DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Filsafat Pendidikan................................................................3
B. Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan Di Indonesia................4
C. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem
Pembentukan nasional....................................................................................7
BAB III..............................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara dan kesauan republik indonesia telah diterima
secara luas dan telah bersifat final. Namun walaupun pancasila saat ini telah di hayati
sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara, yang merupakan perwujudan dari jiwa
bangsa, sikap mental, budaya da karakteristik bangsa, saat ini asal usul dan kapan
dikeluarkan/disampaikannya pancasila masih dijadikan kajian yang menimbulkan
banyak sekali penafsiran dan konflik yang belum selesai hingga saat ini.
Sebagai sebuah falsafah dan sebuah ideologi bagi bangsa Indonesia, Pancasila
adalah dasar dari pelaksanaan segala aspek kehidupan bagi bangsa Indonesia. Salah
1
satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dalam UU No.12 Tahun 2012 Pasal 1
tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui pengertian Filsafat Pancasila beserta bagian-bagianya. Makalah ini juga
menjelasakan mengenai pandangan Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di
Indonesai dan Pendidikan Nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Fisafat berasal dari kata Philosopy yang secara epistimologis bearasal dari
philos atau phileinyang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau
kebijaksanaan. Sehingga secara etimologi fisafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam atri yang sedalam-dalamanya. Filsafat pendidikan merupakan
penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bernegara.
Dalam prinsipnya, Pancasila sebagai Filsafat merupakan perluasan manfaat dari yang
bermula sebagai dasar dan ideologi, merambah hingga produk filsafat. Pancasila
sebagai produk filsafat berarti digunakan sebagai pandangan hidup dalm kegiatan
praktis. Ini berarti filsafat pancasila mempunyai fungsi dan peranaan sebai pedoman
dan pegangan dalam sikp, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai filsafat juga berarti bahwa pancasila mengandung pandangan, nilai, dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila.
3
B. Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan Di Indonesia
4
Kedua, Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri. Dalam pandangan
filosofis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial yang selalu
berinteraksi dengan kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat. Menurut John
Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional) menuju ke arah tabiat manusia, maka filsafat juga diartikan sebagai teori
umum pendidikan. Brubachen berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah seperti
menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas
dengan memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat umum,
meskipun kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai
teori pendidikan secara umum ( Arifin, 1993 ).
5
perkembangan anak didik. Dengan kata lain aliran nativisme merupakan
aliran Pesimisme dalam pendidikan, berhasil tidaknya perkembangan anak
tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimilikinya.
3. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua
anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang
anakpun lahir dengan pembawaan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa
pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan
sendirinya, diserahkan saja selanjutnya kepada alam ( negativisme ).
Pendidikan tidak diperlukan, yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak
didik ke alam, agar pembawaan yang baik tidak rusak oleh tangan manusia
melalui proses pendidikan.
4. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa
anak dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan itu
bergantung dari pembawaan dan lingkungan. Pendidikan diartikan sebagai
penolong yang diberikan kepada lingkugan anak didik untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya
pembawan yang buruk.
6
adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran,
filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan berdasarkan
filsafat, apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau
dari filsafat pendidikan, bahwa Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai
dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia
wajarapabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas Pancasila. Cita dan karsa
bangsa Indonesia diusahakan secara melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl
yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan folosofi
tertentu, inilah dasar pikiran mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan
tuntutan nasioanl dan sistem filsafat pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari
sistem negara Pancasila. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan dalam
membangun potensi bangsa, khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan
kepribadian bangsa yang ada padaakhirnya menentukan eksistensi dan martabat
bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila
seyogyanya terbina secar optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian
bangsa. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem
pendidikan nasional, tiada sistem pendidikan nasioanal tanpa filsafat pendidikan.
7
lanjut sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 pasal
31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:
1. setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya
2. pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang
3. negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan Pendidikan Nasional
8
oleh lembaga-lembaga riset baik nasional maupun internasional berkaitan dengan
pendidikan di Indonesia tetap saja hasilnya menunjukkan ranking pendidikan
Indonesia pada urutan rendah. Hingga saat ini upaya pendidikan di Indonesia memang
tidak pernah berhenti dalam kondisi negara seperti apapun pendidikan di Indonesia
tetap berlangsung. Pendidikan telah menjadi watak atau karakter budaya bangsa
namun sejauh ini hasilnya belum seperti yang diharapkan
9
menemukan formula federasi yang memadai (Furnivall, 1 : 944 : 468-469). Dia juga
menyebutkan bahwa masyarakat plural Asia tenggara terutama Indonesia setelah
perang dunia kedua dapat menyatu dalam satu kesatuan unit politik tunggal namun
harus diakui kesatuan politik tidak menghilangkan realitas pluralitas sosial budaya
yang cukup divisi. Sistem pendidikan nasional indonesia yang berlatar belakang
plural harus dapat memahamkan bahwa manusia itu beraneka ragam hendaknya saling
memahami menghargai menerima dan kerjasama dengan peraturan yang adil dan
proporsional mengembangkan kerja sama demi kejayaan bangsa. H. A. R. Tilaar
(2002 : 95) mengemukakan bahwa model pendidikan yang populer dewasa ini adalah
pendidikan multikultural. Dengan model pendidikan seperti ini diakui adanya
keragaman budaya dan setiap budaya diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
berkembang dan dipelihara. Model pendidikan multikultural semakin diperkuat lagi
dengan adanya otonomi daerah sehingga masing-masing budaya etnis yang ada di
dalam masyarakat dapat berkembang dan dikembangkan dengan seluas-luasnya
10
3. Dua poin di atas hanya bisa dilaksanakan oleh pemerintah yang benar-benar
demokratis terbuka adil jujur dan memiliki tatanan kehidupan bernegara
terletak ditangan rakyat
4. Agar pendidikan diatur sepenuhnya dengan kewenangan akademik bukan
kewenangan kekuasaan apalagi sentralistik
5. Pendidikan hendaknya menggunakan pendekatan yang beragama bukan yang
serba diseragamkan
6. Pendidikan hendaknya berorientasi pada siswa bukan pada guru atau materi
pelajaran
7. Pendidikan diubah untuk mengarahkan siswa untuk menjadi di bukan sekedar
memiliki
8. Pendidikan perlu membentuk networking dengan berbagai sumber mengingat
ini muncul fenomena tereduksinya peran sekolah dan guru sebagai sumber
pendidikan
9. Pendidikan harus mampu mengembangkan budaya akademik dan jangan
terjebak pada budaya politik kekuasaan
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13