Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Mutiara Insani
2017021052
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
1
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………...22
B. Implikasi……………………………………………………………...22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...23
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
beberapa abad silam. Maka dalam makalah yang saya ini akan menjelaskan
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam dunia islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dari penyampaian ilmu pengetahuan ke dunia islam?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa islam klasik?
3. Bagaiman perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan islam?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui dan memahami bentuk penyampaian ilmu pengetahuan ke
dunia islam.
2. Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
islam klasik.
3. Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
kejayaan islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa 3000 tahun sebelum masehi telah muncul peradaban di lembah
Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur Tengah, di
tepi sungai Nil, Mesir, dan di lembah sungai Indus. Selain itu, peradaban juga
muncul di lembah Sungai Kuning (peradaban bansa Cina). Di tempat-tempat
perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat semakin kompleks
menyebabkan penciptaan aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan
niaga. Dengan mulai majunya peradaban kuno dengan mengenal aksara ini
merupakan awal perkembangan ilmu pengetahuan manusia.
Kemudia pada sejarah dunia lama yaitu masa awal abad masehi, yaitu pada
masa Yunani Kuno (perkembangan awal filsafat ilmu pengetahuan lebih
maju). Menurit Ansal Bakhtiar dalam bukunya, filsafat dijadikan sebagai
landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan,
sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya.1 Zaman ini
berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan akhir abad 6 M. zaman ini
menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki suatu secara kritis) dan tidak menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja).
Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.2
1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persad, 2013), halaman 22.
2
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), halaman 82-83.
5
B. Penyampaian Ilmu dan Filsafat Yunani ke Dunia Islam
Dalam perjalan ilmu dan juga filsafat di dunia Islam, pada dasarnya terdapat
upaya rekonsiliasi- dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua
pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstrim- antara pandangan filsafat
yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan
dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Al-Farabi,
dalam hal ini, memilki sikap yang jelas karena dia percayapada kesatuan
filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat diantara mereka
sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran. Bahkan bisa
dikatakan para filosof Muslim mulai dari al-Kindi sampai Ibn Rusyd terlibat
dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan pandangan-
pandangan yang relative baru dan ,enarik. Usaha-usaha mereka pada
gilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya ke dalam
studi-studi keislaman lainnya, dan tak diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh
para filosof Muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara
filsafat Arab dan filsafat Yunani.3
Upaya penerjemahan ini telah melahirkan filsuf Islam seperti al-Kindi, Ibnu
Rusyd, al-Farabi dan Ibnu Sina. Pemikiran mengenai logika, matematika, dan
metafisika misalnya, yang berawal dari pemikiran Aristoteles telah membuat
3
Ibrahim Madkoer, Filsafat Islam dan Renesans Eropa (Cet.1; Bandung: Pustaka, 1986), halaman 118-
119.
4
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan (Jakarta: Kencana, 2011), halaman 65.
6
kagum dan mempengaruhi pemikir Islam. Namun pemikir Islam tidak
memungut begitu saja pemikiran para filsuf tersebut, melainkan mengolahnya
kembali sesuai dengan ajaran Islam.5
Pada masa ini juga didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh,
Ephesus dan Iskandariah, dimana buku-buku Yunani Purba masih dibaca dan
diterjemahkan kedalaberbagai bahasa, terutama Siriani, bahkan setelah pusat-
pusat itu ditaklukan oleh umat Islam , pengaruh pemikiran Yunani tetap
mendalam dan meluas. Pada masa ini juga didapati seorang tokoh Kristen
bernama Nestorius, yang melakukan deskontrusi atas pemahaman teologi
5
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman 67.
6
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Edisi II, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002), halaman 34.
7
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Edisi II, halaman 35.
7
kalangan Kristen konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam
pikiran Yunani tersebut. Dia bersama pengikutnya hijrah ke Suriah dan
melanjutkan kegiatan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Kegiatan ini pada
gilirannya menghasilkan terjemahan karya filsof yunani seperti Phorphyrius,
di antaranya adalah Isagoge, Categories, Hermeneutica, dan Analytica Priori.
Pusat-pusat ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh umat Kristen ini, terus
berkembang dengan bebasnya sampai mereka berada dibawah kekuasaan
Islam.8
8
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Edisi II, halaman 35-36.
9
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman 66
10
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman 66-67.
8
C. Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik
Diluar konflik yang muncul saat itu, sejarah mencatat dua orang tokoh besar
yang tidak ikut terlibat dalam perdebatan teologis yang cenderung
mengkafirkan satu sama lain, tetapi justru mencurahkan perhatiannya pada
bidang ilmu agama. Kedua tokoh itu adalah Abdullah Ibnu Umar dan
Abdullah Ibnu Abbas. Yang disebut pertama memcurahkan perhatiannya
dalam bidang ilmu hadis, sementara yang disebut belakangan lebih
berorientasi dalam bidang ilmu tafsir. Kedua tokoh ini sering disebut sebagai
pelopor tumbuhnya institusi keulamaan dalam isla, sekaligus berarti pelopor
kajian mendalan dan sistematis tentang agama islam. Mereka juga sering
disebut sebagai “moyang” golongan sunni atau Ahl-al-Sunnah wa al-
Jama’ah.11
Kelompok netral ini yang bersikap moderat dan toleran mempunyai tujuan
untuk tetap menggalang solidaritas dan kesatuan umat. Untuk keperluan
tersebut mereka meninggalkan politik dan menyibukkan diri dalam
pendalaman ilmu terutama untuk mengkaji Sunnah Nabi dan
menggunakannya untuk memahami dan mendalami agama secara lebih luas.12
9
pertumbuhan ilmu pengetahuan islam pada khususnya dan agama islam pada
umumnya karena as-sunnah merupakan sumber agama islam yang kedua
sesudah al-quran.13
10
Proses penerjemahan itu sendiri paling awal dimulai pada masa kekhalifaan
Bani Umayyah (661 - 750 M), khususnya masa kekhalifaan Abdul Malik (685
-705 M). Pada masa ini buku-buku yang diterjemahkan lebih berkaitan dengan
persoalan administrasi, laporan-laporan dan dokumentasi-dokumentasi
pemerintahan, demi untuk mengimbangi dan melepaskan diri dari pengaruh
model administrasi Bizantium-Persia. Setelah itu, buku-buku yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu pragmatis, seperti kedokteran, kimia dan antropologi,
karena pemerintahan lebih disibukkan oleh persoalan politik dan ekonomi,
usaha-usaha keilmuan ini tidak berlangsung baik.16
Dengan begitu, masuknya cara pandang keilmuan dunia luar melalui karya-
karya pemikiran para sarjana luar islam dan mempengaruhi cara pandang para
pemikir islam akan ilmu pengetahuan hingga selanjutnya pengaruh-pengaruh
tersebut terus mengakar dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-
masa berikutnya.
11
2. Zaman perkembangan, yaitu masa berkembangnya kebudayaan Islam,
meliputi tiga benua Asia, Afrika dan Eropa. Ini terjadi pada masa
Umayyah yang berpusat di Damaskus selama 90 tahun.
3. Zaman keemasan Islam zaman kebudayaan Islam mencapai puncaknya, ,
baik lapangan ekonomi, kekuasaan, ilmu pengetahuan maupun kesenian.
Meliputi : a) Masa Abbasiyah I yang berpusat di Baghdad, berjalan selama
100 tahun dengan para khalifanya yang mempunyai kekuasaan penuh,
berpikir maju dan pecinta ilmu; b) Masa Abbasiyah II, politik pusat
Abbasiyah berangsur-angsur melemah, tetapi lapangan kebudayaan,
terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan, ibukota-ibukota propinsi
berlomba menyaingi Baghdad dalam hal kemajuan.
4. Zaman penyerbuan, dimana umat Islam mengalami penyerbuan dari
segala penjuru.
5. Zaman kemunduran, yang dimulai oleh zaman gemilang dalam lapangan
politik di zaman Otsmaniyah, Shafawi dan Mughal, diakhiri dengan
penjajahan hampir seluruh dunia Islam oleh Eropa Barat
12
kekuasaan bani Abbasiyah yang berlomba-lomba menyaingi kemajuan
Baghdad dimana kekuasaan bani Abbasiyah sendiri berangsur-angsur
melemah.
18
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, halaman 57.
19
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h. 40-41
20
Amsal Bakhtiar,Filsafat Ilmu, halaman 41
13
pada saatitu dan terutama imbasnya pada masa sekarang. Kemajuan yang
telah di capai baniAbbasiyah antara lain:21
Dua imperium besar dimana tingkat minat dan gairah mempelajari filsafatdan
ilmu pengetahuan waktu itu begitu tinggi yang mana pemerintahlah yang
menjadi pelopor serta pioner utamanya yakni Abbasiyah dengan ibu kotanya
Baghdad (di timur), dan Umayyah dengan ibu kotanya Kordova (di barat).
Dua kotaini menjadi pusat peradaban dunia yang menghasilkan banyak orang
bergelut dalam dunia kefilsafatan.22
Adapun kemajuan yang di raih umat Islam di Spanyol dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang banyak sejarawan berpendapat supremasi
Islam tersebut sangat berpengaruh terhadap kemajuan Eropa, adapun lapangan
ilmu pengetahuan yaitu filsafat, sains, bahasa sastra dan musik, sejarah
21
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 13
22
Abdul Malik Wello, Filsafat Ilmu dan Sains Perfektif Islam (Makassar: Alauddin University Press,
2013), h. 35
14
dan geografi, fiqh dan kemajuan pembangunan fisik (perpustakaan, jembatan,
irigasi, istana-istana,masjid, dll).23
24
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, h.57.
15
Hasan al-Basri (w. 110 H), 15 Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H),
Ibrahim bin Adham (w. 162 H), Ja’far al-Sidiq (w. 148 H).
e. Ilmu Bahasa. Yang dimaksud ilmu bahasa adalah nahwu, sharaf
ma’ani,bayan, bad’i, arudh, qamus dan insya. Ulama-ulama yang
termasyhur ialahSibawaihi (w. 153 H), Muaz al-Harro (w. 187 H), al-
Kasai (w. 190 H), AbuUsman al-Maziny (w. 249 H).
f. Ilmu Fiqh. Para ulama fiqh terbagi dalam dua aliran yaitu 1) Ahli
hadits. Yang mengarang fiqh berdasarkan hadits. Pemuka aliran ini
adalah Imam Malik dengan pengikut-pengikutnya, pengikut Imam
Syafi’i, pengikut Sufyan da pengikut Imam Hambali; 2) Ahli ra’yi
adalah aliran yang mempergunakan akal dan pikiran dalam menggali
hukum. Pemuka aliran ini ialah Imam Abu Hanifahdan teman-
temannya fuqaha dari Irak.
25
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, h.78
16
f. Ilmu Kimia. Tokoh yang terkenal ialah Jabir bin Hayyan, ar-Razi.
g. Ilmu Tarikh dan Geografi. Tokoh yang terkenal ialah al-Idrisy
Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan
Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas
yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi
penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari
Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah
kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.
17
Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang
dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam dapet pengaruh kebudayaan
dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah pas di Baghdad dapet
tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Komplitlah sudah!
Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia
(Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu
titik lokasi.
Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al
Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk
membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains,
logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta
meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia,
dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan ga bakal pernah
muncul pada masa itu.
pada zaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan
tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen
serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia
bekerja. Nah, pada zaman itu, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh
pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik
Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen,
sekaligus digabung sama riset medis yang dilakuin sendiri sama Avicenna.
Saking kerennya nih buku, Avicenna sampe-sampe disebut sebagai “Bapak
Pengobatan Modern”.
Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat
logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya.
Perkembangan intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles
dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya
18
untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya.
Berdasarkan itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu
pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru
dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan supranatural.
19
Dua hal signifikan yang menjadikan pemicu berakhirnya era emas ini.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
2. Fokus para ulama pada masa awal-awal kembangkitan Islam
yaitumenafsirkan al-Quran dan mengkaji as-Sunnah serta mendalami
ilmuagama. Adapun penerjemahan awal karya-karya filsuf Yunani belum
berkembang secara signifikan.
3. Pada masa kejayaan Islam, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Ada dua bidang ilmu yang berkembang pesat saat itu yang memunculkan
banyak tokoh-tokoh ilmuan Islam yang sangat masyhur hingga
sekarang.Dalam bidang ilmu naqli ada Hasan al-Basri, Rabi’ah al-
Adawiyah, Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Hambali, Imam Abu Hanifa
dan lainnya. Begitu juga dalam bidang ilmu aqli ada al-Kindi, Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd, al-Ghazali,al-Khawarizmi dan lainnya.
B. Implikasi
Dengan mengetahui sejarah awal masuknya pemikiran keilmuan Yunanidalam
Islam, diharapkan memberikan pengetahuan kepada para mahasiswa
bahwadalam menuntun ilmu perlu mempertimbangkan pemikiran dari
berbagai sisi.
DAFTAR PUSTAKA
Madkoer, Ibrahim. 1986. Filsafat Islam dan Renesans Eropa. Pustaka. Bandung.
Qadir, C. A. 2002. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Edisi II.Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
22
Soleh, H. A. Khudori. 2013. Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer . Ar-
Ruzz Media. Jogjakarta.
Wello, Abdul Malik. 2013. Filsafat Ilmu dan Sains Perfektif Islam.
AlauddinUniversity Press. Makasar.
23