Anda di halaman 1dari 18

Nama : Putri Ulandari br.

Karo

Nim : 17.3292

Mata Kuliah : Seminar Biblika

Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Martongo Sitinjak

Pdt. Dr. Pahala Simanjuntak

Bekerja dan Memberitakan Firman

(Studi Biblis Terhadap Kisah Para Rasul 18:1-8)

I. Pendahuluan

Penulis kitab ini sering diyakini sebagai Lukas (Lukas yang sama dengan penulis Injil
Lukas). Namun tidak begitu banyak hal yang diketahui mengenai Lukas ini. namanya hanya
tiga kali disebutkan dalam Perjanjian Baru. Dalam Kolose 4:14 ia disebutkan sebagai “tabib
yang terkasih”, dan lainnya ada pada Filemon 24 dan II Timotius 4:11. Lukas berasal dari
Anthiokia (dugaan Eusibius) atau dari Filipi (dugaan Ramsey). Lukas merupakan seorang
cendikiawan dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan.1

Kitab Kisah Para Rasul adalah kitab yang penuh dengan sejarah. Bukan tanpa alasan
bahwa kitab ini diletakkan diantara kitab-kitab Injil dan surat-surat kiriman, meskipun dalam
daftar kanonik kuno, kitab Kisah para rasul ini tidak pernah menempati posisi tersebut. Kitab
ini ditempatkan secara mengagumkan sebagai penghubung antara catatan mengenai Yesus
dan korespondensi para rasul. Namun alasan yang paling mudah tentang ini adalah karena
Lukas sang penulis kitab sepertinya lebih akrab dengan kedua rasul tersebut dibandingkan
dengan rasul-rasul lainnya.2 Penulisan kitab ini diduga sebelum tahun 62 M, dengan
pertimbangan bahwa Paulus meninggal pada tahun 66 dan Petrus tahun 64. 3

Saat ini berbicara mengenai pekerjaan dan melayani menjadi topik yang hangat untuk
diperbincangkan. Tanpa disadari terbangun kesan adanya pandangan dualistis dalam gereja
yaitu usaha untuk membedakan pekerjaan rohani dan pekerjaan sekuler. Membahas topik
1
Henry h. Halley, Penuntun Ke Dalam Perjanjian-Baru, (Surabaya: YAKIN 1979) 170
2
Donal Guthrie, New Testament Introduction, (London: Inter-Varsity Press 1970)336-339
3
R. C. H. Lenski, The Interpretation Of The Acts Of The Apostle, (Colombus: Lutheran book concern 1934) 11
tentang bekerja dan melayani maka akan tertuju pada tokoh Alkitab yaitu Paulus. Sebagai
seorang rasul yang aktif memberitakan Injil, Paulus juga melakukan pekerjaan sebagai
seorang pembuat tenda bersama Akwila dan Priskila di Korintus. Ia adalah seorang
pemberita Injil sekaligus seorang pekerja (wirausaha). Dimana prinsip pelayanan Paulus
sangat unik karena ia berbeda dengan rasul-rasul yang lain. Salah satu perbedaan ini bisa
dilihat ketika ia menegaskan bahwa sebagai seorang penginjil ia tidak mau membebani
jemaat yang dilayani. Ia juga tegas untuk tidak menerima imbalan apapun atas pemberita Injil
yang dilakukannya meskipun sebenarnya ia berhak untuk itu.

Bagi Paulus tidak ada yang istimewa dari tugas pemberitaan Injil yang ia lakukan, karena
ini merupakan keharusan ilahi bagi dirinya. Ia hanya melakukan apa yang seharunya ia
lakukan. Paulus melihat dirinya sebagai budak yang dipercayakan untuk memberitakan Injil.
ketika seorang budak menyelesaikan pekerjaannya ia tidak boleh mengharapkan upah dari
apa yang dia kerjakan. Prinsip Paulus ini sekaligus menjadi pelajaran yang konkrit dalam
pemberitaan Injil, yaitu bahwa pemberitaan Injil yang tanpa pamrih akan menegaskan
tentang hakikat Injil yang adalah anugerah Allah.

Oleh sebab itu, penting adanya suatu kajian tentang prinsip penginjilan rasul Paulus
secara khusus kegiatannya sebagai seorang pekerja yang dapat dijadikan sebagai suatu
teladan bagi para penginjil masa kini dan suatu perbandingan dalam pelaksaan prinsip hamba
Tuhan. Dan teks ini sangat tepat untuk diperbincangkan ditengah-tengah para pelayan gereja
saat ini (pendeta,guru huria, biblevrow,dll). Tak jarang kita temui bahwa para pelayan masih
cenderung memikirkan tentang finansialnya. Ditambah lagi keadaan yang saat ini dilanda
oleh virus covid-19 dan tentu membawa dampak termasuk dalam kehidupan bergereja.
Banyak kegiatan gereja yang terhenti dan program gereja tidak berjalan sehingga
mengakibatkan berkurangnya pemasukan gereja yang berdampak pada finansial pelayan.
Oleh karena itu melalui perikop ini Paulus mau mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi
seorang pelayan yang kuat dan tangguh tanpa bergantung pada finansial yang diberikan
jemaat. Melainkan seorang pelayan harus tetap bekerja memberitakan firman tanpa diberi
upah. Kemudian Paulus juga mengajarkan kepada kita untuk memiliki pekerjaan sekuler
tanpa bergantung pada upah yang diberikan dari pemberitaan Injil.

II. Landasan Teori


II.1 Etimologi dan Terminologi
II.1.1 Bekerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata bekerja yang berasal dari kata dasar
“kerja” adalah melakukan suatu pekerjaan (perbuatan). Kegiatan yang melakukan sesuatu, bisa
juga diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. 4 Dalam kamus Alkitab juga
menerangkan bahwa bekerja adalah alamiah untuk manusia sejak semula. Tetapi bukan suatu
hukuman, hanya dosalah yang menjadikan bekerja itu melelahkan dan menjemukan(Ke 3:16).
Namun kerja dapat diberi nilai positif- bukan hanya untuk menumpukkan harta (Ams. 23).
Melainkan sebagai alau untuk ikut serta dalam pekerjaan Allah (Kol:23). Jadi, menolak bekerja,
sekalipun demi alasan keagamaan, karna menantikan kembalinya Tuhan (1 Tes 4: 11) patut
dicela Paulus bekerja menurut keahliannya, agar tidak menjadi beban bagi orang yang menjadi
percaya olehnya (Kis. 18:3).5 Paulus bekerja untuk hidup (Kis.18:3) dan ia menasehati orang
percaya supaya tidak bermalas-malasan.6

Dalam Novum Testamentum kata bekerja terdapat pada ayat yang ke tiga yaitu ergazeto
dengan kata dasar ergon yang berarti perbuatan, tindakan, pekerjaan. Ergazomai yang
merupakan serumpun dari kata ergon yang artinya menciptakan memproduksi dan juga
memproses. Ini merujuk kepada pekerjaan tertentu atau kegiatan resmi. 7 Didalam surat-suratnya
Paulus mengungkapkan bahwa ia bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhannya,
sehingga tak seorang pun dapat mencelanya karena menggantungkan diri kepada para pendengar
berita Injil untuk memenuhi kebutuhan materinya. Ia menolak untuk menjadi beban siapapun
dari antara jemaat yang dia dirikan. Dengan bekerja, ia memenuhi kebutuhan finansialnya.
Paulus tidak pernah mengambil keuntungan dari siapapun (2 Korint 7:2), dan bahwa ia telah
menjadikan dirinya sendiri teladan dalam hal ketekunan dan kemandirian sesuai dengan
kerinduannya.8

II.1.2 Memberitakan Firman

4
Tim penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka,1990)153
5
WR.F. Browning, Kamus Alkitab A Dictionary Of the Bible,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007) 53
6
WR.F. Browning, Kamus Alkitab A Dictionary Of the Bible ,..197
7
Gerhard Friedrich (ed), Theological Dictionary Of The New Testament, (Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing
Company, 1972), 1147
8
Simon Kistemaker, New Testament Commentary : Acts (Grand Rapids : Baker Book House,1990) 737
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberitakan yang berarti mewartakan,
mengabarkan, memberitahukan, melaporkan.9 Memberitakan juga mempunyai arti bersuara,
mengucapkan, berkata, menyebutkan, menyatakan, memberitakan, melaporkan, membisikkan.
Kata kerja orang kedua tunggal mengarah kepada Paulus, present disini untuk menunjukkan
bahwa suatu pekerjaan sedang dilakukan atau dilakukan berulang kali (terus-menerus) dalam
waktu kini atau dikemudian hari pasti terjadi. Maka dengan demikian, Paulus sebagai subjek
menjadi pelaku yang bertindak mengatakan menyatakan, memberitakan atau mengucapkan
firman secara aktif. Dan yang dilakukan secara berulang kali atau terus menerus dalam waktu
kini atau dikemudian hari didalam pemberitaan.

III. Hasil Tafsiran

3.1 Struktur Teks

Letak kota Korintus sekitar 50 mil di sebelah barat Athena di negeri berlajur sempit
(isthmus). Di Athena, Paulus tinggal seorang diri untuk sementara waktu di Korintus (lih. ay 5).
Paulus tidak banyak mengalami perlakuan buruk seperti dianiaya atau dihalau di Atena, seperti
yang dialaminya di tempat-tempat lain. Tetapi sikap dingin yang diterima di Atena, serta peluang
untuk melakukan pelayanan yang sangat sedikit membuat Paulus meninggalkan Atena, dan
pelayanan diserahkan kepada Dionisius. Kemudian Paulus pergi ke Korintus, tepatnya di Akhaya
sebuah kota yang kaya dan megah yang adalah sebuah provinsi kekaisaran. 10 Kota Akhaya ini
juga terkenal dengan kota kosmopolitan sekaligus pusat perdagangan yang ramai.

Pada zaman gereja mula-mula, ada banyak contoh orang percaya yang mendedikasikan dan
mengorbankan diri mereka untuk pelayanan bagi Allah yang kurang dikenal yang tanpanya para
pemimpin ini tidak dapat mencapai apa yang mereka lakukan untuk Tuhan. Orang-orang ini
sama-sama mengabdi dan berkorban untuk, pelayanan kepada Allah. Sesuai dengan konteks ayat
yang sudah ditentukan, maka jelas bahwa orang-orang tersebut adalah pasangan Akwila dan
Priskila.

Profil Akwila dan Priskila pertama kali diperkenalkan dalam Kisah Para Rasul 18. Mereka
adalah tim suami-istri yang dinamis yang memainkan peran berharga dalam kehidupan Paulus
9
Tim penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,…180
10
Matthew Henry, Henry’s Commentary on the Whole Bible. Complete and Unabridged in One Volume (USA:
Hendrickson Publisher, Inc, 1991), 43
dan di gereja mula-mula. Ayat 2 menyatakan bahwa Akwila dan istrinya, Priskila, telah diusir
dari Roma oleh dekrit Kaisar Claudius. Kaisar ini mengusir orang Yahudi dari Roma sebab
diantara mereka terus ada masalah “yang terdorong oleh Krestus”.11 Mereka melakukan
kekacauan dibawah pimpinan Krestus. Ada yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan
Krestus ini adalah Christos (kata Yunani untuk Kristus), tetapi ada juga yang menganggap ia
adalah orang lain. Tentu saja pengusiran ini merupakan penderitaan bagi orang-orang Yahudi,
tetapi Tuhan memberikan penderitaan ini supaya mereka bertobat. Paulus bertemu dengan
mereka dalam perjalanan misinya yang kedua sekitar tahun 50, setelah menghadiri Konsili
Yerusalem yang mungkin diadakan tahun 49.12 Pada saat itulah Allah membawa Akwila dan
Priskila ke dalam kehidupan Paulus melalui profesi mereka bersama membuat kemah. Pertemuan
mereka di Korintus adalah awal dari hubungan seumur hidup dengan Paulus.13 Tampaknya
hubungan mereka cukup akrab, karena Paulus bisa menginap dirumah mereka.

3.2 Mereka Melakukan Pekerjaan yang sama

Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang tenda. Akwila dan Priskila
adalah suami istri orang Yahudi yang bekerja sebagai tukang kulit (Kis 18:3). Paulus, Akwila
dan Priskila melakukan pekerjaan yang sama (hometekhnon einai). Profesi yang sama menambah
keeratan persahabatan antara Paulus, Akwila dan Priskila. Frasa “pekerjaan yang sama” ini juga
menegaskan bahwa sang rasul benar-benar menggeluti dunia kerja. Ia masuk kedalam dunia
pekerjaan atau bisa juga disebut dengan wirausaha.

3.3 Mereka sama-sama Tukang Kemah

Ayat ini menjelaskan bahwa “mereka bekerja bersama-sama tukang kemah”. Kata ganti
“mereka” merujuk pada Paulus disatu sisi dan Akwila dan Priskila di pihak lain. Karena mereka
sama-sama tukang kemah” (esan gar skenopoioi ten tekhnen). Mereka berprofesi sebagai tukang
kemah. Frasa “tukang kemah” atau “pembuat tenda” dalam bahasa Yunani: skenopoioi atau
dalam bahasa Inggris : tent makers (Stefan,2017). Akhiran oi pada kata Yunani skenopoioi
berbentuk plural (jamak) hendak menjelaskan bahwa baik Paulus, Akwila dan Priskila

11
B.F. Drewes, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016)349
12
Tantiono, P.T, Pengaruh Rasul Paulus dalam Sejarah Kekristenan: Sebelum-Sesudah Pertobatan,(Tradisi Logos,
2009) 7
13
Bob, Utley, “Pengantar Kepada Kisah Para Rasul” (East Texas: Baptis University, 1996) 51
melakukan pekerjaan yang sama sebagai pembuat tenda. Kata Yunani skenopoioi yang berasal
dari kata dasar skete yang artinya seorang pembuat tenda.

3.4 Tukang tenda sebagai jembatan penginjilan

Di Korintus, Paulus melakukan pekerjaan lain disamping memberitakan injil, dia seorang
tukang kemah, serta mencari nafkah dengan cara ini sepanjang perjalanannya atau ketika tinggal
disuatu tempat (Kis 20:34, 1Tes 2:9). John R.Tan menegaskan bahwa Allah mempertemukan
Paulus dengan Akwila dan Priskila yang ternyata memiliki profesi yang sama sebagai pembuat
tenda dan menjadi teman akrab dalam pelayanan penginjilan.14

Kata tukang kemah biasa dikenal dengan pembuat kemah, namun kata tukang kemah bisa
juga ditujukan bagi pekerjaan penyamak kulit. Kilikia, daerah asal Paulus, terkenal karena bulu
dan kulit kambing. Latar belakang Paulus sebagai rabi menuntutnya untuk memiliki pekerjaan
sekuler, karena tidak ada rabi yang dibayar untuk mengajar. 15 Pembuat tenda (Yunani:
skenopoios) hanya disebutkan satu kali (Kisah 18: 3). 16 Definisi mengenai pembuat tenda
merupakan metode strategis yang Tuhan gunakan di bagian dunia tertentu.

Menurut F.F. Bruce profesi yang lebih tepat untuk Paulus adalah seorang “tukang kulit”.
Meskipun F.F. Bruce tidak menjelaskan alasannya mengapa ia berpendapat demikian. Namun
menurutnya, adalah suatu kewajaran apabila seorang rabi melakukan pekerjaan tangan supaya ia
jangan mengambil keuntungan dari pengajaran agama yang ia berikan. 17 Sedangkan menurut
Wycliffe, mungkin yang dimaksud dalam Kisah 18:3 mengenai pekerjaannya sebagai tukang
kemah adalah menjahit kain yang berat dari bulu kambing yang kemudian dijadikan kemah. Atau
ahli mengolah kulit. Hal ini diperkuat dengan adanya suatu kebiasaan dikalangan para rabi
Yahudi untuk tidak menerima bayaran atas kegiatan mengajar mereka. Karena itu Paulus dididik
sebagai rabi, telah belajar cara untuk membuat kemah. Rasul Paulus tidak langsung
memberitakan Injil di Korintus tetapi bergabung dahulu dengan Akwila dan Priskila
mempraktikkan pekerjaan tersebut sepanjang minggu itu.18

14
J.R.Tan,Paulus Rasul Kristus ke-13, (Jakarta : Seminari Publishing, 2007) 58
15
Bob Utley, “Pengantar Kepada Kisah Para Rasul”,… 53
16
Strong, James. The New Strong’s: Exhaustive Concordance Of The Bible, (Nashville, Tennessee: Nelson, 1990)
72
17
F. Bruce, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta: YKBK, 2013) 45
18
Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, (Malang:Gandum Mas, 2014) 80
Akwila dan Priskila mengabdikan hidup mereka kepada Tuhan dan saudara-saudara,
bergerak kemana pun Tuhan mengarahkan mereka. Dalam teks ini, Akwila dan Priskila bekerja
bersama Paulus di Korintus. Kemudian ketika Paulus meninggalkan Korintus ke Efesus, Akwila
dan Priskila pindah bersamanya untuk membantu pekerjaan di sana (Kisah Para Rasul 18: 18-
19). Dalam ayat 22-26 Akwila dan Priskila tetap tinggal di Efesus, bertemu dan membantu
Apolos mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Injil.19 Selanjutnya, pada saat Paulus
menulis suratnya kepada orangorang Romawi, Akwila dan Priskila kembali ke Roma untuk
membantu saudara-saudara di sana karena Paulus menyebut mereka di akhir suratnya, dengan
mengatakan, “Sapa Priskila dan Akwila, para penolongku dalam Kristus Yesus.” (Roma 16 : 3).

Ketika Paulus menyapa mereka di akhir Roma, ia mengucapkan terima kasih kepada mereka
atas pengorbanan mereka yang dibuat untuknya secara pribadi (lih. Roma 16:4), Jadi, rupanya
Akwila dan Priskila melayani semua gereja-gereja orang bukan Yahudi dengan cara tertentu.
Akhirnya, Paulus menyebut mereka "penolongku" dalam Roma 16: 3. Gelar yang luar biasa
untuk diberikan. Hanya ada sekelompok orang tertentu dalam Perjanjian Baru yang disebut
Paulus sebagai rekan kerja. Hal ini memberikan indikasi betapa aktifnya Akwila dan Priskilla
dalam pelayanan Tuhan.

Pelayanan Akwila dan Priskila kepada Tuhan dan saudara-saudara melalui apa yang mereka
miliki diwujudkan dengan cara yang sangat istimewa yaitu menyambut atau menerima dan
melayani orang lain di rumah mereka. Dua kali, Paulus menutup suratsuratnya dengan salam
kepada Akwila dan Priskila dan gereja yang ada di rumah mereka, seperti di dalam Roma 16: 3-
5, dan 1 Korintus 16:19. Kesediaan untuk membuka rumah mereka kepada orang lain adalah
bukti kasih mereka kepada Tuhan, dan kesediaan untuk menggunakan semua milik mereka untuk
melayani Tuhan. Akwila dan Priskila menginjinkan rumah mereka dipakai untuk pelayanan.
Suatu cara yang menarik untuk terlibat dalam pekerjaan Tuhan: dengan menggunakan rumah
atau harta milik yang telah Tuhan berikan untuk kemuliaan Allah. Paulus memberi tahu
orangorang Romawi bahwa mereka harus "diberi keramahtamahan." (Roma 12:13).

Misionaris pembuat kemah datang dalam beberapa variasi. Karena dibutuhkan semua jenis
pelayanan untuk menjangkau dunia ini bagi Kristus, sepertinya Tuhan telah memberi banyak
kebebasan dalam gaya, metode, dan kombinasi, yang merupakan keindahan pembuat tenda.
19
Matthew Henry, Henry’s Commentary on the Whole Bible. Complete and Unabridged in One Volume,...45
Namun, itu akan lebih baik untuk menggunakan strategi pembuat tenda Paulus sebagai contoh. 20
Istilah "pembuat tenda" sebagai orang Kristen yang berkomitmen pada misi yang mendukung
diri mereka sendiri di luar negeri, dan membuat Yesus Kristus dikenal di waktu luang mereka.
Mereka di pelayanan sepenuh waktu, bahkan ketika mereka memiliki pekerjaan penuh waktu,
karena mereka menggabungkan pekerjaan dan kesaksian. Mereka mengikuti model pembuat
tenda Paulus, dan untuk alasan yang sama.21

Dalam zaman Perjanjian Baru ada kebiasaan untuk mengajarkan setiap anak laki-laki Yahudi
mengenai perdagangan. Paulus mempraktikkan hal perdagangan ini bersama Priskila dan Akwila
di Korintus (Kis 18: 1-3). Hal ini terlihat dengan jelas tentang jenis kehidupan yang dijalani
Paulus. Dia adalah seorang rabi dan menurut praktik Yahudi setiap rabi harus memiliki
perdagangan. Dia tidak boleh mengambil uang untuk berkhotbah dan mengajar dan harus
mencari nafkah sendiri.22 Orang Yahudi memiliki kebiasaan mengajari anak-anaknya untuk
berdagang. Orang yang tidak mengajari anaknya berdagang seolah-olah mengajari anaknya
untuk menjadi pencuri. Orang Yahudi memuliakan pekerjaan. Orang tua yang tidak mengajar
putranya berdagang, mengajarinya perampokan. Biarpun Paulus adalah seorang Farisi dan
dibesarkan dan diajarkan oleh Gamaliel, namun sejak muda dia telah belajar membuat kemah.23

Sekalipun Paulus seorang yang terdidik dan terpelajar, namun dia memiliki kemampuan
untuk melakukan usaha dagang dengan kerajinan tangan yaitu membuat tenda. Paulus yang tidak
menuntut agar dipenuhi segala kebutuhannya oleh jemaat, sekalipun jemaat mengetahui bahwa
Paulus sedang mengalami kesulitan. Paulus sangat rendah hati dan mau belajar dari Tuhan-nya,
yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Hal ini menunjukkan bahwa
Paulus adalah seorang yang mandiri, rajin dan bersedia berusaha. Paulus dapat memiliki banyak
pekerjaan yang luar biasa dengan pikirannya, namun dia tidak menganggap dirinya terlalu tinggi
untuk bekerja dengan tangannya.24

20
White, Chris. “The Father’s Businessperson The Shift To Tentmaking Missions Strategy.” (Liberty: Theological
Seminary, 2012) 128
21
Siemens, Ruth E. “The Vital Role of Tentmaking in Paul’s Mission Strategy.” (International Journal Of Frontier
Missions Vol 14, 1997), 65
22
Barclay, William. n.d. “Bible Commentaries William Barclay’s Daily Study Bible. Acts 18.” (Retrieved September
13, 2021 )18
23
Matthew Henry, Henry’s Commentary on the Whole Bible. Complete and Unabridged in One Volume,...47
24
Henry, Matthew, Henry’s Commentary on the Whole Bible. Complete and Unabridged in One Volume,...48
Paulus sangat hati-hati supaya dirinya dan pelayanannya dapat diterima. Sikap ini untuk
mencegah prasangka buruk terhadap pelayanannya, sehingga dia melakukan pekerjaan untuk
menghidupi dirinya ,supaya dia tidak menjadikan Injil Kristus beban (2 Korintus 11:9; 2
Tesalonika 2:9; 3:8-9).25 Di dalam Kis.18:3 mencatat alasan mengapa Paulus membuat tenda dan
bagaimana strategi misinya membuat keuntungan pelayanannya.26 Paulus mengerjakan pekerjaan
sementaranya itu bersama Akwila dan Priskila dan mendapatkan upah harian yang hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling sederhana. Tindakan Paulus untuk membuat tenda
ini hanya sebagai jalan keluar sementara karena desakan untuk memenuhi kebutuhannya, setelah
itu pada bagian lain tidak ditemukan lagi Paulus bekerja untuk kebutuhannya. Paulus hanya
fokus pada pelayanannya saja.

3.5 Paulus memberitakan Firman

Setiap hari Sabat, Paulus aktif "mengajar" dan "berusaha meyakinkan" (keduanya imperfect
tense artinya mengajar dan berusaha meyakinkan itu sedang berlangsung pada masa lampau).
Paulus pergi ke orang-orang Yahudi lebih dulu karena mereka mengetahui Perjanjian Lama dan
itu adalah teladan Yesus (lih. Mat. 10:5-6). Di sana juga ada orang-orang Yunani yang takut akan
Allah yang sangat meresponi pemberitaannya (lih.Rom 1:16).27 Pada setiap hari Sabat, Paulus
berbicara secara terang-terangan kepada mereka dalam rumah ibadat. Hal ini merupakan cara
rasul-rasul menyebarkan Injil, bukan dengan kekuatan dan kekerasan, tidak menuntut orang
untuk sepenuhnya setuju, melainkan dengan berdebat secara adil. Dia berusaha meyakinkan
mereka – (Yunani: epeithe). Ini menunjukkan bahwa, ada perbedaan pemahaman antara Paulus
dan para pendengarnya, namun Paulus dapat memberikan alasan-alasannya dengan penuh kasih.
Paulus memengaruhi mereka sehingga menerima pandangannya. Beberapa diantara mereka
diyakinkan oleh Paulus dan menyerahkan diri kepada Kristus.28

Pada waktu tertentu Silas dan Timotius datang dari Makedonia ke Korintus. Ingatlah bahwa
mereka ditinggalkan Paulus di Berea yang teletak di provinsi Makedonia sebelum ia berangkat
ke Atena. Sekarang Paulus mulai dengan sepenuhnya memberitakan firman. Artinya ia hanya

25
Barclay, William. n.d. “Bible Commentaries William Barclay’s Daily Study Bible. Acts 18.” (Retrieved September
13, 2021 )18
26
White, Chris. “The Father’s Businessperson The Shift To Tentmaking Missions Strategy.” ,… 130
27
Bob, Utley, “Pengantar Kepada Kisah Para Rasul”,… 55
28
Henry, Matthew, Henry’s Commentary on the Whole Bible. Complete and Unabridged in One Volume,...50
memakai waktunya untuk itu.29 Mengapa dia berhenti bekerja sebagai tukang kemah? Maka ada
dua kemungkinan. Yang pertama, pada saat Silas dan Timotius datang, Paulus sedang
sepenuhnya memberitakan firman Tuhan. Diartikan demikian karena kata “memberitakan”
dalam bahasa Yunaninya menggunakan imperfect tense yang menunjukkan bahwa pada saat
kedua orang itu datang Paulus sedang memberitakan firman Tuhan. Gresham Machen
mengatakan Paulus memberitakan firman Tuhan sepenuhnya bukanlah merupakan akibat dari
kedatangan Silas dan Timotius. Kemungkinan kedua, kedatangan Silas dan Timotius
menyebabkan Paulus bisa memberitakan firman Tuhan sepenuhnya. Tadinya Paulus harus
bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Sekarang karena kedatangan kedua orang itu, Paulus
tidak lagi perlu bekerja (mungkin kedua orang itu membawa sumbangan dari jemaat di
Makedonia atau mungkin sekarang mereka menggantikan Paulus dalam bekerja mencari nafkah)
sehingga bisa berkonsentrasi pada pelayanan.

Pada pemberitaannya kepada orang Yahudi, Paulus memakai gelar Yahudi, yaitu Yesus
adalah Mesias atau Kristus. Yesus adalah raja damai dan juruselamat. Namun hasil dari usaha itu
nyatanya sedikit saja. Orang Yahudi menghujat, seperti di Antiokhia (13:45). Siapa atau apa
yang mereka hujat tidak disebut. Entah Yesus Kristus atau Paulus sebagai utusan-Nya. Maka
Paulus memisahkan diri dari mereka, dengan mengebaskan pakaiannya. Tindakan simbolis yang
hampir sama juga terjadi, sewaktu ia meninggalkan kota Antiokhia (Pisidia). Ia mengebaskan
pakaiannya,sambil mengatakan “Biarlah darahmu keatas kepalamu sendiri” artinya bahwa
Paulus menyerahkan tanggungjawab dan hasil dari penolakan mereka kepada mereka sendiri. Ia
bersih artinya tidak bertanggungjawab atas hari depan mereka sebab ia telah memberitakan
firman Tuhan kepada mereka.30

Paulus tidak meninggalkan kota Korintus tetapi membalikan diri kepada orang yang tidak
berkontak dengan sinagoge. Yaitu “bangsa-bangsa lain”. Berbalik dari orang Yahudi kepada
bangsa-bangsa lain juga disebut di 13:44-47 dan 28:25-28. Untuk mengajar, ia pindah kerumah
Titius Yustus, yaitu rumah yang berdampingan dengan rumah ibadat Yahudi. Walaupun ada
perlawanan Paulus akan meneruskan kontak dengan orang Yahudi. Akan tetapi ada juga
pemimpin Yahudi yang menjadi percaya, Krispus, kepala rumah ibadat, dibaptis Paulus. Seperti
Kornelius (16:31-34) dan Lidia (16:15), ia menjadi percaya dan dibaptis bersama-sama semua
29
B.F. Drewes, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, …350
30
B.F. Drewes, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, …351
orang yang tinggal dirumahnya. Dengan demikian jemaat rumah pun tumbuh. Lantas banyak
orang Korintus menerima kabar baik dari Paulus.

IV. Hubungan Perjanjian Baru-Perjanjian Lama

Nabi Amos

Dalam Perjanjian Lama seorang nabi juga dipilih Tuhan untuk memberitakan firman
ketengah-tengah bangsa Israel. Nabi ini diutus Tuhan karena melihat bahwa bangsa Israel sudah
menyimpang dari ajaran Tuhan oleh karena itu Tuhan mengirimkan nabi untuk menyuarakan
pertobatan. Namun tidak jauh berbeda dengan rasul Paulus yang juga mengalami penolakan
ketika memberitakan firman. Nabi yang dipilih Tuhan salah satunya ialah Amos. Kitab Amos
merupakan kitab nabi-nabi kecil ketiga dalam Perjanjian Lama waktu penulisannya sekitar tahun
750 sM dan ditulis oleh Amos sendiri. Sebelum menjadi nabi dia adalah seorang petani (ada juga
yang mengatakan sebagai peternak). Allah kemudian memakai Amos untuk menjadi nabi dan
bernubuat di Israel Utara, menjelang akhir pemerintahan raja Yerobeam II (786-746 sM). Ia
berasal dari Tekoa di Yehuda (Am.1:1).

Dengan rendah hati Amos menyetakan bahwa dirinya bukan seorang nabi (Am. 7:14), tetapi
sebagai seorang peternak domba dari Tekoa (Am 1:1) “seorang penggembala dan pengumpul
buah ara” (Am.7:14). Kendati Amos menolak sebutan itu, bagi kita jelas dia adalah nabi. Para
nabi dipercaya sebagai seorang yang menyampaikan firman Allah. Mereka yakin bahwa mereka
dipanggil untuk tugas itu. Panggilan kenabian Amos diambil dari pekerjaannya sehingga latar
belakang pekerjaan ini mempengaruhi ungkapan-ungkapan dalam kitabnya yang seringkali
menyebutkan keakrabannya dengan padang penggembalaan dan dunia pertanian .31

Hanya semata-mata karena panggilan Tuhanlah, Amos meninggalkan pekerjaanya semula


dan menjalankan tugas kenabiannya bagi umat Israel. Dalam konfliknya dengan imam Amazia,
Amos sama sekali menolak anggapan Amazia bahwa ia adalah nabi professional yang bernubuat
demi nafkah (Am 7:14-15). Panggilan dari Tuhan begitu kuat dirasakan Amos sehingga Amos
sendiri tidak kuat untuk menolak panggilan ini. Ia mengkiaskan pengalaman ini dengan
pengalamanya menggembala, ketika ia menghadapi singa yang tentu membuat setiap gembala
diliputi ketakutan luar biasa (Am 3:8)
31
I. Suharyo, Mengenal Alam Hidup Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1993)88
Amos adalah seorang nabi yang berkarya sebelum masa pembuangan. Walaupun Amos
berasal dari kalangan rakyat biasa, ia juga mempunyai keprihatinan terhadap masalah
ketidakadilan (Am:1:1, 7:14). Amos juga mengeca, ibadat yang curang (ibadat yang tidak
mempunyai jiwa Am 4:4-5), mencela para kalangan atas yang memperkosa keadilan dalam
masyarakat serta melakukan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat biasa. Keprihatinan
tersebut ternyata diilhami suatu misi mengenai “Kerajaan Allah”, yakni masyarakat yang secara
nyata mengalami persaudaraan, kebebasan, dan damai sejahtera, keadilan dalam kesadaran
bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan. Akan tetapi, praktek hidup bangsa Israel masih jauh
dari cita-cita itu.32

Nubuat nabi Amos di Israel Utara merupakan pesan hukuman bahwa kerjaan Israel Utara
akan hancur oleh karena praktek keagamaan yang sangat bertolak belakang dengan perilaku
dalam hidup bermasyarakat. Praktek keagamaan dilakukan untuk menutupi kebobrokan sistem
para elite politik saat itu yang menindas orang miskin. Sehingga yang terjadi orang miskin makin
tetindas dan yang kaya makin berkuasa. Pada waktu yang bersamaan terjadi mereka yang mulai
melupakan Allah. Beberapa raja di kerajaan Utara mengizinkan rakyat menyembah berhala
seperti Baal, dewa Kanaan. Tempat-tempat suci Israel bahkan dijadikan sebagai pusat
penyembahan berhala. Amos beranggapan bahwa ibadah mereka bukanlah ibadah yang berkenan
kepada Allah dan tidak bisa dijadikan jaminan ketentraman Allah.33

Dengan penuh keberanian Amos memperjuangkan keadilan bagi masyarakat bawahan.


Dalam nubuatannya melawan Israel, ia mengecam mereka yang mempraktekkan ketidakadilan
kepada orang benar, orang miskin, orang lemah, orang-orang sengsara, perempuan muda, mereka
yang mengalami kesulitan ekonomi sehingga harus menggadaikan pakaiannya dan tidak bisa
membayar pinjaman lalu didenda. Korban-korban ketidakadilan adalah mereka yang tidak
mempunyai kekuatan untuk membela hak mereka. Dan bagi kepentingan merekalah Amos
dengan tegas menyuarakan kehendak Allah dan tidak tinggal diam saat mereka ditindas.34

Dalam Amos 4:4-5, nabi Amos mengarahkan umat untuk menjalankan kehidupan
keagamaanya.35 Dengan melakukan aturan moral sebagai kebenaran dalam keberadaannya
melalui pernyataan hukum yang berkuasa untuk semua umat. Firman Allah itu sebagai dasar
32
C.Groenen, Pengantar kedalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1980) 254
33
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009)160
34
A.Suryawasita, Pengabdi keadilan, (Yogyakarta: Kanisius,1996) 10
untuk melakukan seluruh aspek kehidupan umat, tidak hanya aspek ibadah saja tetapi hukum-
hukum dan peraturan yang ditujukan kepada setiap umat untuk bertanggung jawab atas
pelaksaan hukum-hukum tersebut. Hal ini bertujuan untuk membangun sikap hidup dalam
hubungannya dengan sesama melalui praktek keadilan dan kebenaran dalam ibadah maupun
kehidupan sosial.36

Demikianlah bahwa kata-kata yang diucapkan nabi berasal dari Allah, kata-kata itu tidak
hanya benar tetapi juga mempunyai daya dan berkuasa untuk melaksanakan apa yang dikatakan.
Jika Allah menyatakan sesuatu melalui nabi yang dikatakan pastilah terjadi. 37 Namun kenyataan
yang dihadapi Amos tidaklah seperti apa yang diharapkan. Umat Israel menanggapi seruan
Amos secara dingin. Ungkapan “tetapi kamu tidak berbalik kepadaku” merupakan hal pokok
yang menunjukkan bahwa bangsa Israel tidak mempedulikan segala apa yang telah diperbuat
Allah kepada mereka. Kata utama dalam kalimat itu adalah syub, yang merangkum arti :
berpaling, berbalik dan kembali kepada Tuhan sambil menyesal dan bertobat sehingga terjadi
perubahan hati dan perubahan hidup.38

Nabi Yesaya

Nabi Yesaya adalah nabi yang hidup pada abad ke-8 sM dan melayani pada masa
pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda, yang mendapatkan penglihatan
tentang Yehuda dan Yerusalem dalam masa pemerintahan raja-raja tersebut (Yes. 1:1). Nama
Yesaya memiliki arti: “Yahweh adalah keselamatan,” 39 yang oleh Warren w. Wiersbe
menyatakan bahwa “keselamatan” yang dibicarakan dalam Kitab Yesaya meliputi empat hal.
Pertama, tentang keselamatan bangsa Yehuda dari serangan bangsa-bangsa lain. Kedua,
keselamatan Yehuda dari pembuangan ke Babel. Ketiga, keselamatan bangsa Yahudi di masa
mendatang ketika kerajaan mereka ditegakkan. Keempat, keselamatan pribadi orang berdosa
yang percaya kepada Kristus, Sang Penebus.40
35
Gerhard F. Hasel, Understanding the Book of Amos Basic Issues in Current Interpretations,(Philadelphia:Fortress,
1990), 23.
36
Lloyd J. Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, ThePreacher’s Commentary Series (Nashville: Thomas
Nelson, 1990), 335–336
37
I. Suharyo, Mengenal Alam Hidup Perjanjian Lama,…88
38
B.J. Boland, Tafsiran Alkitab: Kitab Amos,(Jakarta: BPK GM, 2007) 44
39
N.H. Ridderbos, Yesaya dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, peny, J.D. Douglas, (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, OMF, 2005), M-Z,576.
40
Warren W. Wiersbe, Hidup Bersama Firman; Pasal demi Pasal seluruh Alkitab YesayaMaleakhi, peny., Okdriati
Santoso, dkk., pen., Ida Budipranoto dan Arie Saptaji, (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2012), 11
Secara umum pengertian istilah “hamba” adalah budak belian, abdi. 41 Tentunya sebagaimana
yang dituliskan oleh Yesaya dalam kitabnya, hamba yang dimaksud dalam konteks “Hamba
yang menderita” bukanlah hamba manusia, melainkan hamba Allah yang secara umum memiliki
pengertian orang yang mengabdi kepada Allah. Dalam terminologi teologis, istilah “hamba”
dijelaskan sebagai berikut: berasal dari kata Ibrani “eved”, budak, hamba, pelayan. Artinya,
seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain, juga
dapat memiliki arti sebagai pekerja, yang menjadi milik tuannya.42

Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan pengertian “hamba Tuhan,” adalah seseorang
yang bukan hanya menjadi milik Tuhan, tetapi juga bekerja khusus untuk Tuhan. Istilah “hamba
Tuhan” di dalam Kitab Yesaya, khususnya terdapat di dalam bagian yang lebih dikenal dengan
“Nyanyian Hamba” yang terdiri dari empat bagian yang terdapat di dalam pasal 42:1-9, sebagai
bagian pertama dari nyanyian hamba. Bagian kedua 49:1-13, bagian ketiga 50:4-11, dan bagian
keempat 52:13-53:12. Nabi Yesaya juga melihat bahwa kehidupan bangsa Israel sudah jauh
menyimpang. Bangsa Israel memperlakukan benda ciptaan seperti Allah, mereka menyembah
berhala, karena itu Yesaya ingin supaya bangsa Israel memperhatikan dan berbalik kepada Allah
yang sesungguhnya.

Seorang hamba juga harus menyampaikan keadilan kepada bangsa-bangsa tetapi tanpa
kekerasan. Peranannya diuraikan dalam pasal 42:6-7. Hamba itu adalah perjanjian umat, terang
bagi bangsa-bangsa. Kita diingatkan akan gambrang gunung sion. Tetapi rupanya gagasan adalah
bahwa Allah membuat perjanjian dengan bangsa-bangsa melalui pengantaran Israel. Hamba juga
diutus untuk membuka mata orang-orang buta dan membebaskan para tawanan. Dalam
Perjanjian Lama juga dijelaskan seorang amba merupakan insan yang rela mengalami
penghinaan dan penderitaan dalam melayani Tuan-Nya. 43

V. Implikasi dan Kesimpulan

5.1 Implikasi

41
Tim Prima Pena, Hamba dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gitamedia Press, tt), 310
42
J.W.L. Hoad, Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, peny. J.D. Douglas, (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), A-L:360
43
Dianne Bergant,CSA, Robert J.Karris, OFM. Tafsir Alkitab perjanjian Lama ( Yogyakarta, Kanisius 2004) 537
Dari teladan Paulus yang terdapat pada Kisah Para Rasul 18:1-8 jelaslah bahwa hamba-
hamba Tuhan yang harus bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga tidak melakukan hal yang
salah. Alkitab dan para rasul memberi contoh terlebih dahulu tentang hal merangkap pekerjaan.
Terlebih disaat keadaan saat ini dimana gereja juga bergumul akibat adanya virus covid-19 yang
menghambat segala progam-program gereja. Para pelayan saat ini harus dapat menggunakan
keahlian yang dimiliki setiap orang tentu sangat bermanfaat dalam pelayanan. Keahlian dalam
diri seseorang dapat diasah, dan dibentuk lewat pelatihan. Sebagai hamba Tuhan tugas pewartaan
Injil adalah suatu kewajiban dan tanpa memandang upah. Dengan seorang pekerja diladang misi
sehingga tidak menjadi beban bagi siapapun. Hal ini tentunya bukan berarti mengabaikan
kewajiban lembaga yang mengutus, namun setidaknya akan meringankan beban.

Para pelayan Tuhan masa kini harus meneladani sikap rasul Paulus yang tidak memusingkan
diri dengan kebutuhan finansial. Mengabarkan Injil jangan dijadikan sebagai ajang untuk
mencari keuntungan pribadi, para pelayan jangan sampai terjebak didalamnya. Sebab Tuhan
menginginkan para pelayannya memiliki motivasi yang murni dalam menunaikan tugas
panggilannya. Tidak tercemar dengan dunia yang penuh dengan ukuran materialism. Dunia
mengukur segala sesuatu dengan uang, tidak ada pekerjaan tanpa uang, bahkan penginjilan pun
dijadikan sebagai lahan untuk mencari uang. Oleh sebab itu para pelayan masa kini harus
memiliki integritas yang tinggi sebagai pelayan Tuhan, bukan motivasi mencari keuntungan.
Tujuan dari pelayanan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan, menyenangkan hati Tuhan dan
menjangkau yang terhilang.

5.2 Kesimpulan

Paulus mengerjakan pekerjaan dan juga melakukan pelayanannya. Dia bekerja bersama
Akwila dan Priskila dan mendapatkan upah harian yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang paling sederhana. Tindakan Paulus untuk membuat tenda ini hanya
sebagai jalan keluar sementara karena desakan untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya,
Paulus hanya fokus pada pelayanannya yaitu memberitakan firman. Hamba Tuhan juga perlu
konsisten terhadap tujuan misi agar tetap menjadi alat Tuhan yang mewartakan berita
keselamatan dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dalam perjalanannya mengutamakan
pelayanan dan usaha kecil adalah alat untuk mendukung pelayananannya. Menjalankan dengan
seimbang antara pelayanan dan pekerjaan perlu metode yang tepat, dan ada dalam suatu sistem
tepat. Paulus juga memiliki komitmen yang tinggi walau Paulus sering ditolak dan mengalami
kekerasan namun Paulus tidak berhenti begitu saja dalam memberitakan firman.

Daftar Pustaka

A.Suryawasita. 1996. Pengabdi keadilan. Yogyakarta: Kanisius

Barclay, William. n.d. “Bible Commentaries William Barclay’s Daily Study Bible. Acts 18.”
Retrieved September 13, 2021

B.F. Drewes. 2016.Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia

B.J. Boland. 2007. Tafsiran Alkitab: Kitab Amos. Jakarta: BPK GM

Bob. Utley. 1996. “Pengantar Kepada Kisah Para Rasul”. East Texas: Baptis University
C.Groenen. 1980. Pengantar kedalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius

Dianne Bergant,CSA, Robert J.Karris, OFM. 2004. Tafsir Alkitab perjanjian Lama. Yogyakarta:
Kanisius

Donal Guthrie. 1970. New Testament Introduction.London: Inter-Varsity Press

F. Bruce. 2013. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3.Jakarta: YKBK

Gerhard Friedrich (ed). 1972. Theological Dictionary Of The New Testament. Michigan: WM. B.
Eerdmans Publishing Company

Gerhard F. Hasel. 1990. Understanding the Book of Amos Basic Issues in Current
Interpretations. Philadelphia:Fortress

Henry h. Halley. 1979. Penuntun Ke Dalam Perjanjian-Baru. Surabaya: YAKIN

I.Suharyo. 1993. Mengenal Alam Hidup Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius

J.R.Tan. 2007. Paulus Rasul Kristus ke-13.Jakarta : Seminari Publishing

J.W.L. Hoad, 1997. Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, peny. J.D. Douglas.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. A-L

Lloyd J. Ogilvie. 1990. Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah. ThePreacher’s Commentary Series.
Nashville: Thomas Nelson

Matthew Henry. 1991. Henry’s Commentary on the Whole Bible. Complete and Unabridged in
One Volume . USA: Hendrickson Publisher, Inc

N.H. Ridderbos, 2005. Yesaya dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, peny, J.D. Douglas.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, OMF. M-Z

Pfeiffer. 2014. Tafsiran Alkitan Perjanjian Baru. Malang:Gandum Mas

R. C. H. Lenski. 1934. The Interpretation Of The Acts Of The Apostle. Colombus: Lutheran book
concern

Siemens, Ruth E. 1997 . “The Vital Role of Tentmaking in Paul’s Mission Strategy.”
International Journal Of Frontier Missions Vol 14

Simon Kistemaker. 1990. New Testament Commentary : Acts. Grand Rapids : Baker Book House

Strong, James. 1990. The New Strong’s: Exhaustive Concordance Of The Bible. Nashville,
Tennessee: Nelson
Tantiono, P.T. 2009. Pengaruh Rasul Paulus dalam Sejarah Kekristenan: Sebelum-Sesudah
Pertobatan. Tradisi Logos

Tim penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Tim Prima Pena, Hamba dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gitamedia Press

Warren W. Wiersbe. 2012. Hidup Bersama Firman; Pasal demi Pasal seluruh Alkitab
YesayaMaleakhi, peny., Okdriati Santoso, dkk., pen., Ida Budipranoto dan Arie Saptaji.
Yogyakarta: Yayasan Gloria

White, Chris. 2012 . “The Father’s Businessperson The Shift To Tentmaking Missions Strategy.”
Liberty: Theological Seminary

Wismoady Wahono. 2009. Disini Kutemukan. Jakarta : BPK Gunung Mulia

WR.F. Browning. 2007. Kamus Alkitab A Dictionary Of the Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai