Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN PENGETAHUANPASIEN TENTANG TB

PARU DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TB PARU DI


POLIKLINIK PARU RSUD SEKARWANGI
KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

DEVI SETIAWAN
1219080

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021

i
PERSETUJUAN SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

Judul Tugas Akhir : Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru dengan

Kepatuhan Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

Nama Mahasiswa : Devi Setiawan

NPM : 1219080

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Arie J. Pitono, dr., M.Kes M. Deri Ramadhan, S. Kep., Ners, M.Kep

ii
PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Devi Setiawan
NPM : 1219080
Program Studi : Sarjana Keperawatan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penyusunan tugas akhir
saya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru dengan
Kepatuhan Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi “.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bandung, Juli 2021

Devi Setiawan

iii
Program Sarjana Keperawatan
2021

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TB PARU DENGAN


KEPATUHAN BEROBAT TB PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD
SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

Setiawan D, Pitono AJ; Ramadhan MD

ABSTRAK

Pendahuluan: Untuk mencapai kesembuhan sangat penting bagi penderita TB


Paru memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakitnya. Salah satu faktor yang
berperan dalam menghambat penyembuhan penderita TB adalah pengetahuan
pasien dalam hal kepatuhan untuk memenuhi jadwal berobat sesuai prosedur yang
akan memperbaiki efektivitas pengobatan TB.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
pengetahuan pasien tentang TB paru dengan kepatuhan berobat TB paru.
Metode: ini menggunakan penelitian survey melalui pendekatan cross sectional
dengan jumlah sampel 91 orang. Instrumen penelitian variabel pengetahuan
tentang TB menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas & reliabilitas,
sedangkan variabel kepatuhan berobat TB menggunakan form TB 02. Analisa
data menggunakan uji Chi square.
Hasil Penelitian: sebagian besar pasien memiliki pengetahuan cukup tentang TB
paru, yaitu sebanyak 44 orang (48,3%) dan sebagian besar pasien patuh berobat
TB paru, yaitu sebanyak 58 orang (63,7%). Analisis bivariat menggunakan SPSS
menghasilkan P-Value <0.001.
Simpulan: terdapat hubungan pengetahuan pasien tentang TB paru dengan
kepatuhan berobat TB paru di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
pelayanan pada pasien TB paru agar dokter atau perawat dapat memberikan
konselor dan motivasi untuk patuh berobat demi kesembuhannya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kepatuhan Berobat, TB Paru


Kepustakaan : 46 (1999-2021)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru dengan
Kepatuhan Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi”.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya banyak dukungan dari orang-orang
yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku selaku Rektor Institut Kesehatan
Rajawali Bandung
2. dr. H. Albani Nasution M.H.Kes. selaku Direktur RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
3. Istianah,S.Kep, Ners., M.Kep. selaku dekan Program Studi Keperawatan
Insitut Kesehatan Rajawali Bandung
4. Arie J. Pitono, dr., M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini
5. M. Deri Ramadhan, S. Kep., Ners, M.Kep. selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan
Rajawali Bandung yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis
menempuh Program Studi di Sekolah Tinggi kesehatan Rajawali ini.
7. Rekan-rekan seperjuangan serta pihak-pihak yang telah berperan dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.

v
Semoga Allah SWT senantiasa menyertai kita dan membalas semua
perbaikan yang diberikan kepada Penulis. Dengan harapan semoga penelitian
inibermanfaat, Aamiin.

Bandung, September 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................... 5
1.5 Hipotesis Penelitian.................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tuberkulosis Paru.........................................................
8
2.2 Konsep Pengetahuan.................................................................. 26
2.3 Konsep Kepatuhan..................................................................... 31
2.4 Kerangka Teori........................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian........................................................ 37
3.2 Kerangka Penelitian................................................................... 37
3.3 Variabel Penelitian..................................................................... 37
3.4 Definisi Operasional Variabel.................................................... 38
3.5 Populasi dan Sampel.................................................................. 40

vii
3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................... 42
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 44
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data........................................... 47
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 49
3.10 Etika Penelitian........................................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................... 52
4.2 Pembahasan................................................................................ 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan.................................................................................... 62
5.2 Saran........................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 64
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kunjungan Pasien Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi............ 4


Tabel 2.1 Efek Samping Obat Ringan OAT..................................................... 24
Tabel 2.2 Efek Samping Berat OAT................................................................. 24
Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 39
Tabel 3.2 Uji Validitas Pengetahuan Pasien TB............................................... 45
Tabel 4.1 Gambaran Pengetahuan Responden tentang TB Paru di Poliklinik
Paru RSUD Sekarwangi................................................................... 52
Tabel 4.2 Gambaran Kepatuhan Responden Berobat TB Paru di Poliklinik Paru
RSUD Sekarwangi........................................................................... 53
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Pasien tentang TB Paru dengan Kepatuhan
Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Tahun 2021 53

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Pasien dengan Kepatuhan Berobat TB paru................................. 36
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian...................................................................... 37

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kegiatan Bimbingnan Tugas Akhir


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Instrumen Peneltian
Lampiran 4 Kartu Kunjungan Pasien TB (TB.02)
Lampiran 5 Kartu Pengobatan Pasien TB (TB.01)
Lampiran 6 Data Hasil Uji Validitas & Reliabilitas
Lampiran 7 Data Hasil Penelitian
Lampiran 8 Pengolahan Data Hasil Penelitian
Lampiran 9 Riwayat Hidup Peneliti

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang


Program pembangunan kesehatan merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang berupaya meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia, selama ini telah berhasil meningkatkan derajat
kesehatan yang cukup bermakna tetapi masih terdapat berbagai masalah
dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan
kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi program
pemerintah yaitu program pemberantasan dan penyehatan lingkungan
terutama pemberantasan penyakit menular salah satunya adalah penyakit
Tuberkulosis (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun
2012, jumlah penderita TB Indonesia menempati peringkat ketiga
terbanyak di dunia setelah India dan China sejak 1995 sampai 2007. Tahun
2009 sebanyak 1,7 juta orang meninggal karena TB. WHO menyatakan 22
negara dengan beban TB tertinggi di dunia 50% berasal dari negara-negara
Afrika dan Asia serta Amerika (Brasil). Hampir semua negara ASEAN
masuk dalam kategori 22 negara tersebut kecuali Singapura dan Malaysia.
Dari seluruh kasus di dunia, India menyumbang 30%, China 15%, dan
Indonesia 10% (Widoyono, 2011).
Indonesia pada tahun 2014 mengalami penurunan angka penemuan
kasus baru TB paru (Case Detection Rate /CDR) yaitu 46%, dibandingkan
pada tahun 2013 dengan CDR 60%. Angka kejadian TB Paru di Indonesia
terus mengalami peningkatan dari tahun 1999 (7 kasus per 100.000
penduduk) sampai 2014 (135 kasus per 100.000 penduduk) (Kemenkes RI,
2015).
Prevalensi tuberkulosis di Jawa Barat berdasarkan diagnosis dan
gejala TB (0,8%) dari seluruh kejadian TB di Indonesia dan menempati

1
2

urutan ke 3 dari 35 provinsi di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil


Riskesdas tahun 2018, kejadian TB di Jawa Barat mengalami penurunan
dari tahun 2013 terjadi penurunan kasus TB (0,2%). Target Renstra pada
tahun 2019 prevalensi TB menjadi 245/100.000 penduduk. Kejadian TB
berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Jawa Baratmenurun dalam
beberapa tahun terakhir jika pada tahun 2000 angkanya mencapai 500 per
100.000 penduduk ditahun 2013 tercatat 297 per 100.000 penduduk dan
yang melakukan pengobatan secara lengkap dan ditahun 2013 dari seluruh
penderita TB yang melakukan pengobatan secara lengkap hanya 2%.
Rendahnya pengobatan TB yang lengkap akan semakin berbahaya karena
penyakit TB jika pengobatan penyakit TB tidak lengkap penderita
sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis
menjadi resisten yang biasa disebut MDR-TB (Diskes Jabar, 2019).
Penanganan terhadap tingginya prevalansi TB paru harus dilakukan
untuk mengendalikan penyakit TB Paru, salah satunya dengan pengobatan.
Pengobatan penyakit TB paru dapat dilakukan selama enam sampai
sembilan bulan dan diberikan melalui dua tahap yakni tahap awal
kemudian tahap lanjutan (Kemenkes RI, 2011). Untuk mencapai
kesembuhan sangat penting bagi penderita TB Paru memiliki pengetahuan
yang baik tentang penyakitnya (Aditama & Aris, 2013). Pengetahuan
tersebut dalam hal keteraturan, kelengkapan dan kepatuhan dalam minum
Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Sebaliknya, jika pengobatan tidak teratur
dan kombinasi OAT tidak lengkap akan menimbulkan kegagalan
pengobatan sehingga mengakibatkan Mycrobacterium Tuberculosis dapat
menjadi kebal sehingga menimbulkan terjadinya kasus MDR (Multidrug
Resistance) TB paru serta akan menjadi sumber penularan untuk orang
lain.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan pasien masih banyak
yang rendah mengingat dampak yang ditimbulkan dari penyakit TB Paru
yang cukup serius serta sulit disembuhkan dan masih banyak yang gagal
dalam pengobatannya sehingga perlu meningkatkan pengetahuan pasien
3

TB tentang tuberkulosis dengan baik dan benar. Adapun faktor lainnya


yang mempengaruhi seperti dominan internal pengetahuan pasien itu
sendiri, sikap dan perilaku serta sarana prasarana yang tidak memadai
untuk memfasilitasi pasien dengan jarak tempuh pengobatan yang
terlampau jauh. Melalui pendekatan kognitif dengan meningkatkan
pengetahuan dapat pula menangani ketidakpatuhan pada pasien TB
Paru.Selain itu upaya untuk mengantisipasi ketidakpatuhan dalam minum
obat adalah dengan meningkatkan pengetahuan pasien, untuk
meningkatkan pengetahuan pasien perlu dilakukan penyampaian informasi
seakurat mungkin dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik
oleh perawat dan juga memberikan penjelasan bahwa penyakit TB dapat
disembuhkan dengan pengobatan yang rutin sesuai program tanpa putus
(Prasetya, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Fauziyah (2010) tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian ketidakpatuhan berobat pada penderita TB
paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Salatiga, yaitu kurangnya
pengetahuan pasien untuk berobat TB Paru ke Balai pengobatan setempat
dapat mengakibatkan responden merasa takut melanjutkan pengobatan
secara berkala. Hal ini sejalan dengan penelitian Octavianus (2011)
tentang analisis yang berhubungan dengan kejadian ketidakpatuhan
berobat pada pasien TB Paru di UPTD Puskesmas Kota Sorong, bahwa
ada hubungan antara pengetahuan pasien dengan kurang patuhnya dalam
pengobatan TB Paru.
RSUD Sekarwangi merupakan rumah sakit tipe B di Kabupaten
Sukabumi yang memiliki poliklinik penyakit paru yang melayani pasien
dengan TB Paru untuk pengobatan setiap harinya. Pendokumentasian
kunjungan pasien yang sedang pengobatan TB Paru menggunakan kartu
pengobatan TB 02. Dimana dalam kartu pengobatan TB 02 terdapat data
pemakaian obat OAT bagi penderita TB Paru sehingga dapat
menggambarkan kapan penderita TB Paru harus kembali berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang telah ditentukan untuk kembali
4

mengambil obat. RSUD Sekarwangi merupakan rumah sakit rujukan


tingkat Kabupaten Regional 1 Jawa Barat, sehingga pasien yang
berkunjung ke poliklinik paru tidak hanya bertempat tinggal di wilayah
Kabupaten Sukabumi saja tetapi dari Kota Sukabumi bahkan dari luar
Kabupaten Sukabumi. Adapun data jumlah kunjungan pasien pengobatan
Obat Anti Tuberkulosis adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Kunjungan Pasien Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi


Kabupaten Sukabumi Tahun 2020

Angka Jumlah Pasien Presentase


Bulan
Kunjungan TB on OAT (%)
April 268 102 38,1
Mei 376 134 35,6
Juni 380 167 43,9
Juli 301 84 27,9
Agustus 339 121 35,7
September 263 93 35,4
Jumlah 1927 701 36,4
Sumber : SIMRS Sekarwangi

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan


melakukan observasi terhadap kartu TB 02 dan rekam medis, dari 10
pasien yang menderita TB Paru yang berobat di Poliklinik Paru RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, 7 orang diantaranya tidak patuh berobat
sesuai jadwal yang ditentukan dan yang patuh sesuai jadwal berobat
sebanyak 3 orang.
Berdasarkan data dan uraian yang dikemukakan di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui
“Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang TB Parudengan Kepatuhan
Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi”.
5

1.2 Identifikasi Masalah


Ketidakpatuhan pengobatan TB Parumerupakan salah satu faktor
potensial untuk menurunkan kesembuhan penderita TB, disamping
menurunkan tingkat kesembuhan penderita juga merupakan ancaman
terhadap terjadinya TB MDR. Menemukan faktor-faktor yang berperan
dalam menghambat penyembuhan penderita TB salah satunya
pengetahuan pasien dalam memenuhi jadwal berobat sesuai prosedur yang
akan memperbaiki efektivitas pengobatan TB.
Tujuan dari pengobatan Tuberkulosis adalah mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, menyembuhkan penderita dan menurunkan
tingkat penularan. Penderita yang patuh berobat adalah yang
menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus
selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang
tidak patuh datang berobat dan minum obat bila frekuensi minum obat
tidak dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Penderita
dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari
tanggal perjanjian dan dikatakan dropout jika lebih dari 2 bulan berturut-
turut tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan
(Kemenkes RI, 2011).

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang, maka dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat Hubungan
Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru dengan Kepatuhan Berobat TB Paru
di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiHubungan Pengetahuan
6

Pasien Tentang TB Paru dengan Kepatuhan Berobat TB Paru di


Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan pasien TB Paru di
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
b. Mengidentifikasi gambaran kepatuhan berobat pasien TB Paru di
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
c. Menganalisis Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru
dengan Kepatuhan Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

1.5 Hipotesis Penelitian


Menurut Sugiyono (2013) menyatakan bahwa Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan, belum didasarkan dari fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah diatas, hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat
Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru dengan Kepatuhan
Berobat TB Parudi Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.”

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi pengembang ilmu kesehatan masyarakat dan dapat memperluas
ilmu. Memperkuat teori dan penelitian keperawatan yang sudah ada
7

untuk pengembangan keilmuan keperawatan dalam bidang keperawatan


Keperawatan Medikal Bedah.

1.6.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya
penderita TB Paru, sehingga akan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dan kualitas hidup penderita serta memberi masukan
kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit
TB Paru kepada masyarakat khususnya penderita TB paru.
b. Bagi Pendidikan
Sebagai tambahan literature dan masukan bagi pihak
akademik yang dapat digunakan untuk akademik yang merupakan
institusi kesehatan di Kabupaten Sukabumi dan sebagai bahan
pertimbangan untuk ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan
penyakit menular di masyarakat khususnya penyakit TB.
c. Bagi peneliti lain
Dapat di gunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya
yang berminat melakukan penelitian terkait dengan kepatuhan berobat
TB Paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru


2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberkulosis. Kuman tersebut
masuk melalui udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Sebagian besar
kuman tersebut menyerang paru-paru tetapi dapat menyerang organ
lainnya di dalam tubuh. TB paru pada manusia dapat dijumpai dalam dua
bentuk yaitu:
2.1.1.1 Tuberkulosis primer yaitu bila penyakit TB terjadi pada infeksi pertama
kali.
2.1.1.2 Tuberkulosis pasca primer yaitu bila penyakit TB timbul setelah
beberapa waktu seseorang terkena infeksi dan sembuh. Pada bentuk ini
sering ditemukan karena penderita merupakan sumber penularan
dikarenakan dalam dahak penderita terdapat kuman Mycrobacterium
Tuberculosis (Notoatmodjo, 2011).
TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit ini
menyebar dan ditularkan melalui udara ketika orang yang terinfeksi TB
paru batuk, bersin, berbicara atau meludah (Depkes RI, 2009).
Millennium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB
paru sebagai salah satu penyakit menjadi target untuk diturunkan, selain
Malaria dan AIDS. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi masalah sangat serius di masyarakat. TB merupakan
salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan
menjadi salah satu prioritas dalam program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular (Wibowo, 2014)

8
9

2.1.2 Penyebab Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan langsung oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis, yang sebagian besar menyerang
paru-paru namun dapat menyerang organ tubuh lainnya (Kemenkes RI,
2014). Kuman Mycrobacterium Tuberculosis ini berbentuk batang (basil)
dan memiliki sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada saat pewarnaan
sehingga disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat
mati jika mendapat paparan langsung sinar ultraviolet dalam waktu
beberapa menit dan dapat bertahan pada tempat gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur/tidak berkembang selama
beberapa tahun yang disebut dormant (Kemenkes RI,2011).

2.1.3 Klasifikasi Tuberkulosis Paru


Ada beberapa klasifikasi Tuberkulosis paru yaitu menurut Depkes
RI (2009) yaitu:
2.1.3.1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
Lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
2.1.3.2 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
TB paru:
a. Tuberkulosis paru BTA Positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukan gambaran tuberkulosis1 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.1 atau lebih
spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada
10

perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.


b. Tuberkulosis paru BTA Negatif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi :
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. Foto toraks
abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis.Tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT. Ditentukan
(dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (defult)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
(Depkes RI, 2009).

2.1.4 Pengobatan TB Paru


Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
11

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai


penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
(Depkes RI, 2009).
Pengobatan TB menggunakan obat antituberkulosis (OAT) dengan
metode direcly observed treatment shortcourse (DOTS).
2.1.4.1 Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2.1.4.2 Kategori II (2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori I-nya gagal atau pasien yang kambuh).
2.1.4.3 Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro(+).
2.1.4.4 Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan
akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemukan BTA (+).
Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum makan (Widoyono, 2011)
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu:
a. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif, pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
pengawasan secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi
obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menukar menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negative
dalam 2 bulan (Depkes RI, 2009). Fase ini bertujuan untuk membunuh
kuman sebanyakbanyaknya dan secepat-cepatnya, karenanya
digunakan 4-5 obat sekaligus (Yoga T, 2008).
Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2
HRZE):
1. INH (H) : 300 mg – 1 tablet
2. Rifampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
3. Pirazinamid (Z) : 1500 mg – 3 kaplet @ 500 mg
4. Etambutol (E) : 750mg – 3 kaplet @ 250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60
kali (Widoyono, 2011).
12

b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan (Depkes RI, 2009). Pada fase ini bertujuan
menghilangkan sisa-sisa kuman yang ada, untuk mencegah
kekambuhan
Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4
bulan (4 H3R3):
1. INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300mg
2. Rifampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu sebanyak 54 kali
(Widoyono, 2011).
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya
semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap
lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal pada saat perut kosong. Apabila
paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka
waktu pengobatan), kuman TB akan berkembang menjadi kuman
kebal obat (resisten). Pengobatan dilakukan dengan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO), untuk menjamin kepatuhan
penderita menelan obat (Kemenkes RI, 2011).

2.1.5 Epidemiologi Tuberkulosis Paru


Epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang
mempelajari interaksi antara kuman (Agent) Mycrobacterium
Tuberculosis, manusia (host) dan lingkungan (environment). Disamping
itu mencakup distribusi dari penyakit, perkembangan dan penyebarannya,
termasuk didalamnya juga mencakup prevalensi dan insidensi penyakit
tersebut yang timbul dari populasi yang tertular.
13

Sejak zaman purba, penyakit TB dikenal sebagai penyebab


kematian yang menakutkan, sampai pada saat Robert Koch menemukan
penyebabnya. Penyakit ini masih termasuk penyakit yang mematikan.
Istilah saat itu untuk penyakit yang mematikan adalah Consumption
(Djojodibroto, 2009).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling umum di dunia,
dengan perkiraan sepertiga populasi terinfeksi dari 2,5 juta orang
meninggal setiap tahun. Mycrobacterium tubercolosis menginfeksi 8,7 juta
kasus baru pada tahun 2000 dengan angka insidensi global yang meningkat
sebanyak 0,4% per tahun. Infeksi baru dalam jumlah banyak terdapat di
Asia Tenggara (3 juta) dan Afrika (2 juta). Sepertiga pasien dengan
tubercolosis di Afrika mengalami koinfeksi dengan HIV (Human Imunno
Defisiensi Virus). Pada tahun 2005, WHO (World Health Organization)
memprediksi bahwa akan terdapat 10.2 juta kasus baru dan Afrika akan
memiliki lebih banyak kasus daripada daerah lainnya. Di Inggris jumlah
kasus meningkat, dengan kasus di London mengalami peningkatan sebesar
40% antara tahun 1999 dan 2000 (Mandal dkk, 2006).
TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan Indonesia
termasuk kedalam kelompok dengan masalah TB terbesar (high burden
countries). Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-5
di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria (Kemenkes RI,
2011).

2.1.6 Pencegahan Penularan Tuberkulosis


Mencegah lebih baik daripada mengobati, kata-kata itu selalu
menjadi acuan dalam penanggulangan penyakit TB Paru di masyarakat.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) upaya pencegahan yang harus
dilakukan adalah:
a. Minum obat TB secara lengkap dan teratur sampai sembuh.
b. Pasien TB harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk
karena pada saat bersin dan batuk ribuan hingga jutaan kuman TB
14

keluar melalui percikan dahak. Kuman TB keluar bersama percikan


dahak yang dikeluarkan pasien TB saat :
1. Bicara : 0-200 kuman
2. Batuk : 0-3500 kuman
3. Bersin : 4500-1.000.000 kuman
c. Tidak membuang dahak disembarang tempat, tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup. Misalnya dengan menggunakan
wadah/kaleng tertutup yang sudah diberi karbol/antiseptic atau pasir.
Kemudian timbunlah kedalam tanah.
Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain :
1. Menjemur peralatan tidur
2. Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar
matahari masuk.
3. Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat
mengurangi jumlah kuman di udara.
4. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.
5. Makan makanan bergizi
6. Tidak merokok dan minum-minuman keras
7. Lakukan aktifitas fisik/olahraga secara teratur
8. Mencuci peralatan makan dan minum dengan air bersih mengalir
dan memakai sabun.
9. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari penderita
Tuberkulosis Paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya
tahan tubuh yang tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular
(Kemenkes RI, 2011).
15

2.1.7 Penularan TB Paru


Sumber penularan TB paru adalah penderita TB paru BTA positif.
Penularan terjadi pada waktu penderita TB paru batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman bakteri ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam, orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup kedalam pernapasan. Setelah kuman TB paru
masuk kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian
tubuh lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita TB paru tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negative maka penerita tersebut tidak menularkan.
Kemungkinan seorang terinfeksi TB paru di tentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis
Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi
antara 1–2%. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi
penderita TB. Dimana Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap
tahun diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 penderita TB Paru
baru setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif (Suryo, 2010).

2.1.8 Faktor Yang Menpengaruhi Tuberkulosis Paru


a. Umur
Menurut Crofton (1989) dalam Iskandar (2010), daya tahan
tubuh untuk melawan infeksi pada hakekatrnya sama untuk semua
umur akan tetapi pada usia sangat muda awal kelahiran pada usia 10
tahun pertama hidupnya memiliki system pertahanan tubuh sangat
tinggi. Sebelum masa pubertas infeksi primer ditemukan di paru.
16

Sampai usia 2 tahun dapat mengakibatkan keadaan yang berat seperti


Tuberkulosis militer dan Meningitis tuberkulosis.
Selaras dengan Samallo dalam Nurhidayah, dkk (2007), usia
anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit
tuberkulosis dan angka penularan serta bahaya penularan yang tinggi
terdapat pada golongan umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14
tahun.
b. Jenis Kelamin
Menurut Enarson DA (2003) dalam Putra (2010) di benua
Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun
1996 jumlah penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34%
pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987
penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%,
sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru
Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok
sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.
c. Pengetahuan
Notoatmodjo (2011) mengatakan pengetahuan merupakan
hasil “tahu” setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)
karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan.
17

d. Pendidikan
Rendahnya pendidikan seseorang ibu dapat mempengaruhi
untuk mencari pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa penelitian
yang menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan
rendah akan berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5 kali
lebih besar berbanding dengan orang yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi (Iskandar, 2010).
e. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan
kekebalan anak terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), vaksin BCG
mengandung kuman BCG (Bacillus Calmate Guerin) yang masih
hidup, jenis kuman TBC ini telah dilemahkan. Pemberian imunisasi
BCG cukup satu kali saja.
f. Riwayat Kontak
Yulistyaningrum dan Rejeki (2010) menyatakan bahwa sebesar
74,23% dari seluruh kasus tuberkulosis terdapat pada golongan anak,
dimana angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat
pada golongan umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Faktor
risiko yang dapat menimbulkan penyakit tuberkulosis terutama pada
anak-anak adalah faktor genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan
dan kepadatan penduduk. Faktor risiko utama yang dapat
menimbulkan penyakit TB paru pada anak adalah kontak dengan
penderita TB dewasa. Anak-anak yang sakit TB tidak dapat
menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa. Sebab,
pada anak biasanya TB bersifat tertutup. Kasus TB paru anak di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru Purwokerto pada tahun 2009
mencapai 26,4%. Hal ini dimungkinkan karena adanya kontak
serumah atau sering berinteraksi dengan orang dewasa yang terbukti
mengidap TB paru dengan hasil tes Basil Tahan Asam (BTA) positif.
18

2.1.9 Pengertian Drop Out Pengobatan TB Paru


Drop Out atau putus berobat atau default adalah Penderita TB paru
yg tidak mengambil OAT selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai. (Kemenkes RI, 2011) DO selama menjalani
pengobatan TB paru merupakan salah satu dari penyebab kegagalan
pengobatan sehingga dapat terjadinya resistensi obat, MDR diantara kasus
pengobatan ulang sebesar 20 % (WHO, 2009). Penangulangan pasien DO
TB paru merupakan bagian integral dari komponen pengobatan. Petugas
kesehatan harus mengusahakan agar pasien yang DO dapat kembali ke
fasyankes. Kegiatan pengobatan harus selalu mencakup kegiatan
pengendalian dalam menjamin keteraturan berobat dan mencegah DO
yang sangat mementukan keberhasilan kegiatan dan kesembuhan pasien
TB.
Masa pengobatan TB.Paru yang relatif panjang, menyebabkan
angka Drop Out pengobatan TB.Paru yang banyak ditentukan oleh
ketidakpatuhan pasien dalam berobat. Padahal dampak yang ditimbulkan
dari ketidakpatuhan secara fisiologi adalah setengahnya kematian dan
setengah yang lain berbagi antara kronis tidak bisa sembuh karena
resistensi obat dan sembuh karena kekebalan tubuh yang baik. Namun
yang lebih berbahaya kondisi psikologis yang semakin komplek karena
kambuhnya penyakit TB Paru (Prasetyo, 2006).

2.1.10 Faktor Yang Berhubungan dengan Drop Out Pengobatan TB Paru


2.1.10.1 Pendidikan Penderita
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mukhsin
&Mahendradhata (2006)tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keteraturan minum obat pada penderita TBC Paru di Kota Jambi, hasil uji
hubungan membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
berdasarkan tingkat pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
mempengaruhi keteraturan minum obat pada penderita. Semakin tinggi
tingkat pendidikan responden, maka semakin baik penerimaan informasi
19

tentang pengobatan penyakitnya sehingga akan semakin teratur proses


pengobatan dan penyembuhan.
2.1.10.2 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dalam
wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta
dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan
tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan
adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-
pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek
tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan sangat
erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
20

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang


berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
2.1.10.3 Jenis Kelamin Penderita
TB membunuh satu juta perempuan di dunia setiap tahun. Di
Indonesia, tahun 2007 ditemukan 94.614 pasien laki-laki dan 65.642
pasien TB perempuan dengan BTA (+). Untuk pasien dengan BTA (-)
jumlah yang ditemukan tahun 2007 56.758 pasien laki-laki dan 45.572
pasien perempuan. TB menyerang sebagian besar perempuan pada usia
produktif. (Aditama& Aris, 2013).
2.1.10.4 Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan
Sarana dan prasarana yang tersedia mendukung tercapainya
program pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat.
Pemerintah membangun rumah sakit dengan fasilitas yang memadai
bertujuan untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Demikian halnya
dengan UPTD Puskesmas yang dibangun dengan tenaga medis dan
sarana serta prasarana yang terus diupayakan mengalami perkembangan.
Dalam hal perawatan kesehatan terutama bagi kaum ekonomi kelas
bawah, jarak tempuh dari tempat tinggal mereka ke unit pelayanan
kesehatan merupakan salah satu kendala dalam hal kepatuhan mereka
menjalankan pengobatan. Pada akhirnya mereka tidak mematuhi aturan
pengobatan yang dianjurkan (Setiadi, 2008).
2.1.10.5 Motivasi Penderita
Masalah psikologis pada penderita TB adalah rendahnya motivasi
dalam minum obat karena pada terapi penderita TB membutuhkan waktu
yang lama, jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan
masih sedikit, petugas kesehatan yang masih pasif, mahalnya biaya
kesehatan (Depkes RI, 2009)
Ketaatan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah
satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-
faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat,
ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor
21

sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat


yang diberikan. Namun ironis sekali kenyataan, bahwa di satu pihak
ketelitian pemeriksaan dan diagnosis semakin modern, namun di lain
pihak ketaatan untuk melakukan pengobatan dari pihak pasien seringkali
rendah sekali.
2.1.10.6 Motivasi Keluarga
Tindakan yang harus dilakukan keluarga sehubungan dengan
penyakit Tuberkulosis Paru adalah:
a. Pencegahan Penularan
Tindakan pencegahan penularan yang dapat dilakukan oleh
keluarga/pasien Tuberkulosis adalah:
1. Menutup mulut bila batuk.
2. Membuang ludah/dahak pada wadah yang teetutup yang telah
disediakan misalnya kaleng yang telah diisi dengan cairan
lysol/pasir.
3. Memeriksakan anggota keluarga lainnya apakah juga terkena
penularan Tuberkulosis.
4. Makan makanan bergizi.
5. Memperhatikan rumah terutama lantai dan ventilasi/jendela.
6. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG.
b. Perawatan Pasien Tuberkulosis Paru
Diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarganya
yang menderita penyakit Tuberkulosis Paru, yaitu:
1. Mengawasi anggota keluarga yang sakit untuk menelan obat
secara teratur sesuai dengan anjuran dokter.
2. Mengetahui adanya gejala samping obat dan merujuk bila
diperlukan.
3. Memberikan makanan bergizi
4. Memberikan waktu istirahat kepada anggota keluarga yang
sakit minimal 8 jam sehari.
22

5. Mengingatkan/membawa anggota keluarga yang sakit untuk


pemerikasaan ulang dahak bulan ke 2, 5 dan 6.
6. Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesembuhan
pasien yang menderita TB paru, antara lain mengupayakan
rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan misalnya punya
jendela atau ventilasi yang cukup, bebas debu runah dan lantai
yang tidak lembab (Kemenkes RI, 2011)
2.1.10.7 Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO)
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT
jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin
keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO (Depkes RI, 2009).
Pengawasan Menelan Obat (PMO) tuberkulosis diperlukan untuk
menjamin keteraturan pengobatan penderita tuberkulosis. PMO adalah
petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat dan sanitarian. Bila
tidak ada petugas kesehatan yang menjadi PMO, maka PMO boleh
berasal dari kader kesehatan, guru, tokoh masyarakat dan anggota
keluarga (Kemenkes RI, 2011).
Tugas seorang PMO adalah mengawasi pasien TB agar menelan
obat secara teratur sampai selesai pengobatan; memberi dorongan kepada
pasien agar mau berobat teratur; mengingatkan pasien untuk periksa
ulang sputum pada waktu yang telah ditentukan; memberi penyuluhan
pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban
pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan (Kemenkes RI,
2011).
a. Persyaratan PMO
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh
petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan
dihormati oleh pasien.
2. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
23

3. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.


4. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien.
b. Siapa yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di
Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Imunisasi, dan lain-lain.
Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat
berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh
masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
c. Tugas seorang PMO
1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai
selesai pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan.
4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk di sampaikan
kepada pasien dan keluarganya.
1. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau
kutukan.
2. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
3. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya.
4. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan
lanjutan). Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat
secara teratur.
5. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya
segera meminta pertolongan ke UPK. (Depkes RI, 2009)
24

Bedasarkan penelitian Mukhsin&Mahendradhata (2006) tentang


faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat di Kota Jambi,
bahwa keteraturan minum obat pada penderita TBC Paru dengan
keberadaan PMO dapat dikatakan bagaikan murid dengan gurunya.
Kelompok penderita TBC paru yang mempunyai PMO memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menjadi teratur dibandingkan dengan
penderita yang tidak memiliki PMO.
2.1.10.8 Efek samping obat
Berdasarkan derajat keseriusannya, efek samping OAT dibagi
menjadi:
a. Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan
yang tidak enak.
Tabel 2.1 Efek samping obat ringan OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu Rifampisin Semua obat OAT
makan, mual, sakit diminum malam
perut sebelum tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6
terbakar di kaki (pridoxin) 100 mg
per hari
Warna kemerahan Rifampisin Tidak perlu diberi
pada air seni apa-apa, tetapi perlu
penjelasan kepada
pasien

b. Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit
serius. Dalam kasus ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan
penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialistik.

Tabel 2.2 Efek samping berat OAT


Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Gatal dan Semua jenis
kemerahan OAT
Tuli Streptomisin Ganti dengan
25

etambutol
Gangguan Ganti dengan
Streptomisin
keseimbangan etambutol
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Hentikan semua
Ikterus tanpa Hampir semua
OAT sampai ikterus
penyebab lain OAT
menghilang
Bingung dan Hentikan semua
muntah-muntah Hampir semua OAT, segera
(permulaan ikterus OAT lakukan tes fungsi
karena obat) hati
Gangguan
Etambutol Hentikan Etambutol
penglihatan
Purpura dan Hentikan
Rifampisin
renjatan (syok) Rifampisin
Sumber : Depkes RI. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan TB 2009.
Pengetahuan mengenai penyakit TB dan keyakinan terhadap
efikasi obatnya akan mempengaruhi keputusan pasien untuk
menyelesaikan terapinya atau tidak. Banyaknya obat yang harus diminum
dan toksisitas serta efek samping obat dapat merupakan faktor
penghambat dalam menyelesaikan terapi pasien (BPOM RI, 2006).
2.1.10.9 Sikap penderita
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-
hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Notoatmodjo, 2011)
Disamping faktor medis, faktor sikap terhadap penyakit sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam penanggulangan penyakit. Sikap dari
penderita tersebut tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena TB
Paru adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila berobat
denagn benar, serta penderita harus mempunyai kesadaran dan tekad
untuk sembuh (Permatasari, 2006).
26

2.1.10.10 Biaya pengobatan


Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang
dimaksudkan disini adalah terutama dari sudut biaya. Biaya pelayanan
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin
dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan
kesehatan yang baik (Azwar, 2006).
Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Biaya pelayanan kesehatan masyarakat adalah biaya yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat, yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit (Azwar, 2006).
Akses terhadap pelayanan kesehatan yang dilihat dari keadaan
ekonomi, berkaitan dengan kemampuan memberikan pelayanan
kesehatan yang pembiayaannya terjangkau pasien (Djoko Wijono, 2000:
35). Selain menjadi masalah kesehatan, TB juga memiliki dampak
ekonomis yang tidak kecil bagi pasien dan keluarganya. Karena harus
mengeluarkan biaya untuk diagnosis, pengobatan, dan biaya untuk
transportasi menuju sarana pelayanan kesehatan.

2.2 Konsep Pengetahuan


2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
27

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan


atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2011), berdasarkan pembagian domain oleh
Bloom, pengetahuan merupakan salah satu tingkat ranah dari perilaku,
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus.
Sedangkan perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan
seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan
masalah kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan yang dicakup domain
kognetif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1. Mengetahui (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
badan. Yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh
sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan terhadap onjek yang telah dipelajari.
28

3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (nyata).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hokum-hukum rumus metode, prinsip dan sebagainya. Dalam konteks
atau situasi yang lain, misalnya dapat merumuskan statistic dalam
perhitungan hasil penelitian dapat menggunakan prinsip-pronsip siklus
pemecahan masalah (problem solping cycle) didalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dari penggunaan kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan kemampuan untuk
menyusun formulasi dan informasi yang ada, misalnya: dapat
menyususn, merencanakan, dapat meningkatkan, menyesuaikan
terhadap suatu objek atau rumus-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri.

2.2.2 Kriteria Penilaian Pengetahuan


29

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara


atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
diatas (Nursalam, 2008) :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 76% - 100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor 0 - 55%

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan dipengaruhi oleh faktor:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kea rah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau
masyarakat.
b. Persepsi
Persepsi dapat diartikan mengenal atau memilih objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
c. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, keinginan atau tenaga
penggerak yang bersal dari dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi, memerlukan
rangsangan dari dalam individu maupun dari luar.
d. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,
dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap
oleh indera manusia.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara
lain meliputi: Lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi.
30

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan


perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk
memiliki hubungan antara tingkat penghasilan dan pemanfaatan.

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan


Cara memperoleh kebenaran sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern
(Notoatmodjo, 2007).

a. Cara tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan periode ini antara lain
meliputi :
1. Cara coba-coba (trial)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang
apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya persoalan
dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan atau tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa
melakukan penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan itu biasanya diwariskan turun menurun dari
generasi ke generasi sebelumnya. Sumber pengetahuan tersebut
dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang, pemerintahan dan sebagainya.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
31

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan


yang dihadapi pada masa lalu.
4. Melalui jalan pikiran
Seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia yang
berfikir, manusia pun ikut berkembang. Disini manusia telah
mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh
pengetahuannya.
b. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih systematis, logis dan ilmiah. Metode sebagai suatu
cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan pemecahan
masalah. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap seseorang
sesuai dengan pemikirannnya, kalau positif akan menimbulkan sikap
positif demikian juga sebaliknya (Green dalam Notoatmodjo, 2007).
Pada hakikatnya pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui
manusia tentang objek tertentu, termasuk didalam bidang ilmu.

2.3 Konsep Kepatuhan


2.3.1 Pengertian Kepatuhan
Pengertian kepatuhan menurut Sockett dalamNeil Niven (2000)
bahwa kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Orang
mematuhi perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan bukan hal
yang mengherankan karena ketidakpatuhan sering kali diikuti dengan
beberapa bentuk hukuman. Meskipun demikian, yang menarik adalah
pengaruh dari orang yang tidak mempunyai kekuasaan dalam membuat
orang mematuhi perintahnya dan sampai sejauh mana kesediaan orang
untuk mematuhinya.
32

2.3.2 Tingkat Kepatuhan


Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah
pengobatan tersebut kuratif atau preventif, jangka panjang atau jangka
pendek. Sackett and Snow yang dikutip oleh Niven (2000) menemukan
bahwa ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70 adalah
pencegahan. Kegagalan untuk mengikuti program jangka panjang, yang
bukan dalam kondisi akut, dimana derajat ketidakpatuhannya rata-rata
50% dan derajat tersebut bertambah buruk sesuai waktu.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan


Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut Niven
(2000) antara lain adalah:
2.3.3.1 Pemahaman tentang intruksi
Tidak seorangpun dapat mematuhi intruksi jika dia salah paham tentang
intruksi yang diberikan. Kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan
profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap,
penggunaan istilah medis dan memberikan instruksi yang harus diingat
oleh pasien.
2.3.3.2 Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan
bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan bersikap ramah dan memberikan informasi dengan
singkat dan jelas.
2.3.3.3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan
tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
2.3.3.4 Motivasi
Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas
kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
33

2.3.3.5 Pengetahuan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin besar
kemungkinan untuk patuh pada suatu program pengobatan.

2.3.4 Cara Mengukur Kepatuhan


Setidaknya terdapat lima cara yang dapat digunakan untuk
mengukur kepatuhan pada pasien
2.3.4.1 Menanyakan pada petugas klinis metode ini adalah metode yang hampir
selalu menjadi pilihan terakhir untuk digunakan karena keakuratan atas
estimasi yang diberikan oleh dokter pada umumnya salah.
2.3.4.2 Menanyakan pada Individu yang menjadi pasien metode ini lebih valid
dibandingkan dengan metode yang sebelumnya. Metode ini juga
memiliki kekurangan, yaitu pasien mungkin saja berbohong untuk
menghindari ketidaksukaan dari pihak tenaga kesehatandan mungkin
pasien tidak mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan mereka
sendiri. Jika dibandingkan dengan beberapa pengukuran objektif atas
konsumsi obat pasien, penelitian yang dilakukan cenderung
menunjukkan bahwa para pasien lebih jujur saat mereka menyatakan
bahwa mereka tidak mengkonsumsi obat.
2.3.4.3 Menanyakan pada individu lain yang selalu memonitor keadaan pasien.
Metode ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, observasi tidak
mungkin dapat selalu dilakukan secara konstan, terutama pada hal-hal
tertentu seperti diet makanan dan konsumsi alkohol. Kedua, pengamatan
yang terus menerus menciptakan situasi buatan dan seringkali
menjadikan tingkat kepatuhan yang lebih besar dari pengukuran
kepatuhan yang lainnya. Tingkat kepatuhan yang lebih besar ini memang
sesuatu yang diinginkan, tetapi hal ini tidak sesuai dengan tujuan
pengukuran kepatuhan itu sendiri dan menyebabkan observasi yang
dilakukan menjadi tidak akurat.
2.3.4.4 Menghitung berapa banyak pil atau obat yang seharusnya dikonsumsi
pasien sesuai saran medis yang diberikan oleh dokter. Prosedur ini
34

mungkin adalah prosedur yang paling ideal karena hanya sedikit saja
kesalahan yang dapat dilakukan dalam hal menghitung jumlah obat yang
berkurang dari botolnya. Tetapi, metode ini juga dapat menjadi sebuah
metode yang tidak akurat karena setidaknya ada dua masalah dalam hal
menghitung jumlah pil yang seharusnya dikonsumsi. Pertama, pasien
mungkin saja, dengan berbagai alasan, dengan sengaja tidak
mengkonsumsi beberapa jenis obat. Kedua, pasien mungkin
mengkonsumsi semua pil, tetapi dengan cara yang tidak sesuai dengan
saran medis yang diberikan.

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien menurut
Niven (2000) adalah sebagai berikut :
2.3.5.1 Keadaan penyakit
Pasien yang menderita penyakit kronis (tuberculosis paru)
cenderung paling tidak patuh. Ini terutama karena harus menggunakan
obat dalam jangka waktu lama dimana gejala yang terasa hanya dalam
waktu singkat.
2.3.5.2 Keadaan pasien
Kepatuhan pasien menurun pada usia tinggi yang hidup sendiri
(tidak ada yang mendorong). Tingkat ekonomi lemah, orang-orang
dengan pengetahuan dan pendidikan rendah, dimana faktor budaya atau
bahasa menjadi penghalang komunikasi antara petugas kesehatan dengan
pesien.
2.3.5.3 Petugas kesehatan
Kepatuhan pasien akan dipengaruhi oleh sikap petugas
kesehatan dalam melayani pasiennya. Petugas yang bersifat merendah,
pasien kurang yakin terhadap terapi yang diputuskan, ada hambatan
dalam komunikasi karena faktor budaya, bahasa dan waktu yang
disediakan.
35

2.3.5.4 Pengobatan
Kepatuhan pasien akan berkurang apabila obat yang diberikan
dalam jangka waktu lama. Bentuk dan keberhasilan kemasan yang terlalu
sederhana dimana obat mudah pecah dan terkontaminasi oleh kotoran
juga dapat menurunkan kepatuhan pasien untuk minum obat.
2.3.5.5 Struktur pelayanan
Semakin sulit tempat pelayanan kesehatan dicapai, semakin
berkurang kepatuhan pasien.

2.4 Kerangka Teori


Menurut Nursalam (2016) dalam program promosi kesehatan yang
diadaptasi dari konsep Lawrence Green dikenal adanya model pengkajian
dan penindaklanjutan (Precede-Proceed Model). Dalam model ini
mengkaji mengenai masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, selain itu dalam model ini juga membahas mengenai
cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau
meningkatkan perilaku tersebut ke arah perilaku yang lebih baik atau lebih
positif. Proses pengkajian dalam tahap preceed dan proses
penindaklanjutan dalam tahap proceed. Penerapan keempat proses
dibawah ini kedalam model pengkajian dan penindaklanjutan adalah suatu
program untuk memperbaiki perilaku kesehatan.
Perilaku itu sendiri terbentuk atau ditentukan oleh tiga faktor,
ketiga faktor tersebut menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2014)
adalah sebagai berikut:
2.4.1 Faktor Predisposisi (predisposing factor), adalah faktor internal yang
berasal dari diri individu itu sendiri, keluarga, kelompok atau masyarakat
yang memberikan efek individu untuk berperilaku yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2.4.2 Faktor pendukung (enabling factor), merupakan faktor yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasiltas dan sarana
kesehatan.
36

2.4.3 Faktor pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang menguatkan suatu
perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas Kesehatan,
teman sebaya, orangtua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors) :
1. Sikap
2. Kepercayaan dan
keyakinan
3. Pengetahuan

Faktor Pendukung
(Enabling Factors) :
1. Ketersediaan fasilitas dan Perilaku spesifik :
Kepatuhan Berobat
sarana kesehatan
Pasien TB Paru
2. Terjangkaunya sarana
kesehatan

Faktor Pendorong
(Reinforcing Factors) :
1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat

Gambar 2.1 Kerangka teori faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien


dengan kepatuhan berobat TB paru
Sumber : Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan desain cross sectional. Desain penelitian ini digunakan untuk
meneliti suatu kejadian dalam waktu yang bersamaan atau dalam sekali
waktu. Variabel dependen dan independen dalam desain penelitian ini
dinilai secara bersamaan (Nursalam, 2016).
Dalam penelitian ini peneliti mengkorelasikan hubungan
pengetahuan pasien tentang TB Paru dengan kepatuhan berobat TB Paru di
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

3.2 Kerangka Penelitian


Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realita agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak
diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan
hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2016).
Independent Dependent

Pengetahuan Kepatuhan berobat TB

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

37
38

kelompok lain (Notoatmodjo, 2011) Variabel merupakan gejala yang


menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari
sekelompok orang atau subyek yang mempunyai variasi antara satu
dengan yang lainya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2013).
3.3.1 Variabel Independent
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel yang lain (Azwar S, 2006). Dalam ilmu
keparawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien tersebut (Nursalam,
2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang
tuberkolusis paru.
3.3.2 Variabel Dependent
Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Dengan kata lain, variabel tergantung adalah faktor yang
diamati dan diukur untuk menetapkan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2008). Variabel tergantung
dalam penelitian ini adalah kepatuhan berobat pasien TB Parudi
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional yaitu membatasi ruang lingkup atau pengertian
variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional ini juga bermanfaaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau
alat ukur (Notoatmodjo, 2011).
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Pengetahuan pasien TB Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner 1. Baik : 76 – 100% Ordinal
pasien TB mengenai 2. Cukup : 56 – 75%
penyakitnya dan cara 3. Kurang : 0 – 55%
penanganannya

2 Kepatuhan berobat pasien Kesesuaian antara kehadiran Form TB 02 1. Patuh (selalu datang Nominal
TB Paru dengan program pengobatan TB 01 sebelum atautepat
yang telah dijadwalkan oleh waktu sesuai dengan
petugas Kesehatan tanggal yang
ditentukan sejak
awal pengobatan)
2. Tidak patuh (tidak
datang tepat
waktusetidaknya
pernah sekali atau
dua kali datang
sesuai tanggal yang
ditentukan)

39
40

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah setiap subyek (misalnya : manusia, pasien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi
dalam penelitian ini seluruh pasien TB paru di Poliklinik Paru RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi pada bulan Februari 202 sebanyak 117
orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008).
3.5.2.1 Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus perhitungan sampel Yamane (Sugiyono, 2019), yaitu :
N
n
1  N  ed 2 
Keterangan :
n = jumlah sampel yang diperlukan
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan sampel (sampling error), biasanya 5%
n= 117
1 + 117 (0,05²)
n= 117
1 + 0,29
n= 117
1,29
n= 90,6
Sehingga, besar sampel minimal pada penelitian ini adalah 91 orang.
41

3.5.2.2 Teknik pengambilan sampel


Tehnik penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan metode non probability sampling yaitu tehnik
pengambilan sampel dengan tidak memberikan peluang yang sama dari
setiap anggota populasi yang bertujuan tidak untuk generalisasi yang
berasas pada probalilitas yang tidak sama (Hidayat, 2009). Pengambilan
sampel dengan menggunakan pendekatan accidental samplingyaitu cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Hidayat, 2009).
3.5.2.3 Kriteria sampel
3.5.2.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2008). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TB Paru yang
berobat di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi,
dengan kriteria :
1. Pasien berumur ≥ 17 tahun
2. Pasien TB dengan program pengobatan fase kategori 1
3. Pasien pengobatan bulan ke 6
4. Pasien yang berobat tercatat register rekam medik TB.01
5. Pasien yang membawa kartu TB.02
6. Pasien yang bersedia sebagai responden
3.5.2.3.2 Kriteria Eklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2008).Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien TB Paru dengan penyakit penyerta, seperti bronkhitis, efusi
pleura, meningitis, diabetes melitus, dan HIV.
42

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
instrument kuesioner. Angket atau Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
responden tentang hal-hal yang ia ketahui (Sugiyono, 2013).
Alasan pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan
waktu dan tenaga serta memberikan keleluasaan untuk mengisinya,
sehingga responden tidak merasa terganggu apabila dibandingkan dengan
wawancara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer yang merupakan jawaban hasil dari kuesioner pasien yang berobat
ke poli paru RSUD Sekarwangi bulan Februari tahun 2021.
Kuesioner penelitian ini berisi data umum meliputi data tentang
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.Untuk variabel
pengetahuan pasien TB berisi kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan
yang jawabannya ditentukan menggunakan skala Guttman, yaitu skala
yang memiliki sifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban
yang tegas seperti jawaban Ya/Tidak atau Benar/Salah. Skala Guttman
dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skoring dalam skala ini
dinilai jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika jawaban salah
diberi skor 0 (Hidayat, 2009). Kemudian dilakukan skoring dalam
beberapa tingkatan, jika pengetahuan baik maka skor responden berada
pada kisaran 76-100%, jika pengetahuan cukup maka skor responden
berada pada rentang 56-75% dan jika pengetahuan responden kurang
maka skor berada pada rentang 0-55%. Semua pertanyaan dilakukan
sistem penilaian yang sederhana dan spesifik untuk mengukur
pengetahuan pasien TB sehingga lebih mudah digunakan.

3.6.2 Jenis Data


Data sekunder merupakan suatu cara pengumpulan data yang
diinginkan, diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan
43

dilakukan oleh peneliti sendiri (Hidayat, 2009).


Data sekunder yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu
berasal dari kartu pengobatan TB.02 dan rekam medik TB.01 pasien
rawat jalan Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

3.6.3 Prosedur Penelitian


3.6.3.1 Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam persiapan
adalah sebagai berikut: menentukan atau memilih masalah melalui
study pendahuluan, menyusun latar belakang, merumuskan masalah,
menentukan tujuan, menentukan kegunaan penelitian, menentukan
kerangka pemikiran, menentukan tinjauan pustaka, menentukan jenis
penelitian, menentukan lokasi dan waktu, menentukan variabel,
menentukan definisi konseptual dan operasional, menentukan populasi
dan sampel, menyusun teknik pengumpulan data, menentukan
instrument penelitian.
3.6.3.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama peneliti melakukan :
a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin
penelitian dari KetuaProgram Studi Keperawatan Insitut Kesehatan
Rajawali Bandung.
b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan
tujuan dan manfaat penelitian.
c. Memberikan lembar persetujuan informed consent untuk
ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek
penelitian.
d. Membagikankuesioner penelitian di ruang poli paru kepada
responden.
e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
f. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
44

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.


g. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
h. Mendampingi responden selama mengisi kuesioner.
i. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa.
j. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai
dengan variabel penelitian.
k. Setelah data terkumpul maka dilakukan tabulasi data dan
pengolahan data.
3.6.3.3 Tahap Pelaporan
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir berupa penyusunan
laporan yang kemudian diikuti dengan pencetakkan dan penggandaan
laporan untuk dikomunikasikan pada pihak lain.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji
validitas dapat menggunakan uji Person product moment. Adapun pada
penelitian ini untuk mengukur tingkat validitas instrument (kuisioner)
digunakan rumus Person product moment yang akan diolah dengan
SPSS, tehnik korelasi yang digunakan yaitu :

Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
ƩXi = Jumlah skor item
ƩYi = Jumlah skor total
45

Keputusan Uji :
Bila r hitung > r tabel Ho ditolak, artinya item valid
Bila r hitung < r tabel Ho gagal ditolak, artinya item tidak valid
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan di Poli Paru RSUD
Sekarwangi terhadap 30 responden. Menurut Umar (2008), bahwa sangat
disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal 30 orang.
Dengan jumlah minimal 30 orang ini didistribusikan skor akan lebih
mendekati kurva normal. Nilai korelasi pertanyaan dalam kuesioner yang
memenuhi taraf signifikan, yaitu ≥ r tabel sehingga dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 4 – 11
Mei 2021 menunjukan bahwa 20 item soal mempunyai nilai lebih dari
0,361 (r tabel dengan 30 responden) yang terdapat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3.2 Uji validitas pengetahuan pasien TB
Taraf Signifikan
Item Soal r-hitung Perbandingan Ket.
5%
Nomor 1 0,362 ≥ 0,361 Valid
Nomor 2 0,362 ≥ 0,361 Valid
Nomor 3 0,408 ≥ 0,361 Valid
Nomor 4 0,402 ≥ 0,361 Valid
Nomor 5 0,504 ≥ 0,361 Valid
Nomor 6 0,440 ≥ 0,361 Valid
Nomor 7 0,448 ≥ 0,361 Valid
Nomor 8 0,345 ≥ 0,361 Valid
Nomor 9 0,471 ≥ 0,361 Valid
Nomor 10 0,589 ≥ 0,361 Valid
Nomor 11 0,543 ≥ 0,361 Valid
Nomor 12 0,481 ≥ 0,361 Valid
Nomor 13 0,362 ≥ 0,361 Valid
Nomor 14 0,462 ≥ 0,361 Valid
Nomor 15 0,367 ≥ 0,361 Valid
Nomor 16 0,542 ≥ 0,361 Valid
Nomor 17 0,543 ≥ 0,361 Valid
Nomor 18 0,675 ≥ 0,361 Valid
Nomor 19 0,585 ≥ 0,361 Valid
Nomor 20 0,610 ≥ 0,361 Valid
46

3.7.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,
2010). Uji reliabilitas menggunakan software SPSS dengan metode
Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai 1.
Rumus unutuk menghitung koefisien reliabilitas instrument
menggunakan Alpha Cronbach sebagai berikut:

Keterangan:
r : koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
: total varian butir
: total varian
Jika skala itu dikelompokan ke dalam lima kelas dengan range
yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :
1. Nilai Alpha Cronbach 0,00 sampai 0,20 berarti kurang reliabel
2. Nilai Alpha Cronbach 0,21 sampai 0,40 berarti agak reliabel
3. Nilai Alpha Cronbach 0,41 sampai 0,60 berarti cukup reliabel
4. Nilai Alpha Cronbach 0,61 sampai 0,80 berarti reliabel
5. Nilai Alpha Cronbach 0,81 sampai 1,00 berari sangat reliabel
Hasil perhitungan reliabilitas kuesioner pengetahuan pasien TB
didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,862 sehingga dikatakan
reliabel.
47

3.8 Pengolahan dan Teknik Analisis Data


3.8.1 Pengelohan Data
Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
3.8.1.4 Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
3.8.1.5 Coding
Dilakukan setelah melakukan pemeriksaan kelengkapan
jawaban kuesioner. Peneliti merubah angka atau bilangan dengan
memberikan kode pada kuesioner.
3.8.1.6 Entry
Data yang sudah di entry ke dalam komputer dengan
menggunakan Microsoft Exel lalu di jumlahkan hasil selanjutnya
distribusikan dan di kode dengan menggunakan (Statistical Product
and Service Solutions) SPSS.
3.8.1.7 Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan
dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan
melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.
3.8.1.8 Analisis
Proses penganalisaan data dalam penelitian ini menggunakan
SPSS, dari data yang telah di buat dalam distribusi frekuensi kemudian
di analisis melalui SPSS hal ini di tujukan untuk melihat bagaimana
menginterpretasikan data, kemudian menganalisa data dari hasil yang
sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Dalam penelitian ini
digunakan penelitian korelasional sehingga dilakukan teknis analisa
univariat dan bivariat.
48

3.8.2 Analisa Data


3.8.2.1 Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan untuk mengkaji hanya satu variabel.
Analisis ini dilakukan dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi
yang berguna untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan tiaptiap
variabel penelitian dan data lain yang mendukung. Analisis ini
menggunakan rumus :

n
p= x100%
N
Keterangan :
n = nilai yang diperoleh (skor hasil)
N = jumlah seluruh skor / nilai (yang harusnya dicapai)
% = tingkat keberhasilan yang dicapai.

3.8.2.2 Analisis Bivariat


Setelah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan analisa
bivariat. Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan oleh dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (Notoatmodjo, 2011).
Bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dan variabel
dependen. Metode analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan skala pengukuran yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat
(χ2). Uji ini digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi
yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui,
apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada
penelitian yang menggunakan data nominal atau ordinal (Hidayat, 2009).
Rumus Chi Kuadrat :
49

Keterangan :
χ 2 : Chi Kuadrat
O : Nilai hasil pengamatan
E : Nilai ekspektasi

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.9.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.
3.9.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021.

3.10 Etika Penelitian


Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2011).
Menurut Hidayat (2009) beberapa prinsip penelitian pada manusia
yang harus dipahami adalah sebagai berikut:
3.10.1 Menghormati Martabat
Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat
seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi
subjek harus di hargai. Dalam penelitian ini tertera dalam inklusi
pengambilan sampel yaitu pasien di poliklinik paru yang bersedia
menjadi responden.
3.10.2 Asas Kemanfaatan
Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat
dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila
manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada resiko yang akan terjadi.
50

Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan


harus menjaga kesejahteraan manusia. Adapun manfaat dari penelitian ini
yaitu untuk mengupayakan mengatasi masalah yang menyebabkan pasien
putus obat di poliklinik paru RSUD Sekarwangi.
3.10.3 Berkeadilan
Dalam melakukan penelitian, perlakuannya sama dalam artian
setiap orang diberlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak
asasi manusia. Hak dan kewajiban penelitian maupun subjek juga harus
seimbang. Peneliti dalam hal ini tidak membeda-bedakan reponden
sebagai subjek dalam penelitian ini walaupun subjek adalah pasien,
semua responden diperlakukan sama berdasarkan moral, martabat dan
hak asasi manusia.
3.10.4 Informed Consent
Subjek penelitian harus menyatakan kesediannya mengikuti
penelitian dengan mengisi Informed Consent. Hal ini juga merupakan
bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam
penelitian. Penelitian dalam hal ini menyerahkan surat keterangan
kesediaan menjadi responden yang harus disetujui oleh pasien di
poliklinik paru RSUD Sekarwangi yang dijadikan subjek dalam
penelitian ini.
3.10.5 Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
penelitian yang akan disajikan. Peneliti dalam hal ini tidak
mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dalam penelitian
ini karena guna menjaga etika keperawatan.
3.10.6 Kerahasiaan (Confidential)
Confidential tujuannya untuk menjamin keberhasilan dari
penelitian baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi
51

yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, kelompok data


tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Dalam hal ini peneliti
menjamin kerahasiaan penelitian sebagai informasi hasil riset yang akan
dilaporkan. Menurut Nursalam (2008) masalah etika dalam penelitian
yang menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus memahami
prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka
peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang dijadikan
sebagai subjek.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 1 Februari sampai dengan 29


Februari 2021 di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 91 orang yang sudah memenuhi kriteria
inklusi. Pada bab ini akan diurakan hasil penelitian yaitu berdasarkan karakteristik
responden, gambaran pengetahuan responden tentang TB paru dan kepatuhan
pengobatan TB paru. Selanjutnya hasil penelitian ini akan dianalisis sesuai dengan
variabel yang akan diteliti dan akan disajikan pembahasan untuk menjawab
penelitian ini. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program komputer dan disajikan berdasarkan analisis univariat dan analisis
bivariat.

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1 Gambaran Pengetahuan Responden tentang TB Paru di Poliklinik
Paru RSUD Sekarwangi
Pengetahuan tentang TB Frekuesi (F) Presentase (%)
Kurang 11 12,1
Cukup 44 48,3
Baik 36 39,6
Jumlah 91 100,0
Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup tentang TB paru, yaitu sebanyak 44 orang (48,3%).

52
53

Tabel 4.2 Gambaran Kepatuhan Responden Berobat TB Paru di Poliklinik


Paru RSUD Sekarwangi
Kepatuhan Berobat TB Paru Frekuesi (F) Presentase (%)
Tidak Patuh 33 36,3
Patuh 58 63,7
Jumlah 91 100,0
Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden patuh
berobat TB paru, yaitu sebanyak 58 orang (63,7%).

4.1.2 Analisis Bivariat


Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi dengan tujuan untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen.
Dalam penelitian ini, analisis bivariat meliputi analisa hubungan
antara pengetahuan pasien tentang TB dengan kepatuhan berobat TB di
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi. Berikut disajikan hasil analisis bivariat
untuk variabel independen dengan variabel dependen.
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Pasien tentang TB Paru dengan
Kepatuhan Berobat TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi
Tahun 2021
Kepatuhan Berobat TB
Pengetahuan Total p
Tidak Patuh Patuh
tentang TB
F % F % F %
Kurang 10 90,9 1 9,1 11 100,0
Cukup 23 52,3 21 47,7 44 100,0
<0,001
Baik 0 0 36 100,0 36 100,0
Total 33 36,3 58 63,7 91 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa terdapat 44 responden


(48,3%) yang memiliki pengetahuan cukup tentang TB paru, 23 responden
(52,3%) diantaranya tidak patuh berobat TB paru dan 21 responden (47,7%)
lainnya patuh berobat TB paru.
54

Dari hasil uji statistik analisa bivariat Chi Square, maka diperoleh
P Value <0,001. Ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan pasien tentang TB paru dengan kepatuhan berobat TB paru di
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi.

4.2 Pembahasan
Penelitian ini dirancang untuk memberikan gambaran interpretasi dan
mengungkapkan hubungan antara pengetahuan pasien tentang TB paru
dengan kepatuhan berobat TB paru. Sesuai dengan tujuan penelitian akan
dibahas hal-hal sebagai berikut:

4.2.1 Gambaran Pengetahuan Pasien tentang TB Paru


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Paru
RSUD Sekarwangi, diperoleh bahwa sebagian besar pasien memiliki
pengetahuan cukup tentang TB paru, yaitu sebanyak 44 orang (48,3%) dan
sebagian kecil responden berpengetahuan kurang tentang TB paru, yaitu 11
orang (12,1%).
Menurut Notoatmodjo (2007), salah satu faktor internal yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan. Hal ini sejalan
dengan penelitian ini bahwa sebagia besar responden berpendidikan SMA,
yaitu sebanyak 37 orang (40,7%). Sejalan dengan hasil penelitian Asiah
(2013) dimana didapatkan karakteristik tingkat pendidikan pasien TB paru
Poli Paru di RSUD Arifin Achmad adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 59
orang (51,3%). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pengobatan
pengendalian penularan penyakit TB paru. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin banyak pengetahuannya dan tinggi kesadarannya
tentang hak yang dimilikinya untuk memperoleh informasi tentang upaya
pengobatan maupun penularan penyakit TB paru sehingga menuntut dirinya
agar memperoleh keselamatan jiwanya. Rendahnya tingkat pendidikan akan
berpengaruh pada pemahaman mengenai upaya pengobatan dan penularan
55

penyakit TB. Sedangkan pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan mempengaruhi perilakunya dalam upaya tersebut.
Ada beberapa faktor lain menurut Mubarak (2007) yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang selain tingkat pendidikan dan sumber
informasi, diantaranya meliputi umur seseorang, pekerjaan, dan
pengalaman. Berdasarkan umur responden, hasil penelitian menunjukan
sebagian besar responden berusia 17 - 49 tahun, yaitu sebanyak 72 orang
(79,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurjana (2015) yang meneliti
faktor risiko terjadinya TB paru pada usia produktif (15 - 49 tahun) di
Badan Litbang Kesehatan. Hal ini juga didukung Wijaya (2012) yang
mengungkapkan bahwa TB banyak menyerang usia produktif dan
meningkatkan angka kematian pada masyarakat terutama di negara
berkembang.
Pernyataan ini didukung Widyatun (2009), yang menyebutkan
bahwa umur dapat berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Dimana semakin bertambah umur seseorang maka semakin
banyak pengalaman dan pengetahuan yang di perolehnya, sehingga bisa
meningkatkan kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang
lebih dewasa mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan dalam
berfikir dan menerima informasi yang semakin lebih baik jika di
bandingkan dengan usia yang lebih muda. Usia mempengaruhi tingkat
pengetahuan sesorang. Semakin dewasa umur maka tingkat kematangan dan
kemampuan menerima informasi lebih baik jika dibandingkan dengan umur
yang lebih muda atau belum dewasa.
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden bekerja,
yaitu 72 orang (79,1%). Hal ini didukung oleh teori Lestari (2009) yaitu
dunia kerja merupakan suatu saran untuk menambah informasi atau
pengetahuan, karena dari dunia kerja itulah seseorang dapat berbaur merata
dengan semua orang. Dimana setiap individu pasti akan melakukan tukar
pendapat, yaitu dalam hal informasi dan pengetahuan yang tentunya
individu miliki sesuai dengan apa yang pernah individu peroleh.
56

4.2.2 Gambaran Kepatuhan Berobat TB Paru


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
patuh berobat TB paru, yaitu sebanyak 58 orang (63,7%) dan sebagian kecil
responden tidak patuh berobat TB paru, yaitu sebanyak 33 orang (36,3%).
Menurut Niven (2000), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pengobatan, yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas
interaksi petugas kesehatan dan pasien, motivasi, pengetahuan, serta isolasi
sosial dan keluarga. Pasien yang menderita penyakit kronis (tuberculosis
paru) cenderung paling tidak patuh. Ini terutama karena harus menggunakan
obat dalam jangka waktu lama dimana gejala yang terasa hanya dalam
waktu singkat. Dukungan keluarga dalam hal ini adalah mendorong
penderita untuk patuh meminum obatnya, menunjukkan simpati dan
kepedulian, serta tidak menghindari penderita dari penyakitnya. Dalam
memberikan dukungan terhadap salah satu anggota yang menderita TB,
dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat penting untuk proses
penyembuhan dan pemulihan penderita (Septia & Sabrian,2014). Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden telah menikah atau
berkeluarga, yaitu sebanyak 57 orang (62,6%). Sejalan dengan hasil
penelitian Putri (2020) yang mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah
faktor penting dalam kepatuhan minum obat pada pasien TB.

4.2.3 Hubungan Pengetahuan Pasien tentang TB Paru dengan Kepatuhan Berobat


TB Paru
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa sebanyak 44 responden
(48,3%) memiliki pengetahuan cukup tentang TB paru, dimana 23
responden (52,3%) diantaranya tidak patuh berobat TB paru dan 21
responden (47,7%) lainnya patuh berobat TB paru. Kemudian terdapat 36
responden (39,6%) yang memiliki pengetahuan baik tentang TB paru,
dimana semua responden tersebut juga patuh berobat TB paru. Sedangkan
11 responden (12,1%) lainnya memiliki pengetahuan kurang tentang TB
57

paru, 10 responden (90,9%) diantaranya tidak patuh berobat TB paru, dan 1


orang (9,1%) lainnya patuh berobat TB paru.
Hasil uji statistik analisa bivariat Chi Square, maka diperoleh P
Value <0,001 dimana hasil ini menunjukan terdapat hubungan antara
pengetahuan pasien tentang TB paru dengan kepatuhan berobat TB paru di
Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Purwanto (2010) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti
tuberkulosis pada pasien TB. Hal ini didukung pula oleh teori Niven (2000)
bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan. Semakin
baik pengetahuan seseorang maka akan semakin patuh dalam menjalankan
program pengobatan dan minum obat anti tuberkulosis. Selain itu,
pengetahuan dapat menjadi pendorong bagi sesorang untuk mengubah
perilakunya. Dengan adanya faktor-faktor pendukung seperti pendidikan,
dukungan keluarga dan informasi maka pengetahuan responden terhadap
kepatuhan obat pada pasien TB akan semakin baik lagi.
Selain itu, dalam penelitian ini tidak semua responden yang
berpengetahuan kurang tidak patuh dalam berobat, seperti pada responden
nomor 54 yang berpengetahuan kurang namun patuh dalam pengobatan TB.
Setelah dilakukan wawancara, responden mengatakan dirinya kurang
mengetahui tentang TB paru. Namun responden selalu diperingatkan oleh
keluarganya, terutama istri untuk meminum obat teratur dan tepat waktu
demi kesembuhan. Makan peran PMO (pengawas minum obat) berpengaruh
besar terhadap kepatuhan pasien TB dalam melaksanakan program
pengobatan untuk minum obat setiap hari.
Menurut Depkes (2013), salah satu komponen DOTS adalah
pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung.
Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO. Tugas
seorang PMO adalah mengawasi pasien Tuberculosis Paru agar menelan
obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada
pasien agar mau berobat teratur, mengingkatkan pasien untuk periksa ulang
58

dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada


anggota keluarga pasien tuberculosis paru yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan, dalam hal ini dukungan keluarga
juga menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
kepatuhan penderita terhadap program pengobatan (Notoadmojo, 2012).
Hasil penelitian juga menunjukan sebanyak 29 orang (96,6%)
menjawab benar item pertanyaan kuesioner No.5, dimana responden sudah
mengetahui bahwa salah satu tanda dan gejala penyakit TB paru adalah
batuk, demam, sesak, keringat malam dan nafsu makan berkurang. Hal ini
sejalan dengan PDPI (2011) bahwa tuberkulosis paru memiliki manifestasi
klinis berupa batuk lama (≥2 minggu), batuk berdahak, batuk darah, nyeri
dada, sesak napas, keringat malam, penurunan berat badan, dan hilang nafsu
makan. Sedangkan TB ekstra paru memberikan gejala sesuai dengan organ
yang terkena infeksi TB.
Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 26 orang (86,7%) tidak
mengetahui cara meludah dahak yang benar adalah dengan cara ditampung
dalam wadah berisi pasir dan alkohol. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap 4 orang (13,3%), mereka mengetahui dari internet bahwa cara
meludah dahak yang ditampung dalam wadah berisi pasir dan alkohol
merupakan satu pencegahan penularan TB paru. Hal ini didukung
Notoatmodjo (2003) bahwa bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seorang yaitu memiliki sumber informasi yang lebih banyak, tidak hanya
bersumber pada satu media/sumber informasi yang akan memberikan
pengetahuan yang jelas dan lengkap pula. Selain itu, tingkat pendidikan dan
ekonomi seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut keadaan ekonomi yang
dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitu pun dalam
mencari bantuan/informasi ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka simpulan sebagai berikut:
1. Pasien TB Paru yang berobat di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi
memiliki pengetahuan terbanyak pada kategori cukup sebanyak 48
responden (48,3%).
2. Sebagian besar pasien (63,7%) yang berobat TB paru di Poliklinik Paru
RSUD Sekarwangi patuh berobat TB paru.
3. Terdapat hubungan pengetahuan pasien tentang TB paru dengan
kepatuhan berobat TB paru.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Dokter
Saran untuk dokter agar dapat memberikan konselor tentang penyakit
TB paru kepada penderita baru & keluarganya, baik secara langsung atau
menambah media penkes, serta memberikan motivasi kepada penderita lama
& keluarganya tentang kepatuhan berobat TB paru demi kesembuhannya.

5.2.2 Bagi Perawat


Saran untuk perawat agar dapat meningkatkan pelaksanaan peran
perawat di rumah sakit. Tidak hanya berfokus sebagai caregiver, tetapi juga
sebagai edukator tentang TB paru. Hal ini dimaksudkan untuk menambah
pengetahuan pasien tentang TB paru, khususnya pencegahan penularan dan
kepatuhan berobat pada pasien TB paru.

59
60

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Saran untuk peneliti yang akan meneliti tentang hubungan
pengetahuan pasien tentang TB paru dengan kepatuhan berobat TB paru
selanjutnya agar menambahkan faktor dukungan keluarga, karena menurut
peneliti hal ini sangat berpengaruh terhadap kepatuhan berobat TB paru.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY, Aris. Tuberkulosis, diagnosis, terapi dan masalahnya. Jakarta: RSUP
Persahabatan; 2013.
Asiah I. Gambaran perilaku pasien TB paru terhadap upaya pencegahan
penyebaran penyakit TB paru pada pasien yang berobat di poli paru RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. Pekanbaru; Universitas Riau; 2013.
Azwar S. Pengantar administrasi kesehatan. Binarupa Aksara: Jakarta; 2006.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Kepatuhan pasien: faktor penting dalam
keberhasilan terapi. Ed 7. Jakarta: BPOM RI; 2006.
Depkes RI. Pedoman nasional penanggulangan TB 2009.Jakarta; 2009.

Diskes Jabar. Situasi TB di Indonesia. Bandung: Dinas Kesehatan Jawa Barat;


2019.
Djojodibroto D. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta: EGC; 2009.

Dotulong FJ, Sapulete MR, Kandou GD. Hubungan faktor risiko umur, jenis
kelamin dan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit TB paru di Desa Wori
Kecamatan Wori. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik [serial online] 2015
Apr [cited 2021 Sept 26]; 3(2). Available from
https://core.ac.uk/download/pdf/295073854.pdf
Fauziyah N. Faktor yang berhubungan dengan drop out pengobatan pada
penderita TB paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4). Salatiga:
Skripsi Universitas Negeri Semarang; 2010.
Hidayat AAA. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Ed 1st.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
Kemenkes RI. Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kemeterian. Kesehatan RI.
Jakarta; 2018.
Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia; 2014. Jakarta; 2015.

Kemenkes RI. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia. Jakarta; 2011.

Lestari D. Faktor Ibu Bayi yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2009.
Mandal, dkk. Lacture notes: penyakit infeksi. Ed 6th. Jakarta: Erlangga; 2006.

61
62

Maulana HD. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.

Mubarak WI. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam
pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.
Muksin K, Mahendradhata Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan
minum obat pada penderita TBC Paru yang mengalami konversi di Kota Jambi.
Jambi: Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM; 2006.
Niven N. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat danprofessional kesehatan
lain. Jakarta:EGC; 2000.
Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.

Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni Jakarta: Rhineka Cipta; 2011.

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2011.

Nurhidayah. Hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan praktik


menyusui di RSUD Dr. Soeprapto Cepu. Blora: Skripsi Stikes Annur; 2007.
Nursalam. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edi 4 th.
Jakarat : Salemba Medika; 2006.
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2008.
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2008.
Octaviani P, Kusuma IY. Studi pengaruh status perkawinan dan pekerjaan pada
pasien tuberkulosis di rumah sakit DKT Purwokerto Tahun 2017. Purwokerto:
Skripsi Prodi Farmasi STIKes Harapan Bangsa; 2017.
Octavianus L. Faktor – faktor yang memperngaruhi Drop Out TB Paru di
Puskesmas Sorong Tahun 2011. Sorong: Tesis Universitas Diponegoro; 2012.
Paramani N, Hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan
kepatuhan berobat pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Limboto Kabupaten
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo; 2013.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
TB di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2011.
Permatasari A. Pemberantasan penyakit TB paru dan strategi DOTS. Medan: FK
Universitas Sumatra Utara; 2009.
63

Prasetya J. Hubungan motivasi pasien TB paru dengan kepatuhan dalam


mengikuti program pengobatan sistem DOTS di Wilayah Puskesmas Genuk.
Semarang; 2009
Prasetyo H. Dampak psikologis ketidakpatuhan berobat pasien tuberkulosis paru
di Rumah Sakit Paru Batu. Malang: Thesis Universitas Muhammadiyah Malang;
2006.
Purwanto, NH. Hubungan pengetahuan pasien tuberculosis paru dengan
kepatuhan pasien dalam konsumsi obat. Mojokerto: STIKes Dian Husada; 2010.
Putri, MH. Dukungan keluarga sebagai faktor penting dalam kepatuhan minum
obat pada pasien tuberkulosis paru. Lampung: Universitas Lampung; 2021.
Setiadi. Konsep & keperawatan keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2008.

Riskesdas. Laporan Nasional Riskesdas 2010. Kementerian Kesehatan RI; 2010.


Septia A, Rahmalia S, Sabrian F. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada penderita TB Paru. Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad; 2014.
Sugiyono. Metodelogi penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta; 2019.
Suryo. Herbal penyembuhan gangguan sistem pernafasan. Yogyakarta: Ariesta;
2010.
Umar, H. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis. Ed 4th. Jakarta: Raja
Grafindo Persada; 2001.
Wibowo A, dkk. Kesehatan masyarakat di Indonesia: Konsep aplikasi dan
tantangan. Jakarta: Rajawali Pers; 2014.
Widoyono. Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan &
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.
Wijaya AA. Merokok dan Tubercolosis. J Tubercolosis Indonesia; 2012.
Wijono D. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Ed 1st. Surabaya: Airlangga
University; 1999.
Yulistyaningtum, Rejeki DS. Hubungan riwayat kontak penderita
TuberkulosisParu (TB) dengan kejadian TB paru anak di Balai Pengobatan
penyakit paru-paru (BP4) Purwokerto. Jurnal Kesmas UAD [serial online] 2010
Januuari [cited 2021 Jan 12]; 4(1).
Lampiran 1. Lembar Kegiatan Bimbingan Tugas Akhir

KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Devi Setiawan


NPM : 1219080
Nama Pembimbing : Arie J. Pitono, dr., M.Kes.
Tahun Akademik : 2020/2021

Rekomendasi Paraf
No. Tanggal Topik Bimbingan Pembimbing
Pembimbing

1. Cari masalah
penelitiannya
1 30/10/10 Bab I, II, III 2. Kerangka teori
3. Tabel definisi
operasional
1. Harus ada data
persentase
ketidakpatuhan dan
perbandingan sebagai
dasar masalah
2 28/11/20 Bab I, II, III
2. Penulisan harus
sesuai dengan
pedoman
3. Kerangka teori
direvisi
Bab I, II, III 1. Tatacara penulisan
sesai dengan
pedoman
2. Latar belakang
dikoreksi lagi supaya
orang lain yang
membaca mengerti
3 21/12/20
3. Penelitiannya ganti di
Poli Paru dan rekam
medis dituliskan
65

1. Bagaimana cara
mengirim email yang
benar
2. Tatacara penulisan
4 29/12/20 Bab I, II, III 3. Kerangka teori di
koreksi
4. Sebutkan alasannya
kenapa pengetahuan
menjadi alat ukur
1. Definisi operasional
tulisan independen
dan dependent
diihilangkan
2. Instrumen kepatuhan
Bab I, II, III berobat TB paru
5 06/01/21
Instrumen Penelitian untuk patuh dan tidak
patuh bagaimana cara
menelitinya
3. Untuk pengetahuan
dibuat di latar
belakang
1. Penjelasan tentang
populasi sasarannya
berupa ruang dan
waktu serta subjek
penelitian
2. Tata cara penulisan
Bab I, II, III sub bab dikoreksi
6 08/01/21
Instrumen Penelitian 3. Carikan penjelasan
accidental sampling
dan kuota sampling
4. Menjelaskan dan
menggambarkan
kriteria inkluasi dan
eklusi
7 13/01/2021 Bab I, II, III 1. Definisi operasional
Instrumen Penelitian tentang instrumen
kepatuhan direvisi
dan diperbaiki
redaksi penulisannya
2. Buatkan kuesioner
instrumen
pengetahuan
66

