Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN STASE MANAJEMEN

DI RUANG PERINATOLOGI

RSUD ABEPURA JAYAPURA

Dosen Pembimbing : Ibu Nasrah S.Kep.Ns.,M.kep

Disusun oleh :

Kelompok 1

Montaviana Gale Jamura,S.Kep 2020086026024


Siti Marlah,S.Kep 2020086026015
Alesya J Kubelaborbir,S.Kep 2020086026036
Nova Warimilena,S.Kep 2020086026070
Viera P Sapakoly,S.Kep 2020086026017
Kepira Tabuni,S.Kep 2020086026068
Theresia Lea Aliljaman,S.Kep 2020086026033
Bonny Walam,S.Kep 2020086026048
Maria Martha Noriwari,S.Kep 2020086026057
Rogerio Y Molo,S.Kep 2020086026047
Ratna Wijayaputri Rumandan,S.Kep 2020086026071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TAHAP PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral

dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna (komprehensif), penyembuhan  penyakit  penyakit (kuratif) (kuratif) dan

pencegahan pencegahan penyakit penyakit (preventif) (preventif) kepada masyarakat.

masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan

pusat  penelitian medik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis

berjalan secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.

Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan  posisi kunci, yang

dibuktikan dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan pelayanan rumah sakit

merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan  promosi  promosi

kesehatan kesehatan dan pencegahan pencegahan penyakit penyakit baik di rumah sakit

maupun tatanan pelayanan tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan kesehatan lain

dilakukan oleh perawat. oleh perawat. (Wiwiek, 2008).

Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang  professional

professional bersifat bersifat humanistik, humanistik, menggunakan menggunakan

pendekatan pendekatan holistik, holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standard

professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama.

Keperawatan  profesional  profesional secara umum merupakan merupakan tanggung

tanggung jawab seorang seorang perawat perawat yang selalu mengabdi kepada manusia
dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan

dengan benar (rasional) dan baik (etikal).

Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang

dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen  pelayanan

pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses

proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai

tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan  proaktif  proaktif

dalam menjalankan menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam

manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana

dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan

menurut Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu  pelayanan

keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat

fungsi manajemen antara lain perencanaan,  pengorganisasian,  pengorganisasian,

motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan

memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual

yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil bagi

masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat

prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan

dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta  perubahan

perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap

perubahan yang terjadi.

Ciri – ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar

profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi  pasien  pasien dan tenaga keperawatan,

keperawatan, memuaskan memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek

sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan

dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik. (Arwani, 2002)

Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan, asuhan

keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan asuhan keperawatan

yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan merupakan salah satu

pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatanprofesional  profesional yang

menjamin menjamin terwujudnya terwujudnya kesinambungan kesinambungan dalam

pemberihan pemberihan asuhan keperawatan dan akuntabilitas. (Nursalam, 2002)

Ruang Perinatologi RSUD Abepura dalam pengelolaan asuhan keperawatan

profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan keperawatan dengan metode TIM,

melalui kerja kelompok yang terkoordinasi dan kooperatif dapat terwujud pemberian

asuhan keperawatan yang menyeluruh lengkap terhadap pasien.

Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk

memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan

mampu memuaskan kebutuhan klien.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melakukan observasi terhadap pelaksanaan Praktik manajemen

keperawatan, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui keunggulan dan

kekurangan untuk memperbaiki sehingga dapat menerapkan prinsip-prinsip

manajemen keperawatan dengan menggunakan Model Praktik Keperawatan


Profesional (MPKP) secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap

kepemimpinan yang professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah membuat SWOT terhadap kegiatan praktek kepemimpinan dan

manajemen di ruang Bedah RSMM, mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mempelajari profil RSUD Abepura Jayapura dan Ruang Perinatologi .

2. Menganalisa situasi manajemen di ruang perinatologi RSUD Abepura

Jayapura.

3. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata di ruang

perinatologi RSUD Abepura Jayapura.

4. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan

bersama pihak ruang perinatologi RSUD Abepura Jayapura.

5. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan

penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.

6. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang

bersifat teknik operasional bagi ruang perinatologi RSUD Abepura Jayapura.

7. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah

yang disepakati bersama unit terkait di ruang perinatologi RSUD Abepura

Jayapura.

8. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan dan proses pada

manajemen keperawatan.

9. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait

diruang perinatologi RSUD Abepura Jayapura.


1.3 Manfaat Penulisan

Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkanakan

memberikan manfaat kepada :

a. Bagi ruang perinatologi RSUD Abepura Jayapura

1) Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan

dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.

2) Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun

rencana strategi.

3) Mempelajari penerapan MPKP secara optimal.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan

pelaksanaan MPKP di dalam Ruang Perinatologi RSUD Abepura.

e. Bagi Mahasiswa

Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Ruang

perinatologi RSUD Abepura, serta tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu

ruang rawat sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan

dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional


Keperawatan profesional Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang

profesional merupakan praktek keperawatan yangdilandasi oleh nilai-nilai profesional,

yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung

gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian

pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan terhadap kualitas pelayanan

keperawatan mendorong perubahan dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif

dan bermutu. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional diperlukan

sebuah pendekatan manajemen yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan

yang dapat mendukung penerapan perawatan yang profesional di rumah sakit[ CITATION

Mar10 \l 1033 ].

Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode pelayanan

keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk

lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP telah dilaksanakan

dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia sebagai suatu upaya manajemen

rumah sakit untuk meningkatkan asuhan keperawatan melalui beberapa kegiatan yang

menunjang kegiatan keperawatan profesional yang sistematik. Penerapan MPKP menjadi

salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan

kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan

antara lain melalui penerapan standar asuhan keperawatan.


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni:

standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi

tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas

produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut

sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan

kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud

[ CITATION Nur021 \l 1033 ].

Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sistem MAKP adalah suatu

bentuk pelayanan profesional yangmerupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatanyang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan,

pendidikan keperawatan,dan sistem MAKPuntuk mengatur pemberian asuhan

keperawatan.

2.2 Tujuan Model Keperawatan


Menurut Nursalam (2014), karakteristik ronde keperawatan sebagai berikut :

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap

anggota tim keperawatan

2.3 Komponen Model Keperawatan


Menurut Nursalam (2014), tujuan dari ronde keperawatan yaitu :

a. Nilai professional.

b. Pendekatan manajemen.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan.


d. Hubungan professional.

e. System penghargaan dan kompensasi.

2.4 Kualitas Pelayanan Keperawatan


Menurut Nursalam (2014), Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan

selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk :

a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.

b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.

c. Mempertahankan eksistensi institusi.

d. Meningkatkan kepuasan kerja.

e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.

f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar

2.5 Standar Praktik Keperawatan


Menurut Nursalam (2014), Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh

Depkes RI (1995) terdiri atas beberapa standar, yaitu:

a. Menghargai hak-hak pasien.

b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS).

c. Observasi keadaan pasien.

d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.

e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif.

f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif.

g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga.

h. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan dalam

upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 Kebutuhan Dasar Manusia dari

Henderson), meliputi:
1. Oksigen.

2. Cairan dan elektrolit.

3. Eliminasi.

4. Kemananan.

5. Kebersihan dan kenyamanan fisik.

6. Istirahat dan tidur.

7. Aktivitas dan gerak.

8. Spiritual.

9. Emosional.

10. Komunikasi.

11. Mencegah dan mengatasi risiko psikologis.

12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan.

13. Penyuluhan.

14. Rehabilitasi.
2.6 Model Praktik
Menurut Nursalam (2014), ada beberapa model praktik keperawatan yaitu :
1. Praktik keperawatan rumah sakit.

Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan

kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan

rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan

profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi keperawatan.

2. Praktik keperawatan rumah.

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/asuhan

keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan

oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat

profesional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok.

3. Praktik keperawatan berkelompok.

Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam

kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang

diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan

rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di masa depan.

Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di

rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.

4. Praktik keperawatan individual.

Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik

keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara

sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk

memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi


masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan

oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas

pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.

2.7 Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan

Pelaksanaan MPKP dalam satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga keperawatannya,

beberapa jenis tenaga yang ada meliputi kepala ruang rawat, Clinical care manager

(CCM), perawat primer (PP), serta perawat asosiet (PA). Peran dan fungsi antara PP dan

PA harus jelas dan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pada ruang rawat MPKP pemula,

kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII keperawatan dengan

pengalaman, dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S. Kep/Ners

dengan pengalaman[ CITATION Mar10 \l 1033 ].

Tugas dan tanggung jawab setiap jenis tenaga adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang adalah perawat dengan

kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun

b. Clinical care manager (CCM)


Clinical care manager adalah seseorang dengan pendidikan S1

Keperawatan/Ners, dengan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun

c. Perawat Primer (PP)


Perawat primer pada MPKP pemula adalah seorang yang berpendidikan DIII,

Tugas perawat primer adalah memimpin dan bertanggung jawab pada

pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan serta pendokumentasian dan

administrasi pada sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

Berpartisipasi dalam visite dokter, mengatasi permasalahan konflik pasien,

penunggu dan petugas di areanya, mengkoordinasikan proses pelayanan kepada


kepala ruangan mengatur dan memantau semua proses asuhan keperawatan di

area kelolaan, dan memastikan kelengkapan pendokumentasian dan administrasi

dari klien masuk sampai pulang.

d. Perawat Asosiet (PA)


Pada MPKP pemula perawat Asosiet adalah yang berpendidikan DIII

Keperawatan, dan tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpendidikan

SPK Tugas PA adalah bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien yang menjadi tanggungjawabnya. Melaksanakan

dokumentasi keperawatan, dan berkoordinasi dengan perawat primer untuk

pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengaturan tanggung jawab PP lebih

ditekankan pada pelaksanaan terapi keperawatan karena bentuk tindakannya

lebih pada interaksi, adaptasi yang memerlukan konsep analisa yang tinggi,

tindakan yang tidak memerlukan analisis dapat dilakukan oleh PA.

2.8 Dasar Pertimbangan MAKP


Menurut Nursalam (2014), dasar pertimbangan model metode asuhan keperawatan dapat
meliputi :
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang
oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.

2.9 Macam Metode Praktik Keperawatan Profesional


Menurut Nursalam (2014), dalam setiap perawat memiliki peran masing-masing
diantaranya :
a. Metode Fungsional
Metode Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang
lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan 3
kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat
yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud.Model
fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
1. Kelebihan Model Fungsional
1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
7) Lebih sedikit membutuhkan perawat
8) Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan
9) Para pekerja lebih mudah menyesuaikan tugas
10) Tugas cepat selesai
2. Kelemahan Model Fungsional
1) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
dalam penerapan proses keperawatan.
2) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
4) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
5) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat Hubungan perawat
dan klien sulit terbentuk
6) Tidak efektif
7) Membosankan
8) Komunikasi minimal
3. Struktur Model Keperawatan Fungsional

Kepala Ruangan

Perawat :
Perawat : Perawat : Bagian
Bertanggung Perawat :
Memberikan administrasi/
Jawab terhadap Merawat luka
Terapi Rumah Tangga
Obat

Pasien

Gambar 2.1

Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional [ CITATION Mar10 \l 1033 ]

b. Metode Keperawatan Total


Metode keperawatan asuhan pasien total adalah model pegelolaan asuhan pasien yang
paling tua. Pada metode ini, perawat mengmban tanggung jawab total untuk
memenuhi semua kebutuhan pasien yang dikelola selama waktu kerja mereka
[ CITATION Mar10 \l 1033 ].
Metode keperawatan Total yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan
untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/jaga selama
periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
Metode penugasan ini masih luas digunakan di rumah sakit dan lembaga perawatan
kesehatan di rumah. Struktur organisasi ini memberikan otonomi dan tanggung jawab
yang tinggi pada perawat. Mengelola pasien adalah tindakan yang sederhana dan
langsung serta tidak membutuhkan perencanaan seperti yang dibutuhkan metode
pemberi asuhan yang lain. Batas tanggung jawab dan pertanggungjawaban jelas.
Secara teori, Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama pasien mendapatkan asuhan yang holistic dan tidak terpisah-pisah selama waktu
kerja perawat.
1. Kelebihan :
1) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
2) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3) Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
4) Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif.
5) Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat.
6) Mendukung penerapan proses keperawatan.
2. Kekurangan :
1) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
2) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.

3. Struktur Model Keperawatan Total

Perawat Penanggung Jawab

Staf Keperawatan
Staf Keperawatan
Staf Keperawatan

Pasien/Klien
Pasien/Klien
Pasien/Klien

Gambar 2.2

Sistem pemberian asuhan keperawatan total [ CITATION Mar10 \l 1033 ]


c. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan

tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh

perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan

dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh

pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam

mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi

pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta

membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan

selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan /

asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun

1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim

dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk

menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model

tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien

di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional [ CITATION Nur021 \l

1033 ].

Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja

bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien

dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim 5 didasarkan

pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam

merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan

rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan

kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu

mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim

saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan


kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam

pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada

filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang

berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan

kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan

klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan

untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.

Menurut Nursalam (2014), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:

1) Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi

2) Anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

3) Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau

partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

4) Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada

kelompok pasien.

5) Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.

Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien,

laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan

kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.

1. Kelebihan

1) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif dan

holistik.

2) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

3) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.

4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.


5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

secara efektif.

6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat

menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara

keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai

kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.

7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.

2. Kelemahan

1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi

anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai

perawat pemimpin maupun perawat klinik.

2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak

diimplementasikan dengan total.

3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,

berlindung kepada anggota tim yang mampu.

5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.

6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

3. Tanggung jawab Kepala Ruang

1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan

keperawatan.
2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien.

3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.

4) Menjadi nara sumber bagi ketua tim.

5) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim

dalam pemberian asuhan keperawatan.

6) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.

7) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.

8) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.

9) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,

kemudian menindak lanjutinya.

10) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.

11) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

4. Tanggung jawab ketua tim

1) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.

2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang

didelegasikan oleh kepala ruangan.

3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan

keperawatan bersama-sama anggota timnya.

4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.

5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan

melalui konferens.

6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya.

7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan
8) Menyelenggarakan konferensi.

9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan.

10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya.

11) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

5. Tanggung jawab anggota tim

1) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

2) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan

berdasarkan respon klien.

3) Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan

asuhan keperawatan.

4) Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

5) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

6) Memberikan laporan

6. Struktur Model Keperawatan TIM

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3
Sistem pemberian asuhan keperawatan tim [ CITATION Mar10 \l 1033 ]
d. Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakanbeberapa

konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode

pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24

jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan

sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja,

perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika

perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada

perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh

perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan

mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer

tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer

mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak

dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan

kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut,

maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.

Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan

perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan

direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan

primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya

keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di

antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun
perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain

diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien.

Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena

memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif,

self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai 10

keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai

disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat

primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master

dalam bidang keperawatan.

1. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :


1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan

pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.

2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,

kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun

rencana perawatan.

3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer

kepada perawat sekunder selama shift lain.

4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.

5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

2. Kelebihan
1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan untuk pengembangan diri.

2) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan

motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.

3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer

dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.


4) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer

operasional dan administrasi.

5) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan

keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer

adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu

pengetahuan.

6) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang

kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat

diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaankliennya.

7) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.

8) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi

dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

9) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena

terpenuhi kebutuhannya secara individu.

10) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

11) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat

yang mengetahui semua tentang kliennya.

12) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

13) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

14) Metode ini mendukung pelayanan profesional.

15) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan

tetapi harus berkualitas tinggi.

3. Kelemahan
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki

akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan

keperawatan untuk klien.

3) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.

4) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama.

5) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

4. Ketenagaan metode primer

1) Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”

2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

4) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non

professional sebagai perawat asisten.

5. Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer

1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

2) Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer

3) Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

4) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

5) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

6. Tanggung jawab perawat primer

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

disiplin lain maupun perawat lain


5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

6) Menyipakan penyuluhan untuk pulang

7) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial

dimasyarakat

8) Membuat jadual perjanjian klinis

9) Mengadakan kunjungan rumah

7. Struktur Model Keperawatan Primer

Dokter Perawat Penanggung Jawab Sumber Daya Rumah Sakit

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat Associate (sore hari) Perawat Associate (malam hari)Associate (sesuai kebutuhan) (sepanjang hari)
Perawat

Gambar 2.4

Diagram system asuhan keperawatan primer [ CITATION Mar10 \l 1033 ]

e. Metode Modular
Metode Modular yaitu pengorganisasian pelayanan / asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok

klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan

memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien.

Metode modular atau metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan

keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer.

Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini

dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada

perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing

dan melatih non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam

keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan

oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.

Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat

jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam bekerja sama, dan

berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.

1. Kelebihan

1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik

dengan pertanggungjawaban yang jelas.

2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan

3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim,

cara ini efektif untuk belajar.

4) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

5) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

dengan aman dan efektif.

6) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral

7) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.

8) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat


9) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan

keperawatan

10) Lebih mencerminkan otonomi

11) Menurunkan dana perawatan

2. Kekurangan

1) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin

yang sederhana terlewatkan.

2) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung

jawab klien bertugas

3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional

4) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak

menggunakan perawat profesional.

5) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi

kesehatan/kedokteran

6) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

7) Masalah komunikasi

3. Tugas dan tanggungjawab kepala perawat

1) Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.

2) Memberikan motivasi pada staf perawat.

3) Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

4. Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler

1) Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional

untuk melaksanakan tindakan perawatan.

2) Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, merencanakan,

melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.


3) Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.

5. Tugas dan tanggung jawab anggota tim :

1) Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim

6. Struktur Model Keperawatan Modular

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.5

Sistem pemberian asuhan keperawatan modular [ CITATION Mar10 \l 1033 ]

f.Metode Kasus
Metode Kasus yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan dimana perawat

mampu memberikan asuhan keperawatan mencakup seluruh aspek keperawatan yg

dibutuhkan.Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap

pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan

pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa

diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan

komunitas.Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien

secarmenyeluruh, untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada pasien dengan

baik. Dalam metode ini dituntut kualitas serta kuantitas yang tinggi dari perawat,

sehingga metode ini sesuai jika digunakan untuk ruangan ICU ataupun ICCU.
1. Kelebihan :
1) Sederhana dan langsung

2) Garis pertanggung jawaban jelas

3) Kebutuhan pasien cepat terpenuhi

4) Memudahkan perencanaan tugas

5) Perawat lebih memahami kasus per kasus

2. Kekurangan :
1) Moral  perawat profesional melakukan tugas non profesional

2) Tidak dapat dikerjakan perawat non profesional

3) Membingungkan

4) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab

5) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama

3. Struktur Model Asuhan Keperawatan Kasus

Kepala Ruangan

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.6

Sistem pemberian asuhan keperawatan kasus [ CITATION Mar10 \l 1033 ]

2.10 Efisiensi Ruang Rawat

Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi


(BOR, LOS, TOI, BTO).

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatientbed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur ruang bedah RSMM Timika. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI,2005).

Jumlah pasien
BOR= x 100 %
JumlahTT

Jumlah px dalam30 hari


BOR= x 100 %
JumlahTT X 30 hari

2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization


stay ofinpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Lama hari perawatan


LOS= x 100 %
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidakditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambarantingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisipada kisaran 1-3 hari.

( jumlah tempat tidur x periode) – harirawat


TOI=
Jumlah pasien keluar

4. BTO (Bed Turn Over)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in
occupancy rateand length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi
pemakaiantempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam
satu satuanwaktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50kali.
Jumlah pasien keluar
BTO=
Jumlah tempat tidur

BAB III
GAMBARAN UMUM RUANG PERINATOLOGI
RSUD ABEPURA JAYAPURA

A. Gambaran umum RSUD Abepura Jayapura

RSUD Abepura Jayapura merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah propinsi

Papua yang terletak dikota Abepura distrik Abepura kelurahan Yobe.

RSUD Abepura sudah ada sejak perang dunia kedua pada jaman pemerintahan Beland

a yang bernama Rs Holland.

Pada awalnya RSUD Abepura bernama RS Pembantu Abepura yang kemudia

n diubah menjadi RSU Abepura sesuai surat gubernur KDH Propinsi Irian Jaya Nomo

r : 445/1019/SET/1990, 23 Maret 1990 dan surat dirjen yanmed No: 601/Yanmed/RS/

Budik/YMU/90, 24 Agustus 1990, SK gubernur KDH TK I Irian Jaya No: 204 tahun

1990 Selanjutnya sesuai SK Menkes No: 1183/Menkes/SK/XI/1994 dan keputusan m

endagri No: 117 tahun 1996 RSUD Abepura ditetapkan menjadi RS kelas D.

diresmikan oleh gubernur KDH Propinsi TK I Irian Jaya pada tanggal 19 Mei

1992 dengan kapasitas tempat tidur 159 buah. RSUD Abepura Jayapura kian berkemb

ang hingga kini RS ini berstatus RS tipe C dengan kapasitas tempat tidur 165 buah.

Jenis pelayanan di RSUD Abepura meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat i

nap. Rawat jalan meliputi : poli umum, poli anak, poli THT, poli bedah, poli syaraf, p

oli kebidanan, poli mata, poli kulit & kelamin, poli gigi, poli paru, poli gizi dan VCT.

sedangkan rawat inap meliputi ruang perawatan seperti ruang penyakit dalam pria, rua
ng penyakit dalam wanita, ruang bedah, ruang syaraf, ruang paru, ruang anak, ruang k

elas & VIP, ruang kebidanan, OK, ICU, IGD dan ruang perinatologi.

B. Visi dan Misi RSUD Abepura Jayapura

Visi , misi, semboyan, motto dan nilai-nilai yang diterapkan di RSUD Abepura

Jayapura :

1) Visi RSUD Abepura Jayapura

Rumah sakit umum Daerah Abepura sebagai rumah sakit rujukan regional wilayah

Tabi yang bangkit, mandiri, sejahtera dan menjadi terbaik dalam pelayanan di tana

h Papua Tahun 2020

2) Misi RSUD Abepura Jayapura

a) Meningkatkan derajat keimanan, pengetahuan, sikap , perilaku disiplin dan pro

fesional

b) Meningkatkan sistem manajemen Rumah Sakit yang bersih, transparant, bebas

korupsi, kerjasama tim dan berwibawa

c) Mewujudkan lingkungan Rumah Sakit Daerah Abepura yang bersih aman, tert

ib dan nyaman

d) Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit menjadi yang terbaik , holistik k

ompherensif, terintegrasi, beretika, bermoral, serta dipercaya dan di cintai oleh

masyarakat

3) Motto RSUD Abepura Jayapura

Rumah Sakit Umum Daerah abepura mempunyai Motto yaitu “ C E R I A”

 CEKATAN : setiap penanganan klien, dalam bertindak selalu cekatan , ce

pat, tepat dan teliti

 EFISIEN : setiap penanganan klien selalu bertindak efisien, efektif baik da

ri segi waktu, biaya dan material


 RAMAH : setia[p petugas dilingkungan RSUD Abepura selalu bersikap ra

mah kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan dan informasi tanp

a membedakan suku, golongan

 INDAH : selalu menjaga penampilan yang rapih dan menjaga kebersihan li

ngkungan Rumah Sakit sebagai cermin dan kesan pertama bagi pengnjung

Rumah Sakit

 AMAN : selalu memberikan rasa aman kepada klien dan keluarga, karyaw

an dan orang lain saat berada dilingkungan Rumag Sakit

4) Nilai- Nilai

 Integritas

 Kerjasama

 Kasih

 Kejujuran

 Profesional

5) Denah RSUD Abepura Jayapura


C. Profil ruangan perinatologi RSUD Abepura Jayapura, denah ruangan, struktur

organisasi

1) Gambaran ruangan perinatologi

Ruang perinatologi merupakan salah satu ruang rawat inap di rumah sakit umum d

aerah Abepura,ruangan perinatologi khusus merawat bayi baru lahir /neonatus usi

a 0 - 28 hari, terletak di sebelah timur, berada di lantai dua, diatas ruang bersalin,

ruang perinatologi memiliki 5 ruang rawat yaitu ruang NICU, SCN I, SCN IIA, S

CN IIB dan SCN III. Kapasitas tempat tidur yang tersedia di ruang Perinatologi

sebanyak 21 tempat tidur ( 10 inkubator + 11 box) dengan rincian :

 Ruang NICU terdiri dari 5 inkubator

 Ruang SCN I terdiri dari 3 inkubator

 Ruang SCN IIA terdiri dari 2 inkubator + 2 box

 Ruang SCN IIB terdiri dari 3 box

 Ruang SCN III terdiri dari 6 box

Setiap ruang perawatan terdapat 1 infant warmer/ radiant warmer yang digunakan

sebagai meja tindakan Selain ruang perawatan, ruang perinatologi juga memiliki ru

ang perawat + ruang administrasi, ruang dokter, ruang menyusui, dispensing obat +

ruang alkes + tempat Laken dan baju bayi, ruang dapur susu, ruang pencucian alat

3 kamar mandi.
2) Denah ruangan perinatologi RSUD Abepura Jayapura

Kamar mandi Dapur susu Tangga


Teras

Ruangan dispensing
Ruangan cuci alat
obat + tempat laken
Ruangan perawat + dan & pakaian +
ADM ruangan alkes

Ruangan SCN II a Luas ruangan 12x30 Ruangan SCN I

Ruangan SCN II

Ruangan NICU
Ruangan SCN III

Ruangan
menyusui/Laktasi
Gudang

Ruangan dokter
Balkon

Tangga
3) Struktur organisasi ruangan perinatologi RSUD Abepura Jayapura

KABID. KEPERAWATAN

Conny Tan,S.Kep.,Ns.,M.Kep

SUPERVISI RUANGAN

Agatha M. Dimara,S.Kep.,Ns

KEPALA RUANGAN

AI Haryani,S.Kep.,Ns

Ketua Tim A Ketua Tim B

Enik Chotimah,S.Kep.,Ns Novaly Rumaropen,S.Kep.,Ns

Anggota Anggota

1. Siti marlah,A.Mk 1. Lini Fitria,Amd.,Kep


2. Uli Pangabean,A.Mk 2. Dio Galuh,S.Kep.,Ns
3. Lilis hermawati,S.Kep 3. Kenny A.,S.Kep.,Ns
4. Yakomina watofa.,Amk 4. Lady Anoga,Amd.,Keb
5. Margareta pomasangk 5. Agustina
a.,Amd.Keb Tomatala.,Amd.,Keb
6. Kristin Bonai.,Amk 6. Lasmauli Sitinjak.,Amk
7. Lina Wally.,Amk 7. Farmasari.,STR
8. Novita 8. Juliana Nainggolan.,Amk
BAB IV
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA
PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Man

Gambaran ketenagaan perawat di ruang perinatologi RSUD Abepura Jayapura

No. Jenjang pendidikan Total Pelatihan


1. S1 Keperawatan Keterangan :
Setiap tahun ada
pelatihan yang di
ikuti oleh perawat
dan perawat yang
diikutkan dipilih
6 oleh Kepala
Ruangan.
2. D-III Keperawatan 13
3. D-IV Keperawatan 1
Total 20
Keterangan : D-III Keperawatan, terdapat 2 orang yang sedang ijin belajar S1
Keperawatan
Ruang Perinatologi RSUD Abepura Jayapura, memiliki tenaga perawat yang terdiri dari:
Lama Pendidikan
No Nama Jabatan Pelatihan yang pernah diikuti
bekerja terakhir
1. Ai haryani Kepala Ruangan 11Thn S1 kep - Pelatihan CI
- Manajemen bangsal
- NICU
- LEVEL II
- resusitasi neonatus
- PICC
- perawatan paliatif
- PERINASIA
- BHD
- PPI
- PONEK

2 Enik Chotimah Katim 20Thn S1 Kep - BHD,


Nicu, SCN 1 - BCTLS,
- NICU
- Resusitasi neonatus
- PICC
- PONEK
- Perawatan paliatif

3 Novaly rumaro Katim 15Thn S1 Kep - BHD


pen SCN 2A, 2B, SCN 3 - Penatalaksanaan BBLR
- Resusitasi neonatus
- PICC
- BTCLS
- PONEK

4 Siti Marlah PJ Shift 15 Thn D-III Kep - BHD,


- BTCLS
- NICU
- LEVEL II
- Resusitasi BBL,
- PICC
- PONEK
- Manajemen bangsal
- Transfer pasien

5 Novita F PJ Shift 10Thn D-III Kep - BHD


- Resusitasi BBL
- PICC
- NICU
Perhitungan ketenagaan

Perhitungan jumlah tenaga perawat yang ada di ruang perinatologi saat ini adalah berdasarka
n perhitungan gilis
TP = A x B x 365
(365-C)x jam kerja/hr

Keterangan :
A : jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B : sensus harian ( jlm pasien) → BOR x jlm tempat tidur
C : jumlah hari libur
365 : jumlah hari kerja selama 1 tahun
Jumlah tempat tidur : 21
BOR = 71 %
Jam kerja = 7 jam
Jam kerja efektif = 6 jam (total care)
Libur = 78 jam
Jumlah tenaga yg dibutuhkan adalah =
Jam kerja efektif x( BORxtempat tidur) x 365= 6 x (71%x21) x365
Jlm hari- libur x jam kerja (365 - 78) x 7
=32,652.9
2.009
= 16,253
Faktor koreksi:
 Loss day =jumlah libur x jlm perawat
287
= 78 x 16,253
287
= 4,417
 Tugas non keperawatan = jlm perawat+ loss day x 25%
= 16,253 +4,417 x 25%
= 20,67 x 25%
= 5,1167
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 16 + 4 + 5= 25 perawat
Jika kita menghitung jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien menu
rut DEPKES (2002):
Berdasarkan pengamatan perinatologi termasuk asuhan keperawatan maksimal (total care) de
ngan jumlah jam perawatan per hari adalah
6,16 x rata2 px/hari (15) = 92,4
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

TP =Jlm jam perawat diruangan/hr = 92,4 = 13,2


Jam efektif perawat 7

Faktor koreksi :
 Loss day = jlm hr minggu/thn + cuti+ hari besar x jlm perawat tersedia
Jumlah hari kerja
= 52+ 12+14 x 13,2 = 3,6 = 4
286
 Tugas non keprawatan
= Jumlah tenaga perawat + loss day x 25
100
= 13,2 + 4 x 25 = 4,3 = 4 orang
100
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan = 13+ 4 + 4 = 21 perawat
 BOR
jumla h h ari perawatan
x 100%
jumla h h ari TT × Jml h h ari persatuan waktu

355
= x 100%
21x31

355
= x 100%
651

= 54.5% (standar BOR 60-85)

 ALOS

jumlah hari perawatan pasien keluar


jmlh pasien keluar

355
=
52

= 6.8 = 7 hari (standar alos 6-9 hari)

 TOI

( jumlh tt×hr ) -hr perawatan


jmlh pasien keluar (hidup+mati)

(21×31)-355
=
52

651-355
=
52

296
=
52

= 5.69 = 6 hari ( standar TOI 1-3 hari)


2. Material and machine
a) Lokasi
Ruang perinatologi terletak di lantai 2 diatas ruang VK/ bersalin. Di ruang Peri

natologi terdapat beberapa ruangan yaitu, terdiri dari ruang NICU, ruang SCN

1, SCN 2A, SCN 2B, SCN3, ruang dispensing obat+alkes, ruang menyusui (L

aktasi), ruang administrasi kepru dan ruang pertemuan, ruang dokter, ruang pe

ralatan, toilet, ruang pencucian alat serta ruang /dapur susu.


b) Daftar alat medis dan non-medis yang ada didalam ruang perinatologi RSUD Abepura Jayapura

Daftar alat medis

No Nama Alat Jumlah Kondisi

1 inkubator 13 Baik

2 Infant warmer 7 4 baik 3 dlm perbaikan

3 Box bayi 10 Baik

4 Alat fototerapi 6 5 Baik 1 rusak berat

5 Standar infus 20 Baik

6 Monitor ttv 5 Baik

7 Buble cpap 8 6 Baik, 2 dlm perbaikan

8 kompresor 10 8 Baik, 2 perbaikan

9 Tpiece resusitator 3 Baik

10 ventilator 2 Baik

11 Troli emergenci 1 Baik

12 Regulator 02 20 Baik

13 suction 7 5Baik, 2 rusak

14 Gluco test 3 Baik


15 Inkubator tranport 2 Baik

16 Syiringe pump 8 Baik

17 Infusion pump 8 Baik

18 Radian warmer + auto breath 1 Baik

19 Timbangan bayi 5 4 Baik, 1 rusak

20 Timbangan diapers 1 Baik

21 Kom kecil 10 Baik

22 Kom besar 10 8 Baik, 2 rusak

23 nierbecken 10 Baik

24 Pinset chirurgis 10 Baik

25 Pinset anatomis 15 Baik

26 Meja mayo kecil 2 baik

27 Meja troli 1 Baik

28 Gunting TLP 10 Baik

29 Gunting verban 10 Baik

30 Gunting jaringan 3 Baik

31 Nalfuder 3 Baik

32 Klem arteri 6 Baik


33 Klem talipusat 6 Baik

34 Thermometer rectal 12 baik

35 Thermometer digital 15 5 baik, 10 rusak

36 stetoscope 10 baik

37 Nebulizer 5 baik

38 Laringoscope anak set 3 Baik

39 Ambu bag set 5 Baik

40 Hammer patela 1 baik


Alat tenun

No Nama Alat Jumlah Kondisi

1 Kain bedong bayi 300 Baik

2 Baju bayi 100 Baik

3 Popok/loyor bayi 100 Baik

4 Celana bayi 100 Baik

5 Topi bayi 30 Baik

6 Baju PMK/KMC 10 Baik

7 Baju jubah 30 Baik

8 Handuk bayi 50 Baik

9 Waslap 50 Baik

10 Penutup inkubator 20 Baik

11 Skort 5 Baik

12 Sprei 10 baik

13 Duk bolong kecil 10 Baik

14 Duk pengalas 10 Baik

15 Kelambu box bayi 10 Baik


Alat rumah tangga

No Nama Alat Jumlah Kondisi

1 Air conditioning 11 10baik 1 rusak

2 Lemari pakaian bayi 3 Baik

3 Loker kayu perawat 1 Baik

4 Cermin perawat 1 Baik

5 Dispencer hot-cool 1 rusak

6 Dispenser susu bayi 1 Baik

7 Loker besi perawat 1 Baik

8 Ember sedang 3 Baik

9 Ember kecil 5 Baik

10 Gayung mandi 4 Baik

11 Botol susu bayi / dot 30 Baik

12 Gelas pasien 10 Baik

13 Sendok obat 10 Baik

14 Ketel air panas 3 1Baik, 2 rusak

15 Kipas angin 1 baik

16 Kursi kayu 7 baik


17 Kursi kayu panjang 1 baik

18 Kursi kantor biru 8 2 rusak

19 Kursi stenlis panjang 1 baik

20 Meja kantor 5 baik

21 Tempat sampah besar 2 baik

22 Tempat sampah stenlis 8 baik

23 Tempat sampah plastik 4 baik

24 Ember besar tampungan a 3 baik


ir

25 Lemari alkes 1 baik

26 Lemari obat minum 1 Baik

27 Lemari alat reuseble 1 baik

28 Troli/ lemari obat pasien 1 baik

29 kulkas untuk obat 1 baik

30 Kulkas asi 1 baik

31 Cool box 2 Baik

32 Komputer 2 baik

33 Printer epson 1 baik

34 Kabel rol 10 2 rusak


35 Lemari file dan atk 3 baik

36 interkom 1 baik

37 Alat steril dot 3 2 baik, 1 rusak

38 Lemari penyimpanan DO 2 baik


T dan susu
Alat tulis kantor

No Nama Alat Jumlah Kondisi

1 Bantalan stempel 2 Baik

2 Cutter 2 Baik

3 Display book 10 Baik

4 File box 10 Baik

5 Gunting kertas 5 Baik

6 Kalkulator 3 1 rusak

7 Komputer 2 Baik

8 Lem kertas 1 Baik

9 Map plastik 5 Baik

10 Map status pasien 20 Baik

11 Meja kantor 5 Baik

12 Meja komputer 1 Baik

13 Staples besar 5 Baik

14 Staples kecil 8 Baik

15 Pensil grafik suhu 2 box Baik

16 Evavorator 5 Baik
17 Penggaris 4 Baik

18 Cap perawat 1 Baik

19 Cap dokter 1 Baik


c) Dokumentasi
1. Dokumen absensi perawat

2. Dokumen jadwal dinas/ presensi perawat

3. Dokumen penerimaan logistic

4. Daftar inventaris alat kesehatan dan non-alat kesehatan

5. Daftar pemberian obat (termasuk injeksi)

6. Buku laporan PJ Shift/ overan dinas

7. Buku TTV/ lembar observasi

8. Buku serah terima bayi

9. Lembar persetujuan/ penolakan tindakan Medis

10. Lembar persetujuan/ penolakan tindakan Transfusi

11. Lembar persetujuan/ penolakan tindakan Rawat Inap

12. Daftar pemberian Imunisasi

13. Daftar pemakaian stik GDS

14. Daftar pemakaian oksigen

15. Askep diisi dalam form NCP

16. CPPT diisi oleh dokter, perawat, gizi , farmasi dan penunjang lainnya

Daftar SPO keperawatan


1) Pengambilan sampel darah vena , ferifer

2) Penggantian gelang identitas pasien yang rusak

3) Pemasangan gelang identitas

4) Resusitasi BBL

5) Penghitungan denyut jantung( HR)

6) Pengukuran suhu badan melalui aksila

7) Pengukuran suhu badan melalui rektal


8) Penghitungan pernapasan

9) Pengukuran kadar oksigen dalam darah

10) Penimbangan berat badan pasien

11) Pengukuran tinggi badan/ PB

12) Memandikan bayi

13) Oral higiene

14) Mengganti diapers

15) Transfer pasien internal / external

16) Memasang Infus

17) Mengganti cairan infus

18) AFF infus

19) Pemasangan OGT

20) Aff OGT

21) Pemberian minum via OGT

22) Pemberian minum / oral

23) Memberi minum obat

24) Pemberian obat IM,IV

25) Mengganti alat tenun dengan pasien diatasnya

26) Cuci tangan dengan air yang mengalir

27) Nebulisasi

28) Cuci tangan dengan cairan berbasis alcohol

29) Mengukur keseimbangan cairan

30) Pemasangan foto terapi

31) Memfasilitasi ibu untuk PMK/KMC

32) Perawatan infus atau IV chateter


33) Merawat tali pusat

34) Menghisap lendir ( suction)

35) Pemberian obat tetes mata

36) Pemberian obat topikal

37) Pemberian kompres hangat

38) Pemberian terapi oksigen buble cpap

39) Perakitan buble cpap

40) Perakitan ventilator

41) Pemberian terapi oksigen menggunakan masker

42) Penggantian cairan intra vena

43) Pemberian tranfusi

44) Perawatan endo tracheal tube (ETT)

45) Uji toleransi lambung

46) Ekstubasi endo tracheal tube (ETT)

47) Melakukan resusitasi jantung paru

48) Melakukan VTP

49) Mengatur posisi midline control

50) Mengatur posisi prone

51) Mengatur posisi quarter proneMMemberikan posisi semifowler

52) Memberikan posisi miring

53) Pemeriksaan gula darah

54) Pemulangan bayi

55) Transfer internal

56) Transfer external

57) Pemasangan monitor


58) Memakaikan pakaian bayi

59) Perawatan paliatif

60) Manajemen nyeri


3. Methode
1. Fungsi-fungsi manajemen keperawatan
a) Penerapan sistem Tim + kasus

Asuhan keperawatan profesional yang dilakukan di ruang perina

saat ini adalah Metode Tim.Perawat ruangan dibagi menjadi 2 Tim

yang terdiri dari Tim A dan Tim B yang bertanggung jawab pada

Karu, TIM A bertanggung jawab pada ruang perawatan NICU dan

SCN I sedangkan tim B bertanggung jawab pada ruang perawatan

SCN 2A, 2B serta SCN 3.katim dibantu beberapa perawat pelaksan

a dalam memberikan asuhan keperawatan.

b) Timbang Terima

Pelaksanaan timbang terima di ruang perina saat ini dilakukan

dengan laporan di nurse station dipimpin oleh Ketua Tim A dan B

pada pagi hari dan perawat yang berjaga saat itu, katim akan

melaporkan ke PJ shift siang dan PJ shift siang ke PJ shift malam

maupun PJ shift malam ke PJ shift pagi. Timbang terima

melaporkan kondisi pasien terdokumentasi pada RM SOAP diakhir

shift dan handover pasien, namun pelaporan diagnosa keperawatan

belum dilaporkan, pelaporan vadidasi pasien dilaksanakan

bersamaan pada saat timbang terima diruang perawatan pasien

(tambahkan).

c) Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan belum dilaksanakan di ruang perina jarang dila

kukan, bila ada masalah terhadap asuhan keperawatan dibahas di

rapat Internal, atau rapat bulanan ruang perawatan.

d) Supervisi Keperawatan
Berdasarkan hasil pemanatauan, sudah ada prosedur pelaksanaan

supervisi yang dilakukan oleh sperawat supervisi maupun Kepala

Ruangan. Supervisi dilakukan setiap hari.

e) Discharge planning

Berdasarkan hasil pemantauan, discharge planning sudah

didokumentasikan di format catatan perkembangan dan nursing

resume. Keluarga Pasien diberi edukasi dan surat control/

discharge summary yang dilakukan oleh DPJP (Dokter

Penanggung Jawab Pasien).

f) Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat di ruang Perinatologi yaitu pengelolaan dan

pengawasan dilakukan oleh tenaga farmasi hanya terbatas

menyiapkan obat oral pada siang hari itupun tidak rutin karena

faktor beban kerja, obat diletakkan di tempat obat pasien sesuai

nama, RM, tgl lahir, pengelolaan injeksi tetap dilakukan oleh

perawat pada pagi, siang, dan sore.

g) Dokumentasi Keperawatan

Di ruangPerinatologi rsud Abepura memiliki: Standar asuhan

keperawatan (SAK) Neonatus 10 diagnosa keperawatan yang palin

g banyak ditegakkan adalah:

 Bersihan jalan nafas tidak efektif

 Pola nafas tidak efektif

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit

 Risiko infeksi
 Hipertermi

 Ikterus neonatorum

 Hipoglikemia

 Hiperglikemia

 Hipotermi

 Asuhan Keperawatan yang terdiri dari:

Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, tujuan dan

kriteria hasil, Intervensi keperawatan dan Implementasi

keperawatan, telah dibuat secara baku berupa formulir yang

akan diisi oleh perawat dinas pagi, siang dan malam.

Evaluasi keperawatan ditulis dalam lembar CPPT secara

(SOAP) dan diisi pada jam akhir setiap shift

 Hand over

Serah terima pasien dilakukan antar pj shif dan perawat pe

laksana diruang perawatan.

 Assessment resiko jatuh anak

Setiap pasien harus dilakukan asasment risiko jatuh, namu

n ruang perinatologi semua pasien mempunyai risiko jatu

h sehingg perlu diberikan label kuning segitiga risiko jatu

h pada box maupun inkubator.

 Assessment nyeri

Assassemen nyeri dilakukan pada setiap pasien setiap sh

if, menggunakan NIPS.

 Assessment pasien terminal


Untuk pasien pasien terminal, perawat perlu mengisi for

mulir pasien terminal

 Bundle dan HAIS Infus

 Nursing resume

Form ini diisi oleh perawat dan dokter ketika pasien aka

n pulang, resum diberikan kepada keluarga

h) Penerimaan Pasien Baru

Pasien baru diterima oleh perawat yang bertugas pada saat itu di

ruangan perina RSUD Abepura Jayapura. Prosedur  penerimaan

pasien baru diawali dengan penerimaan informasi (pemberitahuan)

dari IGD, PONEK, VK ataupun poliklinik ke katim / PJ Shift.

Kemudian perawat ruangan akan mempersiapkan ruangan dan

tempat tidur untuk  pasien baru. Penentuan ruangan berdasarkan

jenis pasien yang dirawat berdasarkan tinggkat kegawatan dan pem

akaian alat bantu pernafasan. Saat pasien masuk ke ruangan,

perawat akan menerima Rekam Medik yang terdiri general concern

yang memuat penjelasan hak dan kewajiban serta peraturan RS,

formulir pemberian informasi, Label dari identitas pasien rawat

inap, bila pasien direncanakan operasi surat persetujuan operasi ada

dilampirkan, hasil lab persiapan operasi terlampir di RM.


4. Money

Sumber dana operasional ruangan perinatologi, pendanaan alat kesehatan,

pendanaan fasilitas kesehatan bagi pasien, dan pendanaan bahan kesehatan (habis

pakai_BMHP) diperoleh dari DIPA lewat permintaan RKA (Rencana kerja

anggaran yang dimasukkan pada bulan Juni 2019 untuk realisasi anggaran tahun

2020. Sedangkan sumber kesejahteraan ruangan diperoleh dari Ruang Perinatologi

yaitu berasal dari jasa pelayanan yang diberikan berdasarkan jumlah pasien dan

tindakan yang dilakukan.

5. Market
Rincian Biaya Perawatan Di Ruang Perinatologi

No Jenis tindakan Jasa alat/rs Pelayanan


1 Akomodasi dan ruangan kls II/ NICU Rp 450.000/hr Rp. 405.000/hr
2 Tindakan medik
- kecil (resusitasi aspixia ringan) Rp. 35.000 Rp. 52.000
- sedang ( resusitasi aspixia ringan) Rp. 142.000 Rp. 213.000
- besar( resusitasi aspixia berat) Rp. 540.000 Rp. 810.000
3 Penggunaan alat elektromedik (canggih)
- Monitor Rp. 72 rb/hr Rp. 104.000/hr
- Inkubator Rp. 55.000/hr Rp. 83.000/hr
- Buble CPAP Rp. 55.000/hr Rp. 83.000/hr
-Ventilator Rp. 55.000/hr Rp. 83.000/hr
- neofuuf, HFN Rp. 55.000/hr Rp. 83.000/hr
- fototerapi Rp. 55.000/hr Rp. 83.000/hr

4 Konsultasi gizi Rp. 7000/hr Rp. 11.000/hr


5 Konsultasi medik:
- farmasiklinik Rp. 12.000/hr Rp. 13.000/hr

6 Lain-lain :
- oxigen Rp. 100.000/hr Rp. 70.000/hr
laundry Rp. 10.000/hr Rp. 10.000/hr
2.Analisa SWOT

Permasalahan Yang Ditemukan Di Ruang Perinatologi RSUD Abepura Jayapura

1. Man

Strength Weakness Opportunity Threatened


 SDM terdiri dari  Masih banyak  Adanya kesempatan untuk  Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk
Ners (6 orang), D3 perawat yg melanjutkan pendidikan ke jenjang pelayanan yang lebih profesional.
sebanyak (12orang, berpendidikan yang lebih tinggi (D3 ke Ners
dan D4 1orang). D3 Keperawatan)       Makin tingginya kesadaran masyarakat
 Adanya konflik akan hukum.
 Perawat di diperina peran perawat.  Adanya kebijakan pemerintah
diberikan  Kurangnya pera tentang profesionalisasi perawat
kesempatan untuk wat bersertifikas  Makin tinggi kesadaran masyarakat akan
melanjutkan i NICU ( 4 orang  Adanya program akreditasi RS pentingnya kesehatan.
pendidikan saat ini ) dari pemerintah dimana MAKP
hanya 2 orang ke merupakan salah satu penilaian
jenjang program  Persaingan antar RS yang semakin kuat.
Ners sampai dengan
selesai dan akan
diberikan  Terbatasnya kuota tenaga keperawatan
kesempatan bagi yang melanjutkan pendidikan tiap tahun
yang lainnya. (5 Orang).
Setelah selesai  Pelatihan Nicu hanya 1 orang / thn
tergantung dana DPA
2. Material

Strenght Weakness Opportunitiy Threatened


 Mempunyai  Papan Struktur organisasi  Ruang Perinatol  Adanya persaingan mutu pelayanan antar ruang diRSUD Abe
sarana dan ruangan perlu disesuaikan ogi abe telah me yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
prasarana untuk dengan MPKP yang benar. mpunyai ruang p aspek pelayanan kesehatan.
pasien dan tenaga  Kadang lap tangan/ tissue erawatan NICU  Pemahaman yang cukup terhadap penggunaan sarana dan
kesehatan tdk cukup habis sehingga yang prasarana yang ada diruang perinatologi dalam pencegahan
 Telah terdapat dibutuhkan penambahan memungkinkan infeksi nosokomial, safety pasien dan identifikasi pasien
petunjuk teknik pengadaanya untuk  Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi
cuci tangan yang  Terdapat beberapa alat sepe memperoleh sarana dan prasarana
benar yang dapat rti infant warmer yg rusak d fasilitas yang
dimanfaatkan oleh an harus menunggu spre par lengkap
semua pihak t yang tersedia. sehingga
 Telah tersedia  Ac diruang scn 2B yang rus ruangan
tempat sampah ak memiliki
yang berbeda  Ada beberapa wastafel kesempatan
untuk jenis yang bocor yang besar untuk
sampah medis, . melengkapi
domestik dan alat fasilitas
–alat tajam kesehatan yang
 Sudah terdapat belum tersedia
label nama alat
medis dan obat
medis di lemari
alat dan lemari
almed dilengkapi
dengan waktu
pemeliharaan dan
kartu penggunaan
alat
 Terdapat wastafel
yang disediakan d
i pintu masuk dan
setiap ruang pera
watan di ruang pe
rinatologi

3. Metode

Strenght Weakness Opportunitiy Threatened


 Ruang perinatol  Kepala ruangan belum  Rsud Abe merupakan  Adanya tuntutan akan pelayanan
ogi melakukan supervisi salah satu Rumah Sakit pe keperawatan yang lebih baik
menggunakan secara terjadwal merintah tipe C yang suda  Masih Kurangnya pemahaman tentang
MPKP dengan  Perlu revisi SPO Ruang p h terakreditasi MPKP.
metode Tim erinatologi  Adanya waktu untuk
 Timbang terima  Metode penugasan timbang terima dilakukan
sudah menjadi perawat adalah metode lebih maksimal lagi.
agenda tetap dan tim + kasus tetapi belum (kekuatan)
terjadwal. terlaksana secara optimal
 Perawat terlibat karena masalah
aktif. pemahaman pendidikan
D3 yang masih banyak
 Isi operan masih kurang
terarah pada masalah
keperawatan.

4. Money
Strenght Weakness Opportunitiy Threatened
 Seluruh kebutuhan ruangan  Sistem keuangan ruang p  Adanya  Penggantian barang yang rusak lama karena
merupakan tanggung jawab erinatologi RSUD ABep progam pengaturan keuangan.
RS. ura dengan sistem satu pemerintah  Barang yang emergency diusahakan pengadaan
 Pergantian alat yang rusak pintu (sentral) BPJS terlebih dahulu.
diruangan dilaporkan ke I menjadikan alokasi Kesehatan  Biaya pengeluaran pasien BPJS lebih besar daripada
PRS, bila tidak bisa pendanaan yang dan BPJS dana yang dibayarkan.
digunakan dibuat berita acara dibutuhkan ruangan Ketenagakerj
untuk dikembalikan ke gudan terealisasi dalam waktu aan,
g yang lama.

5. Market (Mutu pelayanan)


Strenght Weakness Opportunitiy Threatened
 Sistem pelayanan  Fasilitas ruang peri  Memberikan pelayanan  Adanya persaingan mutu pelayanan antar ruang
sudah optimal natologi RSUD ab keperawatan sesuai dengan di Rsud Abe yang secara langsung maupun tidak
 Ruangan perinatol e ada beberapa was kebutuhan dan kondisi pasien. langsung mempengaruhi aspek pelayanan
ogi memberikan tafel yg bocor kesehatan.
pelayanan kepada (material)  Memaksimalkan program terapi
pasien umum, KP obat dan keperawatan pada pasien.
S maupun BPJS
3.PRIORITAS MASALAH

Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks denganmemperhatikan aspek-

aspek sebagai berikut :

1. Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,

2. Severity(Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,

3. Manageability(Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah-masalah,

4. Nursing Concern(Nc), yaitu fokus pada Keperawatan,

5. Affordabilility(Af), yaitu ketersedian sumber daya.

Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan kriteria sebagai berikut :

- Nilai 1 = sangat kurang penting

- Nilai 2 = kurang penting

- Nilai 3 = cukup penting

- Nilai 4 = penting

- Nilai 5 = sangat penting


Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total skor


1 Belum optimalnya pelaksanaan
metode modifikasi Tim. 5 4 5 5 5 2500

2 Kurangnya perawat yg bersertifikasi


5 4 5 4 5 2500
NICU
3 Pelaksanaan timbang terima
(operan) keperawatan yang belum
efektif belum focus ke masalah 5 5 5 5 5 2000
keperawatan.

4 Ada 3 dari 7 infant warmer yang


5 4 4 5 5 2000
rusak
5 Terdapat Beberapa AC dan wastafel
yang tidak berfungsi. 5 4 4 5 5 2000

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui susunan prioritas masalah berdasarkan

urutan nilai tertinggi ke nilai terendah. Terdapat 5 masalah yang akan di coba untuk

diatasi, yaitu:

1. Belum optimalnya pelaksanaan metode modifikasi Tim.

2. Kurangnya perawat yang bersertifikasi NICU

3. Pelaksanaan timbang terima (operan) keperawatan yang belum efektif belum focus ke

masalah keperawatan

4. Adanya infant warmer yang rusak

5. Terdapat Beberapa AC dan wastafel yang tidak berfungs


4. PERENCANAAN TERKAIT MASALAH

No Masalah Alternaif pemecahan masalah Tujuan pemecahan masalah


1 Belum optimalnya Bersama kepala ruangan dan kasie. Setelah dilakukan rapat bersama kepala ruangan metode tim
pelaksanaan metode Profesi& askep melakukan rapat dan dapat berjalan secara optimal sehingga pelayanan kesehatan
modifikasi Tim. membuat rencana agar pelaksanaan metode kepada pasien dapat berjalan secara optimal.
tim berjalan secara optimal.

2 Kurangnya tenaga pe Bersama kepala ruangan melakukan Diharapkan semua perawat yang bekerja di ruang perinatologi
rawat bersertifikasi N diskusiuntukmemasukkan kegiatan pelatiha mempunyai sertifikasi NICU
ICU n NICU / tahun Minimal 2 orang dan meng
ajukan pada kabid keperawatan

3 Pelaksanaantimbang Bersama kepala ruangan melakukan Diharapkan timbang terima dapat berjalan dengan optimal
terima (operan) yang diskusiuntuk menerapkan pelaporan (melaporkan masalah keperawatan pasien).
belum optimal masalah keperawatan saat overan
dilakukan.

4 Adanya infant Bersama kepala ruangan mendiskusikan , Diharapkan adanya jadwal pemeliharaan alat secara berkala,
warmer dan alat pemeliharaan alat secara rutin, dan adanya dan pengoperasian alat sudah sesuai SOP
kesehatan yang rusak SOP pemakaian alat

5 Terdapat Beberapa Bersama kepala ruangan melakukan diskusi Setelah di lakukan diskusi bersama kepala ruangan di
AC dan wastafel bagaimana cara agar kasie logistik harapkan kepala ruangan tidak bosan mengingatkan kasie
yang tidak berfungsi. keperawatan lebih memperhatikan ruangan logistik keperawatan untuk memperhatikan sarana dan
(rusak /bocor) rawat inap yang tidak layak di gunakan prasarana dalam meningkatakan mutu pelayanan diRsud
karena ruangan yang sangat panas akibat Abepura tepatnya di ruang perinatologi.
tdk adanya ventilasi (design ruangan ber
AC). dan wastafel yang bocor dapat
meningkatkan angka infeksi diruangan
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai