Anda di halaman 1dari 14

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI

KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu :
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Devi Febriana
C1C019128

Mata Kuliah
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
KELAS R-10
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FILOSOFI RISET
AKUNTANSI KEPERILAKUAN”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Akuntansi Keperilakuan yang diampu oleh bapak Wirmie Eka Putra,
S.E.,M.Si. dan Riski Hernando, S.E., M.Sc. Saya berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. karena itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari maklah ini. Demikian apa yang bisa saya
sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Jambi, 21 Sepember 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu berlandaskan filosofi/filsafat. Semua
riset pada hakikatnya merupakan usaha mengungkap kebenaran. Hakikat filosofi adalah
kebenaran yang diperoleh melalui berpikir secara logis, sistematis, metodis. Kebenaran
adalah kenyataan apa adanya yang sesuai dengan logika sehat. Kebenaran juga sekaligus
menjadi tujuan pengembangan ilmu pengetahuan katena bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Berpikir logis adalah berpikir secara bernalar menurut logika yang diakui ilmu
pengetahuan dengan bebas sedalam-dalamnya sampai ke dasar permasalahan guna
mengungkapkan kebenaran. Sistematis adalah berpikir dan berbuat yang bersistem, yaitu
runtun, berurutan, dan tidak tumpang tindih. Metodis adalah berpikir dan berbuat menurut
metode tertentu yang kebenarannya diakui menurut penalaran.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu filsafat?


2. Bagaimana pendekatan filsafat riset akuntansi keperilakuan?
3. Bagaimana paradigma riset akuntansi keperilakuan?
4. Bagaimana peluang riset akuntansi keperilakuan pada lingkungan akuntansi?
5. Bagaimana teori keperilakuan tentang perusahaan?
6. Wawasan untuk masa depan?

C. Tujuan
Mengetahui tentang apa itu filsafat, pendekatan filsafat riset akuntansi keperilakuan,
paradigma riset akuntansi keperilakuan, peluang riset akuntansi keperilakuan pada
lingkungan akuntansi, teori keperilakuan tentang perusahaan, dan wawasan untuk masa
depan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.2 Mengenal Filsafat


Pengertian Filsafat
Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” (suka, cinta) dan
“sophia” (kebijaksanaan). Filsafat dapat didefinisikan dalam beragam istilah. Pertama, filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Kattsoff menyatakan karakteristik
filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut (Solihin, 2007).
1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif.
Metodologi Filsafat
Oleh karena filsafat berangkat dari rasa heran, bertanya, dan memikirkan tentang
asumsi-asumsi yang fundamental, maka diperlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Problematik filsafat tidak dapat dipecahkan
dengan sekadar mengumpulkan fakta. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode dasar untuk
penyelidikan filsafat adalah metode dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua
pendirian yang bertentangan. Dialektika merupakan perkembangan pemikiran dengan
memakai pertemuan (interplay) antaride. Pemikiran dialektika atau metode dialektika
berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argumen yang di dalamnya terjalin implikasi
bermacam-macam proses (sikap) yang saling memengaruhi.

1.3 Pendekatan Filsafat Riset Akuntansi Keperilakuan


Filososfi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)
Burrel dan Morgan (1979) mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi metateoretis
yang mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operandi dari ilmuwan yang
berada dalam paradigma tersebut. Burrel dam Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus
mampu melihat keterkaitan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya. Burrel dan
Morgan membagi asumsi tersebut ke dalam dua bagian, yaitu pendekatan subjektivisme dan
pendekatan objektivisme.
1. Pendekatan Subjektivisme (anti-positivism)
Subjektivitas adalah apa yang membuat kita sebagai subjek bukan objek. Subjektivitas
mencakup proses yang dilambangkan dengan istilah mental, pikiran, sadar, pengalaman,
agensi, kehendak, intensionalitas, pemikiran, perasaan, mengingat, menafsirkan, memahami,
belajar, dan jiwa. Sibjektivisme mendominasi metodologi riset kualitatif. Kecenderungan
subjektivitas dalam penelitian kualitatif (yang bertentangan dengan kecenderungan
objektivitas yang digambarkan dalam objektivisme) mengklaim bahwa dunia, termasuk dunia
psikologis subjek, tidak dapat diketahui. Akibatnya, peneliti membangun kesan dunia seperti
ia melihatnya, tanpa memperhatikan apakah kesan subjektif ini sesuai dengan kenyataan di
luar sana. Subjektivitas dalam penelitian kualitatif juga menetima laporan subjektif subjek
tentang psikologi meteka sebagai objek penelitian. Tujuannya adalah untuk memvalidasi
interpretasi subjektif, makna, dan pengertian.
2. Pendekatan Objektivisme (positivism)
Objektivisme adalah sebuah pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan
dari soal sederhana sampai dengan teori yang kompleks mempunyai sifat dan ciri yang
melampaui keyakinan dan kesadaran individu yang merancang dan memikirkannya. Titik
berat kaum objektivisme adalah penekanan pada sifat pernyataan sederhana yang di
dalamnya mempunyai sifat tertentu, tidak peduli apakah individu tersebut menyadari atau
tidak, meyakini atau tidak. Hal yang menguntungkan kaum objektivisme bahwa teori ilmiah
dapat atau sering mempunyai konsekuensi yang tidak dimaksudkan sebagaimana pada
mulanya dan tidak disadari oleh orang yang pertama kali mengusulkan teori tersebut.
Nominalisme-Realisme:Debat Ontologi
Aliran nominalisme mendasarkan diri pada asumsi bahwa dunia sosial berada di luar individu
dan tidak lebih dari nama, konsep, dan label yang digunakan untuk membentuk realitas.
Aliran realisme menyatakan bahwa dunia sosial berada di luar individu adalah suatu dunia
nyata yang terbentuk dari struktur yang keras, nyata, dan relatif kuat, dan secara realitas.
Antipositivisme-Positivisme:Debat Epistemologi
Antipositivisme pada dasarnya berusaha untuk mencari aturan atau dasar kebiasaan dalam
dunia sosial. Aliran positivisme menjelaskan dan memperkirakan apa yang terjadi dalam
dunia sosial dengan meneliti kebiasaan serta hubungan kausal antara elemen-elemen yang
saling berhubungan. Intinya adalah berdasarkan pada pendekatan tradisional yang didominasi
ilmu natural.
Voluntarisme-Determinisme:Debat Hakikat Manusia
Aliran determinisme memandang bahwa manusia dan aktivitasnya sangat ditentukan oleh
situasi atau “lingkungan” tempat ia berada. Sebaliknya, aliran voluntarisme memandang
bahwa manusia sangat mandiri dan bebas.
Ideografis-Nomotetik:Metodologi
Pendekatan ideografis memendang bahwa seseorang hanya dapat memahami suatu dunia
sosial dengan mengumpulkan informasi atau pengetahuan tangan pertama dari subjek dengan
mendekatkan peneliti dengan subjek yang didapatkan secara detail dan lengkap mengenai
sejarah dan latar belakang. Sebaliknya, pendekatan nomotetik menekankan pada pentingnya
pelaksanaan penelitian berdasarkan pada teknik dan protokol sistematis, dimana difokuskan
pada proses pengujian hipotesis dengan serangkaian tes, teknik kuantitatif untuk analisis data,
survei, kuesioner, tes kepribadian, maupun alat pengujian standar lainnya.

1.4 Paradigma Riset Akuntansi Keperilakuan


Paradigma Fungsionalisme/Positivistik
Paradigma fungsionalisme/positivistik adalah paradigma yang muncul paling awal
dalam dunia ilmu pengetahuan. Paradigma ini memiliki pendekatan yang berusaha untuk
menjelaskan hubungan sosial dengan pemikiran yang rasional, dengan orientasi yang
pragmatik berkaitan dengan pengetahuan tepat guna dan mengedepankan regulasi yang
efektif serta pengendalian hubungan sosial. Peneliti akuntansi utama sangat yakin bahwa
satu-satunya metode yang dapat digunakan untuk membangun ilmu pengetahuan akuntansi
adalah metode ilmiah. Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila memenuhi tiga komponen
berikut.
1. Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hukum umum.
2. Mengandung prakondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan-
pernyataan hasil observasi.
3. Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan.
Pengujian empiris dalam filsafat dinyatakan dengan dua cara.
1. Dalam aliran positivisme ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi
independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran
teori (pendekatan hypothetico-deductive).
2. Dalam pandangan Popperian, karena pernyataan hasil observasi merupakan teori
yang dependen dan dapat dipalsukan (falsible), maka teori-teori ilmiah tidak dapat
dibuktikan kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak.
Paradigma Interpretif
Paradigma interpretif juga disebut interaksionis subjektif (subjective interactionist).
Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada peranan
bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial. Pendekatan ini berfokus pada sifat
subjektif dunia sosial dan berusaha memahami kerangka berpikir objek yang sedang
dipelajarinya. Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi dan interaksionisme
simbolis fenomenologis yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis, dan
fenomenologis. Tujuan pendekatan interpretif ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara
realitas sosial tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini.
1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara
lapangan, dan analisis historis.
2. Metode Foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai
pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a historical” atau
“antiquarian.”
Paradigma Strukturalisme Radikal
Aliran alternatif lainnya adalah strukturalisme radikal yang mempunyai kesamaan
dengan fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan
ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai
dasar dari produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia
sosial sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu.
Paradigma Humanis Radikal
Riset akan diklasifikasikan dalam paradigma humanis radikal (radical humanist) jika
didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas. Pendekatan kritis
Habermas melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan”
(life world), yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat
dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial
dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua kelompok, sebagai berikut.
1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan sistem
informasi manajemen.
2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan sistem
yang akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sistem bukan
merupakan interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai
kepentingan.
Paradigma Posmodernisme
Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa
paradigma yang ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernisme) menolak pendapat
modernisme yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju, untuk
memperbaiki dirinya sendiri dan berpikir secara rasional. Menurut paradigma
posmodernisme, kebenaran itu tidak bisa dibayangkan, oleh sebab itu setiap manusia harus
aktif untuk membangun kebenaran itu sendiri.
Paradigma Akuntansi Kritis
Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial kritis.
Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui sebuah derivatif
filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena itu, teori ini tidak
berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis
penilaian, dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang didasarkan pada konsep
ekonomi marginalis. Akuntansi kritis berbeda dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area
riset lainnya sebagaimana didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya diasumsikan
sebagai sesuatu yang jelas bagi para peneliti dan bidang investigasinya.

1.5 Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan Pada Lingkungan Akuntansi


Pemeriksaan Akuntansi (Auditing)
Penjelasan dari bagian ini berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit, dan
telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan auditor, seperti
perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya perkembangan yang berorientasi
kognitif. Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang merupakan fokus terhadap:
1. Karakteristik pengetahuan yang dihubungkan dengan pengalaman (yang meliputi
bagaimana pengetahuan itu diperoleh);
2. Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan variabel organisasi
atau lingkungan;
3. Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.
Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akuntansi keperilakuan. Ada dua
alasan untuk hal ini, yaitu:
1. Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kinerja.
2. Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif dalam
mengidentifikasi domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.
Riset ini menyarankan bahwa terdapat suatu peluang yang berhubungan dengan pemahaman
dan evaluasi hasil keputusan audit.
Akuntansi Keuangan
Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit diidentifikasikan. Oleh karena pemakai
informasi keuangan membuat keputusan secara individual dan dalam kelompok kecil, riset
akuntansi keperilakuan dapat membuat suatu kontribusi penting pada bidang ini. Selain itu,
berikut beberapa alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin
memberikan kontribusi yang lebih besar di masa mendatang.
1. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar
modal dengan ekspektasi naif.
2. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan berpotensi
memberikan kontribusi yang lebih besar berhubungan dengan keuntungan dari
riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit.
Akuntansi Manajemen
Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam
bidang akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan
riset yang sama dalam akuntansi keuangan, dan memungkinkan pencerminan tradisi lama
yang berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. Riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen hanya merupakan subbidang akuntansi
yang telah memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi terhadap perilaku. Riset ini
menguji fungsi akuntansi, seperti anggaran dan standar memengaruhi motivasi, umpan balik,
dan kinerja.
Sistem Informasi Akuntansi
Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akuntansi
adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akuntansi
yang lebih awal sekalipun. Jelas bahwa desain sistem memengaruhi penggunaan informasi.
Riset ini akan lebih berhasil jika difokuskan pada domain spesifik dari variabel-variabel yang
unik dalam sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi, seperti standar profesi dan
analisis pengecualian.
Perpajakan
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada
kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk
bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
audit.
Pertumbuhan Riset Perilaku
Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap
akuntansi merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset. Secara substansial, persentase
penulis artikel lebih besar daripada persentase yang berhubungan dengan staf pengajar
sebagai calon perilaku. Terdapat beberapa kombinasi dari tiga faktor utama.
1. Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan lebih banyak
artikel yang diterbikan oleh kedua jurnal di atas.
2. Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara dilakukan dalam
bidang ini, belum ada calonnya.
3. Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.
Perkembangan Terakhir
Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara,
yaitu sebagai berikut.
1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan.
2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap
model perilaku individu.
Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga paling baik dipresentasikan dalam
artikel yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan Behavioral
Research in Accounting. Selanjutnya, urutan berikutnya diduduki oleh bidang akuntansi
manajemen yang hampir mencapai seperempat dari total penerbitan, sementara sisanya
merupakan subbidang lainnya. Fokus riset akuntansi keperilakuan saat ini adalah pada
pengaruh variabel psikologi, lingkungan, dan organisasi terhadap perilaku.

1.6 Teori Keperilakuan Tentang Perusahaan


Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu kesatuan
terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Agar lebih spesifik, teori
modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang dipastikan berkaitan dengan
tujuan, motivasi, dan karakteristik menyelesaikan masalah anggota-anggotanya. Tujuan
organisasi akan dipandang sebagai berikut.
1. Hasil pengaruh dari permulaan proses antar-peserta organisasi.
2. Penentu batas pengambilan keputusan perusahaan dan penyelesaian masalah
aktivitas.
3. Perannya di dalam sistem pengawasan internal adalah untuk memotivasi peserta,
di mana derajat tingkat kepuasan kerja anggotanya akan diuraikan dalam
kaitannya dengan tujuan pribadi mereka yang saling tumpang-tindih dengan
tujuan organisasi, dan sampai sejauh mana karyawan memandang perusahaan
sebagai hal yang membantu penerimaan tujuan pribadi mereka.
Model Motivasi Dari Perilaku Manajerial
Pengujian terhadap literator berdasarkan organisasi motivasi mengungkapkan bahwa
kebanyakan dari penulisan (empiris dan teoretis) sebenarnya mendasarkan tulisannya pada
motivasi partisipan dari tingkat yang lebih rendah. Selain itu, dari sejumlah teori, ada yang
telah mencoba untuk menguraikan motivasi manusia secara umum dan telah diberlakukan
bagi perilaku keorganisasian. Luthans dan asistennya mempelajari lebih dari 450 manajer.
Apa yang mereka temukan adalah para manajer ini melakukan empat kegiatan manajerial
berikut.
1. Manajemen tradisional: mengambil keputusan, merencanakan, dan
mengendalikan.
2. Komunikasi: mempertemukan informasi rutin dan memproses dokumen.
3. Manajemen sumber daya manusia: memotivasi, mendisiplinkan, mengelola
konflik, pengisian staf(staffing), dan melatih.
4. Membentuk jaringan: bersosialisasi, berpolitik, dan berinteraksi dengan orang-
orang luar.

1.7 Wawasan Untuk Masa Depan


Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan berkurang
jumlahnya. Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung menjadi lebih mahal
dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit melakukan pekerjaan
tersebut. Tidak ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan pemahaman seseorang terhadap
satu fenomena, kecuali dengan melakukan riset dan menulis tentang fenomena tersebut
kepada orang lain dan melakukan berbagai perbaikan. Adanya penghargaan seperti
penghargaan akademis (academic rewards), baik terhadap riset maupun kegiatan pengajaran
yang secara tidak langsung akan mendorong pengembangan riset, merupakan suatu
keuntungan guna mengangkat dan menganalisis masalah terbaru. Di masa mendatang, apakah
setiap individu akan melakukan pelatihan yang lebih baik dengan kemampuan untuk menarik
identifikasi atas masalah yang mudah dilakukan dan bekerja dengan ketekunan dan keuletan
agar berhasil dengan disiplin ini? Apakah paradigma perilaku yang terus berlanjut
berkembang untuk menjadi dewasa dan berhasil dengan baik adalah tanggung jawab para
peneliti, khususnya peneliti akuntansi keperilakuan.
BAB III

PENUTUP

1.8 Kesimpulan
Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” (suka, cinta) dan
“sophia” (kebijaksanaan). Filsafat dapat didefinisikan dalam beragam istilah. Pertama, filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Problematik filsafat tidak dapat
dipecahkan dengan sekadar mengumpulkan fakta. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode
dasar untuk penyelidikan filsafat adalah metode dialektika. Paradigma riset akuntansi
keperilakuan ada paradigma fungsionalisme/positivistik, paradigma interpretif, paradigma
strukturalisme radikal, paradigma humanis radikal, paradigma posmodernisme, paradigma
akuntansi kritis. Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan
berkurang jumlahnya. Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung menjadi lebih mahal
dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit melakukan pekerjaan
tersebut. Tidak ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan pemahaman seseorang terhadap
satu fenomena, kecuali dengan melakukan riset dan menulis tentang fenomena tersebut
kepada orang lain dan melakukan berbagai perbaikan. Adanya penghargaan seperti
penghargaan akademis (academic rewards), baik terhadap riset maupun kegiatan pengajaran
yang secara tidak langsung akan mendorong pengembangan riset, merupakan suatu
keuntungan guna mengangkat dan menganalisis masalah terbaru.

Anda mungkin juga menyukai