Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obesitas merupakan masalah yang saat ini sudah mendunia. Obesitas atau
biasanya disebut dengan kegemukan adalah kelebihan berat badan karena adanya
penimbunan lemak yang berlebihan. Obesitas dapat mengakibatkan peningkatan
risiko diabetes tipe 2, berbagai bentuk kanker, penyakit hati berlemak, gangguan
hormonal, hipertensi, penyakit kardiovaskular (CVD) dan peningkatan mortalitas.
Berat badan ditentukan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan yang
berkaitan dengan gaya hidup (diet, aktifitas fisik atau gaya hidup), serta oleh
interaksi antara faktor-faktor. Oleh karena itu obesitas muncul sebagai
konsekuensi dari keseimbangan positif yang melibatkan perubahan dalam satu
atau beberapa faktor tersebut.
Saat ini prevalensi obesitas di Negara maju maupun Negara berkembang
semakin meningkat, diperkirakan jumlah orang obesitas diseluruh dunia dengan
IMT > 30 kg/M² melebihi 300 juta orang adalah 7% dari populasi  orang dewasa
di dunia. Menurut WHO pada tahun 2005 kurang lebih terdapat 400 juta orang
dewasa  yang obesitas, kurang lebih 20 juta seluruh anak-anak dibawah usia 5
tahun kelebihan berat badan, dan di tahun 2015 nanti diperkirakan 700 juta orang
akan obesitas. Bahkan Negara maju seperti Amerika Serikat diperkirakan obesitas
mencapai 45-50%, di Australia dan Inggris 30-40%.
Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2013 obesitas masih menjadi masalah
dikesehatan Indonesia. Menurut data riskesdas (2013), jumlah keseluruhan kasus
penyakit obesitas yang telah terjadi mencapai dewasa (>18 tahun) di Indonesia
mencapai 19,7 % laki-laki sedangkan perempuan 32,9 %. Obesitas memicu
masalah sindroma metabolik. Penduduk Indonesia kebanyakan dari kalangan
muslim. Selama bulan Ramadhan terjadi perubahan gaya hidup. Perubahan gaya
hidup ini salah satunya yaitu perubahan pola makan. Terjadinya penurunan
frekuensi makan utama menjadi dua kali yaitu sahur dan berbuka. Jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsipun berbeda. Pada beberapa daerah, jenis
2

makanan saat berpuasa biasanya mengandung lemak, protein dan gula sederhana
lebih tinggi dibandingkan makanan pada hari biasa (Elati, 1995; shalaei et al.,
2013). Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi tergantung dari
kebiasaan masyarakat masing-masing (Roky et al., 2004). Tetapi di Indonesia
masih belum ada penelitian yang mengkaji perubahan gaya hidup selama puasa.
Satu-satunya penelitian yang pernah ada yaitu mengkaji konsumsi pangan, status
gizi dan aktifitas fisik terbatas pada mahasiswi yang berpuasa Ramadhan. Dalam
penelitian tersebut disebutkan bahwa selama Ramadhan tidak terdapat perbedaan
konsumsi energi, tetapi terjadi peningkatan konsumsi sayur, buah, dan susu
(Riawanti, 2008).
Obesitas sekarang diakui sebagai epidemi, dan meskipun ada upaya saat ini
untuk mengurangi obesitas dengan diet, olahraga, pendidikan, operasi dan terapi
obat tetapi belum tersedia solusi jangka panjang yang efektif untuk obesitas saat
ini. Komponen herediter regulasi berat badan dipelajari untuk pertama kalinya
dalam dekade pertama abad ke-20, tapi saat ini, tidak ada data yang objektif dan
konsisten tentang gen-gen tertentu yang terlibat dalam pengembangan obesitas.
Pada tahun 1994, penemuan gen ob dan leptin oleh Friedman memberikan
kontribusi dalam kemajuan dalam pengetahuan dan pemahaman tentang
komponen genetik regulasi berat badan. Meningkatnya studi tentang genetika
telah memungkinkan bahwa dalam dua dekade terakhir dari beberapa gen adiposa
dapat diasosiasikan dan diakumulasi, lebih dari 50 lokus yang biasa berhubungan
dengan predisposisi obesitas telah teridentifikasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu obesitas ?
1.2.2 Apa itu rekayasa genetika?
1.2.3 Apa faktor pencetus obesitas?
1.2.4 Penyakit apa yang timbul akibat obesitas?
1.2.5 Bagaimana cara mengurangi resiko obesitas?
1.2.6 Apa peran perawat terhadap obesitas ?
3

