C. Asri Budiningsih
FIP Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: asri_budi@yahoo.co.id;
HP. 081328851883)
160
161
Strategi peng-
organisasian Strategi Strategi
METODE pembelajaran penyampaian pengelolaan
Strategi makro pembelajaran pembelajaran
Strategi mikro
HASIL
Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran
mencapai kinerja akademis yang di- pijak pada budaya siswa karena latar
harapkan (Galetto dalam Haryanto, belakang budaya siswa akan berpe-
2009). Temuannya memberikan pe- ngaruh terhadap proses dan hasil be-
mahaman tentang perlunya efikasi lajarnya. Hal ini dibuktikan oleh hasil
diri siswa dalam upaya meningkatkan temuan Djohan (2009) yang menun-
pencapaian kinerja akademis. Efikasi jukkan bahwa kecerdasan sosial siswa
diri dapat ditingkatkan melalui pe- di daerah (Yogyakarta) memiliki rera-
rencanaan dan tindakan pembelajaran ta lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dapat meningkatkan kemauan rerata kecerdasan sosial siswa di kota
siswa untuk berpestasi. besar (Jakarta). Artinya, guru di da-
Dukungan lain datang dari pene- lam memilih strategi pembelajaran
litian Indarini (2009:176-177) yang harus mempertimbangkan kecerdas-
berjudul Peningkatan Aktivitas dan Pe- an atau kemampuan siswa yang rele-
mahaman Siswa dalam Pembelajaran Ki- van dengan strategi pembelajaran
mia melalui Pendekatan Kontekstual. Pe- yang digunakan. Misalnya, kecerdas-
nelitian ini menambah bukti bahwa an sosial akan sangat berpengaruh ter-
karakteristik siswa yang berkaitan de- hadap penggunaan strategi ccoopera-
ngan kemampuan awal siswa dalam tive learning dan ccollaborative learning
melakukan dan berpikir merupakan dalam pembelajaran.
asas dalam pendekatan kontekstual. Pengujian-pengujian suatu hu-
Paduan keduanya mendorong naluri bungan antara variabel sebaiknya di-
ingin tahu siswa dan menjadikan ikuti dengan pengujian ulang dengan
pembelajaran merupakan suatu akti- menggunakan latar (kondisi) yang ber-
vitas yang bermakna bagi dirinya. beda, seperti perbedaan karakteristik
Callahan (2002) mengemukakan bah- subjek, bidang studi (materi), dan tu-
wa jika siswa dapat menghubungkan, juan pembelajaran. Hal ini diperlukan
mengalami, mengaplikasikan, men- di samping untuk menguji kesahihan
transfer pengetahuan yang diterima- temuan penelitian, juga untuk meng-
nya dan dapat bekerjasama dengan uji tingkat konsistensi. Hubungan-hu-
baik, pembelajaran melalui pendekat- bungan variabel yang sahih dan kon-
an kontekstual akan memberikan ha- sisten inilah yang bermanfaat dijadi-
sil belajar yang lebih terpadu, terinte- kan landasan ilmiah ilmu dan tekno-
grasi, efektif, bermakna, dan tahan logi pembelajaran. Temuan-temuan
lama dalam ingatan. komulatif seperti ini nanti akan sa-
Sementara itu, Paulina Pannen ngat berguna dalam melakukan meta-
(dalam Padmo, 2003:221) menegaskan analisis.
bahwa dalam merancang dan melak- Di samping pengubahan variabel
sanakan pembelajaran, jika dikaitkan kondisi, pengujian ulang suatu temu-
dengan karakteristik budaya siswa, an penelitian juga dapat dilakukan
hasil belajar siswa akan meningkat. Ia dengan pengubahan variabel hasil.
mengatakan bahwa guru dalam me- Metode pembelajaran tertentu biasa-
laksanakan tindak belajar harus ber- nya dikembangkan untuk mencapai
6
2 Penetapan strategi pe-
Analisis sumber- nyampaian isi pembe-
sumber belajar lajaran
1 4 5 8
Analisis tujuan & Menetapkan tujuan Penetapan strategi peng- Pengukuran hasil
karakteristik isi belajar & isi organisasian isi pembe- pembelajaran
pembelajaran moral pembelajaran lajaran
7
3 Penetapan strategi penge-
Analisis karakteristik lolaan pembelajaran moral
siswa
Diagram 2 secara jelas menunjuk- puan awal, gaya kognitif, gaya bela-
kan bahwa analisis karakteristik siswa jar, motivasi, dan faktor sosial-buda-
dilakukan setelah perancang pembe- ya. Informasi tentang tingkat perkem-
lajaran mengidentifikasi tujuan pem- bangan kecerdasan siswa amat diper-
belajaran yang ingin dicapai. Juga di- lukan sebagai pijakan dalam memilih
tunjukkan bahwa hasil analisis karak- komponen-komponen pembelajaran,
teristik siswa selanjutnya dijadikan pi- seperti tujuan pembelajaran, materi,
jakan kerja dalam memilih, menetap- media, strategi pembelajaran dan eva-
kan, dan mengembangkan strategi pe- luasi (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).
ngelolaan pembelajaran. Dengan kon- Menurut Suparno (2001), siswa yang
teks seperti ini, menjadi semakin jelas berada pada tahap pemikiran opera-
perlunya dilakukan penelitian karak- sional konkret sudah memiliki keca-
teristik siswa yang berkaitan dengan kapan berpikir logis, tetapi hanya me-
kefektifan pembelajaran agar dapat lalui benda-benda konkret sehingga
dipakai sebagai dasar bagi para ilmu- semua komponen pembelajaran perlu
wan dan teknolog pembelajaran serta disesuaikan dengan kemampuan ter-
para guru dalam mendesain program- sebut. Sebaliknya, mereka yang sudah
program pembelajaran. berada pada tahap operasi formal su-
Jika dalam menyampaikan materi dah mampu berpikir abstrak dan lo-
pelajaran guru kurang memperhati- gis dengan menggunakan pola ber-
kan karakteristik siswa dan ciri-ciri pikir “kemungkinan”. Mereka sudah
kepribadian siswa tidak dijadikan pi- dapat berpikir ilmiah, baik deduktif
jakan dalam pembelajaran, siswa akan maupun induktif, serta mampu me-
mengalamai kesulitan memahami ma- narik kesimpulan, menafsirkan dan
teri pelajaran. Mereka merasa bosan, mengembangkan hipotesis. Oleh se-
bahkan timbul kebencian terhadap bab itu, komponen-komponen pem-
materi pelajaran yang diajarkan oleh belajaran sudah dapat dirancang se-
guru. Kondisi demikian sebagai pe- demikian rupa untuk diarahkan pada
nyebab rendahnya kualitas dan kuan- kemampuan tersebut.
titas proses serta hasil belajar yang Informasi tentang kemampuan
telah diprogramkan. Upaya apa pun awal yang sudah dimiliki siswa
yang dipilih dan dilakukan oleh guru (Degeng, 1991; Dochy, 2002) amat di-
dan perancang pembelajaran jika ti- perlukan guru sebagai pijakan dalam
dak bertumpu pada karakteristik per- mengorganisasi dan menyampaikan
seorangan siswa sebagai subjek bela- materi pelajaran. Bila guru mengajar-
jar, maka pembelajaran yang dikem- kan materi pelajaran yang sudah di-
bangkan tidak akan bermakna bagi pahami siswa, pembelajaran tidak
siswa. efektif, tidak efisien dan kurang me-
Karakteristik siswa yang dapat di- miliki daya tarik. Siswa akan merasa
identifikasi sebagai faktor yang amat bosan atau jenuh sehingga suasana
berpengaruh terhadap proses dan ha- belajar menjadi terganggu. Sebalik-
sil belajar adalah kecerdasan, kemam- nya, jika guru mengajarkan materi
pelajaran di luar atau lebih tinggi dari tai dengan kerangka isi atau advance
kemampuan siswa, atau siswa belum organizer, atau epitome, atau skema
menguasai pengetahuan prasyarat- yang memuat seluruh materi pelajar-
nya, maka siswa akan menjadi bi- an.
ngung, stres, dan sulit memahami Informasi mengenai motivasi be-
materi pelajaran. lajar siswa (Handoko, 1992) juga akan
Informasi mengenai kemampuan sangat diperlukan oleh guru dalam
awal siswa juga diperlukan dalam mengembangkan strategi pembelajar-
mengembangkan media dan sumber- an, khususnya yang berkaitan dengan
sumber belajar. Penulisan buku teks strategi penyampaian materi pelajar-
atau bahan ajar, apakah perlu meng- an serta strategi pengelolaan motiva-
gunakan pengetahuan analogi untuk sional. Informasi mengenai gaya be-
memahami suatu konsep? Apakah di- lajar siswa (Entwistle, 1981) amat di-
perlukan mnemonik atau jembatan ke- perlukan dalam mengembangkan stra-
ledai untuk menghapalkan suatu in- tegi penyampaian materi pelajaran
formasi? Atau, apakah perlu dikait- serta dalam mengembangkan media
kan antara pengetahuan yang sedang dan sumber-sumber belajar. Produksi
dipelajari dengan pengetahuan-pe- media pembelajaran, misalnya, me-
ngetahuan tingkat yang lebih rendah, merlukan informasi mengenai bagai-
dan sebagainya. mana kecenderungan siswa dengan
Informasi mengenai gaya kognitif gaya belajar visual, auditorial, dan ki-
siswa bermanfaat untuk keperluan nestetik. Dengan mengetahui kecen-
mengembangkan strategi pembelajar- derungan-kecenderungan gaya bela-
an (Riding, 2002; Riding dan Rayner, jar tersebut, strategi dan media pem-
2002), serta membangun teori-teori belajaran yang akan diproduksi dapat
tentang bagaimana mengembangkan disesuaikan sehingga mampu melaya-
dan memproduksi bahan-bahan ajar, ni masing-masing gaya belajar siswa.
khususnya yang berkaitan dengan Demikian pula dengan faktor
cara mengorganisasi materi pembe- sosial-budaya (Brameld, 1997; Pannen
lajaran. Siswa dengan gaya kognitif dalam Padmo, 2003) adalah penting
field-independent lebih memiliki ke- diketahui oleh para guru untuk di-
mampuan untuk menstruktur atau jadikan pijakan dalam menyampaikan
mengorganisasi materi pelajaran se- materi pembelajaran serta mengelola
cara mandiri. Siswa dengan gaya kog- kegiatan pembelajaran. Informasi ini
nitif field-dependent akan lebih mudah juga urgen bagi para pengembang
belajar jika materi pelajaran sudah di- media dan sumber-sumber belajar
struktur lebih dahulu (Entwistle, agar strategi dan media-media pem-
1981, Degeng, 1991). Informasi me- belajaran yang digunakan dalam pem-
ngenai gaya kognitif ini juga penting belajaran selaras dengan kondisi so-
bagi penulisan bahan ajar khususnya sial budaya di mana siswa berada.
dalam memberi petunjuk apakah ke- Informasi mengenai karakteristik
tika menyusun bahan ajar perlu diser- siswa sebagaimana diuraikan di atas
hingga kini belum banyak tersedia kannya tidak akan bermakna bagi
sehingga kesahihan teori-teori dan siswa.
prinsip-prinsip pembelajaran yang di- Kajian ini berpijak pada asumsi
kembangkan di Indonesia masih ren- bahwa (1) perbaikan kualitas pembe-
dah. Tulisan ini secara khusus dimak- lajaran diawali dari desain pembe-
sudkan untuk menyediakan informasi lajaran. Perencanaan pembelajaran da-
tersebut, agar dapat dijadikan pijakan pat dijadikan titik awal upaya per-
bagi para guru, peneliti dan peran- baikan kualitas pembelajaran. Ini ber-
cang pembelajaran sehingga prinsip- arti bahwa perbaikan kualitas pem-
prinsip dan praktek-praktek pembe- belajaran haruslah diawali dari per-
lajaran dapat dikembangkan sesuai baikan kualitas desain pembelajaran;
dengan karakteristik siswa. (2) desain pembelajaran diacukan ke-
pada si belajar (siswa) secara perse-
KESIMPULAN orangan dan/atau kelompok. Siswa
Masih banyak praktik pembelajar- haruslah dijadikan titik acuan dalam
an yang kurang memperhatikan ka- mendesain pembelajaran. Tindakan
rakteristik siswa. Kegiatan pembe- atau perilaku belajar memang dapat
lajaran semata-mata hanya untuk me- dipengaruhi, tetapi tindakan atau pe-
nyelesaikan program-program yang rilaku belajar akan tetap berjalan se-
tertuang di dalam kurikulum. Ciri-ciri suai dengan karakteristik siswa.
kepribadian siswa tidak dijadikan pi- Berbagai penelitian amat penting
jakan dalam pembelajaran. Akibat- dilakukan untuk menemukan bukti-
nya, siswa mengalamai kesulitan be- bukti empirik mengenai karakteristik
lajar, mereka merasa stres, bahkan siswa yang berkaitan dengan upaya
timbul kebencian terhadap pelajaran menetapkan metode pembelajaran
yang dipelajarinya. Kondisi demikian guna mencapai hasil pembelajaran
sebagai penyebab rendahnya kualitas yang optimal. Informasi ini sangat di-
dan kuantitas proses serta hasil be- butuhkan oleh para guru, peneliti dan
lajar siswa. teknolog pembelajaran maupun ilmu-
Guna meningkatkan kualitas pem- wan pembelajaran sebagai: (1) lan-
belajaran, para peneliti di bidang pem- dasan pijak pengembangan teori-teori
belajaran serta para perancang pem- pembelajaran yang sesuai dengan
belajaran perlu menjadikan karakte- kondisi siswa dan sosial-budayanya;
ristik siswa dan budayanya sebagai (2) landasan pijak dalam melakukan
pijakan dalam mengembangkan prin- penelitian dan pengembangan pro-
sip-prinsip dan program-program gram-program pembelajaran; (3) lan-
pembelajaran. Sebab, upaya apapun dasan pijak bagi perancang untuk
yang dipilih dan dilakukan oleh guru memproduksi bahan-bahan pembe-
dan perancang pembelajaran jika ti- lajaran, seperti buku-buku teks serta
dak bertumpu pada karakteristik per- media dan sumber-sumber belajar la-
seorangan siswa sebagai subjek be- innya.
lajar, pembelajaran yang dikembang-