Anda di halaman 1dari 92

Diklat Teknis Perencanaan Irigasi Tingkat

Dasar

Perencanaan Bangunan Utama (bendung)


Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami konsep dasar
Pra Rencana Bangunan Utama yang meliputi Data Rencana Bendung, Bangunan
Bendung, Perencanaan Hidrolis, Perencanaan Bangunan Pengambilan dan
Perencanaan Bangunan Pembila yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya
jawab

2. Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta dapat menjelaskan :
Penetapan Jenis Bangunan Utama ( Bendung)
Perancangan Pra-Desaign Bangunan Utama (Bendung)
Penetapan Desain Bangunan Utama (Bendung)
DEFINISI BANGUNAN
UTAMA/BENDUNG
BANGUNAN ( ATAU KOMPLEK BANGUNAN ) MELINTANG
SUNGAI YANG BERFUNGSI MEMPERTINGGI ELEVASI
AIR DAN MEMBELOKKAN AIR AGAR DAPAT MENGALIR
KE SALURAN DAN MASUK KE SAWAH UNTUK
KEPERLUAN IRIGASI

SECARA FISIK :

 Tubuh bendung
 Peredam energi
 Bangunan pembilas
 Pintu pengambilan
 Kantong lumpur
 Tanggul banjir
 Rumah jaga
 Bangunan lainnya.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
DATA
BANGUNAN PENGELAK
PERENCANAAN HIDRAULIS
BANGUNAN PENGAMBILAN
DAN PEMBILAS
PERENCANAAN BANGUNAN
PERENCANAAN KANTONG
LUMPUR
PENGATURAN SUNGAI DAN
BANGUNAN PELENGKAP
PENYELIDIKAN MODEL
HIDRAULIS
PELAKSANAAN
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PENDAHULUAN
Secara umum bendung dibatasi :
 Beda tinggi muka air hulu hilir 6 -7 m
 Daerah aliran sungai 500 km2
 Pengambilan air irigasi 25 m3/dt
 Diluar batasan itu, harus dikaji spesialis ahli.
Bendung Gerak : seperti bendung dilengkapi dengan pintu untuk
mengatur muka air.
Operasi pintu : air kecil pintu ditutup, air naik dan
membelok ke saluran.
Air banjir, pintu barrage dibuka, pintu
pengambilan ditutup,mencegah sedimen masuk
saluran.
Keuntungan : tanggul banjir rendah, mengurangi daerah genangan.
DENAH BANGUNAN UTAMA Gambar 1
POTONGAN BENDUNG
( CONTOH USBR )
POTONGAN MELINTANG BENDUNG
POTONGAN MELINTANG BENDUNG
PENGAMBILAN DAN PEMBILAS ( HAL 8 )
II. DATA
TOPOGRAFI
 Peta dasar 1: 25.000 atau 1: 50.000
dengan kontur 25 m, utk gambaran
DAS
 Peta situasi sungai 1: 2.000,kontur 0.5 m -
1.0 m, 1 km kehulu dan kehilir sungai, 250
m kekanan dan kekiri tebing sungai.Maksud
: untuk pemilihan lokasi bendung dan
kompleks bangunan.
 Potongan memanjang dan melintang tiap
50 m, skala 1:200
 Pengukuran detail situasi bendung 1: 200
atau 1:500, kontur 0.25 m seluas 50 Ha (
1000x500 m )
DATA HIDROLOGI
Debit banjir
 Data diperlukan untuk :
Perhitungan banjir rencana
Perhitungan debit rendah andalan
Perhitungan neraca air
 Debit banjir dihitung dgn periode ulang ( th ) : 1000, 100, 50, 25, 5.
 Bangunan pengelak Q 100
 Tanggul banjir Q 1000
 Elevasi tanggul hilir Q 5-25
 Saluran pengelak atau bangunan kofer dam Q 5-25
 Usahakan data aliran sungai ( AWLR )
 Tapi sering kali tidak ada. Data hujan Debit
DATA HIDROLOGI
Debit andalan :
 Dihitung dengan keandalan 80%, artinya 80%
terpenuhi dan 20% gagal.
 Sehingga perhitungan Q5
 Idealnya data dari aliran sungai ( AWLR ), kalau tidak
ada memakai curah hujan untuk menghitung debit.
Neraca Air :
 Dihitung untuk rencana alokasi air untuk berbagai
keperluan.
 Dihitung dengan keandalan 80%
 Hak atas air, penyadapan hulu n hilir, keperluan air hilir
utk lingkungan harus dipertimbangkan.
DATA MORFOLOGI
Bangunan melintang sungai akan mempunya 2 akibat :
 Perubahan sungai kearah horisontal terhambat
 Air dan sedimen dibelokkan, sehingga konsentrasi
sedimen berubah.
 Data fisik yang diperlukan :
1. Kandungan dan ukuran sedimen
2. Tipe dan ukuran sedimen
3. Distribusi ukuran butir
4. Banyak sedimen
5. Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai.
6. Data historis degradasi n agradasi sungai.
DATA GEOLOGI TEKNIK
Peta Geologi :
 Peta daerah skala 1:100.000 atau 1:50.000
 Peta semi detail 1:25.000 atau 1:5.000
 Peta detail 1:2.000 atau 1:100
Kalau perlu dilakukan pemboran untuk mengetahui lapisan
dan tipe batuan.Biasanya paling tidak lima titik berupa
salip.Kedalaman sampai batuan atau sekitar 15 ~ 20 m
Penyelidikan tambahan : mencari bahan material : batu,
kerikil,pasir.Dimana, kualitas, jumlahnya.
Penyelidikan Mekanika Tanah : perlu dilakukan untuk
mengetahui sifat fisik tanah : sudut geser,
kohesi,kelulusan air,sifat konsolidasi tanah.
III.BANGUNAN PENGELAK
(Tubuh bendung )
Pemilihan lokasi dipengaruhi
 Pilih bagian sungai lurus: tidak ada
gerusan
 Pilih lembah yang sempit : murah
 Fondasi bendung kokoh
 Keperluan elevasi muka air : tergantung
luas sawah yang diairi. Naik kehulu sawah
luas, turun kehilir luas sawah berkurang.
 Pelaksanaan mudah
 Ketersediaan bahan bangunan
SUNGAI
Faktor yg dipertimbangkan
 Kemiringan dasar sungai
 Sedimen/bahan yang terangkut
 Jumlah air dan distribusi sepanjang thn
 Morfologi sungai dan geologinya.
Kemiringan :
Upper reach, pegunungan, terjal,batuan sedang dan
besar dalam jumlah besar,kolam olak sering pecah,
degradasi, batuan terjun bebas dibenturkan dasar
sungai ( gb 6 A).Pengambilan bebas atau bendung
tetap.
Lower reach, dekat pantai,hampir datar,endapan pasir
halus,agradasi, kolam olak aman,genangan banjir luas,
tanggul mahal,dilengkapi pintu ( barrage)
Middle reach,lokasi diantaranya,keadaan transisi,bisa
bendung ttp atau barrage,lihat situasi lapangan.Awas
barrage op mahal.Semua yg bergerak op mahal.
TYPE BENDUNG ( gambar 6 )
A : membawa batu, dasar sungai kuat,batu diterjunkan langsung
B : endapan pasir krikil, dasar sungai tidak kuat
C : endapan batu besar, di rolling, loncat ke hilir.
D : beda tinggi > 7 m, dibuat doble jump
SUNGAI
Morfologi sungai
Sungai stabil : tebing dari batuan kokoh, dasar sungai
ada outcrop ( batuan ),atau batu2 besar.
Sungai labil : penuh kerikil dan pasir, tebing tidak
kokoh, tidak ada outcrop, alur berpindah (semi braiding )
Sungai bermeander : berkelok, pindah2, melewati
aluvial,konsentrasi endapan tinggi, sungai melebar,
degradasi tinggi.

