Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Impaksi sering terjadi pada gigi molar tiga. Hal ini dikarenakan gigi
molar tiga adalah gigi paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu pada usia
18-24 tahun. Keadaan tersebut terjadi karena sering tidak tersedianya ruangan
yang cukup untuk gigi erupsi. Penyebab lain dari impaksi molar tiga antara lain
angulasi gigi yang tidak benar, serta adanya gigi sebelah yang menghalangi.

Gigi impaksi ini bisa menyebabkan berbagai masalah di dalam mulut, mulai dari
rasa sakit yang mengganggu sampai gangguan yang lebih serius di mulut.
Masalah yang dapat ditimbulkan antara lain perikoronitis, karies dan kerusakan
akar gigi disebelahnya, maloklusi, perkembangan tumor dan kista odontogenik,
dan fraktur rahang. Tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi masalah ini
adalah pembedahan atau dalam istilah medis disebut dengan odontektomi.

Odontektomi merupakan istilah yang digunakan untuk mengambil gigi yang tidak
dapat diambil dengan cara pencabutan biasa sehingga harus menggunakan
tindakan pembedahan. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, perlu
diperhatikan juga letak gigi keseluruhan terhadap tulang dan gigi sebelahnya.
Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang dengan melakukan foto rontgen
panoramik memiliki peran penting pada tindakan bedah yang akan dilakukan.
TINJAUAN PUSTAKA

Impaksi Gigi

Definisi

Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi dalam lengkung rahang pada
waktu yang seharusnya atau erupsi hanya sebagian karena tertutup tulang atau
terhalang oleh jaringan lunak. Gigi yang impaksi dibedakan menjadi dua keadaan
yaitu impaksi total dan impaksi sebagian. Gigi impaksi total terjadi bila erupsi
gigi sepenuhnya terpendam didalam mukosa atau tulang alveolar. Gigi impaksi
sebagian adalah gigi yang gagal mencapai posisi erupsi yang sempurna.

Nomenkelatur Gigi

Gigi molar ketiga rahang atas dan bawah merupakan gigi yang paling sering
muncul dalam keadaan impaksi karena gigi tersebut erupsi paling terakhir
dibandingkan dengan gigi lain sehingga paling sering mengalami kekurangan
ruang untuk erupsi. Gigi molar ketiga sering disebut sebut gigi 8. Penomoran gigi
memiliki beberapa cara nomenklatur:

1. Cara FDI (Federation Dentaire International)

Gambar 1. Gigi Permanen

Gambar 2. Gigi Desidui


Contoh: P2 atas kanan = 15
I2 bawah kiri = 31

2. Cara Zsigmondy
Gigi permanent :

8 7 6 5 4 3 2 1  1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1  1 2 3 4 5 6 7 8

Gigi Desidui :

V IV III II I  I II III IV V

V IV III II I  I II III IV V

Contoh: P2 atas kanan = 5|

I1 bawah kiri = |1

Etiologi

Faktor penyebab gigi impaksi molar ketiga yang paling sering antara lain faktor
lokal dan faktor keturunan. Faktor lokal antara lain posisi gigi yang abnormal,
kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi.

Faktor keturunan yang dapat terjadi adalah jika salah satu orang tua (ibu)
mempunyai rahang kecil dan bapak bergigi besar-besar maka kemungkinan ada
anak berahang kecil dan gigi besar sehingga dapat terjadi kekurangan tempat
erupsi gigi molar ketiga sehingga berpeluang terjadinya impaksi. Selain itu
pertumbuhan rahang yang tidak sempurna juga dapat menyebabkan impaksi. Hal
ini bisa diakibatkan oleh perubahan pola makan. Makanan lunak yang mudah
ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah sehingga rahang tidak
berkembang dengan semestinya.
Tanda dan keluhan gigi impaksi

Rasa kurang nyaman saat melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga
mulut merupakan masalah yang paling sering dikeluhkan. Tanda-tanda umum dan
gejala terjadinya gigi impaksi, adalah :

1. Inflamasi, merupakan pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan


pada gusi disekitar gigi yang mengakami impaksi
2. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
3. Kista (folikuler)
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama
(neuralgia)
5. Patah tulang rahang (fraktur tulang)

Klasifikasi impaksi gigi

Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan gigi yang impaksi maka
dikemukakan berbagai jenis klasifikasi. Klasifikasi yang umum dipakai ialah
klasifikasi menurut Pell dan Gregory.

Klasifikasi ini berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dan molar kedua,
yaitu dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak
antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.
Terdapat tiga kelas yang dikemukakan pada klasifikasi ini (Gambar 3-5). Kelas I,
yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal

gigi molar kedua dengan ramus mandibula (Gambar 3). Kelas II, yaitu ukuran
mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal gigi molar
kedua dengan ramus mandibula (Gambar 4). Kelas III, yaitu seluruh atau sebagian
besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula (Gambar 5).

Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5.


Kelas I Pell dan Gregory. Kelas II Pell dan Gregory. Kelas III Pell dan Gregory.

Selain itu, juga Pell dan Gregory mengklasifikasikan impaksi berdasarkan


angulasi dan posisi. Klasifikasi ini dapat dibedakan antara lain: vertikal,
horisontal, transversal, mesio-angular (miring ke mesial), disto-angular (miring ke
distal), dan posisi yang menyamping (misalnya di dalam ramus atau di dalam
angulus).
Gambar 6. Klasifikasi Pell dan Gregory berdasarkan angulasi dan posisi

Gambar 7. Contoh foto rontgen panoramik gigi impaksi

Komplikasi

Komplikasi-komplikasi di bawah ini dapat terjadi pada tindakan pembedahan


odontektomi:

1. Perdarahan
Perdarahan dari alveolar merupakan perdarahan normal bila terjadi 12-24
jam pertama pasca pembedahan. Perdarahan dapat pula disebabkan oleh
adanya gangguan dalam masa perdarahan dan masa pembekuan darah.
2. Perikoronitis
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang mengelilingi
mahkota gigi impaksi sebagian. Kondisi yang biasa terjadi adalah
inflamasi pada jaringan lunak yang sangat dekat dengan mahkota gigi,
paling sering terjadi pada molar ke tiga mandibular.
3. Trauma molar dua
Apabila molar kedua trauma dapat menyebabkan gigi goyah, mahkota
pecah dan peradangan pada gigi. Komplikasi ini terjadi akibat dari kuatnya
tekanan pada penggunaan instrumen yang digunakan.

TINJAUAN KASUS

Seorang wanita berusia 25 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan


gigi kanan atas miring dan berlubang serta terasa sakit. Hasil pemeriksaan awal
pasien dalam kondisi Compos Mentis (CM) dan keadaan umum baik. Tindakan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen panoramik untuk
melihat kondisi gigi.

Pada foto panoramik, terlihat adanya impaksi di maksila kanan (gigi 18)
dan kiri (gigi 28) pasien, pada gigi 18 terlihat adanya karies yang mencapai pulpa
dengan posisi gigi miring (kelas III distoangular) (Gambar 9). Kondisi ini sesuai
indikasi medis untuk dilakukan odontektomi.

Gambar 8. Resume Medis pasien


Gambar 9. Foto rontgen panoramik pasien
PEMBAHASAN

Penatalaksanaan Kasus

Prosedur perawatan dan operasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Anestesi
Anestesi yang dapat digunakan berupa anestesi lokal dan umum. Anestesi
lokal dapat dilakukan pada pasien yang kooperatif, memiliki keadaan umum
yang normal dan baik. Anestesi umum khususnya diberikan pada kasus
impaksi yang sangat sulit, atau pada pasien yang memiliki kecemasan tinggi.
2. Teknik operasi
Adapun teknik – teknik operasi yang digunakan dalam tindakan odontektomi,
yaitu sebagai berikut:
a. Insisi untuk pembuatan flap
Insisi dilakukan pada jaringan yang sehat dan mempunyai basis yang
cukup lebar, sehingga pengaliran darah cukup baik.
b. Pengambilan tulang yang menghalangi gigi
Dengan menggunakan alat bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline
agar gigi dapat terlihat untuk dilakukan pemotongan atau pengambilan.
c. Pengambilan gigi
Pengambilan gigi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu utuh dan
terpisah. Bila dengan cara utuh, tulang yang mengelilingi gigi diambil
secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat melakukan
elevator dibawah mahkota. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan
gerakan mengungkit gigi. Sedangkan metode terpisah, pengambilan gigi
impaksi dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi
diambil dengan cara dibelah terlebih dahulu lalu diambil sebagian-
sebagian.
d. Pembersihan luka dan penutupan flap
Setelah pengeluaran gigi, soket dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas
pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ dibuang karena jika masih
tertinggal dapat menyebabkan kista residual. Tepi tulang yang runcing
dihaluskan dengan bone-file. Kemudian dibersihkan dengan semprotan
air garam agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua.
Selanjutnya dihisap dengan sunction.
e. Penutupan luka dan penjahitan
Flap dikembalikan pada tempatnya dan dijahit.

Gambar 10. Prosedur pembedahan

3. Intruksi pasca perawatan


Pasca dilakukan odontektomi, diberikan obat-obatan seperti antibiotik,
analgetik, anti-inflamasi, vitamin (sebagai tambahan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh), dan diminta untuk mengkomsumsi susu yang tinggi kalsium
untuk mempercepat proses remodelling tulang.
Dalam kasus ini peserta diberikan obat arcoxia untuk mengurangi nyeri dan
bengkak pasca pembedahan.
4. Kontrol
Dilakukan dengan pembukaan jahitan pasca odontektomi.
Gambar 11. Billing Pasien
ISTILAH MEDIS

Istilah Medis Penjelasan


Impaksi Gigi Gigi terpendam
Karies Gigi Gigi berlubang
Persistensi Gigi kesundulan
Necrosis of pulp Kondisi kematian jaringan pada pulpa
Pulpitis Peradangan pada pulpa gigi
Gangren radiks Sisa akar
LC (light curing) Alat untuk mengeraskan tambal gigi
RK (Resin Komposit) Bahan tumpatan (tambalan) gigi
GIC (glass ionomer Bahan tumpatan gigi
cement)
Ekstraksi / Exodontia Cabut gigi
Kalkulus Karang gigi
Endodontik Gigi Perawatan saluran akar gigi
Filling Tambalan gigi
Bracket Kawat gigi
Valplast Gigi tiruan sebagian lepasan
Veneer gigi Prosedur untuk mengubah bentuk, fungsi, dan warna
gigi
Gingivitis Peradangan gusi
Periodontitis Infeksi gusi yang merusak gigi, jaringan lunak, dan
tulang penyangga gigi
Maloklusi Gangguan pada tulang rahang yang menyebabkan gigi
berantakan
Stomatitis Sariawan
Inlay dan onlay Restorasi (tumpatan) yang digunakan untuk
mengembalikan bentuk gigi dimana terdapat lubang
yang kecil samoai sedang
DAFTAR KODE ICD 10 PENYAKIT GIGI DAN MULUT

NO DIAGNOSA ICD 10
1. PERSISTENSI GIGI SULUNG K00.6
2. IMPAKSI K01.1
3. KARIES EMAIL K02.0
4. KARIES DENTIN K02.1
5. KARIES SEMENTUM K02.2
6. KARIES TERHENTI (ARRESTED CARIES) K02.3
7. KARIES DENTAL K02.9
8. ABRASI GIGI K03.1
9. PLAK & KALKULUS K03.6
10. PULPITIS (REVERSIBLE, IRREVERSIBLE,
K04.0
AKUT, KRONIK)
11. NEKROSIS PULPA K04.1
12. ABSES PERIAPIKAL DGN SINUS K04.6
13. ABSES PERIAPIKAL TANPA SINUS K04.7
14. GINGIVITIS AKUT O/K PLAK K05.0
15. ABSES PERIODONTAL K05.2
16. PERIODONTITIS KRONIK K05.3
17. PEMBENGKAKAN GINGIVA K06.1
18. MALOKLUSI K07.4
19. MISSING TEETH K08.1
20. RETAINED RADIX (GR / SISA AKAR) K08.3
21. STOMATITIS APHTOSA RECURENT (SAR) K12.0
22. FRAKTUR GIGI S.02.5
KESIMPULAN

Odontekomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan pada gigi yang

mengalami impaksi. Pemeriksaan keadaan umum penderita, pemeriksaan klinis

dan pemeriksaan penunjang sebelum dilakukan pembedahan berupa foto rontgen

panoramik sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi gigi dan tulang terhadap

gigi yang mengalami impaksi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat verifikasi berkas tindakan odontektomi

adalah kelengkapan berkas, meliputi lembar medis awal dan akhir, rincian biaya,

rincian tindakan, foto rontgen dan surat jaminan akhir.


MAKALAH ODONTEKTOMI

Disusun oleh :

1. Amelia Rosyida
2. Anastasia Nadya
3. Puput Retno Palupi

Kantor Operasional Mandiri Inhealth Semarang

Tahun 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai