Anda di halaman 1dari 20

EFEK / SURAT BERHARGA

Surat berharga atau securities adalah suatu dokumen yang mempunyai nilai uang serta
diakui dan juga dilindungi oleh hukum untuk keperluan bertransaksi, pembayaran,
perdagangan, dan lain sebagainya.

Surat berharga pada umumnya dipakai sebagai alat pembayaran dalam setiap
transaksi, khususnya di kalangan para pengusaha.

Banyak diantara mereka yang memakai surat berharga sebagai alat pembayaran
karena dianggap lebih aman, terjamin, dan praktis.

Pengertian Surat Berharga Menurut Para Ahli

Untuk lebih jelas dan lebih bisa memahami tentang surat berharga, berikut merupakan
pendapat para ahli mengenai perngertian surat berharga.

Rasjim Wiraatmadja

“Rasjim Wiraatmadja berpendapat bahwa surat berharga adalah surat yang mempunyai
sifat dan juga nilai seperti layaknya uang tunai dan bisa dipertukarkan dengan uang
tunai.”

Heru Supraptomo

“Heru Supraptomo menjelaskan bahwa surat berharga adalah surat yang bisa
diperdagangkan dan berperan sebagai alat bukti terhadap utang yang sudah terjadi.”

Unsur – Unsur

H.M.N. Purwosutjipto, SH dalam bukunya yang berjudul “Pengertian Pokok Hukum


Dagang Indonesia”, menjelaskan bahwa surat berharga terdiri dari 3 unsur yaitu:

 Surat Bukti Tuntutan Utang

Surat merupakan akta, sedangkan akta merupakan surat yang terdapat tanda
tangan, sengaja dibuat untuk digunakan sebagai suatu alat bukti.

Jadi akta tersebut adalah tanda bukti adanya perikatan atau utang dari orang yang
bertanda tangan.
Utang merupakan perikatan yang harus diselesaikan oleh orang yang bertanda
tangan di akta (debitur) dan orang yang memegang akta (kreditur) yang berhak
untuk menuntut kepada orang yang menandatangani akta.

 Pembawa Hak

Pembawa hak merupakan hak untuk menuntut sesuatu hal kepada debitur atau
orang yang menandatangani surat berharga oleh kreditur.

Hal tersebut berarti hak tersebut melekat pada akta surat berharga.

 Mudah Dijual Belikan

Surat berharga adalah surat bukti utang yang sangat mudah untuk diperjual belikan.

Jenis – Jenis

 Cek

Cek merupakan surat perintah yang berasal dari nasabah atau pemilik dana pada
rekening giro kepada bank untuk membayar tanpa syarat sejumlah dana kepada
pemegang cek ketika ditunjukkan.

 Bilyet Giro

Bilyet giro merupakan surat perintah yang berasal dari nasabah atau pemilik dana pada
rekening giro kepada bank untuk melakukan pemindah bukuan sejumlah dana kedalam
rekening yang sudah tertera dalam bilyet giro.

 Wesel

Wesel adalah surat perintah tertulis yang berasal dari pihak ke-1 (penarik) yang
menginstruksikan kepada pihak ke-2 (tertarik/bank) untuk membayar sejumlah uang
ketika jatuh tempo kepada pihak ke-3 (penerima pembayaran) atau si pembawa wesel.

 Promes

Promes adalah suatu kontrak yang berisi janji secara terperinci atau detail dari suatu
pihak untuk membayarkan sejumlah dana kepada pihak lainnya.

2
 Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito adalah surat pengakuan secara tertulis yang berasal dari bank
kepada penyimpan dana atau deposan dengan janji untuk membayar kepada
penyimpan, atau penggantinya.

 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan


sistem true discount, yang bisa dibeli dengan melalui lelang (primary market) atau
melalui pasar uang (secondary market).

 Saham

Saham adalah suatu surat bukti yang menyatakan bahwa pemegang saham ikut serta
dalam modal (ikut mempunyai) suatu perseroan terbatas (PT).

 Obligasi

Obligasi adalah surat bukti yang menyatakan bahwa pemegang obligasi meminjamkan
sejumlah uang kepada badan yang mengeluarkan obligasi tersebut.

Ciri – Ciri

1. Berbentuk dokumen tertulis


2. Harus mempunyai nama
3. Tercantum keterangan waktu pembayaran yang harus ditunaikan
4. Tercantum nama orang yang mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah
dana yang sudah tercantum
5. Terdapat akta perintah atau janji untuk membayar
6. Merupakan perintah atau janji yang tidak terdapat syarat
7. Terdapat tanda tangan dari berbagai pihak yang berhubungan

Saham dan Obligasi

Persediaan uang tunai atau dana kas yang berlebihan dalam perusahaan tidak dapat
menambah pendapatan, karena merupakan uang yang nganggur (idle money) yang
tidak digunakan.
3
Supaya kelebihan dana tersebut dapat menambah penghasilan, dapat didepositokan
atau ditanamkan pada perusahaan lain dengan cara membeli saham atau obligasi
perusahaan lain.

Pemegang obligasi mendapatkan bunga yang disebut kupon, yang biasanya dibagikan
6 bulan sekali.

Pembelian saham atau obligasi mempunyai beberapa tujuan:

1. Jika tujuannya hanya memanfaatkan uang nganggur, sehingga jika pada suatu
saat perusahaan memerlukan uang tunai saham atau obligasi tersebut segera
dijual kembali, maka pembelian saham atau obligasi yang demikian termasuk
investasi jangka pendek, dan atas pembelian dan penjualan saham atau obligasi
tersebut dicatat dalam rekening surat berharga (efek).
2. Jika tujuannya hanya sekedar memanfaatkan idle money, tetapi untuk tujuan
yang lebih penting untuk masa depan perusahaan, pembelian saham atau
obligasi tersebut termasuk investasi jangka panjang

Mencatat Pembelian dan Penjualan Saham

Dalam investasi jangka pendek, semua transaksi pembelian dan penjualan saham
dicatat dalam rekening surat berharga/efek (marketable securities).

Pada waktu membeli dicatat sebesar harga perolehan (cost), yaitu harga beli ditambah
dengan biaya pembelian (provisi dan materai).

Sedangkan pada waktu menjual dicatat sebesar harga kurs dikurangi biaya penjualan
(provisi dan materai).

Selisih antara harga jual dengan harga perolehan dicatat ke dalam suatu rekening
laba/rugi penjualan securities. Untuk lebih jelasnya pencatatan pembelian dan
penjualan saham perhatikan bagan berikut ini.

4
Contoh Soal dan Perhitungan Saham

Kardota selama tahun 2019 melakukan pembelian saham dan penjualan saham berikut
ini, maka dicatatlah dalam jurnal sebagai berikut.  

5
Penjelasan:

Jan 15

Harga kurs 200 lembar saham PT Jayakarta

= 200 x Rp.10.000            = Rp.2.000.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.2.000.000       = Rp.     20.000

Harga perolehan               = Rp.2.020.000

Nilai perolehan tiap lembar = Rp.2.020.000 : 200 lembar = Rp.10.100

6
 Jan 20

Harga kurs 300 lembar saham PT Matahari

= 110% x 300 x Rp.10.000         = Rp.3.300.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.3.300.000                   = Rp.     33.000

Harga perolehan                           = Rp.3.333.000

Nilai perolehan tiap lembar = Rp.3.333.000 : 300 lembar    = Rp.11.110

Jan 25

Harga kurs 400 lembar saham PT Sarinah

= 90% x 400 x Rp.10.000     = Rp.3.600.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.3.600.000             = Rp.    36.000

Harga perolehan                     = Rp.3.636.000

Nilai perolehan tiap lembar Rp3.636.000 : 400 lembar = Rp.9.090

Feb 5

Harga kurs 200 lembar saham PT Matahari

= 115% x 200 x Rp.10.000       = Rp.2.300.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.2.300.000                = Rp.     23.000

Harga jual                                = Rp.2.323.000

Harga perolehan 200 lembar saham PT Matahari

= 200 x Rp.11.110                       = Rp.2.222.000

Laba penjualan saham                                                               = Rp.     55.000

7
Feb 10

Harga kurs 100 lembar saham PT Jayakarta

= 95% x 100 x Rp.10.000          = Rp.950.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.950.000                     = Rp.   9.500

Harga jual                                   = Rp.940.500

Harga perolehan 100 lembar saham PT Jayakarta

= 100 x Rp.10.100                       = Rp.1.010.000

Rugi penjualan saham                =  Rp.     69.500

Mencatat Pembelian dan Penjualan Obligasi

Seperti halnya dengan saham, pembelian obligasi dicatat dalam rekening (akun) surat
berharga sebesar harga perolehannya, yaitu harga kurs ditambah biaya pembelian, dan
pada penjualan dicatat sebesar harga kurs dikurangi biaya penjualan.

Selisih antara harga jual dengan harga perolehan dicatat dalam rekening (akun) laba
atau rugi penjualan surat berharga.

Dalam jual beli obligasi harus diperhitungkan pula bunga berjalan, yaitu bunga yang
harus dibayar oleh pembeli untuk jangka waktu tanggal jatuh tempo kupon/bunga
berakhir sampai tanggal jual beli.

Pada akhir periode, bunga berjalan dihitung dari tanggal kupon terakhir sampai tanggal
tutup buku.

Contoh perhitungan hari bunga

Misalnya tanggal kupon 1/3 – 1/9

1. Jika pembelian/penjualan dilakukan tanggal 1/3 atau 1/9, tidak perlu dihitung
bunga berjalan.
2. Jika pembelian/penjualan dilakukan tanggal 1 April, bunga berjalan dihitung 1/3 –
1/4 = 1 bulan (30 hari).
3. Jika pembelian/penjualan dilakukan tanggal 16 September, bunga berjalan
dihitung 1/9 – 16/9 = 15 hari.
8
4. Jika pembelian/penjualan dilakukan pada 1 Febuari, bunga berjalan dihitung 1/9
– 1/2 = 5 bulan.

Bunga berjalan tersebut tidak termasuk dalam harga perolehan obligasi, tetapi dicatat
dalam rekening (akun) tersendiri.

Ada 2 rekening (akun) yang digunakan untuk mencatat bunga berjalan, yaitu:

 Rekening (akun) pendapatan bunga.


 Rekening (akun) piutang dagang.

Jika waktu membeli obligasi bunga berjalan dicatat dalam rekening (akun) pendapatan bunga, maka pada
waktu obligasi tersebut dijual kembali, bunga berjalan tersebut juga langsung dicatat dalam rekening (akun)
pendapatan bunga.
Begitu pula pada tanggal jatuh tempo kupon, penerimaan bunga obligasi juga dicatat dalam rekening (akun)
pendapatan bunga.

Jika bunga berjalan dicatat dalam rekening (akun) piutang bunga, maka pada waktu obligasi tersebut dijual
kembali, bunga berjalan dicatat dalam rekening piutang bunga sejumlah yang sama dengan piutang bunga
yang terjadi, selebihnya dicatat dalam rekening (akun) pendapatan bunga.
Begitu pula pada tanggal jatuh tempo kupon, penerimaan bunga obligasi dicatat dalam rekening (akun) piutang
bunga untuk sejumlah piutang bunga yang terjadi, dan selebihnya dicatat dalam rekening pendapatan bunga.

Untuk jelasnya, pencatatan pembelian dan penjualan obligasi perhatikan ilustrasi berikut:

9
Contoh soal perhitungan obligasi

PT Borobudur selama tahun 2019 melakukan pembelian dan penjualan obligasi


sebagai berikut:

Penjelasan
10
Maret 1

Harga kurs 50 lembar obligasi PT Jasa Marga

=50 x Rp.50.000 x 105%                                = Rp.2.625.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.2.625.000                                     = Rp.     26.250

Harga perolehan                                            = Rp.2.651.250

Nilai perolehan tiap lembar = Rp.2.651.250 : 50        = Rp.53.025

April 15

Harga kurs 300 lembar obligasi PT Danareksa

= 300 x Rp.10.000 x 100%                             = Rp.3.000.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.3.000.000                                       = Rp.     30.000

Harga perolehan                                              = Rp.3.030.000

Harga perolehan tiap lembar Rp.3.030.000 : 300       = Rp.10.100

Bunga berjalan 1/3 – 16/4 = 45 hari

= (Rp.3.000.000 x 45 x12) : (30 x 100 x 12)  = Rp.     45.000

Dibayar kas (k)                                                 = Rp.3.075.000

Mei 16

Harga kurs 150 lembar obligasi IKPN

= 150 x Rp.100.000 x 97,5%                           = Rp.14.625.000

11
Provisi dan materai

= 1% x Rp.14.625.000                                     = Rp.     146.250

Harga perolehan                                              = Rp.14.771.250

Harga perolehan tiap lembar Rp.14.771.250 : 150        = Rp.98.475

Bunga berjalan 1/4 – 16/5 = 45 hari

= (Rp.15.000.000 x 45 x12) : (30 x 100 x 12)  = Rp.      225.000

Dibayar kas (k)                                                = Rp.14.996.250

Juni 1

Harga kurs 100 lembar obligasi PT Danareksa

= 100 x Rp.10.000 x 105%                               = Rp.1.050.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.1.050.000                                         = Rp.     10.500

Harga jual                                                            = Rp.1.039.500

Harga perolehan 100 lembar obligasi PT Danareksa

= 100 x Rp.10.100                                               = Rp.1.010.000

Laba penjualan surat berharga                         = Rp.     29.500

Bunga berjalan 1/3 – 1/6 = 3 bulan

= (Rp.1.000.000 x 3 x 12) : (12 x 100)            = Rp.30.000

Piutang bunga atas obligasi yang dijual

= 100/300 x Rp.45.000                                   = Rp.15.000

Pendapatan bunga                                        = Rp.15.000

12
Juli 1

Harga kurs 100 lembar obligasi PT Danareksa

= 100 x Rp.10.000 x 96%                                            = Rp.980.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.980.000                                                      = Rp.   9.800

Harga jual                                                                       = Rp.970.200

Harga perolehan 100 lembar obligasi PT Danareksa = Rp.1.010.000

Rugi penjualan securities                                            = Rp      39.800

Bunga berjalan 1/3 – 1/7 = 4 bulan

= (Rp.1.000.000 x 4 x12) : (12 x 100)                             = Rp.40.000

Piutang bunga atas 100 lembar obligasi PT Danareksa = Rp.15.000

Pendapatan bunga                                                         =  Rp.25.000

Agst 1

Harga kurs 20 lembar obligasi PT Jasa Marga

= 20 x Rp.50.000 x 110%                                  = Rp. 1.100.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp.1.100.000                                         = Rp.      11.000

Harga jual                                                          = Rp. 1.089.000

Harga perolehan 20 lembar obligasi PT Jasa Marga

13
= 20 x Rp.53.025                                               = Rp. 1.060.500

Laba penjualan securities                                  = Rp.      28.500

Bunga berjalan 1/3 – 1/8 = 5 bulan

= (Rp.1.000.000 x 5 x 15) : (12 x 100)     = Rp. 62.500

Catatan

Jika pembelian obligasi dilakukan tepat tanggal kupon, maka pada waktu obligasi
tersebut dijual, baik menggunakan pendekatan neraca (piutang bunga) maupun
pendekatan rugi laba (pendapatan bunga), bunga berjalan dicatat dalam rekening
pendapatan bunga seluruhnya.

Sept 1

Kupon yang diuangkan 1/3 – 1/9 = 6 bulan

Obligasi PT Jasa Marga

= ((50 – 20 lembar) x Rp.50.000 x 15%) : (2)                               = Rp. 112.500

Obligasi PT Danareksa

= ((300 – 200 lembar) x Rp.10.000 x 12%) : ( 2)                        = Rp.   60.000

Pendapatan bunga                                                                   = Rp. 172.500

Okt 1

Kupon atas obligasi IKPN

= (Rp.15.000.000 x 12%) ( 2)                                       = Rp. 900.000

Piutang bunga pada waktu pembelian obligasi                 = Rp. 225.000

Pendapatan bunga                                                                   = Rp. 675.000

14
Okt 7

Harga kurs 50 lembar obligasi IKPN

= 50 x Rp. 100.000 x 100%                                 = Rp. 5.000.000

Provisi dan materai

= 1% x Rp. 5.000.000                                           = Rp.      50.000

Hasil penjualan                                                                         = Rp. 4.950.000

Harga perolehan   = 50 x Rp. 98.475                                    = Rp. 4.923.750

Laba penjualan surat berharga                                               = Rp.      26.250

Bunga berjalan 1/10 – 7/10 = 6 hari

= (Rp. 5.000.000 x 6 x12) : (30 x 100 x12)                          = Rp. 10.000

Baik menggunakan pendekatan laba rugi (pendapatan bunga) ataupun pendekatan


neraca (piutang bunga), bunga berjalan tersebut dicatat dalam rekening (akun)
pendapatan bunga seluruhnya.

Hal tersebut karena piutang bunga yang timpul pada saat pembelian obligasi sudah
dihapuskan/dikompensasikan pada saat menggunakan kupon tanggal 1 Oktober 2019.

Metode Penilaian Surat Berharga

Dalam hubungannya dengan pemilik securities, Prinsip Akuntansi Indonesia


menyebutkan:

Surat berharga yang segera dapat dijual dinyatakan dalam neraca sebesar harga
perolehan atau harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya.

Berdasarkan prinsip diatas berarti ada 2 metode penilaian securities, yaitu:

1. Metode harga perolehan/pokok


2. Metode harga terendah yaitu antara harga perolehan dengan harga pasar .

Namun demikian dalam praktek masih ada yang mencatat menurut harga pasar

1. Metode Harga Perolehan/Harga Pokok (Cost Method)

15
Dalam metode ini surat berharga di neraca dicantumkan sebesar harga perolehannya.
Hal ini berarti tidak ada pengakuan terhadap keuntungan atau kerugian yang berasal
dari kenaikan atau penurunan kurs surat berharga.

Metode Harga Terendah Yaitu Antara Harga Perolehan Dengan Harga Pasar
(Lower of Cost or Market Method)

Dalam metode yang satu ini, surat berharga dicantumkan sebesar harga terendah
antara harga perolehan dengan harga pasarnya, yang berarti akan diakui adanya
kerugian yang belum terjadi, jika ternyata harga pasar lebih rendah dari harga
perolehannya.

Jumlah kerugian yang diakui adalah sebesar selisih harga perolehan dengan harga
pasarnya pada tanggal neraca.

Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebit rekening (akun) “rugi
penurunan nilai surat berharga” dan mengkredit rekening (akun) “cadangan penurunan
nilai surat berharga”.

Penerapan metode ini (harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar), dapat
diterapkan kepada securities dengan 2 cara, yaitu:

1. Diterapkan kepada keseluruhan surat berharga


2. Diterapkan kepada masing-masing surat berharga

Contoh 1

Data securities yang dimiliki PT. Maju Jaya pada tanggal 31 Des 2019 sebagai berikut:

No Keterangan Harga Harga Harga Terendah Antara Harga


Perolehan Pasar Perolehan atau Harga Pasar

1 50 lembar saham PT XYZ dengan nominal Rp. 580.750 Rp. 570.000 Rp. 570.000
Rp. 10.000 dan kurs 115%. Provisi dan
materai 1%

2 Saham PT Abadi Rp. 985.500 Rp. Rp. 985.500


1.025.000

3 Obligasi PT Marga Rp. 1.590.750 Rp. Rp. 1.537.500


1.537.500

4 Obligasi IKPN Rp. 2.955.765 Rp. Rp. 2.955.765


3.060.000

16
Jumlah Rp. 6.112.765 Rp. Rp. 6.048.765
6.192.500

Dengan memperhatikan data diatas, maka securities tersebut di neraca dicantumkan


sebagai berikut:

a. Jika digunakan metode harga perolehan (cost method) dicatat sebesar Rp.6.112.765.

b. Jika digunakan metode harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar.

1. Dengan cara keseluruhan, dicatat sebesar Rp.6.112.765 (karena harga


perolehan lebih rendah dari harga pasar)
2. Dengan cara individual (masing-masing), dicatat sebesar Rp.6.048.765 karena
jumlah harga pasar secara individual lebih rendah dari harga perolehan.

Untuk cara ini maka pengakuan rugi sebesar Rp.64.000 (Rp.6.112.765 – Rp.6.048.765)
dicatat dengan jurnal penyesuaian:

Nama Akun Debit Kredit

Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 64.000

          Cadangan Penurunan Nilai Surat Rp. 64.000


Berharga

Didalam neraca surat berharga dicantumkan dengan jumlah sebesar harga perolehan
(Rp.6.112.765) dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga (Rp.64.000)
sehingga jumlah bersihnya Rp.6.048.765 (seperti halnya dengan penulisan aktiva
tetap).

Cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan apabila surat berharga
tersebut dijual.

Misalnya pada tanggal 10 Januari 2019, 50 lembar saham PT XYZ dijual dengan kurs
115%, provisi dan materai 1%.

Penjualan dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

17
Nama Akun Debit Kredit

Kas Rp. 569.250

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp.  10.750

Rugi Penjualan Surat Berharga Rp.      750

          Surat Berharga Rp. 580.750

Penjelasan
Harga Kurs 50 Lembar Saham PT XYZ

50 x Rp. 10.000 x 115% Rp. 575.000

Provisi dan materai 1% x Rp. 575.000 Rp.     5.750

Harga Jual (Kas) Rp. 569.250

Harga Perolehan (Rp. 575.000  + Rp. 5.750) Rp.  580.000

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga (Rp. 585.750 – Rp. (Rp.   10.750)
570.000)

Rp. 570.000

Rugi Penjualan Surat Berharga Rp.        750

Jika penurunan nilai dihitung untuk semua surat berharga, dan penjualan securities itu
tidak dilakukan sekaligus, maka setiap terjadi penjualan securities tidak diadakan
penyesuaian pada rekening (akun) cadangan penurunan nilai surat berharga.

Rekening (akun) cadangan ini baru akan disesuaikan pada akhir periode.

Contoh 2

Tanggal 1 Januari 2019 suatu perusahaan mempunyai data tentang securities sebagai
berikut:

NO Keterangan Harga Perolehan Harga Pasar

18
1 100 lembar saham PT OPQ Rp. 1.050.000 Rp. 1.100.000

2 200 lembar saham PT Rama Rp. 2.300.000 Rp. 2.100.000

3 100 lembar obligasi PT Jaya Rp. 5.500.000 Rp. 5.250.000

4 50 lembar obligasi PT Makmur Rp. 2.500.000 Rp. 2.550.000

Jumlah Rp. 11.350.000 Rp. 11.000.000

Dari data yang ada di atas berarti cadangan penurunan nilai surat berharga
Rp.11.350.000 – Rp.11.000.000 = Rp.350.000

Misalnya saja pada tanggal 5 Febuari 2019 dijual 100 lembar PT Rama dengan harga
Rp.1.100.000

Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Nama Akun Debit Kredit

Kas Rp. 1.100.000

Rugi Penjualan Surat Berharga Rp.     50.000

          Surat Berharga Rp. 1.150.000

Harga perolehan = Rp.2.300.000 : 200 lembar =


Rp.11.500/lembar

100 lembar x Rp. 11.500 Rp. 1.150.000

Harga Jual Rp.1.100.000

Rugi Penjualan Surat Berharga Rp.     50.000

Misalnya setelah tanggal 5 Febuari 2019 tidak ada pembeliandan penjualan surat
berharga lagi sampai akhir tahun, maka harga perolehan surat berharga tinggal
(Rp.11.350.000 – Rp.1.150.000) = Rp.10.200.000.

19
Dan apabila harga pasar seluruh surat berharga = Rp.10.050.000 berarti cadangan
penurunan nilai surat berharga = Rp.150.000 (Rp.10.200.000 – Rp.10.050.000).

Saldo cadangan penurunan nilai surat berharga pada tanggal 1 Januari 2019 Rp.350.000, maka
harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Nama Akun Debit Kredit

Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp.  200.000

          Laba Berkurangnya Rekening Cadangan – Penurunan Nilai Surat Rp.  200.000


Berharga

Dari contoh di atas, seandainya harga pasar semua surat berharga = Rp.9.750.000
berarti cadangan penurunan nilai surat berharga menjadi (Rp.10.200.000 –
Rp.9.750.000) = Rp.450.000.

Saldo cadangan penurunan nilai surat berharga 1 Januari 2019 Rp.450.000, maka jurnal
penyesuaiannya sebagai berikut:

Nama Akun Debit Kredit

Rugi Penurunan Surat Berharga Rp. 100.000

          Cadangan Penurunan Nilai Surat Rp. 100.000


Berharga

(Rp.350.000 – Rp.450.000 = (Rp.100.000))

20

Anda mungkin juga menyukai