Aspek Perkembangan Anak
Aspek Perkembangan Anak
3. Aspek Kognitif
Adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasikan dan mengkategorikan
informas-informasi yang diperolehnya melalui panca indera. Kemampuan ini selanjutnya
berkembang menjadi kemampuan berfikir logis yang selanjutnya menentukan apakah anak
mampu memahami lingkungannya.
4. Kemampuan Bahasa
Sebagai mahluk sosial, sejak bayi anak telah bisa berkomunikasi untuk menyatakan perasaan dan
keinginannya, yaitu dengan tangisan, tertawa dan mengoceh yang merupakan awal dari
perkembangan bahasa. Selanjutnya anak akan belajar untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan bahasa. Kemampuan bahasa selain membantu anak untuk memahami apa
yang dikatakan orang-orang disekitarnya, juga untuk dapat dipahami oleh orang lain. Perasaan
mampu memahami dan dipahami dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
5. Aspek Emosi
Adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang dirasakannya, mengekspresikan
perasaan dalam bentuk yang dapat diterima oleh lingkungannya, serta kemampuan untuk
mengendalikan dan mengatasi perasaannya. Kematangan emosi tidak terjadi dengan sendirinya
tapi secara bertahap dan sangat membutuhkan peran serta orang tua dan lingkungan sosial.
6. Aspek Sosial
Adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memberi respon pada
orang lain dan berbagi. Pengalaman sosial anak hanya dapat tumbuh dan berkembang dari
pengalamannya dengan orang-orang terdekat. Pola asuhan dan arahan orang tua sangat penting
dalam perkembangan aspek sosial anak.
NURSING SCIENCE
Semoga bermanfaat bagi anda
About Me
Anik Indriono
saya anik indriono sekarang masih menjadi pengajar PSIK FIK UNIKAL
PEKALONGAN
Lihat profil lengkapku
MATERI TERBARU
PEMERIKSAAN FISIK
Pemberian obat
Perawatan WSD
SCRUBBING/CUCI TANGAN
NERS
AMI (1)
INFO PPNI
Perawat di seluruh INDONESIA mulai 2012 wajib memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) yang
dikeluarkan MTKI-MTKP
Video Keperawatan/Kedokteran
Minggu, April 03, 2011
PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian fisik dalam keperawatan pada dasarnya mengunakan cara-cara yang sama dengan
ilmu kedokteran yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pengkajian fisik kedokteran
biasanya dilakukan dan diklasifikasikan menurut sisitem tubuh manusia dimana tujuan akhirnya
adalah untuk menentukan penyebab dan jenis penyakit yang diderita pasien. Sedangkan
pengkajian fisik bagi perawat yaitu untuk menentukan respon pasien terhadap penyakit/berfokus
pada respon yang ditimbulkan pasien akibat masalah kesehatan yang sudah di diagnose oleh
dokter.
Dengan kata lain perawat meneruskan tindakan keperawatan kepada pasien yang sudah di
diagnosis oleh dokter.
Karena dari diagnosa dokter akan muncul berbagai masalah keperawatan yang dialami pasien,
sebagai contoh : pasien dengan diagnosa dokter ‘ stroke hemoragik” disini akan muncul masalah
keperawatan: 1. Gangguan kesadaran. 2. Gangguan mobilitas fisik. 3. Dan masih banyak
gangguan-gangguan kesehatan yang lain.
Adapun prinsip-prinsip umum dalam melakukan pengkajian fisik adalah sebagai berikut:
- Menjaga kesopanan
- Cara mengadakan hubungan dengan pasien/kontrak
- Pencahayaan dan lingkungan yang memadai
- Privacy / menutup ruangan atau tempat tidur dengan tirai.
B. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik secara
lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari keadaan pasien secara
komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran.
C. TUJUAN
- Untuk mencari masalah keperawatan
- Untuk menegakkan / merumuskan diagnose keperawatan/kedokteran
- Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengoatan
Note: sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak dengan pasien,
yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di perlukan dan terminasi/
mengakhiri.
Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai dari
bagian tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku
2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut
3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4. Dada : jantung dan paru
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam
6. Genetalia
7. Kekuatan otot /musculosekletal
8. Neurologi
KULIT:
Tujuan:
- Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
- Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
Tindakan:
I = Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan
distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral
dingin atau hangat.
RAMBUT:
Tujuan:
- Untuk menbetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
- Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:
I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
KUKU:
Tujuan:
- Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
- Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing
karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d
5-15 detik.
HIDUNG:
Tujuan:
- Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
- Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan:
I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
TELINGA
Tujuan:
- Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
- Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Anak : Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya
serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.
d. DADA/THORAX
PARU/PULMONALIS
Tujuan:
- Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
- Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
- Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
- Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
- Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
- Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla,
anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
- Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10,
ibu jari ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5
cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki
sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
- Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula
(posisi posterior) .
- Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
- Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke
posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
- Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
- Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
- Ulangi/lakukkan pada dada anterior
Pe/Perkusi =
- Atur pasien dengan posisi supinasi
- Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas
paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
- Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi =
- Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
- Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian
dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
JANTUNG/CORDIS
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
- Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta
ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
- Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi
- Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat
pada area ini.
- Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
- Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
- Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
- Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
- Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
- Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
- Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
e. PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
- Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
- Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
- Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan
pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.
HEPAR:
- Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kira;kira pada interkosta ke 11-12
- Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
LIMPA:
- Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
- Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
- Pada orang dewasa normal tidak teraba
RENALIS:
- Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
- Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
- Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur,
ukuran, dan respon nyeri.
f. GENETALIA
TUJUAN
- Untuk mengetahui adanya lesi
- Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
- Untuk mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
Genetalia laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
Genetalia wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris,
selaput dara, orifisium dan perineum.
Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
- Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan
dengan meteran)
- Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba
- Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa
dan bandingkan tangan ka.ki
- Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah
sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
TULANG/OSTIUM:
- Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
- Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka
PERSENDIAAN/ARTICULASI:
- Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
- Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
- Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)
Pengkajian reflex:
1. Refleks Bisep
- Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah)
- Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain diatas
tendon bisep
- Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks
2. Refleks Trisep
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi
- Meminta pasien untuk merilekkan lengan
- Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang
- Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek