Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

“Analisis Pemecahan Masalah Dunia Nyata Berkaitan

Dengan Kaidah Perhitungan”

Disusun Oleh :

Nama : Yusni Utami

Nim : 4183311025

Kelas : Pendidikan Matematika C 2018

Dosen Pengampu : Dr. Asrin Lubis, M.Pd.

Kelompok : 5

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya lah tugas laporan CBR ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu yang sudah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga tugas CBR Matematika Dskrit dapat diselesaikan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Harapan penulis semoga laporan CBR Matematika Dskrit ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki tugas ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang dimiliki sangat kurang.
Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Medan, 2 April 2021

Yusni Utami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
BAB I PENGANTAR ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................................... 2
BAB III KEUNGGULAN BUKU .................................................................................................. 13
3.1 Kelengkapan sub topik (subbab/sub subbab) .................................................................. 13
3.2 Keterkaitan topik utama (bab/subbab) dengan subtopic (subbab/subsubbab) ................ 13
3.3 Aspek kelayakan isi ......................................................................................................... 13
3.4 Aspek kelayakan bahasa .................................................................................................. 13
3.5 Aspek kelayakan penyajian ............................................................................................. 14
BAB IV KELEMAHAN BUKU .................................................................................................... 15
4.1 Kelengkapan sub topik (subbab/sub subbab) .................................................................. 15
4.2 Keterkaitan topik utama (bab/subbab) dengan subtopic (subbab/subsubbab) ................ 15
4.3 Aspek kelayakan isi ......................................................................................................... 15
4.4 Aspek kelayakan bahasa .................................................................................................. 15
4.5 Aspek kelayakan penyajian ............................................................................................. 15
BAB V IMPLIKASI ...................................................................................................................... 16
5.1 Implikasi terhadap Teori/Konsep ................................................................................... 16
5.2 Program Pembangunan di Indonesia .............................................................................. 16
5.3 Analisis Mahasiswa ........................................................................................................ 16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang termasuk kedalam salah satu pelajaran
yang harus di kuasai oleh pelajar bahkan menjadi kewajiban yang mutlak yang harus di ajarkan
kepada peserta didik mulai dari bangku pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dalam perguruan
tinggi khususnya jurusan matematika, disiplin ini memiliki berbagai cabang yang sangat banyak
dan seiring dengan semakin tingginya jenjang pendidikan yang di ambil maka semakin kompleks
pula pembahasan tentang matematika.
Mata kuliah Matematika Diskrit sangat lah penting karena mempunyai tujuan untuk mendidik
mahasiswa agar memiliki pengetahuan dasar analisis matematika, misalnya tentang bilangan bulat,
himpunan, induksi matematika, relasi dll serta mampu bernalar secara logis dan kritis. Mahasiswa
memerlukan buku – buku sebagai sumber dan bahan dalam kegiatan belajar mengajar. Buku yang
dimiliki juga harus mudah dipahami dari segala aspeknya.
Critical Book Report merupakan salah satu instrument yang dapat mendukung keberhasilan
dalam proses pembelajaran di bangku perkuliahan. Indikator keberhasilan critical book report untuk
mendukung keberhasilan dalam pembelajaran dapat dilihat dari terciptanya kemampuan mahasiswa
untuk mengevaluasi penjelasan, interpretasi serta analisis mengenai kelebihan maupun kelemahan
dari buku. Dengan kata lain, melalui critical book report mahasiswa diajak untuk menguji
pemikiran dari pengarang maupun penulis berdasarkan sudut pandang yang akan dibangun oleh
setiap mahasiswa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari CBR ini adalah :
1. Bagaimana keunggulan dan kelemahan buku yang di kritisi?
2. Bagaimana implikasi terhadap teori/konsep dari buku atau materi yang dikritisi?
3. Bagaimana analisis mahasiwa mengenai buku atau materi yang dikritisi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari CBR ini adalah :
1. Untuk mengulas suatu buku dengan cara mengkritisi buku tersebut.
2. Untuk mengetahui implikasi terhadap teori/konsep dari buku yang dikritik
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan buku tersebut
4. Untuk melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan .
1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BUKU UTAMA
Judul : Introductory Discrete Mathematics
Penulis : V.K. Balakhrishnan
Penerbit : Dover Publications, inc
Kota Terbit : New York
Tahun : 1991

BAB 1 KOMBINATORIKA
2.1 DUA ATURAN PENGHITUNGAN DASAR
Kombinatorika adalah salah satu bidang matematika modern yang tumbuh paling cepat.
Memiliki banyak aplikasi untuk beberapa bidang matematika dan yang menjadi perhatian utama
dengan studi tentang himpunan hingga atau diskrit (sebanyak himpunan bilangan bulat) dan
berbagai struktur pada set ini, seperti pengaturan, kombinasi, penugasan, dan konfigurasi. Secara
garis besar, tiga macam masalah muncul saat belaja set dan struktur ini pada mereka: (1) masalah
keberadaan, (2) penghitungan masalah, dan (3) masalah pengoptimalan. Masalah keberadaan
prihatin dengan pertanyaan berikut: Apakah ada setidaknya satu pengaturan yang diberikan
jenis? Masalah penghitungan, di sisi lain, berusaha untuk menemukan jumlah kemungkinan
pengaturan atau konfigurasi dari pola tertentu. Masalah menemukan pengaturan yang paling efisien
dari pola tertentu adalah pengoptimalan masalah. Dalam bab ini kami mempelajari teknik untuk
memecahkan masalah yang terlibat perhitungan. Teknik-teknik ini menjadi dasar untuk studi
kombinatorika enumeratif, yang sebenarnya merupakan teori penghitungan dimana hasil yang
melibatkan penghitungan diperoleh tanpa melakukan proses penghitungan yang tepat, yang bisa jadi
membosankan.
Misalkan ada 10 jurusan matematika dan 15 ilmu computer jurusan di kelas 25 dan kami
diminta untuk memilih siswa dari kelas untuk mewakili matematika dan siswa lain untuk mewakili
ilmu komputer. Sekarang ada 10 cara memilih jurusan matematika dan 15 cara memilih a jurusan
ilmu komputer dari kelas. Selanjutnya tindakan memilih seorang siswa
dari satu area sama sekali tidak bergantung pada tindakan memilih siswa dari area lain. Jadi secara
naluriah jelas bahwa ada 10 x 15 = 150 cara memilih a perwakilan dari matematika dan perwakilan
dari ilmu komputer. Di sisi lain, jika kita diminta untuk memilih satu perwakilan dari matematika

2
atau dari ilmu komputer, kita hanya memiliki 10 + 15 = 25 cara untuk mencapai hasil ini. Dalam
kasus sebelumnya kami menggunakan aturan perkalian menghitung dan dalam
terakhir aturan penjumlahan. Kedua aturan tersebut secara formal dapat dinyatakan sebagai berikut.

ATURAN MULTIPLIKASI (Aturan Penghitungan Berurutan)


Misalkan ada urutan kejadian r E1, E2, ..., Er, sehingga (1) ada n; cara di mana E1; (i = 1, 2, ...,
r) dapat terjadi, dan (2) bilangan cara suatu peristiwa dalam urutan dapat terjadi tidak bergantung
pada bagaimana peristiwa tersebut dalam urutan sebelum peristiwa itu terjadi. Lalu ada
(n1).(n2)…….(nr) cara di mana semua peristiwa dalam urutan dapat terjadi.

ATURAN TAMBAHAN (Aturan Penghitungan Disjunctive)


Misalkan ada r event E1, E2,…, Er, sehingga (1) ada n1 hasil untuk E1, (i = 1, 2, ..., r), dan (2) tidak
ada dua peristiwa yang dapat terjadi secara simulta dengan rapi. Lalu ada (n1) + (n2) +…… + (n1)
Cara di mana salah satunya r acara dapat berlangsung.

Contoh 1.1.1
Ada lima karakter dua huruf alfabet diikuti oleh tiga digit yang muncul di belakang salah satu
rangkaian komputer mikro buatannya oleh perusahaan elektronik. Jumlah kemungkinan pabrikan
computer tured dalam seri ini adalah (1) 26 x 26 x 10 x 10 x 10 = 676.000 jika jarak terdapat
mengulang, (2) 26 x 25 x 10 x 10 x 10 = 650.000 jika huruf tidak dapat diulang, dan (3) 26 X 25 X
10 X 9 X 8 = 468.000 jika tidak ada karakter yang dapat ulang. Kami menggunakan aturan
perkalian di sini.

2.2 PERMUTASI
Pertimbangkan koleksi X dari n objek berbeda. Permutasi r dari X adalah susunan dalam satu
baris objek r dari X. Tentu saja, r paling banyak n. Jadi jika X adalah kumpulan dari 5 huruf pertama
a, b, c, d, dan e, maka edcb, dbea, dan bdca adalah beberapa dari beberapa 4-permutasi X. Jumlah
total r-permutasi kumpulan n objek berbeda dilambangkan dengan P (n, r). Apa saja
r-permutasi disini dapat dianggap sebagai urutan revents dimana jumlah tersebut Banyak cara suatu
peristiwa dapat terjadi tidak tergantung pada bagaimana peristiwa sebelumnya peristiwa itu terjadi.
Jadi kami menggunakan aturan perkalian menghitung untuk menyimpulkan itu P (n, r) sama dengan
n (n - 1) (n - 2)……. (n - r + 1) karena sembarang objek dari X dapat dipilih dengan n cara dan
setelah memilih itu, sewenang-wenang kedua objek dapat dipilih dengan cara (n - 1), dan
seterusnya, sampai semua r objek terpilih.

3
Permutasi dan Masalah Alokasi
Kita dapat mendekati proses pembuatan pengaturan objek dari yang berbeda sudut pandang.
Pertimbangkan satu set n lokasi berbeda yang diatur dalam urutan tertentu dan kami diminta untuk
mengalokasikan r objek yang berbeda ke lokasi ini sehingga tidak ada lokasi dapat menerima lebih
dari satu objek. Kemudian jumlah cara pengalokasian r objek ini ke lokasi n juga P (n, r) dengan
aturan perkalian sejak sembarang objek dapat dikirim ke salah satu lokasi dengan n cara, dan
selanjutnya satu lagi bisa dikirim dengan cara (n - 1), dan seterusnya.
Contoh 1.2.1
Jika X = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} dan r = 3, banyaknya permutasi-r dari X adalah 7 x 6 x 5 = 210.
Permutasi-n apa pun dari himpunan X dengan n elemen disebut permutasi dari X dan bilangan P (n,
n) dari permutasi X adalah n (n - 1) (n - 2) ..... 3.2.1, yang dilambangkan dengan fungsi faktorial n !.
Sangat mudah untuk melihatnya P (n, r) = n! / (n - r) !.
[Bilangan bulat positif n! bisa menjadi sangat besar bahkan jika n adalah kecil nomor dua digit.
Lebih dari 3,6 juta jika n = 10 dan mendekati sama dengan (2.433) (1018) jika n = 20.]

Permutasi Melingkar dan Cincin


Contoh 2.1.2
Pertimbangkan koleksi 5 batu dengan warna berbeda: biru (B), hijau (G), merah (R), merah muda
(P), dan putih (W).
(a) Banyaknya cara membuat pengikat di mana 5 batu ini akan ditempatkan secara horizontal,
tentu saja, 5 !
(b) Berapa banyak cara kita bisa membuat pengikat di mana batu-batu ini ditempatkan dalam pola
melingkar? Jawabannya harus kurang dari 5! Karena beberapa permutasi yang dipertimbangkan
dalam (a) sekarang tidak berbeda. Untuk Misalnya jika kita memutar permutasi BGRPW satu
kali searah jarum jam arah, kami mendapatkan permutasi GRPWB, dan dua permutasi ini tidak
berbeda dalam pengaturan melingkar. Jika kita memperbaiki salah satu warna dan kemudian
pertimbangkan permutasi yang dibentuk oleh 4 warna yang tersisa, ini permutasi semuanya
berbeda. Misalnya, jika kita memperbaiki B dan mempertimbangkan RGPW dan RGWP, kami
mendapatkan dua permutasi, BRGPW dan BRGWP, yaitu berbeda. Jadi hanya ada (4!)
Permutasi melingkar seperti itu.
(c) Bagaimana cara kita membuat cincin di mana batu-batu ini berada terpasang? Dalam sebuah
cincin, tidak ada perbedaan antara permutasi dan permutasi "gambar cermin." Misalnya
BGRPW dan BWPRG itu sama. Untuk setiap permutasi di (b), ada bayangan cermin.

4
Permutasi Umum
Sekarang mari kita pertimbangkan koleksi X dari n objek (tidak harus berbeda) milik ke k grup
tidak kosong yang berbeda sehingga (1) semua objek dalam grup identik, dan (2) objek dalam grup
tidak identik dengan objek di grup lain. (Untuk Misalnya huruf dalam kumpulan a, b, a, b, b, d, e, e,
d dapat dibentuk menjadi empat kelompok: satu untuk a, satu untuk b, satu untuk d, dan satu untuk
e.) Asumsikan bahwa ada adalah objek në dalam kelompok i di mana i = 1, 2, ..., k. Pengaturan apa
pun dalam deretan objek n ini disebut permutasi umum dari X. (Misalnya, LIN
ISOIL adalah permutasi umum dari huruf yang muncul di kata ILLI-NOIS.) Jumlah permutasi
umum tersebut dilambangkan dengan P (n; n, na,…..n), yang akan menjadi n! jika semua objek di
X berbeda.

Teorema 1.2.1
Jika koleksi X dari n objek terdiri dari k grup tidak kosong yang berbeda tersebut grup itu saya
punya n ; benda identik (di mana i = 1, 2, ..., k), kemudian bilangan permutasi umum dari X adalah
(n!) / (n1! (n2!) ... (nk!).

Bukti
Jika objek yang termasuk dalam grup i semuanya berbeda, pasti ada n! permutasi untuk elemen
dalam grup ini. Jadi setiap permutasi umum menimbulkan permutasi N = (n1! (n2!) ... (nk!) dari X
jika X memiliki objek yang berbeda. Jika t adalah jumlah total permutasi umum, kita memiliki (t)
(N) = n !, dari yang diikuti oleh kesimpulan teorema. (Perhatikan bahwa jika k = n, setiap
kelompok.

Teorema 1.2.2
Jika ada ni objek identik dalam kelompok i (i = 1, 2, ..., k) dan jika r adalah jumlah total objek
dalam kelompok k ini, objek r ini dapat ditempatkan di n lokasi berbeda, sehingga setiap lokasi
menerima paling banyak satu objek, di cara, di mana t = P (n; n1, n2, ..., nk). Secara khusus, jika
masing-masing kelompok memiliki persis satu objek, maka t = P (n, r), yang merupakan jumlah
permutasi-r dari suatu himpunan dengan n elemen.

2.3 KOMBINASI
Seperti pada bagian 1.2, misalkan X adalah kumpulan dari n objek berbeda. Koleksi apa pun
dari r objek yang berbeda dari X disebut r-kombinasi dari X. Dengan kata lain, jika X adalah
himpunan dengan n elemen, setiap subset dari X dengan r elemen adalah kombinasi-r dari X.
Dalam kombinasi-r, urutan pemilihan elemen-elemen tidak penting, tidak seperti dalam kasus
5
permutasi-r. Jumlah kombinasi-r dari himpunan dengan n elemen dilambangkan dengan C (n, r),
yang merupakan nomor tersebut dari himpunan bagian dari kardinalitas r. Jadi ada pasangan terurut
P (n, 2) dan C (n. 2) pasangan tak berurutan dari dua elemen dalam satu set n elemen. Tentu saja, C
(n, 0) = C (n, n) = 1.
Apa hubungan antara C (n, r) dan P (n, r)? Pertimbangkan setiap subset A dari X dengan elemen r.
Elemen berbeda r ini dapat diatur dengan cara (r!). Jadi ada permutasi (r!) Yang terkait dengan
setiap subset elemen-r dari X. Tentu saja, menurut definisi, jumlah himpunan bagian elemen r dari
X adalah C (n, r). Jadi jumlah permutasi-r adalah hasil kali dari (r!) dan C (n, r) oleh aturan
perkalian. Jadi kami memiliki teorema penting berikut.

TEOREMA 1.3.1
C (n. r) • (r!) = P (n, r)

KOROLAR
C (n, r) = C (n, n - r)

Kombinasi dan Masalah Alokasi


dalam kasus permutasi, kita dapat menafsirkan kombinasi dari sudut pandang yang berbeda, sebagai
masalah alokasi. Seperti sebelumnya, misalkan X adalah himpunan lokasi berbeda yang diatur
dalam urutan tertentu dan pertimbangkan kumpulan r objek yang identik. Objek-objek ini akan
dialokasikan ke lokasi n ini sehingga tidak ada lokasi yang menerima lebih dari satu subjek.
Biarkan i menjadi jumlah total cara mengalokasikan objek r ini. Jika semua objek berbeda, setiap
alokasi tersebut akan menimbulkan alokasi (r!). Dalam hal ini jumlah alokasi akan menjadi (t) (r!).
Tetapi jumlah total alokasi jika objeknya berbeda adalah P (n, r). Jadi i = P (n, r)/(r!) = C (n, r).

TEOREMA 1.3.2 (Rumus Pascal)


C (n, r) = C (n - 1, r) + C (n - 1, r - 1)
Bukti:
Misalkan X adalah himpunan dengan n elemen dan Y setiap himpunan bagian dari X dengan (n1)
elemen. Misalkan i adalah elemen X yang tidak ada di Y. Setiap subset relement dari X adalah
subset elemen-r dari Y atau gabungan dari subset Y dengan elemen (r - 1) dan himpunan singleton
yang terdiri dari t. Dalam kategori sebelumnya ada himpunan C (n - 1, r) dan yang terakhir ada
himpunan C (n - 1, r - 1). Dengan kata lain, banyaknya himpunan bagian X dengan r elemen adalah
penjumlahan dari C (n - 1, r) dan C (n -1, r - 1). Rumus Pascal merupakan salah satu contoh

6
identitas kombinatorial yang dibuktikan dengan menggunakan argumen kombinatorial. Identitas ini
juga dapat dibuktikan secara aljabar.

TEOREMA 1.3.3
P(n;n1,n2…..., nk) = C (n; n1,n2,…………..,nk)

Teorema Multinomial
TEOREMA 1.3.4 (Teorema Multinomial)
Dalam istilah khas dalam perluasan (x1 + x2…… + xk)n, variable x1(i = 1, 2,. .., k) muncul n, kali (di
mana n1, + n2 +:…+ nk = n) dan koefisien suku tipikal ini adalah C (n1, + n2 +:…+ nk) "variabel.,
n).
Bukti:
Bagian pertama dari pernyataan tersebut jelas karena ekspansi adalah hasil kali dari n ekspresi di
mana setiap ekspresi adalah jumlah dari variabel k. Istilah tipikal di sini adalah tidak ada tetapi
permutasi umum dari n objek dalam kumpulan X yang terdiri dari kelompok k, dan oleh karena itu
koefisien dari suku tipikal ini adalah jumlah permutasi umum tersebut.

Partisi dari Himpunan Hingga


Diberikan himpunan A dari kardinalitas n, masalah kombinatorial yang menarik adalah
untuk menemukan banyaknya cara A dapat dipartisi menjadi k himpunan bagian sehingga
himpunan bagian A, (i = 1, 2 ..... k) memiliki tepat n, clements. Misalnya, jika A = (1, 2, 3, 4, 5,
6), masalahnya adalah menemukan jumlah cara untuk membagi A menjadi (1) sehingga satu
memiliki 2 elemen dan yang lainnya memiliki 3 klemen atau (3) tiga himpunan bagian sehingga
masing-masing memiliki 2 unsur, menjadi 4 unsur atau (2) himpunan bagian dua memiliki dan
seterusnya. Masalah ini setara dengan masalah alokasi untuk mengalokasikan n objek berbeda ke k
lokasi yang dibahas sebelumnya ketika kardinalitas setiap himpunan dalam partisi berbeda seperti
pada 6 elemen dari A ke dua lokasi sehingga lokasi I mendapat 2 elemen dan lokasi 2 mendapat 4
elemen. Banyaknya cara untuk membagi A menjadi dua himpunan, satu himpunan memiliki 2
elemen dan himpunan lainnya memiliki 4 juga C (6; 2, 4). Tetapi ketika himpunan bagian dalam
partisi memiliki kardinalitas yang sama, kita harus menangani situasi di mana pengulangan terjadi.
Misalnya, jika P = {I, 2, 3} dan Q = (4, 5, 6), maka partisi (P. Q) dan partisi (Q, P) adalah sama.
Tetapi mengalokasikan P ke lokasi I dan Q ke lokasi 2 tidak sama dengan mengalokasikan Q ke
lokasi (1). Ada C (6; 2, 4) cara mengalokasikan anggaran yang www.EngineeringEBooksPdf.com
48 Bab. 1 Kombinatorika I dan P ke lokasi 2. Jumlah partisi A menjadi dua himpunan bagian yang
7
sama kardinalitasnya adalah C (6; 3, 3) / 2. Secara lebih umum, kita mendapatkan hasil sebagai
berikut, yang merupakan perpanjangan dari teorema alokasi dan aturan perkalian.

TEOREMA 1.3.5
Banyaknya cara untuk membagi himpunan kardinalitas n menjadi kelas yang terdiri dari p,
himpunan bagian masing-masing dari kardinalitas n, (i = 1, 2, ... k) di mana tidak ada dua bilangan
n yang sama adalah

2.4 LEBIH LANJUT PADA PERMUTASI DAN KOMBINASI


Jika X adalah himpunan dengan n elemen, kita tahu bahwa permutasi-r dari X adalah susunan
elemen dari X di mana tidak ada elemen yang berulang. Demikian pula, kombinasi-r adalah
pemilihan elemen dari X di mana tidak ada elemen yang berulang. . Dalam kedua kasus r tidak
boleh melebihi n. Jika kita mengizinkan pengulangan, tidak ada batasan pada r. (Karena X adalah
himpunan, n elemen di dalamnya semuanya berbeda.). Urutan-r X adalah susunan r dari X di mana
elemen-elemen tersebut dapat berulang, tetapi urutan kemunculan elemen-elemen ini adalah
penting. Misalnya, aabdac dan aadbac adalah dua urutan 6 yang berbeda dari himpunan X = {a, b,
c, d}. Setiap permutasi-r jelas merupakan urutan-r. Di sisi lain, setiap urutan-r dengan elemen
yang berbeda disebut permutasi-r. Penerapan sederhana dari aturan perkalian menunjukkan bahwa
banyaknya urutan-r dalam himpunan dengan n elemen adalah n'.
Kumpulan objek r (tidak harus berbeda) yang dipilih dari himpunan X dari n elemen disebut
koleksi-r dari X. Tidak seperti pemilihan-r, urutan pemilihan elemen tidak penting dalam koleksi-r.
4-koleksi [a, a, b, c] tidak berbeda dari 4-koleksi [a, b. c, a]. Keduanya mewakili 4 koleksi yang
sama. Kombinasi-r apa pun adalah koleksi-r. Jika elemen dalam kumpulan-r berbeda, maka itu
adalah kombinasi-r. Misalnya, jika X = {a, b, c, d} dan jika r = 3, himpunan dari semua 3 pilihan
dari X akan menyertakan setiap subset dari X dengan 3 elemen dan pilihan seperti {a, a, a}, {a, b,
b}, {d, a, d}dan seterusnya. Sebaliknya, jika r = 5, koleksi {a, b, b, b, d} cara memilih 5 elemen
dari X, dan tidak ada subset dari X yang dapat menjadi dari satu 5 koleksi.

TEOREMA 1.4.1
Jika X adalah himpunan kardinalitas n, maka banyaknya koleksi-r dari X adalah C (r + n - 1,
n - 1), di mana r adalah bilangan bulat positif.

8
Bukti:
Misalkan X = {1, 2, 3, ..., n}. Misalkan u adalah kumpulan-r dari X di mana 1 pengulangan x1 kali,
2 pengulangan x2 kali, ... dan n pengulangan xn, kali. Koleksi-r ini dapat direpresentasikan
sebagai
u = [⏟ ⏟ ⏟ ⏟ ]
di mana notasi i……..i berarti simbol i mengulangi x, kali. Demikian pula. Misalkan v adalah
koleksi-r lain di mana 1 mengulangi y1 kali , 2 pengulangan y2 kali,….. dan n pengulangan yn, kali.
Kemudian
v = [⏟ ⏟ ⏟ ⏟ ]
di mana notasi i……i berarti simbol i mengulangi y, kali. Perhatikan bahwa dalam representasi u
sebagai begitu juga pada representasi v, terdapat gap antara I dan 2, gap antara 2 dan 3. .... gap
antara (n – 1).
dan (n - 1) celah. Jadi setiap representasi dapat dianggap sebagai himpunan dari r + n - 1 lokasi
berbeda. Semua n -1 kosong identik. Alokasi (n - 1) kosong ini ke (r + n- 1) 1) Lokasi
kombinatorik menentukan koleksi-r. Jadi jumlah berbeda r-collections sama dengan jumlah cara
mengalokasikan (n - 1) objek identik ke (r + n - 1) lokasi berbeda sehingga setiap lokasi menerima
paling banyak satu objek. Angka ini adalah C (r + n - 1, n - 1), seperti yang kita lihat di Bagian 1.3.

TEOREMA 1.4.2
(a) Banyaknya solusi berbeda dalam bilangan bulat nonnegatif dari persamaan linier (dalam n
variabel) adalah
(b) Jumlah solusi distinet dalam bilangan bulat nonnegatif dari pertidaksamaan linier (dalam n
variabel) adalah
(c) Banyaknya suku dalam muai banyak suku adalah

Bukti:
(a) Setiap solusi dalam bilangan bulat nonnegatif sesuai dengan kumpulan
elemen r (dari himpunan X yang terdiri dari n variabel) di mana x, ulangan s, waktu, di mana s,
sr, dan wakil sebaliknya Jumlah koleksi tersebut adalah menurut Teorema
1.4.1.
(b) Misalkan y adalah variabel nonnegatif sehingga disebut variabel slack.)
Sekarang kita memiliki persamaan linier dalam variabel y = (n + 1). Solusi dalam bilangan
bulat non-negatif dari persamaan ini dalam variabel (n + 1) adalah solusi dalam bilangan bulat

9
non-negatif dari pertidaksamaan dalam n variabel , dan sebaliknya, Jadi bilangan yang
dibutuhkan adalah C (r + n, n).
(c) Setiap suku dalam ekspansi dapat dianggap sebagai hasil kali dari n variabel yang jumlah
eksponen variabelnya adalah r. Oleh karena itu, jumlah suku dalam pemuaian sama dengan
jumlah kumpulan elemen r dari himpunan X terdiri dari variabel di mana pengulangan
diperbolehkan.

Masalah Alokasi dalam Pengaturan Umum


Kita sekarang mempertimbangkan masalah alokasi r objek identik ke n lokasi berbeda sehingga
setiap lokasi dapat menampung objek sebanyak yang diperlukan. Dalam berapa banyak cara kita
dapat mencapai ini? Jika jumlah objek yang ditempatkan di lokasi i adalah x, (di mana i = 1, 2, ...,
n), solusi apa pun dari persamaan dalam bilangan bulat non-negatif
sesuai dengan cara mengalokasikan objek r ini ke lokasi n, dan sebaliknya. Jadi ada cara
untuk menempatkan r obyek identik di lokasi yang berbeda. Kami menggabungkan
observasi ini dengan Teorema 1.4.1 dan 1.4.2 untuk membuat pernyataan berikut:

TEOREMA 1.4.3
L = banyaknya cara memilih r elemen (dengan pengulangan) dari himpunan yang memiliki n
elemen
M = bilangan cara mengalokasikan r objek identik ke n lokasi berbeda
N = jumlah solusi dalam bilangan bulat nonnegatif dari persamaan
Kemudian
Maka

Kami sekarang meringkas empat kasus permutasi dan kombinasi (tanpa atau dengan
pengulangan) relemen dari satu set n elemen yang berbeda dan menafsirkan hasil ini sebagai dua
model penghitungan sebagai berikut.

Model pemilihan
Jumlah cara pemilihan elemen r dari himpunan n elemen adalah:
1. P (n, r) jika elemen yang dipilih berbeda dan urutan pemilihannya penting.
2. C (n, r) jika elemen yang dipilih berbeda dan urutan pemilihannya tidak penting.
3. N 'jika elemen yang dipilih belum tentu berbeda dan urutannya penting.
4. C (r + n - 1, n - 1) jika elemen yang dipilih belum tentu berbeda dan urutannya tidak penting.

10
Model Alokasi
Jumlah cara untuk mengalokasikan r objek ke n lokasi berbeda adalah:
1. P (n, r) jika objek berbeda dan tidak ada lokasi yang dapat mengambil lebih dari satu objek.
2. C (n, r) jika objek identik dan tidak ada lokasi yang dapat mengambil lebih dari satu objek.
3. N jika objeknya berbeda dan tidak ada batasan jumlah objek di suatu lokasi.
4. C (r + n - 1, n - 1) jika objek identik dan tidak ada batasan jumlah objek di suatu lokasi.

2.5 PRINSIP PIGEONHOLE


Ini adalah prinsip yang sangat jelas dan terlihat sangat sederhana, seolah-olah tidak memiliki
arti penting. Namun, dalam praktiknya ini sangat penting dan berkuasa karena generalisasinya
melibatkan beberapa hasil yang mendalam dan mendalam dalam kombinasi teori kombinatorika dan
dalam teori bilangan. Kami menggunakan prinsip pigeonhole ketika kami mengatakan bahwa
dalam kelompok mana pun yang terdiri dari tiga orang, setidaknya dua orang berjenis kelamin
sama. Misalkan jurusan ilmu komputer yang baru dibentuk di sebuah perguruan tinggi memiliki 10
anggota fakultas dan hanya 9 kantor yang menampung mereka. Kemudian ide yang mendasari di
balik pernyataan yang jelas bahwa setidaknya satu kantor akan memiliki lebih dari satu penghuni
lagi-lagi adalah prinsip lubang persembunyian. Jika ada 19 anggota fakultas, bukan 10, setidaknya
satu kantor akan memiliki lebih dari dua penghuni. Demikian pula. jika ada setidaknya 367 siswa
di aula tempat tinggal, sama jelasnya bahwa setidaknya dua dari mereka akan berulang tahun yang
sama. Dilaporkan bahwa kulit kepala manusia paling banyak memiliki 99.999 rambut. Jadi di kota
mana pun yang populasinya melebihi 4 juta akan ada setidaknya 41l orang (kulit kepala botak tidak
berambut) dengan jumlah rambut yang sama! Kami dapat mengutip beberapa contoh seperti ini.

THEOREMA 1.5.1
(a) Jika m merpati dialokasikan untuk n merpati, maka setidaknya satu lubang memiliki lebih dari
k merpati, di mana k adalah lantai (m - 1) / n.
(b) Jika m = P1 + P2 +….+ Pn - n + 1 merpati (setiap p, adalah bilangan bulat positif) dialokasikan
ke n lubang merpati, maka lubang merpati pertama memiliki setidaknya p, merpati, atau lubang
merpati kedua memiliki setidaknya P2, ..., atau setidaknya memiliki p, pigeon.
Bukti:
(a) Sekarang (n) · (k) <(m - 1) <m. Jika jumlah merpati tepat n. k, dimungkinkan untuk
mengalokasikan k merpati ke setiap lubang. Tetapi jumlah merpati adalah m, yang lebih besar
dari n k. Jadi setidaknya ada satu lubang dengan penghuni lebih dari k.

11
(b) Di sini k = floor [(P, + P2 + ... + Pu) in] - 1. Jadi (k + 1) sama dengan atau lebih besar dari
setidaknya satu n bilangan bulat.

TEOREMA 1.5.2
Misalkan X = {1, 2, 3,……,2n} dan misalkan S adalah subset dari X dengan elemen (n + 1). Maka
setidaknya ada dua angka di S sehingga yang satu membagi yang lain.

Bukti:
Setiap bilangan r di S dapat direpresentasikan sebagai r = 2, di mana t adalah bilangan bulat
nonnegative dan s adalah bilangan ganjil dari X, disebut bagian ganjil dari r. Ada paling banyak n
pilihan untuk s karena ada n bilangan ganjil di X. N bagian ganjil dapat dianggap sebagai n lubang
merpati dan (n + 1) bilangan S harus dialokasikan ke lubang ini. Dengan kata lain, ada dua
bilangan x dan y pada S yang bagian ganjilnya sama. Misalkan x = 2's dan y = 2 "· s. Maka baik x
membagi y, atau sebaliknya.

TEOREMA 1.5.3
Jadi di antara bilangan t ,, setidaknya (n2 + 1) dari mereka adalah sama (n + 1) dimana j 1, 2,. ... H,
dimana bilangan (n + 1) Kita sekarang menetapkan bahwa (n + 1) angka-angka dalam urutan yang
sesuai dengan angka-angka di pigeonhole H, membentuk urutan yang menurun Misalkan a; dan a,
menjadi di H ,, dimana i < j. Baik a, <a, atau a,> a, karena elemen dalam urutan semuanya
berbeda. Misalkan ai < a , Sekarang a, e H, menyiratkan bahwa ada urutan panjang r mulai dari a.
Jadi ai < a, menyiratkan bahwa ada deretan panjang (r + 1) mulai dari a. Ini adalah kontradiksi,
karena tidak mungkin ada rangkaian panjang (r + 1) mulai dari a, karena a, adalah elemen dari H.
Jadi a,> a, setiap kali i < j. Jadi setiap (n + 1) elemen di H, akan menimbulkan penurunan yang
ketat.

12
BAB III
KEUNGGULAN BUKU

3.1 Kelengkapan subtopik (subbab/ subsubab) yang diperlukan untuk menjelaskan isi topik
utama (bab/ subbab) tugas yang diberikan.
Kelengkapan sub topic atau sub bab pada buku ini sudah cukup memadai, hal ini
dikarenakan buku ini menjabarkan materi kombinasi, fungsi, relasi, grafik, dan penyelesaian
masalah. Yang mana semuanya merupakan bagian dari Matematika Diskrit, di buku ini untuk
materi diagraph dan grafik juga dibahas dalam 2 bab. Maka kelengkapan pada buku ini sudah
sangat layak untuk dijadikan sebagai bahan bacaan oleh para pembaca

3.2 Keterkaitan topik utama (bab/ subbab) dengan subtopik (subbab/ subsubbab) yang
terkait.
Pada keterkaitan topic utama ini menjabarkan tentang keterkaitan sub bab terhadap topic
utama. Keterkaitan tpoik utama pada buku ini juga sudah sangat baik, karena unruk setiap bab
memiliki sub bab yang akan menjelaskan secara mendetail tentang bab tersebut. Sub bab
pertama pada bab tersebut umunya menjelaskan secara definisi terkait bab yang dijelaskan.
Selanjutnya dapat kita jumpain beberapa sub bab yang menjabarkan materi yang berkaitan
dengan topik utama.

3.3 Aspek kelayakan isi (cakupan materi dan kemutakhiran).


Pada aspek kelayakan isi berkaitan dengan cakupan materi yang mampu mendukung
kelengkapan materi pada bab tersebut. Isi dari buku ini sudah dapat dikatakan layak, hal ini
dikarenakan buku tersebut dalam memaparkan materi turut menyertakan beberapa teori – teori
pendukung materi. Sehingga banyak ditemukan referensi yang akan membuat isi dari buku
tersebut menjadi lebih lengkap dan valid. Maka dapat kita pahami bahwa buku ini layak
dijadikan salah satu sumber bacaan dalam materi Matematika Diskrit.

3.4 Aspek kelayakan bahasa (komunikatif; keruntutan alur berpikir; penggunaan istilah,
simbol atau lambang).
Menurut kami, bahasa dari buku tersebut dapat dikatakan layak karena bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang baku dan jelas dan dengan menggunakan bahasa yang
sangat mudah difahami. Hal ini dapat diliat dari isi pada buku, bahwa penjelasan oleh penulis
tidak terdapat kata-kata atau bahasa yang tidak dimengerti (bahasa asing) sehingga dapat

13
dikatakan keunggulan. Penulis membawa pembaca dengan bahasa baku tetapi mudah dipahami
dan lugas agar dapat lebih difahami oleh pembaca dengan rasa nyaman.

3.5 Aspek kelayakan penyajian (teknik penyajian, pendukung penyajian, penyajian


pembelajaran).
Menurut kami, penyajian pada buku tersebut sudah dapat dikatakan layak karena dari teknik
penyajian, pendukung penyajian, penyajian pembelajaran pada buku ini sudah cukup baik. Hal
ini dapat dilihat bahwa penulis menjelaskan materi dengan rapi dan terstruktur. Hal ini tentu
dapat memudahkan pembaca dalam membaca dan memahami isi materi buku tersebut.

14
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

4.1 Kelengkapan subtopik (subbab/ subsubab) yang diperlukan untuk menjelaskan isi topik
utama (bab/ subbab) tugas yang diberikan.
Pada buku ini, kami tidak menemukan kelemahan dalam aspek kelengkapan
subtopik/SubsubBab karena semua materi yang terdapat pada buku ini sudah sangat lengkap
dan jelas sehingga buku ini dapat dikatakan sangat layak dalam aspek kelengkapan
subtopik/Subsub Bab.

4.2 Keterkaitan topik utama (bab/ subbab) dengan subtopik (subbab/ subsubbab) yang
terkait.
Pada buku ini, kami tidak menemukan kelemahan dalam aspek keterkaitan topik utama
dengan subtopik karena semua materi yang terdapat pada buku ini saling berkaitan dengan
Subtopiknya sehingga buku ini dapat dikatakan sangat layak dalam aspek keterkaitan topik
utama dengan subtopik.

4.3 Aspek kelayakan isi (cakupan materi dan kemutakhiran).


Pada buku dari segi aspek kelayakan isi, buku ini sudah dapat dikatakan layak sehingga
tidak memilki kelemahan. Namun perlu adanya suatu penyempurnaan dari aspek isi buku agar
buku dapat lebih baik lagi.

4.4 Aspek kelayakan bahasa (komunikatif; keruntutan alur berpikir; penggunaan istilah,
simbol atau lambang).
Pada buku dari segi aspek kelayakan bahasa, buku ini sudah dapat dikatakan layak sehingga
tidak memilki kelemahan. Namun perlu adanya suatu penyempurnaan dari aspek bahasa buku
agar buku dapat lebih baik lagi. Penulis buku menggunakan bahasa Inggris sehingga buku ini
sulit dibaca bagi yang kurang dalam berbahasa Inggris.

4.5 Aspek kelayakan penyajian (teknik penyajian, pendukung penyajian).


Pada buku dari segi aspek kelayakan penyajian, buku ini sudah dapat dikatakan layak karena
penjelasan dari setiap bab dan sub bab sudah detail dan terstruktur, sehingga dapat
memudahkan pembaca dalam memahami bacaan pada buku ini. Namun perlu penyajian yang
lebih terstruktur lagi agar dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi buku.
15
BAB V
IMPLIKASI
5.1 Implikasi Terhadap Teori/Konsep
Dalam buku terdapat keunggulan dan kelemahan yang sudah dipaparkan menurut pendapat
dan pandangan penulis terhadap buku tersebut. Selanjutnya buku ini memiliki implikasi
terhadap teori atau konsep dalam hal ini materi kombinatorika. Teori – teori yang dipaparkan
pada buku ini membahas konsep mengenai kombinatorika, definisi, teorema dan contoh. Setiap
teori yang diberikan saling berkaitan dan mendukung teori yang lainnya.

5.2 Program Pembangunan di Indonesia


Buku ini memiliki implikasi dalam program pembangunan di Indonesia salah satunya dalam
pendidikan. Dimana Indonesia cenderung tidak gemar untuk membaca dengan adanya tugas
seperti ini mahasiswa matematika khususnya lebih banyak mendapatkan referensi dari berbagai
literatur. Sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan yang luas akan suatu materi
kombinatorika. yaitu dari berbagai literatur yang sudah dibaca dan dipahami.

5.3 Analisis Mahasiswa (Posisi Kritis Mahasiswa)


Dari keunggulan dan kekurangan buku yang sudah dipaparkan, dapat dilihat bahwa dalam
konsep kombinatorika pemula begitu jelas menjelaskan materi topik tersebut sehingga hampir
tidak ditemukan kelemahan dari segi kelengkapan sub topik, keterkaitan akan topik, dalam
aspek kelayakan (cakupan), aspek kebahasaan (komunikatif) dan aspek kelayakan penyajian.
Penulis semakin mengerti akan materi sub topik tersebut.

16
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Untuk hasil dari review buku, setelah memringkas isi dari buku maka dapat disimpulkan
bahwa buku ini sudah tepat untuk dijadikan bahan ajar antara dosen dengan mahasiswa serta
untuk belajar mandiri di kalangan umum. Karena selain buku-buku ini mudah untuk di pahami,
buku ini juga membahas secara rinci mengenai materi kaidah perhitungan. Pembahasan materi
pada buku disajikan lebih mendalam atau detail memuat materi yang cukup jelas dan dapat
menjadi referensi untuk para mahasiswa dan pembaca umum karena terdapat beberapa teorema
disertai pembuktiannya, contoh soal dan latihan soal yang dapat melatih pemahaman pembaca.

6.2 Saran
Setelah membaca dan memahami isi dari materi kaidah perhitungan, dengan berdasarkan
kelebihan dan kekurangan isi materi yang telah dipaparkan pada buku maka kami menyarankan
sebaiknya contoh yang disajikan lebih banyak sehingga pembaca dapat lebih memahami
keseluruhan materi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Balakhrisman, V.K. 1991. Introductory Discrete Mathematics. New York: Prentice-Hall


International, Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai