Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L ) merupakan salah satu
komoditi andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian
Indonesia terutama dalam penyedian lapangan kerja, sumber pendapatan
petani dan sumber devisa Negara. Luas areal Kakao Indonesia pada tahun
2018 mencapai 1.678.000 ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat
(97%) dengan produksi 593,83 ton, sehingga menempatkan Indonesia
sebagia produsen kakao terbesar keempat didunia.Hal ini mengindikasi
peran penting kakao baik sebagai sumber lapangan kerja maupun
pendapatan bagi petani. Disamping itu, areal dan produksi kakao
Indonesia meningkat pesat pada decade terakhir, dengan laju 5,99%
pertahun (Ditjenbun,2019).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu
memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.
Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan
dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas CPO dan karet.
Pada tahun 2006 ekspor kakao mencapai US$ 975 juta atau meningkat
24,2% dibanding tahun sebelumnya (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil kakao di
Indonesia, meskipun areanya relatif kecil di bandingkan dengan Sulawesi
selatan dan Sulawesi tengah, tapi bagi petani di beberapa tempat di
Kalimantan timur,komoditi tersebut di jadikan sebagai mata pencaharian
yang utama. Beberapa daerah yang tercatat sebagai sentra penanaman
kakao diKalimantan timur antara lain kabupaten Berau ( Kecamatan
Sebaliung ) dan kabupaten Kutai Timur ( Kecamatan Busang ).dibeberapa
tempat lain juga terdapat areal perkebunan kakao dalam luas yang relative
kecil.luas areal perkebunan kakao menurut statistik tahun 2019 sebesar
7.328 ha dengan produktifitas biji kering sejumlah 2.513 ton ( Disbun
kaltim, 2019).
Menurut Ismail (2012) ada empat fungsi media tanam
untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik, yaitu sebagai
2

tempatunsur hara, mampu memegang air yang tersedia bagi tanaman,


dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan atmosfer di atas
media dan harus dapat menyokong pertumbuhan tanaman.
Menurut Riyanti (2009), media tanam yang baik harus memiliki
persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman,memiliki
kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, mampu mengontrol kelebihan air serta memiliki sirkulasi udara
yang baik,dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman
dan tidak mudah lapuk atau rapuh.
Beberapa jenis bahan yang dapat dijadikan sebagai media tanam
diantaranya tanah lapisan top soil, pasir, pupuk kandang, arang
sekam/sekam padi, sabut kelapa/cocopeat dan masih banyak
lainnya.Masing-masing bahan organic tersebut memiliki manfaat dan
keunggulan sehingga dapat digunakan dalam upaya peningkatan kualitas
pembibitan.

Menurut Tumpal dkk.(2011) pembibitan yang baik diharapkan


dapat menghasilkan tanaman kakao dengan kualitas yang tinggi dan
menghasilkan mutu produk yang baik. Salah satu cara penyediaan bibit
bermutu ialah dengan memperhatikan media tanam. Media tanam sangat
penting dan berketaitan erat terhadap pertumbuhan tanaman. Media tanam
yang baik akan berpengaruh terhadap proses serapan hara dan perakaran
tanaman sehingga tanaman akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal.
1.2 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1.Untuk Mendapatkan media tanam yang baik terhadap pertumbuhan bibit
kakao.
2.Untuk mendapatkan dosis pupuk NPK Phonska terhadap bibit kakao.
3.Untuk mengatahui intraksi media tanaman dan pemberian pupuk NPK
Phonska terhadap pertumbuhan bibit kakao.
1.3 Hipotesis
3

1.Diduga dengan media tanam tanah ditambah sekam padi dan pupuk
kandang sapi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao.
2.Diduga dengan adanya pemberian pupuk NPK Phonska dengan dosis 10
gram berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.
3.Diduga adanya interaksi antara media tanam tanah ditambah sekam padi
dan pupuk kandang sapi serta dosis pupuk NPK Phonska berpengaruh
nyata pada pertumbuhan tanaman kakao.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Sebagai dasar rujukan tentang pengaruh pupuk NPK Phonska yang
mempunyai pengaruh nyata terhadap berbagai jenis media tanam.
2.Memberikan informasi kepada pembaca tentang penggunaan pupuk
NPK Phonska dalam aplikasi.
3.Sebagai bahan rujukan bagi penelitian yang akan datang agar dapat
memperbaiki kesalahan dan Kekurangan yang ada.
4

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kakao
Kakao merupakan tanaman asli Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Penduduk yang pertama kali mengusahakan kakao serta
menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku
indian maya dan astek di daerah-daerah antara 100 LU 100 LS. Didaerah
asalnya, kakao merupakan tanaman hutan tropika (basah) di dataran
rendah dan tumbuh dibawah pohon-pohon besar (Lukito, 2010).
2.2 Sistematika Tanaman Kakao
Adapun sistematika yang menurut klasifikasi botanis adalah
sebagai berikut (Kristanto, 2011):
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub-division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub-class : Dialypetalae
Order : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao L.
Beberapa sifat (penciri) dari buah dan biji digunakan sebagai dasar
klasifikasi dalam sistem taksonomi. Tanaman kakao yang di tanam di
perkebunan pada umumnya alah kakao jenis forastero (bulk cocoa atau
kakao lindak), criolo (fine cocoa atau kakao mulia), dan hibrida (hasil
persilangan antara jenis forastero dan criolo). Pada perkebunan-
perkebunan besar biasanya kakao yang di budidayakan adalah jenis mulia.
(Kristanto, 2011).
2.3 Morfologi Tanaman Kakao
1. Akar
Akar kakao adalah akar tunggang (Radix Primaria). Pembentukan
akar bisa mencapai 15 meter kearah samping dan 8 meter kearah bawah,
5

kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak


menumbuhkan akar tunggang melainkan akar serabut yang banyak
jumlahnya, setelah dewasa tanaman kakao dua akar yang mempunyai akar
tunggang. Perkembangan akar sangat baik oleh struktur tanah, air tanah
dan air aerasi didalam tanah, pada tanah drainasenya jelek dan permukaan
air tanah tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih 45 cm.
Keterbatasan akar kakao untuk berkembang pada tanah yang permukaan
airnya ekstrim pembatas penanaman kakao didaerah pantai. Akar
kecambah yang telah berumur 1-2 minggu biasanya menumbuhkan akar-
akar cabang radix lateralis dari akar cabang ini tumbuh akar-akar rambut
fibrilia yang jumlahnya sangat banyak. Pada bagian ujung akar terdapat
bulu akar yang dilindungi tudung akar kaliptra. Bulu akar inilah yang
berfungsi yang menghisap dan panjangnya maksimum hanya 1mm
(Siregar, 2014).
Akar kakao sangat peka pada hambatan, baik berupa batu, maupun
air tanah. Apabila selama pertumbuhan, akar menjumpai batu, akar
tunggang akan membelah diri menjadi dua dan masing-masing tumbuh
mengarah ke dalam tanah. Apabila batu yang dijumpai terlalu besar,
sebagian akar lateral mengambil alih fungsi akar tunggang dengan tumbuh
ke bawah. Apabila permukaan air tanah yang dijumpai, akar tunggang
tidak berkembang sama sekali. (Ginting dkk., 2014).
2.Batang dan Cabang
Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan dikebun maka tinggi
tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8-3 meter dan pada umur 12
tahun dapat mencapai 4,5-7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam,
dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang
tersedia. Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,1-1,5 meter
akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat
percabangan pola dan percabangan ortotrop dan plagitrop karena ruas-
ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut dan kuncup ketiak
daun serta tunas daun tidak berkembang (Kristanto, 2011).
6

3.Daun
Sama dengan sifat percabangnya, daun kakao juga bersifat
dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10
cm. Sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya
sekitar 2,5 cm. Daun kakao ada dua persendian (articulation) yang terletak
dipangkal dan ujung tangkai daun yang membuat daun mampu membuat
gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.
Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing dan pangkal
daun meruncing, susunan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai
daun, tetapi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa
hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan
lebarnya 10 cm permukaan daun licin. (Kristanto, 2011).
4.Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan
berkembangnya dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat
tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal
atau bisa disebut dengan bantalan bunga (cushioll). Bunga kakao
mempunyai rumus K5C5A5+5G artinya, bunga disusun oleh terdiri dari 5
daun kelopak yang satu sama yg lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari
yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai
sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga kakao berwarna putih ungu atau kemerahan. Warna bunga
ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5
cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian
pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua
garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel dan
berwarna putih. (Kristanto, 2011).
5.Buah dan Biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya
ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau
agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah
7

yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga


(orange). Kulit buah memliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya
berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit
buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe
forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis,
tetapi dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat
itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan
faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah. (Kristanto, 2011).
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman Kakao,seperti curah hujan, suhu dan ketinggian
tempat dan keadaan tanah ( Azzamy, 2016).
1. Curah hujan
Curah hujan yang berhubugan dengan pertanaman dan jumlah buah
kakao ialah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan
masa pembentukan tunas muda dan jumlah buah. Areal penanaman kakao
yang ideal adalah daerah-daerah dengan curah hujan 1.100-3000 mm per
tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya
berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah (blask pods). Daerah
yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm pertahun masih dapat
ditanami kakao, tetapi membutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air
yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima
tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman harus dipasok dengan air
irigasi ( Azzamy, 2016).
2. Suhu
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis
yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi
intensitas sinar matahari. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti
tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan
tanaman relatif pendek,
8

Selain cahaya sinar matahari, curah hujan dan suhu merupakan


bagian dari faktor iklim yang menentukan dalam budidaya tanaman kakao.
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan budidaya kakao
adalah distribusinya sepanjang sepanjang tahun.hal tersebut berkaitan
dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi. Areal
pertanaman kakao yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100-
3.000 mm per tahun.
Temperatur suhu juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan
flus, pembungaan, dan kerusakan daun. Temperatur suhu yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman kakao adalah 300C-320C (maksimum) dan 180C –
210C ( maksimum) (Siregar dkk, 2014).
Wilayah Kalimantan Timur memiliki curah hujan 2.069-2.990 mm
per tahun dan temperature rata-rata 27,8 0C. Hal ini menunjukan kesesuaian
syarat tumbuh tanaman kakao dengan keadaan iklim di wilayah tersebut
( BPS, 2017).
1. Keadaan Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
memiliki tingkat kemasaman (pH) 6-7,5, setidaknya pada kedalaman 1 m.
Hal itu di sebabkan terbatasnya ketersediaan unsur hara pada pH tinggi
dan efek racun dari AL,Mn, dan Fe pada Ph rendah. Disamping faktor
kesamaan tanah, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar
zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatnya laju
pertumbuhan pada masa sebelum panen (TBM). Oleh karena itu, zat
organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3%.
Kadar tersebut setara dengan 1,75% unsur karbon yang dapat
menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat
dan berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20%
debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara
serta aerasi tanah. Dengan kedalam air tanah yang disyaratkan untuk
tanaman kakao adalah minimal 3 m. kemiringan lahan 8% dan 25%
9

masing-masing dibuat teras dengan lebar 1 m dan 1,5m. Lahan yang


kemiringannya lebih dari 40% sebaiknya tidak di tanami kakao (Siregar
dkk, 2014).
Wilayah Kalimantan Timur memiliki pH tanah sekitar 4,50 dan
kadar C- organik sekitar 1,24%. Tekstur tanah wilayah Kalimantan Timur
adalah 31% fraksi pasir, dan 39% fraksi debu (Suharta,2010).
2.5 Pupuk NPK Phonska
Pupuk NPK Phonska berbentuk butiran ( granul) berwarna merah
jambu, bersifat higroskopis yaitu mudah menyerap air sehingga mudah
larut dalam air, mudah diserap oleh tanaman, memiliki kandungan unsur
yang lengkap. Pupuk merupakan unsur hara yang ditambahkan ke dalam
tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Salah satu pupuk
yang digunakan petani sebagai penyubur tanah adalah NPK. Pupuk yang
mengandung NPK memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ( Hanafiah, 2010).
Pupuk mejemuk ( NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik
yang dapat digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan
unsur hara makro (N, P dan K ) menggantikan pupuk tunggal seperti Urea,
SP-36, dan KCL yang kadang –kadang susah diperoleh di pasaran dan
sangat mahal. Pupuk NPK Phonska (15:15:15) merupakan salah satu
produk pupuk NPK yang telah beredar di pasaran dengan kandungan
Nitrogen (N) 15%, Fosfor 15%, Kalium 15%, Sulfur 10% dan kadar air
maksimal 2% Pupuk mejemuk ini hampir seluruhnya larut dalam air,
sehingga unsur hara yang dikandung dapat segera diserap dan digunakan
oleh tanaman dengan efektif (Kaya,2013).
2.6 Fungsi dan Manfaat Pupuk NPK Phonska
Memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif, menguatkan batang
tanaman sehingga tidak mudah roboh, membuat tanaman lebih hijau dan
sehat,meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit, memacu
10

pembentukan bunga dan buah, membantu memperbesar buah umbi dan


biji, meningkatkan kandungan protein ( Ardhi Krisnawan, 2017).
Menurut (Yussairi, 2018), untuk mendorong pertumbuhan bibit,
tanah sebaiknya diberi pupuk. Jenis pupuk tergantung keadaan
tanahnya.Biasanya, pupuk yang diberikan adalah pupuk lengkap NPK
Phonska 10 g/bibit.
2.7 Dasar Rujukan Media Tanam
Menurut Simorangkir et al. (2016), komposisi media tanam top soil
dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2:1 menghasilkan rataan
bobot basah tajuk bibit kakao tertinggi sebesar 33,55 g dan bobot kering
tajuk sebesar 18,70 g dibandingkan dengan komposisi media tanam
lainnya.
Pada pembibitan kopi perkebunan media tanam yang digunakan
pada umumnya menggunkan bahan selain tanah, pada pembibitan kopi
media tanam yang baik digunakan adalah campuran tanah Topsoil , sekam
padi dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 jika tanah sudah
remah maka tidak perlu penambahan pasir pada media tanam pembibitan
(Rahardjo, 2013).
2.8 Tanah Lapisan Atas
Tanah lapisan atas merupakan tanah yang berada dilapisan paling
atas tanah dengan kedalaman 5 cm hingga 30 cm dari permukaan bumi.
Berwarna coklat kehitam-hitaman dan gembur. Pada tanah lapisan atas ini
merupakan tempat aktivitas organisme tanah. Warna coklat kehitam-
hitaman pada tanah ini disebabkan karena pengaruh humus.
Tanah lapisan atas akan terbentuk apabila batuan telah berderai dan
hancur memalui proses Geological dan berubah menjadi serpihan-serpihan
kecil yang kemudian terkumpul diatas bumi. Tanah lapisan atas biasanya
mengandug bahan-bahan alami yang bersifat menyuburkan tanah, seperti
dedaunan, ranting-ranting kayu yang telah mati. Sutu inci tanah lapisan
atas mengambil masa ribuan tahun untuk terbentuknya. ( Ilmugeografi,
2015).
11

2.9 Sekam Padi


Sekam padi merupakan bahan yang dapat digunakan untuk
mempertahankan daya tumbuh benih dalam penyimpanan karena
kemampuannya menyerap kelembaban udara sekitar benih.Kelembaban
udara yang tinggi mengakibatkan kandungan air benih meningkat sehingga
laju respirasi meningkat.
Hasil penelitian Rosnina,dkk (2017) menunjukan bahwa
penambahan konsentrasi sekam padi sebagai media tanam berpengaruh
nyata terhadap hasil panen dan diameter tumbuh jamur tiram putih,
pemanfaatan limbah pertanian sekam padi dapat digunakan sebagai subtrat
tambahan yang mengandung unsur hara N 1% dan K 2% yang sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Kandungan kimia sekam padi
terdiri atas 50% selulosa, 25-30% lignin dan 20% silika.(Nora,dkk,2015).
2.10 Manfaat Kotoran Sapi
Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapi dan hewan dari
sub family bovinae lainya. Kotoran sapi meliliki warna yang bervariasi
dari kehijauan hingga kehitaman , tergantung makanan yang dimakannya,
setelah terpapar udara, warna dari kotoran sapi cendrung menjadi gelap.
Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi bervariasi tergantung pada
tingkat produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan, serta individu ternak
sendiri (Linus Melsasail dkk, 2019).
Paling utama pada kotoran sapi adalah unsur hara yang terkandung
dalam kotoran ternak dapat dimanfaatkan kembali dengan menggunakan
kotoran ternak sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur hara dalam
kotoran yang penting untuk tanaman adalah unsur nitrogen (N) Fosfor (P),
dan kalium (K) (Linus Melsasail dkk,2019).
12

III. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Selama 3 bulan, mulai Bulan Mei sampai
Bulan Juli 2021. Lokasi penelitian ini dilakukan dilahan perkarangan depan
rumah terletak dijalan. Belawing Ubung no 36, Kecamatan Long Hubung,
Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa, cangkul, parang,
palu, paku, paranet, balok atau kayu, jangka sorong, polybag, buku, pulpen,
pengaris, spidol, patok pembatas, timbangan, kertas lakmus.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah biji kakao,pupuk
NPK Phonska, sekam padi, kotoran kandang sapi, tanah.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini di rancang menggunakan metode RAK sebagai
dasarnya (Rancangan Acak Kelompok ) dengan 2 faktor dengan analisis
4x4 = 16 kombinasi 3 ulangan. Faktor pertama media tanam (M) yang
terdiri dari :
M0= Tanah lapisan atas ( kontrol)
M1= Tanah lapisan atas + sekam padi + (2:1)
M2= Tanah lapisan atas + kotoran sapi (2:1)
M3= Tanah lapisan atas + sekam padi + kotoran sapi (1 :1:1)
Faktor Kedua pemberian NPK Phonska (P) yang terdiri dari 4 taraf
yaitu
P0= Tanpa perlakuan
P1= 5 g/polybag
P2= 10 g/polybag
P3= 15 g/polybag
13

Kombinasi perlakuan dalam penelitian yang akan dilaksananakan


sebagai berikut :
Tabel 1.Kombinasi Perlakuan antara media tanam dan pupuk NPK Phonska.
Perlakuan M0 M1 M2 M3
P0 M0P0 M1P0 M2P0 M3P0
P1 M0P1 M1P1 M2P1 M3P1
P2 M0P2 M1P2 M2P2 M3P2
P3 M0P3 M1P3 M2P3 M3P3

1.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1.Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan sebagai tempat penelitian dibersihkan
terlebih dahulu dari gulma dan di cangkul agar rata untuk meletakan
polybag. Untuk jarak antara tanaman yaitu 20 cm x 20 cm dan jarak antara
ulangan 40cm x 40 cm yang diberi batas ulangan sebanyak 3 ulangan.
3.4.2.pembuatan naungan
Pembuatan naungan dengan menggunakan alat dan bahan yang
ada, yaitu menggunakan kayu sebagai kerangka naungan, sedangkan atap
dan dinding menggunaka paranet.
3.4.3.Pembibitan
Buah kakao yang digunakan dalam penelitian ini ialah Varitas
Criollo yang diperoleh dari bayur kelurahan sempaja. Buah kakao
kemudian dibelah dua dan biji kakao diambil biji tengahnya dan bagian
yang lainya dibuang, sebelum di tanaman dilapangan benih kakao terlebih
dahulu ditunaskan /disemaikan. Penyemaian dilakuakan di dalam polybag
ukuran sedang ukuran 10 cm x 10 cm sampai tumbuh tunas.penyiraman
dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan, agar kelembaban bisa tumbuh
mencapai umur satu bulan sebelum dipindahkan ke polybag besar ukuran
30 X 30 cm.
3.4.4.Persiapan Media Tanam
Polybag disiapkan sebanyak 48 lembar sesuai dengan kebutuhan,
kemudian tanah di masukan ke dalam polybag , tanah yang di gunakan
14

yaitu tanah bagian atas. Polybag di bagi menjadi 3 ulangan dengan


masing-masing ulangan terdapat 12 polybag sesuai keperluan.
3.4.5.Penanaman
Bibit tanaman kakao yang telah berdaun 3-4 dan berumur 1 bulan
di tanaman pada polybag dengan cara dibuat lubang sedalam 3-5 cm
dengan akar menghadap ke bawah.
3.4.6.Perlakuan Pupuk NPK Phonska Terhadap Tanaman Kakao
Pupuk NPK Phonska di berikan sesuai dosis masing-masing
perlakuan pada bibit kakao dengan cara di taburkan 10 cm di sekitar bibit
kakao. 1 bulan 1 kali.
3.4.7.Pemeliharaan
Pemilaharaan tanaman meliputi ,penyiraman, penyiangan gulma dan
penyulaman.
1.Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore
hari, penyiraman dilakukan tergantung kondisi cuaca, jika hujan maka
penyiraman tidak dilakukan.
2.Penyiangan gulma
Pembersihan gulma di lakukan 1 minggu sekali, pembersihan di
lakukan dengan manual atau dengan tangan untuk mencabut rumput liar
yang ada didalam polybag dan sekitarnya.
3.Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman kakao yang mati atau
pertumbuhannya tidak baik, agar pertumbuhan tetap seragam, penyulaman
dilakukan dengan menggunakan bibit cadangan yang telah disediakan.
3.5 Pengambilan Data
Data yang diamati dalam penelitian ini adalah :
3.5.1.Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang bawah yang diberi
tanda spidol permanen sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran
15

menggunakan pengaris atau meteran dilakukan pada umur 30, 60, dan 90
hari setelah tanam.
3.5.2.Diameter Batang
Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong pada
pangkal batang yang telah diberi tanda spidol permanen dan dilakukan
pada umur 30 HST,60 HST,90 hari setelah tanam.
3.5.3.Pertambahan Jumlah Daun (helai)
Pertambahan jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah
terbentuk dan telah membuka sempurna, penghitungan jumlah daun
dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 HST.
3.6 Analis Data
Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, apabila terdapat
pengaruh pada sidik ragam maka dilakukan uji BNT pada taraf 5 % untuk
membandingkan dua rata-rata perlakuan.
Tabel 2. Analisis sidik ragam dengan RAK dengan percobaan factorial.
SK DB JK KT F F Tabel
Hitung 5% 1%
Kel r-1 JK r JK KT
r/DBr r/KT G
M K-1 JK M JK M / KT M /
DB K KT G
P N-1 JK P JK P / KT
DB N P /KT
G
M/P (K-1). JK JK MP KT
(r-1) MP / DB MP/KT
MP G
Galat (KK- JK G JK G /
1)(r- DB G
1)
Total (PNr)- JK T
1
16

Rumusan yang digunakan untuk uji lanjut dengan uji BTN pada
taraf 5 % menurut ( Hanafiah,2010).

BTN α % = t ( α % , dB)
√ 2 KTG
r
Dimana :
DB : Derajat Bebas
BNT : Beda Nyata Terkecil
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KTG : Kuadrat Tengah Galat
R : Kelompok
T : Nilai Tabel
17

DAFTAR PUSTAKA
Anneahira,2013.Pupuk Phonska.Petrokimia Gresik, Semarang.

Azzmy, 2016. “Pupuk NPK Phonska Fungsi Dan Manfaatnya Untuk Tanaman”
https://mitalom.com/pupuk-phonska-fungsi-dan-manfaatnya-untuk-
tanaman

BPS, 2011. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Tengah.Palu.

BPS, 2017. Jumlah Curah Hujan dan jumlah hari hujan di stasiun pengamatan
BMKG , 2011-2015.https://www.bps.go.id/statictabel/2017/02/08/1959/
jumlah-curah –hujan-dan-jumlah-hari-hujan-di-stasiun-pengamatan-bmkg-
2011-1015.html (Diakses 11 November 2019).

Damanik, M.M.B., Bachtiar E.H., Fauzi., Sarifuddin dan Hamidah H. 2010.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Ginting, Irsal, Purba (2014).Tanggap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kakao


(Theobroma Cacao L.) Dengan Pemberian Vermikompos Dan Air Pada
Berbagai Kapasitas Lapang. (Internet).(Diunduh 2021 Januari 06); 2(2):
563. Tersedia pada: https://media.neliti.com/media/publications/98247-ID-
none.pdf.

Hanifiah, K, A, 2010 Rancangan Percobaan, Teoridan Aplikasi Raja Granfindo


Persada Jakarta.

Hartatik, W dan L. R Widowati. 2010. Pupuk Kandang.


http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 2 November
2016.

Hanafiah, KA. 2010. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta.

Ilmugeografi. 2015. Tanah top soil : pengertian, ciri-ciri, kandungan dan


manfaatnya. Dalam website : https://Ilmugegrafi.com/ilmu-
bumi/tanah/tanah-top-soil. Diakses pada 13 November 2019.

Ismail, Z. F. 2012. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal Yang


Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan danProteksi
Tanaman Perkebunan Surabaya.

Kristanto, Aji SP (2011).Panduan budaya ka kao. Yogyakarta : Pusat Baru press.


18

Kaya, E, 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk, NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan N, Pertumbuhan, dan hasil padi sawah (Oryza sativa L).
Jurnal Budidaya Tanaman. Agrolia

Lukito ( 2010 ).Budidaya kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
( Internet). ( Diundah 2021 Januari 06 ) ; 298. Tersedia pada :
http://repository.uin-suska.ac.id/5788/3/BAB%2011.pdf.

Lukito, 2010. Budidaya Kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia.
Jakarta. 298 hal.

Lingga, P. dan Marsono 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk Penebar Swadaya,


Jakarta.

Linus Melsasail, Vrry R. Ch.Warouw, Yani E.B Kamagi, 2019. Analisis


kandungan unsur hara pada kotoran sapi didaerah dataran tinggi da dataran
rendah. Dalam website:
https://ejounal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/articel/download/26095/25731
. Diakses pada tanggal 22 juni 2020.

Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar. Redaksi Agromedia, Jakarta.

Nora M, Amir N, dan Aminah R.I.S. 2015. Pengaruh komposisi media tanam
Terhadap pembibitan Tanaman kakao ( Theobroma cacao L). jurnal
klorofil.x-2:90-92.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.

PUSRI.2013. pupuk urea.http://www.pusri.co.id/ina/urea-proses produksi-


urea/.PT Pupuk sriwijaya Palembang.Diakses pada tanggal 8 juni 2020.

Rahardjo, P. 2013. Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta.Penerbar Swadaya, Jakarta.
Rosnina AG,Wirda Z, dan Aminullah A,2017. Efek penambahan sekam padi pada
berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram
(pleurotus ostreotus) jurnal Agrium.vol.14 (12).

Riyanti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit


Sirih Merah (Piper crocatum Ruizand Pav.). Skripsi. IPB, Bogor.

Suryani, D dan Zulfebriansyah, 2007. Komoditas Kakao : Potret Dan Peluang


Pembiayaan. Economic Review No. 210 Desember 2007.

Siregar, T. H. S., S. Riyadi., dan L. Nuraeni (2014). Budidaya, Pengolahan dan


Pemasaran Coklat Penebar Swadaya. Jakarta. 241 hal.
19

Suharta, N 2010, Karekteristik dan permasalahan tanah marginal dari butan


sedimen masam dikalimantan, jurnal litbang pertanian vol 29 (4): 139-146.

Siregar, T. H. S., S. Riyadi., dan L. Nuraeni (2014). Budidaya, Pengolahan dan


Pemasaran Coklat. Jakarta : Penebar swadaya 2014, Budi Daya Coklat,
Jakarta : Penebar swadaya.

Simorangkir, J. W., J. Ginting dan Irsal. 2016. Respon pertumbuhan bibit kakao
(Thebroma cacao L) terhadap beberapa komposisi media tanam dan
frekuensi penyiraman. Jurnal Agroteknologi FP USU. (632):2324-2330.

Syamsulbahri, 2000, Bercocok Tanam Perkebunan Tahunan. UGM Press.


Yogyakarta.

Tumpal. S, Riyadi. S, dan Laeli, N.2011.Budidaya Coklat.Penebar Swadaya,


Jakarta.

Widya. Y., 2008, Budidaya bertanam Cokelat, Tim Bina karya Tani, Bandung.

Yussairi, 2018. Pengaruh pupuk kandang kambing dan NPK Phonska terhadap
Pertumbuhan bibit karet okulasi ( Hevea brasiliensi. Muell, Arg).

LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kakao Criollo
SK. Nomor : 530/Kpts/SR.120/09/2006 Tanggal 25 september 2006
Asal Varietas : DR 2 x Sca
20

Habistus Tajuk : Merata, Kokoh


Laju Pertumbuhan : Sedang
Bentuk Daun : Elip
Warna Daun : Daun muda berwarna merah kekuningan dan daun
tua berwarna hijau tua
Penyerbukan : Menyerbuk Silang Secara Umum Dan Mampu
Menyerbuk Sendiri
Bentuk Buah : Agak Bulat
Panjang : 19,48 - 0,86 cm
Lebar : 9,48 - 0,29 cm
Warna : Muda Berwarna Merah dan Masak Berwana
Kuning
Ketahanan Terhadap OPT
Helopetis Sp. : Tahan
Busuk Buah : Tahan
Kesesuaian Wilayah : Tipe tanah Latosol, Ultisol, Podosolik, Ketinggian
Tempat Maksimal 0-600 M dari permukaan laut
21
Lampiran 1 : Lay out tata letak penelitian dilapangan setelah melakukan pengacakan.

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

M0P1 M1P3 M1P0 M1P1 M0P1 M3P2 M0P0 M3P0 M0P1 M3P2 M2P2 M1P0

M3P2 M0P0 M3P3 M3P1 M1P0 M0P3 M3P3 M0P2 M2P0 M3P11 M2P3 M1P3
M0P0M

M1P2 M2P3 M2P2 M2P0 M1P3 M3P1 M2P2 M2P1 M2P1 M3P0 M0P2 M0P0

M0P3 M3P0 M2P1 M0P2 M2P3 M2P0 M1P2 M1P1 M0P3 M1P1 M3P3 M1P2

20 CM 40 CM B T

Keterangan: S
M : Media Tanam Perlakuan M0 : Tanah Kontrol P0 : Tanpa Perlakuan
P : NPK Phonska M1 : Sekam Padi P1 : 5 g/polybag
Jarak Tanam : 20 cm M2 : Pupuk kandang Sapi P2 : 10
g/polybag
Jarak Antara Ulangan : 40 cm M3 : Tanah + Sekam padi + Kandang Sapi P3 : 15
g/polybag
22
Ukuran polybag : 30 cm x 30 cm dengan ukuran tempat penelitian L 2 m x P 4 m

2.Jadwal penelitian dilapangan

Pelaksanaan
No Kegiatan April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Tempat Penelitian √
2 Pelaksanaan penlitian √ √
3 Persiapan tempat penelitian √ √

4 Pemilihan Biji kakao √

5 Persiapan media tanam √


6 Penanaman √ √

7 Pengaplikasian Pupuk NPK √ √ √


Phonska
8 Pemeliharaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Pengambilan Data √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

10 Pengolahan Data √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23

2.Pupuk NPK Phonska

3.Sekam padi

4.Pupuk Kandang Sapi

5.gambar buah kakao


24

Anda mungkin juga menyukai