Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Kognitif


1. Definisi kognitif
Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi
populer sebagai salah satu domain psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengelolaan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyaknan
(Musaa’diyah, 2014).
2. Pengertian fungsi kognitif
Fungsi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
semua masukan sensori (taktil, visual, dan auditorik) akan diubah, diolah,
disimpan dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara
sempurna sehingga individu meampu melakukan penalaran terhadap
masukan sensori tersebut. Fungsi kognitif menyangkut kualitas
pengetahuan yang dimiliki seseorang. Modalitas dari kognitif terdiri dari
sembilan modalitas yaitu, memori, bahasa, praktis, visuospasial, antensi
serta konsentrasi, kalkulasi, mengambil keputusan, reasoning dan abstrak.
Kemampuan kognitif berubah secara bermakna bersama dengan
lajunya proses penuaan, tetapi perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar
50% dari selutuh popilasi lansia menunjukan penurunan kognitif
sedangkan sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif sama seperti usia
muda. Penurunan kognitif tidak hanya terjadi padea individu yang
mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif
tersebut, namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat. Pada
beberapa individu, proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat
berlanjut sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau demensia
(Ekasari, 2018).

6
7

3. Aspek-aspek kognitif
a. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan
waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan nama
sendiri ketika ditanya) menunjukan informasi yang “overlearned”.
Kegagalan dalam menyebutkan nama sendiri sering merefleksikan
negatifism, distrakti, gangguan pendengaran, ataungangguan
penerimaan bahasa. Orientasi tepat dinilai dengan menanyakan negara,
provinsi kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi
waktu dinilai dengan menyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal.
Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu
dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.
b. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kempuan yang meliputi 4 paramenter,
yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan
kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu
metode yang dapat membantu menilai kelancaran klien menulis atau
berbicara secara spontan.
2) Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami
suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seorang
untuk melakukan perintah tersebut.
3) Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pertanyaan
atau kalimat yang diucapkan sesorang.
4) Naming
Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai
suatu objek beserta bagian-bagiannya.
8

c. Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon
stimulasi dengan mengabaikan stimulus yang lain dilingkungannya.
d. Memori
1) Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi yang diperoleh.
2) Memori visual, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi berupa gambar.
e. Fungsi konstruksi
Fungsi kontruksi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta
orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau
membangun kembali sesuatu bangunan balok yang telah rusak
sebelumnya.
f. Kalkulasi
Kemampuan seseorang untuk menghitung angka
g. Penalaran
Kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu
hal, serta berpikir abstrak.
4. Fungsi kognitif pada lansia
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya
kemampuan mengingat fungsi intelektual, berkurangnya efesiensi
transmisi saraf di otak (menyebabkan, proses informasi melambat dan
banyak informasi hilang selama transisi), berkurangnya kemampuan
mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori,
serta kemampuan mengingat kejadia masa lalu lebih baik dibandingkan
kemampuan mengingat yang baru saja terjadi.Penurunan terkait penuaan
ditunjukan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan
memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan
perubahan pada struktur dan fungsi otak.
9

5. Gangguan fungsi kognitif pada lansia


a. Mudah lupa (forgetfulness)
Mudah lupa merupakan tahap yang paling ringan dan sering
dialami pada orang uusia lanjut. Berdasarkan data statistik 39% orang
pada usia 50-60 tahun mengalami mudah lupa dan angka ini menjadi
85% pada usia diatas 80 tahun.
b. Mild congnitive impairment (MCI)
Mild congnitive impairment merupakan gejala yang lebih berat
dibandingkan dengan mudah lupa. Pada Mild congnitive impairment
sudah mulai muncul gejala gangguan fungsi memori yang menggangu
dan dirasakan oleh penderita, Mild congnitive impairment merupakan
perantara antara gangguan memori atau kognitif terkait usia dan
demensia. Keluhan pada umumnya berupa frustasi, lambat dalam
menemukan benda atau mengingat nama orang dan kurang mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari yang kompleks.
c. Demensia
Demensia adalah suatu sindrom penurunan kempuan intelektual
progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional,
sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari. Gejala klinis berupa kemunduran dalam hal
pemahaman seperti hilangnya kemampuan untuk emmahami
pembicaraan yang cepat, percakapan yang kompleks atau abstrak,
humor yang sarkastis atau sindiran. Dalam kemampuan bahasa dan
bicara terjadi kemunduran pula yaitu kehilangan ide apa yang sedang
dibicarakan, kehilangan kemampuan pemrosesan bahasa secara cepat,
kehilangan kemampuan penamaan dengan cepat.
6. Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif
a. Usia
Semakin tua usia seorang maka secara alamiah akan terjadi
apoptosis pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak
yang dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas subtantia
10

alba dan peraventrikuler. Mengakibatkan penurunan fungsi kognitif


pada seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh radikal
bebas, penurunan distribusi energi dan nutri otak.
b. Stres, depresi, ansietas
Depresi, stres dan ansietas akan menyebabkan penurunan
kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon
glukokortikoid yang dapat menurunkan fungsi kognitif.
c. Latihan memori
Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih
memorinya makan sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk
sehingga kapasitas memori seseorang akan bertambah.
d. Lingkungan
Pada orang yang tinggal di daerah maju dengan sistem
pendidikan yang cukup maka akan memiliki fungsi kognitif yang lebih
baik dibandingkan pada orang dengan fasilitas pendidikan yang
minimal, semakin kompleks stimulus yang didapat makan akan
semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang.
e. Obat-obatan
Beberapa zat seperti alkohol bersifat toksik bagi sel neuron
selain itu defesiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan
penurunan fungsi kognitif seseorang.
7. Cara menstimulasi fungsi kognitif lansia
a. Senam otak
Senam otak merupakan gerakan tubuh sederhana yang
digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang sistem
yang terikat dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang
ataupun depan.
Manfaat dan tujuan senam otak adalah:
1) Memperlambat kepikunan.
2) Menghilangkan stres.
3) Meningkatkan konsentrasi.
11

i. Membuat emosi yang tenang.


b. Terapi orientasi realitas
Terapi orientasi realitas adalah upaya untuk mengonsentasiakan
keadaan nyata kepada klien, yaitu dari diri sendiri, orang lain,
lingkungannya/tempat, dan waktu. Manfaat dan tujuan orientasi
realitas adalah mengorintasikan keadaan nyata kepada lansia baik diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (waktu, tempat).
c. Terapi kenangan
Terapi kenangan adalah teknik yang digunakan untuk mengingat
dan mebicarakan tentang kehidupan seseorang. Trrapi ini digunakan
untuk lansia yang mengalami ganggua kognitif, kesepian dan
pemulihan psikologis. Terapi ini dapat diberikan pada lansia secara
individu, keluarga, maupun kelompok. Pelaksanaa kegiatan terapi
secara kelompok memberi kesempatan kepada lansia untuk mebagi
pengalamannya pada anggota kelompok, emningkatkan kemampuan
komunikasi, dan sosialisasi dalam kelompok serta efesiensi biaya
maupun efektifitas waktu. Tujuan dari terapi ini adalah meningkatkan
hubungan lansia dengan orang lain, memberi stimulus kognitif dan
meningkatkan kepuasaan hidup lansia.

B . Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Kognitif


1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara kompherensif, akurat,
dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengakajian harus
dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan
pemberi pelayan interdisipliner.
Tujuan melakukan pengkajian adalah menentukan kemmapuan klien
dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat
rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk
berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan
spritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui
12

wawancara, observasi, dan pemeriksaan. Pengakjian pada kelompok lansia


di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung
jawaban kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas
kesehatan (Sunaryono, 2016).
Pengkajian dapat dilakukan dengan :
a. Perilaku
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah
delirium dan demensia. Gambar dibawah ini menjelaskan karakteristik
delerium dan demensia. Depresi pada lansia sering kali salah
didiagnosis sebagai demensia dan karakteristik diagnosis tersebut
terdapat pada gambar dibawah ini untuk tujuan perbandingan.

RENTANG RESPONS KOGNITIF

Respon adaptif Respons maladaptif

Tegas Ketidaktegasan periodik Ketidakmampuan untuk mem-

memori utuh Mudah lupa buat keputusan

Orientasi lengkap Kebingungan sementara Kerusakan memori dan penilaian

Persepsi akurat yang ringan Disorientasi

Perhatian terfokus Kadang salah persepsi Salah persepsi serius

Pikiran koheren dan Distraksibilits Ketidakmampuan untuk mem-

Logis Kadang erfikir tidak jelas fokuskan perhatian

Kesulitan untuk berfikir logis


.
Gambar 2.2 Rentang respon kognitif
(Sumber: Kapoh, 2013)

b. Faktor predisposisi
Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari
gangguan biologis fungsi sitem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi
individu mengalami gangguan kognitif termasuk :
13

1) Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang


penting lainnya ke otak.
2) Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan.
3) Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak.
4) Penyakit Alzheimer.
5) Virus imunodefisiensi manusia (HIV).
6) Penyakit hati kronik.
7) Penyakit ginjal kronik.
8) Defesiensi vitamin (trauma tiamin).
9) Malnutrisi.
10) Abnormalitas genetik.
Gangguan jiwa mayor seperti skizofrenia, gangguan bipolar,
gangguan ansietas, dan depresi, juga dapat mempengaruhi fungsi
kognitif.
c. Stresor pencetus
Setiap rangsangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif. Berikut ini merupakan kategori stresor:
1) Hipoksia
2) Gangguan metabolik, termasuk hipotiroidisme, hipoglekimia,
hipopituitarisme, dan penyakit adrenal.
3) Toksisitas dan infeksi.
4) Respons yang berlawanan terhadap pengobatan.
5) Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma.
6) Kekurangan atau kelebihan sensori.
d. Penilaian stresor
Stresor spesifik yang berhubungan dengan gangguan tidak dapat
diidentifikasi, walaupun hal ini berubah secara cepat pengetahuan
tentang saraf meningkat. Secara umum, ketika respons kognitif
maladatif, penyebab fisiologis disingkirkan terlebih dahulu kemudia
stresor psikososial dipertimbangkan walaupun ada faktor fisiologis,
14

stres psokososial dapat lebih menggangu proses pikir individu. Oleh


karena itu, penilaian stresor individu sangat penting.
e. Sumber koping
Respon individu termasuk kekuatan dan keterampilan. Pemberi
perawatan dapat bersifat mendukung dan juga dapat memberi informasi
tentang karakteristik kepribadian, kebiasaan, dan rutinitas individu.
Self-help group dapat menjadi sumber koping yang efektif bagi pemberi
perawatan.
f. Mekanisme koping
Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif
maladatif sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu.
Individu yang mengembangkan mekanisme koping yang efektif pada
masa lalu akan lebih mampu mengatasi awitan masalah kognitif
daripada individu yang telah mempunyai masalah koping. Mekanisme
koping yang biasa digunakan mungkin berlebihan ketika individu
mencoba beradaptasi terhadap kehilangan kemampuan kognitif.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawata NANDA yang berhubungan dengan respon
kognitif
1) Ansietas.
2) Komunikasih, hambatan verbal.
3) Konfusi, kronis.
4) Koping keluarga, penurunan.
5) Koping individu, Ketidakefektifan.
6) Jatuh, Risiko.
7) Memori, Kerusakan.
8) Persepsi sensori, Gangguan: penglohatan, pendengaran, kinestetik,
pengecapan, perabaan, penghidu.
9) Pola tidur, Gangguan.
10) Proses pikir, Gangguan.
15

3. Rencana keperawatan
Sunaryo (2016), rencana keperawatan (intervensi) adalah
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengulangi masalah sesuai dengan diagnoa keperawatan yang dalam
dunia keperawatan dikenal dengan proses keperawatan. Perawat
mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan lansia dan
hal-hal yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan
yang digunakan dalam rencana perawatan termasuk di dalamnya
kepentingan terapeutik, promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Tindakan/intervensi :
a. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi terhadap
orang, tempat, waktu; rentang perhatian; kemampuan berpikir.
Bicarakan dengan orang terdekat mengenai perubahan dari tingkah laku
yang biasa/lamanya masalah yang telah ada.
Rasional : Memberikan dasar untuk evaluasi/perbandingan yang akan
datang dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi
b. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
Rasional : Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan
sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.
c. Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
Rasional : Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien
bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan terancam
oleh imajinasi orang atau situasi tertentu.
d. Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien.
Rasional : Menimbulkan perhatian terutama pada orang-orang dengan
gangguan perseptual.
e. Panggil pasien dengan namanya
Rasional : Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan
pengenalan terhadap realita dan individu.
f. Hormati individu dan evaluasi kebutuhan secara spesifik.
16

Rasional : Seseorang yang mengalami penurunan kognitif sepantasnya


mendapatkan penghormatan, penghargaan, dan kebahagian sebagai
individu (Dongoes, 2012) .
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membentuk klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan klien terhadap
pencapaian hasil dari tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi
meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien, membandingkan
respon klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan
masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien.

C. Konsep Demensia
1. Defenisi Demensia
Demensia adalah penurunan menyeluruh dari fungsi mental luhur
yang bersifat progresif dan irevesible dengan kesadaran yang baik (Katona,
2012). Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulakan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan
tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
penderita (Aspiani, 2014).
2. Etiologi
Penyebab demensia yang reversible penting diketahu karena
pengobatan yang baik pada penederita dapat kembali menjalankan
kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk mengingat berbagai keadaan
tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai” sebagai berikut :
17

D : Drugs (obat).

Obat sedative.

Obat penenang minor dan mayor.

Obat anti konvulsan.

Obat anti hipertensi.

Obat anti aritmia.

E : Emotional (gangguan emosi, misalnya : Depresi).

M : Metabolic dan endokrin, seperti :

Diabtes Melitus.

Hipoglekemi.

Gangguan ginjal.

Gangguan hepar gangguan tiroid.

Gangguan elektrolit.

E : Eye dan Ear (disfungsi mata dan telinga).

N : Nutritional.

Kekrungan vit B6 (pellagra).

Kekrungan vit B1 (sindrom wernicke).

Kekurangan vit B12 (anemia pernisiosa).

Kekurangan asam folat.

T : Tumor dan Trauma.

I : Infeksi, seperti.

Ensafilitis oleh virus, contoh : Herpes simplek.

Bakteri, contoh : pneumococcus.

TBC.

Parasit.
18

Fugus.

Abses otak.

Neurosifilis.

A : Arterosklerolis (komplikasi penyakit aterosklerosis, misal :


Infark miokard, gagal jantung dan alkohol).
Keadaan yang secara potensial revesible atau bisa dihentikan
seperti:
a. Intoksitasi (obat, termasuk alkohol).
b. Infekasi susunan saraf pusat.
c. Gangguan metabolik.
d. Gangguan vasikuler (dimensia multi-infark).
e. Lesi desak ruang.
f. Hematoma subdural akut/kronis.
g. Metastesa neoplasma.
h. Hidrosefalus yang bertekan normal.
i. Depresi (pseudo-dimesia depresif).
Penyebab dari Demensia Non Reversible:
1) Penyakit degeneratif seperti: penyakit alzhemeir, penyakit pick,
penyakit huntingon, kelumpuhan supranuklear progresif, penyakit
parkinson.
2) Penyakit vasikuler, seperti: penyakit serebrovaskuler oklusif
(dimensia multi-infark), embolisme selebral, arteritis, anoksia
sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intiksikasi
karbon monoksida.
3) Demensia traumatik, seperti: perilaku kranio-selebral, dimensia
pugilistika.
4) Infeksi, seperti: sindrom difisiensi imun dapatan (AIDS), infeksi
opportunistik, dimensia pasca ensefalitas.

3. Patofisiologi
19

Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65


tahun (demensia prasenilis) dan yang terjadi pada usia 65 tahun (demensia
senilis). Perbedaan ini dari asumsi penyebab yang berbeda; degenerasi
neuronal yang jarang pada orang muda dan penyakit vasikuler atau
keadaan usia lanjut usia pada orang tua. Meskipun ekspresi penyakit dapat
berbeda pada usia yang berbeda, kelainan utama pada pasien demensia
dari semua usia adalah sama dan perbedaan berdasarkan kenyataan.
Sebagian besar penyakit yang menyebabkan dimensia adalah
degenerasi neural yang luas atau gangguan multifokal. Gejala awal
tergantung dimana proses demensia mulai terjadi, tetapi lokasi dan jumlah
neuron yang hilang yang diperlukan untuk menimbulkan demensia sulit
ditetapkan. Bertambahnya usia mengakibatkan hilangnya neuron dan masa
otak secara bertahap, tetapi hal ini tidak disertai dengan penurunan yang
signifikat tanpa adanya penyakit. Sesungguhnya, massa otak adalah
petunjuk yang buruk untuk fungsi intelektual. Pasien dengan demensia
degeneratif pada dekade keenam mempunya massa otak lebih besar dari
pada pasien normal secara intelektual pada dekade delapan. Akibatnya
dokumentasi atrofi yang menyeluruh dengan pemindahan CT bukan
indikasi demensia yang jelas.
Pada penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab demensia
paling sering, demensia akibatnya hilangnya jaringan kortikal terutama
pada lobus temporalis, parientalis dan frontalis. Hal ini menyertai sebagai
kasus dengan bertambahnya jarak antara garis dan pembesaran vertikal.
Tanda histolik adalah adanya beberapa kekacauan neurofibrinalis dan plak
senilis. Plak dan kekacauan ditemukan dalam otak orang tua yang normal
tetapi meningkat jumlahnya penyakit Alzheimer, terutama dalam
hipokampus dan temporalis. Terkenanya hippokampal mungkin
bertanggung jawab terhadap gangguan ingatan, yang mungkin sebagian
diperantarai oleh berkurangnya aktivitas kolinergik. Aktivitas
neurotransmitter termasuk norepinefrin, serotonin, dopamin, glutamat,
somatostatin juga menurun. Perubahan-perubahan ini diserai dengan
20

berkurangnya aliran darah serebral dan menurunnya metabolisme oksigen


dan glukosa.
4. Karakteristik Demensia
Gejala yang sering menyertai dimensia adalah:
b. Gejala Awal :
1) Kinerja mental menurun.
2) Fatique.
3) Mudah lupa.
4) Gagal dalam tugas.
c. Gejala Lanjut :
1) Gangguan kognitif.
2) Gangguan afektif.
3) Gangguan perilaku.
d. Gejala Umum
1) Mudah lupa.
2) Aktivitas sehari-hari terganggu.
3) Disorientasi.
4) Cepat marah.
5) Kurang konsentrasi.
6) Resiko jatuh.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia
yang revesible atau keadaan bingung yang saling tumpang tindih. Sekitar
10 persen pasien dengan demensia menderita penyakit sistemik atau
neurologik yang dapat diobati. Sepuluh persen menderita pseudodemensia
yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat diobati, dan 10
persen yang menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi
seperti alkoholisme atau hipertensi.
Pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas dirumah yang
relatif normal tetapi jarang di tempat kerja. Ketika gangguan menjadi lebih
dalam, pasien membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan
21

sehari-hari. Beberapa pasien yang terganggu agak berat dapat hidup


sendiri jika mereka mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk
kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman, kunjungan teratur oleh
perawat masyarakat, pemberian maknan dan bantuan dari tetangga.
Beberapa individu, demensia ringan menjadi terganggu orientasinya yang
bingung jik dipindahkan ke lingkungan yang tidak bisa seperti rumah
sakit.
6. Penangan pasien Demensia
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi
pasien dimensia ialah sebagai berikut:
a. Terapi obat dengan pengawasan dokter.
b. Intervensi non obat
1) Intervensi lingkungan
a) Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia).
b) Penyesuain waktu (membuat jadwal rutin).
c) Penyesuain lingkungan malam hari (mandi air hangat tidur
teratur).
d) Penyesuaian indra (mata, telingan).
e) Penyesuain nutrisi (makan makanan dengan gizi seimbang ).
2) Intervensi perilaku
a) Wendering
(1) Yakinlah dimana keberadaan pasien.
(2) Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar rumah.
(3) Gelang pengenal “hendaya memory”.
b) Agitasi dan Agresifitas:
(1) Hindari situasi yang memprovokasi.
(2) Hindari argumentasi.
(3) Sikap tenang dan mentap
(4) Alihkan perhatian kenal lain.

c) Sikap dan pertanyaan yang berulang :


22

(1) Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh


perhatian.
(2) Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan aluhkan ke
hal yang menarik.
d) Intervensi Psikologis
(1) Psiko terapi individual.
(2) Psiko terapi kelompok.
(3) Psiko terapi keluarga.
e) Intervensi untuk “care giver” (pengasuh) diperlukan :
(1) Mental.
(2) Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan
kemandirian
(3) Kemampuan menerima kenyataan
f) Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi mudah lupa :
(1) Lakukan latihan terus-menerus, berulang-ulang.
(2) Tingkatkan perhatian.
(3) Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada
dalam otak.
g) Aktivitas keagamaan
h) Mengembangkan hobi yang ada seperti melukis, memasak,
main musik, berkebun, fotografi.
7. Klasifikasi Denmesia
a. Demensia sinelis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan
metabolisme dan Oksigen yang menyertai merupakan penyebab
kelianan anatomis di otak. Pada banyak orang terdapat kelainan
aterosklerosis seperti juga yang terdapat pada dimesia senilis, tetapi
tidak ditemukan gejala-gejala dimensia. Otak mengecil terdapat suatu
atrofi umum, terutama pada daerah forntal. Yang penting ialah jumlah
sel berkurang.
1) Gejala
23

a) Biasanya sesudah umur 60 tahun timbul gejala-gejala yang jelas


untuk membuat diagnosa demensia sinilis. Penyakit jasmaniah
atau gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat kemunduran
mental.
b) Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang
baruterjadi, merupakan gejala dini, juga kekurangan ide-ide dan
gaya pemikiran abstrak.
c) Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya, ia
menyimpan barang-barang yang tidak berguna, mungkin timbul
paham bahwa ia akan dirampok, akan dirasuki atau ia miskin
sekali atau tidak disukai orang.
d) Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak
mengetahu jalan pulang.
e) Ia mungkin jadi korban penjahatan karean ia mudah diajak,
contohnya dalam hal penipuan dan seks.
f) Banyak menjadi gelisah waktu malam, mereka berjalan-jalan tak
bertujuan dan menjadi deksktutif.
g) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu, maka
makin lama makin banyak ia lupa.
h) Gejala jasmani: kulit menjadi tipis, keriput dan atrotif, BB
mengurang, atrotif pada otot-otot, jalannya menjadi tidak stabil,
suara kasar dan bicaranya jadi pelan.
i) Gejala psikologis: Sering hanya terdapat tanda kemunduran
mental umum (dimensia simplek). Tetapi tidak jarang juga terjadi
kebingungan dan delirium, atau depresi atau disertai agitasi.
2) Pragnosis
Tidak baik, jalannya progresif, demensia mekin lama makin
berat sehingga kahirnya penderita hidup secara vegalatif saja,
walaupun demikian penderita dapat hidup selama 10 tahun lebih
setelah gejala-gejala menjadi nyata.
3) Diagnosis
24

Perlu dibedakan dari arteroskelorosa otak, tapi kedua hal ini


jarang terjadi bersama-sama. Pada melankolia involusi tidak didapat
tanda-tanda dimesia. Kadang sindrom otak organs sebab uremia,
anemia, payah jantung atau penyakit paru-paru dapat serupa dengan
psikosa senilis.
4) Pengobatan
Pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah dan
cobalah memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, rasa masuk
hitingan, tercapinya sesuatu dan rasa penuh dibenarkan serta
dihargai.
b. Demensia presenilis
Gangguan ini gejala utamanya ialah seperti sebelum masa senile
akan dibicarakan 2 macam dimensia presenilis yaitu:
1) Penyakit alzheimer
Penyakit ini biasanya timbul anatara usia 50-60 tahun.
Disebabkan karena adanya degenerasi korteks yang difusi pada
otak dilapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal.
Penyakit ini dimulai pelan sekali, tidak ada ciri yang kkas pada
gangguan intelegensi atau kelianan perilaku. Terdapat disorientasi,
gangguan ingatan, emosi lebih, kekeliruan dalam berhitung, dan
pembicaraan sehari-hari dapat terjadi afasi, perverasi (mengulang-
ulang perkataan, perbuatan tanpa guna)
2) Penyakit pick
Secara patologis ini adalah atrofi dan gliosis di daerah-
daerah asosiatif, daerah motorik, sensorik dan daerah proyrksi
secara relative dan banyak berubah. Yang tergangu adalah lebih
tinggi. Sebab itu yang terutama terganggu adalah pembicaraan dan
proses berfikir.korteks yang secara filogentik lebih mudah dan
yang penting buat fungsi asosiasi yang lebih tinggi. Sebab itu yang
terutama terganggu adalah pembicaraan dan proses berfikir.
Penyakit Pick 2 kali lebih banyak kaum wanita dari pada pria.
25

8. Pemeriksaan Demensia
Pemeriksaan penting yang harus dilakukan untuk penderita, mulai
dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian
status mental dan sebagai penunjang juga diperlukan tes laboratorium.
Tabel 2.3 Pemeriksaan pengkajian kemampuan aspek kognitif
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
Maks Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun :
Musim :
Tanggal :
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :
Propinsi :
Kabupaten/kota:
Panti :
Wisma :
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien, menjawab
4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai dari
kalkulasi 100 kemudia kurang 7 sampai lima
tingkat
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada point ke-2 (tiap
poin nilai 1)
6 Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut (poin 3)
(tidak ada jika, dan, atau tetapi)
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
Ambil kertas di tangan anda, lipat
dua dan taruh di lantai, (poin 3)
Perhatikan pada klien untuk hal
berikut “Tutup mata anda” (bila
aktivitas sesuai nilai 1 poin)
Total Nilai 30
(Sumber: Nasrullah, 2016)

Interpretasi hasil :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif.
26

18-23 : Gangguan kognitif sedang.


0– 17 : Gangguan kognitif berat.
Tabel 2.3 Pengkajian kemampuan intelektual menggunakan SPMSQ
(Short Portable Mental Status Quesioner)
No Pertanyaan Jawaban Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa presiden indonesia

8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya


?
9 Siapa nama ibu anda ?

10 Kurang 3 dari 20 dan tetap perguruan


3 dari setiap angka baru, secara
menurun ?
Jumlah

(Sumber: Nasrullah, 2016)


Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh.
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan.
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedan.
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat.

Anda mungkin juga menyukai