Anda di halaman 1dari 8

ARSITEKTUR TROPIS KEPULAUAN

REVIEW JURNAL
Pembangunan di Lingkungan Kepulauan, serta Resiko Dan Ancamannya

OLEH :
Aldi Pramesti
D051191054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Pembangunan di Lingkungan Kepulauan, serta Resiko Dan Ancamannya

Pembangunan adalah suatu proses, upaya, dan tindakan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Sedangkan Daerah Kepulauan adalah Daerah Kepulauan adalah daerah
yang memiliki karekteristik secara geografis dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang
didalamnya terdapat pulau-pulau yang membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu
kesatuan geografis dan sosial budaya

Pada dasarnya provinsi-provinsi yang memiliki karakteristik sebagai suatu Daerah


Kepulauan belum mendapat perhatian dari sudut kekhususan dan keragaman daerah, sehingga
dapat menjadi satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus. Secara yuridis normatif,
pengakuan dan penghormatan Negara terhadap satuan pemerintahan yang bersifat khusus,
belum dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan maupun praktek penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan maupun pelayanan masyarakat. Oleh karena itu,
perlu adanya pengaturan hukum melalui undang-undang terhadap Daerah-Daerah Kepulauan
menjadi satuan pemerintahan yang bersifat khusus, sehingga sehingga dapat memacu
pertumbuhan dalam dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat.

Secara geografis, daerah-daerah di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga


karakteristik, yaitu

1. daerah dengan karakteristik terestrial atau daerah continental


2. daerah dengan karakteristik terestrial akuatik dimana wilayah darat lebih besar
dari wilayah laut
3. daerah akuatik terestrial dimana wilayah laut lebih besar dari wilayah darat atau
Daerah Kepulauan.

Karakteristik geografis dari daerah-daerah ini perlu mendapat perhatian dalam


kebijakan Pemerintah sehingga adanya melalui pemerataan pembangunan secara proporsional.
Dalam konteks ini, pelaksanaan pemerataan dan percepatan pembangunan daerah di seluruh
wilayah Negara, hanya dapat dilakukan atas dasar pembedaan perlakuan berdasarkan
karakteristik wilayah yang berkeadilan dan berkepastian hukum.

Pembedaan perlakuan berdasarkan karakteristik Daerah Kepulauan dilakukan melalui


pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah Kepulauan
terutama untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam laut bagi kepentingan
pembangunan Daerah Kepulauan. Untuk dapat memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab melalui kebijakan yang sepenuhnya memperhatikan kekhususan Daerah
Kepulauan, maka dipandang perlu mengatur Daerah Kepulauan dengan undang-undang.
Perlunya pengaturan Daerah Kepulauan dalam undang-undang dilakukan, mengingat Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah setelah
dievaluasi, dipandang belum menampung sepenuhnya kekhususan Daerah Kepulauan yang
dapat diperlakukan sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus.

Pembangunan Wilayah Kepulauan sangat diperlukan untuk mewujudkan konsep Poros


Maritim. Akan tetapi perlu diperhatikan nomenklatur ‘kepulauan’ agar tidak menyalahi
implikasi hukum ‘kepulauan’ secara internasional. Poros maritim menekankan pada
pembangunan konektivitas antar pulau di Indonesia sebagai negara kepulauan. Guna
mewujudkan konektivitas antar pulau tersebut dibutuhkan dukungan dana untuk pembangunan
sarana dan prasarana yang berkaitan dengan transportasi laut. Dengan segala keterbatasan yang
ada di daerah kepulauan maka masih dibutuhkan alokasi dana dari pusat. Dikarenakan prinsip
kepulauan menekankan pada kesatuan wilayah daratan dan lautan, maka dalam alokasi dana
dari pusat ke daerah kepulauan harus mempertimbangkan luas wilayah yang juga termasuk luas
wilayah lautan bukan hanya daratan. Hal ini harus dituangkan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan serta peraturan daerah dengan wilayah kepulauan. Selanjutnya,
dibutuhkan pengembalian mindset masyarakat Indonesia ke kelautan serta harmonisasi aturan
dan kelembagaan dalam mewujudkan ‘poros maritim’ dalam perspektif negara kepulauan.

Percepatan Pembangunan Daerah Kepulauan adalah proses, upaya dan tindakan,


keberpihakan dan pemberdayaan yang dilakukan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Daerah Kepulauan.

Pembangunan daerah kepulauan merupakan bagian integritas dari pembangunan


nasional. Namun, melihat permasalahan yang menonjol di daerah kepulauan seperti belum
adanya regulasi yang mendasari pembangunan daerah kepulauan, keterbatasan infrastuktur dan
perhubungan yang menyatukan kegiatan ekonomi pulau-pulau besar dan kecil serta
keterbatasan pengelolaan pemberdayaan sumber daya alam, perlu dilakukan percepatan
pembangun. Pembangunan daerah kepulauan diharapkan dapat memberi manfaat langsung
maupun tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat dan untuk mengurangi kesenjangan
pembangunan antar daerah. Tulisan ini membahas tentang kebijakan yang harus diambil
pemerintah dalam mempercepat pembangunan daerah kepulauan di Indonesia.

Asas kepastian hukum diperlukan untuk menjamin kepastian hukum yang mengatur
pengelolaan sumber daya Daerah Kepulauan secara jelas dan dapat dimengerti dan ditaati oleh
semua pemangku kepentingan serta keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme atau cara
yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak memarjinalkan masyarakat Daerah Kepulauan.
Daerah Kepulauan dikelola dan dimanfaatkan berdasarkan asas:

a. Kepastian hukum
b. demokrasi ekonomi
Asas demokrasi ekonomi adalah sistem perekonomian berdasarkan kedaulatan rakyat
demi terwujudnya kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Keberlanjutan
Asas keberlanjutan diterapkan agar :
1. pemanfaatan sumber daya tidak melebihi kemampuan regenerasi sumber daya
hayati atau laju inovasi substitusi sumber daya nonhayati Daerah Kepulauan
2. pemanfaatan Sumber Daya Daerah Kepulauan saat ini tidak boleh mengorbankan
(kualitas dan kuantitas) kebutuhan generasi yang akan datang atas sumber daya
Daerah Kepulauan
3. pemanfaatan sumber daya yang belum diketahui dampaknya harus dilakukan
secara hati-hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.
d. Keterpaduan
Asas keterpaduan dikembangkan dengan
1. Mengintegrasikan kebijakan dengan perencanaan berbagai sektor pemerintahan
secara horizontal dan secara vertikal antara pemerintah dan pemerintah daerah
2. Mengintegrasikan ekosistem darat dengan ekosistem laut berdasarkan masukan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu proses
pengambilan putusan dalam Pengelolaan Daerah Kepulauan.
e. partisipasi masyarakat
Asas peran serta masyarakat dimaksudkan
1. Agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai peran dalam
perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap pengawasan dan pengendalian
2. Memiliki informasi yang terbuka untuk mengetahui kebijaksanaan pemerintah
dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil
3. Menjamin adanya representasi suara masyarakat dalam keputusan tersebut
4. Memanfaatkan sumber daya tersebut secara adil.
f. Keterbukaan
Asas keterbukaan adalah adanya keterbukaan bagi masyarakat untuk memperoleh
informasi.
g. Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah kepada
pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di bidang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau kecil.
h. Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan ”asas akuntabilitas” adalah pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
i. keadilan.
Yang dimaksud dengan ”asas keadilan adalah asas yang berpegang pada kebenaran, tidak
berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang dalam pemanfaatan sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

Ruang lingkup Percepatan Pembangunan Daerah Kepulauan mencakup kriteria


Daerah Kepulauan, kewenangan dan kewajiban, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya.
Sedangkan Daerah Kepulauan sendiri memiliki kriteria sebagai berikut:

a. sebagian besar wilayahnya merupakan kepulauan


b. wilayah laut lebih luas dari wilayah darat
c. pulau-pulau dan/atau bagian pulau yang membentuk gugusan pulau dan menjadi satu
kesatuan geografi, ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Pemerintah dan pemerintahan Daerah Kepulauan harus memanfaatkan nilai budaya,


kearifan lokal, dan adat istiadat dari masyarakat Daerah Kepulauan sebagai dasar
pembentukan kebijakan pembangunan Daerah Kepulauan. Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah Kepulauan harus mengatur secara proporsional pengembangan struktur
kependudukan, perbaikan terhadap daerah yang terisolasi, dan sosial masyarakat Daerah
Kepulauan serta memantapkan budaya pembangunan Daerah Kepulauan. Dan Pemerintahan
Daerah Kepulauan diberikan kewenangan untuk melakukan pembangunan tata hukum
Daerah Kepulauan yang didasarkan pada nilai-nilai hukum adat di masyarakat Daerah
Kepulauan dan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah Kepulauan mewujudkan, menumbuhkan, dan


meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab masyarakat Daerah Kepulauan dalam upaya
partisipasi masyarakat, dalam:

a. perencanaan pembangunan Daerah Kepulauan


b. pelaksanaan pembangunan Daerah Kepulauan
c. pengambilan keputusan
d. pelaksanaan evaluasi
e. kemitraan antarmasyarakat, swasta, dan Pemerintah/Pemerintah Daerah
Kepulauan
f. pengembangan dan penerapan kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup
g. pemanfaatan dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan
h. penyediaan dan penyebarluasan informasi lingkungan.
i. Perencanaan Pembangunan Daerah Kepulauan.
Untuk mendukung pembangunan daerah kepulauan diperlukan perencanaan yang
matang dengan melihat berbagai permasalahan di daerah kepulauan berupa terbatasnya
infrastruktur dan sarana perhubungan laut dan udara. Penyediaan infrastruktur dan sarana
perhubungan tersebut diperlukan untuk dapat membuka akses pengembangan ekonomi
pendukung logistik, pemberdayaan masyarakat dan dapat meningkatkan mobilitas penduduk
antar pulau dan untuk membuka keterisolasian masyarakat. Peran pemerintah pusat maupun
daerah yang didukung oleh para investor diperlukan dalam perencanaan pembangunan di
daerah tersebut dengan fasilitas yang memadai agar berdampak positif pada terwujudnya
dinamika ekonomi perdagangan antar pulau, dan menjadi daya tarik pemukim untuk bergiat
dan bertempat tinggal di daerah kepulauan. Selain itu perencanaan pembangunan infrastruktur
dan sarana perhubungan dapat juga memacu kegiatan industri perdagangan, perhubungan, dan
telekomunikasi serta industri kelautan dan perikanan lainnya. Pembangunan infrastruktur dan
sarana perhubungan meliputi transportasi laut, dermaga, telekomunikasi dapat mempermudah
penduduk setempat untuk berinteraksi antar pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang
berdekatan dan dapat memperlancar kegiatan wisata bahari di pulau-pulau tersebut.
Peningkatan sentra-sentra ekonomi dan perdagangan yang disesuaikan dengan kemampuan
daerah kepulauan terutama yang berpotensi, perencanaan pengembangan investasi di daerah
kepulauan, antara lain perikanan tangkap dan budi daya, pertambangan, pariwisata bahari, jasa
angkutan, industri maritim dan jasa kelautan lainnya.

Secara umum terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan daerah
kepulauan14. Pertama, sebagian besar pulau-pulau merupakan daerah kawasan tertinggal dan
banyak yang tidak berpenghuni. Kedua, keterbatasan pelayanan administrasi pemerintahan,
pemberdayaan ekonomi dan sosial budaya, sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi,
termasuk transportasi laut yang menghubungkan antarpulau kecil dan pulau besarnya. Ketiga,
terjadinya kegiatan ilegal dan penyelundupan, kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan
dan berpotensi mengancam stabilitas keamanan. Disisi lain, potensi daerah kepulauan kecil
sangat tinggi baik dari segi ekonomi, sosial, politik dan pertahanan keamanan Indonesia,
terutama pulau-pulau kecil yang berada di wilaah perbatasan. Yang menjadi permasalahan
selama ini adalah minimnya upaya promosi potensi pembangunan di pulau-pulau kecil.
Keempat, terbatasannya peralatan, frekuensi dan tenaga keamanan di laut. Kelima, pasokan
listrik yang belum memadai.

Keenam muncul akibat besarnya potensi sumber daya yang ada di laut adalah isu
kewenangan pengelolaan wilayah laut yang menjadi perhatian serius dari berbagai stakeholder.
Mereka beranggapan bahwa dengan dilaksanakannya desentralisasi maka kewenangan
pengelolaan sumber daya kelautan yang ada dalam ruang lingkup wilayahnya mutlak berada
di tangan daerah tersebut tanpa memperhatikan kepentingan-kepentingan daerah sekitar dan
terlebihlebih kepentingan pemerintah pusat.
DAFTAR PUSTAKA

pembahasan_RUU_TENTANG_PERCEPATAN_PEMBANGUNAN___DAERAH_
KEPULAUAN.pdf (dpr.go.id)

https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/pembahasan_RUU_TENTANG_PERCEPAT
AN_PEMBANGUNAN___DAERAH_KEPULAUAN.pdf#:~:text=Percepatan%20Pembang
unan%20Daerah%20Kepulauan%20adalah%20proses%2C%20upaya%20dan,untuk%20meni
ngkatkan%20kualitas%20hidup%20masyarakat%20di%20Daerah%20Kepulauan.
PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN BERLANDASKAN POROS MARITIM
DALAM PERSPEKTIF NEGARA KEPULAUAN: TANTANGAN DAN PELUANG
PERIMBANGAN KEUANGAN DAERAH | Puspitawati | Bina Hukum Lingkungan (bhl-jurnal.or.id)

Pembangunan Daerah Kepulauan untuk Kesejahteraan Rakyat | Jurnal Kajian


Lemhannas RI

Anda mungkin juga menyukai