Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L ) merupakan salah satu
komoditi andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian
Indonesia terutama dalam penyedian lapangan kerja, sumber pendapatan
petani dan sumber devisa Negara. Luas areal Kakao Indonesia pada tahun
2018 mencapai 1.678.000 ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat
(97%) dengan produksi 593,83 ton, sehingga menempatkan Indonesia
sebagia produsen kakao terbesar keempat didunia.Hal ini mengindikasi
peran penting kakao baik sebagai sumber lapangan kerja maupun
pendapatan bagi petani. Disamping itu, areal dan produksi kakao
Indonesia meningkat pesat pada decade terakhir, dengan laju 5,99%
pertahun (Ditjenbun,2019).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu
memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.
Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan
dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas CPO dan karet.
Pada tahun 2006 ekspor kakao mencapai US$ 975 juta atau meningkat
24,2% dibanding tahun sebelumnya (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil kakao di
Indonesia, meskipun areanya relatif kecil di bandingkan dengan Sulawesi
selatan dan Sulawesi tengah, tapi bagi petani di beberapa tempat di
Kalimantan timur,komoditi tersebut di jadikan sebagai mata pencaharian
yang utama. Beberapa daerah yang tercatat sebagai sentra penanaman
kakao diKalimantan timur antara lain kabupaten Berau ( Kecamatan
Sebaliung ) dan kabupaten Kutai Timur ( Kecamatan Busang ).dibeberapa
tempat lain juga terdapat areal perkebunan kakao dalam luas yang relative
kecil.luas areal perkebunan kakao menurut statistik tahun 2019 sebesar
7.328 ha dengan produktifitas biji kering sejumlah 2.513 ton ( Disbun
kaltim, 2019).
Menurut Ismail (2012) ada empat fungsi media tanam
untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik, yaitu sebagai
2
1.Diduga dengan media tanam tanah ditambah sekam padi dan pupuk
kandang sapi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao.
2.Diduga dengan adanya pemberian pupuk NPK Phonska dengan dosis 10
gram berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.
3.Diduga adanya interaksi antara media tanam tanah ditambah sekam padi
dan pupuk kandang sapi serta dosis pupuk NPK Phonska berpengaruh
nyata pada pertumbuhan tanaman kakao.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Sebagai dasar rujukan tentang pengaruh pupuk NPK Phonska yang
mempunyai pengaruh nyata terhadap berbagai jenis media tanam.
2.Memberikan informasi kepada pembaca tentang penggunaan pupuk
NPK Phonska dalam aplikasi.
3.Sebagai bahan rujukan bagi penelitian yang akan datang agar dapat
memperbaiki kesalahan dan Kekurangan yang ada.
4
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kakao
Kakao merupakan tanaman asli Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Penduduk yang pertama kali mengusahakan kakao serta
menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku
indian maya dan astek di daerah-daerah antara 100 LU 100 LS. Didaerah
asalnya, kakao merupakan tanaman hutan tropika (basah) di dataran
rendah dan tumbuh dibawah pohon-pohon besar (Lukito, 2010).
2.2 Sistematika Tanaman Kakao
Adapun sistematika yang menurut klasifikasi botanis adalah
sebagai berikut (Kristanto, 2011):
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub-division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub-class : Dialypetalae
Order : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao L.
Beberapa sifat (penciri) dari buah dan biji digunakan sebagai dasar
klasifikasi dalam sistem taksonomi. Tanaman kakao yang di tanam di
perkebunan pada umumnya alah kakao jenis forastero (bulk cocoa atau
kakao lindak), criolo (fine cocoa atau kakao mulia), dan hibrida (hasil
persilangan antara jenis forastero dan criolo). Pada perkebunan-
perkebunan besar biasanya kakao yang di budidayakan adalah jenis mulia.
(Kristanto, 2011).
2.3 Morfologi Tanaman Kakao
1. Akar
Akar kakao adalah akar tunggang (Radix Primaria). Pembentukan
akar bisa mencapai 15 meter kearah samping dan 8 meter kearah bawah,
5
3.Daun
Sama dengan sifat percabangnya, daun kakao juga bersifat
dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10
cm. Sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya
sekitar 2,5 cm. Daun kakao ada dua persendian (articulation) yang terletak
dipangkal dan ujung tangkai daun yang membuat daun mampu membuat
gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.
Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing dan pangkal
daun meruncing, susunan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai
daun, tetapi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa
hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan
lebarnya 10 cm permukaan daun licin. (Kristanto, 2011).
4.Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan
berkembangnya dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat
tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal
atau bisa disebut dengan bantalan bunga (cushioll). Bunga kakao
mempunyai rumus K5C5A5+5G artinya, bunga disusun oleh terdiri dari 5
daun kelopak yang satu sama yg lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari
yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai
sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga kakao berwarna putih ungu atau kemerahan. Warna bunga
ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5
cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian
pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua
garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel dan
berwarna putih. (Kristanto, 2011).
5.Buah dan Biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya
ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau
agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah
7
menggunakan pengaris atau meteran dilakukan pada umur 30, 60, dan 90
hari setelah tanam.
3.5.2.Diameter Batang
Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong pada
pangkal batang yang telah diberi tanda spidol permanen dan dilakukan
pada umur 30 HST,60 HST,90 hari setelah tanam.
