globalisasi,
as it does not always yield the expected growth outcomes. Walaupun globalisasi berlangsung
dengan tahap-tahap yang sama di hampir semua negara, para pakar seperti Hodge
mengatakan bahwa globalisasi tidak efektif bagi negara-negara tertentu. Globalisasi justru
memundurkan sejumlah negara dan tidak membangun sama sekali.[320]

Gerakan anti-globalisasi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan anti-globalisasi

Anti-globalisasi, atau kontra-globalisasi,[321] terdiri dari sejumlah kritik terhadap globalisasi,


namun umumnya kritis terhadap globalisasi kapitalisme korporat.[322] Gerakan ini juga lebih
sering disebut sebagai gerakan alter-globalisasi, gerakan anti-globalis, gerakan anti-
globalisasi perusahaan,[323] atau gerakan melawan globalisasi neoliberal. Gerakan anti-
globalisasi bisa disebut meliputi ideologi-ideologi yang ada di "gerakan" lainnya, yaitu
penolakan terhadap integrasi pasar modal, keadilan sosial dan kesenjangan, anti-
konsumerisme, anti-pemerintahan global, dan penolakan pencinta lingkungan. Setiap ideologi
tersebut dapat disertakan dalam gerakan anti-globalisasi, tetapi pada umumnya gerakan ini
mengerahkan segala upayanya pada prinsip-prinsip utama ini. Gerakan anti-globalisasi
dianggap sebagai gerakan sosial yang baru dan modern, karena isu-isu yang
diperjuangkannya cocok dengan zaman modern. Akan tetapi, peristiwa yang membakar
semangat gerakan ini sudah ada sejak zaman perlawanan terhadap kolonialisme Eropa dan
imperialisme Amerika Serikat 500 tahun yang lalu.[324] Ini mengacu pada benua Afrika yang
dikolonisasi dan diperas sumber daya alamnya oleh bangsa Eropa pada abad ke-19. Gerakan
anti-globalisasi juga sangat terkait dengan mobilisasi anti-Perang Vietnam antara 1960 dan
1970, serta protes internasional terhadap penyesuaian struktur di Afrika, Asia, dan Amerika
Latin. Sosiolog Britania Paul Q. Hirst dan ekonom politik Grahame F. Thompson
mengatakan bahwa istilah ini masih kabur;[325] aktivitas "gerakan anti-globalisasi" mencakup
upaya-upaya untuk menunjukkan kedaulatan, mempraktikkan pembuatan keputusan
demokratis lokal, atau membatasi pergerakan orang, barang, dan ideologi kapitalis, terutama
deregulasi pasar bebas, secara internasional. Pengarang dan aktivis sosial Kanada Naomi
Klein berpendapat bahwa istilah ini bisa berarti satu gerakan sosial atau beberapa gerakan
sosial seperti nasionalisme dan sosialisme.[326] Bruce Podobnik, sosiolog di Lewis and Clark
College, menyatakan bahwa, "mayoritas kelompok yang berpartisipasi dalam protes semacam
ini mendapatkan dukungan internasional, dan mereka biasanya menuntut globalisasi yang
memperbaiki perwakilan demokratis, hak asasi manusia, dan egalitarianisme."[327] Ekonom
Joseph Stiglitz dan Andrew Charlton menulis:

Gerakan anti-globalisasi menolak aspek-aspek globalisasi yang mereka anggap negatif.


Istilah 'anti-globalisasi' sendiri adalah sebuah kesalahan, karena kelompok yang mewakili
banyak kepentingan dan isu dan orang-orang yang terlibat dalam gerakan anti-globalisasi
justru mendukung hubungan yang lebih erat antara masyarakat dan kebudayaan dunia
melalui, misalnya, bantuan, bantuan pengungsi, dan isu lingkungan global.[328]

Umumnya, penentang globalisasi di negara-negara maju berasal dari kelas menengah dan
berpendidikan tinggi. Ini berbeda jauh dengan penentang globalisasi di negara-negara
berkembang. Gerakan anti-globalisasi di negara berkembang lebih berhasil menarik perhatian
jutaan pekerja dan petani.[329]