Ceking untuk bangunan utama :


Terjadi degradasi atau agradasi
Terjadi meandering atau tidak
Apakah terjadi perubahan sungai horisontal atau vertikal
Kestabilan tebing bagaimana.
MUKA AIR & TOPOGRAFI
Muka air : Ada 4 batasan penentuannya
 Keperluan irigasi utk sawah paling tinggi
 Beda tinggi energi utk membilas kantong lumpur
 Beda tinggi energi utk membilas sedimen dekat pintu
pengambilan
 Beda tinggi energi utk meredam energi pada kolam olak
Untuk keperluan irigasi diperhatikan : elev sawah
tertinggi,kedalaman air di sawah,kehilangan tinggi di
bangunan dan saluran,variasi muka air dalam
eksploitasi,kehilangan tinggi di bendung.
Topografi :
 Pilih lembah bentuk V atau sempit,hemat beaya
material
 Perhatikan keperluan tempat utk bangunan pelengkap (
kantong lumpur,tanggul banjir,tanggul penutup,rumah
jaga )
 Perhatikan arah saluran primair : lewat tebing,galian
tinggi, terowong.
GEOLOGI TENIK & METODE PELAKSANAAN
Geologi teknik :
 Daya dukung fondasi harus kuat
 Jangan terletak pada daerah sesar atau patahan
 Kekuatan fondasi terhadap erosi air
 Fondasi apakah rapat air atau tidak
 Kestabilan tebing kanan dan kiri
 Ketersediaan bahan bangunan
Metode Pelaksanaan : Di sungai atau Kopur
 Di sungai : Pelaksanaan separo- separo Memerlukan
kistdam panjang dan mahal. Risiko banjir besar. ( Gbr
7)
 Di Kopur /sudetan : Pelaksanaan penuh tanpa
kistdam hanya coffer dam.Risiko banjir kecil.
 Pekerjaan yang harus dipertimbangkan : saluran
pengelak, tanggul penutup, kopur, bendungan, tempat
kerja (building pit).
Gbr 7 : Kopur/sudetan
TIPE BANGUNAN

Digolongkan dua besar :


1. Bangunan mempengaruhi air di hulu : bendung,
embung,bendungan,cek dam.
2. Bangunan tidak mempengaruhi air di hulu : bendung
gerak, pengambilan bebas, pompa, bendung gerak.
Dari jenis bahan bangunan :
1. Beton : Mantap,mahal,dari sisi cara pengerjaan mutu
terjamin,lebih homogeen,awet,tahan erosi air.
2. Pasangan batu : Mantap,relatif murah, mutu
tergantung masing2 tukang,kurang
homogeen,awet,mudah retak akibat setlemen.
Dari sisi fungsi pengatur muka air :
1. Pengatur muka air : bendung, bendung gerak,
bendung karet
2. Bangunan muka air bebas : pengambilan bebas,
pompa, bangunan saringan bawah.
TIPE BANGUNAN

Bendung gerak dpt dipertimbangkan jika :


 Kemiringan sungai kecil/relatif datar
 Daerah genangan luas dan harus dihindari
 Debit banjir besar, kurang aman dilewatkan pada
bendung tetap.
 Fondasi utk pilar harus betul2 kuat, kalau tidak pintu
terancam macet.
Pengambilan bebas dengan syarat :
 Debit pengambilan kecil dibandingkan debit sungai.
 Pada aliran normal, tersedia ketinggian air di sungai
utk mengairi sawah.
 Tebing sungai pada pengambilan bebas stabil
 Pintu pengambilan terletak pada tikungan luar
 Butir sedimen kecil dan konsentrasi sedimen
melayang relatif sedikit.
TIPE BANGUNAN
Bendung saringan bawah dpt dipertimbangkan jika : Gambar 8.
 Kemiringan sungai relatif besar, biasanya di pegunungan
 Butir sedimen sedang kecil dan konsentrasi sedimen sangat
tinggi.
 Mengandung bongkahan batu
 Debit pengambilan jauh lebih kecil dari debit sungai
 Untuk keperluan pengurasan perlu : debit air dan kemiringan yang
memadai.
Sedimen halus akan masuk ke saluran, yang kasar akan loncat dan
melewati bangunan.Sebagian krakal dan krikil ada yang terjepit
pada jeruji.Konsentrasi sedimen yang tinggi akan menyebabkan
penumpukan material hilir bendung dan mengganggu fungsi
bendung.
Pompa :
 Biaya OP mahal ( energi minyak ),hanya dipakai kalau betul-betul
secara grafitasi tidak bisa.
 Debit air irigasi relatif kecil dibanding debit sungai
 Fleksibel membelokkan air
 Beaya investasi murah.
 Perlu study kelayakan yang cermat.
BENDUNG KARET
Sungai tidak mengangkut sedimen kasar,
tidak sampah yang besar dan keras, tidak
ada bahan kimia.
Subkritik
Sedimentasi tidak berat
Karet elastis, kuat, tahan lama dan tidak
mudah terabrasi
Kekuatan dan dimensi bahan karet
disesuaikan kemampuan pabrik
Gbr 8: BENDUNG SARINGAN BAWAH
PERENCANAAN HIDRAULIS
Bendung:
 Lebar bendung : sama dengan lebar rata2 sungai pada bankfull
discharge.
Biasanya B = 120% Bs ( lebar sungai pd banjir tahunan ).
Rumus : Be = B-2(nKp + Ka ) H1
Be = Lebar eff
B = Lebar mercu
n = jumlah pilar
Kp = Koef konstraksi pilar
Ka = Koef konstrasi pangkal bendung
H1 = Tinggi energi.
 Mercu bendung : di Indonesia umumnya bentuk bulat dan Ogee.
Kedua bentuk ini cocok untuk beton atau pasangan batu kali.
Kemiringan bagian hilir 1:1.
Bentuk bulat memberikan harga koef jauh lebih tinggi ( 44%)
dibanding ambang lebar.
Bentuk Ogee : bentuk lengkung memakai persamaan matematis,
sedikit rumit dilaksanakan.Memberikan sifat hidraulis yang
baik,bentuk gemuk dan kekar, menambah stabilitas.
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 9 : Mercu bulat & Ogee
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 10 : Pangkal bendung
Hidraulis harus baik,jangan ada turbulensi, besaran lihat gambar
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 11 : Kolam Olak
Kasus A : tenggelam. B : loncatan tenggelam. C : loncat air (tinggi
loncat sama dengan air di hilir ). D : air rendah,loncat air bergerak
kehilir.
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 12 : Kolam loncat air
Rumus :

v1  2g(1/2H1  z)

y2 2
 1 / 2 ( 1 8 Fr  1) 
yu

Lj  5(n  y2)

v1
Fr 
gyu

Fr  v1
gyu
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 13 : Kolam loncat air, Type USBR I,II,III,IV
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 14 : Kolam loncat air, Type radial/ bak tenggelam
Untuk sungai batu2 besar,batu rolling,loncat ke hilir
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 15 : Kolam loncat air, Type Flugter sudah tidak dipakai
Tidak mempertimbangkan kedalaman air di hilir,akibatnya untuk Debit
yang berbeda elevasi dasar kolam berbeda. Dipakai di saluran ok
PERENCANAAN HIDRAULIS
Gbr 16 : Kolam loncat air, Type MDO, MDL, MDS .
Hasil puslitair memodikasi USBR.
Sudah banyak diterapkan di lapangan. Lebih cocok untuk Indonesia
.
BENDUNG GERAK

 Tata letak lihat gambar 2


 Paling tidak harus ada dua pintu,kalau ada kemacetan pintu.
 Dua kriteria yang bertentangan
1. Bangunan tinggi mahal, diusahakan bangunan melebar
2. Untuk menguras sedimen,perlu kecepatan besar,bangunan
sempit. Kompromisnya bagaimana.
 Pintu :
1. Pintu sorong, tinggi maks 3m,lebar maks 3m.Kalau lebih besar
terlalu berat.Dianjurkan pakai pintu rol atau Stoney.
2. Pintu sorong/rolrangkap. Tidak saling berhubungan,bisa
digerakkan sendiri.Alat angkat ringan.Air lewat atas,bahan
terapung hanyut.Air lewat bawah sedimen terkuras.
3. Pintu radial/segmen. Tidak ada gesekan, alat angkat ringan.Air
bisa lewat bawah atau atas dengan membuat katup pada puncak.
PINTU BENDUNG GERAK
Gbr 17
PENGAMBILAN BEBAS , POMPA ,
BENDUNG TYROLL
 PENGAMBILAN BEBAS :
Posisi harus tepat agar sedimen tidak masuk.Tinggi ambang
secukupnya untuk menahan sedimen.Tebing sungai harus kokoh.
 POMPA :
Rumus : HP= Qh
76
Efisiensi : Pompa 75%,mesin 90%,Total 65%
Kapasitas pompa dipertimbangkan dengan berapa jumlahnya untuk
efisiensi dan keamanan kalau terjadi kemacetan.
 BENDUNG TYROLL:
1. Tidak cocok utk sungai yng sedimennya tinggi
2. Dasar sungai rawan gerusan,fondasi harus dalam
3. Saringan dibuat sederhana, tahan benturan, mudah dibersihkan
4. Kantong lumpur : kapasitas memadai utk sedimen yang
masuk,mampu membilas, perlu kemioringan tinggi.
5. Pada saluran primer dibuat pelimpah.
V.BANGUNAN PENGAMBILAN
DAN PEMBILAS
 Tata Letak
1. Pengambilan : utk mengelakkan air agar masuk ke saluran
irigasi.Diletakkan dekat bendung dan pada tikungan luar
2. Pembilas : mengurangi benda terapung dan sedimen kasar
masuk saluran
3. Pengambilan air pada 2 sisi, sebaiknya salah satu sisi lewat sipon
pada tubuh bendung.
 Bangunan Pengambilan
Kapasitas dibuat 120% kebutuhan air sekarang, untuk fleksibilitas
dan antisipasi penambahan kebutuhan.
1. Tinggi ambang : tergantung sedimen yang ada.Lanau: 0,5 m,pasir
krikil 1 m. batu bongkah 1,50 m.
2. Pintu bukaan lebih satu pilar mundur, aliran mulus.Lengkapi
sponning untuk perbaikan.
Puncak bukaan dibawah muka air hulu, agar benda terapung
tidak masuk.Kalau sebaliknya harus dikasih saringan berupa kisi.
TIPE PINTU PENGAMBILANGambar 18
BANGUNAN PEMBILAS
Gambar 19

 Lantai pembilas depan pengambilan


tempat mengendap sedimen, yg secara
berkala dibilas.
 Pengalaman selama ini : lebar pembilas
ditambah pilar 1/6 -1/10 lebar
bendung.Lebar pembilas 60% lebar
pengambilan
 Sudut a= 70
PEMBILAS BAWAH

 Dimakssudkan mencegah sedimen layang masuk ke


pengambilan
 Plat horisontal dihulu pintu pembilas membagi 2
aliran.Aliran atas untuk air masuk ke saluran, yang
bawah untuk mengendapkan sedimen dan secara
berkala dibilas.( 60 menit/hari )
 Benda terapung mengganggu, perlu dua pintu.Jadi
buka bawah untuk bilas sedimen, dan buka atas untuk
menghanyutkan benda terapung.
 Tinggi pembilas bawah harus memenuhi 3 kriteria.
1. Lebih besar 1,5 X diameter batu di sungai
2. Lebih besar 1 m ( untuk keperluan OP )
3. Sekita 1/3 – ¼ X kedalaman air normal depan
pengambilan
PEMBILAS BAWAHGambar 20
PINTU
Faktor penting : beban yg bekerja, alat pengangkat (
mesin atau manusia),sekat kedap air, bahan bangunan.
Beban : tekanan air horizontal bekerja pada plat pintu
dan diteruskan ke sponning
Alat pengangkat : pintu kecil dan ringan pakai setang
dengan cara manual.Pemakaian mesin tergantung
tersedianya tenaga listrik, beaya op,mudah/tidaknya op.
Kedap air : pintu sorong dipakai pelat perunggu. Pintu
sorong dan radial pakai karet. Gb. 21
Bahan bangunan : gabungan kayu dan kerangka baja,
atau pelat dan kerangka baja.
Pintu pengambilan : biasanya dari kayu, kalau kayu
mahal bisa ganti baja.Kalau pintu terlalu tinggi, op sulit.
Sebaiknya pintu radial.Gb 22
SEKAT AIR ( seal )
Samping (A), dasar (B), atas (C)
PINTU SORONG KAYU dan BAJA
Pintu pengambilan
PINTU BILAS
Ada 4 macam :
Gambar 23
 satu pintu tanpa
pelimpah (a)
 satu pintu dengan
peimpah (b)
 dua pintu dengan
pelimpah (c)
 pintu radial
denagn katup (d)
PERENCANAAN BANGUNAN
Lindungan permukaan : type dan ukuran sedimen akan
mempengaruhi macam lindungan. Yang penting tahan
terhadap gerusan.
Batu candi : batu alami keras yang dibentuk persegi
secara manual. Sangat tahan terhadab abrasi.Batu :
andesit, basal, gabro, granit. Cocok untuk sungai yang
berdaya gerus besar.
Beton : Kalau batu candi tidak ada dipakai beton yang
tahan gerusan. Beton kekuatan tinggi, agregat kecil,
gradasi baik.
Baja : lapisan pelat baja dipakai untuk menahan
gerusan. Terutama dipakai pada kolam olak, blok
halang, end sill. Kadang2 tubuh bendung dikasih lapisan
rel.
PASANGAN BATU KOSONG

Pas bt kosong ( rip rap ) dipakai


utk melindungi dasar sungai atau
tebing dihilir bendung.
Batu hrs keras, padat, awet, BD=
2,4 t/m3
Panjang lindungan 4 X R ( R=
dalam gerusan.
Tebal lapisan 2 -3 X d40 . D40
tergantung kecptn air. Lihat grafik
gambar 24
FILTER DAN BRONJONG Gbr 25

Filter berfungsi mencegah hilangnya


bahan dasar halus melalui batu
kosong. Ditempatkan antara tanah dan
pasangan batu kosong.
Ada 3 macam :
 kerikil dan pasir dengan sarat
gradasi tertentu
 sintetis : ikuti spek tek dari pabrik
 ijuk : kurang baik, sebaiknya tidak
dipakai
Bronjong : berbentuk bak dari jala kawat
yang diisi batu.
 Ukuran biasanya 2mx1mx0,5m
 Tidak boleh dipakai untuk bagian
bangunan permanen
 Keuntungan : batu sedang diikat
dalam kawat memberi masa kuat.
konstruksi flexible
ANALISA STABILITAS
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung

 Tekanan air : luar dan dalam, hidrostatik dan hidrodinamik.
 Tekanan lumpur : menekan horizontal dan membebani vertikal
 Gaya gempa : tergantung peta gempa di Indonesia.Minimum 0,1g.
 Berat bangunan : tubuh bendung
 Reaksi fondasi : gaya tekan keatas terhadap bendung dari reaksi
fondasi.

Stabilitas : bendung harus stabil dalam 3 keadaan;

 Stabil terhadap amblasnya bendung. Daya dukung fondasi tidak


boleh dilampaui oleh tekanan akibat berat bendung.
 Stabil terhadap gelincir . Gaya horizontal tidak boleh melebihi gaya
geser yang melawan pada dasar bendung.
 Stabil terhadap guling. Momen yang menggulingkan harus bisa
ditahan momen yang melawannya.
ANALISA STABILITAS
Gbr. 26
STABILITAS TERHADAP EROSI BAWAH
TANAH
 Bendung harus dicek stabilitasny terhdp
erosi bawah tanah, naiknya dasar galian
dan patahny pangkal hilir bangunan.
 Metode empiris : Bligh, Lane, Koshla.
 Metode Lane : disebut metode angka rembesan Lane. Metode
membandingkan panjang jalur rembesan disepanjang kontak
bangunan dengan beda tinggi muka air. Kemiringan lebih 45
dianggap tegak, dan yg kurang 45 dianggap horisontal. Vertikal
dihitung penuh dan horisontal dihitung 1/3.
 Rumus :

CL  L V 1/3  LH
  
CL  angka rembesan Lane

H  Lv  jumlah panjang vertkal


 LH  jumlah panjang horisontal
H  beda tinggi muka air
STABILITAS TERHADAP EROSI BAWAH
TANAH Gbr 27
Gaya angkat fondasi
bendung
STABILITAS TERHADAP EROSI BAWAH
TANAH Gbr 28
Metode angka
rembesan lane
STABILITAS TERHADAP EROSI BAWAH
TANAH Tabel 1
Harga min Lane
DETAIL BANGUNAN

Dinding penahan : Gbr 29


 Biasanya h < 3m
 Dinding depan vertikal : b= 0,26 h.
B= 0,425h
 Dinding depan miring : b=0,23h.
B=0,46h
DETAIL BANGUNAN Gbr. 30

Perlindungan terhadap
erosi bawah tanah :
 Untuk melindungi
menggunakan bbrp
kombinasi
 Prinsipnya : mengurangi
kehilangan beda tinggi
per satuan panjang
rembesan atau memutup
rembesan sama sekali
DETAIL BANGUNAN Gbr. 31
Perlindungan terhadap erosi bawah
tanah :
 Untuk melindungi menggunakan
bbrp kombinasi
 Prinsipnya : mengurangi kehilangan
beda tinggi per satuan panjang
rembesan atau memutup rembesan
sama sekali
 Pemilihan pelindung berikut bisa
sendiri atau kombinasi :
1. Lantai hulu : beton 10 cm, atau pas
bt kali 20 – 25 cm. Tapi Lane 1/3
2. Dinding halang : Mahal, Lane penuh
100%
3. Filter pembuang
4. Konstruksi pelengkap
Erosi bawah tanah adalah 3
dimensi, konstruksi lindung harus ke
semua arah.
Lantai hulu : harus kedap, sambungan
dengan bendung harus rapat,
kombinasi lempung dan seal karet.
Salah satu sebab runtuhny bendung
penurunan tidak merata.
Sambungan hati2. Murah
DETAIL BANGUNAN Gbr. 32
Dinding halang ( cut-off) :
 Alternatif :
1. Dinding beton : bagus, tapi
mahal
2. Pasangan batu : bagus,
relatif murah, kedalaman
terbatas.
3. Tanah kedap air, atau pudel (
1 kapur : 4 tanah ) : baik
sekali, sangat murah, kontak
sambungan dengan bendung
tidak baik
4. Pelat pancang baja atau
kayu : amat mahal, harus
hati2, kontak antar pelat
harus baik, cocok utk tanah
butir halus, kena gravel sulit
masuk.
Agar gaya uplift minimal,
sebaiiknya dipasang ujung
lantai paling hulu.
DETAIL BANGUNAN Gbr. 33
Lubang pembuang/filter :
 Dibuat untuk mengurangi gaya
angkat, dengan melepas air
diujung kolam olak
 Untuk mencegah terangkutnya
bahan padat fondasi bendung
dilengkapi dengan filter :, pasi
krikil atau bahan sintetis.

 Konstruksi pelengkap :
 Tubuh bendung kemungkinan
turun tidak merata, bisa retak2,
lolosnya air, untuk itu perlu
dibuat sambungan yang bagus.
 Tanah bawah jenuh krn air hujan
: perlu ditangani jangan terjadi
jalur gelincir atau erosi bawah.
PERENCNN KANTONG LUMPUR Gb. 34
 Meskipun sdh ada bangunan
pembilas depan intake, masih ada
butir halus yg masuk.Utk mencegah
perlu kantong lumpur.
 Wujudnya : memperbesar saluran,
kec berkurang, sedimen mengendap.
 Utk menampung sedimen saluran
diperdalam, dibilas tiap 1-2 minggu.
 Biasanya panjang 200 m sedimen
kasar, sd 500 m sedimen halus.
Tergantung pada topografi dan
keperluan pembilasan.
 Pertimbangan dalam memutuskan :
1. Ekonomis atau tidak
2. Kemudahan pek OP
3. Perlu dibangun, kalau sedimen
masuk ke saluran > 5% kedalaman x
panjangx lebar saluran primer dab
sekunder.( Butiran< 0,06 -0,07 mm )
PERENCNN KANTONG LUMPUR
 Sedimen :
 Data yg diperlukan : pembagian butir, penyebaran kearah vertical,
sedimen layang, sedimen dasar,
 Kalau tidak ada data, diandaikan volume sedimen yang akan
masuk kantong lumpur 0,05% volume air masuk.
 Dianjurkan 60-70% sedimen diatas 0,06-0,07 mm bisa
diendapkan.

 Bangunan pengambilan : perencanaan yag baik akan


mempengaruhi jumlah sedimen masuk ke kantong lumpur.
 Jaringan saluran : Perencanaan saluran yang baik adalah dibuat
kapasitas angkut sama besar atau makin membesar kearah hilir.
Kalau ada kelebihan sedimen yang tidak mengendap di kantong
lumpur, diharapkan mengendap di sawah. Petani harus
membuang sedimen ini.

 Topografi : topografi tepi sungai dan kemiringan sungai sangat


mempengaruhi kelayakan ekonomis. Kantong lumpur perlu
ruangan yang luas, penempatannya harus dikaji
cermat.Kemiringan sungai kurang, energi ditambah dengan
menaikkan mercu bendung.
PERENCNN KANTONG LUMPUR Gbr 35
 Dimensi kantong lumpur
 Partikel pada ttk awal A
kecepatan endap w dan
kecepatan air v akan
mengendap di ttk C .
 Waktu yg diperlukan t =H/w=L/v
dimana v= Q/HB
 Menghasilkan LB=Q/w,
 dimana L= panjang kantong
lumpur,
B= lebar kantong lumpur,
Q= debit air,
w= kecepatan endap di kantong
lumpur
 Agar tidak terjadi meandering
atau pulau endapan dibuat L/B
>8.
 Kalau topografi tidak
memungkinkan bisa dibagi-bagi
kearah memanjang dengan
dinding pemisah ( devider wall )
PERENCNN KANTONG LUMPUR Gbr 36
 Volume tampungan
 Volume kantong lumpur
tergantung : kandungan
sedimen, volume air yg lewat,
jarak waktu pembilasan.
 Banyak sedimen yang lewat
bisa dihitung :
1. Pengukuran langsung
dilapangan
2. Perhitungan rumus yg cocok (
Einstein-Brown, Meyer-Peter,
Muller )
3. Atau memakai data kantong
lumpur yg ada di lokasi lain.
 Kedalaman ds = I m utk jaringan
kecil ( 10 m3/dt ),
2,5 m utk
jaringan besar ( 100 m3/dt )
PERENCNN KANTONG LUMPUR Gbr 37
 Tata letak kampung lumpur
 Tata letak terbaik kalau
saluran pembilas lurus
sebagai kelanjuatan kantong
lumpur, saluran primer
disampingnya.
 Ambang saluran primer
diatas tinggi maks sedimen
 Alternatif tata letak lain
saluran primer searah
kantong lumpur, perlu
dinding pengarah
PERENCNN KANTONG LUMPUR Gbr 38