3.5.3.Pertambahan Jumlah Daun (helai)
Pertambahan jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah
terbentuk dan telah membuka sempurna, penghitungan jumlah daun
dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 HST.
3.6 Analis Data
Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, apabila terdapat
pengaruh pada sidik ragam maka dilakukan uji BNT pada taraf 5 % untuk
membandingkan dua rata-rata perlakuan.
Tabel 2. Analisis sidik ragam dengan RAK dengan percobaan factorial.
SK DB JK KT F F Tabel
Hitung 5% 1%
Kel r-1 JK r JK KT
r/DBr r/KT G
M K-1 JK M JK M / KT M /
DB K KT G
P N-1 JK P JK P / KT
DB N P /KT
G
M/P (K-1). JK JK MP KT
(r-1) MP / DB MP/KT
MP G
Galat (KK- JK G JK G /
1)(r- DB G
1)
Total (PNr)- JK T
1
16
Rumusan yang digunakan untuk uji lanjut dengan uji BTN pada
taraf 5 % menurut ( Hanafiah,2010).
BTN α % = t ( α % , dB)
√ 2 KTG
r
Dimana :
DB : Derajat Bebas
BNT : Beda Nyata Terkecil
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KTG : Kuadrat Tengah Galat
R : Kelompok
T : Nilai Tabel
17
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira,2013.Pupuk Phonska.Petrokimia Gresik, Semarang.
Azzmy, 2016. “Pupuk NPK Phonska Fungsi Dan Manfaatnya Untuk Tanaman”
https://mitalom.com/pupuk-phonska-fungsi-dan-manfaatnya-untuk-
tanaman
BPS, 2011. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Tengah.Palu.
BPS, 2017. Jumlah Curah Hujan dan jumlah hari hujan di stasiun pengamatan
BMKG , 2011-2015.https://www.bps.go.id/statictabel/2017/02/08/1959/
jumlah-curah –hujan-dan-jumlah-hari-hujan-di-stasiun-pengamatan-bmkg-
2011-1015.html (Diakses 11 November 2019).
Hanafiah, KA. 2010. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
Kaya, E, 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk, NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan N, Pertumbuhan, dan hasil padi sawah (Oryza sativa L).
Jurnal Budidaya Tanaman. Agrolia
Lukito ( 2010 ).Budidaya kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
( Internet). ( Diundah 2021 Januari 06 ) ; 298. Tersedia pada :
http://repository.uin-suska.ac.id/5788/3/BAB%2011.pdf.
Lukito, 2010. Budidaya Kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia.
Jakarta. 298 hal.
Nora M, Amir N, dan Aminah R.I.S. 2015. Pengaruh komposisi media tanam
Terhadap pembibitan Tanaman kakao ( Theobroma cacao L). jurnal
klorofil.x-2:90-92.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rahardjo, P. 2013. Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta.Penerbar Swadaya, Jakarta.
Rosnina AG,Wirda Z, dan Aminullah A,2017. Efek penambahan sekam padi pada
berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram
(pleurotus ostreotus) jurnal Agrium.vol.14 (12).
Simorangkir, J. W., J. Ginting dan Irsal. 2016. Respon pertumbuhan bibit kakao
(Thebroma cacao L) terhadap beberapa komposisi media tanam dan
frekuensi penyiraman. Jurnal Agroteknologi FP USU. (632):2324-2330.
Widya. Y., 2008, Budidaya bertanam Cokelat, Tim Bina karya Tani, Bandung.
Yussairi, 2018. Pengaruh pupuk kandang kambing dan NPK Phonska terhadap
Pertumbuhan bibit karet okulasi ( Hevea brasiliensi. Muell, Arg).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kakao Criollo
SK. Nomor : 530/Kpts/SR.120/09/2006 Tanggal 25 september 2006
Asal Varietas : DR 2 x Sca
20
M0P1 M1P3 M1P0 M1P1 M0P1 M3P2 M0P0 M3P0 M0P1 M3P2 M2P2 M1P0
M3P2 M0P0 M3P3 M3P1 M1P0 M0P3 M3P3 M0P2 M2P0 M3P11 M2P3 M1P3
M0P0M
M1P2 M2P3 M2P2 M2P0 M1P3 M3P1 M2P2 M2P1 M2P1 M3P0 M0P2 M0P0
M0P3 M3P0 M2P1 M0P2 M2P3 M2P0 M1P2 M1P1 M0P3 M1P1 M3P3 M1P2
20 CM 40 CM B T
Keterangan: S
M : Media Tanam Perlakuan M0 : Tanah Kontrol P0 : Tanpa Perlakuan
P : NPK Phonska M1 : Sekam Padi P1 : 5 g/polybag
Jarak Tanam : 20 cm M2 : Pupuk kandang Sapi P2 : 10
g/polybag
Jarak Antara Ulangan : 40 cm M3 : Tanah + Sekam padi + Kandang Sapi P3 : 15
g/polybag
22
Ukuran polybag : 30 cm x 30 cm dengan ukuran tempat penelitian L 2 m x P 4 m
Pelaksanaan
No Kegiatan April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Tempat Penelitian √
2 Pelaksanaan penlitian √ √
3 Persiapan tempat penelitian √ √
9 Pengambilan Data √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Pengolahan Data √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23
3.Sekam padi