Disusun oleh :
Tingkat : II B
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehinnga kami dapat menyususn makalah ini yang akan membahas mengenai “
Metode asuhan keperawatan". Makalah ini dibuat dengan berbagai Observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Terima kasih terhadap segenap pihak yang telah memberikan dorongan, saran , petunjuk
bimbingan dan nasihat di dalam persiapan dan pelaksanaannya.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia dengan kesempurnaan dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis sangat berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
menambah wawasan dan manfaat pembaca pada umumnya, dan bagi mahasiswa Akademi keperawatan
Jambi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................
D. Manfaat penulisan..........................................................................................
• Metode fungsional
• Metode tim
• Metode primer
• Metode kasus
• Metode modifikasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi
kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia
maupun di Indonesia.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan
memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang
minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan
perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative belum professional. Hal ini bisa di
lihat dengan adanya kemampuan professional terbatas, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan
fasilitas maupun alat. Yang kurang memadai. Kondisi seperti ini akibat relatife masih kurangnya
penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para pelaku pelayan kesehatan akibat krisis
di berbagai bidang yang berkepanjangan (suara merdeka 14 november 2002). Di sisi lain, era globalisasi
dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayan rumah sakit yang semakin kompetitif
menuntut petugas kesehatan untuk bertindak professional. Situasi ini menuntut para pembaharu di
bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk
dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuhan keperawatan
2. Apa saja metode pemberian asuhan keperawatan
C. Tujuan
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Tujuan Umum
Mengerti metode pemberian asuhan keperawatan serta prinsip-prinsip dari metode yang ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisa suatu lingkungan keperawatan.
b. Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan keperawatan.
c. Memilih salah satu metode pemberian asuhan keperawatan di suatu ruangan.
D. Manfaat
Mahasiswa mampu mengaplikasikan metode pemberian asuhan keperawatan yang ada di suatu
ruangan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis
data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan
keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A
Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,kebutuhan akan harga
diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh
rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat
keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal.
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan .
b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan
pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.
4. Tahap-tahap proses keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis
sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan
penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus
akurat dan mudah di analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna
kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan
latar belakang ilmu pengetahuan.
3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan
tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada
juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan
untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan
berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan,
keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan
atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi.
3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan.
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang
diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
c. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat
ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).Merupakan
pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat
dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan
yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan
keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)
d. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam
rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan criteria yang
telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.
5. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan
tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter 2005). Potter (2005) juga menjelaskan tentang
tujuan dalam pendokumentasian yaitu :
a. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan) perawatan klien termasuk
perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.
b. Tagihan financial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi (reimburse)
atas pelayanan yang diberikan bagi klien.
c. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm berbagai masalah
kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
d. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnose
keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.
e. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi tentang
faktor-faktor tertentu.
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan
ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi.
g. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan.
klien secara individual. Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :
1) Dasar factual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat lihat,dengar
dan rasakan.
2) Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat dipertahankan klien.
3) Kelengkapan
Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung informasi singkat tentang
perawtan klien.
4) Keterkinian
Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien.
5) Organisasi
Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Contoh catatan secara
teratur menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.
6) Kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa
informasi tersebut tidak akan dibocorkan.
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan
dan bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi
keperawatan juga dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.
BAB III
PEMBAHASAN
Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut struktur, proses dan
nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Dalam rangka
mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah sakit, ada beberapa metode yang dapat
di implementasikan dengan metode penugasan dalam bentuk metode pemberian asuhan keperawatan.
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang dikenal, antara lain metode fungsional, tim,
keperawatan primer, modular, dan menejemen kasus keperawatan.
1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua
pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi
pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan
perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan
dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan
tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan
pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan
masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia
kedua.
Kelebihan :
- Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk tugas
sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktek untuk
ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan proses
keperawatan.
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
- Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
2. Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri
atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala
ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim
berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa
pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk
menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat
bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan
seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama untuk
memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari
ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan
karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan
keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang
dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap
upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi
ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya
dan merencanakan perawatan klien.
- mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan:
- Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien.
- Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi: penu!isan
perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk
mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.
Kelebihan :
- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang
tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia
mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
- Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
- Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus
mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi
antar angota tim terganggu.
- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung kepada
anggota tim yang mampu.
- Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang
mempunyai keterampilan tinggi.
- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya,
- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala
ruangan.
- Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferens.
- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya.
- Menyelenggarakan konferensi
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan respon klien.
3. Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa konsep dan perawatan
total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana
perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi
satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama
jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat
primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang
mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien,
keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan
tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang
perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah,
dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi
terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat
kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan
direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer
mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun
komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain.
Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan
untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa
kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan
baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat
primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang
keperawatan.
1. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama 24 jam sehari,
dari penerimaan sampai pemulangan
2. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan
professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.
3. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat
sekunder selama shift lain.
Kelebihan :
1. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk
pengembangan diri.
2. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi, tanggung jawab
dan tanggung gugat
3. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer dalam memberikan atau
mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
4. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan administrasi
5. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara holistik.
Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui
penerapan ilmu pengetahuan.
6. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu
mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
8. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih banyak waktu
untuk aktivitas langsung kepada klien.
9. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu.
11. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui semua
tentang kliennya.
15. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus
berkualitas tinggi
Kelemahan :
2. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan kemampuan
untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
4. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
- Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional sebagai perawat
asisten
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain
- Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial dimasyarakat
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang
didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
Kekurangan:
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim dan
primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber
daya manusia yang ada, antara lain adalah:
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada
ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu
tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada
perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil- hasil
riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk
10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil
riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk
10 perawat primer (1:10).
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu
diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim disebut tim primer.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk menuju model
PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini
terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii diasarkan pada beberapa
alasan, yaitu :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akountabilitasnya terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar adalah lulusan SPK, maka
akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai
profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan
profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut :
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat dikembangkan jika
tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu ruangan sakit, dapat digunakan beberapa
metode pemberian asuhan keperawatan.diantaraya Metode Fungsional, Metode TIM, Metode
Primer,Metode Kasus dan Metode Modifikasi.
Pada metode fungsional,perawat lebih banyak melakukan satu jenis pekerjaan yang dilakukan di
ruangan sakit,atau dengan kata lain perawat sudah mendapat tugasnya masing-masing,artinya setiap
perawat tidak mengerjakan semua intervensi pada seorang pasien sakit.
Pada metode tim, klien dan perawat membuat suatu kelompok yang diketuai/dipimpin oleh seorang
perawat yang mempunyai lisensi dan ahli dalam bidangnya,selain itu ketua tim mempunyai tanggung
jawab yang paling tinggi didalam kelompok.ketua tim bertugas memberi pengarahan, menerima laporan
kemajuan, serta membantu anggota tim yang kesulitan mengerjakan tugas. Selain itu ketua tim juga
yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap
klien
Pada metode primer, seorang pasien akan diberikan perawatan,pelayanan dan asuhan keperawatan
secara total oleh seorang perawat primer selama 24 jam.dengan kata lain, seorang pasien akan
diberikan asuhan keperawatan oleh 1 perawat yang khusus ditugaskan untuk 1 pasien di ruangan sakit,
Pada metode kasus seorang perawat akan memberikan perawatan konstan dalam jangka waktu tertentu
.
Pada metode modifikasi, metode primer dan metode tim akan digunakan secara bersamaan.
B. Saran
Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga penulis mohon
kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah penulis yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/keperawatan-profesional.html
http://yayannerz.blogspot.com/2012/02/metode-pemberian-asuhan-keperawatan.html
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/peran-pemberian-asuhan-keperawatan.html
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/model-praktek-keperawatan-profesional_07.html
http://hazlynpotc.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-menggunakan-metode.html
http://kutukuliah.blogspot.com/2013/08/pengertian-rumusan-masalah.html
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-mpkp-model-praktik-keperawatan.html
http://askep-net.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan.html
http://www.jaringankomputer.org/standar-praktek-keperawatan-asuhankeperawatan/
http://hilmansyariflubis.blogspot.com/2013/03/sistem-model-asuhan-keperawatan.html
http://rozaliaapriani-amond.blogspot.com/2012/02/model-asuhan-keperawatan-profesional.html