Anda di halaman 1dari 29

PERANAN MODAL DALAM

PENGEMBANGAN
PERTANIAN
Lutfi Zulkifli, S.P. M.Si
Pendahuluan
◦ Modal dalam usaha tani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang
yang digunakan untuk menghasilkan suatu secara langsung dalam suatu proses produksi.
◦ Pembentukan modal bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani, serta
menunjang pembentukan modal lebih lanjut
Pembiayaan Pertanian Jangka Panjang
Pembiayaan pertanian tidak terlepas dari isu baru (current issues) yang terus bergulir pada tataran global. Isu
tersebut menyangkut:
1. Semakin ketatnya kompetisi di antara para produsen, baik pada level negara, korporasi, maupun pelaku
ekonomi lain. Sebagai konsekuensinya, tuntutan ke arah efisiensi dan terwujudnya precision agricultural
bersifat mutlak.
2. Berkurangnya subsidi, insentif, stimulus, dan proteksi. Tekanan masyarakat internasional dan organisasi
perdagangan dunia (WTO) terhadap industri gula Uni Eropa untuk segera menghentikan subsidi, baik
terhadap subsidi langsung kepada petani maupun negara negara bekas koloninya yang menjadi
pengekspor gula, yang tergabung dalam Afro-Carribean Pacific (ACP) dapat di sebut sebagai salah satu
contoh.
3. Pentingnya kegiatan pertanian ramah lingkungan (environmentally friendly), termasuk penggunaan bio
Fertilizer dari limbah pertanian dan industri tanaman tanaman tanpa pestisida.
4. Pertanian yang lebih berbasis pada pengetahuan (knowledge based)
5. Peluang pertanian menghasilkan bio energy yang bersifat terbarukan (renewable) dan kemungkinan
menggantikan bahan bakar fosil. Dari tebu misalnya dapat menghasilkan bioetanol, sementara sawit dan
jarak untuk biodisel.
Pembiayaan Pertanian Jangka Panjang
◦ Keseluruhan mata rantai pembiayaan mencerminkan integrasi Implementasi sistem agribisnis secara
utuh, mulai dari industri hulu (bibit, mesin atau peralatan, agro industri), budidaya (on-farm) pengolahan
(off-farm), pemasaran, penunjang (bank, riset), sampai berbisnis hilir(diversifikasi). Walaupun demikian,
pola nya harus mengacu pada karakteristik dan siklus usaha (3-4 bulan, 1 tahun, 5 tahun, dan lain – lain)
◦ Untuk memotivasi petani dan pelaku ekonomi agribisnis lain agar lebih fokus pada upaya peningkatan
daya saing, diperlukan kebijakan proteksi dan promosi selama masa transisi menuju liberalisasi
perdagangan (mengingat hampir semua produk pertanian masih harus diimpor).
◦ Kebijakan proteksi menyangkut perlindungan dari masuknya produk impor secara membabi buta dan
yang masuk secara ilegal, sedangkan kebijakan promosi berupa insentif bagi petani yang berkomitmen
meningkatkan produktivitas.
Modal Usaha Tani
◦ Bagi petani daerah pedesaan, pembentukan modal sering dilakukan dengan cara menabung
(menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk keperluan masa yang akan datang). Pemerintah
membantu dengan memberikan berbagai macam kredit produksi (KUT, KCK, kafe, ide, dan lain lain),
namun belum semuanya dimanfaatkan dengan baik, baik dari segi kesehatan maupun pengelolaan
Modal Usaha Tani
Ada beberapa faktor yang menyebabkan petani dan pelaku Agribisnis sulit mendapatkan pinjaman modal, antara
lain:

1. Tidak adanya kolateral (jaminan), terutama jika berhubungan dengan lembaga keuangan formal. Jaminan
yang umum dimiliki adalah sama, sementara kenyataan menyebut bahwa masih berkaitan dengan
kepemilikan tanah. Secara umum, tidak adanya pengakuan terhadap aset karena tidak adanya bukti hukum
terhadap aset aset tersebut.

2. Ada yang buruk terhadap lembaga pembiayaan yang pernah ada, misalnya KUT (kredit Usahatani).

3. Sulitnya Petani dan pelaku Agribisnis lain secara langsung mengikuti Formalitas yang diharapkan pihak bank.

4. Lembaga keuangan formal kebanyakan tidak mampu, mungkin juga tidak mau atau tidak mengerti dan tidak
memahami sifat nature dari kegiatan pertanian, Misalnya masalah gestate period, hubungannya dengan
musim dan lain lain
Modal Usaha Tani
Berdasarkan beberapa faktor penyebab tidak bankable nya petani dan pelaku tersebut maka kendala
utama pembiayaan usaha Agribisnis adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya bank untuk membiayai pertanian (bank pertanian)

2. Kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit faktor Agribisnis

3. Terbatasnya lembaga Penjamin kredit untuk sektor pertanian.

4. Proses pembelajaran dari pola channeling ke pola executing

5. Adanya program pemerintah yang sifatnya bantuan menghambat penyaluran kredit perbankan.

6. Kesan perbankan bahwa sektor Agribisnis high risk.


Modal Usaha Tani
◦ Sehubungan dengan strategi pengembangan pembiayaan perbankan dalam rangka pengembangan
pertanian dapat dilakukan dengan cara:

1. Menyempurnakan kebijakan pembiayaan dimanfaatkan lebih baik lagi oleh petani dan pelaku
Agribisnis

2. Meningkatkan aksesibilitas petani dan pelaku Agribisnis terhadap sumber pembiayaan non
perbangkan

3. Mensosialisasikan sumber pembiayaan perbankan yang telah ada.

4. Menjalin kerjasama dengan sumber pembiayaan non perbankan, baik dalam negeri maupun luar
negeri.
Sumber Pembiayaan Perbankan
1. Bimbingan massal (BIMAS) dan Intensifikasi massal (INMAS)
2. Kredit umum pedesaan (KUPEDES)
3. Kredit investasi kecil (KIK) dan kredit modal kerja permanen (KMKP)
4. Kredit candak kulak (KCK)
5. Kredit Usaha Tani (KUT)
6. Kredit modal kerja usaha kecil menengah (KMK-UKM) dan koperasi di Jawa Timur melalui
Bank Jatim dan BPR Jatim
7. Kredit mikro dalam rangka proyek pembinaan peningkatan pendapatan petani nelayan
kecil - rural income generation project (P4K-RIGP)
8. Kredit dalam rangka penyaluran dana ekonomi produktif (DPP dan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP).
1. Bimbingan massal (BIMAS) dan
Intensifikasi massal (INMAS)
◦ Diberlakukan dari tahun 1964 - 1984 untuk para petani padi
◦ Tujuannya, untuk meningkatkan produksi beras dengan cara menyediakan input -
input pertanian dengan harga murah, serta memberikan bantuan teknis kepada para
petani
◦ Dalam pelaksanaannya, tingkat pembayaran kembali kredit ini sangat buruk, bukan
hanya disebabkan oleh kegagalan panen, serangan hama, atau penyakit pada
tanaman, tetapi juga karena adanya anggapan bahwa kredit ini merupakan bantuan
dana dari pemerintah sehingga tidak perlu dikembalikan.
2. Kredit umum pedesaan (KUPEDES)
◦ Kredit umum pedesaan merupakan suatu kebijaksanaan kredit yang diberikan dalam rangka
pengembangan dan peningkatan usaha kecil yang sudah ada atau kegiatan proyek baru yang ada
di pedesaan, termasuk usaha yang pernah dibiayai dari fasilitas kredit mini, kredit, atau jenis kredit
lainnya.
◦ Oleh karena itu, persyaratan dan prosedur kredit juga ditentukan oleh bank pemberi kredit. Bidang
usaha yang dibiayai kredit umum ini, yaitu sebuah usaha atau kegiatan komersial yang tidak dibiayai
kredit program. Salah satu bentuk kredit umum, yaitu kredit usaha kecil (KUK) yang merupakan
penyempurnaan dari kredit yang sudah ada. Untuk melaksanakan nya, Bank diberikan likuiditas dari
pemerintah.
◦ Sementara itu, tingkat bunga kredit disesuaikan dengan tingkat bunga yang berlaku di pasaran. Kredit
umum ini mulai dijalankan pada tahun 1984 oleh BRI Unit Desa dengan menyediakan modal kerja dan
modal investasi untuk tiap jenis usaha yang ada di daerah pedesaan, penerapan tingkat bunga yang
lebih tinggi daripada sebelumnya.
◦ Rasionalisasi suku bunga ini merangsang munculnya tabungan tabungan masyarakat di daerah
pedesaan dan bang unit desa mulai memobilasikanya.
3. Kredit investasi kecil (KIK) dan kredit
modal kerja permanen (KMKP)
◦ Ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1973 dengan tujuan untuk memberikan KIK dan KMKP kepada
usaha usaha kecil di segala sektor dalam perekonomian.
◦ Tujuan lain program ini adalah penciptaan lapangan kerja, penyebaran investasi secara geografis, dan
pengembangan sektor agrikultural bentuk, misalnya perikanan, tembakau, peternakan unggas,
peternakan domba, dan cengkeh.
◦ KIK dan KMKP merupakan suatu kebijaksanaan kredit yang bersifat jangka menengah atau jangka
panjang dan diberikan kepada pengusaha perorangan atau perusahaan kecil pribumi dengan
persyaratan dan prosedur.
◦ Program KIK ini biasanya digunakan untuk pembiayaan investasi barang modal dan jasa yang diperlukan
dalam rangka perluasan proyek lama atau baru, serta rehabilitasi yang sudah ada. Program KMKP
diberikan untuk pembiayaan modal yang secara terus menerus digunakan untuk kelancaran usaha.
4. Kredit Candak Kulak (KCK)
◦ Program KCK merupakan suatu kebijakan pemberian kredit untuk meningkatkan dan meratakan
pendapatan masyarakat, khususnya masyarakat golongan ekonomi lemah atau usaha kecil.
◦ Tujuan lain program ini, yaitu untuk meningkatkan fungsi perkreditan koperasi dan KUD (sebagai
pelaksana), serta meningkatkan arus pemasaran dan distribusi barang barang konsumsi yang
diperlukan masyarakat.
◦ Fasilitas KCK berupa modal kerja yang bersifat jangka pendek (jangka waktu tiga bulan), persyaratan
yang mudah tanpa jaminan, serta prosedurnya mudah dan cepat.
◦ Program ini dimulai pada tahun 1976 dengan tujuan untuk memberikan kredit pada para pedagang
kecil yang ada di daerah pedesaan dalam rangka membebaskan mereka dari para lintah darat -
melalui BUUD
5. Kredit Usaha Tani (KUT)
◦ KUT baru diberlakukan pada tahun 1997dengan beberapa tujuan, yaitu membantu petani yang belum
mampu membiayai sendiri usaha tani nya, meningkatkan pendapatan petani, membantu
pengembangan koperasi, serta meningkatkan produksi padi, palawija dan hortikultura.
◦ Kredit program ini disalurkan apabila ada beberapa komponen, yaitu petani dengan pemilikan lahan
maksimum 2 ha gabuung dalam kelompok tani, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), koperasi / LSM dan
bank penyalur.
◦ Jenis kredit program ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan usaha di bidang agribisnis
dan industri ikutannya, baik yang pernah ada maupun yang masih berjalan saat ini, misalnya KUT.
◦ KUT merupakan kredit modal kerja untuk membiayai usaha tani dalam rangka peningkatan intensifikasi
padi, tanaman hortikultura, dan tanaman obat obatan.
6. Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Menengah
(KMK-UKM) dan koperasi di Jawa Timur
melalui Bank Jatim dan BPR Jatim
◦ Latar belakang dikembangkannya berikut:
❖ Meningkatnya jumlah penduduk miskin karena pengangguran yang relatif cukup
besar di provinsi Jawa Timur
❖Ketersediaan lapangan kerja yang relatif semakin sulit
❖Kemampuan berusaha para pengusaha kecil menengah dan koperasi (UKMK),
terutama yang berada di wilayah pedesaan.
❖Kemampuan UKMK dalam mengakses kredit perbankan komersial relatif sulit.
❖Bank Jatim memiliki jaringan pelayanan di wilayah kabupaten atau kota dan BPR
Jatim memiliki jaringan pelayanan di ibukota wilayah Kecamatan
6. Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Menengah
(KMK-UKM) dan koperasi di Jawa Timur
melalui Bank Jatim dan BPR Jatim
◦ Program ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan Usaha ekonomi produktif UKMK,
khususnya yang berorientasi ekspor.
◦ Pemanfaatkan kredit tersebut guna meningkatkan produktivitas, pendapatan, serta
kesejahteraan pengusaha kecil menengah dan koperasi.
◦ Sementara itu, sasaram kredit program ini adalah UKMK yang tergabung atau belum
tergabung dalam asosiasi, usahanya dalam keadaan sehat, produktif, serta
dimungkinkan berkembang dari penambahan modal pinjaman program ini
7. Kredit Mikro dalam Rangka Proyek Pembinaan
Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil
- rural income generation project (P4K-RIGP)
◦ Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan nelayan kecil yang
penghasilannya masih di bawah garis kemiskinan, pemerintah melalui perbankan
(dalam hal ini BRI) dan Departemen Pertanian sejak tahun 1979 telah memberikan
kredit kepada masing masing kelompok petani dan nelayan kecil (KPK) melalui
pembentukan usaha produktif yang dilakukan.
◦ Karena proyek ini kurang berhasil pada tahun 2007 proyek ini dihentikan. Sebagai
gantinya, pemerintah bersama bank pelaksana telah mengeluarkan kredit lain tujuan
dan fungsi yang hampir sama dengan proyek ini 4K ini
8. Kredit dalam Rangka Penyaluran Dana Ekonomi
Produktif (DPP dan Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP).
◦ Sampai dengan saat ini, sebagian masyarakat pesisir terutama nelayan masih merupakan bagian dari
masyarakat yang tertinggal miskin dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya
◦ salah satu penyebab kemiskinan tersebut adalah karena masyarakat pesisir belum mampu mengakses
pemodalan usaha dari lembaga perbankan.
◦ Hal ini terjadi karena keterbatasan informasi sumber sumber pembiayaan yang dapat di akses, tingginya
kredit bermasalah pada program sebelumnya sehingga bank enggan menyalurkan lagi kreditnya, serta
persyaratan pengaksesan dan perlunya agunan bagi lembaga penyalur kredit untuk mengcover resiko
◦ Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, perlu adanya upaya sosialisasi, baik kepada masyarakat
pesisir tentang perbankan dengan segala implikasinya maupun kepada pihak pihak perbankan atau
lembaga keuangan lainnya tentang sistem usaha perikanan
8. Kredit dalam Rangka Penyaluran Dana Ekonomi
Produktif (DPP dan Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP).
◦ Disamping itu, agar usaha masyarakat menjadi bankable (layak secara perbankan)
sekaligus memiliki legalitas badan hukum maka diperlukan pendampingan dan
fasilitasi secara insentif, komprehensif, dan berkelanjutan.
◦ Sasaran proyek PEMP adalah masyarakat pesisir sekalah usaha mikro dan kecil yang
dibagi ke dalam dua kelompok:
❖Koperasi lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra minah (LEPP-M3), koperasi
perikanan, atau koperasi lainnya sebagai sasaran antara
❖Sasaran akhir, yaitu masyarakat pesisir dengan usaha skala mikro yang berorientasi pada sektor
usaha kelautan dan perikanan, seperti kegiatan penangkapan, budidaya, perniagaan hasil
perikanan, pengolahan ikan, usaha jasa perikanan, dan pengelolaan wisata bahari, yang
seluruh kegiatan usaha tersebut berlokasi di daerah pesisir dan pulau - pulau kecil.
Sumber Pembiayaan Nonperbankan
1. Kredit Tunda Jual Pola Gadai Gabah
2. Modal Ventura
3. Dana Laba BUMN
4. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
5. Lembaga Keungan Mikro Agribisnis (LKM-A)
1. Kredit Tunda Jual Pola Gadai Gabah
◦ Pegadaian meluncurkan pembiayaan yang dikenal dengan nama “kredit tunda jual
pola gadai gabah”. Latar belakang peluncuran kredit tersebut, antara lain:
❖Harga gabah yang rendah pada saat panen raya,
❖Petani terpaksa menjual gabahnya karena karena kebutuhan yang mendesak untuk biaya
hidup sehari-hari.
❖Petani tidak memiliki fasilitas pengeringan dan penyimpanan gabah sehingga penundaan
penjualan gabah akan sangat merugikan karena akan berdampak pada penurunan harga
jual.
◦ Intinya, petani membutuhkan kredit yang cepat dan mudah dengan agunan
gambar untuk memenuhi kebutuhan.
◦ Tujuan kredit tunda jual pola gabah adalah memberikan kesempatan kepada
petani untuk menunda menjual gabahnya dengan mendapat kredit dari perum
pegadaian dan jaminannya adalah gabah miliknya.
2. Modal Ventura
Merupakan alternatif pembiayaan yang berbentuk penyertaan modal kepada
perusahaan pasangan usaha (PHU) dalam jangka waktu tertentu. Karakteristik modal
ventura antara lain:
❖Bersifat risk capital
❖ Merupakan active investment
❖ Investasi bersifat sementara waktu atau tidak permanen
❖ Dapat membiayai pada berbagai tingkat pertumbuhan usaha
❖ Mengharapkan capital gain/bagi hasil atas investasi yang ditanamkan
3. Dana Laba BUMN
◦ Sejak tahun 1994 BUMN wajib menyisikan sebagian laba nya untuk program
PUKK.
◦ Setiap tahun BUMN menetapkan alokasi dana PUKK untuk setiap provinsi atau
daerah istimewa.
◦ Keberhasilan penyaluran dana PUKK tersebut menjadi wewenang BUMN di
daerah masing masing. 20% dari alokasi tersebut untuk penjaminan kredit
usaha mikro.
◦ Dinas teknis dapat memanfaatkan dana PUKK untuk pembiayaan agribisnis
binaannya dengan koordinasi BUMN setempat dan Instansi terkait.
4. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
◦ Pola ini dilatarbelakangi oleh masih besarnya minat masyarakat untuk menanamkan modalnya dalam
perusahaan agribisnis.
◦ Tentu saja, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjamin keamanan modal yang berasal dari
penyertaan atau penarikan dana masyarakat (investor) yang dilakukan oleh perusahaan agribisnis.
◦ Dilaksanakan setelah terbit surat keputusan bersama (SKB) menteri pertanian dan ketua badan
pengawas pasar modal atau Bapepam
5. Lembaga Keungan Mikro Agribisnis (LKM-A)

◦ Adalah lembaga keuangan mikro yang tubuh dan berasal dari kelompok tani yang
memberikan pelayanan jasa keuangan kepada masyarakat tani pelaku agribisnis.
◦ Karakteristik LKM-A antara lain:
❖Tidak menggunakan pola pelayanan keuangan perbankan konvensional
❖Mensyaratkan adanya penjaminan nonagunan
❖Menerapkan proses administratif yang sederhana dan bertanggung jawab
Koperasi sebagai Lembaga Perekonomian
◦ Koperasi resmi dipahami sebagai organisasi mandiri ekonomis, yang tidak hanya terdiri dari jaringan
yang terhubung secara horisontal, tetapi juga dengan organisasi hirarki.
◦ Upaya memperluas jangkauan kinerja koperasi ternyata belum diikuti dengan keanggotaanya.
◦ Jumlah petani yang menjadi anggota KUD masih relative kecil. Lebih dari 17,1 juta keluarga terlibat
dalam pertanian pangan, perikanan, dan peternakan, tetapi hanya1,7 juta keluarga (10,1%) yang
menjadi anggota KUD. Diantara yang menjadi anggota ternyata tidak semua menerima layanan yang
sama, bahkan sejumlah besar anggota tidak menerima apapun.
◦ Pengembangan struktur kegiatan usaha koperasi pedesaan melalui KUD mandiri inti (KMI) dapat
menjadi terobosan penting dalam jangka pendek dan menengah, dengan harapan KUD dapat
berkembang pada pusat pertumbuhan agribisnis dan menjadi simpul jaringan usaha antar KUD
Koperasi sebagai Lembaga Perekonomian
◦ Keberadaan koperasi di suatu wilayah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
aktivitas ekonomi secara keseluruhan, akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penduduk jika
mampu bergerak dibidang unit usaha unggulan dan potensial unggul yang diharapkan bertindak
sebagai sektor pendorong kemajuan ekonomi wilayah.
◦ Dengan makin mudahnya akses terhadap modal dan teknologi pada era global globalisasi ini,
kekuatan persaingan lebih ditentukan oleh sumber daya manusia, selain tetap memperbaharui
teknologi dan mengakses informasi sebanyak banyaknya.
Koperasi sebagai Lembaga
Perekonomian
◦ Apabila dalam persaingan itu kekuatan antar pesaing seimbang maka iklim persaingan akan
menguntungkan semua pihak. Berdasarkan hal tersebut, tampaknya membangun koperasi
berdasarkan usaha yang kuat merupakan suatu kebutuhan.
◦ Pada masa masa mendatang, kebijaksanaan ekonomi harus diutamakan pada pengembangan
koperasi dengan cara kerjasama operasi, kerjasama atau transfer menejemen, kerjasama atau transfer
teknologi, penyertaan modal, membangun usaha patungan, dan membangun informasi yang
sistematis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai