Anda di halaman 1dari 8

Analisa Pengaruh Variasi Parameter Pemotongan Dan Pendingin Terhadap Tingkat

Keausan Pahat End Mill HSS Hasil Pemesinan CNC Router Milling
Pada Aluminium Sheet 1100
(Effect of cutting and cooling parameters against the wear of HSS End Mill Chisel
Machined by CNC router milling on aluminum sheet 1100)

Muhammad Rahmat1, Bambang Dwi Haripriadi2


1,2
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bengkalis
Email: 1Muhammadrahmat120397@gmail.com, 2bambang@polbeng.ac.id

Abstrak
Pada proses pemesinan, salah satu hal yang tidak bisa terlepaskan adalah timbulnya keausan pahat setelah dilakukan
proses pemotongan. Untuk mengurangi laju keausan pahat biasanya dengan penentuan parameter pemotongan yang
baik dan diberikan media pendingin yang berfungsi untuk mengontrol temperatur pada saat pelumasan pemotongan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi parameter pemotongan dan pendinginan
terhadap keausan pahat end mill HSS. Material benda kerja yang digunakan pada penelitian ini adalah aluminium
sheet 1100 dan pahat end mill HSS berdiameter 6 mm dengan di variasikan parameter pemotongan yaitu gerak
makan (30 mm/min, 40 mm/min, 50 mm/min), kedalaman potong (0,5 mm, 1 mm, 1,5 mm), media pendingin yang
digunakan yaitu coolant, udara, oli. Pengambilan data keausan pahat dilakukan menggunakan mikroskop USB
dengan cara mengukur panjang keausan tepi (VB). Berdasarkan Analisis for signal to noise ratios keausan pahat
yang terkecil adalah pada parameter gerak makan 30 mm/min, kedalaman potong 0,5 mm, dan pendingin oli.
Berdasarkan analisis of varian (ANOVA) parameter kedalaman potong dan media pendingin menghasilkan nilai P <
0,050, hal ini menunjukkan bahwa parameter tersebut merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi
keausan pahat.

Kata Kunci : keausan pahat, parameter pemotongan, media pendingin, end mill HSS, analisis for signal to noise
ratios, analisis of varian (ANOVA).

Abstract
In the machining process, one of the things that cannot be released is the appearance of tool wear after the cutting
process is done. To reduce tool wear rates usually by determining the cutting parameters that are good and given a
cooling medium that serves to control the temperature during cutting lubrication. The purpose of this study was to
determine the effect of variations in cutting and cooling parameters on HSS end mill tool wear.The workpiece
material used in this study is aluminium sheet 1100 and HSS end mill chisels with a diameter of 6 mm with varying
cutting parameters namely feeding motion (30 mm / min, 40 mm / min, 50 mm / min), cutting depth (0, 5 mm, 1 mm,
1.5 mm), the cooling media used is coolant, air, oil. Data retrieval of tool wear was carried out using a USB
microscope by measuring the length of edge wear (VB). Based on analysis for signal to noise ratios the smallest tool
wear is on the feed motion parameters 30 mm / min, the cut depth is 0.5 mm, and the oil cooler. Based on the
analysis of variance (ANOVA) the depth and cut depth parameters produced a P value <0.050, this indicates that
these parameters are a significant factor in influencing tool wear.

Keywords: tool wear, cutting parameters, coolant, HSS end mill, analisis for signal to noise ratios, analisis of
variance (ANOVA).

1. Pendahuluan masih tetap digunakan terutama di bengkel produksi


Proses pemotongan logam dengan menggunakan yang bersekala kecil sampai menengah [1]. Hal ini
mesin-mesin perkakas konvensional masih terus dimungkinkan karena pahat jenis HSS bersifat liat,
berlanjut hingga saat ini. Perkembangan cutting tool harga lebih rendah, mudah didapat serta memungkinkan
pada mesin CNC milling seperti pahat jenis carbide, aplikasi pengerjaan dengan pemotongan (speed and
CBN, keramik, dan inserts tool sudah semakin maju. feed) yang lebih rendah.
Meskipun demikian, jenis pahat HSS (high speed steel)

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 67


Pada lingkungan industri umur pakai pahat yang 2. Landasan Teori
rendah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap 2.1. Mesin CNC Router Milling
peningkatan biaya produksi. Analisa mengenai umur Mesin CNC (Computer Numarical Control)
pahat dikaitkan dengan biaya produksi sudah pernah merupakan suatu mesin yang dikontrol oleh komputer
dilakukan [2]. Sementara dalam industri diingikan umur dengan menggunakan bahasa numerik (perintah
pakai pahat yang lebih panjang. ISO telah menetapkan gerakan dengan menggunakan huruf dan angka).
standar pengujian tool life suatu pahat dimana pahat Kegunaan mesin CNC ini sama seperti pada mesin
dikatakan rusak setelah mengalami keausan tepi (VB) frais konvensional pada umumnya tetapi gerakan mesin
rata-rata mencapai 0.3 mm dan keausan tepi dapat dikendalikan melalui suatu program komputer.
maksimum 0.6 mm, untuk berbagai material yang Mesin CNC router milling adalah salah satu jenis mesin
berbeda baik dalam proses pemotongan maupun CNC milling 3 axis yang berarti mempunyai 3 motor
finishing [3]. stepper. Dalam satu langkah (step) sebuah motor stepper
Keausan pahat dapat didefinisikan sebagai mampu bergerak sejauh 0,0138 mm atau berputar 50
peristiwa terlepasnya material atau atom dari untuk satu step. Untuk bergerak sejauh 1 mm, maka
permukaan material akibat deformasi plastis dan gaya diperlukan 72 step dari motor stepper.
mekanik. Keausan pada pahat potong akan
menyebabkan perubahan bentuk benda kerja sehingga
akan mengakibatkan geometri dan kualitas permukaan
material akan mengalami penurunan. Selama proses
pembentukan geram berlangsung [4].
Pada proses pemesinan aluminium, aluminium
memiliki karakteristik pemotongan yang baik yaitu
kekuatan potong spesifik yang rendah, potongan geram
yang pendek, keausan pahat yang relatif rendah dan
kualitas permukaan yang tinggi. Namun aluminium
merupakan logam mudah terbakar terutama pada saat
kecepatan potong dan kecepatan pemakanan tinggi.
Gesekan yang terjadi antara benda kerja dan permukaan Gambar 1. Blok Diagram Controller Mesin CNC
pahat potong dapat mengakibatkan terjadinya panas Router Milling
selama proses pemotongan adapun faktor–faktor yang
dapat meningkatkan suhu pemotongan yaitu kecepatan 2.2. Keausan Pahat
potong dan gerak makan [5]. Maka usaha untuk Mata pahat atau alat potong mesin CNC milling
mengurangi meningkatnya suhu yang terjadi untuk terdiri dari beberapa bentuk dan berbagai ukuran yang
menjaga agar laju keausan pahat lebih tahan pada saat memiliki pelapis, dan jumlah sisi potong yang banyak.
pemotongan adalah dengan pemberian fluida pendingin Pisau jari (end mill) merupakan salah satu jenis cutter
pada pahat milling. Analisa Laju keausan sisi pahat mesin CNC milling yang banyak digunakan.
karbida berlapis TiAIN/TiN pada pembubutan paduan
aluminium 6601 akibat laju permesinan tinggi, sudah
pernah dilakukan dalam studi sebelumnya [6].
Penggunaan fluida pendingin sangat penting
untuk memperbaiki kualitas produk dan memperpanjang
umur pahat. Pendingin berfungsi menurunkan
temperatur selama proses pemesinan dan juga sebagai
pelumas. Namun penggunaan fluida pendingin
memerlukan perhatian khusus karena dampak yang
dapat ditimbulkan akibat dari penggunaannya yaitu
dapat terjadi pecemaran lingkungan serta resiko Gambar 2. Geometri Sisi Potong Pahat End Mill
penyakit yang dapat timbul pada operator yang terpapar
fluida [7]. Gesekan yang dialami pahat dengan benda
Penelitian ini adalah menganalisis parameter kerja mengakibatkan pahat mengalami keausan.
pemotongan untuk memperoleh keausan pahat Keausan pahat ini semakin membesar sampai batas
minimum dengan Metode Respon Permukaan tertentu pahat tidak dapat dipergunakan lagi atau
sehingga diperoleh model matematiknya. Metode mengalami kerusakan karena temperatur yang tinggi,
untuk mengetahui nilai optimum dari parameter maka permukaan aktif dari pahat akan mengalami
pemesinan salah satunya yaitu dengan Metode keausan. Keausan tergantung juga pada jenis material
Permukaan Respon.

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 68


pahat, benda kerja yang dipilih, geometri pahat dan 3 Metodologi Penelitian
fluida yang digunakan sebagai pendingin [8]. 3.1 Bahan yang digunakan
Pengamatan kegagalan pahat digambarkan pada Penelitian ini menggunakan plat aluminium sheet
mekanisme aus pahat atau kegagalan pahat, mode 1100 (ukuran 200 mm x 40 mm). Lembaran aluminium
kegagalan, dan cacat yang terlihat. Gambar 3. 1100 adalah sejenis aluminium tulen industri,
menggambarkan kegagalan pahat yang lebih rinci yakni kandungan aluminium (pecahan jisim) sebanyak
dibagai atas aus, deformasi plastik dan patah rapuh [9]. 99.00%. Ketahanan korosi pada aluminium berubah
menurut kemurnian, pada umumnya untuk kemurnian
99,00% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara
tahan dalam waktu bertahun-tahun.

3.2 Langkah Penyayatan dan Metode Pengukuran


Tahap awal sebelum melakuakan pemesinan
yaitu mengukur mata potong pahat end mill
menggunakan microscope USB, setelah selesai
pengukuran data awal, lalu lanjut proses pemesinan.
Langkah penyayatan dilakukan dengan satu arah gerak
pemakanan yaitu dari sisi kiri ke sisi kanan, dan
dilakukan 3 sayatan. Dapat dilihat pada Gambar 4
sebagai berikut.

Gambar 3. Diagram Spektrum Kegagalan Pahat

2.3 Material Pahat High Speed Steel (HSS) dan


Paduannya
Pahat HSS merupakan salah satu perkakas
penting yang dipergunakan dalam proses pemesinan.
Untuk menjamin proses ini, diperlukan material pahat
yang lebih unggul daripada material benda kerja.
Beberapa unsur paduan W, Cr, V, Mo dan Co
meningkatkan sifat keras dan kuat pada temperatur kerja
yang tinggi (hot hardness). Pengaruh unsur-unsur Gambar 4. Langkah Penyayatan
tersebut dengan unsur dasarnya besi (Fe) dan karbon (C)
[9]. Pahat end mill yang digunakan mempunyai 4
mata potong atau alur (flute), keausan mata pahat diukur
2.4 Cairan Pendingin Pada Proses Pemesinan
disetiap besarnya keausan tepi pada flute pahat end mill,
Didalam proses pemesinan, fungsi dari cairan
jadi pengukuran keausan mata pahat diukur 4 titik
pendingin adalah untuk menambah atau memperpanjang
pengukuran. Dapat dilihat pada gambar 5 sebagai
umur pahat. Fungsi utama dari cairan pendingin adalah
berikut.
sebagai berikut: melumasi proses pemotongan (pada
kecepatan potong rendah), mendinginkan benda kerja
(pada kecepatan potong tinggi), membuang geram (sisa
pemotongan) dari daerah pemotongan. Adapun fungsi
kedua dari cairan pendingin adalah sebagai berikut:
melindungi permukaan yang dipotong dari korosi,
memudahkan pengambilan benda kerja karena bagian
panas telah didinginkan. Penggunaan cairan pendingin
pada proses pemesinan juga memberikan efek pada
pahat dan benda kerja yang sedang dikerjakan, pengaruh
cairan pendingin terhadap pahat dan benda kerja adalah
untuk memperpanjang umur pahat, mengurangi
deformasi benda kerja karena keausan pahat, permukaan
benda kerja menjadi lebih halus, dan membantu Gambar 5. Pengukuran Disetiap Flute
membuang/membersihkan geram.
Pengukuran nilai keausan mata pahat end mill
yaitu menggunakan microscopre USB dilakukan dengan

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 69


cara melihat dan mengukur besarnya keausan yang Tabel 2. Matrik Ortogonal L9 (33)
terjadi pada keausan tepi pahat end mill, pengukuran Parameter
N
keausan mata pahat end mill dilakukan dengan cara
o (f), mm/min (a), mm Pendingin
mengukur panjang keausan yang terjadi, yaitu dengan
cara mata potong sebelum terjadi keausan dijadikan titik 1 1 1 1
acuan untuk memulai mengukur kemudian ditarik garis 2 1 2 2
lurus sampai pada garis rata-rata bekas keausan pada 3 1 3 3
bidang utama yaitu mengukur panjang VB (mm). Nilai 4 2 1 2
keausan yang didapatkan di setiap mata potong dirata- 5 2 2 3
ratakan. Keausan rata-rata itu dijadikan sebagai nilai 6 2 3 1
keausan mata pahat end mill .Cara pengukuran keausan 7 3 1 3
pahat dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut. 8 3 2 1
9 3 3 2

Tabel 3. Tabel Data Dari Matrik Ortogonal L9 (33)


Parameter
N
(f), VB (mm)
o (a), mm Pendingin
mm/min
1 30 0,5 Udara
2 30 1 Coolant
3 30 1,5 Oli
4 40 0,5 Coolant
Gambar 6. Pengukuran Keausan Tepi 5 40 1 Oli
6 40 1,5 Udara
3.3 Rancangan Eksperimen Dengan Metode 7 50 0,5 Oli
Taguchi 8 50 1 Udara
Rancangan eksperimen ini diawali dengan 9 50 1,5 Coolant
pemilihan matriks ortogonal yang tergantung dari
banyaknya variabel kontrol dan level dari masing- 4 Hasil Dan Pembahasan
masing variabel tersebut. Tabel 1 menunjukkan jenis 4.1 Mengukur keausan pahat
variabel bebas, jumlah level dan nilai dari variabel bebas Mengukur keausan disetiap flute (mata potong).
yang digunakan pada penelitian ini. Diukur di bagian tepi mata pahat. Dapat dilihat pada
gambar 7 sebagai berikut.
Tabel 1. Fariabel Bebas dan Penentuan Level
Parameter Level 1 Level 2 Level 3
Gerak 30 40 50
makan mm/min mm/min mm/min
Kedalaman 0,5 mm 1 mm 1,5 mm
potong
Pendingin Udara Coolant Oli

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1


didapatkan pemilihan orthogonal array design untuk
rancangan eksperimen ini, sehingga matrik ortogonal
yang digunakan adalah L9 (33). Matrik ortogonal jenis
L9 (33) memiliki 3 kolom dan 9 baris yang mampu
digunakan untuk tiga buah variabel bebas yang masing-
masing memiliki 3 level. Rancangan eksperimen untuk
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut. (A)

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 70


didapatkan di setiap mata potong dirata-ratakan.
Keausan rata-rata itu dijadikan sebagai nilai keausan
mata pahat end mill. Dapat di lihat pada Tabel 4

Tabel 4. Tabel Data Dari Matrik Orthogonal L9 (33)


Parameter
N
(f), VB (mm)
o (a), mm Pendingin
mm/min
1 30 0,5 Udara 0,020
2 30 1 Coolant 0,016
3 30 1,5 Oli 0,024
4 40 0,5 Coolant 0,013
5 40 1 Oli 0,017
6 40 1,5 Udara 0,044
(B) 7 50 0,5 Oli 0,016
Gambar 7. Flute (Mata Potong) Yang Di Ukur 8 50 1 Udara 0,050
9 50 1,5 Coolant 0,039
Nilai panjang VB diukur dari ujung sudut pahat
sebelum pemesinan dan di tarik ke batas keausan yang
4.2 Analisis Taguchi Dsign
terjadi sesudah melakukan pemesinan, dapat dilihat pada
Dibawah ini merupakan analisa kuantitatif
Gambar 8 dan 9 sebagai berikut.
menggunakan program minitab 17 analisis desain
taguchi. Untuk mengetahui faktor apa yang paling
berpengaruh dan signifikan terhadap keausan pahat end
mill HHS dalam proses pemotongan bahan aluminium
sheet 1100. Didalam analisis tersebut akan ditampilkan
data hasil analisis taguchi berdasarkan keausan pahat
end mill HSS di setiap tahap percobaan. Dari
perhitungan minitab 17 didapat kan hasil S/N Rasio
dapat di lihat pada Tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Tabel Data Hasil S/N Ratios


Parameter
N (f), VB S/N
o mm/ (a), (mm) Ratios
Pendingin
mm
min
Gambar 8. Sebelum Melakukan Pemesinan
1 30 0,5 Udara 0,020 33,9794
2 30 1 Coolant 0,016 35,9176
3 30 1,5 Oli 0,024 32,3958
4 40 0,5 Coolant 0,013 37,7211
5 40 1 Oli 0,017 35,3910
6 40 1,5 Udara 0,044 27,1309
7 50 0,5 Oli 0,016 35,9176
8 50 1 Udara 0,050 26,0206
9 50 1,5 Coolant 0,039 28,1787

Perhitungan nilai S/N Ratios tergantung pada


jenis karakteristik kualitas dari respon. Respon keausan
pahat memiliki karakteristik kualitas semakin kecil
semakin baik. Contoh perhitungan S/N Ratios dari
keausan pahat untuk kombinasi setting faktor
Gambar 9. Sesudah Melakukan Pemesinan
pertamadengan karakteristik kualitas semakin kecil
semakin baik adalah sebagai berikut:
Sebelum melakukan pemesinan mata pahat end
mill di ukur terlebih dahulu. Setelah itu dibandingkan
dengan nilai sesudah pemesinan. Nilai keausan yang

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 71


𝐒 𝟏 𝒓 𝟐 coolant dan oli jauh lebih bagus dibandingkan dengan
= −𝟏𝟎 𝒍𝒐𝒈 𝒊=𝟏 𝒀𝒊
𝐍 𝑵 media pendingin jenis udara. Hal ini dikarenakan
S 1
= −10 𝑙𝑜𝑔 0,0202 terjadi kontak langsung antara media pendingin
N 1 dengan pahat end mill yang cukup besar. Sedangkan
S
= −10 𝑙𝑜𝑔 0,0004 untuk jenis media pendingin udara sendiri tidak
N demikian, dan cenderung seolah-olah tidak dilakukan
S
= 33,9794 pendinginan sama sekali, sehingga menyebabkan pahat
N lebih mudah aus.
Akan tetapi kondisi optimum yang didapat
Dimana:
dengan mempergunakan analisis signal to noise ratio
N = jumlah replikasi data keausan pahat yang diambil.
(S/N Ratios) “small is better” terhadap rancangan
Y = nilai keausan pahat yang didapatkan.
percobaan metode taguchi L-9 menunjukkan kondisi
yang berbeda. Untuk rentang gerak makan (f) sampai
Respon Signal To Noise Ratios Smaller Is Better
dengan 50 mm/min, kedalaman potong (a) sampai
untuk faktor kontrol dalam mengindifikasi pengaruh
dengan 1,5 mm, penggunaan cairan pendingin hasil oli
level dari faktor terhadap rata-rata yang digunakan saat
mampu memberikan nilai keausan pahat yang rendah
pemotongan dilakukan pengeolahan data respon yang
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 hasil ini
diperoleh langsung dari setiap tahap percobaan
didapat dengan mengkombinasikan gerak makan 30
pemotongan. Untuk respon keausan mata pahat,
mm/min, kedalaman potong 0,5 mm. kondisi
pengaruh level terlihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
pemotongan ini adalah kondisi pemotongan yang baik
diantara rentang kombinasi parameter pemotongan yang
Tabel 6. Tabel Data Signal To Noise Ratios Smaller Is
diamati.
Better
Dari hasil yang ditunjukkan pada Gambar 10
Level Gerak Kedalaman Pendingin
terlihat bahwa ada indikasi terjadinya pergeseran fungsi
makan potong
media pendingin dalam proses pemotongan material
1 34,10 35,87 29,04
alumminium sheet 1100 dengan penggunaan media
2 33,41 32,44 33,94 pendingin hasil oli. Dari yang awalnya berfungsi sebagai
3 30,04 29,24 34,57 pelumas, pendingin, dan pelindung bergeser menjadi
Delta 4,06 6,64 5,52 pelumas yang memiliki kemampuan pelumasan yang
Rank 3 1 2 baik. Oli mampu mempertahankan kemampuan
pelumasan yang lebih baik pada temperatur yang tinggi
Berdasarkan data hasil rata-rata S/N Ratios pada dibandingkan jenis media pendingin coollant dan udara.
Tabel 6 didapat Gambar grafik respon S/N Ratios dapat Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui
dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut. bahwa kemampuan pelumasan yang baik akan
bermanfaat untuk mengurangi gesekan pada permukaan
bidang kontak antara pahat dan geram, dan begitu pula
dengan gerak makan dan kedalaman potong yang rendah
juga memiliki pengaruh yang baik bagi keausan pahat.
Berdasarkan analisa pada Tabel 6 dan Gambar
10 parameter yang mempengaruhi respon keausan pahat
terkecil adalah dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai
berikut.

Tabel 7. Respon Parameter Terbaik


Faktor Level Nilai level
gerak makan Level 1 30 mm/min
kedalaman potong Level 1 0,5 mm
pendingin Level 3 Oli
Gambar 10. Grafik Respon S/N Ratios
Berdasarkan analisa tabel respon pada tabel 7
Dari hasil percobaan dan analisa data yang telah yang mempengaruhi keausan pahat yang terkecil adalah
dilakukan, dapat dikatakan bahwa antara ketiga jenis pada gerak makan 30 mm/min, kedalaman potong 0,5
media pendingin yang digunakan dalam percobaan ini mm, dan pendingin oli.
yaitu jenis udara, coolant dan oli ketiganya memiliki
kemampuan untuk menghambat keausan pahat end mill
yang berbeda. Dalam hal ini media pendingin jenis

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 72


4.3 Analysis Of Varian (ANOVA) apabila titik residual yang dihasilkan telah sesuai atau
Analysis of Varian (ANOVA) digunakan untuk mendekati garis lurus yang ditentukan. Gambar 11
mengetahui variabel proses yang memiliki pengaruh menunjukkan hasil statistik Kolmogorov-Smirnov (KS)
secara signifikan. Dengan menggunakan softwere untuk uji distribusi normal dengan derajat signifikansi α
minitab 17 hasil ANOVA respon keausan pahat dengan = 0,05. Hipotesis:
factor gerak makan, kedalaman potong dan pendingin. H0 : residual model regresi berdistribusi normal
Maka dihasilkan data yang tampak pada Tabel 8 H1 : residual model regresi tidak berdistribusi normal.
ANOVA sebagai berikut. Berdasarkan tabel statistik Kolmogorov-Smirnov
untuk a = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 9
Tabel 8. Analisis Of Varian (ANOVA) pengamatan adalah 0,43001. Nilai ini akan dijadikan
N D Adjn F- P- patokan untuk mengambil kesimpulan berdasarkan hasil
Source Adj SS uji kenormalan data yang telah dilakukan. Nilai statistik
o f MS value valve
1 gerak makan 0,0003 0,000 Kolmogorov-Smirnov adalah 0,239. Nilai Kolmogorov-
2 13,15 0,071 Smirnov yang diperoleh dari pengamatan kurang dari
(f) 54 177
2 Kedalaman 0,0005 0,000 nilai tabel statistik Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,239 <
2 21,06 0,045 0,43001. Oleh karena itu, kesimpulan hasil uji
potong (a) 66 283
3 0,0006 0,000 kenormalan rasidual adalah rasidual model regresi linear
Pendingin 2 22,67 0,042 yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. Jadi
10 305
4 0,0000 0,000 asumsi asumsi kenormalan rasidual pada suatu model
Error 2 regresi telah dipenuhi oleh model regresi linear,
27 013
5 0,0015 sehingga model regresi yang telah dibuat bisa
Total 8 digunakan. Dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai
56
berikut.
Pada Tabel 8 dimana hasil pengolahan data
menggunakan program minitab 17, pada kolom terakhir
muncul huruf P. Itu merupakan satuan atau simbol dari
nilai probabilitas (P-value), itu adalah peluang
munculnya suatu kejadian. Besarnya peluang
melakukan kesalahan disebut taraf signifikansi yang
artinya meyakinkan atau berarti. Dalam penelitian ini
mengandung arti bahwa hipotesis yang telah terbukti
pada sampel dapat diperlakukan pada populasi. Tingkat
signifikansi 5% atau 0,050 artinya kita mengambil
resiko kesalahan dalam mengambil keputusan untuk
menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%
dan dalam mengambil keputusan sedikitnya 95%
(tingkat kepercayaan).
Dalam penelitian ini nilai P untuk gerak makan Gambar 11. Grafik Uji Kenormalan Keausan Pahat
adalah 0,071, nilai P untuk kedalaman potong (a) adalah
0,045 dan nilai P untuk pendingin adalah 0,042. Dari 5. Kesimpulan
data tersebut menyatakan bahwa parameter kedalaman Berdasarkan hasil eksperimen dan analisis yang
potong dan pendingin menghasilkan nilai P < 0,050, hal telah dilakukan, mak penelitian yang berjudul “Analisa
ini menunjukkan bahwa parameter kedalaman potong Pengaruh Variasi Parameter Pemotongan Dan Pendingin
dan pendingin merupakan faktor yang signifikan dalam Terhadap Tingkat Keausan Pahat End Mill HSS Hasil
mempengaruhi keausan pahat, parameter pendingin Pemesinan CNC Router Milling Pada Aluminium Sheet
memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan 1100” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
parameter kedalaman potong dalam keausan pahat, hal 1. Semua keuasan mata pahat terjadi pada sisi
tersebut bisa dilihat dari nilai P yang dihasilkan oleh tepinya, mekanisme ini mengindikasikan bahwa
pendingin lebih kecil atau nilai F yang dihasilkan lebih terjadinya keausan tepi (flank wear). Penyebab
besar dari parameter kedalaman potong. Sedangkan keausan ini terjadi karena adanya gesekan antara
gerak makan bukan faktor signifikan. permukaan benda kerja dengan pahat, dimana pada
bagian sisi tepi mata pahat merupakan permukaan
4.4 Uji Distribusi Normal utama saat melakukan pemakanan.
Uji distribusi normal dilakukan untuk mengamati 2. Dari analisis metode taguchi Signal To Noise
penyimpangan model. Sudah dikatakan telah mengikuti Ratios Smaller Is Better, dapat disimpulkan bahwa
distribusi normal jika pada kurva kenormalan residual, penggunaan gerak makan yang rendah, kedalaman

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 73


potong yang kecil akan mengurangi tingkat [7] S. Sunarto dan S. Mawarni, “Pengaruh Pemesinan
keausan pahat, begitu pula sebaliknya. berdasarkan Laju Tinggi Keadaan Kering Terhadap
analisa respon table dan grafik Signal To Noise Pertumbuhan Aus Sisi (VB) Pahat Karbida
Ratios Smaller Is Better, respon tingkat keausan Berlapis (TiAIN/TiN) pada Pembubutan Paduan
pahat terkecil adalah gerak makan pada level 1 Aluminium 6061”, J.Polimesin, Vol. 16, No. 2,
yaitu 30 mm/min, kedalaman potong pada level 1 pp. 51-56, 2018.
yaitu 0,5 mm, pendingin pada level 3 yaitu oli. Dan [8] Kalpakjian, Manufacturing Process for
respon tingkat keausan pahat terbesar adalah gerak Engineering and Technology”. 3rd Edition,
makan pada level 3 yaitu 50 mm/min, kedalaman Addison Wesley Publishing Company, 1995.
potong pada level 3 yaitu 1,5 mm, pendingin pada [9] T. Rochim, Teori dan Teknologi Proses
level 1 yaitu udara. Pemesinan, Laboratorium Teknik Produksi.
3. Dari hasil analisis of Varian (ANOVA) Jurusan Mesin, FTI-ITB, Bandung, 1999.
menyatakan bahwa parameter yang signifikan
atau berpengaruh dalam keausan pahat adalah
pendingin dan kedalaman potong, parameter
kedalaman potong dan pendingin menghasilkan
nilai P < 0,050. hal ini menunjukkan bahwa
parameter tersebut merupakan faktor yang
signifikan dalam mempengaruhi keausan pahat,
parameter pendingin memberikan kontribusi yang
lebih besar dengan nilai 0,042 < 0,050
dibandingkan parameter kedalaman potong dengan
nilai 0,045 < 0,050 dalam keausan pahat, hal
tersebut bisa dilihat dari nilai P yang dihasilkan
oleh parameter pendingin lebih kecil.
4. Dari hasil distribusi normal nilai statistik
Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh adalah 0,239,
sementara nilai tabel dari statistik Kolmogorov-
Smirnov untuk a = 0,05 dan jumlah pengamatan
sebanyak 9 pengamatan adalah 0,43001. Karena
Nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh dari
pengamatan kurang dari nilai tabel statistik
Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,239 < 0,43001. Oleh
karena itu, kesimpulan hasil uji kenormalan
rasidual adalah rasidual model regresi linear yang
dibuat telah mengikuti distribusi normal.

Daftar Pustaka

[1] T. Rochim, Teori & Teknologi Proses Pemesinan,


Higher Education Development Support Project,
1993.
[2] Azwinur dan Taufiq, “Analisis Umur Pahat dan
Biaya Produksi pada Proses Drilling terhadap
material S40C,” J. Polimesin, Vol. 15, No. 1, 2017.
[3] B. L. Juneja, G. Sekhon, and N. Seth,
Fundamentals of Metal Cutting and Machine
Tools, New-Delhi, New Age International, 2003.
[4] T. Rochim, Perkakas & Sistem Perkakas”,
Bandung, Institut Teknologi Bandung, 2007.
[5] S. Kalpakjian, Manufacturing Engineering and
Technology, 6th edition, New York, Pearson, 2009
[6] A. Ginting, “Karakteristik Pemotongan Ortogonal
Kering Paduan Titanium Ti6Al4V Menggunakan
Pahat Karbida”, Jurnal Tenik Mesin, 2006

Jurnal Polimesin Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 74

Anda mungkin juga menyukai