b. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja
Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama. Sriwijaya
Asrama adalah suatu tempat yang dugunakan sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran keagamaan.
Selain Candi Mendut dan Pawon, di sekitar Borobudur juga ditemukan beberapa
peninggalan purbakala lainnya, di antaranya berbagai temuan tembikar seperti periuk
dan kendi yang menunjukkan bahwa di sekitar Borobudur dulu terdapat beberapa
wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur kini disimpan
di Museum Karmawibhangga Borobudur, yang terletak di sebelah utara candi
bersebelahan dengan Museum Samudra Raksa. Tidak seberapa jauh di sebelah utara
Candi Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut Candi Banon.
Pada candi ini ditemukan beberapa arca dewa-dewa utama Hindu dalam keadaan
cukup baik yaitu Shiwa, Wishnu, Brahma, serta Ganesha. Akan tetapi batu asli Candi
Banon amat sedikit ditemukan sehingga tidak mungkin dilakukan rekonstruksi. Pada
saat penemuannya arca-arca Banon diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dan kini
disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Beliau juga mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang
selama ini disisihkan oleh ajaran Hindu. Beliau berdawkah lewat pergaulan yang baik
dengan masyarakat sekitar.
Beliau meninggal pada tahun 1419 M setelah selesai membangun dan menata pondok
pesantren yang akan digunakan sebagai tempat belajar agama di Leran.
5. Sunan Ampel :
Sunan Ampel merupakan putra pertama Sunan Gresik. Beliau membangun pondok
pesantren di Ampel Denta di Surabaya untuk menyebarkan ajaran Islam.
Ketika Kesultanan Demak hendak dibangun, Sunan Ampel turut memprakarsai lahirnya
kerajaan Islam pertama di Jawa tersebut. Beliau pula yang menunjuk muridnya, Raden
Patah, putra dari Prabu Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit, untuk menjadi Sultan
Demak.
6. Sunan Bonang :
Sunan Bonang menyebarkan Islam mulai dari Kediri, Jawa Tengah, hingga ke berbagai
pelosok Pulau Jawa. Beliau memiliki kebiasaan berkelana ke daerah terpencil seperti
Tuban, Pati, Madura dan Pulau Bawean. Ajaran Sunan Bonang berfokus pada filsafat cinta
('isyq), yang terlihat mirip dengan gaya Jalalludin Rumi. Kesenian menjadi media
dakwahnya. Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika
Hindu menjadi gamelan khas Jawa yang menggunakan instrumen bonang.
Beliau merupakan sosok di balik tembang "Tombo Ati”. Selain itu, Sunan Bonang juga
seorang dalang yang menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.
7. Sunan Derajat :
Sunan Drajat menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran
masyarakat sebagai pengamalan dari agama Islam. Oleh sebab itu, beliau terlebih dahulu
mengupayakan kesejahteraan sosial sebelum memberikan pemahaman tentang ajaran
Islam.
Beliau mendapat gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah yang merupakan Sultan
Demak kala itu. Penghargaan ini diberikan berkat keberhasilan Sunan Drajat menyebarkan
agama Islam dan mengurangi kemiskinan warganya.
8. Sunan Giri :
Sunan Giri menyebarkan Islam melalui seni. Karya seni yang sering dianggap berhubungan
dengan Sunan Giri adalah permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng,
serta beberapa gending seperti Asmaradana dan Pucung. Tembang Lir-ilir mengandung
pesan keimanan dan ajakan berubah ke arah yang lebih baik.
9. Sunan Kalijaga :
Paham keagamaan Sunan Kalijaga cenderung sufistik berbasis salaf, serupa dengan
mentor beliau, yakni Sunan Bonang. Pemikiran kesufian yang ditampilkan Sunan
Kalijaga adalah tentang konsep zuhud.
Pemikiran zuhud adalah upaya membangun kesadaran masyarakat pada arti bekerja
dan beramal. Orang boleh bekerja apa saja asalkan layak bagi martabat manusia. Orang
bekerja untuk memperoleh makanan yang halal dan pantas untuk diri dan keluarganya.
Sunan Kalijaga juga memilih seni sebagai media dakwahnya. Beliau menggunakan seni
ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk. Beliau juga merupakan tokoh pencipta
baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, dan lakon wayang
Petruk Jadi Raja. Seni tersebut membuat banyak orang tertarik, bahkan berhasil
membuat sebagian besar adipati di Jawa untuk memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.
Beliau juga mendekati masyarakat dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha.
Ini bisa terlihat pada arsitektur Masjid Kudus. Beliau juga pernah menjadi Senapati atau
panglima perang Kerajaan Islam Demak.
11. Sunan Muria :
Sunan Muria banyak menyebarkan Islam di sekitar Jawa Tengah. Sarana yang
dipakai untuk berdakwah serupa dengan Sunan Kalijaga, yakni lewat kesenian
dan kebudayaan. Beliau juga bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan
keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut.