Anda di halaman 1dari 7

Demokrasi 

menjadi satu di antara kata yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari,


terutama dalam aspek politik. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu 'Demos' dan
'Kratos' yang memiliki arti kekuasaan rakyat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah bentuk atau sistem
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya yang
terpilih.

Baca Juga

 Lirik Lagu Ya Thoybah - Selawat Nabi


 Lirik Lagu Twinkle Twinkle Little Star - Nursery Rhyme
 Lirik Lagu PING PONG - HyunA & Dawn

Jadi, pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat,
dan oleh rakyat.

Indonesia menjadi satu di antara negara yang menganut sistem pemerintahan secara demokrasi.

Dalam bentuk pemerintahan ini, warga negara dapat berpartisipasi langsung maupun melalui
perwakilan, mulai perumusan, pengembangan sampai  pembuatan hukum.

Bentuk pemerintahan ini turut mencakup kondisi sosial, budaya, dan ekonomi sehingga akan
memungkinkan praktik kebebasan politik secara setara dan bebas.

Untuk memahaminya lebih jauh, kamu bisa membaca pengertian demokrasi, sejarah, bentuk,
fungsi, prinsip, hingga demokrasi.

Berikut ini rangkuman pengertian demokrasi, sejarah, bentuk, fungsi, prinsip, hingga
demokrasi di Indonesia, dilansir dari laman Gurupendidikan dan Cerdika, Selasa (9/3/2021).

2 dari 4 halaman

Sejarah Demokrasi
1. Sejarah demokrasi

Sistem demokrasi telah diterapkan oleh penduduk Yunani Kuno. Bentuk sederhana dari
demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia.

Ketika itu, di tiap-tiap negara kota, rakyat sering berkumpul untuk mendiskusikan suatu
permasalahan dan mengambil keputusan berdasarkan konsensus atau mufakat. Kala itu Yunani
terdiri dari 1.500 negara kota (poleis) yang kecil dan independen.
Baru sejak 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem pemerintahan yang
merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Penggagas pertama dari demokrasi adalah Solon,
seorang penyair dan negarawan.

Namun, demokrasi Solon tidak berhasil membuat perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai
seratus tahun kemudian oleh Kleisthenes, seorang bangsawan Athena.

Dalam demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan dalam pemerintahan, sebaliknya setiap orang
mewakili diri sendiri dengan mengeluarkan pendapat dan memilih kebijakan.

Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510 SM hingga 27 SM. Sistem
demokrasi yang dipakai adalah demokrasi perwakilan di mana terdapat beberapa perwakilan dari
bangsawan di Senat dan perwakilan dari rakyat biasa di Majelis.

3 dari 4 halaman

Bentuk-Bentuk dan Fungsi Demokrasi

Ilustrasi demokrasi. (Photo by Brett on Pexels)

2. Bentuk-bentuk demokrasi

Demokrasi langsung
Dalam sistem demokrasi langsung, setiap rakyat berhak memberikan aspirasi melalui pendapat
atau suara dalam menentukan sebuah keputusan. Biasanya, setiap rakyat mewakili diri sendiri
dalam memilih kebijakan sehingga secara langsung keadaan politik berada di tangan rakyat.

Namun, sistem demokrasi langsung jarang diterapkan di era modern. Hal ini dikarenakan
kepadatan penduduk serta kurangnya minat penduduk untuk mempelajari keseluruhan
permasalahan politik di negara tersebut.

Demokrasi perwakilan

Dalam sistem demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memberikan pendapat melalui pemilihan
umum dalam memilih wakil rakyat. Setelah terpilih, wakil rakyat tersebut mengutarakan aspirasi
rakyatnya dalam mengatasi permasalahan negara.

3. Fungsi demokrasi

 Sistem politik yang memberikan kekuatan untuk memilih pemimpin rakyat dan
pemerintahan secara bebas serta adil dalam pemilihan umum.
 Memberikan kebebasan bagi individu sebagai warga negara untuk dapat aktif
berpartisipasi di dalam politik dan sebagai warga.
 Memberikan perlindungan kepada hak asasi pada warga negara.
 Menghasilkan sebuah aturan yang berlaku kepada semua warga negara tanpa ada
pandang bulu.

4 dari 4 halaman

Prinsip Demokrasi dan Demokrasi di Indonesia


4. Prinsip-prinsip demokrasi

Menurutnya Almadudi yang dikenal sebagai 'soko guru demokrasi' terdapat beberapa prinsip
demokrasi, di antaranya:

 Kedaulatan rakyat.
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
 Kekuasaan mayoritas.
 Hak-hak minoritas.
 Jaminan hak asasi manusia.
 Pemilihan yang bebas dan jujur.
 Persamaan di depan hukum.
 Proses hukum yang wajar.
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional.
 Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
 Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

5. Demokrasi di Indonesia

Indonesia menjadi satu di antara negara yang menganut sistem pemerintahan secara demokrasi.
Dalam sejarah ketatanan Republik Indonesia, sistem demokrasi mengalami bangsa ini
mengalami perubahan.

Berikut ini informasi mengenai demokrasi yang pernah menjadi anutan bangsa Indonesia:

 Demokrasi Parlementer (1945-1959)


 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
 Demokrasi Pancasila pada era orde baru (1966-1998)
 Demokrasi Pancasila pada Orde Reformasi (1998-saat ini)

1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)


Macam-macam demokrasi di Indoensia yang pertama adalah demokrasi parlementer yang
menonjolkan peranan parlementer serta partai-partai. Akibatnya, persatuan yang digalang selama
perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan
konstruktif sesudah kemerdekaan.

Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan 1950. Banyak para ahli menilai
bahwa demokrasi parlementer kurang cocok untuk Indonesia. Karena lemahnya benih-benih
demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlemen di mana badan eksekutif
terdiri dari presiden sebagai kepala Negara konstitusional beserta menteri-menterinya yang
mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik usai kabinet pada
masa ini jarang dapat bertahan lama. Koalisi yang dibangun dengan gampang pecah hal ini
mengakibatkan destabilisasi politik nasional.

Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak memiliki anggota-anggota partai yang
tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar Negara untuk undang-
undang dasar baru. Kondisi tersebut akhirnya mendorong Ir. Soekarno sebagai presiden untuk
mengeluarkan dekrit 5 juli yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian
demokrasi parlementer di Indonesia berakhir.

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Macam-macam demokrasi di Indonesia berikutnya adalah demokrasi terpimpin. Demokrasi
terpimpin ini telah menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa
aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini kuat ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran
partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai unsur sosial-politik
semakin meluas.

UUD 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-
kurangnya lima tahun. Namun ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno
sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini yang
ditentukan oleh Undang-Undang Dasar.

Selain itu, banyak sekali tindakan yang menyimpang atau menyeleweng terhadap ketentuan-
ketentuan Undang-Undang Dasar seperti pada tahun 1960 Ir. Soekarno sebagai presiden
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum. Padahal dalam penjelasan
UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk
berbuat demikian. Berakhirnya pemerintahan Soekarno menjadi akhir dari berlakunya demokrasi
terpimpin di Indonesia, yang kemudian digantikan dengan demokrasi pancasila.

3. Demokrasi Pancasila
Era Orde Baru (1966-1998)

Demokrasi pancasila merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem


presidensial. Landasan formal periode ini adalah pancasila, UUD 1945, dan Tap MPRS/MPR
dalam rangka meluruskan penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi pada masa
demokrasi terpimpin. Namun, dalam perkembangannya peran presiden justru semakin dominan
terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain.

Melihat praktik demokrasi pada masa ini, nama pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi
politik penguasa pada saat itu. Sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.

Demokrasi Pancasila pada era Orde Baru kerap ditandai dengan dominasi peran ABRI,
Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pengebirian peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan publik, masa
mengambang, monolitisasi ideologi negara, inkorporasi lembaga non pemerintah. Pemerintahan
Orde Baru sendiri berakhir pada tahun 1998 setelah Soeharto dilengserkan oleh rakyatnya pada
Mei 1998.

Demokrasi Pancasila Era Reformasi (1999-Sekarang)

Setelah Orde Baru berakhir, Indonesia mulai memasuki era Reformasi di mana pemerintah
Habibie mulai menjalankan demokrasi dengan menyuburkan kembali alam demokrasi di
Indonesia dengan jalan kebebasan pers dan kebebasan berbicara. Keduanya dapat berfungsi
sebagai check and balances serta memberikan kritik supaya kekuasaan yang dijalankan tidak
menyeleweng terlalu jauh. Dalam perkembangannya demokrasi di Indonesia setelah rezim
Habibie diteruskan oleh presiden Abdurahman Wahid sampai dengan Pemerintahan Joko
Widodo.

Konsolidasi Demokrasi

Setelah proses transisi demokrasi berhasil, maka selanjutnya adalah konsolidasi atau pemantapan
sistem demokrasi. Menurut Kacung Marijan, konsolidasi demokrasi menjadi penting karena
sering kali beberapa negara yang berusaha melakukan proses demokratisasi justru gagal ditengah
jalan karena proses transisinya yang tidak selesai atau gagal dalam proses konsolidasi sebuah
sistem yang demokratis, sehingga negara itu kembali kepada sistem otoriter dan diperintah
kembali oleh seorang diktator.[53]

Konsep utama dari proses konsolidasi demokrasi menurut Andreas Schedler adalah manakala
ada suatu negara yang menghadapi stabilitas rezim, itu artinya bahwa konsolidasi ditentukan
oleh seberapa stabilnya rezim, dalam hal ini adalah bagaimana konsolidasi demorkrasi menjadi
berhasil bila stabilitas rezim yang demokratis itu juga dapat terjaga. Menurut Guillermo
O'Donnell, bila konsolidasi rezim itu sudah tercapai, maka sudah kemungkinan besar stabilitas
rezim juga akan dapat berkelangsungan.[53]

Dalam kasus proses konsolidasi demokrasi di Indonesia pasca-Reformasi, rezim baru dalam hal
ini Presiden Habibie dan kelompok Reformis lainnya terutama para elit politik yang tergabung
dalam Kelompok Ciganjur (Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Gus Dur) perlu mencapai
sebuah konsensus atau kesepakatan bersama, Presiden Habibie sebagai suksesor atau pengganti
Soeharto kemudian bertindak mewakili rezim lama, dan juga unsur-unsur yang meliputinya,
seperti Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Birokrat, dan Golongan Karya untuk dapat
berdamai dengan unsur-unsur kekuatan politik baru hasil reformasi, seperti mahasiswa dan
tokoh-tokoh politik yang menjadi oposan atau lawan dari unsur kekuatan politik lama. Bila
proses konsolidasi tidak melibatkan unsur-unsur kekuatan politik lama, terutama dari kalangan
militer, maka yang mungkin terjadi adalah militer akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan
reformis dan berusaha kembali mendirikan sebuah sistem junta militer, seperti yang dilakukan
oleh para perwira loyalis Franco di Spanyol yang dikenal dengan Gerakan F-23.[54]

Namun beruntung bagi Indonesia - tidak seperti yang terjadi di Spanyol - karena pihak militer
yang saat itu dipimpin oleh Panglima Wiranto menerima proses reformasi dan demokratisasi di
Indonesia, hampir seluruh loyalis Presiden Soeharto yang duduk di posisi-posisi penting setuju
untuk melakukan konsolidasi demokrasi dengan kelompok reformis, salah satu hasilnya adalah
dihapusnya Dwifungsi ABRI (tentara sebagai alat pertahanan sekaligus sosial-politik) dan
dipecahnya Kepolisian Republik Indonesia dari ABRI, dan ABRI sendiri kemudian berganti
nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).[51]

Tantangan Demokrasi

Proses konsolidasi demokrasi di Indonesia juga didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang
membaik pasca reformasi setidaknya dalam ekonomi makro, seperti pertumbuhan investasi,
kerjasama perdagangan luar negeri, dan sebagainya. Tetapi yang menjadi tantangan adalah
kebangkitan ekonomi makro di Indonesia ternyata tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
mikro, perekonomian rakyat dari kalangan menengah ke bawah belum cukup terasa. Selain itu
menurut Fuad Bawazier, perekonomian Indonesia sebagian besar masih ditopang oleh hutang
luar negeri, ditambah lagi dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, dan sebagainya.[55]

Bila demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi Pancasila selalu menemui
tantangan politik, salah satunya kemunculan rezim diktator. Maka di era reformasi ini, sektor
ekonomi yang menjadi tantangan bagi proses konsolidasi demokrasi di Indonesia,[56] sekaligus
menentukan kemanakah arah demokrasi Indonesia pasca-Reformasi, apakah seperti yang akan
dicita-citakan oleh para founding fathers Bangsa Indonesia atau mungkin kearah lainnya?

SISTEM demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini dinilai berjalan dengan baik. Hal itu
tercermin dari hasil survei nasional 'Kinerja Satu Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin dan Ciobvid-19 di
Indonesia' yang dilakukan lembaga survei Indo Barometer pada 10–17 Oktober 2020. Dari survei
yang dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin
of error sebesar ± 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95% tersebut menunjukkan 56.4% publik
merasakan puas dengan jalannya demokrasi di Indonesia saat ini. Sedangkan yang merasa tidak
puas sebesar 37,3% dan yang tidak tidak tahu/tidak jawab 6.3%. Ada lima alasan publik puas
terhadap sistem demokrasi di Indonesia saat ini. Pertama, kebebasn memiliki pemimpin (35.9%),
melahirkan pemimpin sesuai keinginan masyarakat (16.0%), sesuai dengan hati nurani (8%),
sistem demokrasi terlaksana dengan aman (5.8%), serta adanya perubahan yang lebih baik
(5.3%). Sedangkan alasan ketidakpuasan publik atas demokrasi yang berjalan saat ini adalah
kebijakan pemimpin hanya untuk golongan tertentu (30.6%), demokrasi berjalan belum
sepenuhnya (16.1%), pelaksanaan demokrasi kurang sehat (15.2%), keadaan ekonomi yang
belum berubah (9.8%), dan banyak yang korupsi (9.4%). Hasil survei juga menunjukkan 77,9%
publik setuju bahwa demokrasi walaupun tidak sempurna adalah sistem pemerintahan terbaik
untuk Indonesia saat ini dibandingkan sistem lainnya. Sistem demokrasi dinilai menjadi sistem
pemerintahan terbaik untuk Indonesia karena dengan sistem ini rakyat bebas mengeluarkan
pendapat, bebas memilih pemimpin, sesuai dengan hati nurani sistem demokrasi bersifat terbuka,
serta bebas memilih wakil rakyat. Hanya 11,1% respoden yang menyatakan tidak setuju sistem
demokrasi diterapkan di Indonesia. Terdapay lima alasan publik tidak setuju bahwa demokrasi
adalah sistem pemerintahan terbaik saat ini yaitu kurang berpihak ke rakyat kecil, politik kurang
sehat,demokrasi berjalan belum sepenuhnya, pelaksanaan demokrasi belum maksimal, dan hanya
menguntungkan golongan tertentu

Sumber: https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/358675/sistem-demokrasi-di-indonesia-
dinilai-sudah-berjalan-baik

Anda mungkin juga menyukai