Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman yang menjadi sumber bahan makanan
pokok penduduk Indonesia. Kebutuhan bahan pangan meningkat setiap tahun
ditambah perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras, sehingga
kebutuhan beras terus meningkat. Pertumbuhan penduduk yang meningkat
mengakibatkan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi area pemukiman
dan area industri, dan degradasi kesuburan tanah menyebabkan produksi padi
sawah semakin menurun. Dalam kurun waktu 10 tahun (1989-1999) terjadi alih
fungsi lahan sawah 1.6 juta ha, 1 juta ha terjadi di pulau jawa, bila produktivitas
lahan 6.0 ton.ha-1 Gabah Kering Panen (GKP), maka kehilangan produktivitas
padi mencapai 9.6 juta ton GKP.tahun-1 (Agus et al., 2004).
Pengembangan varietas dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti
persilangan, induksi mutasi, keragaman somaklonal dan seleksi invitro.
Penggunaan tenaga nuklir dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman
genetik dan fenotip. Bagian tanaman yang dijadikan perlakuan induksi mutasi
berupa stek batang, benih, serbuk sari, akar rhizome. Bahan iradiasi (mutagen)
yang sering digunakan dalam penelitian digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
mutagen kimia (chemical mutagen) dan fisik (physical mutagen) (Aisyah, 2009).
Semakin besar dosis iradiasi maka semakin besar pengaruh perubahan genetik dan
fisiologis yang akan terjadi (Ratna, 1988). Dosis radiasi yang diberikan untuk
mendapatkan mutan tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran,
kekerasan, dan bahan yang akan dimutasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
radiasi sinar gamma dengan dosis 100 Gy pada krisan dapat mengubah warna
bunga putih tepi ungu menjadi kuning, sedangkan dosis maksimum untuk biji-
bijian dan serealia adalah 5 kGy (Herison, et al., 2008)
Green Super Rice (GSR) adalah istilah untuk menggambarkan
karakteristik dari berbagai macam varietas hasil persilangan dari ribuan varietas
dan galur padi. Kata “Green” tidak hanya mengacu mengenai warnanya, tetapi
mengacu kepada varietas yang ramah lingkungan yang bisa tumbuh optimal dan
menghasilkan gabah yang tinggi dengan input yang rendah. Namun demikian,
varietas ini bukan merupakan hasil rekayasa genetika (Watson, 2014).
Mutasi adalah perubahan genetik, baik perubahan pada gen tunggal,
sejumlah gen maupun susunan kromosom. Perubahan dapat terjadi pada setiap
bagian tanaman, khususnya bagian yang selnya aktif membelah (Micke dan
Donini 1993). Secara umum, mutasi dihasilkan oleh segala tipe perubahan genetik
yang mengakibatkan perubahan fenotipe yang diturunkan, termasuk keragaman
kromosom, sehingga menyebabkan terjadinya keragaman genetik (Soeranto
2003). Mutasi dapat terjadi secara spontan atau acak, dan merupakan dasar
sebagai sumber keragaman bagi tanaman dan sifat yang diwariskan. Mutasi dapat
terjadi secara spontan di alam atau melalui induksi (Koornneef 1991). Secara
mendasar, tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami dan
mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik sebagai dasar
dalam seleksi tanaman (Soeranto 2003).
Salah satu faktor yang berkaitan dengan sifat fisik fisiologi tanaman untuk
bertahan dalam kondisi tercekam kekeringan adalah perubahan akumulasi prolin
dalam jaringan. Prolin berperan sebagai osmoregulator (Hever 1999). Namun,
tidak semua tanaman memiliki kandungan prolin yang tinggi dalam kondisi
tercekam (Deb et al. 1996). Tanaman serealia menunjukkan variasi kuantitatif
akumulasi prolin untuk karakter fisiologi sebagai respons terhadap cekaman
kekeringan (Richard et al. 1987).
Sebagian besar (73%) lahan pertanian di Indonesia, baik lahan sawah
(Karama et al.1990) maupun lahan kering (Setyorini 2005) mempunyai
kandungan bahan organik yang rendah (< 2%). Terabaikannya pengembalian
lahan sawah telah menyebabkan mutu fisik dan kimiawi tanah menurun, yang
oleh orang awan sendiri disebut sebagai gejala tanah menjadi sakit atau kelelahan
lahan (land fatigure) (Sisworon 2006). Kondisi tanah yang demikian
mengakibatkan populasi biota tanah yang berpengaruh terhadap fiksasi nitrogen
dan kelarutan fosfat menurun, miskin hara mikro, perlindungan terhadap penyakit
rendah, boros dalam penggunaan pupuk dan air, serta tanaman peka cekaman
kekeringan.
Produksi padi di Indonesia selama tiga tahun terakhir mengalami
perubahan yang tidak teratur, pada tahun 2014 produksi sebesar 70.846.465 ton
gabah kering giling (GKG) mengalami penurunan dibanding tahun 2013. Produksi
padi pada tahun 2015 sebesar 75.361.248 ton (Badan Pusat Statistik, 2016).
Hasil analisis sistem dinamis menunjukkan bahwa pada tahun 2015 akan
terjadi defisit ketersediaan beras nasional sebanyak 7,15 juta ton per tahun
(Nurmalina, 2007). Keadaan ini kemungkinan terjadi akibat permintaan beras
lebih besar dari pada penyediaannya. Permintaan beras meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk, ekonomi, daya beli masyarakat, dan perubahan selera.
Sementara itu, kapasitas produksi beras nasional pertumbuhannya lambat atau
dapat dikatakan stagnan.
Dormansi pada benih terjadi sejak benih padi berada di dalam tanaman
induk, setelah embrio berkembang disebut sebagai dormansi primer. Salah satu
penyebab terjadinya dormansi primer adalah after ripening yang mempunyai
peranan dalam rendahnya nilai perkecambahan benih padi. Benih yang mengalami
after ripening akan berkecambah bila di simpan dalam jangka waktu tertentu
(Copeland, 1976). Pada benih padi, periode after ripening beragam dari 0-11
minggu. Semakin lama periode after ripening yang dibutuhkan, maka akan
semakin lama benih tersebut siap untuk ditanam, sehingga diperlukan cara-cara
mematahkan dormansi benih sekurang-kurangnnya dapat mempersingkat masa
dormansi tersebut (Saenong et al., 1989 dalam Karismayani, 2010).
Dormansi pada lot benih menyulitkan analisis, karena dapat menimbulkan
kekeliruan dalam pengujian daya berkecambah benih. Pengujian daya
berkecambah terhadap lot benih dorman tanpa didahului oleh pematahan
dormansi yang efektif dapat menyebabkan daya berkecambah benih yang
dihasilkan tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Benih dorman
yang tidak berkecambah akan dikelompokkan oleh analisis ke dalam benih mati
(Soejadi & Nugraha 2001; Santika, 2006).
Santika (2006) menjelaskan bahwa varietas padi yang berumur pendek
atau genjah (100-115 hari) tidak selalu memiliki periode after ripening yang
pendek. Dormansi fisiologis akibat after ripening dapat dipatahkan dengan
perlakuan suhu tinggi, pengupasan kulit, dan perendaman pada larutan kimia baik
larutan organik maupun larutan yang anorganik. Dormansi yang disebabkan oleh
faktor fisiologis dapat dipatahkan dengan penyimpanan kering, pre-chilling,
preheating, cahaya, KNO3, asam giberalat (GA3) dan polyethylene (ISTA, 1999).
Salah satu usaha pematahan dormansi benih berhubungan dengan
peningkatan ketersediaan O2 dalam memperlancar mekanisme lintasan pentosa
fosfat. Ketersediaan O2 yang terbatas dapat berakibat tidak aktifnya lintasan
pentosa fosfat karena O2 lebih banyak digunakan untuk aktifitas respirasi melalui
lintasan yang lain. Disamping itu penerimaan hidrogen seperti nitrat yang berasal
dari KNO3 diduga juga dapat berperan dalam proses reoksidasi NADPH untuk
meningkatkan aktifitas lintasan pentosa fosfat (Beweley dan Black, 1985).
KNO3 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap persentase
perkecambahan dan vigor pada perlakuan pendahuluan asam benih Acacica
nilotica (Palani et al., 1995 dalam Lensari, 2009). Pada konsentrasi 1%
perkecambahan meningkat dari 37% (kontrol) menjadi 79% dan pada konsentrasi
2% meningkat menjadi 85%. Pada Casuariana equiaetifolia perkecambahan
meningkat dari 46% dalam kontrol menjadi 65% setelah perenndaman dalam
1,5% KNO3 selama 36 jam. Pada percobaan ini, konsentrasi tertinggi dan terendah
serta lamanya waktu perendaman yang sangat singkat memperlihatkan
perkecambahan yang sangat rendah (Maideen et al., 1990 dalam Lensari, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh beberapa galur padi (Oryza sativa L.) seleksi radiasi gamma
dan konsentrasi KNO3 terhadap sifat dormansi fisiologis after ripening

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah konsentrasi KNO3 berpengaruh terhadap pematahan dormansi after
ripening?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh radiasi sinar gamma terhadap sifat dormansi
fisiologis after ripening pada galur padi mutan.
2. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan konsentrasi KNO3 terhadap
upaya pematahan dormansi after ripening pada padi galur mutan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
informasi ilmiah mengenai sifat dormansi after ripening pada beberapa galur padi
(Oryza sativa L.) hasil seleksi radiasi gamma dan konsentrasi KNO3 yang efektif
terhadap pematahan dormansi fisiologis after ripening

1.5 Hipotesis
1. Radiasi sinar gamma berpengaruh terhadap dormansi fisiologis after
ripening pada galur padi mutan.
2. Konsentrasi KNO3 berpengaruh terhadap pematahan dormansi after ripening
pada padi galur mutan.
3. Terdapat interaksi antara galur padi hasil seleksi radiasi gamma dan
konsentrasi KNO3 terhadap sifat dormansi after ripening.
Lampiran 1. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

Percobaan 1 Penelitian 2

Persiapan Benih Persiapan Larutan KNO3

Perkecambahan Benih Perendaman Benih dengan


KNO3

Persiapan Media Tanam


Perkecambahan Benih

V Penanaman Benih
Pengamatan

Pemeliharaan Tanaman

Pemanenan Padi

Pengamatan
Lampiran 2. Bagan Percobaan II

G 4K0 (I) G1K1 (II) G 3K3 (III)


G 4K4 (II) G1K0 (I) G 4K1 (III)
G 3K3 (III) G0K2 (II) G 4K4 (I)

G 4K1 (III) G 4K4 (I) G 2K2 (II)

G0K0 (I) G 1K3 (II) G 3K2 (III)

G0K1(II) G 1K2 (III) G 1K4 (I)


G0K4 (III) G 2K0 (I) G 3K0 (II)

G 2K2 (I) G 3K2 (II) G 4K3 (III)

G0K2 (III) G 4K1 (I) G 4K0 (II)

G 2K4 (III) G 4K0 (II) G1K1 (I)

G 4K2 (II) G0K3 (I) G 3K4 (III)

G 2K0 (I) G0K1 (II) G0K3 (III)


G 1K4 (III) G 2K3 (I) G0K0 (II)
G0K3 (III) G 4K3 (II) G 3K1 (I)
G1K0 (III) G 3K4 (I) G0K2 (II)
G 2K1 (I) G 4K2 (II) G 2K3 (III)
G 3K1 (II) G 1K4 (I) G 2K4 (III)
G 4K3 (III) G0K4 (II) G0K1 (I)

G 1K3 (III) G 3K0 (I) G0K4 (II)

G 3K0 (I) G 2K1 (II) G 1K3 (III)

G 1K2 (III) G 2K4 (I) G 4K2 (II)


G 3K4 (II) G 2K2 (III) G1K0 (I)
G 3K2 (III) G 3K3 (I) G 2K0 (II)
G 2K3 (I) G0K0 (II) G 1K2 (III)
G1K1 (III) G 3K1 (I) G 2K1(II)

Anda mungkin juga menyukai