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian obesitas
1.3.2 Untuk mengetahui rekayasa genetika pada obesitas
1.3.3 Untuk mengetahui faktor pencetus obesitas
1.3.4 Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat terjadi karena obesitas
1.3.5 Untuk mengetahui dan meminimalisir resiko obesitas
1.3.6 Untuk mengetahui peran perawat dalam menangani kasus obesitas
4

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Rekayasa Genetika dan Obesitas

Rekayasa adalah pada kata dari engineering yang selama ini kita kenal
dengan kata teknik. Arti kata teknik itu sendiri adalah penerapan sains untuk
kesejahteraan umat manusia (Zen,1981:10). Martin dan Schinzinger (1994:17)
mempersempit definisi itu, hingga rekayasa adalah penerapan ilmu pengetahuan
dalam penggunaan sumber daya alam demi manfaat bagi masyarakat dan umat
manusia. Menurut gergor mandel, genetika sebuah bahan yang berhubungan
dengan sifat atau karakter yang ada dalam tubuh makhluk hidup dan dapat
diturunkan dari genetikaerasi satu ke genetikaerasi lainnya. Genetika itu akan
terus berlanjut dan akan terus meneruskan segala apa yang menjadi milik sang
induk. Pembawa unsur pewarisan yaitu gen, adalah kromosom yang berada dalam
inti sel. Gen-gen itu sendiri merupakan rangkaian asam deoksiribonukleat
(deoxyribonucleic acid, DNA) dengan panjang tertentu yang merupakan
komponen kromosom dan sifat-sifatnya.

Obesitas secara filosogik didefinisikan sebagai suatu kondisi akumulasi


lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sampai kadar tertentu
hingga mengganggu kesehatan. Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi
timbunan lemak yang berlebihan atau abnormal pada jaringan adiposa, yang akan
mengganggu kesehatan (WHO, 1998). Banyak sekali faktor yang menyebabkan
obesitas. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang
masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti
pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan (Jahari,
2004). Di antara faktor-faktor pewarisan, berat badan biasanya kondisi poligenik
ditentukan oleh kehadiran gen dari prevalensi yang tinggi tetapi dengan efek yang
relevan rendah.
5

Pada tahun-tahun terakhir, Candidate Genes Analyses dan Genome Wide


Assosiation Studies (GWAS) telah menjadi strategi yang sangat berguna untuk
mendeteksi phisms polimorfonuklear baru dan Copy Number Variants (CNV)
dikaitkan dengan obesitas dan penyakit penyerta terkait. Dari penelitian tersebut,
lebih dari seratus varian genetik yang terlibat dalam cara path- metabolisme
termasuk adipogenesis, asupan energi, lipolisis atau pengeluaran gyener- telah
ditemukan. Temuan ini bersama dengan epigenetik dan nutrigenetik merupakan
dasar untuk pengembangan alat-alat baru yang akan memungkinkan memprediksi
kerentanan obesitas individu dan respon penurunan berat badan. Faktor penyebab
obesitas lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun
latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampai
lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup (Maffeis CG, 1998;).

2.2 Etiologi

Obesitas umumnya diklasifikasikan menjadi subkelompok tergantung diduga


etiologi: monogenik kegemukan (obesitas sangat parah dengan tidak adanya
keterlambatan perkembangan), obesitas sindrom (subyek klinis obesitas tambahan
BM Herrera dibedakan dengan keterbelakangan mental, fitur dismorfik dan organ
kelainan perkembangan tertentu), dan poligenik atau umum obesitas, yang
berdampak pada populasi umum (tetapi mungkin memiliki resiko kesehatan yang
berhubungan seperti peningkatan risiko CVD).

