Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

“BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)”

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Praktik Klinik Keperawatan Mata kuliah
Keperawatan Anak

Dosen pembimbing : Bapak Haris Sofyana S.Kep,. Ners,. M.Kep

Disusun Oleh :

R. Du’a Sania Alfan

NIM P17320118072

Tingkat 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAH BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
2020 
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). Bayi
berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR jugaterdapatpada
PedomanPemantauan Wilayah Setempat (PWS)gizi.Dalam pedomantersebut bayi
berat lahir rendah (BBLR) bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram
diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuhsetelahlahir (Putra,2012).
2. Epidemilogi / Insiden kasus
BBLR banyak disebabkan oleh kelahiran prematur. Faktor lain dari ibu
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang disebabkan dari faktor ibu seperti malaria, anemia, sipilis,
infeksi TORCH, dan lain-lain.
2) Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi dari faktor kehamilan ibu seperti eklamsia, perdarahan
antepartum, kelahiran preterm, pre-eklamsia berat,
3) Usia Ibu dan paritas
Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 15 Tahun atau > 40 tahun
mengalami kejadian BBLR tertinggi
4) Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga dapat mempengaruhi kejadian BBLRseperti ibu
pecandu alkohol, ibu perokok, dan pengguna narkotika.
5) Abortus spontan sebelumnya
b. Faktor Janin
Prematur, kelainan kromosom (genetik) hidramion, kehamilan kembar/ganda
(gemeli).
c. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal yang berada di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun
3. Penyebab/ Faktor Predisposisi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berikut ini faktor-faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat,
pendarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia,
infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal) dan
menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, TORCH
2) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Kehamilan ganda (multi gravida)
4) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
5) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
b. Keadaan Sosial Ekonomi
1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
3) Keadaan gizi yang kurang baik
4) Pengawasan antenatal yang kurang
5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah.
c. Sebab Lain
1) Ibu perokok
2) Ibu peminum alkohol
3) Ibu pecandu obat narkotik
4) Penggunaan obat antimetabolik
d. Faktor Janin
1) Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)
2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali)
3) Disautonomia familial
4) Radiasi
5) Kehamilan ganda/kembar (Gameli)
6) Aplasia pankreas
e. Faktor Plasenta
1) Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
2) Luas permukaan berkurang
3) Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
4) Infark
5) Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
6) Plasenta yang lepas
7) Sindrom plasenta yang lepas
f. Faktor Lingkungan
1) Bertempat tinggal di daratan tinggi
2) Terkena radiasi
3) Terpapar zat beracun
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia (Ngastiyah, 2005).
Pathway

5. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan
bayi BBLR, yaitu:
a. Menurut harapan hidupnya:
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir
b. Menurut Masa Getasinya
1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan.
Menurut Renfield dalam Maryunani(2013) IUGR dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang lama
dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
b. Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres sub
akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin
lahir.
6. Gejala Klinis
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan
rendah mempunyai ciri-ciri:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30
cm.
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
7. Masalah yang terjadi pada BBLR
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ
pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada
sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal,
ginjal, termoregulasi.
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera
setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi
bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Sistem
pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi
dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gangguan refleks dan pembuluh darah
paru yang imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas
dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan
saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena
pembuluh darah yang rapuh, traumalahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia
dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga
sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu
paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra
uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi
yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi
mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya
cadangan nutrisi seperti, kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperature yang tidak stabil, yang
disebabkan antara lain :
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering
kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit asam-basa tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolism dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan
urine.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Menurut Nurarif, Amin Huda, dan Kusuma, Hardi (2015) pemeriksaan penunjang
pada BBL adalah sebagai berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm 3, Neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3 Hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hemtokrit (Ht) : 43 %-61% (Peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polistemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemorhagic perinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemilisis berlebih
d. Bilirubin total : 6mg/dl ada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl ada 3-5 hari
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
f. Pemantauan elektrolit (Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. (Lismayani, 2005).
a. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR :
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi
BBLR antara lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau
terjadi sindrom gawat nafas.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Penanganan bayi
Perawatan akan semaki besar diperlukan jika semakin kecilnyabayi, hal ini
akan menyebabkan lebih besarnya serangan sianosis. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator.
2) Mempertahankan suhu tubuh
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir rendah.
Jika suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka bayi akan
berkembang secara memuaskan. Suhu normal bayi harus dipertahankan
dengan usaha metabolic yang minimaldan bayi berat rendah juga harus diasuh
dalam suatu suhu lingkungan. Pengendalian lingkungan secara seksama
jugadiperlukan jika bayi berat rendah dirawat dalam suatu tempat tidur yang
terbuka. Untuk bayi yang berat sekitar 2000 gram maka suhu perawatan diatas
25 0 C, dan dengan berat kurang dari 2000 grammaka suhu sampai 300C.
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Incubator
terlebih dahulu dihangatkan Sebelum bayi dimasukkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.
Untuk pernafasan yang adekuat pada bayi maka bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini agar bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
4) Pemberian oksigen
Masalah serius bagi bayi preterm yaitu BBLR,Ekspansi paru yang buruk
terjadi akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Konsentrasi O2 dapat diberikan
sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box.
5) Pencegahan infeksi
System imunologi yang kurang berkembang dapat ditemui pada bayi lahir
dengan berat rendah, ia tidak mempunyai ketahanan terhadap infeksi. Untuk
perawatan maka perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi hal tersebut dapat mengurangi terjadinya
infeksi.
6) Pemberian makanan
Untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin maka
dianjurkan memberikan makanan secara dini . pilihan pertama harus diberikan
ASI yang dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah. Kalori lebih banyak diperlukan oleh bayi
berat lahir rendah dibandingkan dengan bayi preterm.
b. Medis
1) Terapi oksigen, resusitasi yang adekuat, dan pengaturan suhu
2) PDA harus diawasi
3) Pemberian nutrisi yang cukup, keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat dan engelolaan
5) hiperbilirubinemia.
11. Komplikasi

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur


cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola
pada masa neonatal. Berkaitan denganhal itu, maka menghadapi bayi prematur harus
memperhatikan masalah masalah sebagai berikut :
a. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada
suhu lingkungan yangumumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi
pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu
tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka bayi
sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai dengan 36° C). Disebut
hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32° C (Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan
otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih
besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas
(Maryunani, Puspita 2013).
b. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan teratur
beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya hipoksia yang
diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolisme
sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik yang
selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau
terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah mengalami
asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan pembuluh darah kecil
dimana akanmengakibatkan kerusakan-kerusakan menetap (Maryunani, Puspita
2014).
c. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.Kecepatan
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL
selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL
(Pantiawati, 2010).
d. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahirrendah terhadap
infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada bayi sama dengan
bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin
pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi
plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin yang buruk dan
meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu bayi dengan berat lahir
rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak dibandingkan bayi matur
(Maryunani, Puspita 2014).
e. Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat
rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma
lahir, disseminated intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik.
Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang
sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan
(Pantiawati, 2010).
f. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah mudah menderita
infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah
menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput membran bayi dengan berat
badan lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan
(Pantiawati, 2010).
g. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hiperbilirubinemia
merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah ditandai dengan
jaundis dan ikterus. Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin
tidak terkonjugasi dan terkonjugasi (Wong, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
a. Biodata
Biodata atau identitas pasien:meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin.
Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku
atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat)
b. Keluhan Utama
Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan biasanya
antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran,
berat biasanya kurang dari 2500 gram, kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan badan, 3
cm lebih besar dibandingkan lebar dada, kelainan fisik mungkin terlihat,
nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan
yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang sedang, dan 7 sampai 10 normal.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya
mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan
BBLR.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Riwayat prenatal
Pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan ANC < 4 kali berisiko bayi
lahir dengan BBLR.
2. Riwayat natal
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, berat biasanya
kurang dari 2500 gram, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunnjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang sedang,
dan 7 sampai 10 normal.
3. Riwayat post natal
Pada bayi BBLR, biasanya bayi pergerakannya lemah dan kurang,
tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnea, reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek
batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna kuning kehijauan
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnea, dan bayi BBLR mudah mengalami hipotermia.
Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR :
APGAR 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(Warna kulit) ekstremit kemera
as biru ha-
merahan
Pulse Rate Tidak ada < 100 >100
(Frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk atau
(Reaksi mimik bersi
rangsang) (grimace) n
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration (Pernafasan)Tidak ada Lemah atau Baik atau
tidak teratur menangis
Sumber : (Sondakh, 2013 :
158)
Keterangan :
Nilai 7-10 : Kondisi baik
Nilai 4-6 : Depresi pernafasan sedang
Nilai 0-3 : Depresi pernafasan berat
2. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
 Kepala dan Leher
Inspeksi : Lingkar kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar daripada
badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur, batang hidung cekung,
hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, serta pelebaran
tampilan mata
Palpasi : Ubun-ubun dan sutura lebar .Adanya penonjolan tulang karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang, dan dahi menonjol Lingkar kepala
kurang dari 33 cm.
 Dada
 Paru-paru
Inspeksi : Jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi
dengan periode apnea, pernafasan tidak teratu, dengan flaring nasal
melebar, adanya retraksi (intercostal, suprasternal, substernal).
Palpasi : Lingkar dada kurang dari 30 cm
Auskultasi : Terdengar suara gemerisik dan dengkuran.
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak.
Palpasi : Tulang rusuk lunak, ictus cordis teraba di ICS 4-5.
Auskultasi : Denyut jantung rata-rata 120-160 per menit padabagian
apikal dengan ritme teratur pada saat kelahiran
 Abdomen
Inspeksi : Penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning kehijauan.
Auskultasi : Peristaltik usus peristaltik dapat dimulai 6-12 jam
setelahkelahiran.
 Genetalia
Inspeksi : Pada bayi perempuan ditemukan klitoris yang menonjol dengan
labia mayora yang belum berkembang, sedangkan pada bayi laki-laki
skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, dan testis
tidak turun ke dalam skrotum.
 Anus
Inspeksi : Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam,
terdapat anus.
 Ektremitas
Inspeksi : Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas
bawah dan atas serta keterbatasan gerak, penurunan masaa otot,
khususunya pada pipi, bokong dan paha.
Palpasi : Tulang tengkorak lunak
 Kulit (intergumen)
Inspeksi : Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan,
sedikit venik kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap, kuku pendek belum melewati ujung jari
III. Pemeriksaan neurologis
1. Refleks rooting dan menghisap
Respon bayi dalam menolehkan kepala ke arah stimulus lemah, membuka
mulut membuka mulut, dan mulai menhisap lemah.
2. Menelan
Terjadi muntah, batuk atau regurgitasi cairan.
3. Ekstrusi
Ekstrusi lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yang berulang-ulang
terjadi pada kelainan SSP dan kejang.
4. Moro
Respon asimetris pada pemeriksaan reflek moro, fleksi ekstremitas bawah dan
atas serta keterbatasan gerak.
5. Tonik leher atau fencing
Reflex tonus leher lemah.
6. Glabellar “blink”
Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan kemungkianan
gangguan neurologis.
7. Palmar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
menggegamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi, namun pada bayi
dengan BBLR respon ini berkurang.
8. Plantar graps
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
menggegamnya seketika bila jari diletakkan ditelapak kaki bayi, namun pada
bayi BBLR respon ini berkurang.
9. Tanda babinski
Jari-jari kaki akan hiperektensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu
jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki
pada respon normal bayi, namun pada defisit SSP tidak ada respon yang
terjadi pada pemeriksaan tanda babinski.
IV. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan

BBLR yaitu:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
3. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan penurunan lemak
tubuh subkutan
4. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubub
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imunitas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
6. Resiko injuri cerebral berhubungan dengan hiperbilirubin
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur,
penurunan status nutrisi dan prosedur invasif.

V. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Pola pernafasan - Respiratory 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
tidak efektif status atau jaw thrust bila perlu
: Ventilation 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan

- Respiratory status ventilasi


Definisi : Airway patency 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
: jalan nafas buatan
- Vital sign
Pertukaran 4. Pasang mayo bila perlu
status Kriteria
udara 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Hasil :
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
inspirasi 1. Mendemonstras
dan/atau 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
ik an batuk
ekspirasi tambahan
efektif dan suara
tidak 8. Lakukan suction pada
nafas yang
adekuat mayoBerikan bronkodilator bila perlu
bersih, tidak ada
9. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
sianosis dan
Lembab
dyspneu
10. Atur intake untuk cairan
(mampu
mengoptimalkan keseimbangan.
mengeluarkan
11. Monitor respirasi dan status O2
sputum,
12. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
mampu bernafas
dengan mudah, 13. Pertahankan jalan nafas yang paten

tidak ada pursed 14. Atur peralatan oksigenasi


lips) 15. Monitor aliran oksigen
2. Menunjukkan 16. Pertahankan posisi pasien
jalan nafas yang 17. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
paten (klien 18. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
tidak merasa oksigenasi
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan
dalam
rentang normal, 19. Vital sign Monitoring
tidak ada suara 20. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
nafas abnormal) 21. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Tanda Tanda 22. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
vital dalam rentang atau berdiri
normal (tekanan 23. Auskultasi TD pada kedua lengan
darah, nadi, dan bandingkan
pernafasan) 24. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
25. Monitor kualitas dari nadi
26. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
27. Monitor suara paru
28. Monitor pola pernapasan abnormal
29. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
30. Monitor sianosis perifer
31. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
32. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2 Bersihan Jalan NOC: 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
Nafas tidak 2. Berikan O2
- Respiratory
efektif 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
status
dalam
: Ventilation
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Respiratory status
ventilasi
: Airway patency
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Kriteria hasil : 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
1. Mendemonstras
8. Berikan bronkodilator
ik an batuk
9. Monitor status hemodinamik
efektif dan
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
suara nafas
Lembab
yang bersih,
11. Atur intake untuk cairan
tidak ada
mengoptimalkan keseimbangan.
sianosis dan
12. Monitor respirasi dan status O2
dyspneu
13. Pertahankan hidrasi yang adekuat
(mampu
untuk mengencerkan sekret
mengeluarkan
14. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
sputum,
penggunaan peralatan : O2, Suction,
bernafas dengan
Inhalasi.
mudah, tidak
ada pursed lips)
2. Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien
tidak merasa
tercekik, irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasi kan
dan
mencegah faktor
yang penyebab.
4. Saturasi O2
dalam batas normal
5. Foto thorak
dalam batas norma
3 Hipotermi b/d Noc Temperature regulation
paparanlingkun
1. Thermoregulatio 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
g andingin
n 2. Rencanakan monitoring suhusecarakontinyu
2. Thermoregulatio 3. Monitor TD, nadi, dan RR
n 4. Monitor warnadansuhukulit
: neonate Kriteria 5. Monitor tanda-tandahipertermidanhipotermi
Hasil : 6. Tingkatkan intake cairandannutrisi

3. Suhu tubuh 7. Selimutipasienuntukmencegahhilangnyakeha


dalam rentang ngat antubuh
normal 8. Ajarkanpadapasiencaramencegahkeletihana
4. Nadi dan RR kibat panas
dalam 9. Diskusikantentangpentingnyapengaturansuh
rentang udan
normal kemungkinanefeknegatifdarikedinginan
10. Beritahukantentangindikasiterjadinyakeletih
anda npenanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkanindikasidarihipotermidanpenang
anan yang diperlukan
12. Berikan anti piretikjikaperlu
Monitor Vital Sign

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catatadanyafluktuasitekanandarah
3. Monitor VS saatpasienberbaring,
duduk, atauberdiri
4. Auskultasi TD
padakedualengandanbandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dansetelahaktivitas
6. Monitor kualitasdarinadi
7. Monitor frekuensidaniramapernapasan
8. Monitor suaraparu
9. Monitor polapernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dankelembabankulit
11. Monitor sianosisperifer
12. Monitor adanyacushing triad (tekanannadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatansistolik)
13. Identifikasipenyebabdariperubahan vital sign
4 Resiko infeksi Noc 1. Tingkatkan cara-cara
b/d mencucitanganpadastaf, orang tua
- Immune Status.
ketidakadekuata danpekerja lain.
- Knowledge
n system 2. Pantaupengunjungakanadanyalesikulit.
: infection
kekebalan tubuh 3. Kajibayiterhadaptanda-tandainfeksi,
control
misalnya
- Risk control
:suhu, letargiatauperubahanperilaku.
4. Lakukanperawatantalipusatsesuai kit.
KriteriaHasil :
5. Berikan ASI
1. Suhu 36,5-37,5 ºC
untukpemberianmakanbilatersedia
2. Tidakadatand
6. Berikanantibiotikasesuaiindikasi
a-
tandainfeksi
3. Leukosit
5.000– 10.000
5 Resiko - Nutritional status Nutrition management
gangguan - Nutritional status 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan : food and fluid 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nutrisi intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
b/d - Nutritional status yang dibutuhkan pasien
ketidakmampua : nutrien intake 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
n mencerna - Weight fe
nutrisi control Kriteria 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
karena hasil protein dan vitamin C
imanuritas. 1. Adanya 5. Beri substansi gula
peningkatan 6. Yakinkan diet yang dimakan
berat mengandung tinggi serat untuk
badanpengecapa mencegah konstipasi
n dari menelan 7. Berikan makanan yang terpilih
2. Berat badan ideal 8. Ajarkan pasien bagaimana cara
sesuai dengan membuat catatan makanan harian
tinggi badan 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Mempu 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
mengidentifika 11. Kaji kemampuan pasien untuk
si kebutuhan mendaoatkan nutrisi yang dibutuhkan
nutrisi
4. Tidak ada tanda- Nutrition monitoring
tanda malnutrisi 1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitoring adanya penurunan berat badan
5. Menunjukkan 3. Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang
peningkatan biasa dilakukan
fungsi 4. Monitor interaksi anak atau orangtua
pengecapan dari selama makan
menelan 5. Monitor lingkungan selama makan
6. Tidak 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
terjadi tidak selama jam makan
penurunan berat 7. Monitor kulit kering dan peubahan
badan pigmentasi
yang berartu 8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mula muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
kan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkmbangan
13. Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan, jaringan konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
15. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik, papila lidah, dan cavitas
oral
16. Catat adanya lidah berwarna magenta scarlet.
6. Injuri serebral Setelah dilakukan 1. Pasang foto therapy dan eye protector
berhubungan tindakan 2. Ukur tanda tanda vital
dengan keperawatan: 3. Jaga kehangatan bayi
peningkatan 4. Beri minum sesuai kebutuhan
bilirubin 1. Pasang foto
5. Pantau intake output
(Hiperbilirubin) therapy dan eye
6. Cek kembali kadar bilirubin
protector
2. Ukur tanda
tanda vital
Jaga kehangatan bayi
Beri minum sesuai
kebutuhan
Pantau intake
output

7 Resiko ganggua - Tissue integrity : Pressure management


integritas skin and mucous 1. k/baby oil pada daerah yang tertekan
kulit b/d membranes 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan
struktur kulit - Hemodyasis akses pakain yang longgar
imatur, 3. Hindari kerutan pada tempat tidur
penurunan Kriteria Hasil : 4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
status nutrisi 1. Integritas kulit dan kering
dan oroses yang baik bisa 5. Mobilisasi pasien
invasif dipertahankan
6. Monitor kulit akan adanya kemerahan
7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
2. Tidak ada daerah yag tertekan
luka/ lesi pada 8. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
kulit 9. Monitor status nutisi pasien
3. Perfusi 10. Memandikan pasien dengan sabun
jaringan baik dan air hangat
4. Menunjukan
pemahaman Insision site care :
dalam proses
1. Membersihkan, memantau dan
perbaikan kulit
dan meningkatkan proses penyembuhan pada
mencegah luka yang ditutup dengan jahitan, klip
terjadinya atau straples
sedera berulang 2. Monitor proses kesembuhan area insisi
5. Mempu 3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada rea
melindungi insisi
kulit dan 4. Bersihkan area sekitar jahitan atau
mempertahankan staples, menggunankan lidi kapas
kelembaban streril
kulit dan 5. Gunakan preparat antiseptik, sesuai program
perawatan alami
6. Ganti balutan pada interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka tetap terbukan
(tidak dibalut) sesuai program

1. Evaluasi

Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian berulang dan


evaluasi terus menerus asuhan berdasarkan pada panduan observasi berikut (Wong,
2009)

a. Ukur tanda vital dan lakukan pengkajian respirasi dengan interval


waktuberdasarkan kondisi dan kebutuhan bayi, observasi usaharespirasi bayi
dan responnya terhadap terapi, periksa fungsi peralatan, periksa hasil uji
laboratorium.

b. Ukur suhu kulit abdomen dan aksila dengan interval tertentu.

c. Obervasi tingkah laku dan penampilan bayi untuk melihan adanya tanda sepsis.

d. Kaji hidrasi, kaji dan ukur asupan cairan, observasi bayi selama pemberian
nutrisi, ukur jumlah susu formula atau asupan parenteral, timbang setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta:Nuha Offset.

Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Bobak. 2004. Buku Ajar
Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC

Dutta, S., Singh, B., Chessell., Wilson, J., Janes, M., McDonald, K., et al.(2015).
Guidelines For Feeding Very Low Birth Weight Infants. Nutrients,7,pp432-
442. Diaksesmelalui : https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C4303848/&ved=2ahUKEwjQga2nkPzYAhVCr48KHf86Am4QFjAAegQIEx
AB&usg=AOvVaw3gxy4uxeLuaBY7Xz9URQzX pada 26 januari 2018.

Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada


Neonatus. Trans Info Media : Jakarta.

Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR).Jakarta:Trans Info Media.

Maryunani, Anik I dan Eka Puspita Sari. 2013b. Asuhan Kaperawatan Daruratan
Maternitas & Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai