Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi ADHD


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala
intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu. Anak
dan remaja yang menderita gangguan tersebut akan sukar menyesuaikan aktivitas
mereka dengan norma yang ada sehingga mereka sering dianggap sebagai anak
yang tidak baik di mata orang dewasa maupun teman sebayanya. Mereka sering
gagal mencapai potensinya dan memiliki banyak kesulitan komorbid seperti
gangguan perkembangan, gangguan belajar spesifik dan gangguan perilaku serta
emosional lainnya.
Definisi terbaru dari ADHD pada edisi keempat Diagnostik dan Statistik
Manual of Mental Disorders (DSM-IV; American Psychiatric Association, 1994)
membedakan antara subtipe diagnostik ditandai dengan tingkat maladaptif dari
kedua kurangnya perhatian dan hiperaktivitasimpulsivitas (tipe gabungan),
maladaptif tingkat kurangnya perhatian saja (tipe terutama lalai), dan tingkat
maladaptif dari hiperaktivitas-impulsivitas sendirian (tipe hiperaktif-impulsif
dominan).

1.2 Kriteria ADHD


ADHD adalah gangguan neurobehavioral paling umum dari masa kanak-
kanak. ADHD merupakan salah satu kondisi yang paling umum dari kesehatan
kronis yang mempengaruhi anak usia sekolah. Gejala inti ADHD yaitu :
1. Inatensi (gangguan pemusatan perhatian) Inatensi adalah bahwa sebagai
individu penyandang gangguan ini tampak mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang
tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu.
Dengan demikian mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau
tugas dalam jangka waktu yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses
penerimaan informasi dari lingkungannya.
2. Hiperaktif (gangguan dengan aktivitas yang berlebihan) Hiperaktivitas
adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang dilakukan secara
umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan sulit
untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang aktif tapi produktif,
perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak mampu mengontrol dan
melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat
dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting. Gerakannya dilakukan terus
menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk memusatkan perhatian.
3. Impulsivitas (gangguan pengendalian diri) Impulsifitas adalah suatu
gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak disertai dengan pemikiran. Mereka
sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka sulit
untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau
memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku ini
biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun lingkungannya.

1.3 Etiologi
1. Pengaruh genetik Gejala ADHD menunjukkan pengaruh genetik yang
cukup kuat. Twin studi menunjukkan bahwa sekitar 75% dari variasi gejala
ADHD di dalam populasi adalah karena faktor genetik (heritabilitas perkiraan 0,7-
0,8). Pengaruh genetik tampaknya mempengaruhi distribusi gejala ADHD di
seluruh penduduk dan bukan hanya dalam kelompok sub klinis.
2. Pengaruh lingkungan Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
otak saat perinatal dan anak usia dini berhubungan dengan peningkatan risiko
ADHD tanpa gangguan hiperaktif. Faktor biologis yang berpengaruh terhadap
ADHD yaitu ibu yang merokok, mengkonsumsi alkohol, dan mengkonsumsi
heroin selama kehamilan; berat lahir sangat rendah dan hipoksia janin; cedera
otak; dan terkena racun. Faktor risiko tidak bertindak dalam isolasi, tapi
berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, risiko ADHD terkait dengan
konsumsi alkohol ibu pada kehamilan mungkin lebih kuat pada anak-anak dengan
gen transporter dopamin.
3. Faktor genetika Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika
merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga
dari anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu jika orang tua mengalami
ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika
salah satu mengalami. ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko
mengalami ADHD. Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan
bahwa molekul genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.
Dengan demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen
tertentu menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.
4. Faktor neurobiologis Beberapa dugaan dari penemuan tentang
neurobiologis diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul
pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontl.
Demikian juga penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes
neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan
melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi tinggi)menunjukan ada
ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal
yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara
kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini berhubungan dengan
atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan organisasi respons. Kerusakan-
kerusakan daerah ini memunculkan ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri pada
ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih
kecil dibanding anak yang tidak ADHD.

