Disusun Oleh:
Risty Indah Aprilia (215154056)
Salsa Nurul Aisyah (215154058)
B. Tujuan Makalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana sejarah asal-usul suku Melayu?
2. Apa saja kearifan lokal dan hal tabu dari suku Melayu?
3. Bagaimana karakter masyarakat Melayu?
C. Manfaat Makalah
Manfaat yang diharapkan penulis dalam makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui sejarah asal-usul suku Melayu.
2. Mengetahui kearifan lokal dan hal tabu yang berasal dari suku Melayu.
3. Mengetahui karakter unggul masyarakat Melayu.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sabri Zain, Early Malay Kingdoms, diakses dari sabrizain.org pada tanggal 21 Juni 2010
2
Zaki Ragman, Gateaway to Malay Culture, Singapore, Asiapac Books Pte Ltd, 2003, hlm 1-6.
3
Wikipedia, Suku Melayu, diakses dari wikipedia.org pada tanggal 23 September 2021
oleh banyak masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional
di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Pantang larang adalah pantangan dan larangan yang dijadikan patokan dalam kehidupan
masyarakat Suku Melayu, baik mengenai ritus siklus kehidupan (kelahiran, perkawinan dan
kematian) dan ritual-ritual yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat. Pantang larang
digunakan oleh Suku Melayu sejak zaman nenek moyang, karena dianggap mampu
mengobati rasa penasaran masyarakat. Pantang larang dalam masyarakat memiliki makna
yang sangat dalam. Walaupun begitu, pantang larang dianggap mitos yang diyakini
kebenarannya tetapi tidak dapat dibuktikan. Pantang larang menjadi sebuat adat di
masyarakat yang merupakan khazanah budaya yang mengandung nilai tradisi di masyarakat.
Perkembangan teknologi yang pesat, nilai-nilai kearifan lokal dari pantang larang tersebut
mengalami perubahan. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak menghapus dari unsur-unsur
pantang larang. Unsur-unsur tersebut adalah “makna, fungsi, klasifikasi, dan kedudukannya
dalam masyarakat”. Misalnya, seorang anak dilarang melintasi orangtua yang maknanya
bahwa orangtua mengajarkan sopan santun melalui metode pembiasaan5.
Berikut beberapa contoh pantangan dan larang yang ada di masyarakat melayu:
-Bayi tak boleh dikatakan gemuk, nanti ketika besar akan menjadi kurus.
5
Aslan, Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Budaya Pantang Larang Suku Melayu Sambas, Jurnal Ilmu Ushuluddin,
Vol. 16 No. 1, (29 Mei-21 Juni 2017), 15-16.
-Pantang menjemur baju di malam hari, kena ludah setan.
Tunjuk Ajar Melayu adalah ungkapan-ungkapan yang bersifat khas, mengandung nasihat,
amanah, petuah, nilai-nilai tunjuk ajar dan keteladanan, yang mengajak manusia ke jalan
kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan keridhaan dari Allah swt. Tunjuk Ajar Melayu
ini didasarkan pada tradisi, budaya, dan kehidupan orang-orang Melayu yang sangat erat
kaitannya dengan tradisi Islam. Bisa dikatakan apa yang terkandung dalah Tunjuk Ajar
Melayu sebagian besar adalah nilai-nilai Islam yang sesuai dengan budaya dan tradisi orang
Melayu7.
Tunjuk Ajar Melayu telah diakui oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan menetapkan Tunjuk Ajar Melayu
sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2017 lalu.
Tunjuk Ajar Melayu terdiri dari 25 pokok pikiran utama atau yang dikenal dengan istilah
Pakaian Dua Puluh Lima. Pada setiap butir dari yang 25 tersebut memiliki nilai konseling
6
Elvina Syahrir, Ungkapan Pantang Larang Masyarakat Melayu Belantik, Balai Bahasa Provinsi Riau, 2016,
242-246.
7
Riau Magazine, Pengertian, Fungsi dan Manfaat Tunjuk Ajar Melayu, diakses dari riaumagz.com pada tanggal
24 September 2021
spiritual yang cukup kontemporer digunakan untuk membimbing kondisi yang ada sekarang.
Beberapa sifat dari 25 tersebut di antaranya: sifat tahu asal mula jadi, sifat tahu berpegang
pada Yang Satu, sifat tahu membalas budi, sifat tahu diri, sifat hidup memegang amanah, dll.
Asas ini mengajarkan nilai-nilai kesantunan, budi pekerti, menjaga lidah dan tingkah laku,
menjauhi sikap kasar, mencaci orang, angkuh, sombong dan sebagainya dari pergaulan yang
ada. Hal ini seperti tertuang dalam lirik-lirik berikut:
8
Temali, Konon, Pacaran Merupakan Adat Asli Melayu, diakses dari kumparan.com pada tanggal 3 Oktober
2021
Sebelum keduanya ditandai dengan daun pacar di jari tangan, biasanya akan dimulai dengan
sang lelaki mendatangi rumah pujaan hatinya. Lalu, selanjutnya sang lelaki akan berpantun
atau meniupkan seruling untuk menarik perhatian bapak dari sang pujaan hati.
Selanjutnya, saat perhatian sudah didapatkan, maka akan dipanggillah sang lelaki yang
sedang dimabuk asmara tersebut kedalam rumah. Lalu ditanya tentang keseriusannya kepada
anak gadisnya oleh sang bapak. Baru setelah itu, didatangkan anak gadisnya, dan apabila
sang anak juga setuju, maka keduanya pun ditandai oleh pacar di tangannya. Supaya orang
lain yang melihatnya tahu bahwa mereka sedang “pacaran”.
Selepas itu, sang lelaki akan diberi waktu 3 bulan untuk mempersiapkan diri, sesuai dengan
lamanya pacar sampai luntur apabila sudah diwarnai ke jari tangan. Masa 3 bulan tersebut,
dipakai untuk belajar ilmu pernikahan, rumah tangga, bekerja mencari materi, dan
sebagainya. Bukan berduaan atau bermesraan dengan gadis pujaan hatinya.
Setelah melewati masa pacaran 3 bulan tersebut, sang lelaki dihadapkan pada dua pilihan
sulit. Merelakan pujaan hatinya pacaran dengan lelaki lain karena dirinya ternyata belum siap
menapaki tahap selanjutnya, atau memberanikan diri menuju tahap selanjutnya yaitu lamaran
dan akhirnya menikah.
10
Muhammad Takari dan Fadlin, Memahami Adat dan Budaya Melayu, Etnomusikologi FIB USU dan Majelis
Adat Budaya Melayu Indonesia, 2019, 3.
yang besar sampai kepada hal yang paling kecil. Adat mengajar orang untuk menjadi
manusia beradab, bersopansantun, toleran, saling menghormati, tahu diri, tolong-
menolong—agar dapat menciptakan suasana kerukunan dan kedamaian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman etnis dan suku
bangsanya, salahsatunya adalah etnis atau suku melayu. Etnis melayu merupakan
salah satu suku bangsa dengan populasi terbesar di Indonesia. Etnis ini tersebar di
beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Thailand, dan Filipina. Di Indonesia sendiri, etnis melayu mayoritas mendiami pulau
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Etnis Melayu yang kental dengan budaya agama Islam ini memliki banyak tradisi atau
kearifan lokal yang dapat kita teladani. Begitu juga dengan karakter unggul yang
dimiliki masyarakat etnis ini, banyak yang bisa kita lestarikan.
B. Saran
Saran dari kami untuk pembaca, semoga kita bisa meneladani hal-hal baik dari adat
dan kebudayaan etnis melayu ini, juga dapat menjunjung adat istiadat yang ada di
negara kita agar tetap lestari hingga anak-cucu kita kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan. (2017). Jurnal Ilmu Ushuluddin. Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Budaya Pantang Larang Suku
Melayu Sambas, 15-16.
Fadlin, M. T. (2019). Etnomusikologi FIB USU. Memahami Adat dan Budaya Melayu, 3.
Ragman, Z. (2003). Gateaway to Malay Culture. Singapore: Asiapac Books Pte Ltd.
Riau Magazine. (2020, Agustus 24). Pengertian, Fungsi dan Manfaat Tunjuk Ajar Melayu. Diambil
kembali dari RIau Magazine: https://www.riaumagz.com/2020/08/pengertian-fungsi-dan-
manfaat-tunjuk.html
Syahrir, E. (2016). Balai Bahasa Provinsi Riau. Ungkapan Pantang Larang Masyarakat Melayu
Belantik, 242-246.
Temali. (2019, Desember 17). Konon, Pacaran Merupakan Adat Asli Melayu. Diambil kembali dari
Kumparan: https://kumparan.com/temali/konon-pacaran-merupakan-adat-asli-melayu-
1sSMQaEjhvQ
Wan Muhammad Fariq, S. I. (2019). Jurnal Ekonomi Islam. Pengaruh Kepribadian Orang Melayu
terhadap Motivasi Berwirausaha pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
Kecamatan Bengkalis, 292-297.
Wikipedia. (2021, Sepember 22). Suku Melayu. Diambil kembali dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu
Zain, S. (2010, Juni 22). Early Malay Kingdoms. Diambil kembali dari Sejarah Melayu:
http://www.sabrizain.org/malaya/early.htm