Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332960942

Tinjauan Dampak Lingkungan Akibat Aktifitas Pencucian Pasir di Kelurahan


Matalamagi Distrik Sorong Utara Kota Sorong

Conference Paper · October 2018

CITATIONS READS

0 276

2 authors, including:

Hendrik Pristianto
Universitas Muhammadiyah Sorong
49 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pengelolaan DAS di Kota Sorong View project

Kualitas Air View project

All content following this page was uploaded by Hendrik Pristianto on 09 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding SNTT FGDT 2018

Tinjauan Dampak Lingkungan Akibat Aktifitas Pencucian Pasir


di Kelurahan Matalamagi Distrik Sorong Utara Kota Sorong

Hendrik Pristianto1*, Achmad Rusdi 2


1,2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sorong
Jalan Pendidikan No 27, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat
*
Email: sipil_srg@yahoo.co.id

Abstrak
Permasalahan di Daerah Aliran Sungai Klagison menjadi menarik untuk ditindaklanjuti
dengan kajian yang lebih mendalam. Bagian hulu Daerah Aliran Sungai Klagison yang
teridentifikasi sebagai titik permasalahan utama adalah berada di wilayah Kelurahan
Matalamagi Distrik Sorong Utara Kota Sorong. Studi kasus dari Kelurahan Matalamagi
Distrik Sorong Utara Kota Sorong ini adalah bentuk keprihatinan terhadap fenomena
maraknya usaha pencucian pasir yang sepertinya kurang terkontrol. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisa permasalahan dampak dari aktifitas pencucian pasir di Kelurahan
Matalamagi Kota Sorong jika dilihat dari perspektif UU 32/2009, PP 27/2012, Permen-LH
5/2012 dan Permen-LH 17/2012. Yang kedua adalah untuk mengidentifikasi solusi terkait
permasalahan pengelolaan atifitas pencucian pasir di lokasi studi dan solusi pengelolaan
dampak akibat kegiatan tersebut. Metode penelitian adalah penelitian deskripsi, yang mana
data yang didapat dianalisa berdasarkan paraturan yang ada dan kemudian disusun solusi
alternatifnya. Kesimpulan yang didapat adalah pertama Pemerintah Daerah Kota Sorong
dianggap kurang mengawal penerapan UU 32/2009,PP no 27/2012, Permen-LH 5/2012 dan
Permen-LH 17/2012 terkait ijin usaha, ijin lingkungan, kajian AMDAL dan pelibatan
masyarakat dalam pembahasan kajian AMDAL sehingga menyebabkan tidak terkelolanya
dampak yang muncul akibat kegiatan pencucian pasir di wilayah Kelurahan Matalamagi Kota
Sorong. Kesimpulan yang kedua adalah Alternatif solusi yang bisa diambil untuk mengelola
dampak lingkungan yang semakin merugikan masyarakat terdampak adalah aktifitas
pencucian pasir tidak boleh membuang sisa sedimen hasil aktitasnya ke sungai, sedimen di
sungai dan saluran harus dikeruk secara berkala serta audit terhadap ijin pelaku usaha
pencucian pasir di Kelurahan Matalamagi Kota Sorong

Kata kunci: dampak lingkungan, aktifitas pencucian pasir, kelurahan Matalamagi

1. PENDAHULUAN
Kota Sorong merupakan wilayah yang membentang sepanjang pesisir bagian barat Propinsi Papua
Barat. Ada segmen wilayah berada di Teluk Bandara DEO Kota Sorong yang merupakan muara
dari 6 sungai di wilayah Kota dan Kabupaten Sorong. Sedimentasi dan banjir di bagian DAS,
pendangkalan di bangian muara sungai dan deforestasi mangrove menjadi permasalahan utama di
wilayah pesisir Kota Sorong ini.
Pristianto dan Rusdi (2018) melakukan penelitian dengan hasil adalah 1) kawasan DAS di wilayah
Kota Sorong mengalami degradasi baik dari sisi kualitas air maupun kapasitas tampung, 2) sumber
utama pendangkalan di DAS Klagison adalah aktifitas penambangan pasir di kawasan Hulu Sungai
Klagison, 3) enam dari delapan DAS yang ada di wilayah Kota Sorong bermuara di Teluk Bandara
DEO Kota Sorong. Dengan adanya aliran sedimen yang tinggi dari DAS Klagison dengan tingkat
kekeruhan >1000 NTU, maka potensi pendangkalan muara-muara di kawasan pesisir Teluk
Bandara DEO menjadi sangat besar, 4) Nilai ekonomis yang besar dari kawasan ekosistem
mangrove menjadi magnet kegiatan sosial ekonomis masyarakat terutama aktifitas penebangan
kayu mangrove untuk material konstruksi,5)pemerintah Kota Sorong belum terasa konstribusinya
dalam pengelolaan DAS dan wilayah pesisir di daerah ini baik dari sisi penetapan aturan dan
penindakan di lapangan, 6) Pemerintah Kota Sorong perlu segera menyusun Perda Pengelolaan
DAS dan kawasan pesisir.
Permasalahan di Daerah Aliran Sungai Klagison menjadi menarik untuk ditindaklanjuti dengan
kajian yang lebih mendalam. Bagian hulu Daerah Aliran Sungai Klagison yang teridentifikasi
sebagai titik permasalahan utama adalah berada di wilayah Kelurahan Matalamagi Distrik Sorong
Utara Kota Sorong. Studi kasus dari Kelurahan Matalamagi Distrik Sorong Utara Kota Sorong ini
adalah bentuk keprihatinan terhadap fenomena maraknya usaha pencucian pasir yang sepertinya

ISSN 0000-0000
Prosiding SNTT FGDT 2018

kurang terkontrol. Lokasi kajian sering mengalami banjir pada musim hujan dan terpolusi debu
pada saat kemarau. Sampai saat ini yang merasakan dampak negatif (banjir, debu, dan sebagainya)
hanya masyarakat yang notabene adalah pembayar pajak, sedangkan pelaku usaha pencucian pasir
dan atau pemodalnya belum jelas apakah mereka membayar pajak atau tidak?. Semoga usaha
pencucian pasir yang ada di Kota Sorong ini tidaklah menjadi pintu masuk untuk terjadinya konflik
sosial, karena mereka sangat minim perhatiannya terhadap kondisi lingkungan sekitar tempat
usahanya.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisa permasalahan dampak dari aktifitas pencucian pasir di Kelurahan
Matalamagi Kota Sorong jika dilihat dari perspektif UU 32/2009, PP 27/2012, Permen-LH
5/2012 dan Permen-LH 17/2012.
2. untuk mengidentifikasi solusi terkait permasalahan pengelolaan atifitas pencucian pasir di
lokasi studi dan solusi pengelolaan dampak akibat kegiatan tersebut

2. METODOLOGI
Deskripsi Lokasi Studi

Gambar 1. Lokasi Studi pada Peta Kota Sorong dan preview lokasi aktifitas pencucian pasir

Metode kajian
1. Kajian ini merupakan fase awal yang baru mendasarkan asumsinya pada :
a. fakta di lapangan
b. evaluasi kondisi lapangan berdasarkan Foto Satelit hasil unduhan dari Google Earth
c. Peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan lingkungan hidup
2. Fakta lapangan menyajikan bukti foto dan video
3. Foto Satelit dipakai untuk :
a. memprediksi laju perubahan tata guna lahan
b. Memprediksi peningkatan titik dan luasan genangan banjir
c. Mencari solusi
4. Peraturan Perundang-Undangan atau Peraturan Pemerintah atau peraturan menteri Terkait yang
dipakai untuk menganalisa kondisi eksisting adalah :
a. UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. PP no 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
c. PerMenLH RI no 5 tahun 2012 tentang Jenis Usaha Yang Wajib Memiliki Dokumen
AMDAL
d. PerMenLH RI no 17 tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses
AMDAL

ISSN :0000 - 0000


Prosiding SNTT FGDT 2018

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Data Lapangan

Alur Hulu
Sungai Klagison

Gambar 2. Rusaknya Daerah Tangkapan


Gambar 3. Alur di Hulu Sungai Klagison yang
Air Sungai Klagison akibat aktifitas penuh dengan sedimen
penambangan pasir gunung

Gambar 4. Aktifitas pencucian pasir dari


perbukitan di hulu DAS Klagison

Visualisasi aktifitas tambang pasir yang merusak lingkungan dapat dilihat pada channel youtube
berikut :
1. https://www.youtube.com/watch?v=q6W813p-EqU
2. https://www.youtube.com/watch?v=R2ByQmQiLMw
Dari aktifitas yang tergambar di atas, penulis ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan
aktifitas pencucian pasir di lokasi studi dan tahapannya sehingga aktifitas itu berdampak ke aliran
sungai. Pencucian pasir, untuk konteks di lokasi studi tahapan dan permasalahannya adalah sebagai
berikut :
1. Alat berat (excavator) mengambil tanah dari perbukitan di kanan kiri hulu DAS Klagison
(Gambar 4).
2. Tanah yang sudah dikeruk kemudian di cuci secara manual di instalasi pencucian pasir
sederhana seperti yang nampak pada gambar 4. Maksud aktifitas ini adalah untuk memisahkan
kandungan tanah/lumpur pada tanah tersebut sehingga di akhir proses akan tinggal pasir.

ISSN 0000-0000
Prosiding SNTT FGDT 2018

3. Pasir yang dihasilkan dari tahapan nomor 2 di atas, akan disesuaikan dengan jenisnya yaitu
pasir pasang, pasir cor atau pasir plester. (ini adalah bagian utama dari aktifitas pencucian pasir
ini). Untuk selanjutnya akan diambil oleh truk-truk pembeli /konsumen.
4. Yang menjadi permasalahan adalah limbah lumpur cair sisa dari aktifitas pencucian pasir itu
terbuang ke alur sungai, sehingga berdampak pada pendangkalan sungai (Gambar 3).
5. Secara jangka panjang, akumulasi permasalahannya terjadi pada aliran sungai dan daerah
penyangganya/daerah tangkapan air (Gambar 2 dan 3).

Gambar 5. Perbandingan Kondisi Lokasi Studi pada Tahun 2005, 2009, 2014, 2015

Dari gambar 5 di atas dan review penulis terhadap fakta yang dijumpai, terlihat bahwa :
1. Tahun 2005 : kondisi daerah studi masih relatif baik tutupan lahannya. Di kanan kiri hulu DAS
terdapat sekitar 35 bangunan rumah, setara dengan 35 KK. Kegiatan penambangan pasir baru
dimulai sekitar setahun sebelumnya. Sudah terjadi kejadian banjir di daerah pemukiman ketika
intensitas hujan tinggi, dengan luas genangan masih kecil dan banjir surut dalam waktu kurang
dari 1 jam. Visualisasinya dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Kondisi Tata Guna Lahan dan luas genangan banjir di sekitar Lokasi Studi
pada Tahun 2005

2. Tahun 2009 : terjadi peningkatan aktifitas kegiatan penambangan pasir. Ini dapat dilihat dari
gambar 5, bahwa luasan daerah yang terbuka akibat aktifitas penambangan pasir itu semakin
besar.
3. Tahun 2014 : terjadi peningkatan yang sangat signifikan atas aktifitas kegiatan penambangan
pasir. Ini dapat dilihat dari gambar 5, bahwa luasan daerah yang terbuka akibat aktifitas
penambangan pasir itu semakin besar dan mengarah ke daerah pemukiman. Terjadi pula
peningkatan jumlah pemukiman seiring dengan akses infrastruktur jalan yang semakin baik.
Permasalahan banjir juga semakin kompleks, akibat semakin terbukanya daerah tangkapan air
di hulu DAS Klagison sehingga air hujan yang turun mayoritas menjadi limpasan permukaan
(run off). Ditambah lagi dengan butiran sedimen yang lepas akibat tumbukan air hujan pada
lahan yang gundul tersebut, menyebabkan limpasan permukaan membawa banyak butiran
sedimen yang membuat semakin dangkal alur sungai. Durasi banjir semakin lama dari yang
tahun tahun sebelumnya 1 jam sudah surut, sekarang lebih 2 jam baru surut.

ISSN :0000 - 0000


Prosiding SNTT FGDT 2018

4. Tahun 2015 : permasalahan semakin meningkat, dengan gambaran seperti ditunjukkan pada
gambar 7 di bawah ini. Aktifitas penambangan pasir menjadi semakin tidak terkendali.
Monitoring pemerintah daerah selaku pemegang kendali daerah dalam menyikapai masalah ini,
belum terlihat. Visualisasi banjir dapat dilihat pada gambar 8 dan link youtube di bawahnya.

Gambar 7. Kondisi Tata Guna Lahan dan luas genangan banjir di sekitar Lokasi Studi
pada Tahun 2015

3.2 Data Dampak Lingkungan


Banjir

Gambar 8. Visualisasi Banjir.


Visualisasi kejadian banjir di lokasi studi khususnya, dapat dilihat pada channel youtube
berikut : https://www.youtube.com/watch?v=Vaae5NOsMC0
Selain dampak banjir, aktifitas penambangan pasir ini juga rawan gesekan horisontal antara
warga masyarakat yang terkena dampak banjir dengan pengelola penambangan pasir, dimana

ISSN 0000-0000
Prosiding SNTT FGDT 2018

posisi pengelola tambang pasir selalu diuntungkan yaitu menerima manfaat ekonomi secara
langsung akan tetapi tidak pernah mengalami kesulitan akibat dampak banjir seperti yang
dialami warga. Hal inilah yang membuat potensi konflik setiap saat bisa terjadi.
Dari keterangan warga setempat, bahwa mereka sudah mengajukan nota protes kepada
pemerintah melalui kantor Walikota dan melalui DPRD Kota Sorong akan tetapi sampai saat
ini belum ada tindakan solusi.
Justifikasi rawan konflik sosial : https://www.youtube.com/watch?v=Bq-qREE3I-E

Kekeruhan Air Hulu Sungai Klagison


1. Aktifitas penambangan dan pencucian pasir di Hulu Sungai Klagison berpengaruh sangat
signifikan terhadap kekeruhan air sungainya. Pristianto dan Rusdi (2018) melakukan
penelitian terhadap sungai sungai yang ada di Kota Sorong, salah satunya adalah Sungai
Klagison. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan perbandingan kualitas air Sungai Klagison
dengan sungai sungai yang lain.

Tabel 1. Perbandingan kualitas air Sungai Klagison dengan Sungai-sungai yang ada di Kota Sorong

Sumber : Pristianto & Rusdi (2018)

ISSN :0000 - 0000


Prosiding SNTT FGDT 2018

Gambar 9. Perbandingan nilai kekeruhan air Sungai Klagison


terhadap air sungai sungai di Kota Sorong (Pristianto & Rusdi, 2018).

3.3 Analisa Daerah Studi terhadap UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Fakta di lapangan sudah ada dampak penting yaitu ada dampak negatif berupa pendangkalan
sungai akibat pembuangan sedimen/limbah hasil cucian pasir, banjir pada musim hujan, dan debu
pada musim kemarau.
Menurut Pasal 1 UU 32 tahun 2009 :
a. Dokumen amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
b. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib amdal atau ukl-upl dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
c. Izin usaha dan/atau izin kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk
melakukan usaha dan/atau kegiatan
Menurut pasal 36 UU no 32 tahun 2009 :
 Izin Lingkungan domainnya Menteri / Gubernur / Bupati / Walikota

Aktifitas skala besar seperti Pencucian Pasir di Kelurahan Matalamagi Distrik Sorong Utara
Kota Sorong ini, dengan melihat dampak yang sudah muncul dan mengacu pada UU no 32 tahun
2009, maka seharusnya sudah ada ijin lingkungan dari pihak yang berwenang. Apabila sudah ada
ijin, maka seharusnya pihak berwenang harus mengevaluasi aktifitas tersebut jika dampak
negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sudah sedimikian signifikan dan dalam kurun waktu
yang sudah cukup lama dampak tersebut dirasakan masyarakat (2005 sampai sekarang). Hal ini
didasarkan pada bukti dan fakta yang tersaji pada subbab sebelumnya.

3.4 Analisa Daerah Studi terhadap PP no 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Menurut Pasal 3 PP 27 tahun 2012 :
1. Ayat (1)  Setiap Usaha dan atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki AMDAL
2. Ayat (2)  Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.

ISSN 0000-0000
Prosiding SNTT FGDT 2018

Menurut Pasal 47 PP 27 tahun 2012 :


Ayat (1) Izin Lingkungan diterbitkan oleh:
1. Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh Menteri;
2. Gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh gubernur; dan
3. Bupati/Walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-
UPL yang diterbitkan oleh bupati/walikota.
Sekarang Pertanyaanya :
1. Dengan dampak penting yang sudah dirasakan masyarakat, dan belum terasa penanganan dari
pemerintah daerah setempat, maka timbu pertanyaan apakah usaha pencucian pasir di lokasi
studi sudah mempunyai izin lingkungan?
2. Hal ini yang bisa menjawab dengan data adalah instansi terkait :
a. Izin lingkungan menurut pasal 47 PP 27 tahun 2012 disebutkan bahwa izin lingkungan
domainnya menteri / gubernur / bupati / walikota
b. Untuk kajian terhadap usaha pencucian pasir di wilayah studi, maka izin lingkungan adalah
domain Walikota Sorong

3.5 Analisa Daerah Studi terhadap Permen-LH no 05/2012 tentang Jenis Usaha yang Wajib
AMDAL
1. Menurut Pasal 2 PermenLH-RI no 5 tahun 2012 bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
2. Menurut fakta di lapangan, sudah ada dampak penting, sehingga sesuai dengan Pasal 2
PermenLH-RI no 5 Tahun 2012 tersebut maka Usaha Pencucian Pasir di semua wilayah Kota
Sorong wajib memiliki dokumen amdal sebagai syarat untuk penerbitan izin lingkungan oleh
Walikota
3. Menurut hasil diskusi dengan beberapa pihak terkait (aparat kelurahan) bahwa teridentifikasi
pelaku usaha pencucian pasir di wilayah Kelurahan Matalamagi KM 10 Masuk , belum semua
mempunyai ijin dan ini akan ditertibkan.
4. Menurut lampiran 1 PermenLH-RI no 5 tahun 2012, disebutkan beberapa jenis usaha yang
wajib AMDAL bahwa salah satunya yang berkenaan dengan aktifitas pencucian pasir ini
adalah kegiatan pemotongan bukit dan pengurugan lahan dengan volume lebih besar
sama dengan 500.000 m3 dengan alasan ilmiah bahwa itu menyebabkan perbahan
bentang alam dan longsor serta peningkatan runn off / banjir. Skala besaran 500.000 m3
itu setara dengan penggalian di lokasi penelitian sepanjang 354 meter, lebar 354 meter dan
kedalaman rata rata galian 4 meter, atau hanya sekitar 12,5 Ha luas galian dengan kedalaman
rerata 4 meter.
Menurut Asriadi (2018), disebutkan bahwa Berdasarkan hasil analisis hipotesa hubungan luas
galian dan genangan banjir, bahwa pada tahun 2012 luas galian sebesar 6,73 Ha dan genangan
banjir sebesar 0,89 Ha. Meningkat pada tahun 2017 dengan luas galian sebesar 17,15 Ha dan
luas genangan banjir sebesar 7,57 Ha. Dapat disimpulkan bahwa banjir yang terjadi di
pengaruhi oleh terbukanya catchment area oleh aktifitas penambangan pasir menimbulkan
meningkatnya aliran permukaan yang membawa butiran tanah dan masuk kedalam badan
sungai sehingga terjadi penumpukan sedimen memperkecil kapasitas tampung sungai.
Bahwa menurut penilitian di atas, luas galian sebesar 17,15 Ha dan jika dilihat dari aturan
Permen-LH no 5/2012 bahwa galian berkisar seluas 12,5 Ha adalah wajib AMDAL. Maka
usaha pengambilan dan pencucian pasir di lokasi kajian , luasanya sudah melebihi syarat
minimal usaha yang wajib amdal. (perhatikan gambar 10 di bawah ini)

ISSN :0000 - 0000


Prosiding SNTT FGDT 2018

Gambar 10. Deskripsi terhadap luas aktifitas pemotongan bukit


untuk aktifitas pencucian pasir di lokasi penelitian

Aktivitas pencucian pasir di atas sudah sangat merugikan masyarakat dan pemerintah daerah, ini
berdasarkan hasil penelitian Asriadi (2018) yang menyebutkan bahwa Terjadi kenaikan biaya
kerusakan dan kerugian setiap tahun, kenaikan tertinggi pada tahun 2016, dimana besar biaya
kerusakan dan kerugian sebesar Rp 12,6 milyar dengan total komulatif yang dicapai sampai
dengan tahun 2016 adalah sebesar Rp. 77,14 milyar. Analisis 5 tahun kedepan, rata-rata
kerugian pertahunnya adalah Rp.13,71 milyar dengan rasio 16,67%. Dapat disimpulkan banjir
yang terjadi di pengaruhi oleh adanya perluasan tambang galian pasir,sehingga terjadinya
gerusan sedimen mengurangi kapasitas tampung sungai dan usulan upaya pengelolaan
penanggulangan dengan melakukan normalisasi sungai dan pembangunan talud. disarankan
kepada pemerintah membentuk lembaga khusus dalam menangani dampak dari aktifitas
tambang pasir dan memberikan sosialisasi tentang pengelolaan lingkungan terhadap pelaku
usaha tambang pasir di Wilayah Kampung Bugis km 10 Kota Sorong. Disarankan kepada
stakeholder membentuk lembaga khusus yang menangani pengelolaan kegiatan penambangan
di Wilayah Kampung Bugis km 10 serta pemerintah perlu memberikan sosialisasi tentang
pengelolaan dan penggunaan lahan yang bijak.
5. Menurut pasal 3 Permen-LH no 5/2012 disebutkan bahwa kawasan di dalam hutan lindung dan
kawasan yang berbatasan langsung dengan hutan lindung (HL) , maka wajib amdal. Lalu mari
kita lihat peta dari Kementerian Kehutanan di bawah ini :

Gambar 11. Interpretasi


terhadap Peta Arahan
Pemanfaatan Lahan dari
Kementerian Kehutanan

ISSN 0000-0000
Prosiding SNTT FGDT 2018

Dari gambar 11 di atas, hasil interpretasi terhadap Peta Arahan Pemanfaatan Lahan milik
Kementerian Kehutanan yang dirilis tahun 2013, menunjukkan bahwa lokasi penelitian adalah
masuk pada daerah warna hijau yaitu daerah kawasan lindung. Yang artinya semua kegiatan
yang merubah bentang alam di sana harus wajib Amdal sebelum dilaksanakan kegiatan
tersebut.
6. Dari uraian analisa terhadap Permen-LH no 5/2012 dari nomor 1 sampai 5, didapatkan
kesimpulan bahwa aktifitas pencucian pasir di lokasi studi seharusnya ada kajian Amdal
terlebih dahulu, dan pada titik ini peneliti belum menemukan informasi tentang ada tidaknya
kajian Amdal terhadap aktifitas di lokasi penelitian. Akan tetapi keraguan itu ada, karena tidak
semua pelaku pencucian pasir disana memiliki ijin. Apalagi membuat kajian Amdal, sesuatu
yang patut diragukan keseriusan Pemerintah Daerah Kota Sorong melalui instansi terkait untuk
mengawal Permen-LH no 5/2012 ini.

3.6 Analisa Daerah Studi terhadap Permen-LH no 17/2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses AMDAL
1. Menurut PermenLH-RI no 17 tahun 2012 bahwa keterlibatan masyarakat adalah sebagai
berikut :

Gambar 12. Bagan alur pedoman keterlibatan masyarakat dalam


proses penyusunan AMDAL menurut Permen-LH no 17/2012
Intinya adalah dalam mengambil keputusan suatu usaha itu layak atau tidak sebelum
diterbitkan izin lingkungan dan izin usaha, maka masyarakat wajib dilibatkan dalam rapat
komisi amdal. Dan jika dilihat dari fakta di lapangan , maka masyarakat terdampak belum
/tidak dilibatkan dalam membahas rencana aktifitas pencucian pasir di lokasi penelitian
sehingga dikeluarkannya ijin operasionalnya.
2. Kategori masyarakat dalam Permen-LH no17/2012 ini adalah sebagai berikut :
o Masyarakat yang terkena dampak (acuannya adalah peta dampak)
o Kelompok masyarakat yang acuan/batas sosialnya tidak dapat digambar di peta dampak ,
yaitu :
 Masyarakat pemerhati lingkungan
 Masyarakat yang terpengaruh atas semua bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

ISSN :0000 - 0000


Prosiding SNTT FGDT 2018

Penjelasannya lebih detail dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

Gambar 12. Kategori masyarakat yang dilibatkan dalam proses AMDAL


menurut Permen-LH no 17/2012

3. Dari fakta dilapangan tidak pernah masyarakat dilibatkan dalam pembahasan AMDAL
kegiatan tersebut. Hal ini kalau ada kajian AMDALnya sesuai aturan bahwa kegiatan
pencucian pasir di lokasi penelitian adalah jenis kegiatan yang wajib AMDAL. Akan tetapi jika
tidak ada kajian Amdal lalu mereka pelaku usaha ini memegang ijin operasional, maka ini
bukti kesekian kalinya Pemerintah Daerah Kota Sorong abai terhadap aturan di atasnya yaitu
Permen-LH 17/2012.

3.7 Alternatif Solusi berdasarkan Analisa Kondisi Daerah Kajian


Inti dari solusi yang dimunculkan adalah :
1. aktivitas pencucian pasir tidak boleh membuang limbah (air + sedimen) ke sungai. (sungai
tidak boleh diganggu).
Manfaat :
 sungai tidak akan cepat dangkal
 dengan dibuatnya kolam pada tiap area pencucian pasir, pihak pengusaha dapat lebih
bertanggungjawab terhadap proses pengelolaan limbah usahanya. ini termasuk juga dalam
konstribusi sosial dan lingkungan
 proses degradasi lingkungan lebih bisa dikendalikan (walaupun pemda harus tetap
memantau )
2. sedimen di sungai dan saluran dikeruk secara berkala
Manfaat :
 kapasitas sungai dapat maksimal nantinya mengantisipasi datangnya aliran permukaan dari
hujan dengan intensitas tinggi
 bentuk perhatian pemda terhadap sarana-prasarana lingkungan dimana warganya adalah
pembayar pajak
3. Aktivitas pencucian pasir harus diaudit dokumen amdal dan izin lingkungannya secara berkala,
badan lingkungan hidup kota sorong harus lebih proaktif. (jika tidak ada dokumen amdal dan
atau izin lingkungannya  tutup, proses hukum karena merusak lingkungan)
Manfaat :
 pengusaha harus taat terhadap uu lingkungan hidup  wajib mengurus penerbitan izin
lingkungan atas aktivitas usaha yang menyebabkan perubahan bentang alam

ISSN 0000-0000
Prosiding SNTT FGDT 2018

 dokumen amdal itu melekat /harus ada pada setiap aktifitas yang membuat perubahan pada
bentang alam  amdal sbg syarat penerbitan izin lingkungan dan izin usaha
 jika hasil kajian amdalnya tidak masuk/ layak, maka aktifitas itu harus dihentikan

4. KESIMPULAN
Dari hasil analisa didapatkan kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Pemerintah Daerah Kota Sorong dianggap kurang mengawal penerapan UU 32/2009, PP no
27/2012, Permen-LH 5/2012 dan Permen-LH 17/2012 terkait ijin usaha, ijin lingkungan, kajian
AMDAL dan pelibatan masyarakat dalam pembahasan kajian AMDAL sehingga menyebabkan
tidak terkelolanya dampak yang muncul akibat kegiatan pencucian pasir di wilayah Kelurahan
Matalamagi Kota Sorong.
2. Alternatif solusi yang bisa diambil untuk mengelola dampak lingkungan yang semakin
merugikan masyarakat terdampak adalah aktifitas pencucian pasir tidak boleh membuang sisa
sedimen hasil aktitasnya ke sungai, sedimen di sungai dan saluran harus dikeruk secara berkala
serta audit terhadap ijin pelaku usaha pencucian pasir di Kelurahan Matalamagi Kota Sorong

DAFTAR PUSTAKA
Pristianto, H., & Rusdi, A. (2018). Evaluasi Pengelolaan Wilayah DAS dan Pesisir di Kota Sorong,
Seminar Nasional III Pengelolaan Pesisir dan DAS-Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Asriadi (2018), Dampak Aktifitas Penambangan Pasir di Kota Sorong, Magister Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Republik Indonesia (2009). Undang Undang no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara RI No 5059. Jakarta.
Republik Indonesia (2012). Peraturan Pemerintah no 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan.
Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara RI No 5285.
Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2012). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No
5 tahun 2012 tentang Jenis Usaha Yang Wajib Memiliki Dokumen AMDAL, Salinan dari
Biro Hukum dan Humas Kemen-LH. Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2012). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No
17 tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL, Salinan
dari Biro Hukum dan Humas Kemen-LH. Jakarta.

ISSN :0000 - 0000

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai