Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

(Makalah Pendidikan Agama Islam)

Oleh

Mutiara Insani

2017021052

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020

1
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sains dalam Islam…...5


B. Penyampaian Ilmu dan Filsafat Yunani ke Dunia Islam……………...6
C. Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik………………………...9
D. Perkembangan Ilmu pada Masa Kejayaan Islam……………………..12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………...22
B. Implikasi……………………………………………………………...22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum diutusnya Rasulullah Saw. Ke dunia, manusia berada di masa


kebodohan, dimana kemaksiatan merajalela, banyanya kejadian pembunuhan,
para pemimpin yang semena-mena terhadap rakyatnya, penyembahan
terhadap berhala dan kesesatan yang lain. Maka ketika Rasulullah Saw.
datang perilaku-perilaku ini pun diperbaiki dengan akhlak-akhlak mulia.

Ada dua sumber utama rujukan manusia dalam menjalankan kehidupan di


dunia sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. yakni al-quran dan
as-sunnah. ayat al-quran yang pertama kali turun yakni perintah untuk
“membaca”, yang memiliki arti sesungguhnya untuk mencari ilmu. Selain itu,
Rasulullah saw. juga memperintahkan umatnya untuk menuntun ilmu bahkan
hingga ke negeri china.

Terbangunnya suatu peradaban terjadi karena kebudayaansuatu masyarakat


yang maju. Pada masa awal islam perhatian Rasulullah saw. dan para sahabat
sepenuhnya kepada al-quran dan sunnah. Barulah kemudian dimasa-masa
setelahnya ilmu pengetahuan berkembang dengan luas. Dengan munculnya
para ilmuan islam pada bidang-bidang pengetahuan sains, seperti farmasi,
matematika, biologi, kimia. Selain itu, ada juga dibidang sastra bahasa.

Perkembangan ilmu pengetahuan baik itu sains maupun pengetahuan yang


lainnya dalam dunia islam telah mencapai puncak kejayaannya selama

3
beberapa abad silam. Maka dalam makalah yang saya ini akan menjelaskan
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam dunia islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dari penyampaian ilmu pengetahuan ke dunia islam?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa islam klasik?
3. Bagaiman perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan islam?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui dan memahami bentuk penyampaian ilmu pengetahuan ke
dunia islam.
2. Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
islam klasik.
3. Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
kejayaan islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sains dalam Islam

Pada masa 3000 tahun sebelum masehi telah muncul peradaban di lembah
Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur Tengah, di
tepi sungai Nil, Mesir, dan di lembah sungai Indus. Selain itu, peradaban juga
muncul di lembah Sungai Kuning (peradaban bansa Cina). Di tempat-tempat
perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat semakin kompleks
menyebabkan penciptaan aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan
niaga. Dengan mulai majunya peradaban kuno dengan mengenal aksara ini
merupakan awal perkembangan ilmu pengetahuan manusia.

Kemudia pada sejarah dunia lama yaitu masa awal abad masehi, yaitu pada
masa Yunani Kuno (perkembangan awal filsafat ilmu pengetahuan lebih
maju). Menurit Ansal Bakhtiar dalam bukunya, filsafat dijadikan sebagai
landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan,
sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya.1 Zaman ini
berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan akhir abad 6 M. zaman ini
menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki suatu secara kritis) dan tidak menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja).
Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.2

1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persad, 2013), halaman 22.
2
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), halaman 82-83.

5
B. Penyampaian Ilmu dan Filsafat Yunani ke Dunia Islam

Dalam perjalan ilmu dan juga filsafat di dunia Islam, pada dasarnya terdapat
upaya rekonsiliasi- dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua
pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstrim- antara pandangan filsafat
yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan
dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Al-Farabi,
dalam hal ini, memilki sikap yang jelas karena dia percayapada kesatuan
filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat diantara mereka
sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran. Bahkan bisa
dikatakan para filosof Muslim mulai dari al-Kindi sampai Ibn Rusyd terlibat
dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan pandangan-
pandangan yang relative baru dan ,enarik. Usaha-usaha mereka pada
gilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya ke dalam
studi-studi keislaman lainnya, dan tak diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh
para filosof Muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara
filsafat Arab dan filsafat Yunani.3

Dalam mendekatkan atau mempertemukan pandangan keilmuan para filsuf


Yunani ke dunia Islam para ilmuan Islam melakuakn penerjemahan dan
penafsiran karya tulis berbahasa Yunani. Pengetahuan danfilsafat Yunani
dipelajari dengan cara menerjemahkan karya-karya filsuf Yunani ke dalam
bahasa Arab agar dapat dibaca oleh masyarakat, baik untuk kepentingan ilmu
pengetahuan semata maupun untuk pengkajian lebih lanjut.4

Upaya penerjemahan ini telah melahirkan filsuf Islam seperti al-Kindi, Ibnu
Rusyd, al-Farabi dan Ibnu Sina. Pemikiran mengenai logika, matematika, dan
metafisika misalnya, yang berawal dari pemikiran Aristoteles telah membuat
3
Ibrahim Madkoer, Filsafat Islam dan Renesans Eropa (Cet.1; Bandung: Pustaka, 1986), halaman 118-
119.
4
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan (Jakarta: Kencana, 2011), halaman 65.

6
kagum dan mempengaruhi pemikir Islam. Namun pemikir Islam tidak
memungut begitu saja pemikiran para filsuf tersebut, melainkan mengolahnya
kembali sesuai dengan ajaran Islam.5

Menurut C. A. Qadir, proses penerjemahan dan penafsiran buku-buku Yunani


di negeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama Islam atau
penaklukan Timur Dekat oleh bangsa Arab pada tahun 641 M.6

Jauh sebelum umat islam dapat menaklukan daerah-daerah di Timur Dekat,


pada saat itu Suriah merupakan tempat bertemunya dua kekuasaan dunia,
Romawi dan Persia. Atas dasr itu, bangsa Suriah disebut-sebut memainkan
peran penting penyebaran kebudayaan Yunani ke Timur dan Barat.
Dikalangan umat Kristen Suriah, terutama kaum Nestorian, ilmu pengetahuan
Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui sekolah-sekolah mereka.
Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut menyebarluaskan
pengetahuan injil, namun pengetahuan ilmiah, seperti kedokteran, banyak
diminati oleh para pelajar. Sayangnya, pihak gerejanmemandang ilmu
kedokteran itu sebagai ilmu secular dan dengan demikian posisinya lebih
rendah daripada ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak istimewa para
pendeta.7

Pada masa ini juga didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh,
Ephesus dan Iskandariah, dimana buku-buku Yunani Purba masih dibaca dan
diterjemahkan kedalaberbagai bahasa, terutama Siriani, bahkan setelah pusat-
pusat itu ditaklukan oleh umat Islam , pengaruh pemikiran Yunani tetap
mendalam dan meluas. Pada masa ini juga didapati seorang tokoh Kristen
bernama Nestorius, yang melakukan deskontrusi atas pemahaman teologi
5
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman 67.
6
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Edisi II, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002), halaman 34.

7
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Edisi II, halaman 35.

7
kalangan Kristen konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam
pikiran Yunani tersebut. Dia bersama pengikutnya hijrah ke Suriah dan
melanjutkan kegiatan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Kegiatan ini pada
gilirannya menghasilkan terjemahan karya filsof yunani seperti Phorphyrius,
di antaranya adalah Isagoge, Categories, Hermeneutica, dan Analytica Priori.
Pusat-pusat ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh umat Kristen ini, terus
berkembang dengan bebasnya sampai mereka berada dibawah kekuasaan
Islam.8

Sejak masa Nabi Muhammad saw. sampai dengan masa kekhalifaan


(khulafaurrasyidin) ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan tuntunan
zama. Salah satu hal mengenai perkembangan ilmu dalam Islam adalah
peristiwa Fitnah al-Kubra, yang tidak hanya membawa konsekuensi logis dari
segi politis an-sich seperti yang di pahamkan selama ini, tetapi ternyata juga
membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di
dunia Islam. Pasca terjadinya Fitnah al-Kubra muncul berbagai golongan
yang memiliki aliran teologis tersendiri yang pada dasarnya berkembang
karena alasan-alasan politis.9

Adanya pertentangan dan perbedaan aliran dalam hal teologis tersebut,


menumbuhkan kegiatan kajian tentang teologi Islam lebih sistematis,
misalnya tentang masalah hukum, masalah kebebasan manusia dan peranan
akal. Hal ini, mengakibatkan terjadinya perkembangan pemikiran mengenai
berbagai hal tentang teologi Islam dan ilmu pengetahuan. Pemikiran tentang
keilmuan pihak luar yang berpengaruh ke dalam dunia Islam ialah unsur
pemikiran dari Yahudi dan Kristen serta budaya Hellenisme.10

8
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Edisi II, halaman 35-36.
9
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman 66
10
Aceng Rahmat, dkk., Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman 66-67.

8
C. Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Islam klasik diawali dengan


permasalahan politik yakni peristiwa Fitnah al-Kubra yang membagi umat
menjadi tiga golongan yaitu syiah (pengikut ali), khawarij dan pengikut
muawiyah.

Diluar konflik yang muncul saat itu, sejarah mencatat dua orang tokoh besar
yang tidak ikut terlibat dalam perdebatan teologis yang cenderung
mengkafirkan satu sama lain, tetapi justru mencurahkan perhatiannya pada
bidang ilmu agama. Kedua tokoh itu adalah Abdullah Ibnu Umar dan
Abdullah Ibnu Abbas. Yang disebut pertama memcurahkan perhatiannya
dalam bidang ilmu hadis, sementara yang disebut belakangan lebih
berorientasi dalam bidang ilmu tafsir. Kedua tokoh ini sering disebut sebagai
pelopor tumbuhnya institusi keulamaan dalam isla, sekaligus berarti pelopor
kajian mendalan dan sistematis tentang agama islam. Mereka juga sering
disebut sebagai “moyang” golongan sunni atau Ahl-al-Sunnah wa al-
Jama’ah.11

Kelompok netral ini yang bersikap moderat dan toleran mempunyai tujuan
untuk tetap menggalang solidaritas dan kesatuan umat. Untuk keperluan
tersebut mereka meninggalkan politik dan menyibukkan diri dalam
pendalaman ilmu terutama untuk mengkaji Sunnah Nabi dan
menggunakannya untuk memahami dan mendalami agama secara lebih luas.12

Disamping itu ketekunan mereka terhadap kajian as-Sunnah menyebabkan as-


sunnah mendapat perhatian umat dan pada akhirnya menyebabkan as-sunnah
menjadi terpelihara. Usaha mereka sungguh usaha yang membekas bagi
11
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), halaman 38.
12
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta:
Kencana, 2003), halaman 34.

9
pertumbuhan ilmu pengetahuan islam pada khususnya dan agama islam pada
umumnya karena as-sunnah merupakan sumber agama islam yang kedua
sesudah al-quran.13

Tahap penting berikutnya dalam proses perkembangan dan tradisikeilmuan


Islam ialah masuknya unsur-unsur dari luar kedalam Islam, khususnyaunsur-
unsur budaya Perso-Semitik (Zoroastrianisme-khususnya Mazdaisme,
sertaYahudi dan Kristen) dan budaya Hellenisme. Yang disebut dibelakangan
mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Islam ibarat pisau bermat dua.
Satu sisi iamendukung Jabariyah (antara lain oleh Jahm Ibnu Safwan), sedang
di sisi lain ia mendukung Qadariyah (antara lain Washil Ibnu Atha’, tokoh dan
pendiri Mu’tazilah). Dari adanya pandangan dikotomis antara keduanya
kemudian muncul usaha menengahi dengan menggunakan argument-argumen
Hellenisme, terutama filsafat Aristoteles. Sikap menengahi itu terutama
dilakukan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari, dan Al-Maturidi yang juga
menggunakan unsur Hellenisme.14

Perkembangan kemajuan sains dan teknologi pada zaman khalifahIslamiyah


yang dicapai kaum muslimin di mulai dengan pengalihan pengetahuanyang
ada pada filsafat Yunani ke lingkungan dunia Islam. Pengalihan
tersebutdilakukan dengan cara mempelajari pemikiran-pemikiran yang
dihasilkan olehPlato dan Aristoteles yang sudah berkembang terlebih
dahulu.15

Seperti yang di bahas sebelumnya, dalam mempelajari pemikiran- pemikiran


yang dihasilkan oleh para Filsuf Yunani, salah satu yang dilakukan
oleh para ilmuan Islam yaitu dengan menerjemahkan karya-karya mereka ke d
alam bahasa arab.
13
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, halaman 34.
14
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, halaman 39.
15
Aceng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan, halaman .65

10
Proses penerjemahan itu sendiri paling awal dimulai pada masa kekhalifaan
Bani Umayyah (661 - 750 M), khususnya masa kekhalifaan Abdul Malik (685
-705 M). Pada masa ini buku-buku yang diterjemahkan lebih berkaitan dengan
persoalan administrasi, laporan-laporan dan dokumentasi-dokumentasi
pemerintahan, demi untuk mengimbangi dan melepaskan diri dari pengaruh
model administrasi Bizantium-Persia. Setelah itu, buku-buku yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu pragmatis, seperti kedokteran, kimia dan antropologi,
karena pemerintahan lebih disibukkan oleh persoalan politik dan ekonomi,
usaha-usaha keilmuan ini tidak berlangsung baik.16

Dengan begitu, masuknya cara pandang keilmuan dunia luar melalui karya-
karya pemikiran para sarjana luar islam dan mempengaruhi cara pandang para
pemikir islam akan ilmu pengetahuan hingga selanjutnya pengaruh-pengaruh
tersebut terus mengakar dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-
masa berikutnya.

D. Perkembangan Ilmu pada Masa Kejayaan Islam

Mengenai Sejarah Kebudayaan Islam, para ahli membagi menjadi beberapa


periode.17
1. Zaman ideal, yang meletakkan dasar-dasar pertama kebudayaan Islam,
berjalan selama 40 tahun terdiri dari: a) Masa Nabi Muhammad saw.
semenjak hijrah ke madinah sampai wafatnya selama 10 tahun; b)Masa
Khulafau ar-Rasyidin selama 30 tahun.
16
H. A. Khudori Soleh, Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013), halaman 35.
17
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, halaman 6

11
2. Zaman perkembangan, yaitu masa berkembangnya kebudayaan Islam,
meliputi tiga benua Asia, Afrika dan Eropa. Ini terjadi pada masa
Umayyah yang berpusat di Damaskus selama 90 tahun.
3. Zaman keemasan Islam zaman kebudayaan Islam mencapai puncaknya, ,
baik lapangan ekonomi, kekuasaan, ilmu pengetahuan maupun kesenian.
Meliputi : a) Masa Abbasiyah I yang berpusat di Baghdad, berjalan selama
100 tahun dengan para khalifanya yang mempunyai kekuasaan penuh,
berpikir maju dan pecinta ilmu; b) Masa Abbasiyah II, politik pusat
Abbasiyah berangsur-angsur melemah, tetapi lapangan kebudayaan,
terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan, ibukota-ibukota propinsi
berlomba menyaingi Baghdad dalam hal kemajuan.
4. Zaman penyerbuan, dimana umat Islam mengalami penyerbuan dari
segala penjuru.
5. Zaman kemunduran, yang dimulai oleh zaman gemilang dalam lapangan
politik di zaman Otsmaniyah, Shafawi dan Mughal, diakhiri dengan
penjajahan hampir seluruh dunia Islam oleh Eropa Barat

Berdasarkan uraian diatas, masa keemasan dari perkembangan ilmu


pengetahuan terjadi sekitar masa kekuasaan bani Abbasiyah yang terbagi
dalam dua periode yakni masa Abbasiyah I dimana khalifah- khalifah yang
memerintah merupakan khalifah yang berpikiran luas dan senang akan ilmu
pengetahuan dan masa Abbasiyah II di mana daerah-daerah disekitaran
kekuasaan bani Abbasiyah yang berlomba-lomba menyaingi kemajuan
Baghdad dimana kekuasaan bani Abbasiyah sendiri berangsur-angsur
melemah.

Berdasarkan uraian diatas, masa keemasan dari perkembangan ilmu


pengetahuan terjadi sekitar masa kekuasaan bani Abbasiyah yang terbagi
dalam dua periode yakni masa Abbasiyah I dimana khalifah- khalifah yang
memerintah merupakan khalifah yang berpikiran luas dan senang akan ilmu
pengetahuan dan masa Abbasiyah II di mana daerah-daerah disekitaran

12
kekuasaan bani Abbasiyah yang berlomba-lomba menyaingi kemajuan
Baghdad dimana kekuasaan bani Abbasiyah sendiri berangsur-angsur
melemah.

Gerakan ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah Ja’far al-Mansur.


Setelah ia mendirikan kota Baghdad (144 H/762 M) dan menjadikannya
sebagai ibu kota negara. Ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai
daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia merangsang usaha pembukuan
ilmu agama,seperti fiqh, tafsir, tauhid, hadits atau ilmu lain seperti ilmu
bahasa dan ilmu sejarah.Akan tetapi yang lebih mendapat perhatian adalah
penerjemahan buku ilmu yang berasal dari luar.18

Pada masa Harun ar-Rasyid (786-809) proses penerjemahan masih


terus berlangsung. Harun 
memerintahkan, Yuhanna Ibnu Masawyh (w. 857), seorang dokter istana,
untuk menerjemahkan buku-buku kuno mengenai kedokteran. Dimasa itu juga
diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi, seperti Siddhanta; sebuah
risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibnu Ibrahimal-Fazari (w.
806).19

Perkembangan ilmu selanjutnya berada pada masa pemerintahan Al-Ma’mun


(813-833). Ia telah berjasa besar dalam mengembangkan ilmu di dunia Islam
dengan membangun  Bait al-Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan,
sebuah observatorium, dan sebuah departemen penerjemah.20

Adapun pencapaian ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah


telahmemberikan manfaat yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan

18
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, halaman 57.

19
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h. 40-41

20
Amsal Bakhtiar,Filsafat Ilmu, halaman 41

13
pada saatitu dan terutama imbasnya pada masa sekarang. Kemajuan yang
telah di capai baniAbbasiyah antara lain:21

1. Administrasi pemerintahan dengan biro-bironya;


2. Sistem organisasi militer;
3. Administrasi wilayah pemerintahan;
4. Pertanian, perdagangan dan industry;
5. Islamisasi pemerintahan;
6. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika,
geografi,historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika
Islam,sastra, seni dan penerjemahan;
7. Pendidikan, kesenian, arsitektur meliputi pendidikan dasar
(kuttab),menengah dan perguruan tinggi; perpustakaan dan toko buku,
mediatulis, seni rupa, seni musik dan arsitek.

Dua imperium besar dimana tingkat minat dan gairah mempelajari filsafatdan
ilmu pengetahuan waktu itu begitu tinggi yang mana pemerintahlah yang
menjadi pelopor serta pioner utamanya yakni Abbasiyah dengan ibu kotanya
Baghdad (di timur), dan Umayyah dengan ibu kotanya Kordova (di barat).
Dua kotaini menjadi pusat peradaban dunia yang menghasilkan banyak orang
bergelut dalam dunia kefilsafatan.22

Adapun kemajuan yang di raih umat Islam di Spanyol dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang banyak sejarawan berpendapat supremasi
Islam tersebut sangat berpengaruh terhadap kemajuan Eropa, adapun lapangan
ilmu pengetahuan yaitu filsafat, sains, bahasa sastra dan musik, sejarah

21
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 13

22
Abdul Malik Wello, Filsafat Ilmu dan Sains Perfektif Islam (Makassar: Alauddin University Press,
2013), h. 35

14
dan geografi, fiqh dan kemajuan pembangunan fisik (perpustakaan, jembatan,
irigasi, istana-istana,masjid, dll).23

1. Perkembangan ilmu naqli24


Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (al-Qur’an dan Hadits),
yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu ini mulai disusun
dasar perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah Nabi saw.
sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu-ilmu itu antara lain:
a. Ilmu Tafsir. Yang pertama menafsirkan ayat al-Qur’an ialah sahabat
IbnuAbbas, Ibnu Mas’ud, Ali bin Abi Thalib dan Ubay bin Ka’ab. Ada
dua cara menafsirkan yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan hadits nabi
dan menafsirkan al-Qur’an dengan mempergunakan akal dengan
memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya.
b. Ilmu Hadits. Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah
al-Qur’an.Karena kedudukannya itu, maka setiap abad umat Islam
selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikannya. Usaha pelestarian
dan pengembangannya terjadi pada dua periode besar yaitu masa
Mutaqaddimin dan masa Mutaakhirin.
c. Ilmu Kalam. Lahirnya ilmu kalam karena dua faktor yaitu 1) Untuk
membela Islam dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya musuh
yang memakai senjataitu.; 2) Karena semua masalah termasuk masalah
agama telah bergeser dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Kaum
Mu’tazilah berjasa dalam menciptakan ilmu kalam, karena mereka
adalah pembela gigih terhadap Islam dari seranganYahudi, Nasrani
dan Wasani.
d. Ilmu Tasawuf . Inti ajarannya tekun beribadah dengan menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan
perhiasan dunia, serta bersunyi diri beribadah. Tokoh-tokohnya ialah
23
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, h. 120

24
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, h.57.

15
Hasan al-Basri (w. 110 H), 15 Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H),
Ibrahim bin Adham (w. 162 H), Ja’far al-Sidiq (w. 148 H).
e. Ilmu Bahasa. Yang dimaksud ilmu bahasa adalah nahwu, sharaf
ma’ani,bayan, bad’i, arudh, qamus dan insya. Ulama-ulama yang
termasyhur ialahSibawaihi (w. 153 H), Muaz al-Harro (w. 187 H), al-
Kasai (w. 190 H), AbuUsman al-Maziny (w. 249 H).
f. Ilmu Fiqh. Para ulama fiqh terbagi dalam dua aliran yaitu 1) Ahli
hadits. Yang mengarang fiqh berdasarkan hadits. Pemuka aliran ini
adalah Imam Malik dengan pengikut-pengikutnya, pengikut Imam
Syafi’i, pengikut Sufyan da pengikut Imam Hambali; 2) Ahli ra’yi
adalah aliran yang mempergunakan akal dan pikiran dalam menggali
hukum. Pemuka aliran ini ialah Imam Abu Hanifahdan teman-
temannya fuqaha dari Irak.

2. Perkembangan ilmu Aqli25


a. Ilmu Kedokteran. Ilmu kedokteran masa ini masih merupakan bagian
dari ilmu filsafat dan berkembang bersama-sama ilmu filsafat. Orang
yangkemudian terkenal sebagai dokter Islam antara lain, ar-Razi dan
Ibnu Sina.
b. Ilmu Filsafat. Tokoh-tokoh filsafat antara lain yakni al-Kindi, al-
Farabi, IbnuSina, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
c. Ilmu Optik. Ahli yang terkenal ialah Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam
(965 M) beliau seorang ahli dalam ilmu mata (optik), cahaya dan
warna.
d. Ilmu Astronomi. Tokoh yang terkenal ialah al-Fazari, al-Farghani, al-
Battani(Albategnius), al-Biruni.
e. Ilmu Hitung. Tokoh yang terkenal ialah al-Khawarizmi, Umar al-
Khayyam,Sijmi, Ibnu Laith, Ibnu al-Haitham, al-Kuhi.

25
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, h.78

16
f. Ilmu Kimia. Tokoh yang terkenal ialah Jabir bin Hayyan, ar-Razi.
g. Ilmu Tarikh dan Geografi. Tokoh yang terkenal ialah al-Idrisy

Masa keemasan dari perkembangan ilmu pengetahuan terjadi sekitar masa


kekuasaan bani Abbasiyah yang terbagi dalam dua periode yakni masa
Abbasiyah I dimana khalifah- khalifah yang memerintah merupakan khalifah
yang berpikiran luas dan senang akan ilmu pengetahuan dan masa Abbasiyah
II di mana daerah-daerah disekitaran kekuasaan bani Abbasiyah yang
berlomba-lomba menyaingi kemajuan Baghdad dimana kekuasaan bani
Abbasiyah sendiri berangsur-angsur melemah. Secara sederhana, era ini
dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain.

Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu


Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (setelah para khalifah Rashidun: Abu Bakr,
Umar, Utsman, Ali’) melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria
sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di Kota
Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan
Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dan sebagainya).
Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi buat bikin pondasi
peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.

Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan
Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas
yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi
penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari
Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah
kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.

Pemicu ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti


Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke

17
Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang
dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam dapet pengaruh kebudayaan
dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah pas di Baghdad dapet
tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Komplitlah sudah!
Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia
(Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu
titik lokasi.

Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al
Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk
membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains,
logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta
meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia,
dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan ga bakal pernah
muncul pada masa itu.

pada zaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan
tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen
serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia
bekerja. Nah, pada zaman itu, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh
pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik
Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen,
sekaligus digabung sama riset medis yang dilakuin sendiri sama Avicenna.
Saking kerennya nih buku, Avicenna sampe-sampe disebut sebagai “Bapak
Pengobatan Modern”.

Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat
logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya.
Perkembangan intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles
dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya

18
untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya.
Berdasarkan itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu
pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru
dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan supranatural.

Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga


membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing.
Dalam buku itu, Avicenna meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam
menjalankan metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu
pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh
Galileo yang menjadi Bapak Sains Modern.

1. Astronomi: Avicenna membantah klaim klaim para astrolog yang


menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib
manusia itu adalah hal yang ngaco dan gak masuk akal. (dalam kitab: Ar
Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum).
2. Kimia: Avicenna membantah klaim para alkimiawan (alchemist) yang
menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas
yang waktu itu beken dengan istilah “The Philosopher’s Stone”.
3. Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat
hipotesis bahwa awal terbentuknya gunung adalah proses pergerakan
permukaan bumi seperti gempa bumi dan pergerakan sungai.
4. Fisika: Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori
“motion” atau gerakan. Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat
menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan. Sampai akhirnya
disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Einstein.
5. Psikologi: Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa “jiwa” itu
sebetulnya hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran
manusia, dan bukan merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai
kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance,
terutama René Descartes.

19
Dua hal signifikan yang menjadikan pemicu berakhirnya era emas ini.

1. Pertama adalah kritik dari Al Ghazali yang menentang pengaruh dari


filsafat Yunani yang mejunjung tinggi logika dalam penalaran ilmu dalam
peradaban dunia Islam. Kendati Ibn Rushd bersikeras bahwa tidak ada
kontradiksi antara filsafat Avicenna dan Al Farabi dengan ajaran agama,
Al Ghazali tetap menyatakan “perang” terhadap pengaruh filsafat Yunani
dan menginginkan pemurnian ajaran agama Islam. Sejak perubahan
filosofi pemurnian itulah, Zaman Keemasan Islam mengalami
kemunduran drastis, sehingga jarang sekali menghasilkan ilmuwan-
ilmuwan besar seperti pada abad 9-11 silam.
2. Kedua, faktor lain yang turut mendorong runtuhnya era emas ini adalah
serbuan dari bangsa Mongol yang akhirnya meluluhlantakkan Baghdad
bersama dengan perpustakaan sekaligus pusat ilmu pengetahuan paling
lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran ini sering dianggap
sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang pengetahuan.
Untungnya, ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah sempat
diselamatkan oleh Al-Tusi ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan yang
kemudian menjadi sumber referensi dan inspirasi para ilmuwan Eropa
pada zaman Renaissance dan Enlightenment.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bantuk penyampaian ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani ke dunia


Islamyaitu dengan menerjemahkan karya-karya filsuf Yunani ke dalam
bahasaarab yang kemudian banyak dari para filsuf Islam atau para ilmuan
Islammenafsirkannya untuk membuat pandangan atau pemikiran baru.

21
2. Fokus para ulama pada masa awal-awal kembangkitan Islam
yaitumenafsirkan al-Quran dan mengkaji as-Sunnah serta mendalami
ilmuagama. Adapun penerjemahan awal karya-karya filsuf Yunani belum
berkembang secara signifikan.
3. Pada masa kejayaan Islam, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Ada dua bidang ilmu yang berkembang pesat saat itu yang memunculkan
banyak tokoh-tokoh ilmuan Islam yang sangat masyhur hingga
sekarang.Dalam bidang ilmu naqli ada Hasan al-Basri, Rabi’ah al-
Adawiyah, Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Hambali, Imam Abu Hanifa
dan lainnya. Begitu juga dalam bidang ilmu aqli ada al-Kindi, Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd, al-Ghazali,al-Khawarizmi dan lainnya.

B. Implikasi
Dengan mengetahui sejarah awal masuknya pemikiran keilmuan Yunanidalam
Islam, diharapkan memberikan pengetahuan kepada para mahasiswa
bahwadalam menuntun ilmu perlu mempertimbangkan pemikiran dari
berbagai sisi.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. Rajawali Pers. Jakarta.

Madkoer, Ibrahim. 1986. Filsafat Islam dan Renesans Eropa. Pustaka. Bandung.

Qadir, C. A. 2002. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Edisi II.Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.

Rahmat, Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Kencana. Jakarta.

22
Soleh, H. A. Khudori. 2013. Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer . Ar-
Ruzz Media. Jogjakarta.

Sunanto, Musyarifah. 2003. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Islam. Kencana. Jakarta.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. CV Pustaka Setia. Bandung.

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar.


Bumi Aksara. Jakarta.

Wello, Abdul Malik. 2013. Filsafat Ilmu dan Sains Perfektif Islam.
AlauddinUniversity Press. Makasar.

23

Anda mungkin juga menyukai