3. Buarkan berikut uji


validitas dan
reliabilitas
1. Uji validitas dan
reliabilitas direvisi
2. Kuesioner
Bab I, II, III pengetahuan diubah
8 22/01/21
Instrumen Penelitian sertakan dengan kisi-
kisinya
3. Carikan contoh TB
01 dan TB 02
1. Penjelasan ulang
tentang inklusi dan
ekslusi cari
pengertiannya
2. Penulisan daftar
pustaka sesuai
pedoman
Bab I, II, III
9 03/02/21 3. Carikan buku atau
Instrumen Penelitian
sumber yang
terupdate
4. Uji validitas dan
reliabilitas
didiskusikan dengan
pembimbing 2, baru
acc ujian proposal
1. Perhitungan
jumlah sample
berdasarkan data
Bab 1
2. Revisi instrumen
10 06/02/21 Ujian Proposal
penelitian, setelah
konsul ulang, baru
boleh uji validitas
dan reliabilitas
3. Tata cara penulisan

Perbaikan Pasca Acc uji validitas


11 13/02/21
Ujian Proposal dan reliabilitas
67

1. Perbaiki tata cara


Bab I, II, III penulisan sesuai
12 05/06/21 Hasil Uji Validitas pedoman terbaru
dan Reliabilitas 2. Acc penelitian

1. Bab IV tambah
item mana yang
paling benar dan
paling banyak salah
2. Jurnal penelitian
ditambah; abstrak
200-250 kata; daftar
13 14/08/21 Hasil Penelitian isi; daftar pustaka.
3. Tambahkan
pembahasan data
demografi
dihubungkan
dengan variabel yg
diteliti

1. Hapus halaman
persetujuan sidang
2. Daftar lampiran
ubah menjadi 9,
hilangkan izin
penelitian, hasil
validitas &
reliabilitas
digabung
14 25/09/21 Hasil Penelitian 3. Penomoran sub-bab
4. Tabel karakteristik
responden dipisah
dengan tabel
gambaran variabel
5. Tambah
pembahasan
karakteristik
responden
68

KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Devi Setiawan


NPM : 1219080
Nama Pembimbing : M. Deri Ramadhan, S.Kep., Ners, M.Kep.
Tahun Akademik : 2020/2021

Rekomendasi Paraf
No. Tanggal Topik Bimbingan Pembimbing
Pembimbing

1. Tatacara penulisan
gelar dalam kata
pengantar
1 28/11/20 Bab I, II, III
2. Revisi Bab I sesuai
dengan yang
didiskusikan
1. Revisi latar belakang
2. Gambar yang di
kerangka teori
dihapus
3. Kerangka penelitian
ditambahakn
independent dan
2 05/02/21 Bab I, II, III
dependen
4. Penjelasan tentang
inklusi dan eksklusi
5. Uji validitas
6. Revisi dan diskusi
tentang kuesioner
pengertahuan
1. Revisi latar belakang
2. Penjelasan populasi
Bab I, II, III
3 16/02/21 dan sampel
Instrumen Penelitian
3. Revisi uji validitas
dan reliabilitas
4 06/02/21 Ujian Proposal 1. Perhitungan jumlah
sample berdasarkan
data Bab 1
2. Revisi instrumen
penelitian, setelah
konsul ulang, baru
boleh uji validitas
69

dan reliabilitas
3. Tata cara penulisan

Perbaikan Pasca Acc uji validitas dan


5 14/04/21
Ujian Proposal reliabilitas

1. Tatacara penulisan
2. Penomoran sub-bab
3. Perbaiki penulisan
angka presentase
yang tidak sesuai
4. Perbaiki abstrak,
cantumkan lokasi dan
waktu penelitian,
6 14/08/21 Hasil Penelitian serta hasil analisa
univariat serta
bivariat
5. Pembahasan tambah
pembahasan soal
yang paling banyak
benar dan salah
6. Tambahkan referensi
lebih banyak
1. Perbaiki penulisan
sesuai pedoman
2. Karakteristik di Bab
IV dihilangkan
7 26/09/21 Bab I, II, III, IV, V karena tidak sesuai
dengan tujuan khusus
3. Acc ujian sidang
hasil
70

Lampiran 2.

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Pasien : .........................
Alamat : ........................

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden


dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali dengan judul penelitian "Hubungan
Pengetahuan Pasien tentang TB Paru dengan Kepatuhan Berobat TB Paru
di Poliklinik Paru RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi".
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari
pihak manapun dan kiranya dapat dipergunakan sebagimana mestinya.

Sukabumi, Juni 2021


Menyetujui

( )
71

Lampiran 3. Instrumen Penelitian


KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TB PARU DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT TB PARU DI POLIKLINIK PARU
RSUD SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

No Kuesioner : …........................ (diisi peneliti)


Tanggal : ............................

A. Petunjuk Pengisian
Bacalah setiap pernyataan dengan cermat sebelum menjawab, kemudian
pilihlah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i rasa paling sesuai dengan keadaan
diri pada lembar jawaban yang tersedia. Saya sangat menghargai kejujuran
dan keterbukaan Bapak/Ibu/Saudara/i.Terimakasih.

B. Identitas Pribadi
1. Umur : ............ tahun
2. Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
3. Status Perkawinan :
□ Belum menikah □ Menikah □ Cerai
□ Lainnya .....................
4. Pendidikan Terakhir :
□ Tidak Sekolah □ Sekolah Dasar □ SMP
□ SMA □ Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan :
□ Tidak Bekerja □ Pensiunan □ Pedagang
□ Buruh □ PNS □ Lainnya ............
72

C. Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda chek list (√) pada
kotak Benar atau Salah sesuai pilihan jawaban anda.

No Pernyataan Benar Salah

1 Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksi menular


Penyebab penyakit TB Paru berasal dari kuman atau
2
bakteri
Penyebab penyakit TB Paru adalah bakteri
3
Mycobacterium Tuberculosis
Penyakit TBParu mempunyai gejala batuk berdahak,
4
gatal tenggorokan serta campur darah
Salah satu tanda dan gejala penyakit TB Paru batuk,
5 demam, sesak, keringat malam dan nafsu makan
berkurang
Penyakit TB Paru dapat menular kepada anggota
6 keluarga lain dengan cara terhirup percikan ludah atau
dahak penderita TB Paru
7 Penularan TB Paru terjadi melalui udara
Penyakit TB Paru dapat menular apabila makan bersama
8
dengan penderita Tuberkulosis Paru
Cara terbaik untuk menghindari penularan terhadap
9 orang lain adalah dengan cara menutup mulut/hidung
saat batuk/bersin dan tidak meludah disembarang tempat
Cara meludah dahak yang benar adalah dengan cara
10
ditampung dalam wadah berisi pasir dan alcohol
Manfaat sinar matahari pagi terhadap ruangan rumah
11
hanya untuk penerangan
12 Tuberkulosis dapat dicegah dengan imunisasi BCG
Merokok dapat memperberat proses penyembuhan TB
13
Paru
Lupa minum obat TB Paru dapat memperlambat
14
penyembuhan
Meminum obat TB Paru dengan teratur dan kontrol
15
tepat waktu dapat sembuh
73

Setelah minum obat anti TB Paru, kencing menjadi


16
berwarna merah
Efek samping minum obat TB Paru menimbulkan efek
17
mual dan muntah
Pernah mengalami fase bosan meminum obat anti TB
18
Paru setiap hari
Tuberkulosis dapat disembuhkan melalui pengobatan
19 teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan
perubahan perilaku
20 Pengobatan TB Paru minimal selama 6 bulan
74

KISI-KISI INSTRUMEN TEST PENGETAHUAN

No Item Soal No Soal Jumlah


1 Pengertian TB Paru 1 1
2 Penyebab TB Paru 2,3 2
3 Tanda dan Gejala TB Paru 4,5 2
4 Penularan TB paru 6,7,8,9,10 5
5 Pencegahan 11,12,13 3
6 Pengobatan 14,15,16,17,18,19,20 7
JUMLAH 20
75

Lampiran 4. Kartu Kunjungan Pasien TB (TB 02)

KARTU KUNJUNGAN PASIEN TB (TB. 02)


Lampiran 5. Kartu Pengobatan Pasien TB (TB01)
Lampiran 6. Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

HASIL UJI VALIDITAS& RELIABILITAS KUESIONER PENGETAHUAN PASIEN TB

No Item Soal
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
6 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
7 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
11 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
12 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
13 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1
16 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
19 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0
20 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
23 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
26 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
PENGELOLAAN HASIL UJI VALIDITAS
item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_
Correlation 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 skor
** * * **
Pearson 1 ,550 ,279 ,053 ,263 ,373 ,279 ,100 ,100 ,354 ,400 ,632 ,347 ,347 ,111 -,098 ,250 ,177 ,000 ,111 ,362*
item_
Sig. (2-tailed) ,002 ,136 ,780 ,161 ,042 ,136 ,599 ,599 ,055 ,029 ,000 ,061 ,061 ,558 ,607 ,183 ,350 1,00 ,558 ,049
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** ** * **
Pearson ,550 1 ,613 ,373 ,263 ,693 ,613 ,250 -,200 ,177 ,250 ,443 ,555 ,347 ,111 ,049 ,100 ,177 ,000 ,111 ,362*
item_
Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,042 ,161 ,000 ,000 ,183 ,289 ,350 ,183 ,014 ,001 ,061 ,558 ,797 ,599 ,350 1,000 ,558 ,049
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson ** * ** * * **
,279 ,613 1 ,380 -,102 ,558 ,441 ,446 -,056 ,512 ,111 ,176 ,247 ,247 ,068 ,234 -,056 ,315 ,155 ,255 ,408*
Correlation
item_
3 Sig. (2-tailed) ,136 ,000 ,038 ,590 ,001 ,015 ,014 ,770 ,004 ,558 ,352 ,188 ,188 ,720 ,212 ,770 ,090 ,414 ,174 ,025
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson ,053 ,373* ,380* 1 ,308 ,489** ,558** ,213 ,053 ,075 ,213 ,337 ,207 -,015 -,154 ,323 ,053 ,075 -,066 ,024 ,402*
item_
Sig. (2-tailed) ,780 ,042 ,038 ,098 ,006 ,001 ,258 ,780 ,692 ,258 ,069 ,272 ,938 ,415 ,081 ,780 ,692 ,730 ,901 ,028
4
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** *
Pearson ,263 ,263 -,102 ,308 1 ,308 ,337 ,263 ,263 -,093 ,263 ,415 ,473 ,473 ,337 ,244 ,263 ,371 ,284 ,337 ,504**
item_
Sig. (2-tailed) ,161 ,161 ,590 ,098 ,098 ,069 ,161 ,161 ,626 ,161 ,023 ,008 ,008 ,069 ,194 ,161 ,043 ,129 ,069 ,004
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** ** * ** *
Pearson ,373 ,693 ,558 ,489 ,308 1 ,915 ,373 -,107 ,264 ,053 ,539 ,429 ,207 ,024 ,323 ,053 ,264 ,099 ,202 ,440*
item_
Sig. (2-tailed) ,042 ,000 ,001 ,006 ,098 ,000 ,042 ,575 ,159 ,780 ,002 ,018 ,272 ,901 ,081 ,780 ,159 ,604 ,284 ,015
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_
Correlation 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 skor
Pearson ,279 ,613** ,441* ,558** ,337 ,915** 1 ,279 -,056 ,315 ,111 ,388* ,247 ,015 -,118 ,398* ,111 ,118 -,017 ,068 ,448*
item_
Sig. (2-tailed) ,136 ,000 ,015 ,001 ,069 ,000 ,136 ,770 ,090 ,558 ,034 ,188 ,935 ,535 ,029 ,558 ,534 ,928 ,720 ,013
7
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson ,100 ,250 ,446* ,213 ,263 ,373* ,279 1 ,250 ,354 -,050 ,063 ,139 ,347 ,111 ,196 ,100 ,530** ,463** ,613** ,435*
item_
Sig. (2-tailed) ,599 ,183 ,014 ,258 ,161 ,042 ,136 ,183 ,055 ,793 ,740 ,465 ,061 ,558 ,300 ,599 ,003 ,010 ,000 ,016
8
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson ,100 -,200 -,056 ,053 ,263 -,107 -,056 ,250 1 ,354 ,400* ,063 -,069 ,139 ,111 ,049 ,250 ,354 ,309 ,446* ,471**
item_
Sig. (2-tailed) ,599 ,289 ,770 ,780 ,161 ,575 ,770 ,183 ,055 ,029 ,740 ,716 ,465 ,558 ,797 ,183 ,055 ,097 ,014 ,009
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** *
Pearson ,354 ,177 ,512 ,075 -,093 ,264 ,315 ,354 ,354 1 ,354 ,224 ,049 ,049 -,079 ,311 ,354 ,375 ,218 ,315 ,589**
item_
Sig. (2-tailed) ,055 ,350 ,004 ,692 ,626 ,159 ,090 ,055 ,055 ,055 ,235 ,797 ,797 ,679 ,094 ,055 ,041 ,247 ,090 ,001
10
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * *
Pearson ,400 ,250 ,111 ,213 ,263 ,053 ,111 -,050 ,400 ,354 1 ,443 ,347 ,139 ,111 ,049 ,400 ,177 ,000 ,111 ,543**
item_
Sig. (2-tailed) ,029 ,183 ,558 ,258 ,161 ,780 ,558 ,793 ,029 ,055 ,014 ,061 ,465 ,558 ,797 ,029 ,350 1,000 ,558 ,002
11
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * ** * * **
Pearson ,632 ,443 ,176 ,337 ,415 ,539 ,388 ,063 ,063 ,224 ,443 1 ,614 ,351 ,176 ,031 ,253 ,224 ,098 ,176 ,481**
item_
Sig. (2-tailed) ,000 ,014 ,352 ,069 ,023 ,002 ,034 ,740 ,740 ,235 ,014 ,000 ,057 ,352 ,871 ,177 ,235 ,608 ,352 ,007
12
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** *
Pearson ,347 ,555 ,247 ,207 ,473 ,429 ,247 ,139 -,069 ,049 ,347 ,614 1 ,423 ,247 ,109 -,069 ,294 ,171 ,247 ,362*
item_
Sig. (2-tailed) ,061 ,001 ,188 ,272 ,008 ,018 ,188 ,465 ,716 ,797 ,061 ,000 ,020 ,188 ,568 ,716 ,115 ,366 ,188 ,050
13
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_
Correlation 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 skor
Pearson ,347 ,347 ,247 -,015 ,473** ,207 ,015 ,347 ,139 ,049 ,139 ,351 ,423* 1 ,711** ,109 ,347 ,539** ,599** ,479** ,462*
item_ Sig. (2-tailed) ,061 ,061 ,188 ,938 ,008 ,272 ,935 ,061 ,465 ,797 ,465 ,057 ,020 ,000 ,568 ,061 ,002 ,000 ,007 ,010
14 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** *
Pearson ,111 ,111 ,068 -,154 ,337 ,024 -,118 ,111 ,111 -,079 ,111 ,176 ,247 ,711 1 ,234 ,279 ,315 ,499 ,441 ,367*
item_
Sig. (2-tailed) ,558 ,558 ,720 ,415 ,069 ,901 ,535 ,558 ,558 ,679 ,558 ,352 ,188 ,000 ,212 ,136 ,090 ,005 ,015 ,046
15
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson -,098 ,049 ,234 ,323 ,244 ,323 ,398 ,196 ,049 ,311 ,049 ,031 ,109 ,109 ,234 1 ,196 ,138 ,257 ,234 ,542**
item_
Sig. (2-tailed) ,607 ,797 ,212 ,081 ,194 ,081 ,029 ,300 ,797 ,094 ,797 ,871 ,568 ,568 ,212 ,300 ,466 ,171 ,212 ,002
16
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson ,250 ,100 -,056 ,053 ,263 ,053 ,111 ,100 ,250 ,354 ,400 ,253 -,069 ,347 ,279 ,196 1 ,354 ,309 ,279 ,543**
item_
Sig. (2-tailed) ,183 ,599 ,770 ,780 ,161 ,780 ,558 ,599 ,183 ,055 ,029 ,177 ,716 ,061 ,136 ,300 ,055 ,097 ,136 ,002
17
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** * ** ** **
Pearson ,177 ,177 ,315 ,075 ,371 ,264 ,118 ,530 ,354 ,375 ,177 ,224 ,294 ,539 ,315 ,138 ,354 1 ,764 ,709 ,675**
item_
Sig. (2-tailed) ,350 ,350 ,090 ,692 ,043 ,159 ,534 ,003 ,055 ,041 ,350 ,235 ,115 ,002 ,090 ,466 ,055 ,000 ,000 ,000
18
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
Pearson ,000 ,000 ,155 -,066 ,284 ,099 -,017 ,463 ,309 ,218 ,000 ,098 ,171 ,599 ,499 ,257 ,309 ,764 1 ,843 ,585**
item_
Sig. (2-tailed) 1,000 1,000 ,414 ,730 ,129 ,604 ,928 ,010 ,097 ,247 1,000 ,608 ,366 ,000 ,005 ,171 ,097 ,000 ,000 ,001
19
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson ,111 ,111 ,255 ,024 ,337 ,202 ,068 ,613** ,446* ,315 ,111 ,176 ,247 ,479** ,441* ,234 ,279 ,709** ,843** 1 ,610**
item_
Sig. (2-tailed) ,558 ,558 ,174 ,901 ,069 ,284 ,720 ,000 ,014 ,090 ,558 ,352 ,188 ,007 ,015 ,212 ,136 ,000 ,000 ,000
20
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_ item_
Correlation 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 skor
* * * * ** * * * ** ** ** ** * * * ** ** ** ** **
skor Pearson ,362 ,362 ,408 ,402 ,504 ,440 ,448 ,435 ,471 ,589 ,543 ,481 ,362 ,462 ,367 ,542 ,543 ,675 ,585 ,610 1
Sig. (2-tailed) ,049 ,049 ,025 ,028 ,004 ,015 ,013 ,016 ,009 ,001 ,002 ,007 ,050 ,010 ,046 ,002 ,002 ,000 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


PENGELOLAAN HASIL UJI RELIABILITAS

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,862 20

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
item_1 14,33 18,506 ,440 ,856
item_2 14,33 18,161 ,529 ,852
item_3 14,23 18,530 ,496 ,854
item_4 14,27 19,030 ,336 ,860
item_5 14,03 19,689 ,512 ,857
item_6 14,27 18,064 ,598 ,849
item_7 14,23 18,530 ,496 ,854
item_8 14,33 18,299 ,493 ,854
item_9 14,33 19,264 ,251 ,864
item_10 14,20 18,717 ,474 ,855
item_11 14,33 18,782 ,371 ,859
item_12 14,17 18,626 ,545 ,852
item_13 14,13 19,016 ,470 ,855
item_14 14,13 18,740 ,565 ,852
item_15 14,23 19,151 ,323 ,860
item_16 14,37 18,930 ,324 ,861
item_17 14,33 18,782 ,371 ,859
item_18 14,20 18,234 ,619 ,849
item_19 14,30 18,424 ,477 ,854
item_20 14,23 18,185 ,595 ,850
Lampiran 7.

DATA HASIL PENELITIAN


STATUS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
NO USIA JK PENDIDIKAN PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL PENGETAHUAN KEPATUHAN
PERKAWINAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

1 34 L MENIKAH SD BURUH 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 10 KURANG TIDAK


BELUM
2 20 L SMP BURUH 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH
MENIKAH
3 37 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 CUKUP TIDAK
BELUM
4 25 L SMP BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 13 CUKUP TIDAK
MENIKAH
BELUM
5 17 P SMP PELAJAR 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 12 CUKUP TIDAK
MENIKAH
6 41 L MENIKAH SD PETANI 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 9 KURANG TIDAK
BELUM
7 18 P SMP PELAJAR 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15 CUKUP TIDAK
MENIKAH
BELUM
8 28 L SMA WIRASWASTA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH
MENIKAH
9 34 P MENIKAH SMP IRT 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 CUKUP TIDAK
BELUM
10 32 L SMP OJEK ONLINE 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 BAIK PATUH
MENIKAH
11 55 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH
BURUH
12 33 P MENIKAH SMP 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 13 CUKUP TIDAK
PABRIK
BELUM
13 24 L SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 BAIK PATUH
MENIKAH
BELUM
14 19 L SMP BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH
BELUM
15 23 L SMA BURUH 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 CUKUP TIDAK
MENIKAH
BELUM
16 20 L SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 BAIK PATUH
MENIKAH
17 40 P MENIKAH SMP WIRAUSAHA 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 CUKUP PATUH

18 31 L MENIKAH SMP BURUH 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 CUKUP TIDAK

19 58 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH

20 33 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 15 CUKUP PATUH

21 34 P MENIKAH SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 BAIK PATUH

22 60 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15 CUKUP PATUH

23 48 L MENIKAH SMP WIRAUSAHA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH

24 34 L MENIKAH SMP BURUH 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 15 CUKUP PATUH


BELUM
25 22 L SMA BURUH 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12 CUKUP TIDAK
MENIKAH
STATUS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
NO USIA JK PENDIDIKAN PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL PENGETAHUAN KEPATUHAN
PERKAWINAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

26 36 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH

27 31 P MENIKAH SD BURUH 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 13 CUKUP TIDAK

28 38 P MENIKAH SD BURUH 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH

29 34 P MENIKAH SMA IRT 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH


BELUM TIDAK
30 22 P SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH BEKERJA
31 41 L MENIKAH SMA WIRASWASTA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 15 CUKUP PATUH

32 50 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH

33 65 L MENIKAH TIDAK PENSIUN 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 KURANG TIDAK


BELUM
34 26 P PT PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH
MENIKAH
35 38 L MENIKAH PT GURU 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH

36 38 L MENIKAH SMA WIRASWASTA 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 CUKUP TIDAK


BELUM
37 24 P PT WIRASWASTA 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH
MENIKAH
38 41 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH

39 50 L MENIKAH SD BURUH 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11 KURANG TIDAK


BELUM
40 21 P SMA MAHASISWA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH
MENIKAH
41 58 P MENIKAH SD IRT 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 11 KURANG TIDAK

42 38 L MENIKAH SMA WIRASWASTA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH


BELUM
43 22 L SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 BAIK PATUH
MENIKAH
44 33 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 BAIK PATUH

45 39 P MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 14 CUKUP TIDAK

46 50 L MENIKAH SD WIRAUSAHA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH

47 40 L MENIKAH SD BURUH 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 CUKUP TIDAK

48 56 P MENIKAH SD IRT 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 7 KURANG TIDAK

49 55 P MENIKAH SD WIRAUSAHA 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH


BELUM
50 18 L SMP PELAJAR 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH
51 30 L MENIKAH PT PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 BAIK PATUH
BELUM
52 25 L SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 13 CUKUP TIDAK
MENIKAH
53 46 L MENIKAH SD BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 15 CUKUP PATUH

54 30 L MENIKAH SMP WIRAUSAHA 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9 KURANG PATUH


STATUS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
NO USIA JK PENDIDIKAN PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL PENGETAHUAN KEPATUHAN
PERKAWINAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
55 48 L MENIKAH PT GURU 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH
BELUM
56 18 L SMA PELAJAR 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH
57 72 L CERAI SD PENSIUN 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 7 KURANG TIDAK

58 45 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH

59 49 L MENIKAH SD BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH

60 56 P CERAI SMP WIRAUSAHA 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 CUKUP TIDAK


TIDAK
61 66 L CERAI TIDAK 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 8 KURANG TIDAK
BEKERJA
62 44 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH
BELUM
63 18 P SMP PELAJAR 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH
64 47 L MENIKAH SD BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 CUKUP TIDAK

65 55 L MENIKAH SD WIRAUSAHA 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 CUKUP TIDAK

66 33 P MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 BAIK PATUH

67 34 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 CUKUP TIDAK

68 59 L CERAI SD WIRAUSAHA 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH

69 62 P MENIKAH TIDAK IRT 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 11 KURANG TIDAK

70 55 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 15 CUKUP PATUH


BELUM TIDAK
71 19 P SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH BEKERJA
72 44 P MENIKAH SMP IRT 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 CUKUP TIDAK
BELUM
73 29 L SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 13 CUKUP TIDAK
MENIKAH
BELUM
74 32 L SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13 CUKUP TIDAK
MENIKAH
75 35 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 BAIK PATUH

76 30 P MENIKAH SMA WIRASWASTA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH

77 30 L MENIKAH SMP BURUH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH


BELUM
78 19 L SMA BURUH 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12 CUKUP TIDAK
MENIKAH
79 34 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 BAIK PATUH
TIDAK
80 61 P MENIKAH SD 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14 CUKUP TIDAK
BEKERJA
BELUM
81 25 L SMP KURIR 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 CUKUP PATUH
MENIKAH
BELUM
82 30 L SMA WIRASWASTA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 BAIK PATUH
MENIKAH
83 41 L MENIKAH SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH
STATUS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
NO USIA JK PENDIDIKAN PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL PENGETAHUAN KEPATUHAN
PERKAWINAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

84 45 P MENIKAH SD IRT 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 8 KURANG TIDAK


BELUM TIDAK
85 19 P SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15 CUKUP PATUH
MENIKAH BEKERJA
BELUM
86 26 L SMA WIRASWASTA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 BAIK PATUH
MENIKAH
87 28 L MENIKAH SMP WIRASWASTA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 15 CUKUP PATUH

88 45 L MENIKAH SMA WIRASWASTA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 BAIK PATUH

89 48 P MENIKAH SMA WIRAUSAHA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 BAIK PATUH

90 62 P MENIKAH SD WIRAUSAHA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 15 CUKUP PATUH


BELUM
91 20 P SMA BURUH 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 BAIK PATUH
MENIKAH
Lampiran 8.
PENGOLAHAN HASIL PENELITIAN

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Kepatuhan 91 100,0% 0 0,0% 91 100,0%

Pengetahuan * Kepatuhan Crosstabulation


Count
Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total
Pengetahuan Kurang 10 1 11
Cukup 23 21 44
Baik 0 36 36
Total 33 58 91

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value Df sided)
a
Pearson Chi-Square 39,573 2 ,000
Likelihood Ratio 51,588 2 ,000
Linear-by-Linear Association 38,759 1 ,000
N of Valid Cases 91
1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.99.a
Lampiran 9.
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Devi Setiawan


Tempat / Tanggal Lahir : Sukabumi, 07 Agustus 1987
Alamat : Kp. Babakan Tipar RT 037/013
Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan
Kabupaten Sukabumi
Riwayat Pendidikan : SDN 1 Ciareuy - 1993 s.d 1999
SMPN 3 Kota Sukabumi - 1999 s.d 2002
SMAN 1 Jampangtengah - 2002 s.d 2005
Poltekes Depkes Bandung - 2005 s.d 2008
Riwayat Pekerjaan : RSUD Sekarwangi - 2009 s.d saat ini

Anda mungkin juga menyukai