Para pendukung gerakan ini sadar dengan ketidaksetaraan kekuasaan dan sikap menghargai
dalam perdagangan internasional antara negara maju dan kurang maju.[330] Aktivis yang
mendukung gerakan anti-globalisasi menentang masalah yang bermacam-macam. Ada
beberapa dimensi globalisasi, yaitu ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan ideologi.
Subkelompoknya yang banyak mencakup anggota serikat pekerja, environmentalis, anarkis,
aktivis hak lahan dan hak pribumi, organisasi HAM dan pembangunan berkelanjutan,
penentang swastanisasi, dan aktivis anti-pabrik peras (sweatshop).[324]

Taktik gerakan

D.A. Snow et al. mengatakan bahwa gerakan anti-globalisasi merupakan contoh gerakan
sosial baru. Gerakan jenis ini menggunakan taktik yang unik dan memanfaatkan sumber daya
yang tidak pernah digunakan oleh gerakan sosial lain.[331] Para pelakunya berpartisipasi dalam
hal-hal seperti taktik disruptif (mengganggu), misalnya flash mob untuk menarik perhatian
sekitar dan menyebarkan informasi soal efek globalisasi. Ada pula penyebaran informasi
tentang gerakan sosial melalui media sosial, dan getok tular tentang LSM, organisasi, dan
gerakan yang bekerja untuk meringangkan efek globalisasi. Situs-situs web seperti Twitter
dan Facebook menjadi alat yang berguna bagi masyarakat untuk mengetahui peristiwa-
peristiwa di dunia, unjuk rasa atau taktik yang sedang berlangsung, serta aktivitas LSM yang
membantu negara-negara miskin.

Salah satu taktik gerakan ini yang paling terkenal adalah Battle of Seattle tahun 1999, yaitu
unjuk rasa menolak Rapat Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia ke-3.[324] Protes
atau unjuk rasa ini bisa disebut sebagai perkumpulan orang-orang akar rumput yang memiliki
tujuan dalam gerakan anti-globalisasi yang berunju krasa melawan kekuasaan korporat di
WTO. Di seluruh dunia, gerakan sosial baru melakukan protes di luar gedung pertemuan
WTO, International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, Forum Ekonomi Dunia, dan Group
of Eight (G8).[324] Dalam unjuk rasa di Seattle, para pesertanya menggunakan taktik kreatif
dan kekerasan untuk menggalang kesadaran atas permasalahan globalisasi. Battle of Seattle
masih merupakan salah satu protes gerakan sosial terpenting dalam 20 tahun terakhir.

Penolakan integrasi pasar modal

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan anti-kapitalis

Pengunjuk rasa Bank Dunia, Jakarta, Indonesia.

Pasar modal memiliki kaitan dengan pengumpulan dan investasi uang di berbagai badan
usaha. Eratnya integrasi pasar keuangan antarnegara menciptakan pasar modal global atau
pasar dunia tunggal. Dalam jangka panjang, pergerakan modal antarnegara akan
menguntungkan para pemilik modal; dalam jangka pendek, pemilik dan pekerja di sektor-
sektor tertentu di negara pengekspor modal dibebani karena harus menyesuaikan dengan
pergerakan modal yang semakin banyak.[332] Cukup wajar apabila kondisi seperti ini berujung
pada perpecahan politik saat membicarakan dorongan atau peningkatan integrasi pasar modal
internasioanl.

Para penentang integrasi pasar modal atas dasar hak asasi manusia merasa terganggu oleh
berbagai pelanggaran yang dirasa diotaki oleh lembaga-lembaga global dan internasional
yang katanya mempromosikan neoliberalisme tanpa mematuhi standar etik. Ini bisa disebut
"kapitalisme korporat", yaitu organisasi-organisasi berorientasi uang seperti Bank Dunia dan
Dana Moneter Internasional, dan perusahaan multinasional yang populer dan kompetitif
seperti Nike dan lain-lain. Target yang paling lazim bagi pengunjuk rasa adalah Bank Dunia
(WB), Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi (OECD), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan perjanjian perdagangan
bebas seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA), Free Trade Area of the
Americas (FTAA), Multilateral Agreement on Investment (MAI), dan General Agreement on
Trade in Services (GATS). Karena ada celah ekonomi antara negara kaya dan miskin, para
pendukung gerakan ini mengklaim "perdagangan bebas" tanpa peraturan yang melindungi
negara kurang modal hanya akan memperkuat kekuatan negara-negara maju (sering disebut
"Utara", berlawanan dengan "Selatan" untuk menyebut dunia berkembang). Beberapa
perusahaan Utara yang kuat telah menerapkan kebijakan seperti swastanisasi industri publik
dan pengurangan tarif. Aksi ini justru memunculkan banyak pabrik peras (sweatshop) di
negara berkembang yang upahnya kecil dan tidak adil dan kondisinya tidak aman bagi
kesehatan dan psikologi pekerja. Negara-negara Utara mendapatkan manfaatnya dengan
membeli barang yang harganya lebih murah. Sayangnya, produksi barang murah ini
merugikan orang-orang miskin dan komunitasnya atau negaranya secara keseluruhan. Saat
ini, perdagangan adil telah diberlakukan untuk membangun kembali ekonomi negara-negara
dunia ketiga dengan membayar karyawan produsen barang ekspor dengan pantas sesuai
kinerjanya.[333]

Keadilan dan kesenjangan global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan keadilan global

Celah digital global: Komputer per 100 jiwa

Gerakan keadilan global adalah perkumpulan individu dan kelompok—biasa disebut


"gerakan pergerakan"—yang menuntut adanya aturan perdagangan adil dan melihat badan
integrasi ekonomi global saat ini sebagai suatu masalah.[334] Gerakan ini sering dicap sebagai
gerakan anti-globalisasi oleh media arus utama. Anggota gerakan ini sering membantah
bahwa mereka anti-globalisasi serta menegaskan bahwa mereka mendukung globalisasi
komunikasi dan manusia dan hanya menentang ekspansi kekuasaan perusahaan secara global.
[335]
Gerakan ini didasarkan pada ide keadilan sosial yang menginginkan terbentuknya
masyarakat atau lembaga berdasarkan prinsip kesetaraan dan solidaritas, nilai hak asasi
manusia, dan martabat setiap manusia.[336][337][338] Kesenjangan sosial di dalam dan antar
negara, termasuk celah digital global, adalah fokus utama gerakan ini. Banyak lembaga
swadaya masyarakat dibentuk untuk memerangi kesenjangan yang terjadi di Amerika Latin,
Afrika, dan Asia. Beberapa lembaga swadaya masyarakat yang terkenal adalah War Child,
Red Cross, Free The Children, dan CARE International. Mereka biasanya bekerja sama
memperbaiki kehidupan masyarakat di dunia ketiga dengan membangun sekolah,
memperbaiki infrastruktur, memasok air bersih, membeli perlengkapan dan persediaan untuk
rumah sakit, dan bantuan lainnya.
Rapat terbuka gerakan Occupy di Washington Square Park, New York City, 8 Oktober 2011

Kesenjangan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesenjangan ekonomi dan Kesenjangan
internasional

Pesatnya perdagangan internasional dengan larangan masuk yang tinggi, konsolidasi


perusahaan, surga pajak dan cara penghindaran pajak lainnya, dan korupsi politik telah
meningkatkan kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan: distribusi aset (kekayaan)
ekonomi dan pendapatan yang semakin tidak merata di antara penduduk dunia, negara, dan
individu. Kesenjangan ekonomi bervariasi antara masyarakat, periode sejarah, struktur atau
sistem ekonomi (misalnya kapitalisme atau sosialisme), peperangan yang sedang berlangsung
atau selesai, gender, dan kemampuan individu untuk menghasilkan kekayaan.[339] Ada
berbagai indeks numerik untuk mengukur kesenjangan ekonomi. Indeks yang paling terkenal
adalah koefisien Gini, namun selain itu ada juga beberapa metode lain.

Kesenjangan ekonomi memengaruhi ekuitas, kesetaraan pengeluaran, dan kesetaraan


kesempatan. Walaupun pemikiran lama menganggap kesenjangan ekonomi diperlukan dan
membawa manfaat,[340] kesenjangan ekonomi belakangan ini lebih sering dianggap sebagai
masalah sosial.[341] Penelitian-penelitian awal yang menunjukkan bahwa kesetaraan lebih
besar menghambat pertumbuhan ekonomi terbukti salah karena tidak mempertimbangkan
waktu yang dibutuhkan bagi kesenjangan untuk menghambat pertumbuhan.[342]
Kenyataannya, salah satu penentu pertumbuhan ekonomi tetap yang paling jelas dan penting
adalah tingkat kesenjangan pendapatan.[298]

Kesenjangan internasional adalah kesenjangan yang terjadi antarnegara. Kesenjangan


ekonomi antara negara kaya dan miskin sangat besar. Menurut Laporan Pembangunan
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2004, PDB per kapita di negara yang
pembangunan manusianya tinggi, sedang, dan rendah (klasifikasi menurut Indeks
Pembangunan Manusia PBB) masing-masing 24.806, 4.269, dan 1.184 PPP$ (keseimbangan
kemampuan berbelanja dalam dolar Amerika Serikat).[343]

Kesenjangan gender di angkatan kerja global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesenjangan gender

Wanita sering terlibat dalam pekerjaan keras, termasuk pekerjaan berorientasi ekspor.
Serangkaian bukti menunjukkan bahwa meski globalisasi memperluas akses pekerjaan bagi
wanita, tujuan jangka panjang globalisasi berupa perubahan kesenjangan gender masih tak
tercapai dan tampaknya tidak akan bisa dicapai tanpa pengaturan modal serta reorientasi dan
perluasan peran negara dalam mendanai kepentingan masyarakat dan menyediakan jaring
pengaman sosial.[344]

Anti-konsumerisme

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Anti-konsumerisme

Anti-konsumerisme adalah gerakan sosial-politik yang menentang penyetaraan kebahagiaan


pribadi dengan konsumsi dan pembelian barang kepemilikan. Istilah "konsumerisme"
pertama kali digunakan tahun 1915 untuk menyebut "dukungan terhadap hak dan
kepentingan konsumen", namun istilah "konsumerisme" di sini mengacu pada makna yang
dicetuskan tahun 1960, yaitu "pemerolehan barang konsumsi". Kekhawatiran atas perlakuan
konsumen melahirkan aktivisme yang lumayan besar serta penyertaan pendidikan konsumen
ke kurikulum sekolah.

Aktivisme anti-konsumeris sejalan dengan aktivisme lingkungan, anti-globalisasi, dan


aktivisme hak asasi hewan yang sama-sama mengutuk perusahaan modern atau organisasi
yang mengejar kepentingan ekonomi saja. Salah satu variasi topik ini adalah aktivisme yang
dilakukan kaum poskonsumen. Kaum poskonsumen lebih menekankan pada kehidupan
pasca-konsumerisme adiktif.

Belakangan ini semakin banyak buku dan film yang memperkenalkan ideologi anti-
perusahaan kepada masyarakat, seperti buku No Logo karya Naomi Klein dan film The
Corporation & Surplus.

Penolakan terhadap materialisme ekonomi berasal dari dua sumber utama, agama dan
aktivisme sosial. Beberapa agama mengajarkan bahwa materialisme mengganggu hubungan
antara manusia dan Tuhan dan materialisme adalah gaya hidup yang tidak bermoral. Para
aktivis sosial percaya bahwa materialisme ada kaitannya dengan barang ritel global dan
konvergensi pemasok, perang, ketamakan, anomi, kejahatan, kerusakan lingkungan, serta
malaise dan ketidakpuasan sosial secara umum.

Anti-pemerintahan global

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemerintahan global

Sejak 1930-an, muncul penolakan terhadap ide pemerintahan dunia sebagaimana yang
diusung oleh sejumlah organisasi seperti World Federalist Movement (WFM).[345] Para
penentang pemerintahan global biasanya beropini atas dasar ide tersebut kurang cocok,
opresif, dan tidak perlu.[346] Umumnya, para penentang khawatir dengan pemusatan
kekuasaan atau kekayaan yang dimiliki pemerintahan seperti itu. Alasan keagamaan juga
diangkat; pemerintahan global dipandang sebagai Antikristus atau perwujudannya (lihat
Tatanan Dunia Baru (teori konspirasi)). Alasan semacam ini sudah ada sejak zaman pendirian
Liga Bangsa-Bangsa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Anda mungkin juga menyukai