1) Pertama cacat gen menyebabkan obesitas monogenik


Saat ini, ada sekitar 20 gangguan gen tunggal yang mengakibatkan bentuk
autosomal obesitas. Semua mutasi ini posisi jalur leptin / melanocortin di
sistem saraf pusat (SSP) sebagai kritis dalam regulasi seluruh tubuh energi
homeostasis, dan obesitas dalam kasus ini tampaknya merupakan hasil dari
peningkatan nafsu makan dan berkurang kenyang.
2) Poligenik
Sindrom Obesitas dari diskrit cacat genetik atau kelainan kromosom
beberapa gen, dan dapat autosomal atau X-linked. Salah satu bentuk paling
6

terkenal dari sindrom obesitas adalah Prader-Willi syndrome (PWS),


disebabkan oleh kelainan kromosom dari tercetak pada kromosom 15q11-Q12.
PWS ditandai dengan obesitas yang dihasilkan dari phagia hiper disebabkan
oleh disfungsi SSP. Kedua bentuk monogenik dan sindrom obesitas cenderung
memiliki penetrasi yang tinggi, deteksi varian genetik kausal telah cukup
berbuah
3) Jenis Kelamin dan Usia
Bahwa jenis kelamin dan usia yang terkait dengan perbedaan dalam obesitas
dan komposisi tubuh. Misalnya, wanita cenderung untuk menyimpan lebih
banyak lemak subkutan daripada di jaringan adiposa viseral, sehingga pada
BMI yang sama, wanita akan cenderung untuk membawa lemak tubuh lebih
dari laki-laki. Distribusi lemak berikut dua pola umum: android (adiposa
pengendapan di daerah perut) dan gynoid (adiposa deposisi sekitar pinggul).
Distribusi lemak Android adalah mapan, faktor risiko independen untuk
diabetes CVD dan tipe 2, sedangkan pola gynoid dianggap pelindung atau
berbanding terbalik. Untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan dalam
distribusi lemak, pinggang-pinggul rasio (WHR = lingkar pinggang / lingkar
pinggul) yang lazim digunakan dan BMI dan WHR berkorelasi.

2.3 Epidemiologi

Epidemiologi obesitas umum telah menunjukkan bahwa kesesuaian untuk


obesitas menurun secara paralel dengan tingkat keterkaitan, menunjuk ke
komponen genetik dalam kerentanan obesitas. Misal, tingkat kesesuaian antara
pasangan kembar monozigot adalah lebih dari dua kali lipat dari pasangan
dizigotik. Sebagai perbandingan, dalam studi pungut, BMI individu mengadopsi
berkorelasi terdekat dengan BMI orangtua biologis, lebih menyoroti peran faktor
genetik terhadap lingkungan keluarga bersama. Tinggi heritabilitas untuk ukuran
yang berbeda dari obesitas-BMI, ketebalan lipatan kulit subskapularis. Namun,
paparan lingkungan obesogenik diperlukan untuk pengembangan obesitas. Satu
hipotesis adalah bahwa gen yang pernah memberikan keuntungan evolusioner
7

(dengan memungkinkan efisiensi maksimum penyimpanan nutrisi) yang sangat


menantang saat terkena lingkungan obesogenik.

2.4 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Obesitas


1) Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi
berikutnya. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam
menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh, karena pada saat ibu obesitas
sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran
normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam
kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahir pun memiliki unsur lemak
yang relatif sama besar.
2) Kerusakan pada salah satu bagian otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suau bagian
otak yang disebut hipolamus sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang
langsung berhubungan dengan bagian lain dan otak dan kelenjar dibawah otak.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu
hipotalamus lateral (yang mengatur nafsu makan) dan hipotalamus
ventromedial (HVM) untuk mengintami nafsu makan. Pada hasil penelitian
pada HL rusak individu akan menolak makan /minum. Bila kerusakan HVM
seseorang akan rakus dan kegemukan.
3) Pola makan berlebihan
Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan bukan
karena lapar. Pola makan berlebih ini yang menyebabkan kegemukan jika
individu tidak memiliki kontrol diri.
4) Kurang gerak/olahraga
Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan siklus yang hebat, obesitas
membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat di nikmati
dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya
metabolisme tubuh orang tersebut.
8

5) Pengaruh emosional
Obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang gemuk
seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apabila
mereka tegang atau cemas.
6) Lingkungan
Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk
adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan
cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi
oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah
psikologis sehubungan dengan kegemukan.
7) Faktor Sosial
Dimungkinkan adanya pandangan sosial di negara berkembang bahwa
kesuksesan dan karier suami dinilai dari gizi dan memandang ukuran tubuh
istri dan anak. Bila mereka gemuk berarti suami sukses dan begitupun
sebaliknya.
8) Faktor Gaya Hidup
Terjadinya pergeseran gaya hidup dan dinamis aktif menjadi malas-malasan,
kondisi tersebut disebabkan oleh peran mesin-mesin serba otomatis yang
mengganti hamper semua pekerjaan manusia. Keadaan tersebut menjadi tubuh
surplus energi.

2.5 Tipe - tipe Obesitas

2.5.1 Tipe Kegemukan Berdasarkan Bentuk Tubuh

1) Kegemukan Tipe Buah Apel


Pada pria yang mengalami kegemukan tipe buah apel, pada tipe ini
menyimpan lemah dibawah kulit dinding perut dan rongga perut sehingga
gemuk di perut dan mempunyai bentuk tubuh seperti apel (apple type).
2) Kegemukan Tipe Buah Pir
Kelebihan lemak pada perempuan disimpan dibawah kulit bagian daerah
pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperi buah pir (pear type).
9

Kelebihan lemak pada perempuan disimpan di bawah kulit bagian daerah


pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir (pear type).

2.5.2 Tipe Kegemukan Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

1) Kegemukan tipe Hyperplastik


Kegemukan tipe Hyperplastik terjadi karena jumlah sel lemak lebih banyak
dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar.
Kegemukan ini biasa terjadi pada masa anak - anak.
2) Kegemukan tipe Hypertropik
Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar
dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah
banyak dari normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa.
3) Kegemukan tipe Gabungan (tipe Hyperplastik dan Hypertropik)
Kegemukan terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropik
mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel
lemak yang mengalami hypertropik. Kegemukan ini bisa dimulai pada anak-
anak dan berlangsung terus sampai dewasa. Upaya untuk menurunkan berat
badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit
(Mumpuni & Wulandari 2010).

2.6 Gangguan Akibat Obesitas

Seseorang dapat dikatakan mengalami obesitas ketika berat badan seseorang


mencapai 15% lebih berat dari berat badan ideal. Pengelompokan obesitas
diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Obesitas ringan, dengan kelebihan berat badan mencapai 20% hingga


40%.
2) Obesitas sedang, dengan kelebihan berat badan mencapai 41% hingga
100%.
3) Obesitas berat, dengan kelebihan berat badan lebih dari 100%.
10

Obesitas menimbulkan efek yang lebih buruk lagi. Sejumlah masalah


kesehatan yang serius, akibat obesitas yang bisa terjadi, adalah sebagai berikut:

1) Gangguan Otak

Menurut penelitian terbaru, ada sejumlah kasus obesitas yang berbahaya bagi
otak. Seperti yang dilansir dari My Health News Daily, obesitas dapat
mempengaruhi otak seperti berikut ini:

a) Kecanduan makan, sebab menurut penelitian obesitas dapat mengubah


pola makan secara otomatis.
b) Mengubah kinerja sistem imun, Resiko inflamasi meningkat. Kemudian
inflamasi akan mempengaruhi otak dan menghancurkan beberapa bagiannya
sehingga suasana hati mudah berubah hingga sulit untuk menghentikan
kebiasaan makan yang berlebih.

c) Demensia, Berhubungan dengan inflamasi akibat obesitas, dapat


membuat tubuh dan pikiran menjadi gampang stres.

d) Diet yoyo, yakni diet berputar yang mengakibatkan penurunan dan


peningkatan berat badan secara berkelanjutan.

e) Merusak memori, Menurut studi Journal of the American Geriatric


Society, hormon yang diproduksi oleh lemak menyebabkan inflamasi
hingga mempengaruhi bagian kognitif akibatnya membuat seseorang akan
kehilangan ingatan.

2) Penyakit Jantung

Bahaya obesitas dapat memicu terjadinya serangan jantung karena lemak


yang berlebih dapat menutupi pembuluh darah pada jantung menjadi tersumbat.
Jika hal ini terjadi, maka serangan jantungpun dapat terjadi termasuk jantung
koroner.

3 ) Hipertensi

Obesitas memiliki hubungan yang erat dengan penyakit hipertensi atau


tekanan darah tinggi. Hal ini terjadi akibat dari seringnya
mengkonsumsi makanan penyebab darah tunggi, kolesterol dan lemak berlebih
11

yang dapat memicu penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah menjadi
naik. Penyakit hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:

a) Hipertensi primary: tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh gaya hidup
dan faktor lingkungan.
b) Hipertensi secondary: tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh penyakit
yang diderita seperti gagal jantung, gagal ginjal hingga kerusakan sistem
hormon pada tubuh.

4) Gangguan Saluran Pernapasan


Bahaya obesitas menyebabkan gangguan pernafasan, terjadi penimbunan
lemak berlebihan dibawah diafragma dan pada dinding dada menekan paru-paru.
Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernapas. Pada tidur,
gangguan pernapasan ini terjadi hingga menyebabkan pernafasan bisa berhenti
sementara (obstructive sleep apnea).

5) Obesitas
Resiko yang dialami oleh yang menderita obesitas adalah penyakit DM
(diabetes melitus) tipe 2. Pada penderita obesitas, insulin yang dihasilkan oleh
pankreas terganggu oleh komplikasi obesitas hingga tidak dapat bekerja
maksimal untuk sel-sel menyerap glukosa. Kerja insulin tidak efektif, pankreas
berusaha menghasilkan insulin lebih banyak akibatnya kemampuan pankreas
semakin berkurang untuk menghasilkan insulin. Kondisi ini umumnya disebut
resistensi insulin yang merupakan faktor penyebab diabetes tipe 2.

6) Osteoartritis
Saat obesitas, resiko terkena osteoartritis (radangan sendi) semakin rentan.
Bagian tubuh yang mengalaminya bagian leher, tangan, kaki, dan lutut. Terjadi
karena lemak terus tertimbun dalam tubuh menyebabkan beban tubuh semakin
bertambah. Akibatnya, cairan sendi berkurang lebih cepat hingga bagian-bagian
tulang akan saling bergesekan dan rasa nyeripun akan timbul. Tak jarang
robekan-robekan pada tulang rawan sendi terjadi. Walaupun tubuh memiliki
12

sistem yang dapat memperbaikinya, namun jika terus menerus berlangsung,


maka robekan bisa menjadi parah.
7) Stroke

Menurut penelitian, penderita obesitas lebih beresiko terserang stroke


daripada orang yang memiliki ukuran tubuh sedang. Hal ini terjadi karena
penderita obesitas cenderung memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi dan terkena diabetes yang akan memicu terjadinya stroke.

8) Gangguan Kesuburan

Bahaya obesitas bisa mengganggu kesuburan khususnya pada wanita, berat


badan yang berlebih dampak dari obesitas ini, ovarium yang memproduksi sel
telur tidak memungkinkan wanita untuk hamil. Walaupun terjadi pembuahan,
tetapi janin sulit berkembang secara normal hingga keguguran sangat rentan
terjadi. Selain itu, menstruasi tidak teratur akibat ketidakseimbangan hormon
yang dipicu oleh obesitas.

9) Depresi

Depresi merupakan gangguan kesehatan yang bisa disebabkan oleh obesitas.


Kurang percaya diri hingga minder bisa mengakibatkan tekanan-tekanan
emosional terjadi. Kebiasaan buruk seperti lebih sensitif dan mudah marah, salah
satu emosi yang dikeluarkan saat merasa depresi sehingga gampang stres.

10) Bahaya Obesitas Menyebabkan Kanker

Sebuah fakta mengungkapkan bahwa penderita obesitas beresiko terkena


beberapa jenis kanker sebesar 40%. Hormon estrogen yang diproduksi oleh sel
lemak inilah, sebenarnya merupakan salah satu penyebab resiko kanker menjadi
meningkat.

2.7 Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi
badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT mungkin tidak
berkorespondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada
13

sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).

Menurut WHO (2000) dalam sugondo (2006) berat badan dan obesitas dapat
diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu:

Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi IMT

Berat badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5-222,9

Berat badan lebih >23,0

Beresiko 23,0-24,9

Obese I 25,0-29,9

Obese II >30,0

Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria ini
berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa
kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender
yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi
4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa
Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1, 9, 4.6, 3.2 dan
2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia, Hal ini memperlihatkan adanya
nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu.

Indeks massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil
riset telah menunjukan bahwa IMT berkolerasi dengan pengukuran lemak tubuh
secara langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray
absorptiometry (DXA). IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk
untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan
14

untuk sreening berat badan yang dapat mengakibatkan problema kesehatan.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Leptin

Leptin berasal dari Bahasa Yunani yang berarti kurus. Hormon tersebut
pertama kali diidentifikasi pada tahun 1994. Leptin adalah hasil adiposa dan
merupakan anggota adipositokin yang berperan dalam signaling hormon jaringan
adiposa. Leptin disini memiliki peran penting dalam signaling mengatur
homeostasis energi baik bersifat sentral maupun yang bersifat perifer, dapat
mengurangi nafsu makan, serta memengaruhi massa jaringan adiposa dan berat
badan. Kelainan leptin maupun reseptornya dapat menyebabkan seseorang
mengalami obesitas, metabolik sindrom, diabetes dan penyakit kardiovaskuler.
Leptin terdiri atas 167 asam amino yang di hasilkan oleh jaringan adiposa putih
yang berkolerasi dengan jumlah jaringan lemak tubuh leptin disekresikan secara
berkala dan memiliki variasi di jurnal. Pada orang kurus jumlah leptin yang
bersikulasi dalam darah sekitar 5-15 ng/ml. setelah makan dan adanya insulin,
glukokortikoid, endotoksin dan sitoksin, ekspresi leptin akan meningkat
sedangkan pada keadaan lapar dan adanya testosteron, hormon tiroid dan suhu
rendah maka ekspresi leptin menurun.

Selain itu, leptin merupakan hasil dari ekspresi gen Light Emitting Polymers
(LEP) atau gen ob. Gen di kromosom 7 yang terdiri dari tiga ekson dan
dipisahkan oleh dua intron. leptin akan meningkat pada saat simpanan lemak yang
ada dalam tubuh meningkat. jika kadar leptin yang berlebihan menyebabkan
sensitivitas otak terhadap leptin berkurang, maka dapat terjadi gangguan fungsi
pengontrolan nafsu makan dan pengeluaran energi yang disebut resistensi leptin.
Resistensi leptin merupakan salah satu dasar patologi pada kalangan orang
penderita obesitas.
15

Salah satu fungsi dari leptin adalah menyediakan sinyal simpanan energi yang
ada dalam tubuh pada sistem saraf pusat sehingga otak dapat melakukan
penyusaian yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan asupan energi dan
pengeluaran. Kadar leptin menurun dalam 12 jam setelah kelaparan atau selama
puasa dan meningkat setelah beberapa hari mengkonsumsi banyak makanan.
Sebagai kontrol terhadap keseimbangan energi pada manusia, leptin merupakan
hormon anti obesitas yang didasarkan pada hipotesis bahwa kadar leptin yang
tinggi akan mencegah terjadinya obesitas (Bravo et al 2006). Namun hal ini tidak
terjadi, sebagian besar orang yang mengalami obesitas memiliki kadar leptin yang
tinggi, namun tidak merangsang hilangnya massa lemak yang diharapkan (Myers,
2008; Oswal, 2010).

Kadar leptin dipengaruhi oleh jumlah lemak dalam tubuh manusia, sehingga
kenaikan berat badan, jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin, masa pubertal
dan testosterone. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa orang yang
mempunyai berat badan berlebih biasanya mempunyai kadar leptin yang
meningkat. Produksi leptin pada orang obesitas lebih banyak 2 kali lipat per gram,
karena sel lemak pada oobesitas (aldhiana, 2015)

Mekanisme terjadinya resistensi leptin dengan adanya mutasi genetik, self-


regulation, jaringan yang terbatas dan faktor di sirkulasi. Pada konteks obesitas
dan penyakit, resistensi leptin perubahan sinyal isoform panjang reseptor leptin
khususnya pada nukleus arkuata hipotalamus yang menggunakan peran dari
krusial dalam terjadinya leptin. Mekanisme tambahan lainnya yang dapat
menyebabkan resistensi adalah perubahan pada transpor leptin melewati sawar
darah otak. Kosentrasi leptin di dalam sirkulasi sebagai hasil peningkatan massa
lemak tubuh berhubungan dengan perubahan ekspresi beberapa molekul yang
merusak sinyal leptin. Salah satu mekanisme potensial leptin melalui
penghambatan sinyal isoform panjang reseptor adalah protein tirosin fosfate 1B.

Leptin berikatan pada reseptor leptin spesifik (ObRs) yang terekspesi pada
otak dan di jaringan perifer yang menggerakkan beberapa isoform ObRs. Isoform
16

ObRs (Isoform pendek reseptor reseptor leptin ) juga berperan penting dalam
transpor leptin saat melewati sawar darah otak (blood-brain barrier). Memidiasi
transduksi sinyal dan terekspresi kuat di hipotalamus, yang merupakan suatu
tempat penting untuk pengaturan terletak dominan ada pada bagian hipotalamus
namun tidak banyak di jaringan lainnya, sementara dalam bentuk pendek lainnya
berada diseluruh tubuh lainnya seperti di organ ginjal dan paru - paru.

Hormon leptin diproduksi oleh sel-sel lemak kemudian disekresikan kedalam


aliran darah kita. Karena dengan efeknya yang mempengaruhi pusat-pusat tertentu
pada otak, hormon leptin dapat menurunkan nafsu makan seseorang. Hormon
leptin juga bertugas mengontrol tubuh dalam mengelola lemak karena leptin
diproduksi oleh lemak, pada orang yang obesitas kadar leptin cenderung lebih
tinggi dari orang yang memiliki berat badan normal. Meskipun memiliki kadar
hormon leptin lebih tingggi, orang-orang yang obesitas tidak lagi sensitif terhadap
efek leptin itu sendiri, dan akibatnya adalah mereka cenderung sulit merasa
kenyang bahkan ketika setelah makan.

Tingkat serum leptin meningkatkan pada obesitas sebanding dengan jumlah


lemak tubuh. Gender dan distribusi lemak ke dalam adiposa subkutan atau
visceral depot jaringan berkontribusi leptin serum lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki dari setara massa lemak. Leptin serum beredar dalam
plasma dalam hubungan dengan protein terdiri dari domain ekstraseluler resptor
leptin mengikat. Lonjakan postprandial insulin dan glukosa merangsang sintesis
leptin dan pola diurnal di leptin serum. Biosintesis Hexosamine dan ukuran
adiposit berkontribusi sintesis leptin yang lebih besar dalam adiposit dari subyek
obesitas. Leptin resistensi menggambarkan ketidakmampuan leptin untuk
mengurangi asupan makanan dan penurunan berat badan pada subyek obesitas
dengan kadar leptin meningkat. Leptin selektif hasil perlawanan di beberapa
sistem yang tersisa responsif leptin terhadap obesitas meningkat.
17

Intake dari makanan akan memicu pelepasan leptin dari jaringan adiposa.
Lemak yang berasal dari makanan yang masuk kedalam tubuh akan
diabsorpsi oleh saluran pencernaan, sehingga kadar lemak dalam serum
akan meningkat. Peningkatan dari kadar leptin ini terjadi seiring dengan
meningkatnya kadar lemak serum (karena makanan).

Kemudian leptin juga akan menimbulkan dampak: Lemak


serum akan tersimpan di jaringan adiposa (lemak) sehingga
terbentuklah triasilgliserol

Leptin akan mengirim signal ke otak


(hypothalamus) tentang cadangan energi
dijaringan adiposa yang meningkat.

Hipothalamus akan mengirim signal


rasa kenyang

Nafsu makan orang akan


turun karena merasa kenyang

Makanan yang dikonsumsi


sedikit sehingga berat badan
menurun
18

Studi terakhir, Rosenbaurn et al. menemukan suatu konsep bahwa leptin


merupakan critical sign untuk suatu perubahan metabolik yang diinduksi dengan
pembatasan kalori pada manusia. Hipotesis terkini mengatakan penurunan kadar
leptin pada masa pengurangan berat badan akan mengurangi energy expenditure
dan merangsang kenaikan berat badan kembali. Percobaan pada tikus
menunjukkan bahwa leptin di transport kedalam otak, berikatan dengan
reseptornya didalam hypothalamus, dan mengaktifkan JAK-STAT, dan mengarah
ke penekanan kadar “orexigenic peptides” (misalnya Neuropeptide Y dan agouti-
related protein, dimana pada keadaan normal meningkatkan asupan makanan), dan
meningkatkan kadar “anorexigenic peptides” (misalnya proopiomelanocortin dan
corticotrophin-releasing hormone, pada keadaan normal mengurangi asupan
makanan).

Pada percobaan tikus yang obesitas (ob gene), ketiadaan leptin pada tikus
yang obesitas berhubungan dengan hiperfagia dan severe obesitas. Dari hasil
penelitian mendapatkan kesimpulan bahwa kadar leptin yang menurun
berhubungan dengan peningkatan nafsu makan pada tikus. Namun, hasil
penelitian ini menimbulkan suatu pertanyaan bagi leptin yang disini sebagai anti
obesitas hormon, karena pada obesitas ditemukan kadar leptin yang tinggi.
Ditambah lagi pada percobaan tikus dan manusia yang obesitas dengan diet tinggi
lemak didapatkan tidak berespon pada leptin.

Defisiensi leptin dapat mengakibatkan penambahan berat badan kembali


dengan menstimulasi nafsu makan dan mengurangi energi output. Kemampuan
leptin untuk memutar balikkan kerja dari otak menunjukkan bahwa leptin atau
obat yang menstimulasi leptin dapat memfasilitasi pengurangan berat badan.
Salah satu obat sebagai pengganti leptin yang berefek sebagai obat penurun berat
badan, sibutramine, menurunkan asupan makanan dan menstimulasi oksidasi
asam lemak.

Kegemukan atau obesitas adalah kelebihan berat badan karena adanya


penimbunan lemak yang berlebihan. Tidak semua orang bisa kelebihan berat
19

badan, sementara lainnya cepat sekali mengalami pertambahan berat. Adanya


hubungan antara hubungan obesitas dengan gen, khususnya yang berkaitan
dengan nafsu makan. Seorang obesitas akan mewariskan sifat tersebut kepada
keturunannya. Peran perawat dengan banyaknya pasien mengalami obesitas maka
perawat yaitu dengan cara menyarankan kepada pasien untuk melakukan program
diet. Program ini dapat membantu pasien dalam hal mengatur masukan kalori
dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi dampak dan bahaya dari obesitas
tersebut.

Peran perawat lainnya dalam hal ini, berbagai upaya dapat dilakukan
misalnya sebagai konselor disini perawat sebagai wadah atau tempat berkonsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yg sesuai untuk diberikan. Peran ini
dilakukan dengan adanya permintaan klien terhadap informasi mengenai tujuan
pelayanan keperawatan yg diberikan. Selanjutnya perawat juga dapat menjadi
edukator disini perawat membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yg diberikan, tujuan untuk nantinya
terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dan
perawat juga dapat berkolaborasi dengan profesi lainnya dalam menangani kasus
obesitas, Peran ini dilakukan lantaran perawat bekerja melalui tim kesehatan yg
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain. Berusaha mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yg diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai