PRAKTIKUM BIOLOGI
Oleh :
Nim/shift : J310190037
Kelas : Gizi 4A
Pengampu :
Aslab :
Aprilia Suryaningrum
2021
PENGARUH FAKTOR BIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh berbagai antibiotic terhadap peryumbuhan bakteri.
2. Mengetahui dan menentukan antibiotic yang membentuk daerah hambatan/zona
hambatan terbesar dan terkecil.
B. LATAR BELAKANG
Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan agen
kemoterapetik.Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menhambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme, contohnya penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lain-
lain.Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagai agen kemoterapetik
dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman.Istilah ini sebelumnya
digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah
ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang mirip,
contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon (Setiabudy, 2011; Dorland, 2010).
Antibiotik merupakan bahan yang dikeluarkan oleh mikroorganisme dan bersifat
antagonik terhadap pertumbuhan dan hidupnya mikroorganisme lain. Antibiotik
banyak digunakan klinisi untuk menangani berbagaipenyakit infeksi. Pemakaian
antibiotik selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini
tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti
Amerika Serikat. Penggunaannya yang luas mengakibatkan tekanan selektif yang
kuat, dan secara konsisten menyebabkan bakteri resisten. Banyak hal yang
mendukung terjadinya resistensi. Pada akhirnya masalah ini akan merugikan baik dari
segi kesehatan terjadinya peningkatan angka morbiditas dan motilitas, ekonomi, dan
sosial (Humaida, 2014).
Antibiotik pertama kali mulai diperkenalkan untuk pengobatan pada manusia pada
tahun 1940 dan sepanjang 60 tahun belakangan antibiotik telah banyak digunakan dan
disalahgunakan. Antibiotika, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada
1910, sampai saat ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus
penyakit infeksi. Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan
yang luar biasa, baikdiIndonesiajuga di negara maju sepertiAmerika Serikat (Akalin,
2012).
Eritromisin termasuk antibiotik golongan makrolid dan efektif baik untuk kuman
gram positif maupun gram negatif. Antibiotik ini dihasilkan oleh
Streptomyceserythreusdan digunakan untuk pengobatan akne. Eritromisin umumnya
bersifat bakteriostatik, walaupun terkadang dapat bersifat untuk kuman yang sangat
peka. Eritromisin merupakan serbuk hablur putih dan sukar larut dalam air. Hal inilah
salah satu yang berpengaruh pada penetrsai obat melalui lapisan kulit. Salah satu cara
untuk melihat efek yang optimal dari sediaan semi solid adalah dengan melihat
penetrasi obat melalui lapisan kulit teratas sehingga efek farmakologinya dapat
dirasakan (Gun, 2005).
Metode tuang (pour plate) adalah metode isolasi bakteri setelah dilakukan
pengenceran bertingkat. Langkah pertama yang dilakukan adalah 1 ml suspensi
bakteri diteteskan ke dalam cawan Petri kosong secara aseptis. Media yang masih cair
(>450 C) dituangkan kedalam cawan Petri dan kemudian dihomogenkan dengan cara
diputar. umlah organisme yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan
yang bersangkutan (Lilya, et al, 2015).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Yunita et al. (2015), metode pour plate dilakukan dengan cara menuangkan 1 ml
sampel dari setiap pengenceran pada cawan petri yang kosong, kemudian menuangkan media
yang masih cair sehingga media dengan sampel tercampur. Langkah selanjutnya adalah memutar
cawan petri mengikuti pola angka delapan dan inkubasi pada suhu 37οC selama 1 x 24 jam.
Prinsip dari metode cawan adalah menumbuhkan sel-sel mikroba yang masih hidup pada
suatu atau beberapa media sehingga sel tersebut berkembang biak dan membentuk koloni-koloni
yang dapat dilihat langsung dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop (Merisa, dan
Yunita, 2015).
Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode disc diffusion (tes Kirby-Bauer). Ose
steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri kemudian dioleskan pada
media NA. Setelah olesan bakteri mengering, paper disk (diameter 6 mm) yang telah direndam
ekstrak selama 1 jam ditiriskan dan diletakkan di atas media yang berisi olesan bakteri dengan
sedikit ditekan agar paper disk menempel pada permukaan media. Selanjutnya diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 24 –48 jam. Aktivitas antibakteri dinyatakan positif apabila terbentuk zona
hambat berupa zona bening disekeliling paper disk (Ernawati, et al, 2016).
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan suatu
potensi antibiotik dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap pertumbuhan
mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa
hambatan pertumbuhan (Fauziah, 2019).
BAB III
METODE
membuat piaraan agar cawan secara pour plate dari E coli, Staphylococcusdan Bacillus (mengambil satu tetes
suspensi biakan tersebut atau 1 ose dari biakanNA miring, menambahkan media NA cair, ratakan dan padatkan).
membagi Cawan petri menjadi 4 juring (membuat garis tegak lurus dengan spidoldi bagian bawah cawan).
Untuk uji biologi: mengambil potongan kertas dengan pinset dan dimasukkanke tetrasiklin, kemudian diletakkan
di salah satu juring.
Lakukan hal yang sama seperti langkah 3 untuk amoksilin, penisillin danaquadest.
mengamati pertumbuhan bakteri dan terbentuknya daerah hambatan (daerahyang tidak ditumbuhi bakteri )
PENUTUP
A. HASIL PRAKTIKUM
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalah mempraktikan mengenai pengaruh faktor biologi
terhadap pertumbuhan mikroba. Mikroba adalah organisme yang mampu beradaptasi dan
hidup pada berbagai jenis lingkungan. Tempat hidup lingkungan mikroba salah satunya
adalah air. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mikroba di dalam air. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah faktor biologi, contohnya
adalah seperti pH, aktivitas air (aw), potensi oksidasi-reduksi (EM), kandungan nutrisi,
senyawa antimikroba, dan struktur biologi.
Dalam praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode pour plate. Teknik
pour plate adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan mencampurkan inokulum
sampel dengan medium padat yang masih berbentuk cair sehingga kumpulan sel akan
tersebar merata ke seluruh media (tidak hanya di permukaan). Metode ini cocok untuk
menumbuhkan mikroorganisme yang tidak terpengaruhi pertumbuhannya oleh
keberadaan oksigen. Teknik pour plate dilakukan dengan memasukkan sejumlah
inokulum dengan volume tertentu ke dalam cawan petri kosong steril. Tujuan dari
metode ini adalah untuk menyebarkan sel-sel bakteri yang digunakan untuk memperoleh
biakan murni.
Selanjutnya, metode pour plate ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan diantaranya adalah hanya sel yang masih hidup yang dihitung, beberapa jenis
mikroba dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi
mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan
penambahan spesifik. Sedangkan Kekurangan metode pour plate adalah hasil perhitungan
tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang
berdekatan mungkin membentuk satu koloni, medium dan kondisi yamg berbeda
mungkin menghasilkan nilai yang berbeda, mikroba yang ditumbuhkan harus dapat
tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak
menyebar serta memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung. Dalam metode pour plate juga dapat mengakibatkan
kesalahan yang terjadi. Diantaranya adalah heat-shock yang dapat mematikan
mikroorganisme yang sensitif panas, kemungkinan tercipratnya media ke pinggir atau
tutup cawan saat pengadukan, perbedaan ukuran koloni di dalam dan di permukaan
akibat bedanya konsentrasi oksigen, dan koloni yang tumbuh di permukaan yang dapat
menganggu pengamatan.
Selain menggunakan metode pour plate pada pembuatan agar cawan, metode lain
yang digunakan adalah metode paper dish. Pada metode ini,digunakan suatu cakram
kertas (paper disc) yang berfungsi sebagai tempat penampung zat antimikroba. Hasil
pengamatan yang diperoleh berupa daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas
cakram yang menunjukan adanya zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Kertas saring
tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji,
kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi
optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati setelah
inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37C. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa
ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang
menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Menurut greenwood (1995)
efektifitas suatu zat antibakteri bisa diklasifikasikan pada tabel berikut :
C. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Faktor biologi sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Contohnya adalah
seperti pH, aktivitas air (aw), potensi oksidasi-reduksi (EM), kandungan nutrisi,
senyawa antimikroba, dan struktur biologi.
2. Larutan antibiotik dapat dibagi menjadi 2 yaitu yang memiliki zona buram (tidak
memiliki efek daya hambatan) dan yang memiliki zona bening (memiliki efek
daya hambatan).
3. Kategori diameter hambatan adalah 7-15 mm termasuk kategori lemah, 16-25 mm
termasuk dalam kategori sedang, dan terakhir >25 mm masuk ke dalam kategori
kuat.
4. Ketiga larutan memiliki diameter hambatan kuat, dan untuk aquadest steril tidak
memiliki daerah hambatan sehingga ada pertumbuhan mikroba disana.
DAFTAR PUSTAKA