Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan,
serta bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat
kesehatan komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan,
pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan
kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut
dengan keperawatan komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan
dan Dawkin, 1987).
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan
semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5
tahun.Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di
sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan komunitas
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
3. Untuk mengetahui komunitas sebagai klien
4. Untuk mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keperawatan komunitas

Keperawatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut.
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang
terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga,
ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai
dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap
unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan
tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting
untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan


khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

B. Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas

1. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan


peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,
dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
2. Fungsi keperawatan komunitas
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.

2
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan
yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak,
2006).

C. Komunitas sebagai klien


Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat
relative sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas
merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga. Komunitas sebagai klien yang
dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi, antara lain: daerah terpencil, daerah
rawan, daerah kumuh, dll.

D. Strategi intervensi keperawatan komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:


1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar
dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media
masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu
juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan
masalah kesehatan melalui proses kelompok.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke
orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut
terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.
23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas.
Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

3
E. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

Pembagian era sejarah perkembangan keperawatan komunitas


1. Empirical health era (< 1850 )
Pendekatan kearah symptom/gejala yg dikeluhkan si sakit, pendidikan, yankes,
penelitian berorientasi pada gejala penyakit
2. Basic science era (1850-1900)
Ditemukannya laboratorium, Ilmu kesehatan berkembang ke arah penyebab terjadinya
penyakit yg dpt dibuktikan secara laboratoris.
3. Clinical science era ( 1900-1950)
Ilmu kesehatan, bagaimana mendiagnosis, mengobati dan memulihkan individu yg
menderita sakit tertentu/ Patient oriented.
4. Publc health science era (1950-2000)
Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat (public health), yankes tdk lagi
mengutamakan upaya kuratif tetapi juga memikirkan upaya promotif dan rehabilitatif.
5. Political health science era (sekarang)
Konsep pendekatan terhadap semua penduduk. Masalah yang dihadapi meliputi :
environment, health services, behavior dan herediter.

4
A. Pengertian gizi buruk
Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya
dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran, yang merupakan bentuk
terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannnya tiap bulan sampai usia minimal dua tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia dapat dikatakan bergizi baik. Jika beratnya
sedikit di bawah standar disebut bergizi kurang, dan yang bersifat kronis apabila jauh
di bawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi, istilah gizi buruk adalah salah satu
bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut.
Anak yang bergizi kurang, berarti kekurangan gizi pada tingkat ringan atau
sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, yang akan
beraktivitas, bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya
mulai kurus dan staminanya mulai menurun. Pada fase lanjut (gizi buruk) akan rentan
terhadap infeksi, terjadi pengurusan otak, pembengkakan hati, dan berbagai gangguan
yang lain seperti peradangan kulit, infeksi, kelainan organ dan fungsinya.

B. Etiologi
Dalam kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi
masalah gizi menurut UNICEF (1988), masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
1. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga
penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada
akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula anak yang tidak memperoleh
cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang
penyakit. Asupan makanan yang kurang, dalam hal ini pemberian Air Susu Ibu dan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) merupakan penyebab langsung
terjadinya gizi kurang dan gizi buruk.
2. Penyebab tidak langsung
 Terdapat tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu:
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diaharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Namun kadang-kadang
bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang
memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
 Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental, dan sosial. Suatu studi
positive deviance mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan anak balita
di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua
mereka semuanya berprofesi sebagi petani. Dari studi ini diketahui pola
pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, mengerti akan pentingnya ASI, Posyandu,
kebersihan, anaknya akan lebih sehat.

5
 Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan. Pelayan kesehatan yang dimaksu yaitu imunisasi, penanganan
diare dengan oralit, tindakan cepat pada anak balita yang tidak naik berat badan,
pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di Posyandu,
Penyediaan Air Bersih, kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
3. Pokok masalah dimasyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
4. Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan
sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan
kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang
menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut telah memicu munculnya
kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak
memadai.

Skema Gizi Buruk:

6
C. Manifestasi klinis
Tanda-tanda gizi kurang secara garis besar dapat dibedakan menjadi marasmus,
kwasikor, marasmus kwasiokor.
1. Marasmus.
Merupakan penyakit yang di sebabkan karena defisiensi kalori( energi ) yang
berlangsung lama.
Tanda dan gejalanya:
a. Anak sangat kurus ( terlihat kulit dan tulang ).
b. Berat badan mencapai sekitar 60 % dari berat badan ideal menurut umur.
c. Kulit muka berkerut seperti orang tua.
d. Kulit daerah pantat berlipat.
e. Anak apatis dan pasif.

2. Kwasiokor
Merupakan penyakit defisiensi protein yang berlangsung cukup lama. Tanda dan
gejalanya:
a. Anak apatis.
b. Rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, dan rambut mudah dicabut.
c. Jika lipatan kulit di tarik masih terasa ada jaringan lemak sedikit.
d. Muka sembab.

3. Marasmus kwasiokor.
Merupakan penyakit defisiensi energi dan protein yang berlangsung lama. Tanda dan
gejala gabungan antara marasmus dan kwasiokor. (Sodikin, 2013 ).

D. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi
kurang umumnya terjadi pada balita dengan keadaan lahir BBLR (bayi berat lahir
rendah) atau dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Tidak tercukupinya makanan
dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan
yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi kurang yang dapat
bertambah menjadi gizi buruk atau kurang energi kalori.
Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi akan muncul perubahan zat biokimia
dan rendahnya zat gizi dalam tubuh berupa rendahnya kadar hemoglobin serum vit A
dan karoten, apabila keadaan ini berlangsung lama maka akan terjadi perubahan
fungsi tubuh seperti tanda tanda syaraf kelemahan, pusing, kelelahan dll. ( yulianti,
2006 )

7
E. Pathway

F. Komplikasi
Malnutrisi Energi Protein (MEP) berat yang dikenal dengan:
1. Kwashiorkor
2. Marasmus
3. Marasmik-kwashiorkor

8
G. Penanggulangan gizi buruk
Penanggulanga gizi kurang dan gizi buruk perlu dilakukan secara terpadu
antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan
pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan
status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan
teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya ini bertujuan
memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beranekaragam, dan
seimbang dalam mutu gizi.
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi buruk yang dilakukan secara
terpadu antara lain:
1. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan serta pengawasan makanan dan minuman.
2. Peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga.
3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat
pos pelayan terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit.
4. Peningkatan upaya keamanan pangan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan
Dan Gizi (SKPG).
5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi
masyarakat.
6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
7. Intervensi langsung kepada sasaran mulai pemberian makanan tambahan (PMT),
distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi seerta kapsul minyak
beryodium.
8. Peningkatan kesehatan lingkungan.
9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, yodium dan zat besi.
10. Upaya penelitian dan pengembangan pangan gizi

Anda mungkin juga menyukai