Anda di halaman 1dari 7

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

ANGKA KEJADIAN STOMATITIS APTHOSA REKUREN (SAR)


DITINJAU DARI FAKTOR ETIOLOGI DI RSGMP FK UNSRAT
TAHUN 2014

1
I Made A. Yogasedana
2
Ni Wayan Mariati
2
Michael A.Leman

1
Kandidat Skripsi ProgramStudi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: yogasedanaace@gmail.com

Abstract: Stomatitis is an inflammattory process of the mucous lining of any structure in the
oral cavity, such as the cheeks, gums (gingivitis), tongue (glossitis), lips, and the roof or floor
of the cavity. Inflammation can be caused by several conditions in the mouth (such as poor
oral hygiene, poor tooth arrangement), mouth injuries due to hot food or drink, or by
conditions that affect the whole body (such as medications, allergic reactions, or infections).
This study aimed to obtain the prevalence of patients suffering from recurrent stomatitis
apthosa in RSGMP FK UNSRAT in 2014. This was a retrospective descriptive study. There
were 69 samples categorized according to gender, age, type of treatment, and etiology of the
disease. The results showed that stomatitis recurrent apthosa was most common in women
with predisposing factors, as follows: trauma (53%), stress (21.7%), hormonal imbalance
(17.3%), genetic (11.5%), and allergy (1.1% ).
Keywords: stomatitis recurrent apthosa, etiology

Abstrak: Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur apa pun pada mulut; seperti
pipi, gusi (gingivitis), lidah (glositis) bibir, dan atap atau dasar mulut. Kata stomatitis sendiri
berarti inflamasi pada mulut. Inflamasi dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri
(seperti oral higiene yang buruk, susunan gigi yang buruk), cedera mulut akibat makanan atau
minuman panas, atau oleh kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (seperti obat-obatan,
reaksialergi, atau infeksi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien yang
menderita stomatitis apthosa rekuren yang ditangani di RSGMP FK UNSRAT pada tahun
2014. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif. Terdapat 69 sampel yang dikategorikan sesuai
jenis kelamin, usia, jenis perawatan dan etiologi penyakit. Hasil penelitian menunjukkan
kejadian stomatitis apthous rekuren terdistribusi sebagai berikut: paling banyak terjadi pada
perempuan dengan faktor predisposisi: trauma (53%), stres (21,7%), ketidakseimbangan
hormonal (17,3%), genetik (11,5%), alergi (1,1%).
Kata kunci: stomatitis apthosa rekuren, etiologi

Banyak orang yang kurang memelihara serta terjadinya Sariawan. Sariawan secara
atau mempedulikan penampilan serta medis dapat didefinisikan inflamasi lapisan
kebersihan mulut mereka karena kesibukan mukosa dari struktur pada mulut; seperti
dan rutinitas sehari-hari. Hal ini dapat pipi, gusi (gingivitis), lidah (glositis) bibir,
berpengaruh menurunkan daya tahan tubuh dan atap atau dasar mulut dengan kata lain
278
Yogasedana, Mariati, Leman: Angka kejadian stomatitis...

Stomatitis. Stomatitis sendiri berarti BAHAN DAN METODE PENELITIAN


inflamasi pada mulut. Inflamasi ini dapat Jenis penelitian ini deskriptif
disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri retrospektif yang bertujuan untuk
(seperti susunan gigi yang buruk), cedera menggambarkan mengenai angka kejadian
mulut akibat makanan atau minuman SAR ditinjau dari faktor etiologi di
panas, atau oleh kondisi yang memengaruhi RSGMP FK Unsrat Tahun 2014. Penelitian
seluruh tubuh (seperti obat-obatan, reaksi ini menggunakan rekam medik RSGMP FK
alergi, atau infeksi).1,2 Unsrat tahun 2014. Populasi penelitian
Seorang pasien dengan keluhan ialah seluruh rekam medik umum tentang
penyakit ini merasa nyeri yang sangat SAR di RSGMP FK UNSRAT. Jumlah
dalam dan kadang-kadang merasa terbakar. sampel dalam penelitian ini sama dengan
Stomatitis juga didefinisikan sebagai jumlah seluruh populasi (total sampling)
inflamasi lapisan struktur jaringan lunak dan dikategorikan berdasarkan karakteristik
pada mulut dengan tanda kemerahan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan faktor
pembengkakan, dan kadang-kadang etiologi.
perdarahan dari daerah yang terkena. Bau Variabel penelitian ialah SAR, biasa-
mulut (halitosis) juga mungkin menyertai nya berupa ulser putih kekuningan tunggal
keadaan ini. Stomatitis terjadi pada semua maupun lebih dari satu dan faktor etiologi
kelompok umur, dari bayi hingga dewasa terdiri dari pasta gigi dan obat kumur
tua.2 Sodium Lauryl Sulphate (SLS), trauma,
Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) genetik, gangguan immunologi, alergi dan
adalah jenis yang lebih spesifik dari sensitifitas, stres, merokok, infeksi bakteri,
stomatitis, muncul dengan ulkus yang penyakit sistemik, dan obat-obatan.
dangkal dan nyeri yang biasanya ada di
bibir, pipi, gusi, atap atau dasar mulut. HASIL PENELITIAN
Rentang diameter ulkus ini dari bintik kecil Karakteritik subjek penelitian
hingga 1 inchi (2,5 cm) atau lebih.1 dikategorikan berdasarkan jenis kelamin,
Walaupun penyebab SAR tidak diketahui, menunjukkan subjek penelitian berjumlah
yang diduga adalah defisiensi nutrisi, 69 orang yang terdiri dari 39 orang (56%)
khususnya vitamin B12, folat, atau besi. berjenis kelamin perempuan dan 30 orang
Stomatitis generalisata atau stomatitis (44%) berjenis kelamin laki-laki.
kontak dapat terjadi akibat penggunaan Karakteristik menurut usia, menunjukkan
berlebihan dari alkohol, merica, makanan bahwa 20 sampel (29%) berusia ≤20 tahun,
panas, atau produk tembakau. Sensitivitas 32 sampel (46.4%) berusia antara 21-30
terhadap obat kumur, pasta gigi, dan lipstik, tahun, 6 sampel (8,6%) berusia antara 31-
dapat mengiritasi lapisan mulut. Paparan 40 tahun, 7 sampel (10%) berusia antara
terhadap logam berat, seperti merkuri, 41-50 tahun, 4 sampel (6%) berusia antara
timah, bismut, dapat menyebabkan 51-60 tahun, dan tidak ditemukan sampel
stomatitis.2 berusia ≥60 tahun. Ini menunjukan
Mahasiswa program studi pendidikan penyakit Stomatitis jarang terjadi pada usia
dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi diatas 60.
dapat dikatakan memiliki tingkat Dari 69 sampel, seluruhnya mengalami
pemahaman yang lebih yang baik karena lesi yang diduga SAR. Dari penelitian ini
lebih banyak mendapatkan pengetahuan didapatkan hasil angka kejadian lesi yang
tentang ilmu-ilmu kedokteran gigi dan diduga sebagai SAR pada RSGMP FK
dianggap sudah mampu untuk menangani UNSRAT sebesar 100%.
kasus SAR.3

279
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

Tabel 1. Berdasarkan jenis perawatan dan jenis kelamin

Perempuan Laki-laki Total


Jenis Perawatan
n % n % n %
Aplikasi Kenalog 20 51,3 21 70 41 59.4
Dental Health Education 18 46,1 9 30 27 39,2
Obat-obat lain 1 2,56 0 0 1 1,4
Total 39 100 30 100 69 100

Tabel 2. Faktor Etiologi Lesi yang diduga sebagai SAR

Tak ada
SAR Total
Faktor Etiologi keluhan SAR
n % n % n %
Trauma 37 53,3 32 46,7 69 100
Keseimbangan
12 17,3 39 56,5 69 100
Hormonal
Genetik 8 11,5 34 49,2 69 100
Stress 15 21,7 30 43,4 69 100
Alergi 1 2,2 68 97,8 69 100

BAHASAN Jumlah sampel laki-laki dan


Hasil penelitian ini mendukung teori perempuan tidak sama besar, namun
yang mengatakan bahwa angka prevalensi berdasarkan penghitungan persentase dari
SAR sekitar 5 sampai 66 % dari populasi jumlah sampel rekam medik yang diambil
penduduk dunia dengan rata-rata 20 %.2 menerangkan bahwa sebanyak 39 sampel
Kelebihan 44% dari kisaran tertinggi perempuan yang terlibat dalam penelitian
prevalensi populasipenduduk dunia dapat ini, seluruhnya mengalami lesi yang
terjadi karena berbagai faktor. Hal ini juga diduga sebagai SAR, sehingga persentase
ditegaskan dengan Literatur yang pada sampel perempuan dalam penelitian
mengatakan bahwa prevalensi SAR ini sebesar 56% dan 44% sampel laki-laki
tergantung pada daerah yang diteliti.2 Hal yang terlibat dalam penelitian ini,
tersebut menjadi salah satu faktoryang keseluruhannya menderita penyakit SAR
menyebabkan adanya kelebihanpersentase dan memeriksakan penyakit ini ke RSGMP
pada angka kejadian dari hasilpenelitian FK Unsrat.
ini dibandingkan dengan kisaran prevalensi Seperti yang telah di dapatkan hasil yg
populasi penduduk dunia. Sampel yang persentase kejadian SAR lebih banyak
pernah mengalami lesiyang diduga dialami perempuan dengan persentase
sebagai SAR lebih banyak daripada yang sebesar 56%. Dapat dilihat bahwa dalam
tidak pernah mengalami lesiyang diduga penelitian ini, angka kejadian lesi yang
sebagai SAR. Hasil penelitian tersebut diduga sebagai SAR lebih tinggi dialami
membuktikan teori yang menyebutkan oleh perempuan dari pada laki-laki. Dari
bahwa SAR merupakan penyakit mulut hasil di atas maka penelitian ini
yang paling banyak dialami oleh populasi mendukung literatur-literatur dan penelitian
manusia dan sering ditemukan oleh dari Jonas dan Mason yang menyatakan
klinisi. Sampai saat ini SAR masih bahwa SAR lebih sering dialami oleh
merupakan penyakit mulut yang paling perempuan dibandingkan laki-laki.4,5,6
sering dialami oleh manusia sepanjang Tingginya angka kejadian SAR pada
hidupnya. perempuan sering dihubungkan dengan
280
Yogasedana, Mariati, Leman: Angka kejadian stomatitis...

faktor etiologi ketidakseimbangan rongga mulutnya muncul setelah mengala-


hormonal yang lebih sering dialami oleh mi trauma dalam rongga mulut. Trauma
wanita pada siklus menstruasinya. Pada yang sering dialami yaitu trauma karena
penelitian ini terdapat 12 sampel yang terbentur sikat gigi saat menyikat gigi dan
mengalami SAR pada siklus menstruasi- tidak sengaja tergigit bagian tertentu dari
nya. Jumlah tersebut hanya 17,3% dari mukosa mulut.4
jumlah sampel perempuan yang pernah Hasil penelitian ini sesuai dengan
mengalami SAR. Hal inilah yang bisa literatur yang menyatakan bahwa sering
menyebabkan SAR lebih banyak dialami dilaporkan munculnya SAR pada daerah
oleh sampel perempuan dalam penelitian yang mengalami trauma karena tergigit
ini. Faktor etiologi stres yang merupakan dan terbentur sikat gigi.4,8 20 orang (29%)
faktor etiologi tertinggi kedua dalam sampel dalam penelitian ini yang
penelitian ini dialami oleh sebagaian besar menggunakan alat ortodontik (kawat
sampel baik perempuan sehingga dapat gigi) jarang mengalami lesi yang diduga
menyebabkan tingginya angka kejadian sebagai SAR namun lebih sering
lesi yang diduga sebagai SAR pada mengalami ulser traumatik, seperti yang
sampel perempuan.7 dinyatakan dalam literatur bahwa
Berdasarkan usia, sampel dengan pengguna alat ortodontik (kawat gigi)
usia antara 21-30 tahun paling banyak dapat mengalami ulser traumatik akibat alat
pernah mengalami lesi yang diduga yang digunakan.8
sebagai SAR, yaitu sebanyak 32 sampel Tingginya angka kejadian lesi SAR ini
(46,4%) dari dari keseluhan sampel yang berdasarkan faktor etiologi trauma
terlibat dalam penelitian. Sampel yang disebabkan karena gejala gejala awal
paling sedikit pernah mengalami lesi seperti tergigit dan terbentur yang seolah-
yang diduga sebagai SAR yaitu sampel olah menusuk mukosa mulut dan langsung
yang berusia 50-60 tahun. Dari 69 disertai oleh munculnya ulser pada daerah
sampel berusia <20 tahun yang terlibat yang trauma. Proses menjadi ulser yang
dalam penelitian ini, hanya 4 sampel berlangsung cepat dari trauma menjadi lesi
(6%) yang pernah mengalami lesi yang yang diduga sebagai SAR yang membuat
diduga sebagai SAR. Hasil penelitian ini sampel menduga bahwa faktor etiologi
sesuai dengan literatur yang menyatakan trauma yang mengakibatkan munculnya
bahwa munculnya ulser SAR akan lesi SAR yang dialaminya. Diasumsikan
meningkat seiring dengan pertambahan juga bahwa setiap terjadi trauma maka akan
usia selama dekade ketiga kehidupan (21 menimbulkan luka. Hal ini memperkuat
sampai 30 tahun).5 lagi anggapan bahwa faktor etiologi trauma
Penelitian ini menunjukkan bahwa yang menyebabkan SAR yang dialami
faktor etiologi dari SAR yang dialami oleh pasien tersebut.9 Rongga mulut
oleh sampel bukan hanya satu faktor merupakan cermin yang baik untuk
saja, tapi juga oleh beberapa faktor merefleksikan keadaan sistemik seseorang.
etiologi yang memicu terjadinya lesi Keadaan sistemik yang tidak normal dapat
yang diduga sebagai SAR yang dialami tercermin pada rongga mulut dengan
sampel selama hidupnya. Dalam penelitian manifestasi berbagai lesi yang dapat
ini, faktor etiologi trauma merupakan muncul pada rongga mulut. Kadar hormon
faktor etiologi yang paling banyak didalam tubuh yang tidak seimbang atau
mengakibatkan lesi yang diduga sebagai mengalami fluktuasi merupakan salah satu
SAR yang dialami oleh sampel. kondisi sistemik yang dapat tercermin
Dari 69 sampel, sebanyak 37 sampel dalam rongga mulut. Lesi yang
(53,3%) mengaku bahwa lesi yang bermanifestasi dalam rongga mulut saat
diduga sebagai SAR yang dialami pada kadar hormon dalam tubuh tidak seimbang

281
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

yaitu SAR. Hormon-hormon yang tidak SAR yang muncul pertama kali saat
seimbang yang dimaksud dalam penelitian kanak-kanak dan adanya riwayat SAR
ini yaitu hormon estrogen dan progesteron.7 dari orang tua merupakan ciriciri dari
Ketidakseimbangan hormonal yang SAR yang dipicu oleh faktor etiologi
juga diduga menjadi faktor etiologi lesi genetik. Dalam literatur disebutkan bahwa
yang diduga sebagai SAR dialami oleh 9 SAR yang dialami oleh orang tua akan
sampel perempuan. Faktor etiologi diturunkan kepada anaknya. Saudara
ketidakseimbangan hormonal yang kandung yang mengalami SAR juga
dimaksud dalam penelitian ini yaitu merupakan dampak dari SAR yang
perubahan hormon progesteron dan dialami oleh orang tua yang diturunkan
estrogen saat siklus menstruasi. Itulah kepada anaknya.8 Adanya hubungan antara
alasan mengapa faktor etiologi ketidak- riwayat SAR dari orang tua yang memicu
seimbangan hormonal hanya diteliti pada SAR yang dialami anak-anaknya telah
sampel perempuan.7 Dari 39 sampel dibuktikan menggunakan Human
perempuan yang pernah mengalami lesi Leukocyte Antigen (HLA) namun sampai
yang diduga sebagaiSAR, terdapat 12 saat ini hal tersebut baru terbukti pada
sampel yang mengalami lesi yang beberapa grup etnik tertentu.10
diduga sebagai SAR dipicu olehfaktor Faktor etiologi stres yang memicu lesi
etiologi ketidakseimbanganhormonal. Itu yang diduga sebagai SAR dialami oleh
berarti sebanyak 17,3% sampel perem- 15 sampel (21,7%) dalam penelitian ini.
puan yang pernah mengalami lesi yang Beberapa peneliti telah melaporkan
diduga sebagai SAR, mengalami lesi ini hubungan antara SAR dan keadaan stres
dipicu oleh faktor ketidakseimbangan yang dialami oleh seseorang. Mahasiswa
hormonal pada siklus menstruasinya. Hal kedokteran gigi merupakan mahasiswa
ini hampir sama dengan hasil penelitian yang memiliki tingkat stres yang tinggi
dari Balan dkk, yang menyebutkan dibandingkan dengan mahasiswa lainnya.11
bahwa pada saat siklus menstruasinya, Dalam sebuah studi pada mahasiswa
30% perempuan mengeluhkan mengalami profesi, SAR sering terjadi pada saat
SAR di rongga mulutnya.7Pada beberapa ujian dan saat-saat stres lainnya dalam
perempuan, tanda akan datangnya siklus masa perkuliahan.11 Pada musim liburan
bulanannya dapat diprediksi juga dengan dihubungkan dengan rendahnya frekuensi
munculnya SAR pada rongga mulutnya. dari timbulnya SAR.2,9
Beberapa perempuan yang mengalami hal Faktor etiologi stres merupakan faktor
tersebut, mukosa mulutnya selalu muncul etiologi tertinggi kedua yang memicu
ulser SAR setiap bulan.7 terjadinya lesi yang diduga sebagai SAR
Adanya pengaruh hormon proges- yang dialami sampel. Hal ini dapat
teron yang memicu SAR ditunjukkan terjadi karena tingginya tingkat stres
pada penelitian dari Sumintarti dan Erni yang dialami oleh sampel yang merupakan
Marlina yang menyebutkan bahwa pasien mahasiswa program profesi Dokter Gigi
SAR memiliki kadar progesteron dibawah dalam aktivitasnya di klinik dan juga
normal. Penelitian dari Jones dan Mason aktivitas sehari-hari. Menurut sebuah
telah melaporkan hubungan antara SAR penelitian dari Polychronopoulou dan
d engan siklus menstruasi.6 Divaris, hal yang dapat menyebabkan stres
Sebanyak 8 sampel (11,5%) mengakui pada mahasiswa kedokteran gigi yaitu,
bahwa lesi yang diduga sebagai SAR kurangnya kepercayaan diri untuk menjadi
yang dialaminya juga dialami oleh anggota dokter gigi yang baik di masa depan,
keluarga (orang tua dan saudara) dan administrasi fakultas, beban kerja,
lesi yang diduga sebagai SAR mulai perawatan terhadap pasien, tugas dan
dialami sejak masa kanak-kanak. Ulser ujian.11

282
Yogasedana, Mariati, Leman: Angka kejadian stomatitis...

Stres dapat disebabkan oleh tuntutan kesehatan termasuk informasi tentang


tugas dan pemenuhan target pasien kesehatan gigi dan mulut yang telah
untuk menyelesaikan studinya. Ada juga dipublikasikan lewat media internet
masalahmasalah pribadi di luar kegiatan sehingga masyarakat dapat mengetahui
di kampus yang menyebabkan stres pada faktor etiologi SAR serta menurunkan
sampel. Faktor etiologi stres yang angka kejadian SAR dengan cara
merupakan faktor etiologi tertinggi kedua meminimalisasi faktor etiologinya.
yang diduga memicu terjadinya lesi yang 2. Diharapkan dapat dilakukan
diduga sebagai SAR yang dialami sampel penelitian lebih lanjut dengan
juga menyebabkan tingginya angka cakupan yang lebih luas dan
kejadian dari lesi yang diduga sebagai beragam, sehingga hasilnya dapat
SAR dalam penelitian ini.11 digunakan secara umum untuk
Alergi terhadap beberapa makanan peningkatan derajat kesehatan gigi
seperti kacang, coklat, kentang goreng, dan mulut, khususnya yang
keju, susu,terigu, gandum, kopi, sereal, berhubungan dengan penyakit mulut.
almond, stroberi dan beberapa makanan
dari tomat dihubungkan dengan muncul- DAFTAR PUSTAKA
nya SAR pada beberapa pasien. Oleh 1. ScullyC, PorterS. Oral mucosal disease:
karena itu lah Hanya 1 sampel (1.1%) reccurent aphthous Stomatitis. Br J
yang harus di rawat dng obat anti alergi oral maxilofac sur. 2008;46:198-206.
selainaplikasi kenalog orabase. pada 2. Prety L, Mageth KT, Rajkumar K,
Karhtik R. Recurent apthous
penelitian ini mengalami lesi yang diduga
Stomatitis. J oral maxillofac pathol.
sebagai SAR. Sampel mengalami gatal-
2011;15:252-6.
gatal pada mukosa mulutnya dan kemudian 3. McCullough Mj, Abdel-hefeth, Scully C.
berkembang menjadi lesi yang diduga Recurrent aphthous Stomatitis
sebagai SAR setelah mengonsumsi ikan. revisited: clinical features association
Diperkirakan bahwa sampel mengala- and new association with infant
mi alergi terhadap ikan yang menyebabkan practices. J oral patol med.
sensasi rasa gatal pada rongga mulut 2007:36;216-220.
setelah makan ikan sehingga membuat 4. Neville BW, Damm DD, Allen CM,
mukosa mulut mengalami luka. Luka ini Bouquot JE. Allergies and
diduga berkembang menjadi lesi SAR immunologic diseases. In: Oral and
maxillofacial pathology (3rd ed.).
pada rongga mulut, namun belum
Philadelphia: Elsevier-Saunders.
ditemukan literatur maupun hasil penelitian 2009; p. 285-90.
yang menyebutkan bahwa ikan dapat 5. Field A, Longman L. Oral ulceration. In:
10,12,13
memicu lesi SAR. Tyldesley’s oral medicine (5th ed.).
Oxford: Oxford University Press,
SIMPULAN 2003; p. 52-8.
Angka kejadian Stomatitis apthous 6. Nasir A, Muhith A, Ideputri ME. Buku
rekuren di RSGMP FK Unsrat sebesar 69 ajar: Metodologi penelitian
orang, yang terdistribusi sebagai berikut: kesehatan. Yogyakarta: 2011; h. 227-
paling banyak terjadi pada perempuan 8.
dengan faktor etiologi tersering yaitu 7. Greenberg M. Ulcerative, vesicular, and
trauma, diikuti oleh stres, ketidak- bullous lesions. In: Greenberg, Glick
M. Burket’s oral medicine diagnosis
seimbangan hormonal, genetik, dan alergi.
and treatment (10th ed.). Ontario: BC
Decker Inc, 2003; p. 63-5.
SARAN 8. Scully C. Aphtous ulcers. Medscape.
1. Pentingnya masyarakat untuk 2013;1-5. Available from URL:
mengakses pengetahuan tentang http://emedicine.medscape.com/articl

283
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

e/867080-overview turnover in healthy young


9. Casiglia JM. Aphtous Stomatitis. menstruating women.
Medscape.2013;1-7. Available from 12. Jain A, Bansal R. Stress among medical
URL: and dental students: a global issue.
http://emedicine.medscape.com/articl JDMS. 2012; 1(5): 5-7.
e/1075570-overview#a0104 13. Cawson RA, Odell EW. Diseases of the
10. Jurge S. Kuffer R. Scully C .porter SR. oral mucosa: non-infective Stomatitis.
Recurrent aphthous Stomatitis. Oral In: Cawson’s essentials of oral
Dis. 2006:12;1-21. pathology and oral medicine (7th ed.).
11. Balan U, Gonsalves N, Jose M, Girish Oxford: ElsevierScience; 2002; p.
KL. Symptomatic changes of oral 192-5.
mucosa during normal hormonal

284

Anda mungkin juga menyukai