1.4 Diagnosis ADHD


Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala di
bawah ini :
1. Onsetnya sebelum usia 7 tahun (ADHD) atau 6 tahun (HKD)
2. Sudah jelas nampak minimal selama 6 bulan
3. Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, misal : rumah, sekolah,
lingkungan sosial)
4. Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
5. Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya ( misal : gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, gangguan psikotik lainnya, depresi atau
anxietas)
6. Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial,
delinquency/ kenakalan, dan peningkatan resiko kecelakaan lalulintas pada
remaja. Sebagai tambahan, dapat pula timbul pengaruh yang dramatis di
kehidupan keluarga
Kriteria diagnosis ADHD and HKD telah diubah dengan masingmasing revisinya
di DSM-IV-TR dan ICD10. Mungkin akan ada revisi kriteria selanjutnya untuk
menunjukkan permasalahan yang menonjol seperti subtipe gangguan, usia onset
dan aplikabilitas kriteria melewati batas kehidupan. Kriteria DSM IV dan ICD-10
saat ini sama, dengan perbedaan secara primer pada derajat beratnya gejala dan
pervasiveness.
1.5 Tatalaksana
Algoritma untuk ADHD
Terapi non farmakologis
1. Terapi Okupasi Anak ADHD mempunyai perkembangan motorik kurang baik.
Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan anak normal seusianya.
Pada anak ADHD, terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki
koordinasi dan kemampuan ototnya. Otot jari tangan misalnya, sangt penting
dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang
membutuhkan keterampilan otot jari tangan. Seperti juga menunjuk, bersalaman,
memegang raket, memetik gitar, main piano dan lain-lain.
2. Reward dan Punishment Terapi perilaku dengan pemberian reward dan
punishment pada anak ADHD bertujuan untuk meningkatkan kemampuannya
untuk memusatkan perhatian dan perilaku kooperatif. Terapi ini membutuhkan
waktu relatif lama dan membutuhkan perencanaan, kesabaran, dan ketelatenan
sebelum mendapatkan perubahan perilaku pada anak dengan ADHD.
3. Cognitive-Behavioral Therapy Penanganan cognitive-behavioral terhadap
ADHD yag menggabungkan modifikasi perilaku, umumnya didasarkan pada
penggunaan reinforcement (contohnya, seorang guru memuji anak penderita
ADHD yang duduk tenang) dan modifikasi kognitif (contohnya, melatih anak
untuk berbicara dalam hati melalui tahapan pemecahan masalah akademik).
4. Talk therapy Talk therapy akan membuat anak ADHD merasa menjadi lebih
baik, mereka belajar mengungkapkan pikiran-pikiran yang mengganggu dan
belajar mengendalikan emosi. Terapis akan berusaha membantu mengorganisir
perubahan dan jadwal pekerjaan yang harus dilakukan oleh anak melalui
pembicaraan kedua belah pihak.
5. Social skills training Dalam pelatihan ini anak belajar cara-cara menghargai dan
menempatkan dirinya bersama dengan kelompok bermainnya. Pelatihan ini juga
anak diajarkan kecakapan bahasa nonverbal melalui insyarat wajah, ekspresi
roman, intonasi suara sehingga anak cepat tangga dalam pelbagai situasi sosial.
6. Family support groups Anggota keluarga memainkan peran dalam pengobatan
dan pengelolaan anak ADHD. Perkembangan ADHD pada tahun pertama dapat
dipengaruhi peran pengasuhan. Terapi yang digunakan memfokuskan pada
pengurangan ketegangan dalam keluarga melalui penetapan tujuan, pemecahan
masalah dan manajemen stress serta peningkatan komunikasi antar anggota
keluarga kesedihan pada hal-hal yang lebih positif.

CARI OBAT OBATAN NYA FARMAKOLOGIS NYA

Prognosis
Gejala hiperaktif akan berkurang pada masa adolescence, sedangkan gejala
impulsive dan emosi yang labil akan menetap. Pasien dengan ADHD pada waktu
dewasa sering masih mempunyai gejala agresif dan menjadi pencandu minuman
keras/alkoholisme). Prognosis lebih baik bila didapatkan fungsi intelektual yang
tinggi, dukungan yang kuat dari keluarga, temen teman yang baik, diterima di
kelompoknya dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih
komorbid gangguan psikiatri.

Anda mungkin juga menyukai