 Tata letak
kampung lumpur
 Alternatif tata
letak lain saluran
primer searah
kantong lumpur,
perlu dinding
pengarah
PENGATURAN SUNGAI DAN
BANGUNAN PELENGKAP
Lindungan dasar sungai
 Bangunan di sungai,mengubah pola aliran, terjadi
gerusan lokal, perlu dilindungi
 Dihilir kolam olak, bahan pelindung terdiri pasngn bt
kosong atau bronjong.
 Supaya aman dan awet dilengkapi dengan filter
 Bahan pelindung jangan dari beton atau pas bt kali, krn
akan memperpanjang jalur rembesan yang
menyebabkan gaya uplift.
 Gerusan pada hulu bangunan juga ada, kalau disini
boleh pakai beton atau pas bt kali.
 Panjang pelindung hulu= 2-3x kedalaman air
 Panjang pelindung hilir= 4xkedalaman gerusan
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN
PELENGKAP Gbr.39
Lindungan tanggul sungai
 Perlindungan : bato kosong,
bronjong, pas bt kali, atau
beton
 Kedalaman fondasi
bangunan lindung harus
memadai terhadap
degradasi sungai
 Untuk memantapkan tanggul
perlu bangunan pelindung
dari krip untuk memperbaiki
pola aliran.
 Pada bag ruas sunagi yang
curam perlu dibuat krip lihat
gambar 39.
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN
PELENGKAP Gbr.40
Lindungan tanggul sungai
 Dihilir bendung
penggerusan tanggul
terjadi krn adanya
turbulensi
 Dibuat krip, paling
ekonomis
 Kalau tidak ada alur krib
yang cocok, krip dibuat
tegak lurus tanggul
 Tinggi mercu krip sama
dengan bantaran
 Kemiringan pelindung
tanggul atau krip 1:2,5 –
3,5 dibawah air, dan 1: 1,5-
2,5 yang diatas air
 Kemiringan ujung krip 1:5-
10
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN
PELENGKAP TANGGUL Gbr.41
Panjang dan elevasi
 Kurve pengempangan digunakan utk menghitung panjang dan
elevasi tanggul untuk banjir dengan periode ulang berbeda. Untuk
genangan dengan Q 100 ditambah tinggi jagaan. Dan dicek dengan
Q 1000 th
 Hitung pakai “STANDAR STEP METHODE “ , jika ada data
kemiringan sungai, pot melintang dan faktor kekasaran sungai.
 Untuk perkiraan kasar, hitung pakai rumus sederhana.

x 2
z  h(1  )
L
h 2h
1 L 
a I
h ah
1 L 
a I
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN
PELENGKAP TANGGUL Gbr.42
Poros tanggul : Tanggul banjir
sebaiknya jauh dari air terendah
Tinggi jagaan : Elevasi puncak
tanggul 0,25 m diatas elevasi
pangkal bendung untuk
keamanan extra.
Potongan melintang :
 Lebar puncak tanggul 3m. Kalau
dipakai jalan ditambah
seperlunya.
 Kemiringan hulu dan hilir diambil
antara 1:2 sd 1:3,5 tergantung
jenis tanah.
 Tinggi tanggul > 5m sebaiknya
stabilitasny dicek dengan
perhitungan khusus.
 Bila fondasi tanggul lolos air (
porous ) disarankan dibuat cut off
( parit halang ) 1/3 X H
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN
PELENGKAP SODETAN Gbr.43
Kadang-kadang lebih
menguntungkan membuat
bendung dialur sungai, yaitu
dilaksanakan dengan sodetan (
COUPURE )
Keteknikan sungai dipikir
mendalam : arah sodetan,
dimensi,, perubahan dasar sungai,
penutupan sungai
Tata letak :
 Tata letak tergantung banyak
faktor : geologi, geologi teknik,
bangunan, topografi.
 Pertimbangan penting :
1. Gangguan morfologi sungai
diusahakan sesedikit mungkin.
2. Menurunnya dasar sungai akibat
makin terjal ( slope makin besar )
3. Fondasi bangunan harus dibuat
koperan bagian hilirnya.
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN
PELENGKAP. TANGGUL PENUTUPGbr.44
Penutupan sungai lama dan
pembelokan ke bendung yang
baru harus direncanakan hati-
hati: :
 Air dibelokkan dengan
menaikkan muka air dihulu.
 Penutupan sungai pada waktu
air kecil dan cukup lama.
 Penutupan harus dilakukan
dengan cepat
 Bahan yg dipakai harus berat (
batu besar, blok2 beton ) dan
tersedia banyak.
 Bila penutupan selesai, segera
diperkuat dengan tanggul
permanen.
PENYELIDIKAN MODEL HIDRAULIS
Umum :
 Model hidraulis dipakai untuk mensimulasi perilaku hidraulis dengan
skala lebih kecil.
 Selain model hidraulis ada juga model matematika dengan
komputer, tetapi memerlukan parameter dan data yang akurat.
 Model hidraulik dilakukan untuk menyelidiki perilaku hidraulis,
sedang model komputer dipakai untuk studi banjir dan gejala
morfologi seperti degradasi dan agradasi.
 Pertimbangan pakai model atau tidak :
1. Apakah ada masalah yg tdk bisa dipecahkan dngn pengalaman y.l.
2. Apakah bangunan begitu komplek sehingga dengan standar yg ada
masih meragukan
3. Apakah model hidraulis akan bisa menghemat
4. Apakah OP bangunan sulit dibuat berdasar pengalaman terdahulu
5. Apakah beaya model tidak lebih mahal dengan beaya keseluruhan
PENYELIDIKAN MODEL HIDRAULIS
 Penyelidikan model hidraulik untuk bendung : bagian yg
perlu diselidiki.
 Lokasi dan tata letak
 Pekerjaan pengaturan sungai di hulu dan hilir bangunan
 Bentuk mercu bendung
 Pintu dan bentuk ambang
 Kolam olak dan efisiensiny sebagai peredam energi
 Eksploitasi pintu sehubungan dengan gerusan dan atau
endapan.
 Kompleks pengambilan n pembilas sehubungan
pencegahan sedimen.
 Saluran pengarah dan kantong lumpur.
PENYELIDIKAN MODEL HIDRAULIS
 Lokasi dan tata letak:
 Dibuat tata letak secara umum dengan kriteria yang ada.
 Untuk bendung yang besar dan rumit perlu dimodel untuk mengecek
lokasi terkait dengan perilaku hidraulik.
 Untuk bendung kecil dan sederhana tidak perlu dimodel.
 Pekerjaan pengaturan sungai.
 Perlu dilakukan guna memperbaiki pola aliran di hulu dan hilir
 Keperluan bangunan pelindung dimana dan jenisnya apa.
 Pola aliran menuju pintu pengambilan harus diselidiki untuk
mencegah sedimen
 Hasil model akan memberi masukan tata letak dan perlindungan
sungai, dan diharapkan dapat menghemat beaya.
 Bentuk mercu bendung
 Bentuk mercu bendung sudah banyak standarnya
 Di Indonesia dipakai bulat atau Ogee
 Model diperlukan kalau ada masalah khusus yang sulit dipecahkan.
PENYELIDIKAN MODEL HIDRAULIS
 Pintu dan bentuk ambang:
 Secara garis besar jenis dan bentuk pintu telah
ada standarnya, dan perilaku hidraulik telah
diselidiki di laboratorium.Penyelidikan dilakukan
utk mengetahui koef debit dan perilaku getaran.
 Dalam keadaan standar tidak perlu model test
lagi
 Kecuali untuk jenis dan bentuk pintu khusus
yang komplek dan rumit perlu dilakukan model
untuk mencek unjuk kerja hidrolis dan perilaku
hidro mekanik.
 Bentuk ambang telah dibuat standar dengan
penyelidikan yang mendalam, jadi tidak perlu
model test.
PENYELIDIKAN MODEL HIDRAULIS
 Kolam olak.
 Kolam olak berfungsi baik, kalau bisa meredam energi air
yg jatuh, sehingga sisa energi air dihilir kolam olak
menjadi minimal sehingga gerusan dasar sungai tidak
membahayakan.
 Perencanaan kolam olak mengikuti standar yang ada
sebenarnya sudah memadai. Yang jadi masalah adalah
kedalaman gerusan hilir bendung seberapa jauh
membahayakan. Bendung besar dan komplek perlu
model
 Tapi untuk bendung kecil dan sederhana tidak perlu
dimodel. Apalagi untuk dasar sungai yang mempunyai
outcrop ( batuan dasar sungai masif ) tidak ragu lagi
bahwa gerusan tidak ada, maka model tidak perlu.
PENYELIDIKAN MODEL HIDRAULIS
 Pengambilan dan pembilas.
 Untuk saluran dengan besaran normal tidak perlu model
 Untuk sungai membawa batu2 besar perlu saringan batu
( screen boulder ). Untuk ini perlu model.

 Saluran pengarah dan kantong lumpur


 Antara saluran pembawa yang sempit dan kantong
lumpur yang lebar terjadi perlambatan kecepatan aliran.
Perlu dimodel apakah distribusi aliran merata atau tidak.
 Kantong lumpur perlu dimodel, untuk mengetahui bentuk
hidraulis dan posisi dinding pengarah, tata letak kantong
lumpur sehingga tercipta kantong lumpur yang efisien.
 Untuk mengetahui kemampuan membilas secara
hidraulik
METODE PELAKSANAAN
Umum :
 Bendung dibangun di sungai yang penuh risiko mengahadapi
ketidak pastian alam yaitu banjir.
 Metode pelaksanaan harus diantisipasi : peralatan yg hrs dipakai,
tenaga ahli, waktu dan besarnya perkiraan datang banjir, risiko
yang diperhitungkan, beban risiko kontraktor dan pemerintah,
bahan bangunan, teknik pelaksanaan yg cepat.
 Ada 2 metode :
1. Pelaksanaan di palung sungai
2. Pelaksanaan di luar sungai ( kopur/sudetan )

 Pelaksanaan di palung sungai :


 Air dibelokkan sepenuhnya lewat terowong pengelak atau lewat
saluran pengelak dengan membangun coffer dam.Pelksanaan
pekerjaan dalam keadaan kering.Setelah selesai, coffer dam
dibuka terowong ditutup.(A)
 Sungai dibendung separo dengan kist dam keliling, air sungai
mengalir di separo lainnya.Pelaksanaan dalam keadaan
kering.Setelah selesai, dengan cara yang sama dilakukan
pembangunan separo lainnya.(B)
METODE PELAKSANAAN
 Pelaksanaan di
palung sungai Gbr
45.
 Untuk
merencanakan
tinggi cofferdam dan
kistdam dikombinasi
dengan dimensi
terowong pengelak
dan lebar separo
sungai,tergantung
besaran banjir dan
risiko yang diambil
 Lihat grafik
METODE PELAKSANAAN
 Grafik perhitungan risiko
: Gbr 46.
 Contoh suatu sungai
dihitung seri debit dng
periode ulang berbeda
Q2 th,5 th, 10 th, 15 th,
20, 25.
 Pembangunan bendung
selesai 4th, berarti umur
coffer dam 4 th.
 Berapa Risiko yang
diambilL, mis 20% ,
perpotongannya pada
grs horisontal 20.Maka
tinggi cofferdam harus
bisa menampung Q20 th
 Kalau risiko diperkecil
10% ketemu Q40
th.Makin tinggi, makin
mahal.
METODE PELAKSANAAN

 Pelaksanaan ditempat kering (Sodetan/Kopur)


 Bendung dibuat diluar sungai , kemudian setelah selesai sungai
dibelokkan
 Risiko akibat gangguan banjir kecil.
 Sejauh layak, metode ini jadi pilihan. Bahkan meski mahal sedikit,
alternatif ini dipilih.
METODE PELAKSANAAN
 Kalau terjadi banjir dan melimpah diatas coffer dam dan
mengakibatkan kerusakan risiko siapa?
 Diatur sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan elevasi cofferdam besaran banjir dengan
probalilitas tertentu ditetapkan. Mis: Q10=150m3/dt
2. Kalau terjadi banjir yang lebih besar 150 m3/dt dan terjadi
kerusakan, risiko ditanggung owner.
3. Kalau banjir kurang 150 m3/dt, risiko ditanggung kontraktor
4. Dituangkan dalam kontrak dokumen.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
OPERASI : Pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air.
 Pengaturan air : kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering.
 Kondisi normal : aliran sungai normal, sedimen yang dibawa sedang.
1. Penjediaan air dilakukan sesuai rencana kebutuhan air irigasi dan
keperluan lainnya. Air sungai masih bisa mengalir ke hilir utk keperluan
lain dan keperluan lingkungan.
2. Pada saat ini pintu pengambilan dibuka penuh, pintu bilas atas dan
bawah ditutup , agar air depan pengambilan tenang sedimen
mengendap.
3. Pintu bilas bawah dibuka 1 jam setiap hari untuk menguras endapan
lumpur.
4. Kalau terdapat benda terapung depan pintu bilas, pintu bilas atas
diturunkan untuk menghanyutkan benda terapung.
5. Dalam keadaan ini biasanya kolam lumpur sudah penuh pada 5- 10 hari.(
tergantung perencanaan ). Untuk ini dilakukan pengurasan lumpur
secara hidraulis, dengan prosedur sebagai berikut :
* Pintu bilas atas dan bawah ditutup, pintu pengambilan dibuka,pintu
ke saluran irigasi ditutup, pintu penguras dibuka.
* Lama pengurasan tergantung jumlah sedimen besaran fraksi
sedimen, besar debit dan kemiringan kantong lumpur yang sudah
dihitungdalam rencana dan model test. Biasanya 3-5 jam.
* Setelah selesai, air irigasi dialirkan kembali.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
OPERASI : Pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air.
 Pengaturan air : kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering.
 Kondisi banjir : aliran sungai besar, sedimen yang dibawa
banyak.
1. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan lainnya dihentikan
sementara, karena di sawah sudah kelebihan air, dan cenderung
membuang.
2. Pada saat ini pintu pengambilan ditutup penuh, pintu bilas atas
dan bawah ditutup , agar sedimen tidak masuk ke saluran irigasi
dan sedimen dilewatkan atas bendung .
3. Pada saat air surut dimana kedalaman air diatas mercu antara 0.5
sd 1 m pintu pembilas dibuka untuk menguras lumpur . Setelah
lumpur bersih dan air diatas bendung antara 0 – 0.5 m, pintu
pengambilan dibuka dan pintu bilas ditutup. Air irigasi normal
kembali.
4. Pada bbrp bendung dimana debit banjir besar, saluran pembilas
dipakai untuk melewat kan air. Untuk itu pintu bilas dibuka saat
banjir.
5. Kalau sungai membawa batang2 pohon, kemungkinan bisa
menyangkut pada saluran pembilas yang sempit.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
OPERASI : Pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air.
 Pengaturan air : kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering.
 Kondisi kering : aliran sungai kecil, sedimen yang dibawa sedikit.
1. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan lainnya dipenuhi tetapi
cenderung kurang. Air sungai jangan disadap 100%, karena dihilir
bendung biasanya ada penyadapan untuk keperluan lain dan
atau untuk menjaga lingkungan.
2. Pada saat ini pintu pengambilan dibuka penuh, pintu bilas atas
atau bawah dibuka sebagian, agar air tetap mengalir sebagian
kehilir bendung.
3. Karena air sungai cenderung bersih maka kandungan sedimen
sedikit, maka frekuensi pengurasan lumpur dapat lebih lama
dibanding saat air normal.
4. Cara pengurasan seperti saat air normal, Cuma karena air sungai
dan selisih tinggi minim, air sungai ditampung dulu beberapa jam
didepan bendung dengan menutup pintu pengambilan dan
pembilas. Pada saat elevasi air naik sampai mercu bendung,
pembilasan dimulai.
5. Pada saat ini pengecekan terhadap saluran pembilas bawah
dilakukan untuk mengetahui apakah ada sumbatan batu. Kalau
ada inilah saatnya untuk mengatasinya, karena air sungai kecil.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN : Kegiatan untuk menjaga agar bangunan
berfungsi seperti sedia kala.
JENIS PEMELIHARAAN: Rutin, berkala, darurat, permanen.
RUTIN: kegiatan secara rutin dilakukan , misal :
 Babat rumput sekitar bendung
 Menutup retakan tembok
 Perbaikan kecil batu kosong
 Pengambilan benda terapung depan pintu bilas
 Pengurasan sedimen pada saluran bawah 1 jam/hari
 BERKALA : kegiatan dilakukan secara berkala, misal :
 Pengecatan pintu
 Pemberian stenfet ( greesing )
 Pembersihan sedimen pada kantong lumpur
 Pengecatan bangunan pelindung
 Pembersihan sedimen dan batu menyumbat pada saluran
pembilas
 Perbaikan bronjon dan pasangan batu kosong
 Perbaikan pintu macet
.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN : Kegiatan untuk menjaga agar bangunan
berfungsi seperti sedia kala.
JENIS PEMELIHARAAN: Rutin, berkala, darurat, dan permanen

DARURAT: perbaikan darurat agar bendung dapat segera


berfungsi . Hal ini terjadi karena bencana alam atau kelalian
manusia.
Perbaikan ini dilakukan dengan harapan nanti ada dana untuk
penyempurnaan berupa perbaikan permanen.

 PERMANEN : kegiatan perbaikan sebagai peningkatan perbaikan


darurat maupun perbaikan akibat bencana dan kelalaian manusia
, sehingga perbaikannya menjadi permanen, misal:
 Tanggul penutup longsor
 Sayap bendung patah
 Stang pintu bengkok
 Gerusan dalam dibawah bendung
 Kerusakan pada kolam olak.
 Pelindung talud runtuh
 Penurunan tubuh bendung.
CUKUP
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai