Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK SISWA SEBAGAI PIJAKAN DALAM PENELITIAN

DAN METODE PEMBELAJARAN

C. Asri Budiningsih
FIP Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: asri_budi@yahoo.co.id;
HP. 081328851883)

Abstract: Learner Characteristics as a Basis for Teaching Method and


Research on Instruction. The instructional technology focuses its analysis on
the improvement of the instructional quality on the basis of instructional
strategies or instructional method variables. Instructional methods variables are
classified into three main categories: (1) organizational strategy, (2) delivery
strategy, and (3) management strategy. The variables which greatly influence
the utilization of instructtional methods are the instructional condition
variables, classified into three categories: (1) objectives and characteristics of a
field of study, (2) constraints and characteristics of a field of study, and (3)
learner characteristics. The learner characteristics are students’ personal quality,
such as their intelligence, prior knowledge, cognitive styles, learning styles,
motivation, and socio-cultural factors, which greatly influence the process and
result of the study. Learner characteristics will determine the selection of the
management strategy, which is also related to the method to organize the
learning process. The learner characteristics have to be accepted as a given
condition and utilized as a basis for research on instruction.

Keywords: instructional variables, learner characteristics

PENDAHULUAN haman akan subjek belajar harus di-


Banyak faktor penyebab kualitas miliki oleh guru atau tenaga kependi-
pendidikan rendah, di antaranya ke- dikan lainnya untuk dijadikan pijakan
giatan pembelajaran yang kurang tang- dalam mengembangkan teori ataupun
gap terhadap kemajemukan individu praksis-praksis pendidikan dan pem-
dan lingkungan tempat siswa berada. belajaran.
Pembelajaran demikian kurang ber- Sistem pendidikan klasikal formal
manfaat bagi siswa. Agar pembelajar- dan masal yang selama ini dilakukan
an bermakna, perlu dirancang dan di- akan menghasilkan proses dan hasil
kembangkan berdasarkan pada kon- pendidikan yang dangkal dan tidak
disi siswa sebagai subjek belajar dan mendasar. Siswa tidak terbiasa terli-
komunitas budaya tempat siswa ting- bat aktif dalam proses belajar di kelas,
gal. Siswa adalah manusia yang me- mereka pasif. Akibatnya, pemahaman
miliki sejarah, makhluk dengan ciri pengetahuan mereka minim, belajar
keunikannya (individuallitas). Pema- menjadi tidak bermakna, tidak kon-

160
161

tekstual, kurang menggairahkan dan penggunaan metode pembelajaran di


kurang menyentuh kehidupan sosio- bawah kondisi pembelajaran yang ber-
kultural siswa. beda. Hasil pembelajaran dapat beru-
Banyak upaya peningkatan kuali- pa hasil nyata (actual outcomes) dan ha-
tas pembelajaran telah lama dilaku- sil yang diinginkan (desired outcomes).
kan oleh para ilmuwan pembelajaran. Masing-masing variabel pembe-
Mereka mengklasifikasikan variabel- lajaran di atas diidentifikasi ke dalam
variabel yang menjadi perhatian, ter- suatu model atau teori pembelajaran
utama bila dikaitkan dengan kegiatan sebagai berikut. Variabel kondisi pem-
dalam mengembangkan teori-teori belajaran dikategorikan menjadi tiga
dan prinsip-prinsip pembelajaran. Di subvariabel, yaitu tujuan pembelajar-
antara para ilmuwan tersebut adalah an, kendala dan karakteristik bidang
Reigeluth dan Merrill. Mereka mem- studi, dan karakteristik siswa. Varia-
buat klasifikasi ke dalam tiga variabel bel metode dikategorikan menjadi tiga
pembelajaran utama, yaitu: (1) kondi- subvariabel, yaitu strategi pengorga-
si pembelajaran; (2) metode pembe- nisasian materi (mikro dan makro),
lajaran; dan (3) hasil pembelajaran strategi penyampaian isi, dan strategi
(Reigeluth, 1983:29; Degeng, 1989:18). pengelolaan pembelajaran. Variabel
Kondisi pembelajaran adalah fak- hasil pembelajaran, dikategorikan
tor yang mempengaruhi efek metode menjadi tiga subvariabel, yaitu ke-
dalam meningkatkan hasil pembe- efektifan, efisiensi, dan daya tarik
lajaran. Kondisi pembelajaran berin- pembelajaran. Variabel-variabel pem-
teraksi dengan metode pembelajaran, belajaran tersebut dapat dilihat pada
dan hakikatnya tidak dapat dimani- Diagram 1.
pulasi. Metode pembelajaran didefi- Klasifikasi variabel-variabel pem-
nisikan sebagai cara-cara yang ber- belajaran dapat dijadikan pedoman da-
beda untuk mencapai hasil pembe- lam menformulasikan langkah-lang-
lajaran yang berbeda di bawah kon- kah perencanaan pembelajaran. Lang-
disi pembelajaran yang berbeda. Pada kah-langkah tersebut adalah: (1) ana-
dasarnya, cara ini dapat dimanipulasi lisis tujuan dan karakteristik bidang
oleh guru atau perancang pembe- studi; (2) analisis sumber belajar (ken-
lajaran. Bila dalam suatu situasi, me- dala); (3) analisis karakteristik siswa;
tode pembelajaran tidak dapat di- (4) menetapkan tujuan belajar dan isi
manipulasi, ia berubah menjadi kon- pembelajaran; (5) menetapkan strategi
disi pembelajaran. Sebaliknya, jika pengorganisasian isi pembelajaran; (6)
suatu kondisi pembelajaran dalam menetapkan strategi penyampaian isi
suatu situasi dapat dimanipulasi, ia pembelajaran; (7) menetapkan strategi
berubah menjadi metode pembelajar- pengelolaan pembelajaran; (8) me-
an. Hasil pembelajaran mencakup se- ngembangkan prosedur pengukuran
mua efek yang dapat dijadikan se- hasil pembelajaran (Degeng, 1991).
bagai indikator tentang nilai dari

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran


162

KONDISI Tujuan dan karakte- Kendala dan karakte- Karakteristik


ristik bidang studi ristik bidang studi siswa

Strategi peng-
organisasian Strategi Strategi
METODE pembelajaran penyampaian pengelolaan
 Strategi makro pembelajaran pembelajaran
 Strategi mikro

HASIL
Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

Diagram 1: Taksonomi Variabel Pembelajaran (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989)

Prinsip-prinsip dan teori-teori peneliti di bidang ilmu pembelajaran


pembelajaran di atas banyak dikem- dan teknologi pembelajaran sehingga
bangkan berdasarkan pengalaman, in- temuan-temuannya dapat dengan mu-
tuisi, dan logika (Degeng, 1991). Oleh dah diintegrasikan dengan temuan-
karena itu, diperlukan adanya validasi temuan penelitian sebelumnya. De-
dan dukungan empirik untuk mene- ngan cara demikian, upaya untuk
tapkan kesahihannya. Hal ini dapat menciptakan landasan pengetahuan
dilakukan melalui penelitian-peneliti- (ilmiah) perbaikan kualitas pembe-
an ilmiah. Peluang terjadinya inter- lajaran dapat diwujudkan.
aksi antara variabel metode dan varia-
bel kondisi amat besar dalam menen- KARAKTERISTIK SISWA DALAM
tukan variabel hasil pembelajaran. PENELITIAN PEMBELAJARAN
Oleh karena itu, diperlukan identi- Menurut Vygotsky agar pembe-
fikasi variabel-variabel metode mana lajaran bermakna, perlu dirancang
yang berinteraksi dengan variabel dan dikembangkan berpijak pada kon-
kondisi dalam menentukan hasil pem- disi siswa sebagai subjek belajar serta
belajaran yang konsisten. komunitas sosial-kultural tempat sis-
Pemetaan variabel-variabel pem- wa tinggal (Moll, 1994). Menurut
belajaran tersebut amat membantu Waidl (Admadi & Setiyaningsih,
guru dan peneliti dalam mengiden- 2004), hal penting yang harus dipa-
tifikasi dan menetapkan hubungan- hami yang berkaitan dengan siswa
hubungan antara variabel pembe- atau peserta belajar sebagai individu
lajaran mana yang perlu diuji. Hal ini bahwa siswa adalah manusia yang
dimaksudkan untuk memberikan pi- memiliki sejarah, makhluk dengan
jakan yang sama kepada peneliti- ciri keunikan (individualitas), selalu

Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1


163

membutuhkan sosialisasi di antara Pembuktian juga dilakukan oleh


mereka, memiliki hasrat untuk me- para peneliti pada dekade tahun-ta-
lakukan hubungan dengan alam seki- hun terakhir ini. Hasil penelitian
tar, dan dengan kebebasannya meng- Triyono (2008;15) menunjukkan ada-
olah pikir dan rasa akan pertemuan- nya interaksi antara strategi pembe-
nya dengan Yang Transendental. Pe- lajaran yang digunakan dosen dengan
mahaman terhadap siswa sebagai karakteristik mahasiswa yang berupa
subjek belajar inilah yang harus di- kemampuan analitiknya. Bagi maha-
jadikan pijakan dalam mengembang- siswa yang memiliki kemampuan
kan teori-teori maupun praksis-prak- analitik tinggi, penggunaan strategi
sis pendidikan. pembelajaran lengkap memberikan
Penelitian tentang karakteristik hasil ketrampilan pneumatik yang le-
siswa sebagai pijakan pembelajaran bih tinggi dibandingkan dengan peng-
telah banyak dilakukan. Suhardjono gunaan strategi pembelajaran demon-
(1990) menemukan bahwa perbedaan strasi. Sebaliknya, strategi pembelajar-
karakteristik siswa dan pengorgani- an demonstrasi lebih tepat gunakan
sasian materi pembelajaran berpe- bagi mahasiswa dengan kemampuan
ngaruh terhadap perolehan dan reten- analitik lebih rendah. Kelompok ma-
si belajar. Penelitian Lusiana (1992) hasiswa dengan kemampuan analitik
tentang penggunaan strategi penata- lebih rendah memerlukan bimbingan
an isi mata kuliah yang berkaitan de- selama proses pembelajaran. Contoh-
ngan gaya kognitif mahasiswa ber- contoh dan petunjuk dosen merupa-
pengaruh terhadap perolehan belajar. kan panduan yang sangat menolong
Degeng (1998) dalam penelitiannya pada saat mereka bekerja. Berdasar-
yang berjudul Interactive Effects of kan temuan ini disarankan agar para
Instructional Strategies and Learner Cha- dosen dalam menggunakan strategi
racteristics on Learning Effectiveness, pembelajaran mempertimbangkan ke-
Efficiency, and Appeal menyimpulkan mampuan analitik mahasiswa agar
adanya interaksi antara strategi peng- penguasaan belajar mereka mening-
organisasian materi pembelajaran dan kat.
karakteristik siswa pada keefektifan Haryanto (2009; 153-159) dalam
belajar. Mereka berusaha menguji ke- penelitiannya yang berjudul Efikasi
sahihan variabel-variabel pembelajar- Diri, Kualitas Pengajaran, Sikap Positif
an tersebut, dan menemukan bahwa dan Kinerja Akademis Mahasiswa me-
peluang terjadinya interaksi antara nemukan bukti bahwa semakin tinggi
variabel metode (pengorganisasian tingkat efikasi diri, semakin tinggi
materi pembelajaran) dan variabel pula kesiapan mahasiswa dalam mem-
kondisi (karakteristik siswa) pada ke- persiapkan dan menjalani proses per-
efektifan belajar adalah besar. Hal kuliahan. Efikasi diri (self efficacy) di-
senada juga dibuktikan oleh Anitah artikan sebagai tingkat kesiapan siswa
(1996) melalui konteks pembelajaran dalam mengorganisasi diri untuk me-
bidang studi yang berbeda. ngikuti proses pembelajaran sehingga

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran


164

mencapai kinerja akademis yang di- pijak pada budaya siswa karena latar
harapkan (Galetto dalam Haryanto, belakang budaya siswa akan berpe-
2009). Temuannya memberikan pe- ngaruh terhadap proses dan hasil be-
mahaman tentang perlunya efikasi lajarnya. Hal ini dibuktikan oleh hasil
diri siswa dalam upaya meningkatkan temuan Djohan (2009) yang menun-
pencapaian kinerja akademis. Efikasi jukkan bahwa kecerdasan sosial siswa
diri dapat ditingkatkan melalui pe- di daerah (Yogyakarta) memiliki rera-
rencanaan dan tindakan pembelajaran ta lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dapat meningkatkan kemauan rerata kecerdasan sosial siswa di kota
siswa untuk berpestasi. besar (Jakarta). Artinya, guru di da-
Dukungan lain datang dari pene- lam memilih strategi pembelajaran
litian Indarini (2009:176-177) yang harus mempertimbangkan kecerdas-
berjudul Peningkatan Aktivitas dan Pe- an atau kemampuan siswa yang rele-
mahaman Siswa dalam Pembelajaran Ki- van dengan strategi pembelajaran
mia melalui Pendekatan Kontekstual. Pe- yang digunakan. Misalnya, kecerdas-
nelitian ini menambah bukti bahwa an sosial akan sangat berpengaruh ter-
karakteristik siswa yang berkaitan de- hadap penggunaan strategi ccoopera-
ngan kemampuan awal siswa dalam tive learning dan ccollaborative learning
melakukan dan berpikir merupakan dalam pembelajaran.
asas dalam pendekatan kontekstual. Pengujian-pengujian suatu hu-
Paduan keduanya mendorong naluri bungan antara variabel sebaiknya di-
ingin tahu siswa dan menjadikan ikuti dengan pengujian ulang dengan
pembelajaran merupakan suatu akti- menggunakan latar (kondisi) yang ber-
vitas yang bermakna bagi dirinya. beda, seperti perbedaan karakteristik
Callahan (2002) mengemukakan bah- subjek, bidang studi (materi), dan tu-
wa jika siswa dapat menghubungkan, juan pembelajaran. Hal ini diperlukan
mengalami, mengaplikasikan, men- di samping untuk menguji kesahihan
transfer pengetahuan yang diterima- temuan penelitian, juga untuk meng-
nya dan dapat bekerjasama dengan uji tingkat konsistensi. Hubungan-hu-
baik, pembelajaran melalui pendekat- bungan variabel yang sahih dan kon-
an kontekstual akan memberikan ha- sisten inilah yang bermanfaat dijadi-
sil belajar yang lebih terpadu, terinte- kan landasan ilmiah ilmu dan tekno-
grasi, efektif, bermakna, dan tahan logi pembelajaran. Temuan-temuan
lama dalam ingatan. komulatif seperti ini nanti akan sa-
Sementara itu, Paulina Pannen ngat berguna dalam melakukan meta-
(dalam Padmo, 2003:221) menegaskan analisis.
bahwa dalam merancang dan melak- Di samping pengubahan variabel
sanakan pembelajaran, jika dikaitkan kondisi, pengujian ulang suatu temu-
dengan karakteristik budaya siswa, an penelitian juga dapat dilakukan
hasil belajar siswa akan meningkat. Ia dengan pengubahan variabel hasil.
mengatakan bahwa guru dalam me- Metode pembelajaran tertentu biasa-
laksanakan tindak belajar harus ber- nya dikembangkan untuk mencapai

Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1


165

hasil pembelajaran tertentu di bawah terhadap hasil belajarnya. Untuk itu,


kondisi tertentu. Dalam hal ini, peng- ia menyarankan agar pembelajaran
ubahan variabel hasil pembelajaran berpusat pada gaya belajar siswa atau
akan dapat memberikan gambaran pada bagaimana cara siswa meng-
keefektifan yang berbeda dari suatu gunakan pengetahuannya.
metode pembelajaran. Temuan-temu- Pengujian-pengujian hubungan
an seperti ini akan sangat berguna da- antara variabel pembelajaran sebaik-
lam mempreskripsikan metode yang nya juga diikuti oleh pengujian-pe-
optimal untuk mencapai hasil pem- ngujian ulang dengan menggunakan
belajaran tertentu. Pencarian ini dapat latar (kondisi) berbeda yang dapat di-
dilakukan melalui penelitian-peneliti- lakukan melalui penelitian pengem-
an tindakan kelas (PTK). bangan (Research and Development).
Penelitian tindakan kelas (PTK) Beberapa penelitian pengembangan
bertujuan untuk melakukan perbaik- untuk menghasilkan media atau sum-
an-perbaikan terhadap sistem, cara ber-sumber belajar juga telah dilaku-
kerja, proses, kompetensi dan isi pem- kan dan menunjukkan hasil yang kon-
belajaran guna mencapai tujuan yang sisten. Penelitian pengembangan mul-
diharapkan. Beberapa penelitian tin- timedia pembelajaran yang dilakukan
dakan kelas yang telah dilakukan oleh Rahmadona (2008) yang berpijak
membuktikan keampuhan metode pada karakteristik anak usia dini mam-
pembelajaran tertentu untuk menca- pu meningkatkan kecerdasan anak
pai hasil pembelajaran tertentu di ba- yang mengarah pada pembentukan
wah kondisi tertentu. Dewanti (2009: perilaku positif. Demikian juga pene-
25) membuktikan bahwa strategi pem- litian pengembangan multimedia pem-
belajaran yang digunakan guru jika belajaran Sosiologi bagi siswa-siswa
disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMA yang dilakukan oleh Suparmi
akan meningkatkan efektivitas belajar (2010) yang berpijak pada karakteris-
siswa. Ia menyarankan, strategi pem- tik siswa juga mampu menghasilkan
belajaran matematika seharusnya media yang efektif, efisien, dan dapat
mempertimbangkan keadaan siswa meningkatkan daya tarik belajar sis-
dan manfaatnya bagi kehidupan me- wa.
reka sehari-hari. Berpijak pada karak- Berdasarkan uraian tentang varia-
teristik kebutuhan siswa tersebut, bel-variabel pembelajaran di atas, serta
pembelajaran matematika merupakan melihat kondisi belum optimalnya ha-
suatu aktivitas manusia (a human ac- sil belajar siswa saat ini, tugas yang
tivity), dan harus ditemukan kembali diemban para pendidik dan peran-
(re-invented), bukan disajikan sebagai cang di bidang pembelajaran sangat
sebuah produk siap pakai (ready-made rumit karena harus berhadapan de-
product). Penelitian Siskandar (2009: ngan sejumlah variabel kondisi yang
183) menambah bukti bahwa faktor berada di luar kontrolnya. Satu varia-
internal atau faktor yang datang dari bel yang sama sekali tidak dapat di-
dalam diri siswa sangat berpengaruh manipulasi oleh guru atau perancang

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran


166

pembelajaran adalah karakteristik sis- tuk keperluan pembelajaran haruslah


wa. Variabel ini mutlak harus dijadi- berpijak pada karakteristik perse-
kan pijakan dalam memilih dan me- orangan atau kelompok dari siapa
ngembangkan strategi pembelajaran yang belajar. Untuk mengembangkan
yang optimal. Upaya apapun yang di- strategi pembelajaran yang optimal,
pilih dan dilakukan oleh guru dan pe- terlebih dahulu guru perlu mengeta-
rancang pembelajaran harus bertum- hui karakteristik siswa sebagai pijak-
pu pada karakteristik perseorangan annya.
siswa sebagai subjek belajar. Karakteristik siswa adalah bagian-
Ilmuwan pembelajaran dan tekno- bagian pengalaman siswa yang ber-
log pembelajaran juga menghadapi pengaruh pada keefektifan proses be-
hal yang serupa dalam mengembang- lajar (Seels dan Richey, 1994). Peneliti-
kan prinsip-prinsip pembelajaran. Ia an tentang karakteristik siswa ber-
harus menempatkan variabel-variabel tujuan untuk mendeskripsikan bagi-
kondisional ini, khususnya variabel an-bagian kepribadian siswa yang
karakteristik siswa sebagai titik awal perlu diperhati-kan untuk kepenting-
dalam mempreskripsikan strategi an rancangan pembelajaran. Ardhana
pembelajaran yang akan digunakan. (1999) lebih jelas mengatakan bahwa
Bila tidak, maka teori-teori dan prin- karakteristik siswa adalah salah satu
sip-prinsip pembelajaran yang dikem- variabel dalam domain desain pembe-
bangkannya sama sekali tidak akan lajaran yang biasanya didefinisikan
ada gunanya bagi pelaksanaan pem- sebagai latar belakang pengalaman
belajaran (Degeng, 1991). yang dimiliki oleh siswa termasuk
aspek-aspek lain yang ada pada diri
KARAKTERISTIK SISWA SEBAGAI mereka seperti kemampuan umum,
VARIABEL PEMBELAJARAN ekspektasi terhadap pembelajaran,
Reigeluth (1983) sebagai seorang dan ciri-ciri jasmani serta emosional
ilmuwan pembelajaran, bahkan secara siswa, yang memberikan dampak ter-
tegas menempatkan karakteristik sis- hadap keefektifan belajar.
wa sebagai satu variabel yang paling Degeng (1991:6) mengatakan bah-
berpengaruh dalam pengembangan wa karakteristik siswaadalah aspek-
strategi pengelolaan pembelajaran. aspek atau kualitas perseorangan sis-
Pakar pembelajaran seperti Banathy, wa yang telah dimilikinya. Mengana-
Romiszowski, Dick dan Carey, Gagne lisis karakteristik siswa dimaksudkan
dan Degeng, menempatkan langkah untuk mengetahui ciri-ciri perse-
analisis karakteristik siswa pada po- orangan siswa. Hasil dari kegiatan ini
sisi yang sangat penting sebelum akan berupa daftar yang memuat pe-
langkah pemilihan dan pengembang- ngelompokkan karakteristik siswa, se-
an strategi pembelajaran. Semua ini bagai pijakan untuk mempreskripsi-
menunjukkan bahwa model pembe- kan metode yang optimal guna men-
lajaran apapun yang dikembangkan capai hasil belajar tertentu.
atau strategi apapun yang dipilih un-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1


167

Karakteristik siswa sebagai salah pat dikatakan bahwa karakteristik sis-


satu variabel dalam domain desain wa, termasuk dalam variabel kondisi
pembelajaran akan memberikan dam- pembelajaran. Sebagai variabel kon-
pak terhadap keefektifan belajar. Se- disi, berarti karakteristik siswa harus
lama ini, teori-teori dan prinsip-prin- diterima apa adanya dan dijadikan
sip pembelajaran yang dikembangkan pijakan kerja dalam mengembangkan
di Indonesia lebih banyak berpijak desain pembelajaran. Klasifikasi va-
pada karakteristik siswa, tempat teori riabel-variabel pembelajaran seperti
itu dikembangkan, lebih khusus lagi dijelaskan di atas dapat dijadikan pe-
adalah karakteristik siswa di negara- doman bagi guru dan para perancang
negara Barat, terutama di Amerika atau teknolog pembelajaran dalam
Serikat (Degeng, 1991). Adopsi teori- memformulasikan langkah-langkah
teori dan prinsip-prinsip pembelajar- mendesain pembelajaran. Langkah-
an oleh perancang pembelajaran di langkah tersebut adalah: (1) melaku-
Indonesia sering kali menemui ke- kan analisis tujuan dan karakteristik
gagalan. Hal ini dimungkinkan oleh materi pembelajaran; (2) menganalisis
dasar pijakan yang berbeda atau va- sumber-sumber belajar (kendala); (3)
riabel kondisional yang berbeda de- melakukan analisis karakteristik sis-
ngan kondisi tempat pembelajaran wa; (4) menetapkan tujuan belajar dan
dilakukan. Variabel yang berhubung- isi pembelajaran; (5) menetapkan stra-
an dengan karakteristik siswa dan bu- tegi pengorganisasian isi pembelajar-
dayanya penting dijadikan pijakan an; (6) menetapkan strategi penyam-
pengembangan program pembelajar- paian isi pembelajaran; (7) menetap-
an di Indonesia. kan strategi pengelolaan pembelajar-
Bahasan ini dimaksudkan untuk an; (8) mengembangkan prosedur
menempatkan konteks masalah kajian pengukuran hasil pembelajaran. Ke-
penelitian dan praktik-praktik pembe- delapan, langkah ini apabila didia-
lajaran dalam klasifikasi variabel-va- gramkan akan terlihat sebagai beri-
riabel pembelajaran. Secara jelas, da- kut.

6
2 Penetapan strategi pe-
Analisis sumber- nyampaian isi pembe-
sumber belajar lajaran

1 4 5 8
Analisis tujuan & Menetapkan tujuan Penetapan strategi peng- Pengukuran hasil
karakteristik isi belajar & isi organisasian isi pembe- pembelajaran
pembelajaran moral pembelajaran lajaran
7
3 Penetapan strategi penge-
Analisis karakteristik lolaan pembelajaran moral
siswa

Diagram 2: Model Desain Pembelajaran (Adaptasi dari Degeng, 1991)

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran


168

Diagram 2 secara jelas menunjuk- puan awal, gaya kognitif, gaya bela-
kan bahwa analisis karakteristik siswa jar, motivasi, dan faktor sosial-buda-
dilakukan setelah perancang pembe- ya. Informasi tentang tingkat perkem-
lajaran mengidentifikasi tujuan pem- bangan kecerdasan siswa amat diper-
belajaran yang ingin dicapai. Juga di- lukan sebagai pijakan dalam memilih
tunjukkan bahwa hasil analisis karak- komponen-komponen pembelajaran,
teristik siswa selanjutnya dijadikan pi- seperti tujuan pembelajaran, materi,
jakan kerja dalam memilih, menetap- media, strategi pembelajaran dan eva-
kan, dan mengembangkan strategi pe- luasi (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).
ngelolaan pembelajaran. Dengan kon- Menurut Suparno (2001), siswa yang
teks seperti ini, menjadi semakin jelas berada pada tahap pemikiran opera-
perlunya dilakukan penelitian karak- sional konkret sudah memiliki keca-
teristik siswa yang berkaitan dengan kapan berpikir logis, tetapi hanya me-
kefektifan pembelajaran agar dapat lalui benda-benda konkret sehingga
dipakai sebagai dasar bagi para ilmu- semua komponen pembelajaran perlu
wan dan teknolog pembelajaran serta disesuaikan dengan kemampuan ter-
para guru dalam mendesain program- sebut. Sebaliknya, mereka yang sudah
program pembelajaran. berada pada tahap operasi formal su-
Jika dalam menyampaikan materi dah mampu berpikir abstrak dan lo-
pelajaran guru kurang memperhati- gis dengan menggunakan pola ber-
kan karakteristik siswa dan ciri-ciri pikir “kemungkinan”. Mereka sudah
kepribadian siswa tidak dijadikan pi- dapat berpikir ilmiah, baik deduktif
jakan dalam pembelajaran, siswa akan maupun induktif, serta mampu me-
mengalamai kesulitan memahami ma- narik kesimpulan, menafsirkan dan
teri pelajaran. Mereka merasa bosan, mengembangkan hipotesis. Oleh se-
bahkan timbul kebencian terhadap bab itu, komponen-komponen pem-
materi pelajaran yang diajarkan oleh belajaran sudah dapat dirancang se-
guru. Kondisi demikian sebagai pe- demikian rupa untuk diarahkan pada
nyebab rendahnya kualitas dan kuan- kemampuan tersebut.
titas proses serta hasil belajar yang Informasi tentang kemampuan
telah diprogramkan. Upaya apa pun awal yang sudah dimiliki siswa
yang dipilih dan dilakukan oleh guru (Degeng, 1991; Dochy, 2002) amat di-
dan perancang pembelajaran jika ti- perlukan guru sebagai pijakan dalam
dak bertumpu pada karakteristik per- mengorganisasi dan menyampaikan
seorangan siswa sebagai subjek bela- materi pelajaran. Bila guru mengajar-
jar, maka pembelajaran yang dikem- kan materi pelajaran yang sudah di-
bangkan tidak akan bermakna bagi pahami siswa, pembelajaran tidak
siswa. efektif, tidak efisien dan kurang me-
Karakteristik siswa yang dapat di- miliki daya tarik. Siswa akan merasa
identifikasi sebagai faktor yang amat bosan atau jenuh sehingga suasana
berpengaruh terhadap proses dan ha- belajar menjadi terganggu. Sebalik-
sil belajar adalah kecerdasan, kemam- nya, jika guru mengajarkan materi

Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1


169

pelajaran di luar atau lebih tinggi dari tai dengan kerangka isi atau advance
kemampuan siswa, atau siswa belum organizer, atau epitome, atau skema
menguasai pengetahuan prasyarat- yang memuat seluruh materi pelajar-
nya, maka siswa akan menjadi bi- an.
ngung, stres, dan sulit memahami Informasi mengenai motivasi be-
materi pelajaran. lajar siswa (Handoko, 1992) juga akan
Informasi mengenai kemampuan sangat diperlukan oleh guru dalam
awal siswa juga diperlukan dalam mengembangkan strategi pembelajar-
mengembangkan media dan sumber- an, khususnya yang berkaitan dengan
sumber belajar. Penulisan buku teks strategi penyampaian materi pelajar-
atau bahan ajar, apakah perlu meng- an serta strategi pengelolaan motiva-
gunakan pengetahuan analogi untuk sional. Informasi mengenai gaya be-
memahami suatu konsep? Apakah di- lajar siswa (Entwistle, 1981) amat di-
perlukan mnemonik atau jembatan ke- perlukan dalam mengembangkan stra-
ledai untuk menghapalkan suatu in- tegi penyampaian materi pelajaran
formasi? Atau, apakah perlu dikait- serta dalam mengembangkan media
kan antara pengetahuan yang sedang dan sumber-sumber belajar. Produksi
dipelajari dengan pengetahuan-pe- media pembelajaran, misalnya, me-
ngetahuan tingkat yang lebih rendah, merlukan informasi mengenai bagai-
dan sebagainya. mana kecenderungan siswa dengan
Informasi mengenai gaya kognitif gaya belajar visual, auditorial, dan ki-
siswa bermanfaat untuk keperluan nestetik. Dengan mengetahui kecen-
mengembangkan strategi pembelajar- derungan-kecenderungan gaya bela-
an (Riding, 2002; Riding dan Rayner, jar tersebut, strategi dan media pem-
2002), serta membangun teori-teori belajaran yang akan diproduksi dapat
tentang bagaimana mengembangkan disesuaikan sehingga mampu melaya-
dan memproduksi bahan-bahan ajar, ni masing-masing gaya belajar siswa.
khususnya yang berkaitan dengan Demikian pula dengan faktor
cara mengorganisasi materi pembe- sosial-budaya (Brameld, 1997; Pannen
lajaran. Siswa dengan gaya kognitif dalam Padmo, 2003) adalah penting
field-independent lebih memiliki ke- diketahui oleh para guru untuk di-
mampuan untuk menstruktur atau jadikan pijakan dalam menyampaikan
mengorganisasi materi pelajaran se- materi pembelajaran serta mengelola
cara mandiri. Siswa dengan gaya kog- kegiatan pembelajaran. Informasi ini
nitif field-dependent akan lebih mudah juga urgen bagi para pengembang
belajar jika materi pelajaran sudah di- media dan sumber-sumber belajar
struktur lebih dahulu (Entwistle, agar strategi dan media-media pem-
1981, Degeng, 1991). Informasi me- belajaran yang digunakan dalam pem-
ngenai gaya kognitif ini juga penting belajaran selaras dengan kondisi so-
bagi penulisan bahan ajar khususnya sial budaya di mana siswa berada.
dalam memberi petunjuk apakah ke- Informasi mengenai karakteristik
tika menyusun bahan ajar perlu diser- siswa sebagaimana diuraikan di atas

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran


170

hingga kini belum banyak tersedia kannya tidak akan bermakna bagi
sehingga kesahihan teori-teori dan siswa.
prinsip-prinsip pembelajaran yang di- Kajian ini berpijak pada asumsi
kembangkan di Indonesia masih ren- bahwa (1) perbaikan kualitas pembe-
dah. Tulisan ini secara khusus dimak- lajaran diawali dari desain pembe-
sudkan untuk menyediakan informasi lajaran. Perencanaan pembelajaran da-
tersebut, agar dapat dijadikan pijakan pat dijadikan titik awal upaya per-
bagi para guru, peneliti dan peran- baikan kualitas pembelajaran. Ini ber-
cang pembelajaran sehingga prinsip- arti bahwa perbaikan kualitas pem-
prinsip dan praktek-praktek pembe- belajaran haruslah diawali dari per-
lajaran dapat dikembangkan sesuai baikan kualitas desain pembelajaran;
dengan karakteristik siswa. (2) desain pembelajaran diacukan ke-
pada si belajar (siswa) secara perse-
KESIMPULAN orangan dan/atau kelompok. Siswa
Masih banyak praktik pembelajar- haruslah dijadikan titik acuan dalam
an yang kurang memperhatikan ka- mendesain pembelajaran. Tindakan
rakteristik siswa. Kegiatan pembe- atau perilaku belajar memang dapat
lajaran semata-mata hanya untuk me- dipengaruhi, tetapi tindakan atau pe-
nyelesaikan program-program yang rilaku belajar akan tetap berjalan se-
tertuang di dalam kurikulum. Ciri-ciri suai dengan karakteristik siswa.
kepribadian siswa tidak dijadikan pi- Berbagai penelitian amat penting
jakan dalam pembelajaran. Akibat- dilakukan untuk menemukan bukti-
nya, siswa mengalamai kesulitan be- bukti empirik mengenai karakteristik
lajar, mereka merasa stres, bahkan siswa yang berkaitan dengan upaya
timbul kebencian terhadap pelajaran menetapkan metode pembelajaran
yang dipelajarinya. Kondisi demikian guna mencapai hasil pembelajaran
sebagai penyebab rendahnya kualitas yang optimal. Informasi ini sangat di-
dan kuantitas proses serta hasil be- butuhkan oleh para guru, peneliti dan
lajar siswa. teknolog pembelajaran maupun ilmu-
Guna meningkatkan kualitas pem- wan pembelajaran sebagai: (1) lan-
belajaran, para peneliti di bidang pem- dasan pijak pengembangan teori-teori
belajaran serta para perancang pem- pembelajaran yang sesuai dengan
belajaran perlu menjadikan karakte- kondisi siswa dan sosial-budayanya;
ristik siswa dan budayanya sebagai (2) landasan pijak dalam melakukan
pijakan dalam mengembangkan prin- penelitian dan pengembangan pro-
sip-prinsip dan program-program gram-program pembelajaran; (3) lan-
pembelajaran. Sebab, upaya apapun dasan pijak bagi perancang untuk
yang dipilih dan dilakukan oleh guru memproduksi bahan-bahan pembe-
dan perancang pembelajaran jika ti- lajaran, seperti buku-buku teks serta
dak bertumpu pada karakteristik per- media dan sumber-sumber belajar la-
seorangan siswa sebagai subjek be- innya.
lajar, pembelajaran yang dikembang-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1


171

UCAPAN TERIMA KASIH Degeng, N.S. 1989. Ilmu Pengajaran


Terima kasih diucapkan kepada Taksonomi Variabel. Jakarta: Dep-
tim Redaktur dan staf Jurnal Cakra- dikbud Dirjen Dikti.
wala Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan ______. 1998. Interactive Effects of In-
kesempatan kepada penulis untuk structional Strategy and Leaner
mempublikasikan artikel ini. Mudah- Characteristics on Learning Effec-
mudahan tulisan ini dapat menambah tiveness and Appeal. Jakarta:
wawasan bagi para pembaca akan Urge Batch II.
pentingnya karakteristik siswa seba-
gai pijakan penelitian-penelitian pem- ______. 1991. Karakteristik Belajar Ma-
belajaran serta upaya mengembang- hasiswa Berbagai Perguruan Ting-
kan program-program pembelajaran gi di Indonesia. Jakarta: Depdik-
menuju pada peningkatan kualitas bud Dirjen Dikti Proyek Pe-
pembelajaran. ngembangan Pusat Fasilitas
Bersama Antar Universitas/IUC
DAFTAR PUSTAKA
Dewanti, S. 2009. “Keefektifan Perpa-
Amstrong, T. 1994. Multiple Intelli-
duan PCL dan Pelatihan Meta-
gences in the Classroom. Alexan-
kognitif dalam Meningkatkan
dria: ASCD
Kemampuan Memecahkan Ma-
salah Matematika”. Jurnal Pe-
Anitah. 1996. “Penerapan Teori Ela-
nelitian dan Evaluasi Pendidikan,
borasi untuk Meningkatkan Per-
Vol. 13, No. 1, hal. 21-37.
olehan Belajar Teori Musik Da-
sar Mahasiswa PGSD”. Tesis.
Djohan. 2009. “Kemampuan Musika-
tidak dipublikasikan. Malang: litas sebagai Sarana Pengem-
PPs. UM. bangan Keteramplan Sosial”.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Ardhana, W. 1999. Sambutan Promotor.
Pendidikan, Vol. 13, No. 1, hal.
Malang: Pada Ujian Akhir Drs.
111-126
Binsar Panjaitan, M.Pd., Uni-
versitas Negeri Malang. Dochy, F.J.R.C. 2002. The Use of Prior
Knowledge State Tests and Know-
Atmadi, A. dan Setiyaningsih, Y. 2004. ledge Profiles. (penerbit tidak di-
Transformasi Pendidikan Mema- ketahui)
suki Milenium Ketiga. Yogyakar-
ta: Kanisius dan USD. Entwistle, N. 1981. Styles of Learning
and Teaching. New York: John
Brameld, T. 1997. Cultural Foundations
Wiley & Son.
of Education. (Penerbit tidak di-
ketahui).

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran


172

Gardner, H. 1993. Multiple Intelli- Rahmadona, S. 2008. “Pengembangan


gences: The Theory in Practice. Multimedia Pembelajaran un-
New York: Basic Books. tuk Melatih Kecerdasan Maje-
muk Pada Anak Usia Dini”.
Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Tesis, tidak dipublikasikan. Yog-
Penggerak Tingkah Laku. Yogya- yakarta: PPs UNY.
karta: Penerbit Kanisius.
Reigeluth, C.M. 1983. Instructional
Haryanto, B. 2009. “Efikasi Diri, Kua- Design: What is It and Why is
litas Pengajaran, Sikap Positif, It? Dalam C.M. Reigeluth (Ed.),
dan Kenerja Akademis Maha- Instructional Design Theories and
siwa”. Jurnal Ilmu Pendidikan. Models: an Overview of Their
Vol. 16, No. 3, hal. 152-161. Current Status. Hillsdale, N.J.:
Lawrence Erlbaum Associates.
Indarini D. P. 2009. “Peningkatan Ak-
tivitas dan Pemahaman Siswa Riding, R. 2002. School Learning and
dalam Pembelajaran Kimia me- Cognitive Style. London: David
lalui Pendekatan Kontekstual”. Fulton Publishers.
Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 16,
No. 3, hal. 172-177. Riding, R., & Rayner, S. 2002. Cogni-
tive Styles and Learning Strategi-
Lusiana. 1992. “Pengaruh Interaktif an- es. London: David Fulton Pub-
tara Penggunaan Strategi Pena- lishers.
taan Isi Matakuliah dan Gaya
Kognitif Mahasiswa terhadap Seels, B. B. & Richey, R. 1994. Instruct-
Perolehan Belajar”. Tesis, tidak ional Technology: the Definition
dipublikasikan). Malang: PPs and Domains of The Field. Wa-
IKIP Malang. shington D. C.: AECT.

Moll, L. C. (ed). 1994. Vygotsky and Siskandar. 2009. “Keefektifan Pende-


Education: Instructional Implica- katan Cooperative Learning da-
tions and Applications of Sociohis- lam Meningkatkan Aktivitas
torycal Psychology. Cambrige: dan Hasil Belajar Mahasiswa”.
University Press. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.16,
No. 3, hal. 178-185.
Padmo, D. 2003. Faktor-faktor peran-
cangan Pembelajaran MIPA Suhardjono. 1990. Pengaruh Gaya Kog-
Berbasis Budaya, (dalam Dewi nitif dan Perancangan Pengajaran
Padmo, dkk.). Teknologi Pembe- Berdasar Component Display Theo-
lajaran. Jakarta: UT, Pustekom, ry terhadap Perolehan Belajar, Re-
IPTPI. tensi dan Sikap. (Disertasi tidak
dipublikasika). Malang: FPS-
IKIP Malang.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1


173

Suparmi. 2010. “Pengembangan Multi-


media Pembelajaran Sosiologi
untuk Meningkatkan Kemam-
puan Sosial Siswa di SMA Kelas
XI”. Tesis, tidak dipublikasikan,
PPS-UNY.

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan


Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Triyono, M. B. 2008. “Pengaruh Stra-


tegi Pembelajaran dan Kemam-
puan Analitik terhadap Kete-
rampilan Pneumatik Mahasis-
wa Teknik Mesin UNY”. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidik-
an, Vol. 1, No. XI, hal.1-17.

Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai