Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya yang pada umumnya di dalam rahim.

Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan. Dihitung dari awal

periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Selama masa kehamilan ibu

hamil mengalami perubahan fisik dan psikologis yang dapat menimbulkan

ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan akibat terjadinya perubahan fisik dan

psikologis pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang muncul pada masa

kehamilan (Walyani, 2015).

Kehamilan memberikan perubahan fisik, psikis dan stressor bagi wanita,

kecemasan selama kehamilan banyak dialami oleh ibu hamil karena kurangnya

pengetahuan dan dukungan dari keluarga, masyarakat, maupun lingkungan serta

adanya penyakit yang dialami ibu menyebabkan kecemasan terhadap dirinya

maupun bayinya. Awal kehamilan, ibu mengalami kegelisahan dan kecemasan,

kondisi ini merupakan kejadian yang tidak terelakan dan selalu menyertai

kehamilan karena adanya perubahan fisik dan psikologis. Perubahan ini terjadi

akibat perubahan hormon yang akan mempermudah janin untuk tumbuh dan

berkembang saat dilahirkan (Ratnawati 2016).

1
Di Indonesia sekitar 28,7% dari 107.000.000 mengalami kecemasan dan

di pulau Jawa, sebesar 52,3% atau 355.873 dari 679.765 ibu hamil trimester III

yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Kecemasan

menghadapi persalinan dirasakan seluruh ibu hamil khususnya ibu primigravda,

dari penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan menjelang persalinan, dari 64 responden diperoleh 10,9%

mengalami kecemasan ringan, 70,3% kecemasan sedang, dan 18,8% kecemasan

berat (Handayani, 2012), sedangkan menurut Astuti (2012) dalam penelitian

yang hubungan karakteristik ibu hamil primigravida trimester ketiga dengan

tingkat kecemasan di RSUD Pasar Rebo menyatakan bahwa dari 47 responden

yang diteliti diperoleh 93,6% mengalami kecemasan ringan dan 64% mengalami

kecemasan berat.

Temuan dari Trisniani (2016) Tingkat kecemasan sangat berpengaruh

terhadap kesejahteraan ibu hamil maupun janin yang didalam kandungan.

Tingkat kecemasan yang rendah pada ibu hamil dapat mengurangi komplikasi

kehamilan. Adapun komplikasi dalam kehamilan seperti kehamilan ektopik,

hyperemisis gravidarum, abortus, eklampsia, plasenta previa yang sangat

mengancam nyawa ibu hamil. Dalam mengatasi penyebab masalah tersebut

diperlukan pendekatan yang berkualitas yang dimulai sejak perencanaan

kehamilan dan selama masa kehamilan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan

dalam mengurangi tingkat kecemasan dan mempersiapkan ibu dalam

menghadapi persalinan yaitu melalui yoga. Senam yoga dapat membantu

2
mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis ibu hamil dalam menghadapi

persalinan (Rusmita, 2015).

Yoga merupakan pendekatan secara holistik berupa fisik, mental dan

spiritual yang melibatkan kombinasi peregangan otot tubuh dan meditasi

pernafasan yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil (Suananda, 2018). Tujuan

yoga adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental dan spiritual untuk

proses persalinan (Pratignyo, 2014). Menurut sebuah survey terhadap 422 wanita

hamil, 65% dari mereka percaya itu bermanfaat, dan akan berlatih yoga selama

kehamilan, dan 55% lebih mungkin untuk mengambil kelas yoga, jika itu

ditawarkan oleh penyedia layanan kesehatan terlatih. Alasan yang mungkin

untuk yoga adalah pendekatan terapi tubuh pikiran holistik kuno terhadap

kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual (Qinxian.et.al; 2015). Yoga dapat

dilakukan setiap hari selama 1 jam (Husin, 2013).

Yoga bermanfaat untuk ibu hamil dalam mengendalikan pikiran,

keinginan dan reaksi terhadap stress, pikiran negatif, emosi, dan memberikan

dorongan pada keseimbangan hormonal untuk perbaikan mental, spiritual dan

kesehatan tubuh secara maksimal. Gerakan relaksasi, mengatur postur tubuh dan

olah nafas ini sama dengan gerakan yang dilakukan pada saat senam hamil.

Karena teknik gerakannya menitikberatkan kepada latihan otot-otot diantaranya

dada, perut, pinggang, dasar panggul, paha dan tungkai. Bentuk meditasi selama

ini yaitu berupa imaginasi terbimbing, dimana ibu hamil dianjurkan mengatur

posisi yang paling rileks, kemudian diminta untuk memejamkan mata dan

3
mengikuti imaginasi yang diarahkan oleh petugas. Petugas mendeskripsikannya

melalui kalimat dengan diiringi irama musik yang lembut. (Suananda, 2018).

Berdasarkan laporan Puskesmas Astapada deteksi resiko tinggi pada

bulan Desember 2018 dari 8 Desa diantaranya ; Palir (214,29%), Astapada

(121,62%), Gesik (160,71%), Kemlaka Gede (133,33%), Dauwan (163,16%),

Batembat (178,57%), Kalibaru (220,00%), Kalitengah (235,96%). Adapun

jumlah kematian ibu di Puskesmas Astapada pada tahun 2018 berjumlah 1 orang

karena perdarahan yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Sedangkan Angka

kematian Bayi di Puskesmas Astapada berjumlah 1 orang karena afiksia. Di

puskesmas Astapada sendiri belum pernah diadakan senam yoga hanya saja

Puskesmas Astapada pernah mengadakan senam khusus ibu hamil.

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Palir dan di Desa Kalitengah

Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon. Pada bulan Maret tahun 2019 hasil

wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bidan Desa Palir dan Bidan Desa

Kalitengah mengenai ibu hamil bahwasannya jumlah ibu hamil di Desa Palir

berjumlah 35 orang akan tetapi yang mempunyai resiko tinggi berjumlah 7 orang

diantaranya 4 orang ibu hamil mengalami anemia, 2 orang ibu hamil mengalami

KEK, dan 1 orang ibu hamil mengalami usia > 35 tahun. Adapun upaya proaktif

yang dilakukan pada ibu hamil di Desa Palir adalah kelas ibu hamil dan

kunjungan ibu hamil resiko tinggi. Sedanghan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti kepada Bidan Desa Kalitengah mengenai ibu hamil bahwasannya jumlah

ibu hamil di Desa Kalitengah berjumlah 25 orang akan tetapi yang mempunyai

resiko tinggi berjumlah 9 orang diantaranya 4 orang ibu hamil mengalami KEK,

4
2 orang ibu hamil mengalami Usia > 35 tahun dan 3 orang ibu hamil mengalami

Anemia . Adapun upaya proaktif yang dilakukan pada ibu hamil ibu hamil di

Desa Kalitengah adalah promosi kesehatan, kelas ibu hamil dan kunjungan ibu

hamil resiko tinggi.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 10 ibu hamil di

Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon didapatkan bahwa di

Desa Palir Belum pernah diadakan senam yoga. Pada saat saya wawancara

kepada 3 orang ibu primigravida ibu tersebut mengatakan bahwa kecemasan ibu

hamil muncul disebabkan oleh rasa takut dan salah satu rasa takut yang paling

banyak dialami oleh ibu hamil adalah rasa cemas dan takut dalam menghadapi

persalinan. Karena belum ada pengalaman dan sering mendengarkan proses

persalinan dari orang lain. 2 orang ibu primigravida mengatakan merasa takut

akan kondisi bayi yang lahir dalam keadaan tidak normal seperti bayi lahir

premature dan cacat. 1 orang ibu primigravida mengatakan khawatir akan

ketuban pecah. Sedangkan hasil wawancara kepada 2 orang ibu multigravida

mengatakan takut lahir seksio sesarea, 2 orang mengatakan lupa cara mengejan

dikarenakan jarak antara kehamilan pertama dan kedua cukup jauh sekitar 8

tahun.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti

akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat

Kecemasan Ibu Hamil di Desa Palir kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon

Tahun 2019.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

“Apakah Ada Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di

Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon Tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat

Kecemasan Ibu Hamil di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten

Cirebon Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Ibu Hamil sebelum

dilakukan Senam Yoga di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani

Kabupaten Cirebon Tahun 2019.

2. Untuk mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Ibu Hamil setelah

dilakukan Senam Yoga di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani

Kabupaten Cirebon Tahun 2019.

3. Untuk menganalisis pengaruh senam yoga terhadap Tingkat Kecemasan

Ibu Hamil di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon

Tahun 2019.

6
1.4 Mafaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur tambahan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa keperawatan mengenai

Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di Desa

Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon Tahun 2019.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan

untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian mengenai

Pengaruh Senam Hamil terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

1.4.2 Manfaat Praktisi

1 Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

pengetahuan kepada responden mengenai manfaat Senam Yoga terhadap

Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani

Kabupaten Cirebon Tahun 2019.

2 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap

masyarakat Desa Palir khususnya ibu hamil untuk melakukan senam yoga

agar dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi

persalinan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan

spermatozoa (konsepsi) yang diikuti dengan perubahan fisiologis dan

psikologis (Ratnawati 2016).

Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa antara kehidupan

sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan

kehidupan nanti setelah anak itu lahir. Perubahan siklus radikal ini di

pertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk

menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada

selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir (Sukarni

dan Wahyu, 2013).

Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang perlu perawatan

khusus agar dapat berlangsung dengan baik, karena kehamilan

mengandung kehidupan ibu maupun janin (Walyani, 2015).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah suatu proses yang normal dan alamiah sehingga dapat terjadi

perubahan baik fisiologis, psikologis, maupun adaptasi pada wanita.

8
2.1.2 Proses Kehamilan

Diawali dengan pembuahan dan berakhir dengan kelahiran bayi

berlangsung rata-rata 38 sampai 40 minggu selama periode ini (yang

disebut gestasi), zigot membelah ketika melewati tuba fallopi dan melekat

ke lapisan uterus melalui implantasi. Urutan kompleks perkembangan dari

pra-embrio, embrio dan fetus mengubah zigot menjadi janin cukup bulan.

Zigot mengalami serangkaian pembelahan mitosis ketika berjalan melewati

tuba fallopi dan kemudian berkembang menjadi sebuah massa kecil sel

yang disebut morula. Morula mencapai uterus pada atau sekitar hari ketiga

pasca pembuahan dan berjalan menuju uterus sekarang disebut blastokis,

struktur ini melekat ke endometrium pada akhir minggu pertama pasca

pembuahan. Selama minggu berikutnya, blastokis tenggelam dibawah

permukaan endometrium.

Sel telur yang sudah dibuahi sperma biasanya dibungkus oleh suatu

selaput. Jadi, sperma tadi terkurung, tidak bisa keluar. Sesudah terjadi

pembuahan (konsepsi), terbentuklah zigot yang akan mengalami proses

pembelahan selama beberapa kali berkembang menjadi embrio.

Embrio tadi akan bergerak turun dari ujung saluran telur menuju

rahim. Pada akhirnya, embrio membenamkan diri (tertanam) dalam dinding

rahim. Di sini, janin akan tumbuh dan berkembang bulan demi bulan

(Saputra, 2014).

9
2.1.3 Tanda-tanda Kehamilan

Kehamilan tidak hanya ditandai dengan tidak datangnya haid, namun

ada beberapa gejala lainnya. Gejala-gejala yang terjadi juga merupakan

perubahan tubuh calon ibu sebagai persiapan terhadap janin yang nantinya

akan tumbuh dan berkembang dalam rahim. Untuk mengetahui apakah

hamil atau tidak, cobalah cek gejala-gejala kehamilan berikut ini :

1. Haid tidak datang (Ammennorhoea)

Tidak datang haid merupakan pertanda awal kehamilan, apalagi

jika haid terbiasa teratur. Namun keterlambatan atau tidak datangnya

haid belum bisa dipastikan mengalami kehamilan. Bisa jadi hal itu

dikarenakan adanya gangguan kesuburan atau gangguan reproduksi.

Untuk lebih memastikan, cobalah cek dengan gejala kehamilan

lainnya.

2. Putting atau payudara lebih lembut

Pada perempuan hamil, payudara dan putting akan menjadi lebih

lembut sekitar tiga pekan setelah pembuahan (setelah haid terlambat

sekitar satu minggu). Payudara juga akan terasa membesar.

3. Muncul bercak merah dan kram perut

Munculnya bercak merah yang menempel pada celana dalam.

Bercak darah sering di salah artikan sebagai haid. Bercak merah timbul

sekitar 8-10 hari setelah ovulasi. Pada saat itu terjadi implantasi atau

embrio menempel pada dinding rahim (uterus). Bercak merah ini

datang lebih awal dari haid dan pada umumnya bercak yang terjadi

10
hanya sedikit. Kram juga umum terjadi di awal kehamilan. Gejala ini

akan terus terjadi sampai kehamilan pada trimester kedua, sampai letak

uterus mapan di tengah dan disangga dengan baik oleh tulang panggul.

Kram akan semakin meningkat ketika berolahraga, orgasme, bahkan

ketika melakukan perubahan posisi dari tidur ke berdiri. Kram sebagai

tanda kehamilan akan terjadi secara teratur.

4. Penggelapan areola

Daerah areola merupakan daerah gelap yang mengelilingi putting

payudara. Sebagai gejala kehamilan, daerah areola akan mulai menjadi

lebih gelap dan membesar. Vena di payudara menjadi lebih kelihatan

karena penegangan payudara.

5. Lelah berlebihan

Gejala lelah berlebihan akan muncul hingga sepuluh minggu

pertama. Pada sebagian besar perempuan, gejala kelelahan ini akan

menghilang ketika kehamilan menginjak usia 12 minggu. Kelelahan

yang terjadi merupakan dampak dari perubahan tubuh dalam

melakukan penyesuaian terhadap proses tumbuhnya janin dalam

rahim. Saat hamil, tubuh mengalami perubahan metabolisme yang

cukup signifikasi.

6. Sakit kepala

Mungkin akan merasa sakit kepala yang lebih sering dari pada

biasa. Ini bisa dikarenakan rasa mual, kelelahan, lapar, tekanan darah

rendah, atau perasaan tegang bahkan depresi yang dialami. Atasilah

11
dengan beristirahat dan biasakan diri untuk relaks. Bila sakit kepala

semakin terasa berat secepatnya hubungi dokter. Pada kehamilan

lanjut, sakit kepala dapat menjadi tanda pre-eklampsia yang biasanya

disertai dengan peningkatan tekanan darah dan membengkaknya kaki

serta tangan.

7. Pusing

Merasa pusing sering pada awal kehamilan hal ini karena adanya

peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga sewaktu berubah posisi

dari tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, sistem sirkulasi

darah kesulitan untuk beradaptasi. Bila rasa pusing tetap timbul ketika

duduk, bisa dikarenakan menurunnya level gula darah. Makanlah

sedikit-sedikit tapi sering. Bila sering merasa seperti ingin pingsan,

segera periksakan diri ke dokter. Kemungkinan anemia.

8. Mual dan muntah (morning sickness)

Dikatakan morning sickness karena gejala ini seringnya muncul

di pagi hari. Namun pada kenyataannya, gejala mual muntah dapat

juga terjadi pada waktu pagi, siang atau malam. Gejala ini dialami 50-

90 % perempuan. Gejala mual muntah muncul pada awal kehamilan

dan akan berhenti secara perlahan. Biasanya hanya berlangsung selama

3 bulan pertama kehamilan dan akan berhenti begitu memasuki bulan

ke-4. Gejala ini disebabkan oleh adanya hormon HCG (Human

Chorionic Gonadotrophin) dalam aliran darah. Hormon HCG berperan

dalam menjaga persendian estrogen dan progesteron, serta mencegah

12
terjadinya haid. Peningkatan kadar hormon secara tiba-tiba dapat

menimbulkan efek pedih di lapisan perut dan rasa mual-mual. Selain

itu, juga menyebabkan hilangnya gula dalam darah sehingga

menimbulkan rasa lapar dan sakit.

Mual muntah pada ibu hamil bisa terpicu hanya karena mencium

bau makanan atau parfum tertentu, yang mana pada kondisi normal

tidak membuat mual. Hal ini terjadi karena perubahan hormon dalam

tubuh.

9. Sering buang air kecil

Saat haid terlambat satu hingga dua minggu, mungkin keinginan

buang air kecil menjadi lebih sering dari biasanya. Ini dikarenakan

janin yang tumbuh dirahim menekan kandung kemih dan karena

adanya peningkatan sirkulasi darah. Kandung kemih lebih cepat penuh

terisi oleh urin dan keinginan buang air kecil pun menjadi lebih sering.

Walaupun sering buang air kecil, jangan sampai membatasi asupan

cairan pada tubuh karena akan menyebabkan dehidrasi.

10. Susah buang air besar (kontipasi alias mencret)

Buang air besar menjadi sulit dan tidak lancar (konstipasi)

biasanya terjadi pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah adanya

peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot

sehingga usus kurang efisien. Pada kehamilan trimester ketiga dimana

perut sudah membesar, konstipasi ditambah oleh penekanan rahim

yang membesar di daerah perut. Penyebab lainnya juga bisa

13
dikarenakan tablet zat besi (iron) yang diberikan oleh dokter. Tablet

zat besi ini juga akan menyebabkan warna feses (tinja) kehitaman.

11. Minum yang cukup 6-8 gelas sehari

Memakan makanan yang berserat tinggi seperti sayuran dan

buah-buahan serta melakukan olahraga ringan teratur seperti berjalan

(joging) dapat mengatasi masalah konstipasi.

12. Kram perut

Pada trimester awal, akan mengalami kram perut. Kram perut

terjadi seperti menstruasi atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul

sebentar dan tidak menetap. Kram perut terjadi karena adanya

pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen

merenggang untuk menyokong rahim.

13. Jika mengalami kram perut yang disertai perdarahan vagina

Segeralah periksa ke dokter. Kemungkinan anda mengalami

keguguran.

14. Naiknya temperatur basal tubuh

Jika terjadi kehamilan maka suhu basal tubuh akan meningkat

dan tidak turun ke level sebelum terjadinya ovulasi. Saat terjadinya

pembuahan, ovum dibuahi di tuba falopi, dan ia akan sampai di rahim

dalam waktu sekitar seminggu.

14
15. Meludah (Hipersalivasi)

Ini biasanya timbul pada trimester pertama tapi jarang terjadi.

Atasi dengan sikat gigi atau kocok mulut atau isap permen yang

mengandung mint. Mint dipercaya dapat mengurangi air ludah.

16. Tes kehamilan memberikan hasil yang lebih akurat

Tes kehamilan dilakukan dengan test pack yang bisa dibeli bebas

di apotek. Tes urin akurat untuk kehamilan 10-14 hari. Ingat, test

kehamilan yang bisa dilakukan dirumah itu belum tentu 100 % benar,

bahkan setelah melalui cek darah sekalipun. Jika semua tes hasilnya

negative, sementara merasa seperti hamil, lakukan tes lagi..

17. Pusing

Gejala pusing sebagai pertanda kehamilan disebabkan adanya

peningkatan tuntutan darah pada tubuh dan juga bisa disebabkan

karena menurunnya kadar gula dalam darah. Gejala ini muncul ketika

berubah posisi dari tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba.

Bagi yang sering merasa ingin pingsan, sebaiknya segera

memeriksakan diri ke dokter karena kemungkinan menderita anemia

(Indiarti, 2015).

Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil disebut

dengan tanda kehamilan. Terdapat 3 kategori tanda ini yang disebut tanda

presumtif, tanda kemungkinan dan tanda pasti. Tanda presumtif merupakan

perubahan yang dirasakan ibu seperti adanya amenorrhea, keletihan, nyeri

payudara, pembesaran payudara, morning sickness dan quickening. Tanda

15
kemungkinan adalah tanda perubahan yang dapat diobservasi oleh pemeriksa,

seperti tanda hegar, ballottement, test kehamilan dan tanda goodel. Adapun

tanda pasti atau disebut juga tanda positif kehamilan bila telah diidentifikasi

melalui pemeriksaan sonografi, terdapat denyut jantung janin dan pemeriksa

merasakan dan melihat gerakan janin.

1. Tanda pasti kehamilan

a. Terdengar denyut jantung janin (DJJ)

b. Terasa gerak janin

c. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada

gambaran embrio

d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16 minggu)

2. Tanda tidak pasti kehamilan

a. Rahim membesar

b. Tanda Hegar

c. Tanda Chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina, dan vulva

d. Tanda piskacek, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga

menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.

e. Braxton Hicks.

Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah

berkontraksi.

16
f. Ballottement positif

Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara

menggoyang-goyang di salah satu sisi, maka akan terasa “patulan” di

sisi yang lain

g. Tes urine kehamilan (tes HCG) positif

Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan.

Tujuan pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin

dalam urine. Kadar yang melebihi ambang normal, mengindifikasikan

bahwa wanita mengalami kehamilan (Indriyani, 2013).

2.1.4 Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan merupakan kejadian patologis yang terjadi saat

kehamilan. Menurut Rukiyah, AY dan Yulianti (2010) Komplikasi

kehamilan dan penyulit pada trimester I dan II adalah kejadian yang sering

timbul pada kehamilan trimester I dan II, yaitu:

1. Anemia kehamilan yaitu keadaan penurunan hemoglobin dan jumlah

eritrosit dibawah nilai normal, atau biasa disebut kurang darah.

Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah

atau kurang zat besi. Faktor yang menyebabkan anemia defisiensi besi

adalah kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, gangguan

absorbs di usus, perdarahan akut atau kronis. Anemi defisiensi pada

wanita hamil berkaitan dengan defisiensi besi dan perdarahan akut.

2. Hyperemisis gravidarum menurut Rukiyah (2010) bahwa Hyperemisis

gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil

17
hingga dapat mempengaruhi berat badan ibu, turgor kulit dan timbul

aseton dalam urine. Hal ini juga dapat dikatakan berat, ibu hamil selalu

muntah setiap kali minum atau makan, akibatnya tubuh sangat lemas,

muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktifitas

sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun.

3. Abortus atau keguguran yaitu keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu

hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 g, atau

umur kehamilan kurang dari 22 minggu.

4. Kehamilan Ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel

telur dibuahi berimplementasi dan tumbuh di luar endometrium kavum

uteri.

Sedangkan Komplikasi dan penyulit kehamilan pada Trimester III

adalah kejadian yang timbul pada kehamilan trimester III, yaitu:

1) Kehamilan dengan hipertensi yaitu tekanan darah yang lebih tinggi dari

140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki

potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.

2) Preeklamsi yaitu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan

edem yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi

dalam triwulan ketiga pada kehamilan tetapi dapat terjadi sebelum,

misalnya pada mola hydatidosa.

3) Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan

atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena

18
kelainan saraf) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan

gejala-gejala pre-eklampsia.

Komplikasi kehamilan trimester III juga menurut Manuaba (2009)

dapat terjadi sebagai berikut:

1) Persalinan prematuritas, persalinan yang terjadi diantara umur

kehamilan 29-36 minggu dengan BB lahir kurang dari 2,5kg

2) Kehamilan ganda, yaitu adanya janin dalam rahim lebih dari satu orang,

dapat disebabkan ras, obat perangsang dan faktor keturunan

3) Kehamilan dengan perdarahan, membahayakan ibu maupun janin dalam

kandungan

4) Perdarahan plasenta previa, keadaan implementasi plasenta sedemikian

rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim sehingga

pembuluh darah besar ada pada sekitar mulut rahim

5) Perdarahan solusio plasenta, implantasi hasil konsepsi sebagian besar

terjadi pada fundus uteri sebagai tempat yang normal

6) Perdarahan pada sinus marginalis, perdarahan terjadi menjelang

persalinan

7) Perdarahan vasa previa, penyilangan pembuluh darah pada mulut rahim

8) Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini, pengeluaran air ketuban

sebagian besar terjadi menjelang persalinan dengan pembukaan

mendekati lengkap

19
9) Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim, setelah umur hamil

diatas 16 minngu dapat dirasakan gerak janin dalam rahim sebagai

gerakan pertama

10) Kehamilan lewat waktu persalinan, kehamilan berlangsung sekitar 280

hari, sehingga dapat diperhitungkan perkiraan kelahiran.

2.2. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

a. Perubahan Psikologis pada Trimester 1

Perubahan psikologis pada trimester 1 (periode penyesuaian), menurut

Ratnawati (2016) bahwa perubahan psikologis pada trimester 1 adalah :

1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

2. Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Ibu bahkan kadang

berharap agar dirinya tidak hamil.

3. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini

dilakukan sekedar untuk menyakinkan dirinya.

4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.

b. Perubahan Psikologis pada Trimester II

Perubahan psikologis pada trimester II (periode kesehatan yang baik).

Ratnawati (2016) menyatakan beberapa perubahan psikologis yang terjadi

pada ibu hamil pada trimester II, yaitu:

1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang

tinggi.

20
2. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

3. Merasakan gerakan anak

4. Merasakan terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

5. Libido meningkat

6. Menuntut perhatian dan cinta

7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.

8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang

lain yang baru menjadi ibu.

9. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan

persiapan untuk peran baru.

c. Perubahan Psikologis pada Trimester III

Perubahan psikologis pada trimester III menurut Ratnawati (2016), yaitu :

1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak

menarik.

2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya.

4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6. Merasa kehilangan perhatian

7. Perasaan mudah terluka (sensitive)

8. Libido menurun

21
2.3 Terapi Komplementer

2.3.1 Pengertian Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.

Terapi ini pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi sistem-

sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh

dapat menyembuhkan diri sendiri (Hidayat, 2019).

Menurut WHO (World Health Organization) pengobatan

komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal

dari Negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,

bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan

tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang

sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-menurun

pada suatu Negara. Tapi di philipina misalnya, jamu Indonesia bisa

dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi komplementer

adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung

kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan

lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Berdasarkan data yang

bersumber dari badan kesehatan dunia pada tahun 2005, terdapat 75-80%

dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-

konvensional.

22
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan

Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Republik

Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengobatan

komplementer adalah pengobatan non konvensional yang diajukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang

berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam

kedokteran konvensional. Ilmu pengetahuan biomedik adalah ilmu yang

meliputi anatomi, histology, biologi sel, dan molekuler, fisiologi,

mikrobiologi, dan imunologi yang dijadikan dasar ilmu kedokteran klinik.

Adapun tujuan pengaturan penyelenggaraan pengobatan

komplementer, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

2007 tersebut ;

1) Memberikan perlindungan kepada pasien

2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

3) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga

pengobatan komplementer.

Pengobatan komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang diperoleh melalui

23
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang

tinggi (Kemenkes RI, 2011).

Menurut asosiasi “National Center for Complementary and Alternative

Medicine (NCCAM) adalah suatu kelompok sistem perawatan medis dan

kesehatan, praktik-praktik dan produk-produk pengobatan yang sampai hari

ini tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional (Mariah

Snyder & Ruth Lindquist (ed), 2010).

2.3.2 Macam-macam Terapi Komplementer

Jenis terapi komplementer berdasarkan Peraturan menteri kesehatan

RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 yaitu:

1. Pijat urut

2. Aromaterapi

3. Chiropratik

4. Yoga

5. Meditasi

6. Akupuntur

7. Osteopati

8. Akupresur

9. Shiatsu

10. Terapi herbal

11. Hipnoterapi

12. Penyembuhan spiritual

13. Do’a

24
14. Naturopati

15. Homeopati

16. Healing touch

17. Tuina

18. Jamu

19. Gurah

20. Makro nutrient

21. Mikro nutrient

22. Terapi ozon

23. Hiperbarik

24. Terapi energi (medan energi) (Kemenkes RI, 2011)

Banyaknya terapi pengobatan komplementer tidak untuk digunakan

semua, tetapi untuk dipilih berdasarkan pertimbangan yang paling sesuai

bagi pasien dan keluarganya dari segi latar belakang kultural, tersedianya

terapis atau fasilitas.

2.3.3 Manfaat Terapi Komplementer

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai

manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga

lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah

bila klien dengan penyakit kronis yang harus mengeluarkan dana.

Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan

bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan

setelah menggunakan terapi komplementer (Hidayat, 2019).

25
Adapun manfaat terapi komplementer sebagai berikut :

1. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan nyeri

2. Mengurangi kecemasan dan mempercepat penyembuhan luka

3. Meningkatkan napsu makan dan meningkatkan citra tubuh

2.4 Senam Yoga

2.4.1 Pengertian Senam Yoga

Senam yoga adalah jenis olahraga tubuh, pikiran dan mental yang

sangat membantu ibu hamil melenturkan persendian, termasuk

menenangkan pikiran. Seni yang telah lama berkembang sejak ribuan

tahun yang berasal dari India ini, sebagai suatu bentuk penghargaan

terhadap janin dan proses terjadinya kehamilan (Hidayat, 2019).

Senam yoga merupakan program olahraga ringan dimana latihannya

menggabungkan prinsip-prinsip yoga. Yoga merupakan pendekatan

secara holistik berupa fisik, mental dan spiritual (Biljani, 2008 dalam

Suananda, 2018) yang melibatkan kombinasi peregangan otot tubuh,

meditasi pernafasan, dan mendorong pertumbuhan kesehatan dan spiritual

bila melakukannya.

Yoga berpotensi untuk menciptakan keseimbangan disepanjang

dimensi emosional, mental, fisik, dan spiritual. Yoga merupakan sistem

komprehensif yang menggunakan postur fisik (asana), latihan pernafasan

(pranayama), konsentrasi dan meditasi (dharana dan dhyana) (Husin,

2013).

26
Yoga adalah salah satu jenis modifikasi dari hatha yoga yang

disesuaikan dengan kondisi ibu hamil (Tia, 2014).

Yoga adalah cara yang baik untuk mempersiapkan persalinan

karena teknik latihannya menitikberatkan pada pengendalian otot, teknik

pernafasan, relaksasi dan ketenangan pikiran. Teknik relaksasi yang dapat

dilakukan dengan cara membayangkan sesuatu yang menyenangkan dapat

membuat tubuh menjadi rileks (Stoppard, 2012).

Yoga bertujuan melatih otot panggul dan sekitarnya, agar menjadi

lebih kuat dan elastis. Sirkulasi darah disekitar daerah panggul menjadi

lebih lancar sehingga memudahkan Ibu melakukan persalinan secara

normal. Dengan latihan pernafasan yang dilakukan selama yoga, ibu akan

terbiasa melakukan nafas pendek dan cepat dengan ritme yang teratur

serta panjang dan dalam baik saat menghirup maupun melepaskan udara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa senam yoga merupakan

suatu jenis olah tubuh, pikiran dan mental yang sangat membantu ibu

hamil dalam melenturkan persendian dan menenangkan pikiran.

2.4.2 Manfaat senam yoga dalam kehamilan

Yoga pada kehamilan memfokuskan kenyamanan serta keamanan

dalam berlatih sehingga memberikan banyak manfaat, berikut manfaat

yoga dalam kehamilan menurut Tia (2014) :

1. Fisik

a. Meningkatkan energi, vitalitas dan daya tahan tubuh

b. Melepaskan stress dan cemas

27
c. Meningkatkan kualitas tidur

d. Menghilangkan ketegangan otot

e. Mengurangi keluhan fisik secara umum semasa kehamilan, seperti

nyeri punggung, nyeri panggul, hingga pembengkakan bagian tubuh

f. Membantu proses penyembuhan dan pemulihan setelah melahirkan

2. Mental dan Emosi

a. Menstabilkan emosi ibu hamil yang cenderung fluktuatif

b. Menguatkan tekad dan keberanian

c. Menguatkan rasa percaya diri dan focus

d.Membangun afirmasi positif dan kekuatan pikiran pada saat

melahirkan

3. Spiritual

a. Menenangkan dan mengheningkan pikiran melalui relaksasi dan

meditasi

b. Memberikan waktu yang tenang untuk menciptakan ikatan batin

antara ibu dengan bayi

c. Menanamkan rasa kesabaran, intuisi dan kebijaksanaan.

Yoga pada kehamilan bermanfaat dalam menjaga kesehatan emosi

dan fisik. Ketika seorang wanita hamil melakukan latihan secara teratur (3

kali setiap 4 hari sekali selama 10 minggu kehamilan), dapat menjaga

elastisitas dan kekuatan ligament panggul, pinggul, dan otot kaki

sehingga mengurangi rasa nyeri yang timbul saat persalinan serta

memberikan ruang untuk jalan lahir, meningkatkan kenyaman ibu pada 2

28
jam pasca salin dan mengurangi risiko persalinan lama. Selain itu dapat

meningkatkan berat badan lahir, dan menurunkan kejadian prematuritas.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi senam yoga

Menurut penelitian Eli (2011) faktor yang mempengaruhi senam

yoga ada 2 yaitu kesiapan fisik dan kesiapan psikologis. Kesiapan fisik

adalah suatu kondisi dan kesanggupan tubuh dalam memberikan

penampilan dan pengaturan sistem gerak dalam mengatasi dan

menyelesaikan pekerjaan fisik dan yang dimaksud kesiapan psikis adalah

suatu kondisi dan kesanggupan tubuh dalam memberikan penampilan dan

pengaturan sistem gerak dalam mengatasi dan menyelesaikan pekerjaan

fisik.

Kesiapan fisik dalam menghadapi persalinan di kelas yoga dengan

memberikan edukasi dan latihan. Kesiapan tersebut dapat membantu ibu

hamil mengikuti ritme pada saat proses melahirkan nanti. Ibu hamil

dikatakan siap secara fisik bila tidak mudah lelah, lemas, kualitas tidur

meningkat, penurunan sakit punggung, penurunan sesak nafas. Siap secara

psikologis bila tenang, rileks, bahagia, dan percaya diri yang membantu

otot-otot ibu mengatasi tekanan saat persalinan Sari (2016).

2.4.4 Prinsip senam yoga dalam kehamilan

1. Sadari dan hayati nafas alami dari dalam tubuh. Bernafas dengan ringan

rileks dan lembut. Bernafas masuk dan keluar melalui hidung.

2. Dengarkan signal tubuh anda. Amati dan sadari setiap gerakan. Jika

terasa nyaman lanjutkan, jika tidak maka hentikan.

29
3. Tidak melakukan postur inverse/ terbalik, seperti shoulder stand (postur

bertumpu pada pundak), head stand (postur bertumpu pada kepala) dan

hands stand (postur bertumpu pada tangan).

4. Tidak melakukan pemutaran dan peregangan tubuh secara berlebihan.

Lakukan gerakan memuntir dan meregangkan otot-otot tubuh dengan

lembut.

5. Tidak melakukan postur (gerakan) yang menekan perut

6. Tidak menahan postur terlalu lama

7. Tidak menahan nafas, hindari khumbaka yaitu teknik pernafasan yoga

dengan menahan nafas beberapa saat

8. Tidak berbaring terlentang terlalu lama dan biasakan berbaring miring ke

kiri selama hamil

9. Hindari postur keseimbangan tanpa penyangga. Bersandarlah pada

dinding atau kursi ketika melakukan postur keseimbangan

10. Hindari suhu yang terlalu tinggi. Cari tempat yang nyaman saat berlatih

yoga.

2.4.5 Waktu melakukan senam yoga dalam kehamilan

Berlatih di pagi hari atau sore hari ketika perut kosong. Lakukan

yoga 1-2 jam setelah makan (Husin, 2013).

2.4.6 Indikasi dan kontraindikasi yoga kehamilan

1. Indikasi yoga kehamilan

Pada prinsipnya yoga aman dilakukan oleh semua wanita hamil

dan dapat dilakukan oleh semua wanita hamil dimulai pada usia

30
kehamilan 18 minggu, tidak memiliki riwayat komplikasi selama

kehamilan, tidak memiliki persalinan preterm dan BBLR. Padawanita

dengan riwayat abortus boleh melakukan yoga setelah usia diatas 20

minggu atau setelah dinyatakan kehamilan baik (Husin, 2013).

2. Kontraindikasi yoga kehamilan

Walaupun yoga dianggap latihan yang aman namun terdapat

beberapa keadaan dimana wanita memerlukan persetujuan dari tenaga

kesehatan, seperti memiliki tekanan darah rendah, riwayat obstetric

buruk seperti perdarahan dalam kehamilan, KPD, dan BBLR. Selain

keadaan tersebut, yoga pun harus diberhentikan jika saat pelaksanaan

wanita mengalami keluhan seperti :

a. Rasa pusing, mual, dan muntah yang berkelanjutan

b. Gangguan penglihatan

c. Kram pada perut bagian bawah

d. Pembengkakan pada tangan dan kaki

e. Tremor pada ekstrimitas atas maupun bawah

f. Jantung berdebar-debar

g. Gerakan janin yang melemah (Husin, 2013)

2.4.7 Persiapan senam yoga dalam kehamilan

1. Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman

2. Berlatih tanpa alas kaki diatas alas untuk berlatih yoga

3. Jaga agar perut tidak terlalu kenyang dan tidak terlalu lapar

31
4. Gunakan bantal, guling atau kursi sebagai alat bantu melakukan postur

yoga

5. Minum air yang banyak sesudah berlatih (Tia, 2014)

2.4.8 Teknik yoga dalam kehamilan

Yoga terdiri dari teknik-teknik dan latihan yang dilakukan untuk

meningkatkan kejernihan pikiran, kesempurnaan pernafasan dan kesehatan

tubuh. Menurut Husin (2013) latihan yoga pada kehamilan terdiri dari

beberapa komponen sebagai berikut :

1. Asanas

Merupakan bagian dari selubung fisik atau anna-maya-kosha,

dimana latihan ini dapat meningkatkan kekuatan fisik, meningkatkan

fleksibilitas otot dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu asanas

mempengaruhi kelenjar endokrin untuk menekan pengeluaran hormone

stress dan meningkatkan sekresi hormone relaksan, sehingga

menimbulkan efek ketegangan dan kestabilan emosi. Sehingga jika

seorang wanita melakukan teknik ini akan tercipta keseimbangan emosi

dan ketenangan serta meningkatkan kelenturan otot-otot yang

berpengaruh pada pengurangan ketidaknyamanan otot selama kehamilan

dan memperlancar proses persalinan.

2. Kesadaran Bernafas

Latihan pengaturan pola nafas berada pada elemen prana-maya-

kosha (eneri tubuh) yaitu dengan melatih pernafasan perlahan dan

mendalam untuk menyiapkan pernafasan saat proses persalinan,

32
sehingga ibu tetap tenang dan suplai oksigen ke janin tetap adekuat.

Selain itu latihan ini merupakan pengalihan konsentrasi ibu dari nyeri

persalinan.

3. Nidra

Praktik khusus yang menghasilkan relaksasi yang mendalam.

Pada nidra, shavasana merupakan hal terpenting untuk mencapai

keadaan relaksasi yang maksimal. Hal ini untuk menenangkan tubuh

dan memfokuskan pikiran serta melepaskan stress dan ketegangan dari

tubuh, sehingga tubuh dan pikiran menjadi rileks.

4. Dhyana atau Meditasi

Praktik konsentrasi pikiran, sehingga tubuh diajak untuk fokus

pada rasa tenang. Ketika terjadi konsentrasi dan fokus antara pikiran,

nafas dan gerak sensoris, maka akan terwujud ketenangan yang

maksimal sehingga energi positif terkumpul dalam tubuh dan

tercapainya keseimbangan diantara lima elemen yoga. Keadaan ini

dinamakan harmonisasi prana melalui chakra (Husin, 2013).

2.4.9 Gerakan senam yoga dalam kehamilan

1. Pemanasan penuh kesadaran

Pemanasan sangat penting sebelum berlatih yoga dalam

kehamilan. Jika tidak melakukan pemanasan otot-otot tubuh akan kaget

dan akibatnya tubuh merasa nyeri atau pegal setelah latihan. Pemanasan

yang dilakukan dengan kesadaran akan membuat tubuh relaksasi dan

aktif sehingga tubuh akan siap melakukan gerakan-gerakan yoga.

33
Menurut Tia (2014) pemanasan tersebut terdiri dari gerakan-gerakan

sebagai berikut :

a. Pemanasan leher

Manfaat :

a) Meredakan ketegangan didaerah leher

b) Melancarkan energy didaerah leher dan kepala

Gerakan :

a) Gerakan 1

(a) Duduk bersila dengan nyaman dan luruskan tulang punggung

(b) Letakkan kedua tangan diatas lutut

(c) Tengok kepala kearah kanan. Tahan posisi dan bernafas relaks

3-5 kali.

(d) Tengok kepala kearah kiri. Tahan posisi dan bernafas relaks 3-5

kali.

b) Gerakan 2

(a) Rebahkan kepala ke samping kanan. Tahan posisi dan bernafas

relaks 3-5 kali.

(b) Rebahkan kepala ke samping kiri. Tahan posisi dan bernafas

relaks 3-5 kali.

c) Gerakan 3

(a) Tundukkan kepala seluruhnya ke bawah dan rasakan peregangan

leher bagian belakang

34
(b) Perlahan putar pergelangan leher dan kepala ke kiri, ke

belakang, kanan dan kembali kedepan. Lakukan sebanyak 3-4

kali.

(c) Putar leher dan kepala kearah sebaliknya. Lakukan sebanyak 3-4

kali

(d) Tundukkan kepala seluruhnya kebawah dan bernafas normal

(e) Angkat kepala kembali ke tengah dan relaks.

b. Peregangan dan pemuntiran samping tubuh

Manfaat :

a) Meredakan ketegangan tubuh didaerah tulang belakang,

pinggang dan panggul

b) Melancarkan energy tubuh dan memperdalam kapasitas nafas

Gerakan :

a) Gerakan 1

(a) Duduk bersila dengan nyaman

(b) Buang nafas, regangkan tubuh ke samping dan pandang ke

atas. Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali.

Ulangi sisi lainnya.

b) Gerakan 2

(a) Kembali duduk bersila menghadap depan

(b) Buang nafas, perlahan memuntir tubuh kesamping kanan.

Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali. Ulangi

sisi lainnya.

35
c. Peregangan bahu dan pundak

Manfaat :

a) Mengurangi ketegangan di pundak, bahu dan dada

b) Melancarkan energy tubuh dan memperdalam kapasitas nafas.

Gerakan :

a) Gerakan 1

(a) Duduk bersila dengan nyaman

(b) Letakkan kedua tangan di pundak dan kedua siku

bersentuhan

(c) Tarik nafas, putar lengan keatas, kedua siku menghadap

keatas

(d) Buang nafas, lalu putar lengan kebelakang

(e) Ulangi gerakan 3-5 kali

2. Gerakan inti senam yoga dalam kehamilan

a. Gerakan 1 postur anak (child Pose)

Manfaat :

a) Merasakan nafas perut secara langsung

b) Memperdalam kapasitas nafas

c) Membantu posisi didalam perut agar berada diposisi yang benar

d) Membuat tubuh dan pikiran lebih relaks

Gerakan :

a) Duduk diatas tumit dan regangkan lutut melebar ke samping

36
b) Bungkukkan badan ke depan, tekuk kedua lengan dan rebahkan

kepala ke lengan atas alas

c) Pejamkan mata dan perdalam nafas

d) Bernafas perlahan dan teratur sebanyak 5-8 kali

e) Jika perut mulai membesar karena pertumbuhan bayi di dalam

rahim, letakkan bantal dan rebahkan kepala diatas bantal.

Sesuaikan posisi babtal sehingga perut tidak menekan alas.

b. Gerakan 2 postur peregangan kucing (cat stretch)

a) Menguatkan dan melenturkan tulang punggung

b) Mengatasi nyeri punggung, nyeri panggul dan nyeri di daerah

tulang selangkang

c) Menguatkan lengan dan pergelangan tangan

d) Meregangkan leher dan bahu

Gerakan :

a) Letakkan kedua telapak tangan dan lutut di alas. Posisi lutut

sejajar panggul dan telapak tangan sejajar bahu. Regangkan jari-

jari tangan

b) Tarik nafas, lihat ke depan, serta naikkan tulang ekor dan

panggul keatas. Kedua tangan tetap lurus

c) Hembuskan nafas, tundukkan kepala dan pandangan kearah

perut. Posisi punggung melengkung kearah dalam

d) Ulangi latihan sebanyak 5-8 kali secara perlahan dan lembut

37
e) Setelah selesai, istirahat sejenak dengan posisi postur anak.

Bernafas dalam beberapa kali sebelum lanjut ke postur

berikutnya.

f) Jika lutut terasa sakit dan tidaknyaman, letakkan selimut atau

bantal tipis dibawah lutut dan kaki

c. Gerakan 3 postur peregangan kucing mengalir (flowing cat stretch)

Manfaat :

a) Meregangkan tubuh bagian depan dan belakang

b) Memperdalam kapasitas nafas

c) Menguatkan otot-otot punggung

d) Melenturkan otot-otot panggul

Gerakan :

a) Letakkan kedua telapak tangan dan lutut dialas. Posisi lutut

sejajar panggul dan telapak tangan sejajar bahu. Regangkan jari-

jari tangan

b) Turunkan ke dua siku ke alas (gambar ), tarik nafas dan dorong/

julurkan badan perlahan kedepan (gambar)

c) Buang nafas, lekukan punggung dan panggul ke dalam dan

tundukkan kepala. Arahkan pandangan ke perut (gambar

d) Perlahan mundur ke belakang, pantat kearah tumit dan kedua

siku kembali diletakkan ke alas (gambar). Lanjutkan gerakan

pada gambar

e) Ulangi gerakan pada gambar dan sebanyak 5-8 kali

38
d. Gerakan 4 postur harimau (tiger stretch)

Manfaat :

a) Meningkatkan energy dan vitalitas tubuh

b) Melenturkan tulang punggung dan otot punggung

c) Menguatkan kaki dan sendi panggul

d) Membantu melancarkan pencernaan

e) Membantu melancarkan aliran darah

Gerakan :

a) Letakkan kedua telapak tangan dialas dan sejajar bahu,

sedangkan lutut sejajar panggul. Regangkan jari-jari tangan

b) Tarik nafas, rentangkan kaki kiri ke belakang sejajal panggul.

Arahkan pandangan kedepan

c) Buang nafas dan tekuk lutut. Lekukan tubuh kearah dalam

d) Tarik nafas, kembali rentangkan kaki dan buang nafas. Tekuk

lutut kearah dalam.

e) Ulangi gerakan 5-8 kali

f) Lakukan dengan sisi kanan. Ulangi gerakan sebanyak 5-8 kali

e. Gerakan 5 postur berdiri (standing pose)

Manfaat :

a ) Membantu melatih keseimbangan tubuh

b) Menguatkan otot-otot kaki dan otot panggul

c) Mengurangi sakit pinggang dan nyeri tulang punggung

39
Gerakan :

a) Regangkan kedua kaki sejajar pinggul sehingga tubuh stabil dan

seimbang. Berat badan bertumpu secara seimbang pasa seluruh

kaki

b) luruskan tulang punggung dengan posisi bahu relaks. Kedua

tangan lurus di samping tubuh dengan telapak tangan menghadap

kedalam

c) Bernafas perlahan, dalam dan teratur. Rasakan sensasi pada

seluruh tubuh mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki

f. Gerakan 6 postur segitiga (Triangle pose)

Manfaat :

a) Memperdalam kapasitas nafas

b) Menguatkan tubuh bagian samping

c) Meredakan sakit punggung

d) Melancarkan sirkulasi darah

e) Menguatkan seluruh otot paha

f) Membantu melancarkan pencernaan

g) Melenturkan otot punggung

Gerakan :

a) Regangkan kedua kaki kesamping lebih lebar dari pada bahu

b) Arahkan kaki kanan 900 ke arah kanan. Rentangkan kedua

lengan sejajar bahu

40
c) Hembuskan nafas, condongkan tubuh kesamping kanan. Jaga

agar lutut kanan tidak tertekuk dan bernafas normal perlahan 5-

8 kali

d) Tahan lembut posisi dan bernafas normal perlahan 5-8 kali

e) Perlahan tegakkan tubuh kembali

f) Lakukan dengan sisi lainnya

g. Gerakan 7 postur berdiri merentangkan tubuh bagian samping

(side angle pose)

Manfaat :

a) Menguatkan dan melenturkan otot paha, pinggul dan paha

b) Melenturkan otot lengan dan bahu

c) Memperdalam kapasitas nafas

Gerakan :

a) Regangkan kedua kaki kesamping lebih lebar dari pada bahu

b) Arahkan telapak kaki kanan ke kanan dan tekuk lutut

c) Letakkan tangan kanan di atas paha

d) Luruskan tangan kiri ke atas atau ke depan

e) Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal perlahan 5-8 kali

f) Ulangi sisi lainnya

h. Gerakan 8 postur pejuang 1 (warior 1 pose)

Manfaat :

a) Menguatkan pergelangan kaki, lutut dan paha

b) Menguatkan dada, pundak dan punggung

41
c) Melatih keseimbangan tubuh

d) Memperdalam kapasitas nafas

e) Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh

f) Meningkatkan energi dan konsentrasi

Gerakan :

a) Berdiri tegak lurus perlahan letakkan kaki kiri ke belakang

b) Tarik nafas dan rentangkan kedua tangan ke atas, kedua

telapak tangan menghadap satu sama lain

c) Buang nafas, tekuk lutut kanan sejajar tumit. Pandangan

melihat kedepan atau keatas

d) Tahan lembut posisi inidan bernafas normal 3-5 kali

e) Tarik nafas dan luruskan kaki kanan

f) Buang nafas dan posisikan kedua tangan ke bawah di samping

tubuh

g) Lakukan dengan sisi lainnya

i. Gerakan 9 postur pejuang 2 (warior 2 pose)

Manfaat :

a) Menguatkan otot paha, betis dan tumit

b) Melenturkan otot disekitar bahu

c) Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh

d) Meningkatkan energy dan konsentrasi

Gerakan :

a) Berdiri tegak lurus perlahan letakkan kaki kiri ke belakang

42
b) Rentangkan kedua tangan ke samping sejajar bahu. Kedua

telapak tangan menghadap kebawah

c) Buang nafas, tekuk lutut kanan sejajar tumit. Tahan lembut

posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali

d) Tarik nafas dan luruskan kaki kanan kembali. Buang nafas,

kedua tangan kembali di samping tubuh

e) Lakukan dengan sisi lainnya

j. Gerakan 10 postur kupu-kupu (butterfly pose)

a) Melenturkan sendi dan otot bagian dalam paha

b) Melancarkan pencernaan dan aliran darah ke rahim

Gerakan

a) Duduk dengan menyatukan kedua telapak kaki. Ayunkan kedua

paha keatas dan kebawah. Lakukan 10-20 kali

k. Gerakan 11 postur jongkok (squatting pose)

Manfaat :

a) Menguatkan otot-otot paha dan melenturkan otot dasar panggul

b) Melancarkan sirkulasi darah ke kaki dan pencernaan

Gerakan

a) Berjongkok dengan nyaman. Kedua telapak kaki menempel

pada alas. Satukan kedua tangan dan kedua siku didalam lutut

mendorong kearah luar

43
l. Gerakan 12 postur bersandar dinding (forward bend on walls)

Manfaat :

a) Memberi ruang untuk bernafas lebih dalam

b) Melancarkan aliran oksigen ke rahim

c) Menguatkan lengan, bahu dan punggung

d) Melancarkan aliran darah pada kaki

Gerakan :

a) Letakkan kedua telapak tangan didinding dan tarik kedua kaki

ke belakang

b) Perlahan, tundukkan bahu dan punggung ke bawah sejajar

dengan kedua lengan. Telapak tangan menekan dinding dan

pandangan melihat ke bawah

c) Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali

m. Gerakan 13 postur memutar panggul pada dinding (pelvic rotation

on walls)

a) Melenturkan otot-otot panggul dan pinggul

b) Membeir ruang pada ibu hamil untuk leluasa bergerak

Gerakan :

a) Memutar panggul dengan perlahan kea rah depan, kanan,

belakang dan kiri. Lakukan 3-5 kali putaran ulangi arah

sebaliknya

44
3. Gerakan penutup relaksasi penuh kesadaran senam yoga dalam

kehamilan

Relaksasi merupakan elemen yang sangat pernting dalam

berlatih yoga dalam kehamilan. Relaksasi ibarat oase tubuh,

pikiran dan jiwa. Ketika kita menggerakkan badan dengan lembut

dan perlahan diringi nafas penuh kesadaran maka energy tubuh

akan terolah dengan baik. Relaksasi akan membawa kesadaran

yang lebih dalam dan mengkondisikan ibu hamil untuk relaks dan

tenang (Tia, 2014).

Relaksasi sangat bermanfaat untuk memperdalam nafas,

menurunkan adrenalin, meredakan ketegangan otot tubuh,

menambah daya tahan tubuh, melancarkan aliran darah,

mengeluarkan endorphin, mengurangi stress dan ketegangan, serta

member rasa tenang, nyaman, meningkat kualitas tidur dan

ketentraman jiwa (Tia, 2014).

Gerakan relaksasi menurut Tia (2014) sebagai berikut :

1. Perlahan, berbaring miring ke samping kiri

2. Berdiam tenang dan amati nafas dari dalam tubuh

3.Bernafaslah perlahan dan lembut menggunakan pernafasan perut

4. Perlahan, rasakan tubuh mulai dari telapak kaki dan rasakan

telapak kaki relaks

5. Perlahan, rasakan betis dan lutut dan relaks

6. Perlahan, rasakan paha dan relaks

45
7. Rasakan seluruh kaki relaks

8. Perlahan, rasakan perut dan relaks

9. Perlahan, rasakan dada dan relaks

10. Perlahan, rasakan seluruh punggung dan relaks

11. Perlahan, rasakan kedua lengan, kedua lengan, kedua telapak

tangan dan jari-jari tangan relaks

12. Perlahan, rasakan leher dan kepala relaks

13. Relaksasikan seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ke ujung

kaki

14. Saat menghembuskan nafas, rasakan tubuh semakin tenang

dan relaks

15. Perhatikan irama dan bunyi nafas, rasakan kenyamanan di

seluruh tubuh

16. Jika pikiran menerawang, perlahan kembali perhatikan dan

focus pada irama lembut nafas

17. Rasakan ketenangan yang telah dirasakan tubuh dan pikiran.

Rasakan keutuhan dan kesatuan antara nafas, tubuh dan

pikiran. Tetap bernafas dalam, perlahan dan nyaman.

18. Setelah beberapa saat, perlahan buka mata. Rasakan kesegaran

setelah latihan. (Tia, 2014).

46
2.5 Kecemasan

2.5.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai

situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat

menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa

kosong diperut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit

kepala, rasa mual, buang air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai

perasaan ingin bergerak untuk lari menghindari hal yang dicemaskan

(Pamungkas, 2011)

Satu diantara simtom neurotik yang paling umum ialah keadaan takut

yang terus-menerus. Berbeda dengan ketakuatan biasa yang merupakan

respons terhadap rangsang menakutan yang terjadi sekarang, ketakutan

neurotik itu merupakan respons terhadap kesukaran yang belum terjadi.

Untuk membedakan dengan ketakutan biasa, ketakutan neurotik ini disebut

kecemasan.

Cemas adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan interpersonal secara langsung.

Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan

mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Sistem

saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf

parasimpatis akan menimbulkan respon tubuh. Bila korteks otak menerima

47
rangsang, maka rangsangan akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar

adrenal yang akan melepaskan adrenal atau epineprin sehingga efeknya

antara lain nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah

meningkat.

Darah akan tercurahkan terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan

otak. Dengan peningkatan glikegenolisis maka gula darah meningkat.

Secara psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak

reflex, kesulitan mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang lain.

Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan

keterlibatan orang lain (Kurniarum, 2016).

Menurut Sarwono (2012) menjelaskan kecemasan merupakan takut

yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.

Dari berbagai pengertian kecemasan (anxiety) yang telah dipaparkan di

atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan

timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan

pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya

serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.

Kemudian Risnawita (2014) membagi kecemasan menjadi tiga aspek,

yaitu :

1. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,

menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.

2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.

48
3. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan

memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.

Sedangkan menurut Feist (2012) membedakan kecemasan dalam tiga

jenis, yaitu :

1. Kecemasan neurosis

Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak

diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.

Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu

sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika

suatu insting dipuaskan.

2. Kecemasan moral

Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.

Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan

apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan

rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam

realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena

melanggar norma moral dan dapat dihukum kembali.

3. Kecemasan realistik

Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan

dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.

Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya

nyata yang berasal dari dunia luar.

49
2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan (Anxiety)

Selama trimester III sebagian besar wanita hamil dalam keadaan

cemas, hal yang mendasarinya adalah ibu merasa khawatir terhadap proses

persalinan yang akan dihadapinya. Rasa cemas itulah yang justru memicu

rasa sakit saat melahirkan, ibu merasa tegang dan takut, akibat telah

mendengar berbagai cerita seram melahirkan. Perasaan ini selanjutnya

membuat jalan lahir menjadi mengeras dan menyempit. Kecemasan yang

terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin,

perkembangan janin dapat terhambat atau dapat mengalami gangguan emosi

saat lahir jika kecemasan selama kehamilan tidak ditangani dengan baik.

Kecemasan dan stress yang terus menerus selama masa kehamilan akan

mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis janin.

Kecemasan selama kehamilan dapat disebabkan oleh adanya

perubahan fisik, ketakutan terhadap persalinan dan transisi peran menjadi

orang tua terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan

selama kehamilan seperti : Usia ibu, tingkat pendidikan, dukungan keluarga,

pekerjaan, dan pengalaman paritas (Priharyanti, 2018).

Blacburn & Davidson (2012) menjelaskan faktor-faktor yang

menimbulkan kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang

mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut

mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan

mengenai kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan

emosi serta fokus kepermasalahannya).

50
Kemudian Risnawita (2014) menyatakan terdapat dua faktor yang

dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:

1. Pengalaman negatif pada masa lalu

Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-

kanak, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang

dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu menghadapi

situasi yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti

pengalaman pernah gagal dalam mengikuti tes.

2. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu :

a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu

yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami kecemasan

serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam mengatasi

permaslahannya.

b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku

sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran

kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat memberikan

inspirasi.

c. Persetujuan

d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini

terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi ansietas, antara lain sebagai

berikut :

51
a. Faktor Predisposisi

faktor predisposisi adalah faktor yang memengaruhi jenis dan jumlah

sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress (Donsu,

2017).

1. Biologi

Model biologis menjelaskan bahwa ekspresi emosi melibatkan

struktur anatomi di dalam otak (Fortinash, 2006). Aspek biologis

yang menjelaskan gangguan ansietas adalah adanya pengaruh

neurotransmitter. Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan

dengan ansietas adalah norepineorin, serotonin dan gamma-

aminobutyric acid (GABA).

2. Psikologis

Stuart dan Laraia (2010) menjelaskan bahwa aspek psikologis

memandang ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Menurut Tarwoto dan

Wartonah (2010), maturitas individu, tipe kepribadian, dan

pendidikan juga memengaruhi tingkat ansietas seseorang.

Suliswati, dkk., (2010) memaparkan bahwa ketegangan dalam

kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya adalah

peristiwa traumatic individu baik krisis perkembangan maupun

situasional seperti peristiwa bencana, konflik emosional individu

yang tidak terselesaikan dengan baik, dan konsep diri terganggu.

52
3. Sosial Budaya

Riwayat gangguan ansietas dalam keluarga akan memengaruhi

respons individu dalam bereaksi terhadap konflik dan cara mengatasi

ansietas. Dikatakan bahwa social budaya, potensi stress, serta

lingkungan, merupakan factor yang memengaruhi terjadinya ansietas.

b. Presipita

Stuart dan Laraia (2010) menggambarkan pencetus sebagai stimulus

yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau

tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Stressor pencetus

dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.

1. Biologi (fisik)

Gangguan fisik adalah suatu keadaan yang terganggu secara fisik

oleh penyakit maupun secara fungsional berupa penurunan aktivitas

sehari-hari. Stuart & Laraia (2010) mengatakan bahwa, kesehatan

umum individu memiliki efek nyata sebagai presipitasi terjadinya

ansietas. Apabila kesehatan individu terganggu, maka kemampuan

individu untuk mengatasi ancaman berupa penyakit (gangguan fisik)

akan menurun.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa klien yang mengalami

gangguan fisik akan mengakibatkan ansietas, prevalensi pasien

dengan post stroke yang mengalami gangguan cemas menyeluruh

adalah 6% di rumah sakit akut dan 35% di komunitas. Salah satu

53
studi di Swedia mengatakan bahwa 41,2% pasien dengan cedera otak

mengalami gangguan cemas menyeluruh (Caplan, 2010).

2. Psikologi

Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan

ketidakmampuan psikologis atau penurunan aktivitas sehari-hari

seseorang. Ancaman eksternal yang terkait dengan kondisi psikologis

dan dapat mencetuskan terjadinya ansietas di antaranya adalah

peristiwa kematian, perceraian, dilemma etik, pindah kerja,

perubahan dalam status kerja, sedangkan yang termasuk ancaman

internal yaitu, gangguan hubungan interpersonal di rumah, di tempat

kerja atau ketika menerima peran baru (istri, suami, murid dan

sebagainya).

3. Sosial Budaya

Status ekonomi dan pekerjaan akan memengaruhi timbulnya

stress dan lebih lanjut dapat mencetuskan terjadinya ansietas. Orang

dengan status ekonomi yang kuat akan jauh lebih sukar mengalami

stress disbanding mereka yang status ekonominya lemah. Hal ini

secara tidak langsung dapat memengaruhi seseorang mengalami

ansietas, demikian pula fungsi integrasi sosialnya menjadi terganggu,

yang pada akhirnya mencetuskan terjadinya ansietas.

54
2.5.3 Tanda dan Gejala Kecemasan

Umumnya kecemasan dipengaruhi oleh beberapa gejala yang mirip

dengan orang yang mengalami stress. Perbedaannya, stress didominasi oleh

gejala-gejala psikis.

Adapun gejala-gejala orang mengalami kecemasan sebagai berikut:

a. Ketegangan motorik atau alat gerak seperti gemetar tegang, nyeri otot,

letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, dan

mudah kaget.

b. Hiperaktivitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti keringat

berlebihan, jantung berdebar-debar, rasa dingin di telapak tangan dan

kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diarte,

muka merah (pucat), denyut nadi dan napas cepat.

c. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang seperti

cemas, takut dan khawatir

d. Kewaspadaan yang berlebihan seperti mudah beralih, susah konsentrasi,

susah tidur, mudah tersinggung, dan tidak sabar.

2.5.4 Kategori Kecemasan

Respon tentang sehat-sakit yang dapat dipakai untuk menggambarkan

respon adaptif maladaptif pada kecemasan. Klasifikasi kategori dan respon

kecemasan menurut Hernawaty (2013).

a. Kecemasan ringan (Mild Anxiety)

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebabnya, seseorang menjadi lebih waspada, sehingga persepsinya

55
meluas dan memiliki indra yang tajam. Kecemasan ringan masih

mampu memotivasi individu untuk belajar dan memecahkan masalah

secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

Manifestasi yang muncul pada ansietas ringan, antara lain:

1 Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima

rangsangan yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar.

2 Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima

rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan

masalah.

3 Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang. Tremor

halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.

b. Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)

kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dengan mengesampingkan yang lain perhatian

selektif dan mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi

yang muncul pada kecemasan sedang antara lain:

1 Respon fisiologis meliputi sering napas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual dan

berkeringat setempat.

2 Respon kognitif meliputi respon pandang menyempit, rangsangan luas

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan

bingung.

56
3 Respon perilaku dan emosi meliputi bicara banyak, lebih cepat, susah

tidur dan tidak aman.

c. Kecemasan berat (Severe Anxiety)

Kecemasan berat ditandai lewat sempitnya persepsi seseorang.

Selain itu, memiliki perhatian terpusat pada hal yang spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal-hal lain, dimana semua perilaku ditujukan

untuk mengurangi ketegangan. Manifestasi yang muncul pada

kecemasan berat antara lain:

1 Respon fisiologis meliputi napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan

2 Respon kognitif meliputi lapang persepsi sangat sempit, dan tidak

mampu menyelesaikan masalah.

3 Respon perilaku dan emosi meliputi perasaan terancam meningkat,

verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.

d. Kecemasan sangat berat

Tingkat tertinggi kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan terror. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Manifestasi yang muncul terdiri

dari:

1 Respon fisiologis meliputi napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,

sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motori rendah.

57
2 Lapang kognitif meliputi lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat

berfikir logis.

3 Respon perilaku dan emosi meliputi mengamuk-amuk dan marah-

marah, ketakutan, berteriak-teriak, menarik diri dari hubungan

interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan persepsi kacau.

RENTANG RESPONS KECEMASAN

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Sangat


Berat

2.5.5 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Tingkat Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS) yang sudah dikembangkan oleh kelompok psikiatri

biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas

AAS sudah diukur oleh Yul Iskandar pada tahun 1984 dalam penelitiannya

yang mendapat korelasi yang cukup dengan HARS (R = 0,57-0,84).

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut

alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).

Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya symptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut

skala HARS terdapat 14 symtoms yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan. (Sadock, 2015)

58
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam

pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah

dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan

pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi

ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala

HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Shodiqoh

(2014) penilaian kecemasan terdiri dari 14 item.

Petunjuk penggunaan alat ukur Hamilton Scale for Anxiety (HAS-A) adalah:

1. Skor

0 : Tidak ada

1 : Ringan

2 : Sedang

3 : Berat

4 : Sangat berat (panik)

2. Total Skor

Kurang dari 14 : Tidak ada kecemasan

14-20 : Kecemasan ringan

21-27 : Kecemasan sedang

28-41 : Kecemasan berat

42-56 : Kecemasan sangat berat

59
2.6 Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Kita sudah melihat banyak hal yang dapat menimbulkan gangguan dan

kekhawatiran dalam masa kehamilan. Beberapa gerakan yoga dapat membantu

mengurangi gangguan kehamilan. Banyak keuntungan yang didapat dengan

melakukan yoga yang sesuai dengan masa kehamilan, seperti Relaksasi dan

mengatasi stress, Menjaga stamina dan kesehatan, Meningkatkan sirkulasi darah,

Membantu mengatasi rasa nyeri, Mempersiapkan fisik dan mental untuk proses

persalinan, Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan dan

Membantu ibu menikmati masa kehamilan (Suananda, 2018).

Kecemasan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, selain yoga, yang

paling terpenting dalam menurunkan kecemasan adalah dukungan keluarga

khususnya suami. Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada

wanita yang akan melahirkan adalah adanya dukungan keluarga yang dapat

berupa dari suami, keluarga atau saudara lainnya, orang tua dan mertua

(Aswitawi, 2017).

Latihan yoga adalah sebuah aktivitas fisik yang ternyata juga dapat

memberikan efek psikologis karena memberikan efek relaksasi pada tubuh

seseorang dan mempengaruhi beberapa aspek psikologis pada orang yang

melakukannya, sehingga dikatakan dapat menurunkan kecemasan (Gupta, 2013).

Secara psikologis senam hamil dapat mengurangi rasa panik dan akhirnya

kecemasan berkurang. Dampak lain yang diakibatkan oleh yoga adalah kegiatan

yang dilakukan secara bersama-sama dengan ibu-ibu dalam trimester III, hal ini

menyebabkan ikatan emosional yang kuat dan berdampak pada ketenangan

60
psikologis. Ketenangan psikologis ini menyebabkan rasa cemas terhadap

kehamilan menjelang persalinan dan cemas dapat berkurang (Jawiah et.al, 2014).

61
2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori diatas, dapat dijelaskan dalam kerangka teori sebagai

berikut :

Terapi Komplementer
Kehamilan Kecemasan
1. Massage
2. Terapi energi
3. Aromaterapi
Perubahan Faktor-faktor yang 4. Accupressure
Psikologis pada memengaruhi kecemasan 5. Healing touch
Ibu Hamil 6. Yoga
1. Pengalaman negatif pada
masa lalu
2. Pikiran yang tidak rasional 7. Berdo’a
3. Usia ibu, tingkat pendidikan,
dukungan keluarga,
pekerjaan, dan pengalaman
paritas

Kategori Kecemasan

1. Kecemasan ringan (Mild


Anxiety)

2. Kecemasan sedang (Moderate


Anxiety)

3. Kecemasan berat (Severe


Anxiety)

4. Sangat berat

Gambar 2.7. Kerangka Teori

Sumber : Walyani (2015),Ratnawati (2016),Priharyanti (2018) dan Hernawaty (2013)

Keterangan :
: Diteliti

: Tidak diteliti

62
2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar

variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah

diuraikan pada studi kepustakaan (Nasir et.al; 2011).

Variabel Independen Variabel dependen

Senam Yoga Kecemasan

Gambar 2.8. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

63
2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris (Nasir et.al; 2011).

Hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh

senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di Desa Palir Kecamatan

Tengahtani Kabupaten Cirebon Tahun 2019

64
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, rancangan penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired t-test. Dimana desain

penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian quasi eksperimental dengan

pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Jenis penelitian ini dilakukan

dengan cara sebelum diberikan senam yoga tingkat kecemasan ibu hamil diukur

terlebih dahulu (pretest), setelah dilakukan treatment di lakukan pengukuran

kembali tingkat kecemasan ibu hamil (posttest).

X1 Senam X2
Yoga

Keterangan

X1 : Sebelum diberikan senam yoga

X2 : Sesudah diberikan senam yoga

3.2 Subjek Penelitian

1. Batasan Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

65
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Nasir et.al, 2011). Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu hamil pada

trimester III pada bulan juli di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten

Cirebon berjumlah 25 orang ibu hamil.

2. Besar Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling, total sampling adalah pengambilan sampel yang sama dengan

jumlah populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu hamil pada

trimester III di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon yang

berjumlah 20 orang ibu hamil. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi

pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum setiap penelitian dari suatu

populasi suatu target dan terjangkau untuk diteliti atau karakteristik sampel

yang layak diteliti (Nursalam, 2013). Adapun kriteria inklusi dalam

penelitian ini meliputi :

1 Bersedia untuk menjadi responden

2 Ibu hamil trimester III

3 Ibu hamil yang tidak mengalami komplikasi kehamilan

4 Ibu hamil yang mempunyai perasaan cemas saat menjelang persalinan

66
b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek

memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam

penelitian (Nursalam, 2013). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

1 Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan

2 Ibu hamil pernah mengalami persalinan premature pada kehamilan

sebelumnya

3 Ibu hamil tidak bersedia menjadi responden

3.3 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam yoga.

2 Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan ibu hamil

3.4 Definisi Operasional

Tabel: 3.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

1 Variabel Gerakan yang Variabel ini Lembar - -


Independen : komprehensif Menggunakan Observasi
Senam Yoga menggunakan lembar yang checklist
postur fisik berisi SOP
(asana), latihan atau langkah-
pernafasan langkah dalam
(pranayama), senam yoga
konsentrasi dan dan musik
meditasi (dhyana) senam yoga
terhadap ibu
hamil.

67
2 Variabel Kecemasan pada HARS Kuesioner 0 = tidak cemas Ordinal
dependen : ibu hamil akan 14 kelompok kurang dari 14
Tingkat membawa gejala 1 = Ringan 14-20
Kecemasan dampak dan 2 = Sedang 21-27
pengaruh terhadap 3 =Berat 28-41
fisik dan psikis, 4 = Sangat Berat
baik pada ibu 42-56
maupun janin. Shodiqoh (2014)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis mengenai observasi, dan

kuesioner yang dipersiapkan untuk memperoleh informasi dari responden.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang

berisi tentang data umum responden, hasil tingkat kecemasan sebelum dilakukan

senam yoga dan hasil tingkat kecemasan sesudah dilakukan senam yoga.

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh data atau

angka ringkasan (summary figure) dari data mentah dengan menggunakan rumus

tertentu. Menurut Hastono (2016), teknik pengolahan data memiliki beberapa

tahap seperti :

a. Editing

Editing atau proses pemeriksaan data bertujuan untuk memeriksa

kembali data yang telah dikumpulkan. Editing dilakukan dengan menghitung

banyaknya lembaran daftar pertanyaan yang telah diisi sesuai dengan jumlah

yang ditentukan.

68
Peneliti memeriksa daftar pertanyaan sesaat setelah kuesioner

dikumpulkan dengan memeriksa jumlah lembar kuesioner, kelengkapan

jawaban pada kuesioner, dan ketepatan penulisan atau pengisian.

b. Coding

Coding adalah proses pemberian kode-kode tertentu pada jawaban

responden yang bertujuan untuk mempermudah pengolahan data. Peneliti

memberikan coding pada lembar observasi yang mengecek tingkat kecemasan

ibu hamil sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan senam yoga. Penelitian ini

menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) dimana skor 0

kurang dari 14 tidak ada kecemasan, skor 1 14-20 kecemasan ringan, skor 2

21-27 kecemasan sedang, skor 3 28-41 kecemasan berat, dan skor 4 42-56

sangat berat.

c. Entry data

Entry data adalah proses memasukan data jawaban kuesioner yang

telah dibagikan kepada responden. Pada penelitian ini peneliti melakukan

entry data dengan memasukan data jawaban terkait tingkat kecemasan ibu

hamil

d. Tabulating

Tabulating merupakan proses penyusunan data dengan

menggunakan hasil kuesioner. Tabulating bertujuan untuk mempermudah

penjumlahan, penyusunan, dan penataan data yang disajikan dan dianalisis.

Tabulating dalam penelitian ini dilakukan dengan memasukkan data ke

dalam SPSS (Statistical Package for the Social Science). Data yang telah

69
terkumpul dilanjutkan dengan melakukan tabulasi untuk mengetahui

adanya pengaruh senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.

e. Cleaning (merapikan)

Cleaning merupakan proses pemeriksaan atau pengecekan kembali

data yang sudah dimasukkan. Pada penelitian ini peneliti melakukan

cleaning dengan mengecek data yang telah dimasukan untuk menghindari

kesalahan hasil penelitian dan kesalahan interpretasi.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu pengukuran yang digunakan untuk

menentukan sah atau valid tidaknya suatu butir pertanyaan. Skala butir

pertanyaan dikatakan valid apabila melakukan apa yang seharusnya

dilakukan. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS

16.0 for windows. Sebuah kuesioner dinyatakan valid bila tidak ada soal yang

memiliki nilai “corrected item total correlation” bertanda negative dan lebih

besar dari 0,05. Pada bagian Corrected Item. Total Correlation seluruh soal

memiliki nilai positif dan lebih besar dari syarat 0,05. Maka dapat diputuskan

bahwa kuesioner HARS tersebut valid.


Bila r hitung lebih besar dari r tabel artinya variabel valid

Bila r hitung lebih kecil atau sama dengan r tabel artinya variabel tidak valid

b. Uji Reliabilitas

70
Uji reliabilitas didefinisikan sebagai kesamaan hasil apabila suatu

pengukuran dilakukan oleh orang berbeda dan dalam waktu yang berbeda

juga. Variabel yang dikur dalam penelitian ini adalah senam yoga dan tingkat

kecemasan ibu hamil. Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara

melakukan uji Crombach Alpha. Reliabilitas suatu kuesioner dinyatakan baik

jika memiliki nilai Crombach’s alpha > 0,06. Pengujian dilakukan dengan

program SPSS 16.0 for windows. Pada tabel reliability statistic terlihat bahwa

nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,793 dengan jumlah items 14 butir. Oleh

karena nilai Cronbach’s Alpha = 0,793 ternyata lebih besar dari 0,6, maka

kuesioner HARS yang digunakan terbukti reliable (0,793 > 0,6).

Bila crombach Alpha > 0,06 artinya variabel reliable

Bila Crombach Alpha < 0,06 artinya variabel tidak reliabel

Dari uji validitas dan reliabilitas kecemasan dapat disimpulkan bahwa

kuesioner kecemasan yaitu HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) tidak

perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner ini sudah baku.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menentukan masing-masing perencanaan,

pelaksanaan, pamantauan, dan penilaian yang kurang dengan standar yang ada.

Analisis data dilakukan dalam dua tahap yaitu :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendefinisikan karakteristik dari

setiap variabel yang diteliti dan mengetahui gambaran pemusatan data berupa

mean, median, standar deviasi, maksimum dan minimum. Penelitian ini

71
menyajikan data kategorik yang meliputi data tingkat kecemasan ibu hamil,

pekerjaan, usia dan pendidikan.

1. Mean (Me)

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok berdasarkan atas nilai

rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat dengan

menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi

dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Me dapat

dirumuskan sebagai berikut:


Me = ∑ Xi

n
Dimana :

Me = Mean (rata-rata)

∑ = Epsilon (baca jumlah)

Xi = Nilai x ke i sampai ke n

N = Jumlah individu (Sugiono, 2012)

2. Median (Md)

Median adalah nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun

urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, aytau sebaliknya dari

yang terbesar sampai yang terkecil.

Md = b + p (1/2 n - F)

Dimana :

72
Md = Median

b = Batas bawah dimana median akan terletak

n = Banyak data / jumlah sampel

p = Panjang kelas interval

F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f = Frekuensi kelas median (Sugiono, 2012).

3. Modus (Mo)

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai yang sedang popular atau yang sering banyak muncul dalam

kelompok tersebut. Mo dihitung dengan rumus:


Mo = b + p ( b1 )

b 1 + b2
Dimana :

Mo = Modus

b = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak

p = Panjang kelas interval

b1 = Frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval

terdekat sebelumnya

b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya

(Sugiyono, 2012)

d. Simpangan Baku (S)

Standar deviasi (S atau SD) = √∑f1(Xi X)2

( n – 1)

Dimana :

73
S = Simpangan baku atau standart deviasi

n = Jumlah data

fi = Frekuensi

xi-X = Simpangan (Sugiyono, 2012).

Seperti halnya varian, semakin besar SD semakin besar variasinya.

Apabila tidak ada variasi, maka SD = 0.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, untuk data numeric digunakan

nilai mean (rata-rata), median, standar deviasi dan inter quartile range,

minimal dan maksimal.

Bila data yang terkumpul tidak menunjukkan adanya nilai ekstrim

(distribusi normal), maka perhitungan nilai mean dan standar deviasi

merupakan cara analisis univariat yang tepat.

Sedangkan bila dijumpai nilai ekstrim (distribusi data tidak normal),

maka nilai yang tepat untuk analisis data adalah median dan inter quartile

range (IQR).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

interaksi dua variabel secara korelatif. Pada penelitian korelatif bivariat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui pengaruh

senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.

Setelah data terkumpul, selanjutnya seluruh data diolah dengan

menggunakan uji dependen t-test atau paired sampel t-test, yang artinya jenis uji

statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua group yang saling

74
berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan

subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda, yaitu

pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Uji hipotesis metode two

related samples test atau uji wilcoxon digunakan sebagai alternatif dari uji paired

samples t test jika data tidak berdistribusi normal.

Teknik analisis data dengan uji-t harus memenuhi persyaratan uji

normalitas dan uji homogenitas. Uji-t, uji normalitas, uji homogenitas tersebut

dibantu dengan menggunakan program Staatistikal Product and Service Solution

(SPSS) versi 22. Berikut dijabarkan beberapa teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang terjaring

dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini

menggunakan metode Kolmogorov Smirnov (uji K-S). untuk menentukan

normalitas dari data yang diuji cukup dengan membaca nilai Asymp. Sig. (2-

tailed). Pengambilan keputusan dari hasil uji normalitas sebagai berikut :

1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 dapat disimpulkan bahwa data berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 dapat disimpulkan bahwa data berasal

dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas varian ini berfungsi untuk mengetahui seragam tidaknya

variansi pada masing-masing sampel yang diambil. Untuk mengetahui hasil

75
uji homogenitas dari data cukup dengan membaca nilai Sig (signifikansi).

Pengambilan keputusan dari hasil uji homogenitas varian sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan bahwa varian sama secara

signifikan (homogen).

2) Jika nilai signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa varian berbeda secara

signifikan (tidak homogen).

3.9 pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses yang dilakukan peneliti untuk

mengumpulkan karakteristik subjek yang dibutuhkan dalam penelitian.

Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan diisi

secara langsung oleh ibu hamil di Desa Palir Kecamatan Tengahtani Kabupaten

Cirebon. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

pengumpulan data :

a) Peneliti mengajukan permohonan izin di tempat Penelitian. Setelah proposal

penelitian mendapat persetujuan dari dosen pembimbing dan dosen penguji

b) Peneliti mengajukan permohonan surat ijin penelitian dari Departemen Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Cirebon.

c) Peneliti meminta ijin penelitian kepada instansi Desa Palir Kecamatan Tengah

Tani kabupaten Cirebon

d) Peneliti mendatangi dan memilih calon responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi

76
e) Peneliti dibantu oleh instruktur yoga dan fasilitator. Fasilitator membantu

mendokumentasikan jalannya penelitian

f) Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengunjungi satu

persatu calon responden di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten

Cirebon untuk memperkenalkan diri, melakukan pendekatan, menjelaskan

tujuan penelitian dan manfaat penelitian bagi responden serta mengajukan

lembar persetujuan atau informed consent kepada calon responden.

g) Peneliti kemudian memberitahu calon responden tentang pengarahan teknik

senam, hari dan jam pelaksanaan senam.

h) Peneliti menyiapkan tempat, dan instrument untuk penelitian pada saat hari

pelaksanaan penelitian

i) Peneliti Menentukan tempat pelaksanaan yaitu di Gedung Serbaguna Desa

Palir

j) Adapun rentang waktu yang dilakukan peneliti melakukan penelitian selama

6x pertemuan pada responden selama 60 menit, setelah itu, subjek diberikan

kuesioner kembali untuk mengetahui tingkat kecemasan.

g) Peneliti membagi kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian

kuesioner serta menginformasikan agar mengisi kuesioner secara lengkap

sebelum dikumpulkan kembali.

h) Responden diberi kesempatan untuk bertanya mengenai kuesioner atau

pernyataan yang tidak dimengerti.

i) Kuesioner dikumpulkan dan peneliti melakukan pengecekan kelengkapan

kuesioner.

77
j) Peneliti melakukan proses pengolahan data dengan semua kuesioner yang

terkumpul.

3.10 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan di Desa Palir Kecamatan Tengah Tani

Kabupaten Cirebon.

2. Waktu

Waktu penelitian, waktu persiapan, waktu pembuatan proposal dilakukan

bulan Maret 2019 sampai Agustus 2019. Proses pengumpulan data bulan

Maret 2019 – April 2019. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2019.

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan dan

dipatuhi oleh peneliti. Peneliti memberikan penjelasan mengenai etika penelitian

yaitu:

1. Otonomi

Otonomi berhubungan dengan peneliti yang memberikan kebebasan

kepada responden dalam menentukan pilihannya di dalam suatu penelitian.

Hak dalam memilih bersedia atau tidak untuk melakukan penelitian dengan

memberi persetujuannya atau tidak memberi persetujuan dalam informed

consent. Informed consent merupakan upaya peningkatan perlindungan

terhadap salah satu hak asasi subjek penelitian dalam hubungan peneliti dan

responden, yaitu hak atas informasi yang terkait dengan hak untuk

menentukan pilihannya (otonomi). Peneliti tidak memaksa dan tetap

78
menghormati hak-hak responden. Lembar persetujuan diberikan kepada

responden yang memenuhi kriteria dengan disertai judul dan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti memberikan kebebasan kepada ibu hamil untuk

menolak atau menerima menjadi responden.

2. Beneficence

Beneficence berhubungan dengan perlakuan yang diberikan kepada

responden yang mengandung prinsip kebaikan (promote good). Penelitian ini

memberikan manfaat kepada ibu hamil berupa pemahaman mengenai

pentingnya senam yoga.

3. Confidentiality

Peneliti menjaga kerahasiaan data yang diberikan oleh responden.

Peneliti tidak mencantumkan identitas responden, nama ditulis kode atau

inisial dan data penelitian hanya digunakan untuk kepentingan penelitian,

pendidikan, dan ilmu pengetahuan.

4. Veracity

Peneliti menjelaskan kepada responden dengan jujur mengenai

maksud, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Penjelasan disampaikan

kepada responden karena mempunyai hak untuk mengetahui segala informasi

dari peneliti.

5. Nonmaleficence

Nonmaleficence merupakan segala perlakuan yang diberikan kepada

responden tidak menimbulkan kerugian atau membahayakan. Penelitian ini

79
tidak merugikan atau membahayakan responden karena peneliti hanya

menggunakan kuesioner.

6. Justice

Justice berhubungan dengan perlakuan yang adil oleh peneliti kepada

seluruh responden. Peneliti dalam melakukan penelitian ini tidak memandang

suku, ras, dan agama.

80
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Palir terletak di Jl. Ki Ageng Tapa Kecamatan Tengahtani Kabupaten

Cirebon. Desa Palir adalah Desa yang terpencil, masyarakatnya hanya sedikit

sekitar kurang lebih 1.000 penduduk. Masyarakat Desa Palir tergolong

masyarakat menengah karena sebagian besar lahan pencarian kerjanya adalah

bertani. Di Desa Palir sendiri mempunyai sarana kesehatan berupa Poliklinik

Desa serta Desa Palir mempunyai saran olahraga berupa Gedung Serbaguna.

Masyarakat Desa Palir sudah sadar akan kesehatan dan kebersihan tempat tinggal

mereka.

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 20 responden yang dilakukan oleh ibu

hamil. Pengambilan data dilakukan selama 6 kali pertemuan pada bulan Agustus

2019. Senam yoga dilakukan di Gedung SerbaGuna Desa Palir Kecamatan

Tengah Tani Kabupaten Cirebon.

4.1.1 Analisa Univariat

81
Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden

(usia, pendidikan, pekerjaan, paritas) serta tingkat kecemasan sebelum

senam yoga dan tingkat kecemasan sesudah senam yoga.

a. Karakteristik Responden

Dari pengumpulan data yang dilakukan terhadap 20 responden di

Desa Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon Tahun 2019,

diperoleh informasi tentang karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu


Hamil
Karakteristik Mean Std. Deviation Min Max

Usia 28,05 2.892 24 34

Berdasarkan distribusi frekuensi responden dari tingkat usia ibu

hamil di Desa Palir menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu hamil berusia

28,05 tahun, dengan usia termuda 24 tahun dan usia tertua 34 tahun. Hal

ini berarti semua usia ibu hamil yang menjadi responden berada pada

usia yang aman untuk hamil dan melakukan persalinan yaitu usia 20-35

tahun. Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Pada masa ini

adalah waktu yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil karena

organ reproduksi wanita pada saat ini sudah siap dan matang, demikian

juga dengan psikologis ibu.

Tabel : 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Ibu Hamil
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)

Pendidikan
- SD 15 75.0

82
- SMP 3 15.0
- SMA 1 5.0
- Perguruan Tinggi 1 5.0
Total 20 100.0 %
Berdasarkan distribusi frekuensi responden dari tingkat

pendidikan ibu hamil di Desa Palir menunjukkan bahwa presentase

tertinggi adalah ibu hamil yang berpendidikan SD sebanyak 15 orang

ibu hamil (75.0 %), 3 orang ibu hamil berpendidikan SMP (15.0 %), 1

orang ibu hamil berpendidikan SMA (5.0 %), dan 1 orang

berpendidikan perguruan tinggi (5.0 %). Rendahnya tingkat pendidikan

ibu hamil di Desa Palir dikarenakan faktor biaya karena mayoritas mata

pencaharian warga Desa Palir bermata pencaharian petani sehingga

tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.

Ibu yang memiliki pendidikan rendah lebih besar beresiko mengalami

kecemasan dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi.

Sehingga mengakibatkan rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang

kesehatan.

Tabel : 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Ibu Hamil
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Pekerjaan
- IRT 13 65.0
- Swasta 7 35.0
Total 20 100.0 %
Berdasarkan distribusi frekuensi responden dari pekerjaan ibu

hamil di Desa Palir menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah ibu

hamil yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga (IRT) sebanyak

13 orang ibu hamil (65.0 %). Dan sebagian kecilnya bekerja sebagai

83
swasta 7 orang ibu hamil (35.0 %). Kurangnya aktivitas yang dialami

ibu hamil di Desa Palir dapat meningkatkan kecemasan sehingga ibu

hamil selalu memikirkan janin yang ada di dalam kandungannya.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas


Karakteristik Frekuensi Presentase (%)

Primigravida 8 40,0 %
Multigravida 12 60,0 %
Total 20 100.0 %
Berdasarkan distribusi frekuensi responden dari paritas ibu hamil

di Desa Palir menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah ibu hamil

multigravida sebanyak 12 orang ibu hamil (60.0 %), dan ibu hamil

Primigravida sebanyak 8 orang ibu hamil (40.0 %). Paritas dapat

mempengaruhi kecemasan, pada umumnya ibu primigravida mengalami

kecemasan tinggi dibandingkan dengan ibu multigravida. Berdasarkan

survai beberapa penelitian misalnya pengaruh prenatal yoga terhadap

tingkat kecemasan pada ibu primigravida trimester II dan III di Studio

Qita Yoga Kecamatan Semarang Selatan Indonesia.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Kecemasan Ibu Hamil Sebelum Senam Yoga
Tingkat Kecemasan Sebelum Senam Total
Yoga
Kecemasan Sedang Kecemasan Berat
21-27 28-41
Kehamilan
- Primigravida 3 5 8
- Multigravida 10 2 12
Total 13 7 20

Berdasarkan distribusi frekuensi responden dari tingkat kecemasan

ibu hamil di Desa Palir menunjukkan bahwa sebelum dilakukan senam

84
yoga terdapat 3 orang ibu primigravida mengalami kecemasan sedang

dan 5 orang ibu primigravida mengalami kecemasan berat. Sedangkan

tingkat kecemasan ibu multigravida sebelum dilakukan senam yoga

terdapat 10 orang mengalami kecemasan sedang dan 2 orang ibu

multigravida mengalami kecemasan berat. Tingkat kecemasan ibu hamil

di Desa Palir Sebelum dilakukan senam yoga banyak yang mengalami

kecemasan sedang dibandingkan dengan kecemasan berat. Karena

mayoritas ibu hamil di Desa Palir adalah multigravida.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Kecemasan Ibu Hamil Sesudah Senam Yoga
Tingkat Kecemasan Sesudah Senam Yoga Total
Tidak Ada Kecemasan Kecemasan
< 14 Ringan 14- Sedang 21-27
20
Kehamilan
- Primigravida 1 6 1 8
- Multigravida 3 8 1 12
Total 4 14 2 20

Berdasarkan distribusi frekuensi responden dari tingkat kecemasan

ibu hamil di Desa Palir menunjukkan bahwa sesudah dilakukan senam

yoga terdapat 1 orang ibu primigravida tidak mengalami kecemasan, 6

orang ibu primigravida mengalami kecemasan ringan dan 1 orang ibu

primigravida mengalami kecemasan sedang.. Sedangkan tingkat

kecemasan ibu multigravida sesudah dilakukan senam yoga terdapat 3

orang ibu multigravida tidak mengalami kecemasan, 8 orang ibu

multigravida mengalami kecemasan ringan dan 1 orang ibu multigravida

mengalami kecemasan sedang. Setelah dilakukan senam yoga tingkat

85
kecemasan ibu hamil di Desa Palir mengalami penurunan sehingga ibu

hamil di Desa Palir mengalami kecemasan ringan.

4.1.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam yoga

terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di Desa Palir Kecamatan Tengah

Tani Kabupaten Cirebon. Peneliti menggunakan hasil uji statistik

menggunakan uji Beda Wilcoxon untuk membandingkan sebelum dan

sesudah dilakukan senam yoga. Hasil tersebut disajikan pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.7 Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu


Hamil
Tingkat Kecemasan
Mean SD Nilai p
Sebelum 2.35 0.489 0.000
Sesudah 0.90 0.553 0.000
Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh p = 0.000
Berdasarkan tabel di atas 4.7 tingkat kecemasan sebelum dan sesudah

pemberian senam yoga menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan,

terbukti dengan semakin rendahnya nilai rata-rata (mean) dari sebelum

melakukan senam yoga dan sesudah melakukan senam yoga.

a. Tingkat Kecemasan Sebelum Senam Yoga (Pre Test)

Hasil Penelitian yang dilakukan pada 20 orang ibu hamil

menunjukkan bahwa kecemasan sebelum senam yoga (pre test) dengan

86
nilai rata-rata (mean) berada pada skor 2.35, nilai standar deviasi (SD)

pada skor 0.489.

b. Tingkat Kecemasan Sesudah Senam Yoga (Post Test)

Hasil Penelitian yang dilakukan pada 20 orang ibu hamil

menunjukkan bahwa kecemasan sesudah senam yoga (Post Test) dengan

nilai rata-rata (mean) berada pada skor 0.90, nilai standar deviasi (SD)

pada skor 0.553.

Hasil penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan hasil

uji statistik di peroleh p value = 0.000 (p < 0,05). Berikut ini adalah

hasil pengujian Wilcoxon menggunakan bantuan software SPSS 22 :

Tabel 4.8 Uji wilcoxon menggunakan SPSS


Variabel p-value
Pre test vs Post test 0.000
Tabel 4.8 tersebut merupakan uji wilcoxon menggunakan SPSS. Dapat

diketahui bahwa p-value uji wilcoxon tersebut lebih kecil dari 0.05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.

4.2 Pembahasan

Pada bab ini peneliti akan menyajikan pembahasan mengenai hasil

penelitian yang sudah diuraikan diatas. Pembahasan meliputi karakteristik

responden, pengaruh senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di Desa

Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon.

87
4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden terdiri dari usia, paritas, pendidikan dan

pekerjaan. Pembahasan karakteristik responden adalah sebagai berikut :

a. Usia

Hasil penelitian yang dilakukan pada penelitian ini sebanyak 20

responden. Berdasarkan karakteristik usia tertinggi berusia 34 tahun

dan usia terendah berusia 24 tahun. Usia ibu hamil di Desa Palir

sebagian besar dengan kondisi fisik wanita dalam keadaan prima dan

tidak berisiko tinggi. Wanita berusia 20-35 tahun lebih mudah

mengalami cemas ringan daripada cemas berat hingga panik. Pada usia

20-35 tahun wanita secara fisik sudah siap hamil karena organ

reproduksinya sudah terbentuk Sempurna dibandingkan wanita yang

usianya >35 tahun sebagian digolongkan pada kehamilan berisiko

tinggi terhadap kelainan bawaan dan adanya penyulit persalinan

sehingga akan meningkatkan kecemasan.

Penelitian Zamriati (2013) mendukung pernyataan ini tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil dengan

jumlah responden 50 ibu hamil trimester III dengan hasil ibu hamil

88
yang mengalami kecemasan ringan di usia 20-35 tahun sebanyak 13

responden (26%). Hasil yang didapatkan di atas serupa dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2013), yaitu pada

kelompok usia muda, sebagian besar mengalami tingkat kecemasan

berat yaitu dari 5 orang responden usia muda terdapat 3 orang (60%)

yang mengalami kecemasan ringan, serta pada kelompok usia cukup,

lebih banyak responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu dari

30 orang responden usia cukup terdapat 14 orang (46,7%).

Sesuai dengan teori bahwa usia ibu hamil dibagi menjadi 2 yaitu

usia tidak beresiko atau usia aman dan usia beresiko. Usia aman ibu

hamil adalah antara 20-35 tahun dan usia beresiko yakni usia kurang

dari 20 tahun atau ibu dengan usia lebih dari 35 tahun dengan

frekuensi melahirkan lebih 4 kali dan jarak antara kelahiran kurang

dari 24 bulan, kriteria tersebut merupakan kelompok beresiko tinggi

terhadap kehamilan (Sari, 2017). Ketika usia bertambah, maka

semakin matang pula seseorang dalam menentukan pilihan, faktor lain

yaitu pengalaman individu (Sulastri, 2012). Sebagaimana dalam teori

yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia beresiko dapat terjadi

gangguan pada janin atau kelainan sehingga dapat menimbulkan rasa

cemas terhadap ibu hamil terutama primigravida. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan

89
kecemasan pada ibu hamil, seperti pekerjaan, pendidikan, dan

dukungan suami dan keluarga (Setyaningrum, 2013).

Usia dapat memengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi

usia semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta

kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan (Setyaningrum,

2013). Wanita yang berusia 20-35 tahun secara fisik sudah siap hamil

2karena organ reproduksinya sudah terbentuk sempurna (Badudu,

2012). Ibu hamil yang berusia cukup juga memiliki mental yang siap

untuk menjaga kehamilannya secara hati-hati. Pada ibu hamil yang

berusia kurang dari 20 tahun memiliki perasaan cemas dan takut

karena kondisi fisik yang belum siap, sedangkan ibu hamil yang

berusia lebih dari 35 tahun beresiko lebih tinggi mengalami penyulit

obstetrik dan mordibilitas dan mortalitas perinatal (Heriani, 2016).

Kecemasan berat yang dialami oleh ibu hamil yang berusia muda

(<20 tahun) dapat mempengaruhi lahan persepsi sehingga seseorang

cenderung memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci, spesifik,

dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Sedangkan, ibu hamil yang

berusia cukup mengalami kecemasan ringan yang berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

peningkatan lahan persepsi (Setyaningrum, 2013).

90
Asumsi Peneliti bahwa ibu hamil di usia < 20 tahun mengalami

gejala kecemasan berat karena kondisi fisik belum 100 % siap. Usia

paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun,

di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima.

Sedangkan setelah usia 35 tahun sebagian wanita digolongkan pada

kehamilan beresiko tinggi terhadap kelainan bawaan dan adanya

penyulit pada waktu persalinan. Selain itu perlu menjadi perhatian

bahwa angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat, sehingga

akan meningkatkan kecemasan.

b. Pendidikan

Hasil penelitian berdasarkan Karakteristik pendidikan dari 20 ibu

hamil presentase tertinggi adalah ibu hamil yang berpendidikan SD

sebanyak 15 orang ibu hamil (75.0 %), 3 orang ibu hamil

berpendidikan SMP (15.0 %), 1 orang ibu hamil berpendidikan SMA

(5.0 %), dan 1 orang berpendidikan perguruan tinggi (5.0 %).

Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap

tingkat kecemasan ibu. Pendidikan dapat membantu ibu hamil dan

keluarganya mengendalikan sumber kecemasan, terlebih lagi pada

kehamilan pertama (primigravida) (Usman,2016). Pendidikan juga

dapat mempengaruhi persepsi ibu hamil, cara berpikir dalam

mengelola informasi dan mengambil keputusan. Kecemasan pada ibu

91
hamil dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu hamil mengenai

kehamilannya. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka semakin

tinggi tingkat pengetahuannya. Ibu hamil yang berpendidikan tinggi

mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai kehamilan

memungkinkan untuk mengantisipasi diri dalam menghadapi

kecemasan. Sedangkan, pendidikan yang rendah menyebabkan

kecemasan karena kurangnya informasi yang dimiliki (Said, 2015).

Hal ini sesuai dengan teori Lestari (2015) mengatakan

pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Informasi dan

pengalaman akan menambah informasi yang bersifat informal bagi

seseorang. Respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam

maupun dari luar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.

Tingkat pendidikan yang dimiliki dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang akan kesehatannya, maka semakin tinggi pendidikan

seseorang diharapkan semakin banyak pula pengetahuan yang di miliki

serta mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Lindarwati,

2013). Ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih banyak mengetahui

tentang kehamilannya dan lebih mampu dalam mengendalikan rasa

cemas selama kehamilan.

Peneliti menyimpulkan berdasarkan data demografi rendahnya

tingkat pendidikan ibu hamil di Desa Palir dapat mengakibatkan

92
kurangnya pengetahuan akan bahaya kehamilan. Tingkat pendidikan

yang dimiliki dapat meningkatkan pengetahuan seseorang akan

kesehatannya, maka semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki serta mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

c. Pekerjaan

Hasil penelitian berdasarkan Karakteristik pekerjaan dari 20 ibu

hamil trimester III presentase tertinggi adalah ibu hamil yang hanya

mengerjakan pekerjaan rumah tangga (IRT) sebanyak 13 orang ibu

hamil (65,0 %). Dan sebagian kecilnya bekerja sebagai swasta 7 orang

ibu hamil (35,0 %).

Berdasarkan penelitian di atas, ibu hamil bekerja tidak rentan

terhadap kecemasan. Temuan dari Said (2015) menegaskan bahwa dari

9 responden ibu hamil yang bekerja lebih banyak tidak mengalami

kecemasan yaitu sebanyak 6 orang (66,7%), sedangkan dari 31

responden ibu hamil yang tidak bekerja, lebih banyak yang mengalami

kecemasan yaitu sebanyak 16 orang (51.6%) (Said, 2015).

Berdasarkan teori Lestari (2015) mengatakan pekerjaan adalah

kesibukan yang dilakukan seseorang terutama untuk menjaga

kehidupan dan keluarganya sehingga menghasilkan suatu penghasilan

berupa uang. Semakin meningkat penghasilan maka pemeliharaan dan

93
pelayanan kesehatan dapat terjamin, sehingga ibu dapat mengetahui

kondisi dirinya dan bayinya yang berada dalam kandungan serta

mencegah timbulnya kecemasan.

Bekerja dapat mengalihkan perasaan cemas yang dialami oleh

ibu hamil karena aktivitas yang menyita waktu sehingga ibu hamil

fokus ke pekerjaannya. Ibu hamil yang memiliki pekerjaan dapat

berinteraksi dengan masyarakat sehingga dapat menambah

pengetahuan mengenai kehamilannya, serta dapat menambah

penghasilan keluarga untuk mencukupi kebutuhan selama dan setelah

persalinanm(Said, 2015). Bekerja dapat meminimalisir tingkat

kecemasan ibu hamil dengan adanya aktivitas sehari-hari maka tingkat

kecemasan ibu hamil dapat berkurang sehingga ibu hamil tidak selalu

memikirkan akan persalinanya.

d. Paritas

Hasil penelitian berdasarkan Karakteristik paritas tertinggi ibu

hamil dari 20 ibu hamil adalah ibu hamil multigravida sebanyak 12

orang ibu hamil (60.0 %), dan ibu hamil Primigravida sebanyak 8

orang ibu hamil (40.0 %). Berdasarkan hasil karakteristik responden

didapatkan multigravida menjadi karakteristik paling tinggi karena

multigravida akan cenderung mengalami cemas ringan daripada cemas

sedang maupun cemas berat. Ibu yang pernah hamil sebelumnya atau

94
multigravida mengalami kecemasan berhubungan dengan pengalaman

masa lalu yang pernah dialaminya. Yanuarini (2013) mengatakan

bahwa para ibu yang sudah pernah mempunyai pengalaman

melahirkan sebelumnya dapat mengalami kecemasan yang disebabkan

oleh pengalaman yang buruk pada persalinan sebelumnya, sehingga

menyebabkan ibu merasa trauma dan takut menghadapi persalinan

berikutnya. Hal ini didukung dengan penelitian Zamriati (2013)

dengan hasil bahwa ibu hamil multigravida yang mengalami

kecemasan ringan sebanyak 12 responden (31,5%) dan cemas sedang

11 responden (22%).

Bagi ibu primigravida, kehamilan yang dialami ibu pada saat

trimester III ibu mengalami cemas karena semakin dekat dengan

proses persalinan. Sehingga dapat terjadi kecemasan. Ibu yang pernah

hamil sebelumnya (multigravida), mengalami kecemasan

berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialami oleh

ibu. Penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan

dengan kondisi kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan,

pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman selama masa

kehamilan, penemuan jati diri ibu dan persiapan menjadi orang tua,

sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support

keluarga dan support tenaga medis. Pada saat usia kehamilan

memasuki trimester III, ibu hamil mulai memasuki fase dalam

95
memikirkan proses persalinan yang akan dialami. Hal ini juga

didukung oleh perubahan janin yang mulai membesar yang dapat

membuat ibu merasa tidak nyaman seperti sering buang air kecil,

terasa sesak di dada, gangguan pencernaan dan lain-lain. Sehingga

dapat meningkatkan tingkat kecemasan ibu apabila persiapan mental

atau psikolog ibu tidak dipersiapkan sejak dini.

Pengalaman melahirkan juga dapat mempengaruhi tingkat

kecemasan, bagi ibu yang belum memiliki pengalaman melahirkan

tentu wajar bila merasakan kecemasan dan ketakutan karena bagi ibu

ini adalah pengalaman baru sehingga ibu cenderung banyak

memikirkan hal-hal yang membuat ibu takut akan terjadi hal yang

buruk pada bayi dan diri ibu saat proses persalinan. Hal ini juga tidak

menutup kemungkinan bagi ibu yang telah memiliki pengalaman

melahirkan, ibu bisa mengalami tingkat kecemasan jika memiliki

pengalaman buruk atau trauma pada saat proses persalinan

sebelumnya.

Dari hasil penelitian yang kebanyakan multigravida bahwa

multigravida yang paling banyak ditemui dalam penelitian hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2014) tentang

kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan menunjukkan

bahwa sebagian besar paritas ibu adalah dengan multigravida sebanyak

32 responden (54,2%).

96
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Zamriati (2013), bahwa paritas mempunyai hubungan bermakna

dengan tingkat kecemasan menjelang masa persalinan. Juga sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan Astuti (2015), paritas dikatakan

dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek

psikologis. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, bayangan

tentang kesakitan dan ketakutan dapat mempengaruhi tingkat

kecemasan ibu mengenai proses persalinan. Seorang psikolog

mengatakan bahwa pada persalinan ke lima pun seorang ibu adalah

wajar masih merasa cemas. Gangguan perasaan pada multigravida ini

kemungkinan terjadi karena rasa takut, tegang dan cemas oleh

bayangan sakit yang dideritanya dulu sewaktu melahirkan.

Asumsi peneliti bahwa kehamilan seseorang dapat

mengakibatkan tingkat kecemasan ibu hamil baik ibu primigravida

maupun ibu multigravida. Pada umumnya ibu primigravida akan

mengalami kecemasan berat dalam menghadapi persalinan karena ibu

primigravida belum mempunyai pngalaman sebelumnya tentang

persalinan dibandingkan dengan ibu multigravida.

4.2.2. Pengaruh Senam Yoga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu hamil

Hasil penelitian ini, kecemasan ibu hamil dikategorikan menjadi 5

yaitu tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang,

97
kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat (panik). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil di Desa Palir

Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon sebelum dilakukan senam

yoga terdapat 3 orang ibu primigravida mengalami kecemasan sedang

dan 5 orang ibu primigravida mengalami kecemasan berat. Sedangkan

tingkat kecemasan ibu multigravida sebelum dilakukan senam yoga

terdapat 10 orang mengalami kecemasan sedang dan 2 orang ibu

multigravida mengalami kecemasan berat. Adapun tingkat kecemasan ibu

hamil sesudah dilakukan senam yoga terdapat 1 orang ibu primigravida

tidak mengalami kecemasan, 6 orang ibu primigravida mengalami

kecemasan ringan dan 1 orang ibu primigravida mengalami kecemasan

sedang.. Sedangkan tingkat kecemasan ibu multigravida sesudah

dilakukan senam yoga terdapat 3 orang ibu multigravida tidak mengalami

kecemasan, 8 orang ibu multigravida mengalami kecemasan ringan dan 1

orang ibu multigravida mengalami kecemasan sedang.

Asumsi peneliti bahwa lebih banyak ibu hamil yang mengalami

gejala cemas sedang, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti banyaknya informasi yang didapatkan oleh ibu hamil, usaha ibu

untuk mendapatkan pelayanan dari petugas kesehatan serta faktor usia

yaitu usia produktif dimana ibu hamil merasa siap untuk mempunyai

anak. Dengan adanya relaksasi dapat membantu seseorang untuk

menurunkan rasa cemas.

98
Berdasarkan uji statistika menggunakan Uji alternative berupa uji

wilcoxon sehingga mendukung hipotesis maka Ho diterima dan Ha

ditolak yang artinya ada pengaruh senam yoga terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil di Desa Palir Kecamatan Tengahtani Kabupaten

Cirebon. Hal ini dapat dijelaskan bahwa nilai (p value = 0.000) < (α =

0.05) menunjukkan bahwa pemberian senam yoga berpengaruh positif

terhadap penurunan tingkat kecemasan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Apriliani dan Wahyudi (2015) tentang pengaruh yoga prenatal

terhadap kecemasan sesaat dalam menghadapi persalinan pada

primigravida trimester III yang berarti yoga prenatal terbukti berpengaruh

terhadap penurunan kecemasan sesaat ibu hamil primigravida trimester

III.

Hal ini sejalan dengan penelitian Cramer (2015), bahwa wanita hamil

yang latihan yoga baik untuk kesehatan, sikap dan lingkungan sekitarnya.

Begitupun dengan hasil penelitian Rusmita menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara senam yoga terhadap kesiapan ibu hamil

menghadapi persalinan di RSIA Limijati Bandung. Kesiapan ibu hamil

baik secara fisik maupun mental dapat mengurangi kecemasan ibu hamil

terkait persalinan yang akan dihadapi nantinya.

99
Berdasarkan hasil penelitian Aswitami (2017) tentang pengaruh

senam yoga terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil TW III dalam

menghadapi proses persalinan di klinik yayasan bumi sehat didapatkan

tingkat kecemasan pada ibu hamil TW III dalam menghadapi proses

persalinan dalam penelitian ini didapatkan bahwa dari 35 responden

didapatkan ada pengaruh pemberian yoga antenatal dengan tingkat

kecemasan ibu hamil TW III dalam menghadapi proses persalinan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hariyanto (2015) tentang

pengaruh senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III

yang menunjukkan senam yoga berpengaruh terhadap penurunan tingkat

kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa senam yoga pada fase prenatal

berpengaruh terhadap turunnya rasa cemas ibu hamil trimester III di

Puskesmas Pattingallong dan Puskesmas Tamalate. Huberty menyatakan

bahwa aktifitas fisik berupa senam prenatal yoga dapat mengurangi

depresi ibu hamil yang berkaitan dengan kejadian kecemasan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khalajzadeh (2012), yang

berhasil menunjukkan dengan latihan yoga pada trimester III memiliki

dampak positif pada kecemasan. Selain itu, penelitian yang dilakukan

oleh larasati dan sumiatik mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara wanita hamil yang melakukan senam yoga dengan

menurunnya kecemasan pada kehamilan.

100
Temuan di atas didukung oleh teori Stoppard (2012), yoga

merupakan teknik yang terbaik dalam mempersiapkan proses persalinan

karena menggunakan teknik latihan yang fokusnya menitikberatkan

terhadap pengendalian otot, teknik relaksasi, ketenangan pikiran, dan

cemas selama masa kehamilan. Berdasarkan teori Sindhu (2014), bahwa

dengan berlatih yoga pada masa kehamilan dapat membantu proses

persalinan, dan bahkan mempersiapkan mental untuk masa awal setelah

melahirkan. Senam yoga menjadi cara yang baik untuk mempersiapkan

persalinan karena dalam latihan yoga dapat disesuaikan dengan kondisi

ibu hamil dengan berbagai pendekatan latihan peregangan, konsentrasi

dan pengaturan pernapasan yang memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil

dan janinnya seperti mengurangi stress dan kecemasan (Wiadnyana,

2011). Jadi, dengan adanya senam yoga tingkat kecemasan ibu hamil

dapat menurun. Sehingga senam yoga penting untuk ibu hamil dalam

menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan secara

optimal pasti terdapat keterbatasan. Adapun keterbatasan-keterbatasan yang

dialami peneliti adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan dalam melakukan penelitian

101
Proses penelitian seharusnya dilakukan selama 6 kali berturut-turut, akan

tetapi instruktur senam yoga tidak bisa melakukan senam yoga secara rutin.

Sehingga jeda waktu senam yoga yang terlalu lama mengakibatkan

pengukuran tingkat kecemasan ibu hamil yang kurang optimal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh senam yoga terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil di Desa palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon

tahun 2019 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 20 orang ibu hamil sebelum dilakukan senam yoga terdapat 13 orang ibu

hamil yang mengalami kecemasan sedang dan 7 orang ibu hamil mengalami

kecemasan berat.

2. Dari 20 orang ibu hamil sesudah dilakukan senam yoga terdapat 4 orang ibu

hamil tidak mengalami kecemasan, 14 orang ibu hamil mengalami kecemasan

ringan dan 2 orang ibu hamil mengalami kecemasan sedang.

102
3. Ada pengaruh senam yoga terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di Desa Palir

Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon tahun 2019 dengan signifikasi p

value = 0.000 (p < 0,05).

5.2 Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Melalui penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan untuk

mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan tentang

senam yoga pada ibu hamil trimester III, sehingga perawat dapat

mengaplikasikannya kepada ibu hamil.

2. Bagi Responden

Dari penelitian yang sudah dilakukan bahwa senam yoga sangat besar

manfaatnya untuk ibu hamil maka disarankan untuk ibu hamil pada trimester

III melakukan senam yoga secara rutin.

3. Bagi Masyarakat

Mengingat senam yoga sangat efektif dalam menurunkan kecemasan

pada ibu hamil, maka diharapkan peran serta dari masyarakat khususnya ibu

hamil untuk mengikuti senam yoga. Sehingga ibu hamil dapat mempersiapkan

diri, baik fisik maupun mental dalam menghadapi persalinan.

103
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini menjadi data dasar untuk mengembangkan ilmu

keperawatan dan perbandingan untuk peneliti selanjutnya. Jadi diharapkan

pada peneliti selanjutnya mencari variabel yang berbeda untuk mengurangi

tingkat kecemasan ibu hamil contohnya seperti pengaruh senam hamil

terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.

104

Anda mungkin juga menyukai