Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Praktik Klinik Keperawatan Mata kuliah
Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
NIM P17320118072
Tingkat 2B
5. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan
bayi BBLR, yaitu:
a. Menurut harapan hidupnya:
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir
b. Menurut Masa Getasinya
1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan.
Menurut Renfield dalam Maryunani(2013) IUGR dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang lama
dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
b. Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres sub
akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin
lahir.
6. Gejala Klinis
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan
rendah mempunyai ciri-ciri:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30
cm.
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
7. Masalah yang terjadi pada BBLR
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ
pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada
sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal,
ginjal, termoregulasi.
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera
setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi
bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Sistem
pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi
dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gangguan refleks dan pembuluh darah
paru yang imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas
dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan
saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena
pembuluh darah yang rapuh, traumalahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia
dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga
sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu
paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra
uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi
yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi
mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya
cadangan nutrisi seperti, kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperature yang tidak stabil, yang
disebabkan antara lain :
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering
kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit asam-basa tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolism dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan
urine.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Menurut Nurarif, Amin Huda, dan Kusuma, Hardi (2015) pemeriksaan penunjang
pada BBL adalah sebagai berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm 3, Neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3 Hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hemtokrit (Ht) : 43 %-61% (Peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polistemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemorhagic perinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemilisis berlebih
d. Bilirubin total : 6mg/dl ada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl ada 3-5 hari
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
f. Pemantauan elektrolit (Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. (Lismayani, 2005).
a. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR :
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi
BBLR antara lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau
terjadi sindrom gawat nafas.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Penanganan bayi
Perawatan akan semaki besar diperlukan jika semakin kecilnyabayi, hal ini
akan menyebabkan lebih besarnya serangan sianosis. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator.
2) Mempertahankan suhu tubuh
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir rendah.
Jika suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka bayi akan
berkembang secara memuaskan. Suhu normal bayi harus dipertahankan
dengan usaha metabolic yang minimaldan bayi berat rendah juga harus diasuh
dalam suatu suhu lingkungan. Pengendalian lingkungan secara seksama
jugadiperlukan jika bayi berat rendah dirawat dalam suatu tempat tidur yang
terbuka. Untuk bayi yang berat sekitar 2000 gram maka suhu perawatan diatas
25 0 C, dan dengan berat kurang dari 2000 grammaka suhu sampai 300C.
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Incubator
terlebih dahulu dihangatkan Sebelum bayi dimasukkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.
Untuk pernafasan yang adekuat pada bayi maka bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini agar bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
4) Pemberian oksigen
Masalah serius bagi bayi preterm yaitu BBLR,Ekspansi paru yang buruk
terjadi akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Konsentrasi O2 dapat diberikan
sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box.
5) Pencegahan infeksi
System imunologi yang kurang berkembang dapat ditemui pada bayi lahir
dengan berat rendah, ia tidak mempunyai ketahanan terhadap infeksi. Untuk
perawatan maka perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi hal tersebut dapat mengurangi terjadinya
infeksi.
6) Pemberian makanan
Untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin maka
dianjurkan memberikan makanan secara dini . pilihan pertama harus diberikan
ASI yang dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah. Kalori lebih banyak diperlukan oleh bayi
berat lahir rendah dibandingkan dengan bayi preterm.
b. Medis
1) Terapi oksigen, resusitasi yang adekuat, dan pengaturan suhu
2) PDA harus diawasi
3) Pemberian nutrisi yang cukup, keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat dan engelolaan
5) hiperbilirubinemia.
11. Komplikasi
I. Pengkajian
a. Biodata
Biodata atau identitas pasien:meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin.
Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku
atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat)
b. Keluhan Utama
Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan biasanya
antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran,
berat biasanya kurang dari 2500 gram, kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan badan, 3
cm lebih besar dibandingkan lebar dada, kelainan fisik mungkin terlihat,
nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan
yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang sedang, dan 7 sampai 10 normal.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya
mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan
BBLR.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Riwayat prenatal
Pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan ANC < 4 kali berisiko bayi
lahir dengan BBLR.
2. Riwayat natal
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, berat biasanya
kurang dari 2500 gram, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunnjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang sedang,
dan 7 sampai 10 normal.
3. Riwayat post natal
Pada bayi BBLR, biasanya bayi pergerakannya lemah dan kurang,
tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnea, reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek
batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna kuning kehijauan
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnea, dan bayi BBLR mudah mengalami hipotermia.
Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR :
APGAR 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(Warna kulit) ekstremit kemera
as biru ha-
merahan
Pulse Rate Tidak ada < 100 >100
(Frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk atau
(Reaksi mimik bersi
rangsang) (grimace) n
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration (Pernafasan)Tidak ada Lemah atau Baik atau
tidak teratur menangis
Sumber : (Sondakh, 2013 :
158)
Keterangan :
Nilai 7-10 : Kondisi baik
Nilai 4-6 : Depresi pernafasan sedang
Nilai 0-3 : Depresi pernafasan berat
2. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Kepala dan Leher
Inspeksi : Lingkar kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar daripada
badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur, batang hidung cekung,
hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, serta pelebaran
tampilan mata
Palpasi : Ubun-ubun dan sutura lebar .Adanya penonjolan tulang karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang, dan dahi menonjol Lingkar kepala
kurang dari 33 cm.
Dada
Paru-paru
Inspeksi : Jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi
dengan periode apnea, pernafasan tidak teratu, dengan flaring nasal
melebar, adanya retraksi (intercostal, suprasternal, substernal).
Palpasi : Lingkar dada kurang dari 30 cm
Auskultasi : Terdengar suara gemerisik dan dengkuran.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak.
Palpasi : Tulang rusuk lunak, ictus cordis teraba di ICS 4-5.
Auskultasi : Denyut jantung rata-rata 120-160 per menit padabagian
apikal dengan ritme teratur pada saat kelahiran
Abdomen
Inspeksi : Penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning kehijauan.
Auskultasi : Peristaltik usus peristaltik dapat dimulai 6-12 jam
setelahkelahiran.
Genetalia
Inspeksi : Pada bayi perempuan ditemukan klitoris yang menonjol dengan
labia mayora yang belum berkembang, sedangkan pada bayi laki-laki
skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, dan testis
tidak turun ke dalam skrotum.
Anus
Inspeksi : Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam,
terdapat anus.
Ektremitas
Inspeksi : Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas
bawah dan atas serta keterbatasan gerak, penurunan masaa otot,
khususunya pada pipi, bokong dan paha.
Palpasi : Tulang tengkorak lunak
Kulit (intergumen)
Inspeksi : Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan,
sedikit venik kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap, kuku pendek belum melewati ujung jari
III. Pemeriksaan neurologis
1. Refleks rooting dan menghisap
Respon bayi dalam menolehkan kepala ke arah stimulus lemah, membuka
mulut membuka mulut, dan mulai menhisap lemah.
2. Menelan
Terjadi muntah, batuk atau regurgitasi cairan.
3. Ekstrusi
Ekstrusi lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yang berulang-ulang
terjadi pada kelainan SSP dan kejang.
4. Moro
Respon asimetris pada pemeriksaan reflek moro, fleksi ekstremitas bawah dan
atas serta keterbatasan gerak.
5. Tonik leher atau fencing
Reflex tonus leher lemah.
6. Glabellar “blink”
Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan kemungkianan
gangguan neurologis.
7. Palmar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
menggegamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi, namun pada bayi
dengan BBLR respon ini berkurang.
8. Plantar graps
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
menggegamnya seketika bila jari diletakkan ditelapak kaki bayi, namun pada
bayi BBLR respon ini berkurang.
9. Tanda babinski
Jari-jari kaki akan hiperektensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu
jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki
pada respon normal bayi, namun pada defisit SSP tidak ada respon yang
terjadi pada pemeriksaan tanda babinski.
IV. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
V. Intervensi Keperawatan
1. Evaluasi
c. Obervasi tingkah laku dan penampilan bayi untuk melihan adanya tanda sepsis.
d. Kaji hidrasi, kaji dan ukur asupan cairan, observasi bayi selama pemberian
nutrisi, ukur jumlah susu formula atau asupan parenteral, timbang setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta:Nuha Offset.
Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Bobak. 2004. Buku Ajar
Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC
Dutta, S., Singh, B., Chessell., Wilson, J., Janes, M., McDonald, K., et al.(2015).
Guidelines For Feeding Very Low Birth Weight Infants. Nutrients,7,pp432-
442. Diaksesmelalui : https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C4303848/&ved=2ahUKEwjQga2nkPzYAhVCr48KHf86Am4QFjAAegQIEx
AB&usg=AOvVaw3gxy4uxeLuaBY7Xz9URQzX pada 26 januari 2018.
Maryunani, Anik I dan Eka Puspita Sari. 2013b. Asuhan Kaperawatan Daruratan
Maternitas & Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.